28
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PENDEKATAN CTL YANG DIORIENTASIKAN PADA TIPE STAD DI KELAS VIII.1 SMP NEGERI 1 INDRALAYA SELATAN Latifawati 1) Penelitian bertujuan mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yang diorientasikan dengan tipe Student Teams Achievement Division (STAD) serta menganalisis aktivitas siswa saat diterapkan gabungan pendekatan tersebut. Penelitian menggunakan metode tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 3 siklus. Pengumpulan data menggunakan teknik tes, observasi, dan angket. Subjek penelitian adalah 36 siswa kelas VIII 1 SMP Negeri 1 Indralaya Selatan Kabupaten Ogan Ilir tahun pelajaran 2008/2009. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa sebelum dilakukan tindakan, ketuntasan belajar siswa hanya 19,4% dengan nilai rata-rata 40,42. Siklus I sebesar 47,22% dengan nilai rata-rata sebesar 64,31, dan siklus II 97,22% dengan nilai rata-rata 80. Dari hasil analisis di atas juga diperoleh untuk nilai ≥ 65 antara siklus I dan siklus II mengalami kenaikan yaitu sebesar 50%. Untuk nilai < 65 antara siklus I dan siklus II mengalami penurumnan sebesar 45%. Aktivitas siswa saat diterapkan pendekatan CTL yang diorientasikan dengan tipe STAD mengalami peningkatan dari siklus I sampai pada siklus II. Kenaikan keaktifan siswa 19,5%, kenaikan aktivitas kerjasama siswa naik 0,9%, dan aktivitas interaksi antarsiswa naik 5,6%. kata kunci : Contextual Teaching and Learning, Student Teams Achievement Division 1. PENDAHULUAN Penyebab rendahnya 1) Guru SMP Negeri 1 Indralaya Selatan, Kab. Ogan Ilir, Sumatera Selatan

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan CTL yang Diorientasikan pada Tipe STAD

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan CTL yang Diorientasikan pada Tipe STAD

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWAMELALUI PENDEKATAN CTL YANG DIORIENTASIKAN PADA TIPE STAD

DI KELAS VIII.1 SMP NEGERI 1 INDRALAYA SELATAN

Latifawati1)

Penelitian bertujuan mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yang diorientasikan dengan tipe Student Teams Achievement Division (STAD) serta menganalisis aktivitas siswa saat diterapkan gabungan pendekatan tersebut. Penelitian menggunakan metode tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 3 siklus. Pengumpulan data menggunakan teknik tes, observasi, dan angket. Subjek penelitian adalah 36 siswa kelas VIII1 SMP Negeri 1 Indralaya Selatan Kabupaten Ogan Ilir tahun pelajaran 2008/2009. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa sebelum dilakukan tindakan, ketuntasan belajar siswa hanya 19,4% dengan nilai rata-rata 40,42. Siklus I sebesar 47,22% dengan nilai rata-rata sebesar 64,31, dan siklus II 97,22% dengan nilai rata-rata 80. Dari hasil analisis di atas juga diperoleh untuk nilai ≥ 65 antara siklus I dan siklus II mengalami kenaikan yaitu sebesar 50%. Untuk nilai < 65 antara siklus I dan siklus II mengalami penurumnan sebesar 45%. Aktivitas siswa saat diterapkan pendekatan CTL yang diorientasikan dengan tipe STAD mengalami peningkatan dari siklus I sampai pada siklus II. Kenaikan keaktifan siswa 19,5%, kenaikan aktivitas kerjasama siswa naik 0,9%, dan aktivitas interaksi antarsiswa naik 5,6%.

kata kunci : Contextual Teaching and Learning, Student Teams Achievement Division

1. PENDAHULUAN Penyebab rendahnya prestasi

belajar siswa karena kondisi

pembelajaran yang kurang

memperhatikan pemahaman konsep

yang dimiliki oleh siswa. Dalam

penyampaian materi pelajaran, guru

terlalu teoritis sehingga siswa tidak

pernah tahu kegunaan belajar. Konsep

yang seharusnya dikuasai siswa

bergeser hafalan rumus-rumus

matematis semata. Sukarnya 1) Guru SMP Negeri 1 Indralaya Selatan, Kab. Ogan Ilir, Sumatera Selatan

Page 2: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan CTL yang Diorientasikan pada Tipe STAD

matematika bagi siswa dapat dimaklumi

karena umumnya buku teks matematika

lebih didominasi hitungan matematis;

guru kurang bisa menjelaskan materi

pembelajaran dengan contoh-contoh

yang sederhana, menarik, dan gampang

dimengerti-- apalagi yang berkaitan

dengan lingkungan siswa (kontekstual).

Proses pembelajaran yang disampaikan

kepada siswa cenderung dimulai dengan

penyampaian informasi berupa definisi,

pengertian-pengertian suatu objek

abstrak yang dituliskan dalam bentuk

rumus-rumus, lalu diikuti contoh-contoh

soal, kemudian diakhiri dengan latihan

soal-soal. Hal ini menyebabkan siswa

tidak termotivasi untuk belajar yang

pada akhirnya dapat menurunkan hasil

belajar siswa.

Demikian halnya pembelajaran

matematika yang berlangsung di SMP

Negeri 1 Kecamatan Indralaya Selatan

Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera

Selatan yang selama ini menggunakan

metode pembelajaran konvensional,

misalnya pemberian tugas, ceramah, dan

latihan. Para siswa kurang diajak belajar

secara kelompok yang biasanya disebut

dengan model pembelajaran kooperatif.

Siswa menjadi kurang terlatih

menjawab soal secara bergiliran, soal

yang diberikan pun kurang dipahami

oleh siswa. Hal tersebut berakibat hasil

belajar matematika yang selama ini

masih jauh dari harapan. Diketahui dari

pelaksanaan ulangan harian pertama,

siswa mendapat nilai rata-rata 50,25 dan

pada ulangan harian kedua hanya 55

(data diperoleh dari guru matematika

kelas VIII 1).

2

Page 3: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan CTL yang Diorientasikan pada Tipe STAD

Untuk memperbaiki situasi proses

pembelajaran di atas peneliti ingin

menerapkan pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) dan

diorientasikan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams Achievement Division (STAD).

Kombinasi pendekatan CTL dengan

model pembelajaran kooperatif ini

diperlukan dengan alasan peneliti ingin

menguji keberhasilan model

pembelajaran yang pernah diterapkan

Selasih (2008) yang membuktikan

proses pendekatan CTL dapat

diterapkan pada siswa kelas V.A SDN

95 Palembang berlangsung dengan baik,

aktivitas yang dilakukan siswa selama

proses penerapan pembelajaran rata-rata

baik dengan skor 78,29. Hasil tes akhir

seluruh siswa rata-rata tercatat 66,58.

Penelitian Dewi (2008) tentang model

pembelajaran kooperatif tipe STAD

dalam pembelajaran matematika

menyimpulkan penerapan teknik model

pembelajaran kooperatif tipe STAD

pada pembelajaran matematika dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dalam

proses pembelajaran di SMP

Muhammadyah Tanjung Raja

Kabupaten Ogan Ilir dari tes awal yang

hanya sebesar 32, naik menjadi 74 pada

siklus I, 68 pada siklus II, dan mencapai

81 pada siklus III. Jumlah siswa yang

mendapat nilai 60 terus meningkat,

pada siklus I mencapai 64%, pada siklus

II mencapai 75%, dan siklus III naik

lagi hingga 93%.

Pada penelitian ini penulis

mengkolaborasikan pendekatan CTL

dengan model pembelajaran tipe STAD.

Selain dilhami penelitian Selasih dan

Dewi, penggabungan ini mencoba

inovasi baru dalam perbaikan

pembelajaran matematika di kelas.

Untuk itu, dalam penelitian ini

dirumuskan permasalahan

1. Apakah hasil belajar matematika

siswa meningkat melalui pendekatan

CTL yang diorientasikan pada tipe

Student Teams Achievement Division

(STAD) di kelas VIII1 SMP Negeri 1

Indralaya Selatan ?

2. Bagaimana aktivitas siswa saat

diterapkan pendekatan CTL yang

diorientasikan dengan tipe STAD di

kelas VIII1 SMP Negeri 4 Indralaya

Selatan ?

3

Page 4: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan CTL yang Diorientasikan pada Tipe STAD

Penelitian bertujuan mengetahui

peningkatan hasil belajar matematika

siswa melalui pendekatan CTL yang

diorientasikan dengan tipe Student

Teams Achievement Division (STAD)

serta menganalisis aktivitas siswa saat

diterapkan pendekatan CTL yang

diorientasikan dengan tipe STAD.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Belajar dan Skala Penilaian

Menurut Sudjana (2009:55),

”Hasil belajar adalah suatu akibat dari

proses belajar dengan menggunakan alat

pengukuran yaitu berupa tes yang

disusun secara terencana, baik tes

tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan.”

Sedangkan Nasution (2005:36)

berpendapat bahwa hasil belajar adalah

suatu perubahan pada individu yang

belajar, tidak hanya mengenai

pengetahuan tetapi juga membentuk

kecakapan dan penghayatan dalam diri

pribadi individu yang belajar. Untuk

melihat hasil belajar dilakukan suatu

penilaian terhadap siswa yang bertujuan

untuk mengetahui apakah siswa telah

menguasai suatu materi atau belum.

Penilaian merupakan upaya

sistematis yang dikembangkan oleh

suatu institusi pendidikan yang

ditujukan untuk menjamin tercapainya

kualitas proses pendidikan serta kualitas

kemampuan siswa sesuai dengan tujuan

yang telah ditetapkan (Cullen dalam

Himam, 2004:65).

4

Page 5: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan CTL yang Diorientasikan pada Tipe STAD

Menurut Mulyasa (2004:185),

beberapa hal yang harus dipahami guru

dari siswa agar siswa mendapatkan hasil

belajar yang baik antara lain

kemampuan, potensi, minat, hobi, sikap,

kepribadian, kebiasaan, catatan

kesehatan, latar belakang keluarga, dan

kegiatannya di sekolah. Agar

implementasi kurikulum berhasil

dengan baik hendaknya guru kelas

memperhatikan hal-hal berikut: (1)

mengurangi metode ceramah, (2)

memberikaan tugas yang berbeda bagi

setiap siswa, (3) mengelompokkan

siswa berdasarkan kemampuannya, serta

disesuaikan dengan mata pelajaran, (4)

bahan harus dimodifikasi dan diperkaya,

(5) jangan ragu berhubungan dengan

spesialis, bila dan siswa yang

mempunyai kelainan, (6) gunakan

prosedur yang bervariasi dalam

membuat penilaian dan membuat

laporan, (7) ingat bahwa siswa tidak

berkembang dalam kecepatan yang

sama, (8) usahakan mengembangkan

situasi belajar yang memungkinkan

setiap anak bekerja dengan

kemampuannya masing-masing pada

tiap pelajaran, dan (9) usahakan untuk

melibatkan siswa dalam berbagai

kegiatan.

2.2. Contextual Teaching and

Learning (CTL)

Definisi yang mendasar tentang

pembelajaran kontekstual (Contextual

Teaching and Learning) adalah konsep

belajar dimana guru menghadirkan

dunia nyata ke dalam kelas dan

mendorong siswa membuat hubungan

antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan

mereka sehari-hari; sementara siswa

memperoleh pengetahuan dan

keterampilannya dari konteks yang

terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari

proses mengkontruksi sendiri, sebagai

bekal untuk memcahkan masalah dalam

kehidupannya sebagai anggota

masyarakat.

Ada tujuh indikator pembelajaran

kontekstual sehingga bisa dibedakan

dengan model lainnya, yaitu modeling

(pemusatan perhatian, motivasi,

penyampaian kompetensi-tujuan,

pengarahan-petunjuk, rambu-rambu,

contoh), questioning (eksplorasi,

membimbing, menuntun, mengarahkan,

5

Page 6: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan CTL yang Diorientasikan pada Tipe STAD

mengembangkan, evaluasi, inkuiri,

generalisasi), learning community

(seluruh siswa partisipatif dalam belajar

kelompok atau individual, minds-on,

hands-on, mencoba, mengerjakan),

inquiry (identifikasi, investigasi,

hipotesis, konjektur, generalisasi,

menemukan), constructivism

(membangun pemahaman sendiri,

mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-

sintesis), reflection (reviu, rangkuman,

tindak lanjut), authentic assessment

(penilaian selama proses dan sesudah

pembelajaran, penilaian terhadap setiap

aktvitas-usaha siswa, penilaian

portofolio, penilaian seobjektif-

objektifnya dari berbagai aspek dengan

berbagai cara).

2.3. Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD

Menurut Suherman (2007:5)

model pembelajaran koperatif

merupakan kegiatan pembelajaran

dengan cara berkelompok untuk

bekerjasama saling membantu

mengkontruksi konsep, menyelesaikan

persoalan, atau inkuiri. Menurut teori

dan pengalaman agar kelompok kohesif

(kompak-partisipatif), tiap anggota

kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa

heterogen (kemampuan, gender,

karekter), ada control dan fasilitasi, dan

meminta tanggung jawab hasil

kelompok berupa laporan atau

presentasi. Santoso (2003:5)

menyatakan bahwa pembelajaran

kooperatif dicirikan oleh struktur tugas,

tujuan, dan penghargaan kooperatif.

Sementara Lie (2002:30)

mengemukakan pembelajaran

kooperatif menitikberatkan pada gotong

royong dan kerja sama kelompok.

Pembelajaran kooperatif tipe

STAD dikembangkan oleh Slavin

(2005:45) bahwa siswa ditempatkan

dalam tim belajar beranggotakan 4-5

orang yang merupakan campuran

menurut tingkat prestasi, jenis kelamin,

dan suku. Guru menyajikan pelajaran,

kemudian siswa bekerja dalam tim

mereka mamastikan bahwa seluruh

anggota tim telah menguasai pelajaran

tersebut. Kemudian, seluruh siswa

diberi tes tentang materi, pada saat tes

ini mereka tidak diperbolehkan saling

membantu (Trianto, 2007:52). Lebih

lanjut Slavin mengemukakan bahwa

6

Page 7: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan CTL yang Diorientasikan pada Tipe STAD

pembelajaran kooperatif tipe STAD

biasanya digunakan untuk penguatan

pemahaman materi.

Tim Kelompok STAD merupakan

jenis pembelajaran kooperatif yang

paling sederhana, di mana siswa

dikelompokkan menjadi beberapa

kelompok dengan anggota 4-5 orang,

dan setiap kelompok haruslah

heterogen. Guru menyajikan pelajaran,

dan kemudian siswa bekerja di dalam

tim mereka untuk memastikan bahwa

seluruh anggota tim telah menguasai

pelajaran tersebut. Akhirya seluruh

siswa dikenai kuis tentang materi itu

dan pada saat kuis ini mereka tidak

boleh saling membantu. Skor yang

didapat hingga mencapai kriteria

tertentu dapat diberi sertifikat atau

penghargaan yang lain (Hadi, 2007:1).

2.4. Kolaborasi Pendekatan CTL dan

STAD

Sebagai inovasi guru dalam proses

pembelajaran maka kombinasi

pendekatan CTL dengan pembelajaran

kooperatif tipe STAD dapat dilakukan

dengan langkah-langkah berikut ini:

a. Guru menyampaikan materi

pembelajaran atau permasalahan

kepada siswa sesuai kompetensi

dasar yang akan dicapai, yaitu kubus

dan balok.

b. Persiapan materi yang ada

hubungannya dengan kehidupan

nyata siswa (kontekstual), misalnya

gambar semangka yang dijual di

pasar dapat digunakan untuk

memulai pembelajaran kubus.

Beberapa soal kontekstual misalnya

bentuk kubus semangka, seperti

terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Contoh Soal Kontekstual

Sebelum menyajikan guru harus

mempersiapkan lembar kegiatan dan

lembar jawaban yang akan dipelajarai

siswa dalam kelompok-kelompok

kooperatif. Kemudian menetapkan

siswa dalam kelompok heterogen

dengan jumlah maksimal 4 - 6 orang,

7

Page 8: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan CTL yang Diorientasikan pada Tipe STAD

aturan heterogenitas. Cara pembentukan

kelompok dilakukan sebagai berikut:

1) Mengurutkan hasil belajar siswa

berdasarkan nilai tes awal siswa,

dari nilai nilai terendah sampai

tertinggi.

2) Mengelompokkan nilai siswa ke

dalam enam interval, 0–16, 17–33,

34–50, 51– 67, 68 – 84, 85–100.

3) Masing-masing nilai siswa

diambil perwakilan satu setiap

interval dan dikelompokkan dalam

kelompok 1, 2, 3, 4, 5, dan 6..

c. Penyajian materi pelajaran (materi

dikaitkan dengan contoh kehidupan

nyata siswa), serta ditekankan pada

Pendahuluan, Pengembangan, dan

Praktik terkendali.

d. Kegiatan kelompok

Guru membagikan LKS kepada

setiap kelompok sebagai bahan yang

akan dipelajari siswa. Isi LKS selain

materi pelajaran yang dikaitkan dengan

kehidupan nyata siswa juga digunakan

untuk melatih kooperatif. Guru memberi

bantuan dengan memperjelas perintah,

mengulang konsep dan menjawab

pertanyaan.

e. Evaluasi

Dilakukan selama 45 - 60 menit

secara mandiri untuk menunjukkan apa

yang telah siswa pelajari selama bekerja

dalam kelompok. Hasil evaluasi

digunakan sebagai nilai perkembangan

individu dan disumbangkan sebagai

nilai perkembangan kelompok.

f. Penghargaan kelompok

Dari hasil nilai perkembangan,

maka penghargaan pada prestasi

kelompok diberikan dalam tingkatan

penghargaan seperti kelompok baik,

sedang, dan rendah. Langkah pertama

sebelum memberikan penghargaan

kelompok adalah menghitung rerata

skor kelompok. Untuk memilih rerata

skor kelompok dilakukan dengan cara

menjumlahkan skor yang diperoleh oleh

masing-masing anggota kelompok

dibagi dengan banyaknya anggota

kelompok. Pemberian penghargaan

didasarkan atas rata-rata poin yang

didapat oleh kelompok tersebut.

g. Perhitungan ulang skor awal dan

pengubahan kelompok.

Satu periode penilaian (3–4

minggu) dilakukan perhitungan ulang

skor evaluasi sebagai skor awal siswa

yang baru. Kemudian dilakukan

8

Page 9: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan CTL yang Diorientasikan pada Tipe STAD

perubahan kelompok agar siswa dapat

bekerja dengan teman yang lain.

3. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

3.1. Hasil Belajar Siswa Sebelum

Penelitian

Sebelum dilakukan penelitian,

peneliti memberikan tes awal kepada

siswa. Diberikannya tes awal ini untuk

mengukur kemampuan siswa sebelum

siswa diberi tindakan pendekatan CTL

yang diorientasikan dengan model

pembelajaran STAD. Hasil tes awal

siswa sebelum dilakukan tindakan

diperoleh nilai tertinggi 80 ada 1 orang,

siswa yang memperoleh nilai terendah

yakni nilai 10 ada 1 orang. Dari data

tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai

siswa berada pada rentangan 10 – 80.

Kemudian, siswa yang mengalami

ketuntasan belajar dengan nilai ≥ 65

ada 7 orang atau 19,4%, sedangkan

siswa yang memperoleh nilai di bawah

65 sebanyak 29 orang atau 80,6%.

3.2. Siklus I

Perencanaan merupakan tahap

awal sebelum melaksanakan tindakan.

Pada tahap perencanaan ini peneliti

melakukan kegiatan persiapan.

Pelaksanaan pembelajaran siklus I pada

tanggal 3 April 2009. Waktu

pelaksanaan pembelajaran 2 x 40 menit.

Pada tahap pelaksanaan tindakan,

peneliti memberi pertanyaan-pertanyaan

untuk mengetahui sejauh mana

pengetahuan disamping membangkitkan

kreativitas siswa dalam mengungkapkan

pendapat serta apa yang diketahui

tentang materi pembelajaran.

Setelah memberikan kesempatan

untuk bertanya dan siswa mendapat

pemahaman, peneliti memberikan soal

dalam bentuk LKS untuk dikerjakan

secara kelompok dengan anggota 4–5

orang. Setelah selesai dikerjakan,

peneliti menunjuk siswa menuliskan

hasil kerja kelompok mereka di depan

kelas. Sebelum kegiatan pembelajaran

tes siklus I berakhir, peneliti

memberikan 5 butir soal dengan alokasi

waktu 15 menit untuk mengukur

keberhasilan tindakan yang gambaran

hasilnya sebagai berikut.

Tabel 1Ditribusi Hasil Belajar Siklus I

9

Page 10: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan CTL yang Diorientasikan pada Tipe STAD

Nilai Frekuensi %%

Kumulatif80,00 6 16,7 16,7

10

Page 11: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan CTL yang Diorientasikan pada Tipe STAD

70,00 9 25,0 41,7 65,00 2 5,6 47,2

11

Page 12: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan CTL yang Diorientasikan pada Tipe STAD

60,00 12 33,3 80,655,00 3 8,3 88,950,00 2 5,6 94,445,00 2 5,6 100,0Total 36 100,0

Hasil belajar siswa belum tuntas

dalam penguasaan soal materi

pembelajaran. Jadi, tindakan yang

dilakukan pada siklus I ini perlu

perbaikan pada siklus selanjutnya. Hasil

pengamatan penelitian selama siklus I

adalah sebagai berikut.

1. Sebanyak 28 siswa (77,7%)

memberikan pendapat selama proses

pembelajaran, 18 siswa (50%) siswa

mencatat hasil kerja kelompok, dan

29 siswa (80,5%) siswa mengerjakan

tugas pada LKS. Dari data tersebut

diketahui rata-rata keaktifan visual

siswa pada siklus I sebesar 69,4%

(aktif).

2. Sebanyak 36 siswa (100%) selalu

bersama dalam kelompok, sebanyak

29 siswa (80,5%) siswa berbagi tugas

dalam kelompok, dan hanya 5 siswa

(97,2%) bekerja-sama membahas

soal. Dari data tersebut diketahui

rata-rata aktivitas kerjasama siswa

pada siklus I sebesar 92,6% (sangat

aktif).

3. Sebanyak 36 siswa (100%)

mendengar dan memperhatikan

pendapat kelompok / teman saat

jalannya diskusi, sebanyak 36 siswa

(100%) diam atau tidak ribut dalam

kelas, sebanyak 36 siswa (100%)

mengajak kelompok lain berdiskusi,

sebanyak 22 siswa (87%). Dari data

tersebut diketahui rata-rata aktivitas

interaksi antar siswa pada siklus I

sebesar 87% (sangat aktif).

4. Sebanyak 21 siswa (58,3%) mampu

menjawab pertanyaan kelompok lain,

menghargai pendapat kelompok lain,

sebanyak 36 siswa (100%)

menghargai pendapat kelompok lain,

sebanyak 28 siswa (77,7%)

memberikan masukan dan saran. Dari

data tersebut diketahui rata-rata

aktivitas emosional siswa pada siklus

I sebesar 78,7% (aktif).

Berdasarkan hasil pelaksanaan

dan pengamatan pada siklus I ditemukan

kegagalan yaitu:

1. Dilihat dari perolehan nilai tes, siswa

yang mencapai ketuntasan belajar

atau memperoleh nilai ≥ 65 adalah

17 orang (47,2%), siswa yang

memperoleh di bawah ketuntasan

12

Page 13: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan CTL yang Diorientasikan pada Tipe STAD

belajar atau memperoleh nilai < 65

adalah 19 siswa (52,8%). Dengan

demikian siswa yang belum

mencapai ketuntasan belajar masih

cukup tinggi yakni mencapai

52,78%.

2. Dilihat dari keaktifan mencatat

materi yang diberikan, siswa yang

tidak aktif mencatat ada 18 orang (50

%) dari 36 siswa.

3. Dilihat dari keaktifan siswa

menjawab pertanyaan kelompok lain,

siswa yang tidak aktif ada 15 siswa

(41,7%) dari 36 siswa.

3.3. Siklus II

Pelaksanaan penelitian pada siklus

II merupakan langkah perbaikan

pembelajaran dari apa yang telah

dilakukan pada siklus I yaitu ingin

meningkatkan hasil belajar dan aktivitas

siswa. Perencanaan merupakan tahap

awal sebelum melaksanakan tindakan.

Pada tahap perencanaan ini peneliti

melakukan kegiatan persiapan.

Pelaksanaan pembelajaran siklus II pada

tanggal 14 April 2009. Waktu

pelaksanaan pembelajaran 2 x 40 menit.

Pada tahap pelaksanaan tindakan,

peneliti memberi pertanyaan-pertanyaan

untuk mengetahui sejauh mana

pengetahuan disamping membangkitkan

kreativitas siswa dalam mengungkapkan

pendapat serta apa yang diketahui

tentang materi pembelajaran.

Setelah masing-masing kelompok

mendiskusikan kegiatan di atas, masing-

masing anggota kelompok berusaha

untuk menjawab soal berdasarkan

pertanyaan hasil diskusi kelompok yang

jawabannya dibuat secara individu

Setelah memberikan kesempatan untuk

bertanya dan siswa mendapat

pemahaman, diberikan soal LKS untuk

dikerjakan secara kelompok dengan

anggota 4–5 orang serta kuis sebagai

pendalaman materi pembelajaran.

Setelah selesai dikerjakan, peneliti

menunjuk siswa menuliskan hasil kerja

kelompok mereka di depan kelas.

Sebelum kegiatan pembelajaran

berakhir, peneliti memberikan soal-soal

latihan (evaluasi 2) yang harus

dikerjakan siswa yang gambaran

hasilnya sebagai berikut.

Tabel 2Ditribusi Hasil Belajar Siklus II

Nilai Frekuensi % %

13

Page 14: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan CTL yang Diorientasikan pada Tipe STAD

Kumulatif100,00 3 8,3 8,390,00 6 16,7 25,085,00 5 13,9 38,980,00 7 19,4 58,375,00 6 16,7 75,070,00 5 13,9 88,965,00 3 8,3 97,260,00 1 2,8 100,0Total 36 100,0

Dari data hasil belajar siklus II

jumlah sebanyak 35 siswa yang tuntas

belajarnya (97,2%) atau lebih dari 85%

dari jumlah keseluruhan siswa. Hal ini

menunjukan pemberian tindakan pada

siklus II telah berhasil dan tidak perlu

diadakan perbaikan. Hasil pengamatan

penelitian selama siklus II adalah

sebagai berikut.

1. Dari 36 siswa, yang memberikan

pendapat selama proses pembelajaran

sebanyak 26 orang atau 72,2%, siswa

mencatat hasil kerja kelompok

sebanyak 34 orang atau 94,4%, dan

siswa mengerjakan tugas pada LKS

sebanyak 36 orang atau 100%. Dari

data tersebut rata-rata keaktifan

visual siswa pada siklus I diketahui

88,9% atau tergolong sangat aktif.

2. Aktivitas kerjasama dari 36 siswa

dapat dijelaskan siswa selalu bersama

dalam kelompok sebanyak 35 orang

atau 97,2%, siswa berbagi tugas

dalam kelompok sebanyak 34 orang

atau 94,4%, dan siswa bekerjasama

membahas soal sebanyak 32 orang

atau 88,8%. Dari data tersebut rata-

rata aktivitas kerjasama siswa pada

siklus I diketahui 93,5 atau tergolong

sangat aktif.

3. Aktivitas interaksi antarsiswa dari 36

siswa dapat dijelaskan siswa

mendengar dan memperhatikan

pendapat kelompok/teman pada saat

jalannya diskusi sebanyak 28 orang

atau 77,7%, siswa diam atau tidak

ribut dalam kelas sebanyak 36 orang

atau 100%, dan siswa mengajak

kelompok lain untuk berdiskusi

sebanyak 27 orang atau 75%. Dari

data tersebut rata-rata aktivitas

interaksi antarsiswa pada siklus I

diketahui 84,2% atau tergolong

sangat aktif.

4. Aktivitas emosional siswa dalam

mengemukakan pendapat, dari 36

siswa dapat dijelaskan siswa mampu

menjawab pertanyaan kelompok lain

sebanyak 21 orang atau 58,3%, siswa

menghargai pendapat kelompok lain

sebanyak 33 orang atau 91,6%, dan

14

Page 15: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan CTL yang Diorientasikan pada Tipe STAD

siswa memberikan masukan dan

saran sebanyak 24 orang atau 66,6%.

Dari data tersebut rata-rata aktivitas

emosional siswa pada siklus I

diketahui 72,2% atau tergolong aktif.

Berdasarkan hasil pelaksanaan

dan pengamatan pada siklus II dilihat 

adanya peningkatan bila dibadingkan

dengan siklus I yaitu :

a. Dilihat dari distribusi frekuensi

perolehan nilai adanya peningkatan

peningkatan yaitu nilai 65 – 100

sebanyak 35 siswa dari 36 siswa

(97,22%)

b. Dilihat dari keaktifan siswa dalam

belajar kelompok, siswa yang tidak

aktif tidak ada.

Meskipun nilai siswa pada siklus I

ke siklus II ada yang mengalami

peningkatan dan ada yang mengalami

penurunan tetapi semua sudah mencapai

ketuntasan belajar di atas 65. Dengan

demikian pelaksanaan siklus II

dikatakan berhasil.

3.4. Pembahasan

Penghitungan kenaikan

keberhasilan secara keseluruhan

diperoleh dari rata-rata setelah diadakan

PTK atau siklus II dikurangi rata-rata

sebelum diadakan PTK. Dengan analisa

= 80,00 – 40,42 = 39,58.

Tabel 3Data Hasil Kenaikan Nilai Ulangan

Secara Keseluruhan

UraianPra PTK

Siklus I

Siklus II

Kena-ikan

Rerata nilai ulangan harian

40,42 64,31 80,00 39,58

Hasil analisa dari distribusi

frekuensi perolehan nilai dari

keseluruhan siklus sebagai berikut.

TABEL 4DATA HASIL DISTRIBUSI

FREKUENSI PEROLEHAN NILAI DARI SIKLUS I DAN SIKLUS II

No. UraianPra PTK

Siklus I

Siklus II

1. Nilai ≥ 65 7 17 35

2. Nilai < 65 29 19 1

Jumlah 36 36 36

Hasil analisa dari keaktifan

siswa dari keseluruhan siklus dapat

dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5Data Hasil Pengamatan Aktivitas

Siswa Secara Keseluruhan

AktivitasSiklus

ISiklus

IIKete-

rangan

Keaktifan (aktivitas visual)

69,4% 88,9% Naik 19,5%

Kerjasama (aktivitas oral)

92,6% 93,5% Naik 0,9%

Interaksi antar 87,0% 92,6% Naik

15

Page 16: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan CTL yang Diorientasikan pada Tipe STAD

siswa (aktivitas mental)

5,6%

Aktivitas mengemukakan pendapat (aktivitas emosional)

78,7% 72,2% Turun 6,5%

Ditinjau dari hasil pengamatan

terhadap aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran juga mengalami kenaikan.

Aktivitas keaktifan siswa naik 19,5%,

aktivitas kerjasama siswa naik 0,9% dan

aktivitas interaksi antarsiswa naik 5,6%.

Hanya aktivitas mengemukakan

pendapat (aktivitas emosional)

mengalami penurunan sebesar 6,5%.

Secara keseluruhan aktivitas siswa pada

siklus kedua mengalami kenaikan dan

siswa dinyatakan sangat aktif mengikuti

proses pembelajaran.

Melalui pendekatan CTL yang

diorientasikan dengan pembelajaran

kooperatif tipe STAD ini terlihat adanya

peningkatan hasil belajar siswa dan

peningkatan aktivitas siswa yang sangat

signifikan. Hasil temuan lapangan

menunjukkan guru tidak dianggap sosok

yang menakutkan tetapi sebagai

fasilitator dan mitra untuk berbagi

pengalaman sesuai dengan konsep

creatif learning yaitu melalui

pembelajaran kooperatif serta creativity

and diversity sangat menunjol dalam

model pembelajaran ini. Dengan

memadukan pendekatan CTL dengan

pembelajaran kooperatif tipe STAD

guru hanya mengarahkan strategi yang

efektif dan efisien yaitu belajar

bagaimana cara belajar (learning how to

learn). Dalam metode learning how to

learn guru hanya sebagai guide

(pemberi arah/petunjuk) untuk

membantu siswa jika menemukan

kesulitan dalam mempelajari dan

menyelesaikan masalah.

Pada akhir siklus II peneliti

menyebarkan angket kepada siswa.

Sebaran hasilnya sebagai berikut.

Sebanyak 32 siswa (89%) menyenangi

proses pembelajaran yang diberikan

guru, sedangkan ada 4 orang siswa

(11,1%) tidak menyenangi. Sebanyak 34

siswa (94%) memahami dengan mudah

materi materi yang disampaikan guru,

yang menyatakan masih sulit

memahami materi pelajaran ada 2 orang

(5,6%). Sebanyak 33 siswa (92%)

mengaku sangat mudah memahami

contoh-contoh yang diberikan guru,

hanya 3 orang (8,3%) yang “Tidak.”

16

Page 17: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan CTL yang Diorientasikan pada Tipe STAD

Sebanyak 34 siswa (94%) siswa

menyukai kegiatan yang dilakukan guru

selama berlangsungnya proses

pembelajaran, dan 2 orang (5,6%)

menjawab “Tidak”. Sebagian besar

siswa (32 orang, atau 88,9%) dapat

mengikuti kegiatan dengan baik tanpa

kendala. sedangkan 4 orang (11,1%)

tidak bisa mengikuti dengan baik.

Sebanyak 32 siswa (89,9%) tidak

mengalami kesulitan dalam memberikan

contoh benda atau bangun sisi luar sisi

datar yang ada di sekitar mereka, dan

hanya 4 orang (11,1%) yang menemui

kesulitan.

Dari keseluruhan proses

pembelajaran yang dilakukan guru

dengan menerapkan pendekatan CTL

yang diorientasikan dengan

pembelajaran kooperatif tipe STAD

diketahui hasilnya 55,6% sangat baik,

22,2% baik, 11,1% cukup baik, 8,3%

kurang baik, dan 2,8% sangat tidak baik.

4. SIMPULAN DAN SARAN

4.1. Simpulan

Hasil penelitian ini telah

menjawab dua permasalahan yang

terdapat pada bab 1. Dari hasil analisis

data dan pembahasan dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Peningkatan hasil belajar

matematika siswa melalui

pendekatan CTL yang diorientasikan

dengan tipe Student Teams

Achievement Division (STAD) di

kelas VIII1 SMP Negeri 1 Indralaya

Selatan. Ada peningkatan dari siklus

ke siklus, hal ini dilihat dari hasil

belajar siswa dengan nilai rata-rata

75,16.

2. Aktivitas siswa saat diterapkan

pendekatan CTL yang diorientasikan

dengan tipe STAD di kelas VIII1

SMP Negeri 4 Indralaya Selatan

mengalami peningkatan selama

dilakukan penelitian dari siklus I

sampai pada siklus II. Kenaikan

keaktifan siswa 19,5%.

4.2. Saran

Dari simpulan di atas penulis

memberikan saran sebagai berikut :

1. Guru mata pelajaran Matematika

kiranya dapat menerapkan

pendekatan CTL yang diorientasikan

dengan tipe Student Teams

17

Page 18: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan CTL yang Diorientasikan pada Tipe STAD

Achievement Division (STAD)

sebagai pilihan alternatif dalam

meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Kepada para mahasiswa atau

calon guru dapat menjadikan hasil

penelitian sebagai acuan dalam

melaksanakan tugas mengajar.

3. Kepada para peneliti lain,

kiranya dapat memodifikasi kembali

pelaksanaan penelitian tindakan kelas

misalnya dengan menambah variabel

motivasi belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Nur. 2007. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. http://muhlis.files.wordpress.com. Diakses pada tanggal 10 April 2008.

Himam, Fathul. 2004. Peningkatan Pemahaman Siswa pada Mata Pelajaran PKn Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Materi Sistem Hukum Nasional di Kelas Xa SMA Negeri 2 Pontianak (makalah hasil penelitian, tidak dipublikasikan). www.sman2-pontianak.sch.id. Diakses tanggal 28 Oktober 2008.

Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning : Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT. Grasindo.

Mulyasa, E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Nasution, Noehi. 2005. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta : Universitas Terbuka.

Santoso, Leonita. 2003. Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas.

Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning. Theory, Research and Practice, Second Edition. Boston: Allyn and Bacon.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya..

Suherman, H. Herman. 2007. Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa. http://pkab.wordpress-com. Diakses pada tanggal 12 April 2008.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.

18

Page 19: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan CTL yang Diorientasikan pada Tipe STAD

19