Menghafal Alqur'an.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Menghafal Alqur'an itu indah

Judul Terjemahan : METODE SISTEMATIS MENGHAFAL QUR'AN Judul Asli : Kaifa Tahfadzul Qur'anal Karim Penulis : Dr. Yahya ibn Abdur Razzaq GhautsaniPenterjemah: Ahmad Yunus Naidi______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

D A F T A R I S I

KOMENTAR MEREKA TENTANG BUKU INI KATA PENGANTAR CETAKAN KEDUAKATA SAMBUTANSyekh Abdullah bin Ali BasfarPujian dari Syeikh al-Muqri Abdul Ghaffar ibn Abdul Fattah al-Durubi al-Himshi, Dosen Qiraat di Universitas Ummul Qura, Mekkah al-MukarramahPujian dari guru para qari di kota Hamah Al-Syeikh al-Muqri Said Abdullah al-Muhammad Dosen Qiraat di Universitas Ummul Qura, Mekkah al-MukarramahPujian dari al-Muqri al-Ustadz al-Muhaqqiq al-Syeikh Aiman Rusydi SuwaiKATA PENGANTAR CETAKAN PERTAMA

BAGIAN PERTAMA

BAB I :ALLAH SWT. MENJAGA AL-QUR'AN DALAM SEMUA PROSES PENURUNAN DAN DALAM SEGALA ASPEKNYA1. Fase Pertama: Allah menjaga al-Quran diLauh Mahfudh2. Fase Kedua: Allah SWT menjaga al-Quran ketika diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.3. Fase Ketiga: Allah SWT menjaga al-Quran di dalam hati Nabi saw. dan menghimpunnya di dadanya yang mulia4. Fase Keempat: Allah SWT menjaga al-Quran ketika Nabi Muhammad saw. menyampaikan dan membacakannya kepada umatnya dengan tanpa adanya campur-tangan di dalamnya ataupun kesulitan ketika menyampaikannya.5. Fase Kelima: Allah SWT menjaga al-Quran setelah Nabi saw. menyampaikannya dan ia tetap terjaga dan terpelihara hingga hari kiamat.BAB II :KEUTAMAAN MENGHAFAL DAN MEMAHAMI AL-QURAN AL-KARIMBAB III :KEWAJIBAN MEMURAJAAH DAN MENGINGAT-INGAT AL-QURAN DAN PERINGATAN BAGI ORANG YANG MENINGGALKAN DAN MELUPAKANNYABAB IV :SYARAT-SYARAT MERAIH ILMU MENURUT ULAMA SALAF

1. Kecerdasan2. Penuh perhatian3. Bersungguh-sungguh4. Bekal yang memadai5. Bersahabat dengan guru6. Waktu yang lama

BAGIAN KEDUA:KAEDAH UMUM DAN NORMA DASAR DALAM MENGHAFAL AL-QURAN AL-KARIM

Kaedah Pertama :Keikhlasan merupakan rahasia meraihtaufiqdari Allah dan hati yang terbukaKaedah Kedua : Menghafal di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batuKaedah ketiga : Memilih waktu yang tepat dapat membantu dalam menghafalKaedah keempat : Memilih tempat menghafalKaedah kelima : Irama dan bacaan yang baik dengan memperdengarkan suara dapat memantapkan ayat-ayat dalam ingatanKaedah keenam : Cukup menggunakan satu mushaf dengan satu bentuk cetakanKaedah ketujuh : Membenarkan bacaan lebih didahulukan daripada menghafalKaedah kedelapan : Proses menghubungkan antar ayat akan membuat hafalan yang saling bersambungKaedah kesembilan : Proses pengulangan dapat menjaga hafalan baru dari terlepas dan hilangKaedah kesepuluh : Hafalan harian secara teratur lebih baik daripada hafalan yang terputus-putusKaedah kesebelas : Menghafal dengan cara perlahan, tenang dan pasti lebih baik daripada menghafal dengan cara cepat dan tergesa-gesaKaedah kedua belas : Memkosentrasikan diri untuk memperhatikan ayat-ayat yang mirip dapat terhindar dari kekaburan dalam hafalanKaedah ketiga belas : Keharusan berhubungan dengan seorang guruKaedah keempat belas : Memfokuskan pandangan kepada bentuk ayat di dalam mushaf ketika menghafalKaedah kelima belas : Mempraktekkan hafalan dan bacaan dalam amal perbuatan serta selalu menjalankan ketaatan dan meninggalkan segala kemaksiatanKaedah keenam belas :Murajaahyang teratur dapat memantapkan hafalanKaedah ketujuh belas : Pemahaman yang menyeluruh menyebabkan hafalan yang sempurnaKaedah kedelapan belas : Kekuatan motivasi dan kebenaran keinginan untuk menghafal al-QuranKaedah kesembilan belas : Berlindung kepada Allah melalui doa, zikir dan meminta pertolongan dari-Nya

BAGIAN KETIGA :METODE PRAKTIS DAN SARANA YANG MEMBANTU HAFALAN

Metode pertama : Metode terbaik untuk menghafal al-Quran yang telah aku coba seorang diriMetode kedua : Menhafal antara dua orangMetode ketiga : Menggunakan waktu yang terbuang di kendaraanMetode keempat : Hafalan para pekerjaMetode kelima : Mendengarkan alat perekam (tape recorder)Metode keenam : Menghafal dengan merekam suaramu sendiriMetode ketujuh: Menghafal bagi anak-anak dengan perekamMetode kedelapan : Menghafal dengan metode penulisanMetode kesembilan : Pemanfaatan papan tulis rumahMetode kesepuluh : Menghafal Al-Quran dengan papan.Metode kesebelas : Rangsangan motivasi melalui simulasi dan hadiahMetode keduabelas : Menghafal dari halaman terakhirMetode ketiga belas : Menghafal satu halaman al-Quran baris perbarisMetode keempat belas : Memanfaatkan video untuk merekam al-QuranMetode kelima belas : Menghafal dengan bantuan komputerMetode keenam belas : Menghubungkan ayat al-Quran dengan kejadian tertentuMetode ketujuh belas : Menghubungkan hafalan baru dengan berbagai peristiwa pentingMetode kedelapan belas : Menghubungkan ayat-ayat al-Quran dengan berbagai caraMetode kesembilan belas : Menghafal al-Quran melalui pemahaman maknanyaMetode kedua puluh : Cara menghafal al-Qur'an bagi orang yang butaMetode kedua puluh satu : Pembentukan majelis tahfidz di mesjid-mesjidMetode kedua puluh dua : SirkulasiMetode keduapuluh tiga : Metode UzbekistanMetode kedua puluh empat : Metode TurkiMetode keduapuluh lima : Penggabungan ayat-ayat menggunakan kisah-kisah nyata atau media gambar

BAGIAN KE-EMPAT :MUROJAAH DAN MADRISAH SERTA PEMANTAPAN HAFALANPertama : Murajaah IndividuKedua : Metode MenyimakMetone Murajaah yang Gharib

BAGIAN KE-LIMA : Pembahasan Pertama : Nasihat-nasihat khusus bagi siapa saja yang ingin menghafal al-QuranPembahasan Kedua : Nasehat - nasehat umum bagi pembaca Quran, Penuntut ilmu al-Quran dan para pemula.

PENUTUPSAMBUTANREFERENSI

Komentar mereka mengenai buku ini sesungguhnya dalam diri seseorang akan terkumpul, ketika ia membaca buku ini, antara menerima dan menikmati. Baris pertama dari buku ini memiliki faedah tersendiri bagiku dan demikianlah pada setiap barisnya. Oleh karena itulah, aku menganjurkan bagi orang yang telah mendapatkan buku ini agar tidak menutupnya sebelum ia menyelesaikan membacanya agar tidak luput darinya faedah yang banyak ini yang sungguh mulia bisa mendapatkannya dari buku ini Prof. Hasan Ahmad Hamid

Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan atas buku ini, sungguh buku ini banyak digunakan oleh orang banyak Syeikh Ali al-Thanthawi

merupakan pembahasan ilmiyah dan metodologis yang pertama Dr. Muhammad Abu al-Fath al-Bayanuni

Sungguh aku telah menerapkan kaedah-kaedah dan pola-pola yang telah aku baca dalam buku ini, sehingga aku telah berhasil menghafal lima belas juz.Mahasiswi dari Yordania

Penulis yang terhormat, aku kabarkan bahwa aku telah menghafal al-Quran secara lengkap dan hal ini setelah aku melaksanakan dan mengikutikaedah-kaedah dan metode-metode yang ada pada buku ini.Mahasiswa dari Universitas Afrika

KATA PENGANTAR CETAKAN KEDUA Segala puji hanya milik Allah yang dengan kenikmatan yang dianugerahkan-Nya segala amal kebaikan menjadi sempurna. Shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita semua yang ada di alam semesta ini, Nabi Muhammad saw., keluarga dan orang-orang yang menempuh jalannya. Sesungguhnya orang yang membaca biografi para tokoh sejarah Islam terkemuka, maka di sela-sela bacaannya ia akan dihadapkan dengan nama-nama yang menarik, sehingga ia akan tertarik untuk membaca sejarah perjalanan hidup mereka dengan rasa kagum, bahkan bisa jadi dia akan mengulang-ulanginya dan menceritakannya di beberapa majlis, namun apakah ia hanya cukup berhenti dengan kekagumannya itu? Tidakkah sebaiknya ia bertanya-tanya: bagaimana cara mereka bisa mencapai penghargaan ini ? bagaimana cara mereka sehingga bisa menjadi ulama ? langkah-langkah apa saja yang mereka tempuh untuk meraihnya ?. Di sela-sela aku merenungi pertanyaan-pertanyaan ini dan menengok kembali ke langkah-langkah yang pertama dalam perjalanan awal karir tokoh-tokoh ini, tiba-tiba aku mendapatkan bahwa mayoritas mereka semua memulai dari al-Quran al-Karim dan menghafalkannya. Inilah yang membuat kami semakin menerima bahwa langkah awal yang benar dalam membangun sosok yang berilmu dan memiliki keimanan yang benar hanyalah diawali dari al-Quran al-Karim, baik dengan menghafal, memahami dan merenungi. Namun tatkala aku melihat kebanyakan remaja telah tergelincir ketika perjalanan menghafal mereka, maka aku mulai memperhatikan masalah ini dan jadilah buku ini. Sungguh Allah SWT telah memudahkan cetakan pertama buku ini dengan memunculkan program tahfidz al-Quran al-Karim bagi anak-anak muslim di dunia yang telah mendistribusikannya ke lebih dari tiga puluh negara dan al-Hamdulillah jumlah keseluruhannya telah habis. Program tahfidz al-Quran al-Karim telah menjadikan buku ini sebagai pedoman, seperti halnya kurikulum dasar dalam pelatihan-pelatihan bagi para guru di berbagai halaqah dan mahad al-Quran al-Karim di dunia. Buku ini juga dijadikan sebagai silabus pada beberapa sekolah al-Quran di Filipina dan beberapa lembaga tahfidz al-Quran al-Karim. Tatkala program ini memaksaku untuk membimbing pelatihan-pelatihan ini, maka buku ini menjadi salah satu materi pokok pada pelatihan tersebut dan aku telah menyampaikannya pada beberapa ceramah diNamsa, Kroasia, Bosnia,Hersik, Sulufinia, Amerika Serikat, Kanada, Afrika, Turki dan lain-lain yang merupakan persiapan untuk memoles dan menyeleksi pikiran-pikirannya. Tidak diragukan lagi bahwa kunjungan-kunjungan ini dengan berbagai macam tempat telah memiliki pengaruh besar dalam menelaah pola-pola yang sangat banyak dan bermacam-macam model untuk menghafal al-Quran al-Karim. Hal ini memberikan kelebihan dengan memasukkan pengalaman-pengalaman baru ke dalam pembahasan buku ini, di sela-sela itulah, aku telah berhasil menghimpun beberapa hal yang bermanfaat dan aku berusaha menjadikannya sesuai dengan pembahasan buku ini. Aku sangat bersyukur kepada Allah SWT bahwa aku telah melihat indikasi bahwa buku ini telah diterima dan memiliki pengaruh bagi setiap orang yang membaca dan mengkajinya, bahkan buku ini telah dibaca oleh para profesor yang spesialisasinya di bidang pendidikan dan pengajaran, ilmu jiwa dan ilmu-ilmu al-Quran, dan mereka telah menemukan hal baru di bidangnya. Para mahasiswa dari berbagai penjuru dunia telah berkali-kali meminta untuk mencetak ulang buku ini, surat-surat dan sanjungan, baik dalam bentuk puisi ataupun prosa, telah ditujukan kepadaku, sebagian darinya akan aku sebutkan di akhir buku ini. Akhirnya, setelah menunggu selama empat tahun, cetakan kedua ini dapat diterbitkan. Pada cetakan ini, aku telah menambahkan beberapa sentuhan, perubahan dan informasi penting. Pertama-tama aku bersyukur kepada Allah SWT atas karunia dan anugerah-Nya yang telah menjadikan buku ini diterima oleh semua orang, baik dari kalangan khusus maupun kalangan umum. Kedua, aku berterima kasih kepada para ulama dan para guru senior yang telah berkenan membaca ulang buku ini dan mereka tidak sungkan-sungkan untuk memberikan beberapa kritikan yang berharga. Hanya kepada Allahlah aku memohon agar menjadikan buku ini sebagai bekal dalam timbangan amal kebaikanku dan memaafkan segala kesalahanku, serta menjadikannya bermanfaat bagiku kelak pada hari yang tiada harta dan anak keturunan yang bermanfaat kecuali orang yang datang ke hadirat Allah dengan hati suci, sesungguhnya Dia Maha Mendengar , Maha Dekat dan Maha Mengabulkan doa.

Jeddah, 13 Syaban 1418 HDr. Yahya ibn Abdur Razzaq Ghautsani

KATA PENGANTAROleh: Syeikh Abdullah Ali Bashfar, pembimbing program tahfidz al-Quran al-Karim, imam dan khatib masjid al-Syuabi Jeddah. Segala puji hanya milik Allah Yang telah menurunkan al-Quran kepada hamba-Nya sebagai peringatan bagi orang-orang yang berakal. Shalawat dan salam tertuju kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw. yang telah diutus sebagai pengajak ke jalan Allah dan pelita yang menerangi, kepada keluarga dan semua sahabatnya.Sesungguhnya akhir dari usaha seorang mukmin adalah upaya memperoleh kemuliaan dan keutamaan di sisi Tuhannya dan memperoleh pahala yang besar agar ia termasuk orang-orang yang menang. Sesungguhnya Allah SWT telah menunjukkan kepada kita jalan-jalan kebaikan dan berlomba-lomba dalam ketaatan. Di antara jalan-jalan tersebut adalah menerima al-Quran al-Karim dengan cara membaca, menghafal, merenungi dan mengamalkannya. Allah SWT berfirman:Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karuniaNya.Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.(QS. Fathir: 29-30). Rasulullah saw. juga telah menjelaskan kepada kita mengenai kedudukan ahli al-Quran, keutamaan mempelajari, mengajarkan dan menghafalkannya, beliau bersabda:Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Quran dan mengajarkannya. Alangkah berbahagianya jika kita diberikantaufiqoleh Allah SWT untuk dapat berkhidmat kepada al-Quran al-Karim, menyebar-luaskanhalaqahtahfidz al-Quran di berbagai penjuru dunia dan membimbingnya, baik secara materi maupun non-materi, berusaha mengembangkan kegiatan ini dan memperbaiki strata para murid dan guru serta mencukupi mereka dengan bekal ilmu dan pengalaman. Berangkat dari buku yang berharga ini yang dijadikan pegangan oleh program tahfidz al-Quran, kami mempersembahkan kepada pembaca buku yang bermanfaat ini yang merupakan hasil dari pengalaman panjang dan jerih payah yang tinggi yang ditulis oleh Syeikh Yahya ibn Abdul Razzaq Ghautsani. Tujuannya agar buku ini dapat membantu para remaja dalam perjalanan mereka menghafal al-Quran. Buku ini juga sebagai solusi atas kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh beberapa orang dari mereka di tengah-tengah menghafal disertai dengan penjelasan sebab dan faktor-faktornya. Buku ini memfokuskan untuk meresapi kaedah-kaedah dasar untuk menghafal al-Qurana dengan metode ilmiyah dan menjelaskan metode-metode dan pola-pola yang beraneka ragam dalam menghafal dan memurajaah, tentunya dengan metode modern. Kami memohon kepada Allah SWT agar menjadikan kita semua termasuk ahli al-Quran yang merupakanAhlullahdan orang-orang pilihan-Nya dan memuliakan kita semua dengan syafaat al-Quran dan ditinggikan derajat kita di surga, serta menjadikan kita semua termasuk hamba-hamba-Nya.Walhamdulillahi rabbil alamin.10 Dzul Qadah 1414 H.Abdullah Ali Bashfarpembimbing program tahfidz al-Quran al-Karim, imam dan khatibmasjid al-Syuabi Jeddah

Pujian dari Syeikh al-Muqri Abdul Ghaffar ibn Abdul Fattah al-Durubi al-Himshi, Dosen Qiraat di Universitas Ummul Qura, Mekkah al-Mukarramah Segala puji hanya milik Allah Yang telah menunjukkan kepada kita agama Islam dan menjadikan kita termasuk ummat Nabi Muhammad saw. serta menurunkan kepada kita sebuah kitab yang tidak didatangi oleh kebatilan, baik dari arah depan maupun arah belakang. Shalawat dan salam tetap tertuju kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw., keluarga dan para sahabatnya. Aku telah membaca buku yang berjudulKaifa Tahfzdz al-Quran al-Karim, karya putra terbaik, Syeikh Yahya ibn Abdul Razzaq Ghautsani. Buku ini merupakan buku yang sangat berharga yang telah menghimpun metode-metode para imam al-Quran dalam menghafal al-Quran. Kita sering ditanya tentang metode yang mudah untuk menghafal al-Quran al-Karim. Akhirnya Allah telah memberikantaufiqkepada saudaraku ini untuk menghimpun isi buku ini. Kami memohon kepada Allah semoga menjadikan buku ini bermanfaat bagi orang yang ingin menghafal al-Quran, diterima dengan baik dan penulisnya dibalas dengan sebaik-baik balasan. Penulis buku ini pernah menemaniku ketika kami berada di Mekkah al-Mukarramah dan di Jeddah. Penulis telah membaca al-Quran dari awal hingga akhir di bawah bimbinganku dengan menggunakan qiraat sepuluh yang mutawatir dari dua jalur, jalur al-Syatthibiyyah dan jalur al-Durrah dan aku telah mengijazahinya untuk membaca dan mengajarkannya di segala masa dan tempat. Penulis tiada henti-hentinya mengikuti langkahku dalam mengajarkan al-Quran dengan riwayat-riwayat dari semua ahli al-Quran. Segala puji dan sanjungan hanya milik Allah.Wa akhiru dawana anil hamdulillahi rabbil alamin.Mekkah al-Mukarramah, 27 Syawal 1414 H.Pelayan al-QuranAbdul Ghaffar al-Durubi

Pujian dari guru para qari di kota HamahAl-Syeikh al-Muqri Said Abdullah al-MuhammadDosen Qiraat di Universitas Ummul Qura, Mekkah al-Mukarramah Segala puji hanya milik Allah Tuhan alam semesta. Shalawat dan salam tetap tertuju kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw., keluarga, sahabat dan para tabiin. Aku telah membaca bukuKaifa Tahfadz al-Quran al-Karim, karya Syeikh Yahya ibn Abdul Razzaq Ghautsani. Buku ini merupakan jawaban atas pertanyaan yang selama ini ditanyakan oleh kebanyakan orang-orang yang ingin menghafalkan al-Quran, yaitu: bagaimana aku memulai menghafalkan al-Quran ? dari mana ? bagaimana caranya ? kapan ? bersama siapa ? adakan metode dan jalan termudah untuk itu ? Buku ini menyuguhkan bagi orang yang ingin menghafalkan al-Quran lebih dari dua puluh metode menghafal dengan menjelaskan sisi sifat dan akhlak seorang hafidz serta sifat dan akhlak orang yang mengajarkan dan melatih para murid dalam menghafalkan al-Quran. Semua ini sesuai dengan kaedah-kaedah dasar dan pokok yang diambil dari eksperimen orang-orang terdahulu disertai dengan beberapa ucapan para ulama salaf,semoga Allah meridhoi mereka, dalam hal ini. Penulis tidak menyisakan pengetahuannya dan tidak menyimpan jerih payahnya untuk menyebutkan setiap hal yang bermanfaat dalam kerangka amanah keilmuan yang patut dipuji. Penulis menyantumkan pada setiap ucapan dan pikiran nama-nama pemiliknya. Syeikh Yahya Abdul Razzaq Ghautsani selalu bersamaku ketika dia bermukim di Mekkah al-Mukarramah dalam waktu yang lama. Pada kesempatan itu, di bawah bimbinganku ia membaca al-Quran secara lengkap sebanyak dua kali, pertama dengan qiraat Ashim dan Ibn Katsir dan kali kedua dengan qiraat Abu Amr al-Bashri. Di bawah bimbinganku pula, ia membaca satu bagian dari al-Quran dengan sekumpulan qiraat yang sepuluh berdasarkan metode syeikh Sulthan dan ia juga mempelajari dariku hukum-hukum tajwid dan dasar-dasar qiraat. Semua hal di atas telah aku ijazahkan kepadanya, karena aku melihatnya memiliki kemampuan untuk memegang amanat ini. Aku memohon kepada Allah SWT agar memberikan manfaat pada buku ini dan membalas penulisnya dengan sebaik-baik balasan di dunia dan akhirat.Wal hamdulillahilladzi bi nimatihi tatimmus shalihat.Mekkah al-Mukarramah, 24 Syawal 1414 H.Pelayan al-QuranSaid Abdullah al-Muhammad

Pujian dari al-Muqri al-Ustadz al-Muhaqqiq al-Syeikh Aiman Rusydi Suwaid Segala puji hanya milik Allah Yang telah menjamin penjagaan kitab-Nya. Dia telah menyiapkan untuknya sekelompok orang dari para kekasih-Nya di setiap zaman dan menjadikan mereka dapat menghafal dan memahaminya dengan mencermati setiap huruf hingga harakatnya. Shalawat dan salam tetap tertuju kepada pemimpin qari di dunia dan akhirat, Nabi Muhammad, pemilik beberapa keistimewaan yang membanggakan, kepada keluarga dan para sahabatnya yang bagaikan bintang-bintang yang gemerlap. Aku telah membaca buku kecil dan langka yang berjudulKaifa Tahfadz al-Quran al-Karim, karya saudaraku tercinta al-Syeikh al-Muqri Yahya ibn Abdul Razzaq Ghautsani,semoga Allah menjaga dan melindunginya. Aku melihatnya telah memasukkan di dalamnya metode-metode terkenal dalam menghafalkan al-Quran al-Karim, bahkan ia telah menambah beberapa metode kontemporer (modern). Buku ini memuat bagaimana cara menggunakan beberapa kecanggihan teknologi modern, seperti alat perekam suara dan gambar (tape recorder dan kamera). Tidak diragukan lagi bahwa bermacam-macam metode menghafal ini dapat menghilangkan kejenuhan dari jiwa kita. Sudah banyak saudara-saudaraku yang tiada henti-hentinya bertanya tentang metode terbaik untuk menghafal al-Quran al-Karim, hingga akhirnya terbit buku karya Syeikh Yahya,semoga Allah melindunginya, ini sebagai jawaban yang cukup memadai dan mata air yang menyegarkan bagi orang yang berkeinginan menghafal al-Quran, tanpa membedakan antara kaum remaja dan orang-orang tua. Aku memohon kepada Allah SWT agar menjadikannya bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya, memberikan keberkahan bagi penulisnya dan menambahkan kemanfaatannya, khususnya bagi ahli al-Quran dan umumnya bagi kaum muslimin. Sesungguhnya Dialah Yang Menguasai dan Kuasa atas hal itu.Washallahu ala sayyidina wa nabiyyina Muhammad wa ala aalihi wa shahbihi wa sallam, wal hamdulillahi rabbil alamin.Jeddah, 1 Jumadis Tsani 14141 H.Pelayan al-Quran al-KarimAiman Rusydi Suwaid

KATA PENGANTAR CETAKAN PERTAMASegala puji hanya milik Allah Tuhan alam semesta Yang telah berfirman:Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al-Hijr: 9). Shalawat dan salam tetap tertuju kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw., keluarga dan para sahabatnya. Beberapa saudaraku tercinta telah memintaku untuk menuliskan bagi orang-orang yang ingin menghafal al-Quran al-Karim sebuah buku yang menyebutkan beberapa metode dan media terbaik yang dapat membantu dalam menghafalkan al-Quran. Oleh karena itulah, aku mengabulkan permintaan mereka, namun aku selalu menundanya dan memperlambat waktu yang telah dijanjikan, karena aku berkeyakinan bahwa aku bukanlah ahlinya dan aku bukan pula orang yang ahli dalam pekerjaan mulia tersebut, hingga permintaan semakin mendesak dan paksaan semakin bertambah dari beberapa teman yang akhirnya membuatku mempercepat untuk mengabulkan permintaan mereka dengan sedikit bekal dan langkanya peralatan. Akhirnya hanya kepada Allahlah aku berpasrah diri dan meminta dari-Nyataufiqdan bantuan, serta semoga Dia menunjukiku jalan yang lurus. Kemudian aku mulai menulis pokok-pokok pikiran yang aku torehkan pada tiga waktu istirahat antara maghrib dan isya di tengah-tengah aku mengajar dihalaqahtahfidz al-Quran pada salah satu masjid di Jeddah. Alangkah cepatnya pikiran-pikiran ini memanggilku dan sisi-sisi pembahasan mengkristal di hadapanku. Hal ini dikarenakan aku telah meneliti tema ini sejak bertahun-tahun lamanya dari beberapa pendapat para hafidz dan syeikh yang memiliki pengalaman yang cukup lama dalam bidang al-Quran. Akhirnya pikiran-pikiran ini datang juga ke otak dan hanya membutuhkan tatanan beberapa ungkapan dan barisan kata-kata. Aku memohon kepada Allah semoga menjadikannya sebagai amalan yang tulus ikhlas demi mencari ridho-Nya dan menjadikannya bermanfaat bagiku di dunia dan akhirat. Aku berkeyakinan bahwa orang yang melihat usaha ini akan mendapatkan sesuatu yang dapat membantunya untuk menghafalkan al-Quran, dan bagi saudaraku yang telah membaca metode-metode yang ada dalam buku ini hanya tinggal memilih metode yang menurutnya menarik dan ia berkeyakinan bahwa metode tersebut cocok untuknya. Namun yang perlu ia perhatikan bahwa jika ia telah memilih, maka hendaklah terus menerus berjalan di atas langkah-langkah yang aku terangkan dalam beberapa kaedah dan petunjuk serta beberapa peringatan, ia juga dianjurkan untuk terus menyambung langkahnya hingga dapat meraih tujuan yang diharapkanya. Dan berhati-hatilah jangan sampai tergesa-gesa dalam memutuskan kecuali setelah ia mencoba dan menerapkannya. Sungguh aku telah menyaksikan banyak orang yang telah dimuliakan oleh Allah SWT sehingga mereka dapat menghafal al-Quran, mereka dapat menghafalkanya dengan menggunakan salah satu metode yang akan anda lihat dalam pembahasan buku ini. Pada kenyataannya, aku sering membahas tema ini sejak waktu yang lama, namun aku tidak mendapatkan referensi yang memuaskan diriku, selain sepenggal kutipan yang berserakan di beberapa kitab. Seakan-akan orang-orang yang menulis mengenai bidang al-Quran dan ilmunya menganggap bahwa pembahasan mengenai hal ini hanyalah masalah praktis (bukan teori) yang berbeda antara masing-masing individu, sehingga mereka tidak menjelaskannya secara terperinci, padahal mereka mengetahui bahwa tema ini sangat layak untuk dibahas dan dikaji serta disendirikan dalam buku khusus yang bernilai tinggi. Tujuannya untuk menjelaskan kepada semua orang seberapa besar perhatian kaum muslimin, dahulu dan sekarang, terhadap al-Quran. Setelah aku menyelesaikan tulisan tema ini dan menyusun kata-katanya, aku pergi mengunjungi Madinah al-Munawwarah untuk aku sodorkan kepada beberapa orang guru yang spesialisasinya di bidang ini. Ketika itu aku melihat pada salah satu masjid sebuah buku berjudul:Kaifa Tahfadz al-Quran al-Karim, Aara min Huffadz, kemudian aku membacanya sepintas lalu dan aku melihat materinya berbeda dengan materi yang sedang aku bahas, buku tersebut hanyalah sebuah kumpulan pertanyaan yang dilontarkan oleh penulisnya kepada beberapa guru al-Quran di Riyadh dan kebanyakan jawaban mereka memiliki beberapa kemiripan, namun buku tersebut memuat beberapa pengalaman berharga, sehingga buku tersebut tidak kosong dari faedah. Di antara tulisan yang pernah aku lihat dalam bidang ini adalah sebuah selebaran mengenai al-Quran yang berjudul:Al-Qawaid al-Dzahabiyyah li Hifdz al-Quran al-Karim, karya Syeikh Abdurrahman Abdul Khaliq. Sekalipun bentuknya kecil, namun sangat berfaedah dan aku mengambil sebagian faedah darinya dan aku tuangkan secara global dalam bukuku ini. Aku juga pernah melihat buku kecil berjudul:Al-Qawaid al-Dzahabiyyah li Hifdz Kitab Rabb al-Bariyyah, karya Syeikh Ahmad Muhammad Syawar. Buku ini merupakan penjelasan ringkas terhadap karya Syeikh Abdurrahman Abdul Khaliq dengan menambahkan beberapa pembahasan mengenai adab para penghafal al-Quran, beberapa keutamaan surat-surat dan beberapa tambahan lainnya yang membedakannya dari kitab aslinya. Dan aku melihat dalam daftar pustaka buku kecil ini sebuah buku berjudulKaifa Tahfadz al-Quran,karya Abdul Rabb Nawwab al-Din, namun aku tidak memiliki kesempatan untuk membaca buku ini. Akhirnya aku tidak menklaim bahwa aku telah menghimpun segala sesuatu mengenai masalah ini, namun inilah jerih payah yang aku persembahkan bagi saudara-saudaraku. Barangsiapa menemukan kebaikan padanya, maka hendaklah ia memuji Allah dan mendoakan kebaikan untukku, namun barangsiapa yang menemukan selain itu, maka buku ini hanyalah sebuah jerih payah yang aku memohon kepada Allah semoga tidak menghalangi pahalanya dariku. Aku juga memohon kepada Allah SWT agar menjadikan pembahasan ini sebagai motivasi bagiku dan bagi saudara-saudaraku untuk selalu berada di bawah bimbingan al-Quran dan menempatkannya di hati kami sebagai ilmu dan amalan. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Dekat dan Maha Mengabulkan doa.Walhamdulillahi rabbil alamin.Jeddah, 29 Rabiul Awwal 1414 H.PenulisYahya ibn Abdul Razzaq Ghautsani

BAGIAN PERTAMABAB IALLAH SWT MENJAGA AL-QURAN DALAM SEMUA PROSES PENURUNANNYA DAN DALAM SEGALA ASPEKNYA Sebaiknya kaum muslimin memiliki keyakinan yang teguh bahwa Allah SWT benar-benar menjaga kitab-Nya yang meliputi segala aspek dan kondisi, Dia juga telah menurunkan dalam keadaan terpelihara dari perubahan, penggantian, tambahan dan pengurangan dan tidak ada kebatilan yang mendatanginya, baik dari depan maupun dari belakang hingga hari kiamat. Semua ini telah dijelaskan oleh dalil-dalilqathIyang meyakinkan. Aku akan menjelaskan secara ringkas fase-fase penjagaan al-Quran sebagai berikut:1. Fase Pertama: Allah menjaga al-Quran diLauh MahfudhAllah SWT berfirman: Bahkan (yang didustakan mereka itu) ialah al-Qur'an yang mulia, yang tersimpan dalam Lauhul Mahfuzh. (QS. Al-Buruj: 21-22). Kata dibaca khafadl(kasrah), sehingga ia merupakan sifat bagi kata, yaitu lembaran penulisan al-Quran yang pertama. Keterangan ini menjelaskan bahwa tulisan yang terkandung dan tertoreh pada lembaran ini adalah tulisan yang dijaga. Namun, ada jugaqiraat(bacaan) lain yang menjelaskan bahwa kata ini dibacarafa(dhammah), sehingga ia merupakan sifat bagi kata yang juga dibacarafa. Keterangan kedua ini menjelaskan bahwa al-Quran juga dijaga di lembaran tersebut (al-Lauh). Allah SWT berfirman:Dan sesungguhnya al-Qur'an itu dalam induk Al-Kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah. (QS. Al-Zukhruf: 4).2. Fase Kedua: Allah SWT menjaga al-Quran ketika diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Allah SWT berfirman:(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.(QS. Al-Jinn: 26-27). Yang dimaksud ayat ini adalah Jibril turun dengan membawa al-Quran dan ikut bersamanya beberapa malaikat dalam rangka menjaga al-Quran yang dibawanya, para malaikat ini juga menjaga disekeliling Rasulullah saw., di muka maupun dibelakangnya. Keterangan ini dijelaskan dalam riwayat Said ibn Jubair. Al-Dhahhak dan lainnya.[1] Ketika menjelaskan tentang jin, Allah SWT berfirman:dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api(QS. Al-Jinn: 8). Allah Maha Besar, marilah bersama-sama kita merenungi kata yang berarti malaikat-malaikat yang kuat yang menjaga al-Quran agar tidak ada satu hurufpun yang dicuri ketika proses turunnya. Kata berarti panah-panah api yang akan membakar setiap orang yang berusaha mencurinya. Pada ayat berikutnya dijelaskan:dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (bereita-beritanya), yaitu sebelum Nabi Muhammad saw. diangkat sebagai rasul dan sebelum al-Quran diturunkan kepadanya. Sedangkan penggalan ayat berikutnya berbunyi:tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu),yaitu setelah Nabi Muhammad saw. diangkat sebagai rasul dan al-Quran telah diturunkan,maka ia akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya).(QS. Al-Jinn: 9).3. Fase Ketiga: Allah SWT menjaga al-Quran di dalam hati Nabi saw. dan menghimpunnya di dadanya yang mulia. Al-Bukhari meriwayatkan dalam kitabShahih-nya dari Ibn Abbas ra. mengenai firman Allah SWT:Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) al-Qur'an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya.(QS. Al-Qiyamah: 16-19) bahwa ketika Jibril menurunkan wahyu, Rasulullah saw. langsung mempelajarinya dengan keras dan bersungguh-sungguh, sehingga menyebabkannya menggerakkan lisan dan kedua bibirnya (dengan cepat), namun hal ini justru memberatkannya, akhirnya Allah SWT menurunkan ayat ini.[2] Allah SWT berfirman: demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar).(QS. Al-Furqan: 32). Oleh karena itulah, al-Quran tetap terjaga di dalam hati Nabi Muhammad saw., baik redaksi maupun maknanya dikarenakan penjagaan Allah SWT dan Dialah yang telah menjamin semua ini.4. Fase Keempat: Allah SWT menjaga al-Quran ketika Nabi Muhammad saw. menyampaikan dan membacakannya kepada umatnya dengan tanpa adanya campur-tangan di dalamnya ataupun kesulitan ketika menyampaikannya. Allah SWT berfirman:Dan sesungguhnya telah kami turunkan berturut-turut perkataan ini (al-Qur'an) kepada mereka agar mereka mendapat pelajaran. (QS. Al-Qashash: 51). Allah SWT telah mengabarkan kepada kita bahwa Dia telah menjamin al-Quran akan sampai kepada umat manusia sebagaimana ia diturunkan. Allah SWT berfirman:Hai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya(QS. Al-Maidah: 67). Ayat ini menjelaskan bahwa diantara syarat kenabian Muhammad saw. adalah menyampaikan al-Quran secara lengkap dan utuh. Allah SWT berfirman:dan tiadalah yang diucapkannya itu (al-Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).(QS. Al-Najm: 3-4).Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan Hikmah (QS. Al-Baqarah: 151). Ayat-ayat di atas menunjukkan secara pasti bahwa Nabi Muhammad saw. telah menyampikan al-Quran sebagaimana ia diturunkan, beliau tidak mengurangi ataupun menambahkan satu hurufpun. Inilah yang wajib diyakini oleh setiap muslim.5. Fase Kelima: Allah SWT menjaga al-Quran setelah Nabi saw. menyampaikannya dan ia tetap terjaga dan terpelihara hingga hari kiamat. Allah SWT berfirman:Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar menjaganya.(QS. Al-Hijr: 9). Terdapat tiga konsekwensi dari penjagaan ini, yaitu:1.Menjaga huruf-huruf dan kata-katanya secara lengkap berdasarkan teks-teksnya yang telah diturunkan kepada Rasulullah saw. dan meriwayatkannya secara berkesinambungan (tawatur) dan pasti hingga hari kiamat.2.Menjaga keterangan yang terkandung di dalam al-Quran, yaitu melalui hadis nabawi.3.Menjaga para penghafal al-Quran dan melestarikan orang yang menyampaikannya hingga datang keputusan Allah SWT (hari kiamat). Hal ini terbukti bahwa Allah telah memilih hamba-hamba-Nya untuk membawa kitab-Nya ini tetap terjaga di hati mereka dan memantapkannya dalam mengucapkan dan membacanya secara tartil sebagaimana ia diturunkan.[3]Al-Quran dalam kelima fase yang telah aku sebutkan di atas, tetap terjaga dari penggantian dan perubahan dan terlindungi dari penambahan ataupun pengurangan. Firman-Nya:Yang tidak datang kepadanya (al-Qur'an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari (Rabb) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.(QS. Fushshilat: 42).Allah SWT telah mempersiapkan hambahamba--Nya yang dipilih untuk menjaga kitab-Nya, mereka itu terdiri dari para sahabat, tabiin dan seterusnya, pada setiap masa dan setiap penjuru dunia.Oleh karena itulah, hendaklah orang-orang yang menghafal al-Quran ini merasa senang akan keistimewaan yang Allah berikan kepada mereka. Hendaklah mereka mengetahui betapa besar amanat yang mereka emban dan hendaklah mereka tetap berada di atas tanggung jawab ini.

BAB IIKEUTAMAAN MENGHAFAL DAN MEMAHAMI AL-QURAN AL-KARIM Allah SWT berfirman:Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran.(QS. Al-Qamar: 17). Kata,untuk pelajaranberarti untuk mengingat, menghafal dan memahaminya. Imam al-Qurthubi menafsirkan ayat ini: Kami memudahkan al-Quran untuk dihafal dan Kami membantu siapa saja yang ingin menghafalnya, oleh karena itu adakah orang yang berkeinginan menghafal al-Quran, sehingga ia akan mendapatkan pertolongan untuk itu ? Allah SWT berfirman:Sebenarnya, al-Qur'an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu (QS. Al-Ankabut: 49). Sungguh alangkah indahnya ayat ini yang telah menjelaskan keagungan hati yang dapat menghafal Kalamullah ini dan mensifati para pemiliknya bahwa mereka itulah orang-orang yang diberi ilmu. Apakah ada ilmu lain setelah Kitabullah ini (yang lebih unggul) ? Disela-sela ayat ini juga Allah SWT menjelaskan kepada kita bahwa Dia telah memilih sekelompok hamba-hamba-Nya dengan menjadikan hati mereka sebagai wadah bagi Kalam-Nya. Sungguh inilah anugerah yang nyata. Seandainya orang-orang merenungi keistimewaan umat ini di mana Allah SWT telah menjadikan hati ulama mereka sebagai sebab dalam penjagaan ayat-ayat Allah SWT yang jelas, niscaya mereka mengetahui betapa mulia para penghafal Kitabullah ini. Bahkan lebih mengherankan lagi, bahwa ada sebagian orang yang telah menghafal al-Quran ini, padahal mereka tidak dapat berbahasa Arab, namun lisan mereka sangat fasih melantunkan al-Quran, sebagaimana sering kita saksikan.Kedudukan menghafal al-Quran di sisi Rasulullah saw.1.Disebutkan dalam hadis sahih bahwa Rasulullah saw. telah menjadikan hafalan al-Quran sebagai tolok ukur dalam mengunggulkan di antara para sahabatnya. Oleh karena itulah, ketika mengutus seorang delegasi, beliau bersabda:Hendaklah yang menjadi pimpinan kalian adalah orang yang paling banyak hafalan al-Qurannya [4]. Ketika para syuhada telah terhimpun, beliau lebih mendahulukan orang yang paling banyak hafalan al-Qurannya di antara mereka untuk dimasukkan kedalam liang lahad terlebih dahulu dan beliau sendirilah yang memasukkannya.[5]Bahkan beliau menjadikan hafalan al-Quran seorang sahabatnya sebagai mahar pernikahannya.[6]Beliau juga menyerahkan panji Islam dalam peperangan kepada sahabatnya yang paling banyak hafalan al-Qurannya untuk membedakannya dari yang lainnya.2.Diriwayatkan dari Abdullah ibn Umar ra., ia berkata: Aku pernah mendengar Rasuluullah saw. bersabda:Tidak ada rasa dengki (yang diperbolehkan) kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allah berikan kepadanya al-Quran, lalu ia membacanya ketika beribadah di pertengahan malam dan siang dan orang yang Allah berikan harta kepadanya, lalu ia mensedekahkannya di pertengahan malam dan siang.[7]3.Diriwayatkan dari Abdullah ibn Amr ibn al-Ash ra. dari Nabi saw., beliau bersabda:Akan dikatakan kepada para penghafal al-Quran: bacalah dan naiklah, bacalah dengan tartil sebagaimana ketika di dunia kamu membacanya dengan tartil, karena sesungguhnya posisimu adalah pada ayat terakhir yang kamu baca.[8]4.Diriwayatkan dari Usman ibn Affan ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda:Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Quran dan mengajarkannya.[9]5.Diriwayatkan dari Abdullah ibn Masud ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda:Barangsiapa membaca satu huruf dari al-Quran, maka baginya satu kebaikan dan kebaikan ini akan digandakan sepuluh kali lipat, aku tidak mengatakan bahwa Alif Lam Mim adalah satu huruf, akan tetapi Alif adalah satu huruf, Lam adalah satu huruf dan Mim adalah satu huruf.[10]6.Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwa Nabi saw. bersabda:Tidaklah suatu kaum berkumpul di satu rumah dari rumah-rumah Allah SWT (mesjid) sambil membaca Kitabullah, dan mempelajarinya melainkan ketenangan akan turun kepada mereka,rahmat akan menyelimuti mereka, para malaikat akan mengelilingi mereka dan Allah akan menyebut mereka di hadapan makhluk yang ada di sisi-Nya.[11]Para pendahulu kita yang shalih, baik dari generasi sahabat, tabiin dan generasi setelahnya juga tidak mendahulukan sesuatupun di atas al-Quran, bahkan mereka tidak akan mengizinkan pencari ilmu untuk melanjutkan mempelajari beberapa cabang ilmu dan hadis sebelum ia menghafal al-Quran terlebih dahulu.Al-Walid ibn Muslim berkata:Ketika kami sedang duduk bersama al-AuzaI, beliau melihat seorang pemuda di antara kami, lalu ia berkata kepadanya: Hai pemuda, sudahkah kamu membaca al-Quran ? Pemuda tersebut menjawab: sudah, lalu al-AuzaI menyuruhnya membaca ayat: ... (: 11), namun pemuda ini menjawab: aku tidak bisa. Akhirnya al-AuzaI berkata kepada: Pergilah, pelajarilah al-Quran terlebih dahulu sebelum kamu menuntut ilmu.[12]Dan masih banyak lagi ucapan semacam ini, namun aku merasa cukup dengan sedikit yang aku kemukakan di atas.

BAB IIIKEWAJIBAN MEMURAJAAHDAN MENGINGAT-INGAT AL-QURAN DAN PERINGATAN BAGI ORANG YANG MENINGGALKAN DAN MELUPAKANNYA Sesungguhnya Allah SWT telah menjadikan sifat lupa sebagai watak manusia, namun di antara penyebab lupa ini adalah diakibatkan oleh kesembronoannya dalam memurajaahdan mengingat-ingatnya dan di antaranya juga diakibatkan oleh banyaknya aktivitas dan kesibukan sehari-hari. Allah SWT berfirman: dan sesungguhnnya telah Kami berikan kepadamu dari sisi Kami suatu peringatan(al-Qur'an). Barangsiapa yang berpaling daripada al-Qur'an maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat.(QS. Thaha: 99-100). Allah SWT berfirman:Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". Berkatalah ia:"Ya Rabbku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya seorang yang melihat" Allah berfirman:"Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu(pula) pada hari inipun kamu dilupakan".(QS. Thaha: 124-126). Ayat-ayat di atas secara jelas menerangkan tentang melantunkan dan membaca al-Quran.[13] Ibn Katsir berkata: Sebagian mufassir memasukkan pengertian di atas ke dalam firman-Nya:Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, karena sesungguhnya berpaling dari membaca al-Quran al-Karim, sengaja melupakannya dan tidak peduli terhadapnya merupakan tindakan meremehkan dan kesembronoan yang besar.Naudzu billahi minh.[14] Diriwayatkan dari al-Dhahhak ibn Muzahim bahwa ia berkata: Tidaklah seseorang mempelajari al-Quran kemudian melupakannya melainkan ia telah melakukan sebuah dosa, karena sesungguhnya Allah SWT berfirman:Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri(QS. Al-Syura: 30). Sesungguhnya melupakan al-Quran merupakan musibah terbesar.[15] Allah SWT berfirman:Dan pada sebagian malam hari shalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Rabb-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.(QS. Al-Isra: 79). Ayat ini mengisyaratkan bahwa cara terbaik dan paling afdhal dalam memurajaahal-Quran yang sebaiknya selalu diperhatikan oleh seseorang adalah dengan membacanya ketika shalat tahajjud, karena ketika itu jiwa sedang jernih dan hati sunyi dari segala kesibukan duniawi. Terdapat beberapa hadis yang menganjurkan untuk selalu mengingat al-Quran dan mengingatkan untuk tidak melupakannya, aku hanya menyebutkan sebagiannya saja, yaitu:1.Diriwayatkan dari Abu Musa al-Asyari ra. dari Nabi saw., beliau bersabda:Biasakanlah membaca al-Quran,karena demi Zat yang jiwaku ada di Tangan-Nya, sesungguhnya al-Quran lebih mudah lepas daripada onta yang terlepas dari ikatanya.[16]2.Diriwayatkan dari Ibn Umar ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda:Sesungguhnya perumpamaan penghafal al-Quran adalah laksana onta yang diikat, jika ia menjaganya dengan baik, maka onta tersebut tetap dalam genggamannya, namun jika ia melepaskannya, maka onta itupun akan hilang.[17]3.Diriwayatkan dari Anas ibn Malik ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda:Telah disodorkan kepadaku pahala umatku, termasuk pahala kotoran yang disingkirkan oleh seseorang dari mesjid dan disodorkan pula kepadaku dosa-dosa umatku, aku tidak melihat dosa yang lebih besar daripada satu surat atau satu ayat al-Quran yang telah diberikan kepada seseorang, lalu ia melupakannya.[18]4.Diriwayatkan dari Saad ibn Ubadah ra. dari Nabi saw., beliau bersabda:Barangsiapa membaca al-Quran, kemudian ia melupakannya, maka ia akan bertemu dengan Allah SWT pada hari kiamat dalam keadaan buntung.[19]Sesungguhnya para sahabat sangat memperhatikan untuk selalu membaca al-Quran di malam hari ataupun siang hari, mereka menjadikan untuk diri mereka satu wirid harian yang mana mereka tidak akan tidur sebelum menyelesaikan wirid mereka, yaitu membaca al-Quran, padahal mereka adalah orang-orang yang selalu disibukkan dengan jihad, pembebasan beberapa kota dan mengajarkan orang-orang yang baru masuk Islam akan hukum-hukum agama Islam, namun mereka tetap tidak melalaikan untuk memurajaahal-Quran. Sungguh mereka telah menjadikan al-Quran sebagai kebiasaan mereka dan manhaj yang mereka tempuh dan aturan-aturan al-Quran ini mereka jadikan sebagai petunjuk. Sungguh bacaan al-Quran telah menjadi suara mereka laksana suara lebah yang selalu menggema.Di sini aku akan memberikan pengarahan bagi saudara-saudaraku yang telah menghafal al-Quran di beberapahalaqah tahfidz(perkumpulan penghafal al-Quran) pada beberapa mesjid, namun kemudian mereka meninggalkan dan melupakannya. Pengarahan ini juga aku tujukan bagi saudara-saudaraku yang telah mempelajari al-Quran di beberapa Madrasah Tahfidz al-Quran, sebenarnya mereka telah hafal al-Quran sejak kecil, namun waktu telah berjalan cukup lama dan mereka disibukkan oleh beberapa aktivitas keduniawiyan, sehingga mereka lalai untuk memurajaahdan memantapkan hafalan mereka, bahkah mereka justeru sirna dalam keramaian aktivitas duniawi dari gudang yang sangat berharga ini yang jika hilang, maka tidak akan ada penggantinya. Pengarahan ini juga ditujukan bagi saudara-saudaraku yang telah menghafal beberapa surat al-Quran, namun kemudian sirna ditelan sifat lupanya.[20]BAB IVSYARAT-SYARAT MERAIH ILMU MENURUT ULAMA SALAF Sebagai pembuka bab ini, aku akan menampilkan dua buah syair yang dinisbahkan kepada Imam al-SyafiI, semoga Allah merahmatinya, sebagai berikut:[21]Wahai saudaraku, kamu tidak akan memperoleh ilmu, melainkan dengan enam perkaraAku akan menjelaskan perinciannya dengan jelasYaitu cerdas, penuh perhatian, bersungguh-sungguh, bekal yang cukupBersahabat dengan guru dan waktu yang lama Imam al-SyafiI telah menyeru kepadamu dengan seruan yang lembut ini, seolah-olah ia berkata kepadamu: Wahai saudaraku, siapa saja yang ingin menjadi penuntut ilmu atau penghafal al-Quran, hendaklah kamu memiliki enam perkara ini, yaitu:1. Kecerdasan Kecerdasan ini terdiri dari dua macam, yaitu kecerdasan yang merupakan anugerah dan pemberian Allah SWT dan kecerdasan yang diperoleh dengan usaha, dan keduanya pada hakekatnya berasal dari Allah SWT. Dengan kemampuan yang dimilikinya, seseorang dapat mengembangkan kecerdasan yang kedua, sehingga ia memiliki kecerdasan yang lebih tinggi lagi. Dengan kemampuan yang kita miliki, kita dapat mendidik seorang anak kecil dengan sarana pendidikan yang telah mengalami perkembangan dan telah dikaji sesuai dengan usia dan otaknya agar anak kecil tersebut dapat tumbuh menjadi seorang yang memiliki kecerdasan sehingga dapat membaktikan dirinya bagi umatnya dan problematikanya. Aku pernah membaca sistem pengajaran di Jepang, diantara yang aku baca menjelaskan bahwa anak kecil yang telah berusia tiga tahun sudah bisa dimasukkan ke sekolah tingkat dasar, pada tingkat ini pengajaran dipercayakan kepada guru-guru senior yang memiliki keahlian tertentu agar mereka dapat membangun otak-otak yang ada di hadapan mereka di atas pondasi yang kokoh, maka setelah seorang siswa tamat dari tingkat sekolah menengah, yaitu diusianya yang keempat belas tahun, ia telah mengantongi keilmuan dan pengetahuan yang tidak dimiliki oleh alumni universitas yang ada di negara kita (Arab Saudi), padahal pada kenyataannya semua otak adalah sama, namun yang membuatnya berbeda adalah pola dan metode yang digunakan untuk membantu mengembangkan tingkat kecerdasan seorang pelajar. Mengenai pembahasan ini, telah ditulis beberapa kajian dan penelitian tentangnya, silahkan melihatnya.[22]2. Penuh perhatianBagaimana pendapatmu seandainya seseorang memberimu sebuah amanat yang bernilai tinggi, ia berkata kepadamu:Tolong sampaikan amanat ini kepada si fulan, bagaimana kamu dapat mengetahui bahwa kamu sangat memperhatikan amanat ini ? Tidakkah kamu selalu meraba-rabanya, sedangkan ia berada di sakumu, kamu kuatir kalau-kalau barang tersebut terjatuh ? Tidakkah tanganmu menggenggamnya dengan kuat ? Tidakkah kamu selalu menjaganya dengan penuh kehati-hatian, agar ia tidak diincar oleh para pencopet ? Ya, memang harus demikian. Itulah yang dinamakan penuh perhatian.Demikianlah seharusnya kamu bersikap dalam menuntut ilmu dan menghafal al-Quran, yaitu penuh perhatian terhadapnya, karena cita-cita yang tinggi tidak akan dapat diraih hanya dengan angan-angan saja. Hendaklah perhatianmu yang penuh terhadap pengetahuan, sesuatu yang berfaedah ataupun hafalan yang mantap lebih kuat daripada perhatianmu terhadap batu permata dan mutiara. Hendaklah kamu memperhatikan guru yang sedang menjelakan kepadamu betapa berharganya hal-hal yang berfaedah ini, ia juga yang menyingkapkan untukmu hakekatnya, ialah yang meluruskan jalanmu ketika kamu berbelok dan ia pula yang memudahkanmu melalui rintangan-rintangan yang menghalangi perjalanan keilmuanmu.3. Bersungguh-sungguh Secara umum, kesungguh-sungguhan berarti mengerahkan daya dan upaya demi meraih sesuatu. Sedangkan yang dimaksud dengan kesungguh-sungguhan di sini adalah cita-cita yang tinggi,[23]kontinyu setiap hari dan selalu mengingat-ingat dan memurajaahpelajaran, bukan pengertian yang dikenal oleh para ulama ushul al-fiqh.4. Bekal yang memadai Yaitu biaya yang membantumu dalam menuju ke puncak perolehan ilmu. Para ulama terdahulu,semoga Allah meridhoi mereka, tidak menginginkan seorang penuntut ilmu menjadi orang yang membebani masyarakat ataupun menjadi seorang yang mencari sesuap nasi dengan bacaan al-Qurannya. Mereka memberikan syarat dalam memperoleh ilmu agar seorang penuntut ilmu mempersiapkan bekalnya sendiri, yaitu bekal yang membuatnya kuat dalam meraih ilmu. Di samping itu, bagi seorang yang mempelajari al-Quran haruslah mencari dengan sungguh-sungguh bekal yang halal dan makanan yang baik ketika mempelajarinya.5. Bersahabat dengan guru Yaitu selalu bersamanya dan senantiasa hadir di hadapan guru dan pendidik yang selalu memegang tanganmu menuju jalan yang lurus dan sumber mata air jernih dan menyegarkan. Seorang ulama berkata: Janganlah kamu bersahabat dengan orang yang tingkah-lakunya tidak dapat membangkitkan semangatmu dan ucapannya tidak dapat mendekatkanmu kepada Allah SWT. Dalam upaya meraih ilmu dan mempelajari al-Quran tidak mungkin dapat tercapai tanpa guru yang mumpuni. Di samping itu, harus terus-menerus bersama dan menundukkan (menghentikan) kendaraan di hadapan para ulama agar seorang pelajar memiliki pengalaman dalam memahami pelajaran dan beristinbathdengan baik dan mengetahui kandungan kata-kata dan maksud para ulama. Ada sebuah ungkapan: Barangsiapa yang gurunya hanyalah buku yang dibacanya, maka kesalahannya lebih banyak daripada kebenarannya. Penjelasan panjang lebar mengenai hal ini aku tampilkan pada bagian kedua mengenai kaedah ketiga belas. Pada bagian ini, aku juga menjelaskan tentang sifat-sifat yang sebaiknya dimiliki oleh seorang guru dan bagaimana cara memilih seorang guru dan lain-lain.6. Waktu yang lama Sering sekali dijumpai beberapa pelajar yang hanya memiliki cita-cita yang bersifat sementara, mereka tampak gemar menuntut ilmu, misalkan ketika ia mendengar sebuah nasehat yang mendorongnya untuk menuntut ilmu ataupun ketika ia membaca sekelumit tentang keutamaan-keutamaan ilmu, maka dengan keinginan yang kuat ia segera menghadiri majlis-majlis ilmu, namun keadaan ini hanya berlangsung dalam waktu yang hanya sebentar saja, tak lama kemudian kelesuan menimpanya, sebagaimana yang menimpa kebanyakan pelajar, sehingga ia menjadi malas dan mengendur dalam menuntut ilmu. Akhirnya ia mulai menyia-nyiakan secuil ilmu yang telah dipelajarinya, bahkan ia telah menyia-nyiakan masa depan keilmuaannya. Bahkan bisa jadi keadaanya lebih parah dari ini, misalnya ketika setan membujuknya agar merasa cukup dengan ilmu yang dimilikinya, setan juga membisikinya bahwa hanya dengan menghafal segelintir masalah, ia sudah bisa menjadi seorang guru yang dapat memberikan fatwa ketika dimintai fatwa, bahkan ia sudah bisa berijtihad dan mengemukakan pendapatnya yang sebanding dengan pendapat para imam besar, karena pintu ijtihat terbuka bagi siapa saja. Kedua kondisi ini sangat mengkuatirkan, karena menuntut ilmu itu tidak hanya dengan menghadiri satu ataupun dua pelajaran saja, tidak juga hanya belajar sebulan atau dua bulan saja, sesungguhnya ia membutuhkan waktu yang lama dan selalu berada di sisi para ulama. Al-Baihaqi meriwayatkan dalam kitabSyuab al-Imanbahwa Abdullah ibn al-Mubarak berkata: Seseorang tidak akan memperoleh ilmu kecuali dengan waktu luang, harta, menghafal dan bersikapwara(apik).[24]

BAGIAN KEDUAKAEDAH UMUM DAN NORMA DASARDALAM MENGHAFAL AL-QURAN AL-KARIM

Pada bagian kedua ini, aku berusaha menjelaskan kaedah dasar terpenting yang dibutuhkan oleh seorang pembaca al-Quran yang berkeinginan menghafalnya, setelah itu barulah aku sertakan dengan bagian ketiga yang menjelaskan tentang cara-cara praktis yang dapat diterapkan dalam menghafal al-Quran,insya Allah.

Kaedah Pertama :Keikhlasan merupakan rahasia meraihtaufiqdari Allah dan hati yang terbuka Keikhlasan niat, jujur dalam menghadapkan diri kepada Allah SWT, tujuan yang baik dan menghafal karena Allah dan mencari ridho-Nya merupakan rahasia meraihtaufiq(pertolongan) dalam perjalanan mencari ilmu. Allah SWT berfirman:Katakanlah:"Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama. (QS. Al-Zumar: 11). Barangsiapa menghafal al-Quran agar dikatakan bahwa ia seoranghafizatau agar ia dapat berbangga dengannya karena riya dansumah, maka ia tidak akan mendapatkan pahala dan balasan, justru ia telah berdosa. Nabi saw. bersabda:Ada tiga kelompok manusia yang pertama kali diadili pada hari kiamat,diantaranya adalah,dan orang yang mempelajari ilmu dan mengajarkannya, dia juga membaca al-Quran dan ia dapat menghafalnya, maka al-Quran tersebut mengenalkannya beberapa kenikmatan dan diapun merasakannya, lalu al-Quran bertanya: Apa yang kamu ketahui tentang kenikmatan tersebut ? Ia menjawab: Dalam dirimu aku mempelajari ilmu dan akupun mengajarkannya disamping itu aku juga membaca al-Quran, al-Quran tersebut berkata: kamu berdusta, akan tetapi ia hanyalah ingin dikatakan sebagai seorang qari, maka sesungguhnya julukan ini sudah disandangnnya, tak lama kemudian diperintahkan agar wajahnya diseret hingga ia terlempar ke neraka.[25] Ali ibn al-Madini berkata: Tatkala aku berpamitan kepada Sufyan, ia berpesan:Ingatlah, sesungguhnya kamu akan diuji dengan ilmu ini, sesungguhnya orang-orang akan membutuhkan kamu, oleh karena itulah bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kamu memperbaiki niatmu dalam menuntut ilmu ini.[26] Nabi saw. bersabda:Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya.[27] Ketika menghafal al-Quran karena mencari ridho Allah, seorang penuntut ilmu akan merasakan kebahagiaan besar yang mengalir keseluruh tubuhnya yang paling dalam yang tidak dapat dibandingkan dengan kebahagiaan di dunia ini. Ialah kebahagiaan yang dapat menundukkan setiap kesulitan yang ada di hadapannya. Sesungguhnya peran guru dalam mengarahkan pandangan seorang pelajar untuk mengikhlaskan niatnya dan benar-benar menghadap kepada Allah SWT merupakan peran besar yang tidak dapat dipungkiri. Hendaklah seorang penghafal al-Quran menghindari sifat riya ketika menghafalkannya, sesungguhnya riya merupakan penyakit yang mengkuatirkan dan racun yang merugikan, karena sifat ini dapat menundukkan segala kemampuan dan memalingkannya kepada selain Allah SWT. Diriwayatkan dari Ali ra. bahwa ia pernah berkata:Ada tiga tanda orang yang memiliki sifat riya, yaitu pemalas jika sedang menyendiri, rajin ketika di hadapan orang lain dan menambahkan amalnya ketika ada yang memujinya.[28] Sebaiknya seorang pendidik tidak berlebihan dalam mengungkapkan pujian dan penghargaan kepada para penghafal al-Quran, agar mereka tidak terjerumus ke dalam penipuan dan hendaklah yang ia berikan kepada mereka hanyalah dalam rangka memberi semangat dan membuatnya mempercepat hafalannya serta sesuai dengan kualitasnya.

Kaedah Kedua : Menghafal di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu Sesungguhnya hati anak kecil lebih jernih daripada hati orang dewasa karena minimnya kesulitan dan kesibukan yang dihadapinya. Dan karena itulah, menggunakan kesempatan usia menghafal di waktu kecil dianggap sebagai faktor penting dalam memantapkan al-Quran terukir di dalam hati. Disebutkan dalam sebuah hadis bahwa Nabi saw. bersabda:Hafalan seorang anak kecil bagaikan mengukir di atas batu dan hafalan seseorang setelah dewasa bagaikan menulis di atas air.[29] Ibn Majah meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Nabi saw. bahwa beliau bersabda:Barangsiapa membaca al-Quran sebelum baligh, maka ia termasuk orang yang diberikan kemantapan diwaktu kecil.[30] Barangsiapa yang sejak kecil telah didiktekan bacaan al-Quran, maka al-Quran akan berbaur dengan darah dan dagingnya, hal ini dikarenakan ia menerimanya pada periode pertama dari usianya dan otaknya pada waktu itu sedang berada pada fase pertumbuhan dan penyempurnaan. Oleh karena itulah, kemantapan al-Quran ketika itu menjadi singkron dengan hatinya bersamaan dengan pertumbuhan jasmani dan otaknya. Maka ketika itulah, al-Quran dapat membaur dengan darah dan dagingnya. Al-Bukhari meriwayatkan dalam kitabal-Tarikh al-Kabirbahwa Nabi saw. bersabda:Barangsiapa mempelajari al-Quran pada usia mudanya, maka Allah akan membaurkan al-Quran dengan daging dan darahnya.[31] Sesungguhnya usia yang paling utama untuk menghafal biasanya dimulai sejak usia kelima tahun, bahkan dalam kondisi-kondisi tertentu beberapa anak kecil sudah mulai menghafal ketika usianya yang keempat tahun dan ternyata mereka berhasil. Sedangkan bagi anak yang usiany di bawah itu, maka sedapat mungkin difokuskan untuk mengenal huruf-huruf hijaiyah disertai dengan gambar-gambar. Bahkan jika huruf-huruf dan gambar-gambar tersebut besar bentuknya, maka hasilnyapun akan lebih memuaskan. Di samping itu sedapat mungkin mendiktekan anak kecil pada usia ini dengan pendengarannya, karena ia dapat menghafal segala sesuatu yang didektekan kepadanya dengan syarat metode yang digunakan sesuai dengan otak dan usianya, seperti metode dengan menggunakan alat perekam yang diulang-ulang dan lain-lain. Aku juga menyarankan agar kedua orang tua mulai memperdengarkan bacaan surat-surat pendek ketika ia berusia tiga tahun dan mengulang-ulanginya setiap hari, di samping itu hendaklah mereka memintanya untuk membaca surat yang dihafalnya di hadapan anak-anak lainnya agar mereka juga terdorong untuk menghafal al-Quran dan memecah rintangan yang membuatnya takut dan gentar. Setiap orang dari kita tentunya telah melihat bahwa anak-anak kecil dapat menghafal cerita-cerita dan hikayat-hikayat yang berjilid-jilid dan tidak diragukan lagi bahwa semua ini hanyalah mengambil dan menyibukkan sebagian dari daya ingatnya. Oleh karena itu, jika kita mengarahkan anak kecil untuk menghafal al-Quran sejak dini, tentunya kita akan menyibukkan daya ingatnya dengan sesuatu yang bermanfaat yang akan kembali kepadanya, yaitu kuat dalam membaca, kefasihan dan lain-lain, di samping itu pengetahuan yang ada di otaknya akan semakin meluas sejak masa kecilnya. Semua ini telah dicoba dan dipraktekkan.Peringatan:jika kamu membaca diskusi ini, sedangkan kamu termasuk orang yang usianya telah melebihi batas yang dimaksud, maka janganlah sekali-kali kamu berkata (pada dirimu sendiri):kereta telah meninggalkanku, karena barangsiapa yang memiliki hasrat untuk menghafal dan cita-cita yang tinggi, maka pastilah ia akan menghafal seandainya ia meletakkan di hadapan kedua matanya tujuan bahwa ia harus menghafal dan sesungguhnya aku akan mengetahui bahwa saudara-saudaraku baru menghafal al-Quran secara lengkap setelah mereka menginjak usia empat puluh tahun.[32]

Kaedah ketiga : Memilih waktu yang tepat dapat membantu dalam menghafal Sesungguhnya memilih waktu merupakan hal penting dalam menghafal, seseorang sebaiknya tidak menghafal diwaktu sempit dan gelisah atau diwaktu anak-anak sedang ribut. Seharusnyalah ia mengambil waktu yang suasanya tampak tenang dan jiwa dalam keadaan senang dan tidak gelisah. Disela-sela eksperimen telah ditetapkan bahwa waktu yang paling baik dalam menghafal adalah diwaktu sahur dan waktu setelah subuh, karena ketika itu otak sedang jernih dan badan terasa rileks. Al-Khatib al-Baghdadi berkata:Ketahuilah ada waktu-waktu tertentu dalam menghafal, sebaiknya bagi orang yang ingin menghafal memperhatikannya, ketahuilah bahwa waktu yang paling baik adalah waktu sahur.[33] Ibn Jamaah berkata:Waktu yang paling baik untuk menghafal adalah waktu sahur, waktu yang paling baik untuk berdiskusi adalah pagi hari, waktu yang paling baik untuk menulis adalah pertengahan siang dan waktu yang paling baik untuk membaca dan mengingat-ingat adalah malam hari.[34] Ismail ibn Abi Uwais berkata:Jika kamu berkeinginan menghafal sesuatu, hendaklah kamu tidur terlebih dahulu dan bangunlah diwaktu sahur, maka nyalakan lampu dan lihatlah yang akan kamu hafalkan, karena sesungguhnya kamu tidak akan melupakannya setelah itu,insya Allah.[35] Hammad ibn Zaid pernah ditanya: Apakah yang paling dapat membantu dalam menghafal ?, ia menjawab:Sedikitnya lendir[36]dan sedikitnya lendir ini hanya bisa terjadi jika hati sedang kosong dan hal itu terjadi di kesunyian malam.

Kaedah keempat : Memilih tempat menghafal Sesungguhnya pemilihan tempat memiliki pengaruh dalam proses menghafal, karenanya lebih diutamakan agar tempat tersebut bukanlah tempat yang memiliki banyak pemandangan, ukiran, dan ornamen juga bukan tempat yang terdapat banyak kesibukan. Jika sebuah tempat dibatasi, tentunya dengan memperhatikan udaranya yang bersih dan sejuk, maka tempat itu lebih baik daripada tempat yang luas yang dipenuhi pepohonan dan kebun-kebun, karena mata ketika itu akan melihat ke sekelilingnya dengan sangat senangnya. Mengenai hal ini, ada beberapa wasiat beberapa ulama terdahulu yang memiliki keunggulan daripada metode pengajaran modern, di antaranya: Al-Khatib al-Bahdadi berkata:Ketahuilah sesungguhnya ada beberapa tempat yang sebaiknya selalu digunakan oleh orang yang sedang menghafal untuk menghafal dan tempat yang paling baik untuk menghafal adalah kamar[37]yang bukan dilantai bagian bawah dan setiap tempat yang terhindar dari sesuatu yang mengalihkan pandangan, serta tempat yang membuat hati sunyi dari sesuatu yang mengagetkannya agar ia tidak disibukkan olehnya ataupun terfokus kepadanya, sehingga menghalanginya untuk menghafal Seseorang tidak dianjurkan menghafal di hadapan tanaman dan sesuatu yang berwarna hijau, tidak juga di tepi sungai, tidak juga di tengah jalan, karena biasanya tempat seperti ini tidak dapat menghilangkan sesuatu yang menghalangi hati dari rasa sunyi dan kejernihan pikiran.[38] Ibn al-Jauzi berkata:Tidak dianjurkan menghafal di tepi sungai dan di hadapan sesuatu yang hijau agar hati tidak dibuat sibuk olehnya.[39] Menghafal dan memfokuskan pikiran pada pelajaran berbeda dengan membaca biasa. Sesungguhnya tempat yang luas dan banyaknya pemandangan dan pepohonan akan membuat hati bercabang dan memudarkan kosentrasi pikiran. Tempat semacam ini baik untuk membaca biasa yang tidak membutuhkan jerih payah dan pikiran terfokus, seperti membaca buku sejarah atau buku cerita. Sebaik-baik tempat yang sangat kami anjurkan adalah mesjid, karena di mesjid ini, seseorang selalu menjaga dirinya dari tiga jendela hati, yaitu: mata agar melihat segala yang diharamkan; telianga agar tidak mendengar sesuatu yang tidak membuat Allah ridho; dan lisan agar tidak berbicara kecuali yang baik. Tiga jendela hati ini menggambarkan sekumpulan perangkat yang digunakan dalam menghafal al-Quran, jika ketiganya sehat dan bersih, maka hasil hafalannyapun akan baik dan mantap. Berkaitan dengan kaedah ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu hendaklah menghafal sambil berjalan dua tiang atau dua sudut mesjid, karena berjalan ini sangat membantu dalam membangkitkan semangat anggota badan ketika terasa bosan, di samping itu berjalan ini lebih menyerupai sebuah proses pengisian baterai atau aki. Berjalan juga sangat baik dilakukan ketika memurajaahhafalan, yaitu ketika mushaf ada di tanganmu dan kamu membukanya tatkala hafalanmu terhenti ataupun tersendat. Di samping itu ada beberapa cara yang perlu diperhatikan, yaitu bahwa salah satu metode menghafal al-Quran adalah dengan menyertakan hafalanmu dengan tempat tertentu, misalkan tentukanlah ruang perpustakaan untuk menghafal surat al-Isra dan mesjid untuk menghafal surat al-Nahl. Hal ini dikarenakan bentuk tempat tersebut terpatri di dalam hati dan diharapkan surat tersebut juga ikut terpatri di dalam hati, sehingga tidak mudah hilang. Karenanya, kamu akan mampu memantapkan hafalanmu dengan memperhatikan hal ini sejak semula. Tidak hilang dari ingatan kita mengenai peristiwa turunnya al-Quran kepada Nabi Muhammad saw. ketika di goa Hira, peristiwa ini terjadi pada sebuah tempat yang beliau cintai, oleh karena itulah, ayat-ayat yang beliau dengar terpatri di dalam hatinya berbarengan dengan terpatrinya goa tersebut. Turunnya al-Quran di Mekkah, sebagian di Madinah, sebagian di gunung tertentu dan sebagian lagi di rumah Aisyah merupana bukti nyata bagi kita semua. Diriwayatkan dari Abdullah ibn Masud ra. bahwa ia berkata:Tidaklah satu surat dari Kitabullah diturunkan melainkan aku mengetahui di mana surat itu diturunkan [40]Wahai saudaraku tercinta Jika Allah SWT memuliakanmu, misalkan dengan kesempatan melakukan ibdah umrah, maka khususkankan satu juz al-Quran untuk kamu hafalkan di Tanah Haram, yaitu di sisi Kabah al-Mukarramah dan jika kamu berkesempatan mengunjungi Mesjid Nabawi, hendaklah kamu mengkhususkan dirimu menghafal satu juz diRaudhahyang mulia (makam Rasulullah saw.), karena sesungguhnya hafalanmu memiliki hubungan dengan tempat-tempat ini, terutama tempat-tempat suci ini, maka ketika kamu memurajaah, maka kamu akan mendapatinya kuat dan mantap, karena kamu telah menyaksikan tempat ini. Ibn Jubair pernah menyebutkan bahwa ia telah menyelesaikan hafalan al-Qurannya di tengah perjalanannya, yaitu ketika ia berada di padang pasir Mesir, tepatnya di sisi sumur air tawar.[41]Perhatikanlah memorial ini, betapa indahnya bukan ?Peringatan : Ada baiknya kamu tidak menghafal di sisi cermin, tujuannya agar pikiranmu tidak bercabang ketika menghafal, karena sesungguhnya setan akan menyibukkan kamu dengan selalu memandanginya dan memecah pikiranmu hingga ia dapat memalingkanmu dari menghafal al-Quran. Akan tetapi, ada baiknya jika kamu mengambil manfaat dari cermin ini ketika mempelajariMakharijul Huruf(tempat keluarnya huruf hijaiyyah) dan sifat-sifatnya. Yaitu dengan cara melihat ke cermin, ketika kamu ingin membenarkan ucapanmu terhadapmakharijul huruf, hingga kamu dapat melihat gerakan kedua bibir dan tempat-tempat lisan ketika mengucapkan huruf. Hal ini dikarenakan cermin memiliki peran yang tidak dapat diremehkan dalam hal memperhatikan detail keluarnya huruf dari tempat-tempatnya. Aku baru saja mengetahui bahwa beberapa lembaga bahasa merekomendasikan metode ini dan menggunakannya di laboratorium suara, karena dalam hal ini, cermin sangat berfaedah.

Kaedah kelima : Irama dan bacaan yang baik dengan memperdengarkan suara dapat memantapkan ayat-ayat dalam ingatan

Al-Quran al-Karim memiliki berbagai keistimewaan, di antara keistimewaan dari segi suara yang merupakan pembeda antara al-Quran dengan bahasa Arab adalah:1.Melebihkan kadar irama dalam mengucapkan huruf nun dan mim yang bertasydid dan ketikaidgham dan ikhfa.2.Melebihkan kadarmad(bacaan panjang) pada tempat-tempat yang telah diketahui.3.Irama asli yang mengalir dari lisan pembaca tergantung dari tingkat keilmuannya.Oleh karena itulah, bacaan al-Quran yang disertai dengan irama yang kamu sukai dan dapat memantapkan hukum-hukum tadwij akan mempermudah bagimu dalam proses menghafal dan selanjutnya mempermudah bagimu dalam proses mengulang hafalan dilain waktu tanpa melihat al-Quran, karena jika kamu terbiasa pada lagu tertentu, maka ketika kamu mengurangi satu penggal ayat, karena lupa, maka lisanmu tidak akan patuh kepadamu dan jika lisanmu patuh kepadamu, maka biasanya telinga yang terbiasa mendengarkan irama ini tidak akan menerima kesalahan ini.Nabi saw. bersabda:Tidaklah termasuk golongan kami orang yang tidak melagukan bacaan al-Quran.[42]Beliau juga bersabda:Perindahlah al-Quran dengan suara-suaramu [43]Sebaiknya kamu membaca berdasarkan tabiat dirimu, tidak memaksakan mengikuti irama paraqaridan hendaklah hal ini dilakukan dengan suara yang dapat didengar, karena mengeraskan suara dapat membantu dalam menghafal.Al-Zubair ibn Bakkar berkata:Ayahku pernah mengunjungiku ketika aku sedang memikirkan sebuah buku dan aku tidak membacanya dengan keras, aku merenunginya hanyalah antara aku dan diriku, lalu ayahku berkata kepadaku: Sesungguhnya yang kamu dapati dari renunganmu ini hanyalah bacaan yang membuat matamu mendatangi hatimu, maka jika kamu ingin merenungi bacaan, hendaklah kamu melihatnya dan keraskanlah bacaanmu, karena kamu akan mendapatkan bacaan yang membuat matamu mendatangi hatimu dan sesuatu yang membuat pendengaranmu mendatangi hatimu.[44]Abu Hilal al-Askari berkata:Sebaiknya seorang pelajar mengeraskan suaranya ketika belajar, agar dapat didengar oleh dirinya sendiri, karena bacaan yang didengar oleh telinga akan meresap ke dalam hati, oleh karena itulah seseorang biasanya lebih dapat menghafal sesuatu yang didengarnya daripada sesuatu yang dibacanya. Jika yang dipelajarinya itu termasuk pelajaran yang dapat membantu jalan kefasihan dan mengharuskan seorang pelajar mengeraskan suaranya, maka kefasihannya itu akan bertambah.[45]Irama yang mantap, merdu dan tartil termasuk keistimewaan al-Quran, oleh karena itulah, kita dapat menyaksikan anak kecil ketika membaca beberapa ayat, lalu bacaannya ada yang salah, maka ia tidak akan meneruskan kesalahannya ini, kecuali jika ia mengulangi ayat tersebut sekali lagi dengan irama yang ia pergunakan untuk menghafal.Kita sering menyaksikan guru-guru kita membaca satu ayat atau kamu membaca di hadapan mereka, jika ada kekeliruan satu huruf saja, maka mereka akan merasakannya dan mereka akan berkata kepada pembaca:kamu tidak membaca ayat ini dengan benar, lalu mereka mengulangi ayat tersebut untuk kedua kalinya dengan lisan mereka dan irama yang telah mereka pergunakan dalam menghafal hingga bacaanmu benar.Inilah salah satu bentuk kemukjizatan al-Quran yang sangat memerlukan pembahasan tersendiri.

Kaedah keenam : Cukup menggunakan satu mushaf dengan satu bentuk cetakan Sesungguhnya Allah SWT telah mentakdirkan bagi kitab-Nya orang-orang yang mencetak dan menuliskannya dalam beribu-ribu naskah dengan berbagai macam ukuran. Di antara mushaf-mushaf yang mereka tulis/cetak ini ada yang memberikan tanda yang berhubungan dengan hafalan, agar orang-orang yang menghafal dapat melihat permulaan halaman bertepatan dengan bagian pertama sebuah ayat dan akhir halaman dengan bagian akhir sebuah ayat yang tujuannya untuk mempermudah dalam menghafal dan mengontrol batasan-batasan hafalan. Oleh karena itulah, mayoritas orang-orang yang telah berpengalaman menganjurkan agar menggunakan mushaf yang biasa digunakan oleh para penghafal al-Quran, yaitu mushaf yang dicetak oleh Lembaga Raja Fahd di Madinah al-Munawwarah. Namun ada juga yang berbeda dengan orang-orang yang berpengalaman tersebut, mereka menganjurkan agar menghafal dengan menggunakan mushaf yang akhir halamannya bertepatan dengan pertengahan sebuah ayat dan mushaf yang sengaja dibagi dalam satu juz menjadi empat bagian, tujuannya agar orang yang menghafal merasakan kemudahan dalam menghubungkan antara satu halaman dengan halaman berikutnya tanpa adanya kesulitan. Walaupun demikian, dengan cara apapun, jika telah menghafal dengan satu mushaf tertentu, maka janganlah kamu merubah mushaf dengan cetakan yang biasa kamu gunakan dalam menghafal, tujuannya agar kamu posisi beberapa ayat tidak membingungkan ingatanmu. Hal ini dikarenakan gambaran tempat-tempat ayat biasanya telah terpatri di dalam hati berdasarkan halamannya. Akan tetapi sering didapati bahwa kebanyakan orang yang telah menghafal dengan menggunakan mushaf para penghafal (cetakan Lembaga Raja Fahd), jika satu halaman telah mereka selesaikan, maka mereka berhenti dan tidak dapat melanjutkan ke halaman berikutnya, hal ini dikarenakan ingatannya telah menguasai hafalannya bagaikan papan-papan, masing-masing papan terpisah dengan papan lainnya. Oleh karena itulah, dianjurkan bagi mereka untuk memperhatikan proses memperhubungkan (halaman demi halaman) yang akan aku bahas pada kaedah kedelapan dan hendaklah mereka selalu memfokuskan akhir dan awal setiap halamannya, terutama pada hafalan-hafalan awal.

Kaedah ketujuh : Membenarkan bacaan lebih didahulukan daripada menghafal Sebelum kamu menghafal surat tertentu, kamu harus membetulkan bacaanmu terlebih dahulu terhadap surat tersebut. Pembenaran ini mencakup pembenaran harakat,makharijul hurufdan sifat-sifat huruf dan hal ini tidak bisa dilakukan sendirian, melainkan harus dibantu oleh seorang guru yang mumpuni, karena al-Quran tidak dapat dipelajari kecuali dengan cara menerima dari guru-guru yang sebelumnya juga menerima dari guru-guru mereka hingga bersambung silsilahnya sampai ke Rasulullah saw. Namun jika kesulitan mendapatkan seorang guru, maka dengan menggunakan kaset-kaset yang baik dari paraqariyang berkualitas kadang-kadang dapat menambal beberapa kekurangan, namun bukan berarti menjadikannya sebagai pedoman utama dalam menghafal keseluruhannya. Riset telah membuktikan bahwa orang yang memulai hafalannya seorang diri tanpa terlebih dahulu membenarkan bacaannya selalu terjerumus ke dalam banyak kesalahan pada harakat, bahkan pada pengucapan beberapa kata dan dia akan sangat merasa kesulitan untuk menghilangkanya, sekalipun setelah itu ia selalu diingatkan. Riset juga telah membuktikan bahwa guru yang selalu membenarkan bacaan murid-muridnya sebelum mereka menghafal lebih banyak berhasilnya daripada lainnya dan murid yang menghafal satu bagian al-Quran yang telah dibenarkan dan kemudian dibacakan oleh gurunya dapat menghafal lebih cepat dari yang lainya, kira-kira separuh dari waktu yang dibutuhkannya, terutama bagi murid-murid yang masih kecil. Aku telah menyaksikan di beberapa lembaga tahfiz al-Quran di Turki bahwa para murid selama satu tahun penuh membenarkan bacaannya dimulai dari huruf alif, ba dan seterusnya hingga pembenaranmakhraj hurufdan pemantapan bacaan dengan cara melihat hingga mengkhatamkan seluruh al-Quran. Pada tahun pertama, mereka tidak diperkenankan menghafal apa pun. Barulah pada tahun kedua, mereka mulai menghafal dan selama satu tahun mereka sudah dapat mengkhatamkan al-Quran secara hafalan. Sungguh aku telah menyaksikan mereka memiliki para penghafal yang mumpuni dan berkualitas.Peringatan: Pada beberapa lawatan pencarianhalaqahal-Quran di negara-negara yang tidak menggunakan bahasa Arab, saya telah menyaksikan kesalahan-kesalahan besar, yaitu mereka telah mencetak mushaf dengan menggunakan huruf latin[46]yang tujuannya untuk mempermudah, sehingga kamu akan melihat seorang murid membaca dengan bacaan yang salah, karena berdasarkan teks yang tertulis di hadapannya. Sebagai contoh, kamu akan mendapatkan katatertulisaammadan katatertulisaatainakadan tidak diragukan lagi bahwa hal ini merupakan tindakan yang merubah kalamullah.[47]Metode ideal dalam menghafalkan al-Quran bagi orang-orang yang tidak bisa berbahasa Arab Sesungguhnya cara terbaik bagi mereka yang tidak bisa berbahasa Arab adalah dengan melalui tiga tahapan, sebagai berikut:1.Hendaklah mereka mempelajari huruf dengan cara mengeja sebelum membaca al-Quran dimulai dari huruf alif, ba dan seterusnya. Pada tahapan ini, sedapat mungkin berpedoman pada kitabal-Qaidah al-Baghdadiyyah. Hendaklah huruf-huruf tersebut didiktekan kepada mereka hingga mereka mampu mengucapkannya dan mengetahuinya dengan baik.2.Kemudian mereka beralih ke tahapan kedua, yaitu dari pengenalan huruf-huruf secara parsial menuju pengenalan beberapa kata dan kalimat, kemudian pembenaran bacaan al-Quran dengan cara melihat ke mushaf demi memantapkan bacaan huruf dan harakatnya dimulai dari surat-surat pendek.3.Kemudian pada tahapan ketiga, dimungkinkan mereka memulai proses menghafal, pada tahapan ini, mereka dibiarkan menggunakan metode apa pun dari beberapa metode yang akan aku bicarakan pada bagian berikut dari buku ini.

Kaedah kedelapan : Proses menghubungkan antar ayat akan membuat hafalan yang saling bersambung Di antara kaedah terpenting dalam menghafal adalah proses menghubungkan antar satuayat, yaitu menghubungkan dengan menggunakan suara dan pengelihatan antara akhir ayat dengan awal ayat berikutnya. Caranya kamu membuka mushaf tepat pada ayat-ayat yang ingin kamu hafalkan, kemudian kamu menghafal ayat pertama dan kamu memfokuskan pandangan pada bagian akhir ayat tersebut. Sebagai contoh kita ambil firman Allah SWT: (: 142)Bacalah bagian akhir ayat dengan suara terdengar kemudian segera sambungkan, tanpa menggunakan wakaf manapun, dengan bagian pertama ayat kedua, yaitu: (: 143)Ulangilah proses ini berkali-kali tidak kurang dari lima kali. Sebaiknya kamu mengadaptasikan proses ini dengan bentuk yang baik, karena kamu akan sangat membutuhkannya di antara tiap dua ayat, antara akhir juz dan awal juz lainnya dan antara surat-surat. Kamu akan mengambil faedah yang besar darinya. Caranya, lisanmu akan bergerak dengan bentuk sambung menghubungkan akhir ayat dengan awal ayat berikutnya, maka kamu akan merasa mudah menghadapi kesulitan berhenti terlalu lama antara beberapa ayat, kesulitan ini paling banyak terjadi di kalangan para murid penghafal al-Quran, dan selanjutnya kamu akan mendapatkan hafalan yang saling berkaitan (berkesinambungan) seandainya kamu selalu melakukan proses ini secara kontinyu, dengan izin Allah. Yang perlu dilakukan dalam proses penghubungan ini adalah menghubungkan awal halaman dengan akhir halaman, terutama pada mushaf para penghafal yang halamannya berakhir dengan akhir ayat. Di sini terdapat cara yang sangat baik untuk dicoba dalam kaitannya dengan menghubungkan ayat, yaitu dengan cara mempraktekkannya sebelum tidur tanpa mushaf dengan cara kamu berusaha mengingat-ingat sedapat mungkin awal-awal halaman dari juz yang kamu tetapkan untuk dimurajaahpada hari tersebut dan kamu melintaskannya dalam ingatanmu. Dan di antara yang perlu dilakukan dalam proses menghubungkan adalah kamu menghafalkan awalrubu(seperempat) juz dan kamu menggambarkan setiap juz terdiri dari duahizb(bagian besar) dan setiaphizbterdiri dari empatrubu(seperempat). Cobalah kamu mengkonsentrasikan pikiranmu untuk kelompok pertama dari setiaprubu. Sebagai contoh, kita mengambil perumpamaan juz pertama, kami membaginya dalam ingatan kepada duahizb, yaitu:

Hizbpertama: terdiri dari empatrubuRubupertama: ...Rubukedua: ...Rubuketiga: ...Rubukeempat: ...

Hizbkedua: terdiri dari empatrubuRubupertama: ...Rubukedua: ...Rubuketiga: ...Rubukeempat: ...

Lakukanlah seperti di atas pada semua juz, karena hal ini tidak akan memberatkanmu kecuali hanya beberapa menit saja dan kamu akan melihat hasilnya yang gemilang jika kamu terus melakukannya.

Kaedah kesembilan : Proses pengulangan dapat menjaga hafalan baru dari terlepas dan hilang Sesungguhnya masing-masing orang berbeda-beda dalam hal kekuatan hafalannya; di antara mereka ada yang hafalannya masih tetap kuat sekalipun hanya sedikit mengulang-ulanginya dan di antara mereka ada yang tidak dapat menghafal kecuali setelah sering mengulang-ulang.Pengulangan terdiri dari dua macam, yaitu:1. Pengulangan dalam arti menjalankan hafalan secara tersembunyi di dalam hati.Hal ini dilakukan ketika seseorang menjalankan hafalannya di siang hari, misalnya, pada ingatannya sebelum tidur tanpa melafalkannya, karena hafalannya ini, di sela-sela menjalankannya, telah memantapkan gambaran ayat yang dihafal dan tempat-tempatnya serta bentuk umum ayat yang telah dihafalnya, sebagaimana telah aku jelaskan sebelumnya. Sufyan al-Tsauri berkata:Jadikanlah hadis sebagai pembicaraan (hadis) jiwamu dan pikiran hatimu agar kamu dapat menghafalnya.[48] Dari ungkapan tersebut bisa juga dikatakan:Jadikanlah al-Quran sebagai pembicaraan (hadis) jiwamu dan pikiran hatimu agar kamu dapat menghafalnya dengan kuat. Izz al-Din ibn Abd al-Salam berkata:Aku tidak akan tidur malam sebelum aku menjalankan bab-bab fiqih di dalam hatiku sebelum tidur.[49]2. Pengulangan dengan mengeraskan suara dan membaca ayat yang telah dihafal secara lengkap. Sebaiknya bagi orang yang menginginkan memiliki hafalan yang kuat dan mumpuni agar sering mengulang-ulang dengan suara yang dapat didengar dan tidak hanya merasa cukup dengan sekali atau dua kali pengulangan, sekalipun ia tergolong orang yang cerdas. Ibn al-Jauzi berkata:al-Hasan ibn Abu Bakr al-Naisaburi pernah berkata kepada kami: Aku tidak akan dapat menghafal sebelum mengulang hafalanku sebanyak lima puluh kali.Bahkan Abu Ishaq al-Syirazi selalu mengulang pelajarannya sebanyak seratus kali.[50] Sering mengulang-ulang hafalan merupakan tindakan yang benar, sekalipun melelahkan di awal perjalanan, namun hasilnya sangatlah memuaskan di masa yang akan datang. Sedangkan hafalan yang tidak pernah diulang-ulang, terutama pada tahapan pertama, akan cepat terlupakan dan mudah hilang, karena ia tidak diikat oleh pengulangan. Perhatikanlah peristiwa berikut ini yang diriwayatkan oleh Imam Ibn al-Jauzi, ia berkata:al-Hasan pernah bercerita kepada kami bahwa ada seorang ahli fiqih yang sering mengulang-ulang pelajaran di rumahnya, lalu ada seorang nenek berkata kepadanya ketika ia di rumahnya: Demi Allah, sungguh aku telah menghafalnya !, lalu ahli fiqih itu berkata: Kalau begitu coba kamu mengulang hafalanmu itu, lalu nenek tersebut mengulanginya, tatkala selang beberapa hari, ahli fiqih ini kembali berkata kepada nenek tersebut: coba kamu ulangi pelajaran yang lalu, lalu nenek tersebut menjawab: aku sudah tidak menghafalnya lagi. Akhirnya ahli fiqih ini berkata: kalau begitu aku akan mengulang hafalanku berkali-kali agar aku tidak tertimpa musibah yang menimpamu.[51] Sesungguhnya aku telah menyaksikan bahwa mayoritas orang awam dapat menghafal surat Yasin, surat al-Sajdah, akhir surat al-Baqarah dan lain-lainnya semata-mata dikarena seringnya mendengarkan surat-surat tersebut, padahal mereka mendengarkannya dalam moment-moment tertentu.

Kaedah kesepuluh : Hafalan harian secara teratur lebih baik daripada hafalan yang terputus-putus Sesungguhnya mewajibkan jiwa untuk selalu melakukan sesuatu pada mulanya merupakan kesulitan baginya dan di antara perbuatan yang tidak disukai oleh jiwa untuk selalu melakukannya adalah menghafal. Karena sesungguhnya mayoritas murid lari dari beberapa pelajaran atau materi khusus yang sering dihafalnya, padahal mereka mengetahui bahwa jika seseorang membiasakan otaknya untuk menghafal, maka ia akan terbiasa dan terlatih, bahkan ia akan menyukainya.Beberapa kaedah penting dalam menghafal al-Quran al-Karim Hendaklah kamu selalu membiasakan diri menghafal setiap hari, misalkan kamu mengkhususkan satu target yang tidak akan kamu kurangi, maka jika kamu secara rutin melakukan hal itu selama beberapa hari dan kamu mampu mengusir godaan setan dan sifat malas, maka kamu akan terlatih dalam proses menghafal dan hafalan akan menjadi bagian hidupmu setiap harinya bagaikan makanan dan minuman. Al-Zuhri berkata:Sesungguhnya seseorang akan menuntut ilmu dan hafalan, sedangkan hatinya bagaikan jalanan yang ada di bukit, kemudian ia senantiasa menjadi sebuah lembah yang tidak ada sesuatupun yang diletakan di atasnya melainkan akan ditelannya.[52] Maksud dari ucapan di atas adalah bahwa seseorang diawal pencariannya terhadap ilmu pengetahuan, maka ingatannya terasa sempit untuk menerima pengetahuan, ia belum terbiasa untuk menghafal, namun jika ia berlatih untuk menghafal, membaca, menelaah dan bersungguh-sungguh, maka pengetahuannya akan luas dan hafalannya akan menjadi tabiatnya, sehingga hatinya akan dapat menelan ilmu pengetahuan bagaikan lembah yang menelan segala sesuatu yang ada di atasnya. Abu al-Samh al-ThaI berkata:Aku pernah mendengarkan paman-pamanku membaca sebuah syair pada suatu majlis, kemudian ketika aku meminta mereka untuk mengulanginya, mereka melarangku dan mencaciku seraya berkata: kamu mendengarkan sesuatu, namun kamu tidak menghafalnya Lalu Abu al-Samh berkata:Dulu aku merasa kesulitan dalam menghafal ketika aku hendak memulainya, kemudian aku membiasakan diriku untuk menghafal hingga akhirnya aku dapat menghafal qashidah Ruabah:waqatim al-amaq khawi al-mukhtariq dalam satu malam, padahal qasidah ini mencapai dua ratus bait.[53] Wahai saudaraku, hendaklah kamu meluangkan waktu dalam sehari untuk menghafal, sekalipun hanya sebentar, karena setetes air yang terus-menerus menimpa batu besar, maka ia akan membuat sebuah lubang padanya. Abu Hilal al-Askari berkata:Ahmad ibn al-Furat tidak pernah meninggalkan setiap hari jika memasuki waktu subuh untuk menghafal sesuatu sekalipun sedikit. Sebagian ulama berkata:Aku pernah menghadiri majlis seorang guru pada pagi hari Jumat tanpa adanya pelajaran, tujuannya agar aku tidak mencabut kebiasaanku untuk menghadirinya.[54] Di antara susunan proses menghafal adalah kamu mengistirahatkan dirimu selama satu hari atau dua hari dalam seminggu, ketika itu kamu tidak menghafal. Hal ini akan membangkitkan ingatanmu dan sangat membantu dalam menciptakan hafalan yang kuat dan mumpuniinsya Allah. Ibn al-jauzi berkata:Sebaiknya seseorang mengistirahatkan dirinya untuk tidak menghafal selama satu atau dua hari dalam seminggu agar ia menjadi laksana membangun sebuah bangunan yang diistirahatkan agar menjadi semakin kokoh.[55] Di antara susunan proses menghafal adalah kamu menentukan untuk dirimu sendiri satu juz tertentu untuk kamu hafalkan dalam waktu tertentu pula, kemudian kamu beristirahat setelahnya selama beberapa hari kemudian kamu mengulang hafalanmu tadi untuk kali berikutnya. Sebaiknya langkah ini dilakukan berdasarkan petunjuk seorang guru dan langsung di bawah bimbingannya, tidak mengikuti hawa nafsunya dan kesenangannya sendiri. Al-Khatib al-Baghdadi berkata:Sebaiknya seseorang menentukan untuk dirinya sendiri target tertentu yang jika ia dapat mencapainya, maka ia berhenti selama beberapa hari tanpa menambahnya, karena hal ini bagaikan sebuah bangunan, tidakkah kamu melihat bahwa orang yang ingin mendirikan sebuah bangunan yang baik, maka mula-mula ia hanya membangun beberapa hasta saja, kemudian ia meninggalkannya hingga kokoh, kemudian ia membangun bagian atasnya, bagaimana jadinya jika ia membangun seluruh bangunan dalam satu hari, maka niscaya hasilnya tidak akan sebaik yang diinginkan, bahkan bisa jadi bangunan tersebut cepat runtuh, demikian pula halnya dengan seorang pelajar, sebaiknya ia mengkhususkan batasan tertentu yang jika ia telah menyelesaikanya, ia berhenti hingga pelajarannya itu mantap dalam hatinya, jika ia berkeinginan mempelajarinya dengan sungguh-sunggguh, maka ia mengulanginya lagi, namun jika ia berkeinginan mempelajarinya namun dalam kondisi sebaliknya, maka hendaklah ia tidak melakukannya.[56] Di antara susunan proses menghafal adalah tidak menghafal di waktu jenuh dan gelisah, jika kamu merasakan kejenuhan, maka kamu harus meninggalkan hafalanmu dan kamu berpaling ke hal-hal yang dapat membuat jiwamu kembali membaik. Oleh karena itulah, hendaklah kamu mengambil sebagian waktumu untuk beristirahat dan menikmati hal-hal yang diperbolehkan atau membaca beberapa cerita, anekdot dan syair, karena hal itu akan mendatangkan faedah dan hikmah, bahkan di sela-sela menikmatinya, rasa jenuh akan sirna dari jiwamu.[57]

Kaedah kesebelas : Menghafal dengan cara perlahan, tenang dan pasti lebih baik daripada menghafal dengan cara cepat dan tergesa-gesa Sesungguhnya lensa mata memiliki peran yang sangat penting dalam proses menghafal. Jika kita mengibaratkannya seperti lensa kamera, maka itulah contoh yang paling mendekati. Sebagaimana orang yang membawa kamera yang menggerakkannya dengan sangat perlahan di antara pemandangan yang akan diambil gambarnya dan ia akan bersungguh-sungguh dalam menekan tombol dengan tangannya untuk mengambil gambar-gambar yang menarik yang dibutuhkannya, demikian halnya dengan orang yang berkeinginan menghafal satu lembar al-Quran, hendaklah ia membaca ayat untuk pertama kalinya dengan cara perlahan dan memfokuskan pandangannya kepadanya dengan seteliti mungkin, kemudian ia menggerakkan lisannya secara lembut agar ia dapat menghafalnya. Tatkala hafalan dilakukan secara perlahan, tenang dan terkosentrasi, niscaya hasilnya akan lebih baik di masa-masa mendatang. Sedangkan orang yang memindah pandangannya dengan cepat di antara ayat-ayat yang dibacanya, ia ingin menyelesaikan targetnya hari itu juga dengan cara apapun, maka kamu akan melihat, ia melompat dari awal halaman ke akhir halaman, tujuannya agar ia dapat menghafal satu kalimat di awal halaman dan satu baris di akhir halaman. Ketahuilah sesungguhnya hafalan semacam ini akan goncang dan tidak akan kekal, ia akan cepat hilang dalam sejenak, bahkan orang yang melakukannya butuh untuk menghafalnya sekali lagi, seakan-akan ia tidak pernah menghafalnya sebelumnya. Kita sering menyaksikan pada beberapahalaqahtahfidz seorang murid yang dipaksa untuk menghafal satu halaman, kemudian selang beberapa menit ia dapat melakukannya dan mengira bahwa ia telah menghafalnya, kadang-kadang ia membacanya tanpa melihat mushaf dengan beberapa kesalahan kecil, namun wajib bagi seorang guru pembimbing untuk memperhatikan waktu yang digunakan seorang murid dalam menghafal halaman tersebut dan hendaklah ia tidak menerima dengan mudah hafalan seorang murid yang melakukanya dengan cepat dan di dalamnya masih terdapat beberapa kesalahan. Berdasarkan eksperimen yang aku lakukan, terbukti bahwa beberapa ayat yang dihafal oleh seseorang dengan kosentrasi penuh, perlahan dan tenang, serta ia mengulanginya berkali-kali sebelum menetapkan bahwa dirinya telah menghafalnya, maka hafalannya ini jauh lebih kuat dari yang lainnya. Bahkan beberapa penghafal merasa bahwa diri mereka telah mumpuni dalam menghafal beberapa surat lebih banyak daripada lainnya, hal ini dikarenakan mereka telah mengerahkan jerih payah yang terfokus dan dibangun di atas kaedah-kaedah yang benar dalam menghafalkannya. Al-Khatib al-Baghdadi berkata:Sebaiknyaorang yang ingin menghafal agar memantapkan dalam meraih hafalannya, bukan justru memperbanyak, hendaklah ia mengambilnya sedikit demi sedikit sesuai dengan daya hafalnya dan memudahkannya dalam memahaminya. Sesungguhnya Allah SWT berfirman: Berkatalah orang-orang kafir:"Mengapa al-Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatim