Upload
leonnardo-sijabat
View
81
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MENINGKATKAN DAN MEMPERTAHANKAN SEMANGAT
SISWA DALAM BELAJAR
Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. Sri Milfayetty, M.Pd
Disusun oleh :
Leonnardo Sijabat NIM : 8126132057
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
KONSENTRASI KEPENGAWASAN SEKOLAH
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2013
BAB 15
MENINGKATKAN DAN MEMPERTAHANKAN SEMANGAT DALAM
BELAJAR
Pendahuluan
Seringkali pada sebuah sekolah seorang guru menemui masalah dengan
siswa yang memiliki masalah dalam mengikuti pembelajaran. Berbagai macam
bentuk masalah siswa yang memiliki masalah dalam belajar, bisa dalam bentuk
siswa sering permisi ketika proses pembelajaran berlangsung, siswa suka
menjahili siswa lain dalam kelas sehingga mengganggu proses pembelajaran,
siswa bermalas-malasan dalam kelas hingga siswa jarang masuk pada mata
pelajaran tertentu karena tidak semangat dalam belajar. Sesungguhnya seorang
siswa yang memiliki masalah dalam pembelajaran disebabkan oleh banyak faktor
baik yaitu faktor keluarga, lingkungan, sekolah maupun latar belakang siswa
tersebut.
Seorang guru yang profesional dapat mengetahui tanda-tanda bahwa
seorang siswa memiliki masalah dalam belajar dengan mengetahui seorang siswa
memiliki masalah maka seorang guru dapat melakukan tindakan dan pendekatan
yang tepat agar dapat membantu siswa tersebut keluar dari masalah yang
dihadapinya sehingga siswa dapat kembali bersemangat dalam belajar.
Pada bab ini akan menjelasakan faktor-faktor yang menyebabkan siswa
tidak termotivasi dalam belajar, fakto-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar,
positive reinforcement untuk membantu siswa dalam memotivasi belajar, peran
guru dan orang tua dalam membantu siswa agar termorivasi dalam belajar dan
aspek-aspek dalam motivasi belajar.
A. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Realita lapangan menunjukan bahwa siswa tidak memiliki kemauan
belajar yang tinggi, baik dalam mata pelajaran belajar matematika, bahasa
maupun ilmu pengetahuan alam. Banyak siswa merasa “ogah-ogahan” di
dalam kelas, tidak mampu memahami dengan baik pelajaran yang disampaikan
oleh guru-guru mereka. Hal ini menunjukan bahwa siswa tidak mempunyai
motivasi yang kuat untuk belajar. Siswa masih mengganggap kegiatan belajar
tidak menyenangkan dan memilih kegiatan lain di luar kontek belajar seperti
menonton televisi, sms, dan bergaul dengan teman sebaya.
Rendahnya motivasi belajar siswa akan membuat mereka tertarik pada
hal-hal yang negatif. Raymond J.W dan Judith (2004:22) mengungkapkan
bahwa secara harfiah anak- anak tertarik pada belajar, pengetahuan, seni
(motivasi positif) namun mereka juga bisa tertarik pada hal–hal yang negatif
seperti minum obat- obatan terlarang, pergaulan bebas dan lainnya. Motivasi
belajar anak-anak muda tidak akan lenyap tapi ia akan berkembang dalam cara-
cara yang bisa membimbing mereka untuk menjadikan diri mereka lebih baik
atau juga bisa sebaliknya. Hal inilah yang harus diperhatikan oleh orang tua
dan guru.
Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya motivasi belajar siswa
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Metode mengajar guru. Metode dan cara-cara mengajar guru yang monoton
dan tidak menyenangkan akan mempengaruhi motivasi belajar siswa
2. Tujuan kurikulum dan pengajaran yang tidak jelas
3. Tidak adanya relevansi kurikulum dengan kebutuhan dan minat siswa
4. Latar belakang ekonomi dan sosial budaya siswa. Sebagian besar siswa
yang berekonomi lemah tidak mempunyai motivasi yang kuat untuk belajar
dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Contohnya siswa
yang berasal dari pesisir pantai misalnya lebih memilih langsung bekerja
melaut dari pada bersekolah.
5. Kemajuan teknologi dan informasi. Siswa hanya memanfaatkan produk
teknologi dan informasi untuk memuaskan kebutuhan kesenangan saja.
6. Merasa kurang mampu terhadap mata pelajaran tertentu, seperti matematika,
dan bahasa inggris
7. Masalah pribadi siswa baik dengan orang tua, teman maupun dengan
lingkungan sekitarnya.
Raymond dan Judith (2004:24) mengungkapkan ada empat pengaruh
utama dalam motivasi belajar seorang anak yaitu :
1. Budaya. Masing-masing kelompok atau etnis telah menetapkan dan
menyatakan secara tidak langsung nilai-nilai yang berkenaan dengan
pengetahuan baik dalam pengertian akademis maupun tradisional. Nilai-
nilai itu terungkap melalui pengaruh agama, undang-undang politik untuk
pendidikan serta melalui harapan-harapan orang tua yang berkenaan dengan
persiapan anak-anak mereka dalam hubungannya dengan sekolah. Hal–hal
ini akan mempengaruhi motivasi belajar anak.
2. Keluarga. Berdasarkan penelitian orang tua memberi pengaruh utama dalam
memotivasi belajar seorang anak. Pengaruh mereka terhadap perkembangan
motivasi belajar anak-anak memberi pengaruh yang sangat kuat dalam
setiap perkembangannya dan akan terus berlanjut sampai habis masa SMA
dan sesudahnya.
3. Sekolah. Ketika sampai pada motivasi belajar, para gurulah yang membuat
sebuah perbedaan. Dalam banyak hal mereka tidak sekuat seperti orang tua.
Tetapi mereka bisa membuat kehidupan sekolah menjadi menyenangkan
atau menarik. Dan kita bisa mengingat seorang guru yang memenuhi ruang
kelas dengan kegembiraan dan harapan serta membukakan pintu-pintu kita
untuk menemukan pengetahuan yang mengagumkan.
4. Diri anak itu sendiri. Murid-murid yang mempunyai kemungkinan paling
besar untuk belajar dengan serius, belajar dengan baik dan masih bisa
menikmati belajar, memiliki perilaku dan karakter pintar, berkualitas,
mempunyai identitas, bisa mengatur diri sendiri sudah pasti mempengaruhi
motivasi belajarnya.
Dilihat dari peranannya, maka orang tua dan guru paling berpengaruh
dalam rangka memotivasi belajar siswa. Kerja sama antara kedua komponen
ini akan menghasilkan kekuatan luar biasa yang bisa menumbuhkan motivasi
belajar anak. Untuk menghasilkan kolaborasi dalam rangka mencapai tujuan
yang baik maka pola kerja sama antara ke duanya harus dirancang sedemikian
rupa. Kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh orang tua dan guru harus
teridentifikasi dengan jelas. Karena dengan memahami kekuatan dan
kelemahan guru dan orang tua akan dapat membuat rancangan yang tepat
untuk menumbuhkan motivasi anak.
Ada beberapa ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi.
Ini dapat dikenali melalui proses belajar mengajar di kelas, sebagaimana
dikemukakan Brown (1981) sebagai berikut: menarik kepada guru, artinya
tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh, tertarik pada mata pelajaran
yang diajarkan. mempunyai antusias yang tinggi seta mengendalikan
perhatiannya terutama kepada guru, ingin selalu bergabung dalam kelompok
kelas, ingin identitas dirinya diakui oleh orang lain, tindakan, kebiasaan, dan
moralnya selalu dalam kontrol diri, selalu mengingat pelajaran dan
mempelajarinya kembali, dan selalu terkontrol oleh lingkungannya.
Sardiman (1986) mengemukakan bahwa ciri-ciri motivasi yang ada
pada diri seseorang adalah: tekun dalam menghadapi tugas atau dapat bekerja
secara terus menerus dalam waktu lama, ulet, menghadapi kesulitan, dan
tidak mudah putus asa, tidak cepat puas atas prestasi yang diperoleh,
menunjukkan minat yang besar terhadap bermacam-macam masalah belajar,
lebih suka bekerja sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain, tidak cepat
bosan dengan tugas-tugas yang rutin, dapat mempertahankan pendapatnya,
tidak mudah melepaskan apa yang diyakini, senang mencari dan memecahkan
masalah.
Beberapa upaya yang dapat ditempuh untuk memotivasi siswa agar
belajar dapat dilakukan dengan :
1. Kenalkan siswa pada kemampuan yang ada pada dirinya sendiri. Dengan
mengenal kemampuan dirinya, siswa akan tahu kelebihan dan
kekurangannya. Dengan mengetahui kelebihan dirmya, ia mengukuhkan
dan memperkuat kelebihan tersebut. Dengan mengetabui kekurangan yang
ada pada dirinya, siswa akan berusaha menyempurnakan melalui aktivitas
belajar. Di sini siswa akan timbul motivasi belajarnya.
2. Bantulah siswa untuk merumuskan tujuan belajarnya. Sebab, dengan
merumuskan tujuan belajar ini, siswa akan mendapatkan jalan yang jelas
dalam melaksanakan aktivitas belajar. Siswa juga akan mempunyai target-
target belajar, dan ia berusaha untuk mencapainya.
3. Tunjukkan kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas yang dapat
mengarahkan bagi pencapaian tujuan belajar. Dengan ditunjukkannya
aktivitas-aktvitas yang dapat mencapai tujuan, siswa tersebut tidak
melakukan aktivitas lain yang tidak ada kaitannya dengan pencapaian
tujuan dan target belajar. Dengan cara demikian waktu dan tenaga siswa
dapat secara efektif dan efisien dipergunakan mencapai target belajarnya.
4. Kenalkanlah siswa dengan hal-hal yang baru. Sebab hal-hal baru ini dapat
"menghidupkan kembali" hastat ingin tahu siswa. Adanya rasa ingin tahu
yang demikian besar, menimbulkan gairah bagi siswa untu beraktifitas
belajar.
5. Buatlah variasi-variasi dalam kegiatan belajar mengajar, supaya siswa
tidak bosan. Sebab, kebosanan pada diri siswa, termasuk dalam aktivitas
belajar, hanya akan memperlemah motivasi saja.
6. Adakan evaluasi terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa.
Sebab, evaluasi yang dilakukan terhadap keberhasilan belajar siswa ini,
akan mendorong siswa untuk belajar. karena ingin dikatakan berhasil
belajarnya.
7. Berikan umpan balik terhadap tugas-tugas yang diberikan dan evaluasi
yang telah dilakukan. Dengan adanya umpan balik, siswa akan mengetahui
mana aktivitas belajarnya yang benar dan mana yang kurang benar, mana
pekerjaannya yang sesuai dan mana pekerjaannya yang tidak sesuai.
Menurut pendapat Fathurrohman dan Sutikno (2007:20) motivasi belajar
siswa dapat ditumbuhkan melalui beberapa cara yaitu:
1. Menjelaskan tujuan kepada peserta didik. Pada permulaan belajar
mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai
Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siswa. Makin
jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
2. Hadiah. Hadiah akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat
lagi. Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Di samping itu, siswa
yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang
berprestasi.
3. Saingan/kompetisi. Guru berusaha mengadakan persaingan di antara
siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki
hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4. Pujian. Siswa yang berprestasi sudah sewajarnya untuk diberikan
penghargaan atau pujian. Pujian yang diberikan bersifat membangun.
Dengan pujian siswa akan lebih termotivasi untuk mendapatkan prestasi
yang lebih baik lagi.
5. Hukuman. Cara meningkatkan motivasi belajar dengan memberikan
hukuman. Hukuman akan diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan
saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar
siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
Bentuk hukuman yang diberikan kepada siswa adalah hukuman yang
bersifat mendidik seperti mencari artikel, mengarang dan lain sebagainya.
6. Membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk belajar. Strateginya
adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik. Selain itu,
guru juga dapat membuat siswa tertarik dengan materi yang disampaikan
dengan cara menggunakan metode yang menarik dan mudah dimengerti
siswa.
7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik. Kebiasaan belajar yang baik dapat
dibentuk dengan cara adanya jadwal belajar.
8. Membantu kesulitan belajar peserta didik, baik secara individual maupun
kelompok. Membantu kesulitan peserta didik dengan cara memperhatikan
proses dan hasil belajarnya. Dalam proses belajar terdapat beberap unsur
antara lain yaitu penggunaan metode untuk mennyampaikan materi kepada
para siswa. Metode yang menarik yaitu dengan gambar dan tulisan warna-
warni akan menarik siswa untuk mencatat dan mempelajari materi yang
telah disampaikan..
9. Menggunakan metode yang bervariasi. Meningkatkan motivasi
belajar dengan menggunakan metode pembelajaran yang
variasi. Metode yang bervariasi akan sangat membantu dalam proses belajar
dan mengajar. Dengan adanya metode yang baru akan mempermudah guru
untuk menyampaikan materi pada siswa.
10. Menggunakan media pembelajaran yang baik, serta harus sesuai
dengan tujuan pembelajaran.
B. Positive Reinforcement untuk Meningkatkan Semangat Belajar
Syaiful Bahri Djamarah (2005: 120-122), menyatakan bahwa dalam
positive reinforcement atau penguatan positif terdapat enam komponen sebagai
berikut.
1. Penguatan Verbal
Penguatan verbal berupa pujian dan dorongan yang diucapkan guru untuk
respon atau tingkah laku siswa. Ucapan tersebut dapat berupa kata-kata
bagus, baik, betul, benar, tepat, dan lain-lain.
2. Penguatan Gestural
Penguatan gestural sangat erat sekali dengan pemberian penguatan verbal.
Ucapan atau komentar yang diberikan guru terhadap respon, tingkah laku,
atau pikiran siswa dapat dilakukan dengan mimik yang cerah, senyum,
anggukan, acungan jempol, atau tepuk tangan. Semua gerakan tubuh
tersebut merupakan bentuk pemberian penguatan gestural. Dalam hal ini
guru dapat mengembangkan sendiri gerakan tersebut sesuai dengan
kebiasaan yang berlaku sehingga dapat tercipta interaksi antara guru dan
siswa yang menguntungkan.
3. Penguatan Kegiatan
Penguatan dalam bentuk kegiatan ini banyak terjadi apabila guru
menggunakan suatu kegiatan atau tugas sehingga siswa dapat memilih dan
menikmatinya sebagai suatu hadiah atas pekerjaan atau penampilan
sebelumnya. Memang dalam memilih kegiatan atau tugas hendaknya dipilih
yang memiliki relevansi dengan tujuan pelajaran yang dibutuhkan dan
digunakan siswa.
4. Penguatan Mendekati
Perhatian guru terhadap siswa menunjukan bahwa guru tertarik. Secara fisik
guru mendekati siswa, dapat dikatakan sebagai penguatan mendekati.
Penguatan mendekati digunakan untuk memperkuat penguatan verbal,
penguatan tanda, dan penguatan sentuhan.
5. Penguatan Sentuhan
Penguatan sentuhan erat sekali hubungannya dengan penguatan mendekati.
Penguatan sentuhan merupakan penguatan yang terjadi apabila guru secara
fisik menyentuh siswa yang bertujuan untuk memberikan penghargaan atas
penampilan, tingkah laku, atau kerja siswa.
6. Penguatan Tanda
Ketika guru menggunakan berbagai macam simbol berupa benda atau
tulisan yang ditujukan pada siswa untuk penghargaan terhadap suatu
penampilan, tingkah laku, atau kerja siswa, disebut sebagai penguatan tanda.
Positive reinforcement yang dapat diberikan oleh guru bermacam-macam
bentuknya antara lain, penguatan verbal, penguatan gestural, penguatan
kegiatan, penguatan mendekati, penguatan sentuhan, dan penguatan tanda.
Penguatan verbal berkaitan dengan ucapan guru untuk merespon tingkah laku
siswa, misalnya saja memberikan pujian berupa bagus, benar, atau tepat kepada
siswa yang rajin. Penguatan gestural sangat berkaitan erat dengan gerakan
tubuh guru, misalnya saja guru memberikan tepuk tangan, acungan jempol,
senyuman atau mimik muka yang cerah. Guru juga dapat memberikan
penguatan kegiatan berupa sebuah tugas yang memiliki keterkaitan dengan
tujuan pembelajaran yang dirancang menjadi suatu hadiah untuk siswa.
Selain hal tersebut guru dapat mendekati tempat duduk siswa. Hal
tersebut dapat dikatakan sebagai penguatan mendekati. Penguatan mendekati
digunakan untuk memperkuat penguatan verbal dan penguatan sentuhan.
Penguatan sentuhan berkaitan dengan penguatan mendekati, guru dapat secara
fisik menyentuh siswa dengan tujuan memberikan penghargaan atas
penampilan siswa. Guru juga dapat memberikan penguatan berupa tulisan,
simbol sebagai penghargaan atas penampilan siswa yang dapat disebut
penguatan tanda.
C. Peran Guru dan Orang Tua untuk Menumbuhkan Semangat Belajar
Guru merupakan komponen yang secara formal melakakan pendidikan
dan pengajaran kepada peserta didik, hapir sebagain besar waktu peserta didik
dihabiskan di sekolah untuk belajar bersama dengan teman-temannya melalui
bimbingan guru. Untuk dapat membimbing peserta didik dengan optimal
sehigga peserta didik tetap termotivasi untuk belajar maka seorang guru harus
memiliki keahlian yang mumpuni yaitu:
1. Teaching Skills, Guru yang prfesional dapat dilihat dari keterampilan
mengajar (teaching skills) yang mereka miliki. Keterampilan mengajar yang
dimiliki oleh guru dapat dilihat dari beberapa indikator antara lain : 1) Guru
sebagai pembimbing dan fasilitator yang mampu menumbuhkan belajar
mandiri (self learning) pada diri siswa; 2) Memiliki interaksi yang tinggi
dengan seluruh siswa di kelas; 3) Memberikan contoh, pekerjaan yang
menantang (challenging work) dengan tujuan yang jelas (clear objectives);
4) Mengembangkan pembelajaran berbasis kegiatan dan tujuan; 5) Melatih
siswa untuk bertanggung jawab terhadap pekerjaan mereka dan memiliki
sense of ownership dan mandiri dalam pembelajaran; 6) Mengembangkan
pembelajaran individu; 7) Melibatkan siswa dalam pembelajaran maupun
penyelesaian tugas-tugas melalui enquiry – based learning, misalnya
dengan memberikan pertanyaan yang baik dan analitis; 8) Menciptakan
lingkungan pembelajaran yang positif dan kondusif; 9) Memberikan
motivasi dan kebangsaan yang tinggi; dan 10) Pengelolaan waktu yang baik.
2. Knowledgeable, Pengetahuan merupakan faktor utama dalam membentuk
profesionalisme seseorang. Pengetahuan dapat diperoleh melalui : (1)
academic – proses pendidikan formal, (2) practical session – pelatihan
praktis, dan (3) life skills – kecakapan hidup yang diperoleh melalui
berbagai cara dan kegiatan.
3. Professional Attitude, Sikap sangat berpengaruh terhadap profesionalisme
seseorang guru. Sikap tersebut antara lain : (1) independence mandiri dan
tidak selalu tergantung pada orang lain, dan (2) continous self-improvement
selalu siap memperbaiki diri sendiri secara terus-menerus.
4. Learning Equipment/Media, Perlengkapan dan media pendidikan sangat
perlu untuk mendukung profesionalisme guru. Guru dituntut mampu
memilih, menggunakan dan bahkan menciptakan media pembelajaran.
Media sedapat mungkin disediakan secara memadai dan lengkap (sufficient
and complete) dan modern. Tanpa perlengkapan dan media yang lengkap
dan modern, sekolah tak mampu memberikan hasil yang bagus.
5. Technology, Peran teknologi, terutama teknologi informasi dan komunikasi
(ITC) dalam pendidikan sangat penting, karena dapat membuat
pembelajaran lebih bervariasi dan hidup (teaching more colourfull), apalagi
jika diintegrasikan dengan multimedia.
6. Curriculum, Kurikulum yang responsive, mampu menjawab tantangan dan
kebutuhan masyarakat, dynamic (berkembang sejalan dengan perkembangan
jaman), dan flexible yang dapat diadaptasikan dalam berbagai situasi dan
kondisi, serta sesuai dengan kebutuhan siswa (students needs) merupakan
suatu kebutuhan. Kurikulum yang dinamis memiliki cirri (1) disusun dengan
baik (well-organized), (2) memiliki nilai tambah(added value), bukan hanya
berisi materi yang harus dipelajari siswa, dan (3) terintegrasi (integrated)
dan bukan terkotak – kotak. Dengan kurikulum yang demikian ini, guru
akan lebih mudah dan terarah dalam mengembangkan dirinya menjadi guru
yang professional tanpa harus terbebani karena kurikulum yang kaku,
kurang fleksibel, dan mengambang tidak jelas.
7. Good Example /Practices, Pendidikan akan efektif apabila dibarengi dengan
contoh atau teladan yang baik pula. Pemberian teladan yang baik oleh guru
menuntut guru untuk senantiasa melakukan yang terbaik dan bertindak
secara professional. Contoh atau teladan yang baik dapat membangun
karakter (character building) seperti kepemimpinan, sikap menghormati,
membantu orang lain, menjadi pendengar yang baik, bersikap demokratis,
dan lain-lain. (Badhowi, 2008).
Sebagai komponen yang secara langsung berhubungan dengan
permasalah rendahnya motivasi belajar siswa, maka guru harus mengetahui
beberapa hal yang bisa dilakukannya untuk menumbuhkan motivasi belajar
siswa, diantaranya adalah :
1. Memilih cara dan metode mengajar yang tepat termasuk memperhatikan
penampilannya
2. Menginformasilkan dengan jelas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
3. Menghubungkan kegiatan belajar dengan minat siswa
4. Melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran misalnya
melalui kerja kelompok
5. Melakukan evaluasi dan menginformasikan hasilnya, sehingga siswa
mendapat informasi yang tepat tentang keberhasilan dan kegagalan dirinya
6. Melakukan improvisasi-improvisasi yang bertujuan untuk menciptakan rasa
senang anak terhadap belajar. Misalnya kegiatan belajar diseling dengan
bernyanyi bersama atau sekedar bertepuk tangan yang meriah
7. Menanamkan nilai atau pandangan hidup yang positif tentang belajar
misalnya dalam agama Islam belajar dipandang sebagi sebuah kegiatan
jihad yang akan mendapatkan nilai amal disisi Allah.
8. Menceritakan keberhasilan para tokoh-tokoh dunia yang dimulai dengan
mimpi-mimpi mereka dan ceritakan juga cara-cara mereka meraih mimpi-
mimpi itu. Ajak siswa untuk bermimpi meraih sukses dalam bidang apa
saja seperti mimpinya para tokoh dunia tersebut.
9. Memberikan respon positif kepada siswa ketika mereka berhasil melakukan
sebuah tahapan kegiatan belajar. Respon positif ini bisa berupa pujian,
hadiah, atau pernyataan-pernyataan positif laiinya.
Orang tua hendaknya adalah orang yang paling mengenal anaknya
dibandinkan dengan orang lain karena sebagain besar hidup seorang anak
adalah bersama dengan orang tua. Orang tua melihat tahap-tahap
perkembangan pada anaknya mulai dari lahir hingga dewasa. Mungkin tidak
ada orang tua yang menginginkan anaknya gagal dalam pendidikan karena
anak adalah harapan setiap orang tua. Untuk menumbuhkan semangat belajar
peran orang tua sangatlah penting.
Hal-hal yang dapat dilakukan orang tua untuk menumbuhkan semangat
belajar siswa adalah sebagai berukut :
1. Mengontrol perkembangan belajar anak. Orang tua perlu menyediakan
waktu untuk mengontrol kegiatan anak.
2. Mengungkap harapan-harapan yang realistis terhadap anak
3. Menanamkan pemahaman agama yang baik khususnya yang terkait dengan
motivasi
4. Melatih anak untuk memecahkan masalahnya sendiri, orang tua melakukan
pembimbingan seperlunya
5. Tanyakanlah keinginan dan cita-cita mereka. Berikan dukungan terhadap
keingginan dan cita-cita mereka. Arahkan mereka untuk meraih cita-cita itu
dengan benar.
6. Menggunakan hasil evaluasi yang diberikan oleh guru untuk menumbuhkan
motivasi belajar selanjutnya.
Ketika permasalahan rendahnya motivasi sudah menjadi permasalahan
yang serius yang tidak bisa diantispasi oleh guru sendiri atau oleh orang tua
sendiri, maka kerja sama antara guru dan orang tua harus segera dilakukan.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan diataranya :
1. Mengidentifikasi masalah yang terjadi pada siswa, cari faktor penyebab
yang mengakibatkan rendahnya motivasi belajar siswa, identifikasi
masalahnya.
2. Mencari solusi-solusi untuk memecahkan masalah yang terjadi pada anak.
Cari masalah yang bisa diatasi oleh guru, atau masalah yang bisa diatasi
oleh orang tua.
3. Memberikan perlakuan yang tepat terhadap anak, mereka sedang mengalami
permasalahan, maka orang tua dan guru harus mempunyai komitemen yang
tinggi untuk tidak menambah beban mereka dengan menyalahkan,
mencemooh anak-anak.
4. Libatkan siswa untuk memecahkan permasalahannya. Orang tua, guru dan
siswa perlu duduk bersama untuk menyelesaikan permasalahannya.
D. Aspek-aspek dalam Motivasi Belajar
Motivasi belajar yang baik, memiliki aspek-aspek menurut Chernis dan
Goleman (2001), sebagai berikut :
1. Dorongan mencapai sesuatu
Suatu kondisi yang mana individu berjuang terhadap sesuatu untuk
meningkatkan dan memenuhi standar atau kriteria yang ingin dicapai dalam
belajar.
2. Komitmen
Salah satu aspek yang cukup penting dalam proses belajar ini, adanya
komitmen di kelas. Siswa yang memiliki komitmen dalam belajar,
mengerjakan tugas pribadi dan kelompoknya tentunya mampu
menyeimbangkan tugas yang harus didahulukan terlebih dahulu. Siswa
yang memiliki komitmen juga merupakan siswa yang merasa bahwa Ia
memiliki tugas dan kewajiban sebagai seorang siswa, harus belajar. Tidak
hanya itu, dengan kelompoknya juga, siswa yang memiliki komitmen
memiliki kesadaran untuk mengerjakan tugas bersama-sama
3. Inisiatif
Kesiapan untuk bertindak atau melakukan sesuatu atas peluang atau
kesempatan yang ada. Inisiatif merupakan salah satu proses siswa dapat
dilihat kemampuannya, apabila siswa tersebut memiliki pemikiran dari
dalam diri untuk melakukan tugas dengan disuruh orang tua atau siswa
sudah memiliki pemahaman untuk menyelesaikan tugas pekerjaan
rumah tanpa di suruh orang tua. Siswa yang memiliki inisiatif, merupakan
siswa yang sudah memiliki pemikiran dan pemahaman sendiri dan
melakukan sesuatu berdasarkan kesempatan yang ada. Ketika siswa
menyelesaikan tugas, belajar untuk ujian, maka siswa memiliki kesempatan
untuk memperluas pengetahuan serta dapat menyelesaikan hal lain yang
lebih bermanfaat lagi.
4. Optimis
Suatu sikap yang gigih dalam mengejar tujuan tanpa perduli adanya
kegagalan dan kemunduran. Siswa yang memiliki sikap optimis, tidak akan
menyerah ketika belajar ulangan, meskipun mendapat nilai yang jelek,
tetapi siswa yang memiliki rasa optimis tentunya akan terus belajar giat
untuk mendapat nilai yang lebih baik. Optimis merupakan sikap yang
seharusnya dimiliki oleh setiap siswa, agar siswa belajar bahwa kegagalan
dalam belajar bukanlah suatu akhir belajar dan bukan berarti siswa itu
merupakan siswa yang “bodoh”.
Untuk mendapatkan umpan balik secara lebih sempurna, maka guru
dapat melakukan beberapa teknik antara lain:
1. Menggunakan alat bantu yang tepat
Alat berfungsi untuk melengkapi kekurangan guru yang memiliki
keterbatasan kemampuan dalam menjelaskan bahan ajar yang disebabkan
karakteristik materi, kebiasaan guru dan cara belajar anak didik.
2. Memilih bentuk motivasi yang baik
Mempertahankan minat dan motivasi anak didik terhadap bahan pelajaran
yang diberikan bisa dalam berbagai bentuk seperti; 1) Memberikan angka,
Angka merupakan simbol prestasi yang diperoleh siswa. Beri penjelasan
pada anak bahwa prestasi belajar dapat terpresentasikan dalam simbol
angka; 2) Hadiah, Hadiah merupakan pengakuan atas prestasi anak didik
yang dapat diberikan dalam bentuk fisik (cinderamata, piagam) atau non
fisik seperti isyarat positif, pujian, dan lain-lain; 3) Gerakan tubuh, Gerakan
tubuh dalam bentuk mimik yang cerah, dengan senyum, mengangguk,
acungan jempol, tepuk tangan, memberi salam, dan lain-lain; 4) Memberi
tugas, Tugas yang diberikan bukan tugas tambahan, tetapi tugas pengakuan
atas prestasi agar anak didik merasa percaya diri dan merasa diakui; 5)
Memberi ulangan, Ulangan merupakan alat untuk menunjukkan prestasi
belajar anak didik dan sebaiknya hasil ulangan diumumkan pada teman-
temannya; dan 6) Hukuman, Hukuman bukan alat untuk menakut-nakuti
anak, tetapi untuk merubah cara berpikir anak. Bahwa setiap pekerjaan (baik
atau buruk) memiliki konsekuensi.
3. Penggunaan metode yang bervariasi
Merupakan senjata yang ampuh untuk mendapatkan umpan balik
pembelajaran. Karena itu, guru mesti cerdas memilh, menentukan dan
menggunakan metode dalam pembelajaran
DAFTAR BACAAN
A.M Sardiman (1986). Interkasi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta:
Rajawali Pers
Baedhowi, 2008. KHAZANAH PENDIDIKAN: Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol.
I, No. 1 http://www.jurnal.ump.ac.id/.berkas /jurnal.pdf akses April 2013.
Budiningsih,C.Asri. 2005.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta
Chernis, C., & Goleman, D. (2001). The emotionally intelligent workplace. San
Fransisco: JOSSEY BASS a Willey Company
Fathurrohman, Pupuh. & Sobry Sutikno (2007) Strategi Belajar Mengajar.
Bandung: PT. Refika Aditama
Majid,Abdul 2008. Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya
Syaiful Bahri Djamarah. (2005). Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta.
Usman, Uzer 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya
Wlodsowski R.J & Jaynes J.H. 2004.Hasrat Untuk Belajar. Jogjakarta: Pustaka
Pelajar
Wm C. Brown Santrock, J. W. (1981). Adolesence. 4th edition. New York:
Publisher