36
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasar Medis 1. Anatomi Fisiologi 5

Meningitis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Meningitis

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Medis

1. Anatomi Fisiologi

Gambar Sagital meningen, vertikel otak dan sub araknoidSumber : Syaifuddin, 1996, hal 142

Otak merupakan suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat

operasi dari semua alat tubuh, bagian dari saraf sentral yang terletak dalam

rongga kranium yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat. Otak dibagi

5

Page 2: Meningitis

menjadi tiga bagian besar yaitu : serebrum, batang otak dan serebelum. Semua

berada dalam suatu bagian struktur tulang yang disebut tengkorak, yang juga

menjaga otak dari cedera. Empat tulang frontal, parietal, temporal dan

oksipital. Pada dasar tengkorak terdiri dari tiga bagian fossa-fossa. Bagian

fossa senterior berisi lobus frontal serebral bagian hemisfer, bagian tengah

fossa berisi lobus parietal, temporal dan oksipital dan bagian fossa posteror

berisi batang otak dan medula.

a. Meningen

Meningen terletak dibawah tengkorak. Komposisi meningen berupa

jaringan serabut penghubung yang melindungi, mendukung dan

memelihara otak. Meningen terdiri dari tiga lapisan, yaitu :

1) Duramater

Lapisan paling luar, menutup otak dan medula spinalis. Sifat

duramater liat, tebal, tidak elastis, berupa serabut dan berwarna abu-

abu. Bagian pemisah hura : flax serebri yang memisahkan kedua

hemisfer dibagian longitudinal dan tentorium, yang merupakan lipatan

dari dura yang membentuk jaring-jaring membran yang kuat. Jaringan

ini mendukung hemisfer dan memisahkan hemisfer dengan bagian

bawah otak (fossa posterior). Jika tekanan dalam rongga otak

meningkat, jaringan otak tertekan kearah tentorium atau berpindah

kebawah, dan keadaan ini disebut herniasi.

2) Arakhanoid

Membaran bagian tengah, membran yang bersifat tipis dan

lembut ini menyerupai sarang laba-laba, oleh karena itu disebut

arakhnoid. Membran ini berwarna putih karena tidak dialiri darah.

Pada dinding arakhnoid terdapat pleksus khoroid, yang

bertanggungjawab memproduksi cairan serebrospinal (CSS). Membran

yang mempunyai bentuk seperti jari tangan ini disebut arakhnoid villi

yang mengabsorbsi cairan serebrospinal (CSS). Pada usia dewasa

normal, CSS diproduksi 500 ml/hari, tetapi 150 ml diabsorbsi oleh

6

Page 3: Meningitis

villi. Villi mengabsorbsi CSS juga pada saat darah masuk ke dalam

sistem (akibat trauma, pecahnya aneurisme, stroke dan lain-lain) dan

yang mengakibatkan sumbatan. Bila villa arakhniod tersumbat dapat

menyebabkan hidrosepalus.

3) Piamater

Membran paling dalam, berupa dinding yang tipis, transparan

yang menutupi otak dan meluas kesetiap lapisan daerah otak.

b. Serebrum

Serebrum terdiri dari dua hemisfer dan empat lobus. Subtansia

grisea terdapat pada bagian luar dinding serebrum bagian dalam. Pada

prinsipnya kompisisi substansia grisea yang terbentuk dari badan-badan

saraf memenuhi korteks serebri, nukleus dan basal ganglia. Susbtansi alba

terdiri dari sel-sel saraf yang menghubungkan bagian-bagian otak denagn

bagian yang lain. Sebagian besar hemisfes serebri berisi jarigan sistem

saraf pusat (SSP). Area inilah yang mengontrol fungsi motorik tertiggi,

yaitu terhadap fungsi individu dan intelegensi. Pada serebrum ada empat

lobus, yaitu :

1) Lobus frontal, adalah lobus besar yang terletak pada fossa anterior.

Area ini mengontrol perilaku individu, membuat keputusan,

kepribadian dan menahan diri

2) Lobus parietal, adalah lobus sentral. Area ini menginterprestasikan

sensasi dan didepan lobus oksipitalis. Sensasi rasa yang tidak

berpengaruh adalah bau. Lobus parietal mengatur individu mampu

mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya. Kerusakkan pada daerah

ini menyebabkan syndrom hemineglect

3) Lobus temporal, adalah bagian bawah lateral dan fisura serebralis

dan di depan lobus oksipitalis. Area ini berfungsi mengintegrasikan

sensasi kecap, bau dan pendengaran. Ingatan jangka pendek sangat

berhubungan dengan daerah ini

7

Page 4: Meningitis

4) Lobus oksipitalis, terletak pada lobus posterior hemisfes serebri.

Bagian ini bertanggung jawab menginterprestasikan pengelihatan

c. Diensepalon

Fossa bagian tengah atau diensepalon berisi talamus, hipotalamus,

dan kelenjar hipopisis.

Diensepalon terdiri dari dua lapisan, yaitu :

1) Talamus

Talamus berada pada salah satu sisi pada sepertiga ventrikel dan

aktivitas primernya sebagai pusat penyambung sensasi bau yang

diterima. Semua impuls memori, dan nyeri melalui bagian ini.

2) Hipotalamus

Hipotalamus terletak pada anterior dan inferior talamus. Berfungsi

mengontrol dan mengatur sistem saraf autonom. Hipotalamus juga

bekerja sama dengan hipopisis untuk mempertahankan keseimbangan

cairan, pengatur suhu tubuh, sebagai pusat lapat dan mengontrol berat

badan, sebagai pengatur tidur, tekanan darah, perilaku agresif dan

seksual dan respon emosional (rasa malas, marah, depresi, panik dan

takut)

d. Batang Otak

Batang otak terletak pada fossa anterior. Bagian-bagian batang otak ini

terdiri dari otak tengah, pons dan medula oblongara. Midbrain mengatakan

hubungan pons dan sereblum dengan hemisfer serebrum. Bagian ini berisi

jalur sensorik dan motorik dan sebagai pusat refleks pendengar dan

pengelihatan. Pons terletak di depan sereblum antara otak tangan dan

medula dan merupakan jembatan antara dua bagian sereblum dan juga

antara medula dan sereblum. Pons berisi jaras sensorik dan motorik.

Medula oblongata meneruskan serabut-serabut sensorik dari medula

spinalis ke otak. Dan serabut-serabut tersebut menyilang pada daerah ini.

Pons berisi pusat-pusat terpenting dalam mengontrol jantung, pernafasan

8

Page 5: Meningitis

dan tekanan darah dan sebagai asal-usul saraf otak kelima sampai

kedelapan.

e. Sereblum

Sereblum terletak pada fossa posterior dan terpisah dari hemisfer

serebral, lipatan dura meter, tentorium sereblum. Sebelumnya mempunyai

dua aksi yaitu merangsang dan menghambat dan tanggung jawab yang luas

terhadap koordinasi dan gerakkan halus. Ditambah mengontrol gerakan

yang benar, keseimbangan, posisi dan mengintegrasikan input sensorik

2. Definisi

a. Menigitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak

dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri dan organ jamur.

(Smeltzer, S.C & Bare, B.G, 2001)

b. Meningitis adalah radang umum pada araknoid dan piameter, disebabkan

oleh bakteri, virus dan organ-organ jamur yang dapat terjadi secara akut

dan kronis. (Mansjoer, Arief, 2000)

c. Meningitis bacterial adalah radang pada araknoid, piameter dan cairan

cerebrospinal (Jocce M. Black, 1993).

d. Meningitis bakterial adalah radang pada meningin (Membran yang

mengeliligi otak dan medula spinalis) yang disebabkan oleh bakteri,

biasanya streptokokus pnumoniae influenza (Brunner & Suddrath, 1997)

3. Etiologi

Penyebab penyakit meningitis adalah :

a. Bakteri: - Peneumococus

- Meningococus

- Stafilococus

- Salmonela

b. Virus : - Hemofirus Influenza

- Herpes Simplek.

9

Page 6: Meningitis

Organisme-organisme ini seringkali ada pada nasofaring, tetapi tidak diketahui

bagaimana organisme tersebut bisa masuk kedalam darah dan ruang

subraknoid.

4. Pathofisiologi

Meningitis tuberkulosis umumnya merupakan penyebaran tuberkulosis

primer, dengan infeksi ditempat lain. Dari fokus infeksi primer, kuman masuk

kesirkulasi darah melalui duktus torasikus dan kelenjar limfe regional dan

dapat menimbulkan infeksi berat berupa tuberkulosis milier atau hanya

menimbulkan beberapa fokus mestatasis yang biasanya tenang.

Mula-mula terbentuk tuberkel di otak, atau medula spinalis akibat penyebaran

kuman secara hematogen selama infeksi primer atau selama perjalanan

tuberkulosis kronik. Kemudian timbul meningitis akibat terlepasnya basil dan

antigennya dari tuberkel yang pecah karena rangsangan mungkin berupa

trauma atau faktor imunologi. Kuman kemudian langsung masuk keruang

subaraknoid atau ventrikel. Hal ini mungkin terjadi segera sesudah

dibentuknya lesi atau setelah periode laten berupa bulan atau tahun.

Bila hal ini terjadi pada pasien yang sudah tersensititasi maka masuknya

kuman kedalam ruang subaraknoid menimbulkan reaksi peradangan yang

menyebabkan perubahan dalam cairan serebro spinal. Reaksi peradangan ini

mula-mula timbul disekitar tuberkel yang pecah, tetapi kemudian tampak jelas

diselaput pada dasar otak dan apendium. Meningitis basilis yang terjadi akan

menimbulkan komplikasi nuerologis berupa paralisis saraf kranialis. (Kapita

Selekta Kedokteran, 2000, hal.439)

10

Page 7: Meningitis

Kurang pengetahuan

Tuberkel pecah

Kurang pengetahuan

PATOFLODIAGRAM

11

Masuk kejaringan otak

Bakteri meningococcus, Virus, Hemovirus influensa, Herpes Simpleks

Inflamasi keselaput otak

Infasi sirkulasi darah

Meningitis

TIK Meningkat

Menimbulkan reaksi peradangan

Masuk keruang subaraknoid / ventrikel

Kelemahan fisik

Mual dan muntah

Intoleransi aktifitas

Perubahan nutrisi

WBC meningkat

Demam

Peningkatan suhu tubuh

Kejang

Kapita Selekta Kedokteran, 2000, hal 439

Tidak mengerti proses penyakit

Kurang informasi

Pusing/ sakit kepala

Tuberkel pecah

Page 8: Meningitis

5. Manifestasi Klinis

a. Sakit kepala : berat, akibat peradangan meningin.

b. Demam : tinggi selama perjalanan penyakit.

c. Perubahan tingkat kesadaran : disorientasi ganguan memori. Bila penyakit

terus berkembang, terjadinya penurunan kesadaran dan koma.

d. Iritasi meningen, yang dibuktikan oleh :

1) Rigitasi nukal (kaku kuduk) : tanda awal, nyeri hebat dan spasme

otot saat fleksi kepala.

2) Tanda kerning positif : ketika Klien dibaringkan dengan paha

dalam posisi fleksi ke arah abdomen, kaki tidak dapat diektensikan.

3) Tanda brudzinski positif : bila leher difleksikan, juga terjadi fleksi

lutut dan pinggul.

4) Gangguan pengelihatan : peradangan pada saraf-saraf kranial,

termasuk optikus.

e. Ruam kulit : pada meningitis (lesi purpura dan ekimosis).

f. Kejang dan peningkatan TIK juga berhubungan dengan meningitis. Kejang

terjadi sekedar akibat area fokal kortikal yang peka. Tanda-tanda

peningkatan TIK sekunder akibat eksudat purulen dan edema serebral

terdiri dari perubahan bakteristik tanda-tanda vital (melebarnya tekanan

pulsa dan bradikardi), pernapasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan

penurunan tingkat kesadaran.

6. Pemeriksaan Diagnostik

a. Fungsi lumbal

1) CSS (Cairan serebrospinal)

2) Kadar dan tekanan protein

3) Kadar glukosa

b. Darah ; pemeriksaan kultur serum darah.

c. EEG (elektorensefalografi).

12

Page 9: Meningitis

d. Radiologi

Meliputi foto dada dan kolumna vertebralis, rekaman EKG dan CT Scan.

7. Penatalaksanaan

Meningitis termasuk penyakit gawat darurat, karena itu penderita harus

menginap dirumah sakit untuk perawatan dan pengobatan yang intensif.

a. Perawatan umum

1) Penderita istirahat mutlak.

2) Infeksi berat perlu dirawat diruang isolasi.

3) Fungsi respirasi harus dikontrol secara ketat.

4) Pemberian cairan parentral.

5) Pantau terhadap kejang, keogulasi intra vaskularis diseminata,

hiperpireksia, edema otak, plebitis, serta kekurangan gizi.

b. Pemberian cairan infus.

Pemberian cairan infus diberikan pada Klien yang tidak sadar atau ada

shock, misalnya pada anak : infus KAEN-3B.

c. Pemberian oksigen.

d. Kortikosteroid, berikan deksametason 0,6 mg/kg BB/hr selama 4 hari 15-20

menit sebelum pemberian antibiotik.

e. Pemberian antibiotik.

Pemberian antibiotik harus cepat dan tepat, sesuai dengan bakteri

penyebabnya dan dalam dosis yang cukup tinggi. Antibiotik diberikan 10-14

hari sekurang-kurangnya 7 hari setelah demam bebas.

Untuk dosis antibiotik pada meningitis:

1) Ampicilin 200-300 mg/ kg BB / hr (dosis

tunggal)

2) Gentamisin : 5 mg / kg BB / hr dalam tiga kali

pemberian.

8. Komplikasi

13

Page 10: Meningitis

a. Peningkatan TIK, karena ada edema serebral bila air yang bisa

menyebabkan peningkatan didalam susunan saraf pusat

b. Gagal pernapasan, karena herniasis batang otak sehingga fungsi selebral

menjadi buruk

c. Koma, karena terjadi penyumbatan pada pembuluh darah dan kurangnya

oksigen pada otak

A. Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan da merupakan

suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber

dan untuk mengevaluasi serta mengidentifikasi status kesehatan pasien

(Nursalam, 2001).

a. Identitas

Meliputi nama, jenis kelamin, pekerjaan, alamat dan seterusnya.

b. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat penyakit dahulu.

Ditanyakan tentang riwayat penyakit klien dahulu yang pernah

dialaminya yang berhubungan dengan penyakit saat ini. Apakah ada

alergi terhadap makanan atau obat-obatan tertentu imunisasi apa saja

yang didapat klien dan kebiasaan klien saat di rumah.

2) Riwayat Penyakit sekarang

Pengkajian mengenai perjalanan penyakitnya mulai dari

pertama sampai sekarang seperti, demam, mudah kesal, obstipasi,

dan muntah-muntah serta apatis mulai kapan dirasakan. Sedangkan

keluhan yang dirasakan mulai awal hingga saat ini; Adakah apatis,

refleks pupil yang melambat, reflek tendon yang melemah, demam,

serta tanda kernig dan brudzinski positif, dan upaya apa yang telah

dilakukan klien atau keluarga mengenai penyakit ini.

3) Riwayat penyakit keluarga

14

Page 11: Meningitis

Dalam keluarga klien, apakah ada yang menderita penyakit

seperti yang sedang diderita klien.

4) Riwayat pemeliharaan kesehatan

a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Data Objektif

(1) Tanyakan riwayat penyakit yang

pernah dialami sebelumnya.

(2) Adakah upaya yang dilakukan untuk

mempertahankan kesehatan dan perlindungan diri.

(3) Tanyakan upaya yang dilakukan saat

gejala penyakit timbul.

(4) Apakah harapan klien atau keluarga

masuk ke rumah sakit.

Data Obyektif

Observasi penampilan atau keadaan fisik klien.

b) Pola nutrisi metabolik

Data Subyektif

(1) Jenis, frekuensi dan jumlah makanan

dan minuman dalam sehari.

(2) Nafsu makan dan makanan yang

disukai

(3) Kesulitan yang timbul saat makan,

seperti : mual, muntah, nyeri ulu hati.

(4) Adakah ketaatan terhadap diet tertentu.

Data Obyektif

(1) Observasi kemampuan klien dalam menerima nutrisi.

(2) Terapi interavena, adakah selang hidung.

c) Pola eliminasi

Data Subyektif

15

Page 12: Meningitis

(1) Kebiasaan BAB, seperti : teratur atau

tidak teratur frekuensi, konsistensi dan banyak atau sedikit.

(2) Untuk kelancaran BAB : perlu obat-

obatan atau makanan tertentu.

(3) Kebiasaan BAK, seperti : urine yang

keluar lancar atau tidak, warna urine.

Data Obyektif

(1) Observasi kemampuan klien dalam BAB / BAK.

(2) Pemasangan folley kateter

(3) Warna urine Klien

d) Pola aktivitas dan latihan

Data Subyektif

Tanyakan aktivitas sehari-hari di rumah, seperi : mandi,

berpakaian, rapikan diri, jalan, makan, BAB atau BAK

Data Obyektif

Observasi tingkat kemampuan klien dalam beraktivitas

e) Pola tidur dan istirahat

Data Subyektif

(1) Tanyakan waktu tidur dan jumlah jam

tidur dalam sehari

(2) Hal-hal yang menjadi hambatan klien

saat tidur

(3) Tanyakan suasana tidur klien

(4) Upaya apa yang dilakukan klien bila

sulit tidur

Data Obyektif

Observasi pola tidur klien

f) Pola persepsi kognitif

Data Subyektif

16

Page 13: Meningitis

(1) Tanyakan apakah klien bisa mencoba,

menghitung.

(2) Tanyakan apakah klien ada

menggunakan alat bantu

(3) Tanyakan apakah klien bisa

mendengar instruksi orang tuanya.

Data Obyektif

Observasi kemampuan klien dalam mendengar instruksi perawat

atau dokter

g) Pola persepsi dan konsep diri

Data Subyektif

(1) Persepsi klien tentang dirinya

(2) Apakah klien pernah merasa minder

atau kurang percaya diri.

Data Obyektif

Adakah ungkapan klien tentang menunjukkan terganggunya

persepsi dan konsep diri.

h) Pola peran dan hubungan dengan sesama

Data Subyektif

(1) Tanyakan apakah peranan klien dalam

keluarganya

(2) Tanyakan apakah klien dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Data Obyektif

Observasi kemampuan klien dalam berperan aktif dengan

perawat dan dokter selama sakit.

i) Pola kepercayaan

Data Subyektif

(1) Tanyakan klien menganut agama apa.

17

Page 14: Meningitis

(2) Apakah klien rajin dalam kegiatan ke

agamaan.

Data Obyektif

Observasi klien atau keluarga, apakah pernah berdoa selama

sakit.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

respon manusia dari individu atau kelompok diman perawat secara

akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan informasi secara pasti

untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan

merubah. (Nursalam dikutip dari carpenito, hal 35, 2000)

Adapun diagnosa yang dapat muncul adalah :

a. Perubahan tingkat kesadaran berhubungan dengan proses

infeksi dan penurunan fungsi neurologis.

b. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan respon

inflamasi terhadap susunan saraf pusat.

c. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan

kerusakan neuromuskuler.

d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan perubahan kemampuan dalam mencerna nutrien.

3. Rencana Keperawatan

Dalam menentukan perencanaan perlu menyusun suatu sistem untuk

menentukan diagnosa yang akan diambil untuk tindakan pertama kali. Salah

18

Page 15: Meningitis

satu sistem yang dapat digunakan dalah hirarki kebutuhan manusia “ Iyer et

al, 1996 “ (Nursalam, hal 52, 2001).

a. Hirarki Maslow

Maslow menjelaskan kebutuhan manusia dibagi menjadi lima

tahap : fisiologis, rasa aman dan nyaman, sosial, harga diri dan

aktualisasi diri. Maslow mengatakan pasien memerlukan suatu tahapan

kebutuhan, jika pasien menghendaki suatu tindakan yang memuaskan.

Dengan kata lain kebutuhan fisiologis biasanya sebagai prioritas utama

bagi pasien dari pada kebutuhan lain. (Nursalam, hal 52, 2001).

Dimana Maslow menggambarkan dengan skema piramida yang

menunjukkan bagaimana seseorang bergerak dari kebutuhan dasar dari

tingkat kebutuhan yang lebih tinggi dengan tujuan akhir adalah fungsi

dan kesehatan amnusia yang terintegrasi.

Aktualisasi

Diri

Harga diri

Mencintai dan dicintai

Kebutuhan keselamatan dan keamanan

Kebutuhan fisiologis

(O2, CO2, elektrolit, makanan dan sex)

Hirarki Abraham Maslow

Keterangan :

19

Page 16: Meningitis

1) kebutuhan fisiologis O2, CO2, elektrolit, makanan dan sex

2) Kebutuhan keselamatan dan keamanan, terhindar dari

penyakit dan perlindungan hukum

3) Mencintai dan dicintai : kasih sayang, mencintai, dicintai,

diterima dikelompok.

4) Harga diri : dihargai dan menghargai (respek dan toleransi)

5) Aktualisasi diri : ingin diakui, berhasil dan menonjol

b. Hirarki “Kalish”

Kalish menjelaskan kebutuhan Maslow dengan membagi

kebutuhan fisiologis menjadi kebutuhan untuk bertahan dan stimulasi.

Kalish mengidentifikasi kebutuhan untuk mempertahankan hidup :

udara, air, temperatur, eliminasi, istirahat dan menghindari nyeri, jika

terdapat kekurangan kebutuhan tersebut, pasien cenderung

menggunakan prasarana untuk memuakan kebutuhan tertentu, hanya

saja mereka akan mempertimbangkan terlebih dahulu kebutuhan yang

paling tinggi prioritasnya, misalnya keamanan dan harga diri.

(Nursalam, hal 53, 2001).

20

Page 17: Meningitis

3. Perencanaan Keperawatan

NoDiagnosa

KeperawatanTujuan / Kriteria

EvaluasiIntervensi Rasional

1 Perubahan tingkat kesadaran berhubungan dengan infeksi dan penurunan fungsi neurologis.

Tujuan :- Tingkat

kesadaran klien mulai kembali normal.

- Tidak terjadi cedera fisik

Kriteria :- GCS dalam

batasnormal (Normal 15)

- Kesadaran baik

- Orientasi waktu, tempat dan orang

- Tanda-tanda vital dalam batas normal

1. Pantau Status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan normalnya, seperti GCS.

2. Kaji respons motorik terhadap perintah yang dilakukan oleh perawat.

3. Evaluasi kemampuan membuka mata, seperti spontan (sadar penuh), membuka hanya jika diberi rangsangan nyeri atau tertutup (koma).

4. Kaji respon verbal : catat apakah Klien sadar, orientasi terhadap orang, tempat, dan waktu baik

1. Pengkajian kecenderungan adanya perubahan tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK adalah sangat berguna dalam menentukan lokasi, penyebaran.

(Doenges, Hal. 273)2. Mengukur

keadaan secara keseluruhan dan merupakan petunjuk keadaan kesadaran terbaik pada Klien yang matanya tertutup.

(Doenges, Hal. 273)3. Menentukan

tingkat kesadaran.(Doenges, Hal. 273)

4. Mengukur kesesuaian dalam berbicara dan menunjukkan tingkat kesadaran. Jika kerusakan

21

Page 18: Meningitis

atau malah bingung menggunakan kata-kata atau fase uang tidak sesuai.

terjadi sangat kecil pada korteks serebral, Klien mungkin akan bereaksi dengan baik terhadap rangsangan verbal yang diberikan tetapi mungkin juga memperlihatkan seperti kantuk berat atau tidak kooperatif.

(Doenges, Hal. 273)2 Peningkatan suhu

tubuh berhubungan dengan respon inflamasi t erhadap susunan saraf pusat.

Tujuan :- Pertahankan

suhu tubuh dalam batas normal

Kriteria :- Klien tidak

demam- Suhu tubuh

36 oC – 37,5 oC- Tanda-tanda

vital dalam batas normal

- Klien tidak kejang karena demam yang tinggi

1. Pantau suhu Klien (derajat dan pola)

2. Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi

3. Berikan kompres dinginpada axila dan lipat paha bila demam.

4. Berikan obat antipiretik, misalnya :

1. Suhu 380 – 41,10 c menunjukkan proses penyakit infeksius akut. Pola demam dapat membantu dalam diagnosis.

(Doenges, Hal. 875)2. Suhu ruangan

atau jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.

(Doenges, Hal. 876)3. Dengan

kompres dingin dapat membantu mengurangi demam.

(Doenges, Hal. 876)

22

Page 19: Meningitis

parasetamol, aspirin. 4. Untuk mengurangi demam pada hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan organisme dan meningkatkan auto destruksi dari sel-sel yang terinfeksi.

(Doenges, Hal. 876)3 Bersihkan jalan

napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekresi mukus.

Tujuan :- Mempertahan

kan pola pernapasan normal atau efektif.

Kriteria :- Klien tidak

sesak- Klien tidak

sianosis- SaO2 normal

(95 – 100 %)

1. Berikan oksigen sesuai kebutuhan klien.

2. Ubah posisi secara periodik dan ambulisasi dan mengeluarkan sekret.

3. Lakukan pengisapan dengan ekstra hati-hati jangan lebih dari 10 – 15 detik. Catat karakter, warna

1. Memaksimalkan oksigen pada darah arteri dan membantu dalam pencegahan dalam pencegahan hipoksia.(Doenges, Hal. 278)

2. Meningkatkan pengisian udara seluruh segmen paru, memobilisasi dan mengeluarkan sekret.(Doenges, Hal. 448)

3. Pengisapan biasanya dibutuhkan jika Klien koma atau dalam keadaan imobilisasi dan tidak dapat membersihkan jalan napas sendiri. Penghisapan pada trakea

23

Page 20: Meningitis

dan kekeruhan dari sekret.

yang lebih dalam harus dilakukan dengan ekstra hati-hati karena hal tersebut dapat menyebabkan atau meningkatkan hipoksia yang menimbulkan vasokontriksi pada akhirnya akan berpengaruh cukup besar pada perfusi serebral.(Doenges, Hal. 278)

4 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan perubahan kemam- puan untuk mencerna nutrien.

Tujuan :- Nutrisi klien

terpenuhi.- Tidak

mengalami tanda-tandamalnutrisi

Kriteria :- Klien dapat

menghabiskan porsi makanan yang disedikan

- Peningkatan berat badan dari sebelumnya

1. Berikan cairan melalui IV atau makanan melalui selang.

2. Berikan terapi nutrisi dalam program pengobatan rumah sakit sesuai indikasi.

3. Hancurkan

1. Untuk memberikan cairan pengganti dan juga makan, jika Klien tidak mampu untuk memasukkan segala sesuatu melalui mulut.

(Doenges, Hal. 305)2. Pengobatan

masalah dasar tidak terjadi tanpa perbaikan status nutrisi. Perawatan di rumah sakit memberikan kontrol lingkungan dimana masukan makanan, muntah atau eliminasi, obat dan aktivitas dapat dipantau.

(Doenges, Hal. 428)3. Digunakan

24

Page 21: Meningitis

dan beri makanan melalui selang apapun yang tertinggal pada nampan setelah periode waktu pemberian sesuai indikasi.

sebagai bagian program perubahan perilaku untuk memberikan masukan total kalori yang dibutuhkan.

(Doenges, Hal. 428)

25

Page 22: Meningitis

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan

yang spesifik. (Nursalam,2001)

Tahapan ini merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan, oleh

karena itu pelaksanaannya dimulai setelah rencana tindakan dirumuskan dan

mengacu pada rencana tindakan sesuai skala sangat urgent dan tidak urgent (non

urgent).

Dalam pelaksanaan tindakan ada tiga tahapan yang harus dilalui, yaitu

persiapan, perencanaan, dan pendokumentasian (Nursalam, 2001 dikutip dari

Griffit 1968).

a. Fase persiapan, meliputi :

1) Review antisipasi tindakan keperawatan

2) Menganalisa pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan.

3) Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul

4) Persiapan alat

5) Persiapan lingkungan yang kondusif

6) Mengidentifikasi aspek hukum dan etik.

b. Fase intervensi, meliputi :

1) Independen: tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk atau

perintah dokter serta tim kesehatan lainnya.

2) Interdependent: tindakan perawat yang memerlukan kerja sama dengan

tim kesehatana lainnya (gizi, dokter, laboratorium, dan lain-lain).

3) Dependent: berhubungan dengan tindakan medis atau menandakan dimana

tindakan medis dilakukan.

c. Fase dokumentasi

Merupakan suatu catatan lengkap dan akurat dari tindakan yang telah

dilaksanakan.Dalam pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan pada klien

26

Page 23: Meningitis

dengan gastritis perawat dapat berperan sebagai pelaksana keperawatan,

memberi support, pendidik, advokasi, dan pencatatan/penghimpunan data.

5. Evaluasi

Adalah salah satu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematis

pada status kesehatan klien (Nusalam, 2001 dikutip dari Griffit dan Cristensen,

1986). Sedangkan Ignativicius dan Bayne 1994 yang dikutip oleh Nursalam

mengatakan evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana

tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.

Evaluasi terdiri atas dua jenis yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.

Evaluasi formatif disebut juga evaluasi proses, evaluasi jangka pendek, atau

evaluasi berjalan, dimana evaluasi dilakukan secepatnya setelah tindakan

keperawatan dilakukan sampai tujuan tercapai. Sedangkan evaluasi sumatif ini

disebut evaluasi hasil, evaluasi akhir, evaluasi jangka panjang. Evaluasi ini

dilakukan pada akhir tindakan keperawatan paripurna dilakukan dan menjadi

suatu metode dalm memonitor kualitas dan efisiensi tindakan yang diberikan.

Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan format “SOAP” (Nursalam, 2001).

Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan kembali umpan balik rencana

keperawatan, nilai serta meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui hasil

perbandingan standar yang telah ditentukan sebelumnya. Hasil dari evaluasi yang

diharapkan dalam pemberian tindakan keperawatan dalam proses keperawatan

pada klien dengan gastritis adalah: nutrisi klien dapat terpenuhi, nyeri akibat

iritasi mukosa lambung teratasi, tidak terjadi kekurangan volume cairan, ansietas

dapat teratasi, klien dan keluarga mengetahui tentang informasi penyakit yang

diderita. Hal ini sesuai dengan standar tujuan yang telah ditentukan pada tahap

perencanaan tindakan.

27

Page 24: Meningitis

6. Perencanaan Pulang

Rencana yang diberikan kepada klien dan keluarga adalah sebagai berikut :

a. Sebagai tenaga kesehatan, kita memberikan penjelasan kepada keluarga Klien,

apabila anaknya timbul tanda dan gejala seperti tidak sadarkan diri, kejang,

demam dan denyut nadi yang lambat untuk segera berobat ke puskesmas

terdekat atau langsung ke Rumah Sakit besar.

b. Instruksikan klien untuk mematuhi resimen pengobatan dengan minum obat

sesuai yang diharuskan dan melaporkan skrining tindak lanjut.

c. Menganjurkan klien ikut serta dalam tindakan preventif, contoh memberi

dorongan pada individu yang kontak erat untuk melaporkan diri guna

pemeriksaan.

d. Meningkatkan komsumsi nutrisi dan protein serta mengkomsumsi vitamin

yang meningkatkan kekuatan tubuh.

28