40
Vol. 8 No. 2, Edisi Desember 2019 ISSN : 2301-8682 pada Hutan Alam Produksi PRAKTIK PENEBANGAN POHON Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan Penelitian Darmaga PEMERIKSAAN KESEHATAN POHON DI PUSLITBANG HASIL HUTAN Status Riset Arang dan Arang Aktif Air Limbah Rumah Tangga ( Grey Water ) Berbasis Arang Aktif PENGOLAHAN Rencana Aksi Tindak Lanjut Eighteenth Meeting of the Conference of the Parties (CoP 18) CITES MENGIKUTI DISKUSI PERUMUSAN

Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan

Vol. 8 No. 2, Edisi Desember 2019 ISSN : 2301-8682

pada Hutan Alam Produksi PRAKTIK PENEBANGAN POHON

Menggunakan Alat Sonic TomographStudi Kasus di Hutan Penelitian Darmaga

PEMERIKSAAN KESEHATAN POHON

DI PUSLITBANG HASIL HUTANStatus Riset Arang dan Arang Aktif

Air Limbah Rumah Tangga (Grey Water) Berbasis Arang Aktif

PENGOLAHAN

Rencana Aksi Tindak Lanjut Eighteenth Meeting of the Conference of the Parties (CoP 18) CITES

MENGIKUTI DISKUSI PERUMUSAN

Page 2: Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan

DAFTAR ISI

Mengikuti Diskusi Perumusan Rencana Aksi Tindak Lanjut Eighteenth Meeting of The Conference of The Parties (CoP 18) CITES

32 -

35

SUSUNAN REDAKSI

DAFTAR ISI ii

1

Pemeriksaan Kesehatan Pohon Menggunakan Alat Sonic Tomograph

Studi Kasus di Hutan Penelitian Darmaga

2-9

Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga (Grey Water) Berbasis Arang Aktif

10-

14

Status Riset Arang dan Arang Aktif di Puslitbang Hasil Hutan

15-

23

Praktik Penebangan Pohon pada Hutan Alam Produksi

24-

31

FOTOGRAFI 36

DARI REDAKSI 1

Majalah Forest Products (ForPro) merupakan majalah ilmiah semi populer yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan (P3HH), Bogor. Majalah ForPro secara reguler terbit sebanyak dua nomor dalam satu tahun yaitu pada bulan Juni dan Desember. Setiap terbitan memuat sekitar lima sampai dengan tujuh artikel, dengan penulis berasal dari dalam instansi dan luar instansi di antaranya Perguruan Tinggi, Balai Penelitian, dan Dinas terkait.

Artikel yang dimuat Majalah ForPro mencakup hasil penelitian, pengalaman, ulasan penyempurnaan metode/proses, opini, program/perencanaan, alih teknologi, hasil kegiatan strategis terkait bidang hasil hutan.

Majalah ForPro menerima naskah dari Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi (BLI), Mahasiswa Pascasarjana, Peneliti Lembaga Penelitian Kehutanan, Penyuluh Kehutanan, Widyaiswara, Pengendali Ekosistem Hutan, dan Pejabat Struktural.

Majalah Forpro dapat diakses melalui website: http://emajalah.forda-mof.org/emajalah/index. php/forpro

Page 3: Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan

FORPro • Vol. 8 No. 2, Edisi Desember 2019 1

DARI REDAKSI

SUSUNAN REDAKSI

Salam inovasi…!

Fokus utama edisi kali ini mengenai pemeriksaan kesehatan pohon menggunakan alat sonic tomograph. Berdasarkan pemeriksaan, terdapat pohon yang mulai rusak sehingga diprediksi dapat mengancam keselamatan bagi yang beraktivitas di sekitar pohon. Dengan alat ini diharapkan dapat mendeteksi sejak dini kemungkinan kerusakan dan bahaya yang disebabkan dahan atau ranting patah bahkan pohon tumbang.

Review tentang pengolahan air limbah rumah tangga (grey water) berbasis arang aktif merupakan salah satu cara yang potensial untuk memperoleh air bersih yang dapat digunakan untuk kepentingan sehari-hari. Harapan kedepan tidak hanya pada kebutuhan air bersih, melainkan air limbah yang telah diolah dapat digunakan kembali untuk kebutuhan sehari-hari misalnya mandi dan mencuci.

Review lainnya mengenai status riset arang dan arang aktif di Puslitbang Hasil Hutan menggambarkan informasi perkembangan riset dari tahun 1985–2019 dan prospek riset arang aktif kedepan periode 2020–2029. Lima prospek riset arang aktif kedepan diarahkan pada pemanfaatan limbah biomassa atau tanaman cepat tumbuh, yaitu: Penjerap logam berat, Electrochemical Double Layer Capacitors (EDLC), Adsorpsi pewarna, Adsorpsi gas, dan Penjerap Volatile Organic Compound (VOC).

Artikel pada kolom khazanah IPTEK dengan judul praktik penebangan pohon pada hutan alam produksi memberikan pengetahuan mengenai operator penebangan yang merupakan bagian dari kunci efisiensi pemanfaatan kayu secara tebang pilih di hutan alam. Berdasarkan pengalaman, operator chainsaw akan cepat tanggap terhadap situasi dan kondisi lingkungan sehingga cepat mengambil keputusan terhadap pilihan arah rebah pohon yang aman.

Kolom catatan merupakan hasil mengikuti diskusi perumusan rencana aksi tindak lanjut Eighteenth Meeting of the Conference of the Parties (COP 18) CITES yang diselenggarakan oleh Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), 30/9/2019. Pertemuan ini merupakan tindak lanjut rekomendasi hasil pertemuan COP CITES di Jenewa. Diskusi bertujuan untuk melakukan koordinasi antara Lembaga Penelitian, Universitas, dan Organisasi Masyarakat guna merumuskan rencana aksi termasuk penyediaan data, dokumen dan pelaksanaan survei.

Kolom fotografi kali ini, menampilkan hasil bidikan kamera Deden Nurhayadi yang mengambil objek tentang kayu sawit.

Selamat membaca…!

PengarahDr. Ir. Dwi Sudharto, M.Si.

Dewan RedaksiKetua:Ir. Jamal Balfas, M.ScAnggota:1. Karnita Yuniarti, S.Hut. M. Wood. Sc. Ph.D. 2. Dr. Sukadaryati, S.Hut. M.P.3. Yuniawati,. S.TP. M.Si.4. Jamaludin Malik, S.Hut. M.T.5. Ratih Damayanti, S.Hut. M.Si. Ph.D.6. Dr. Wa Ode Mulyastuti, S.TP. M.SI.7. Ina Winarni, S.Hut. M.Si. Ph.D.8. Deazy Rachmi Trisatya, S.Hut. M.Env.Sc. 9. Nela Rahmati Sari, A.Md. A.K.

Mitra Bestari1. Prof. Ris. Dr. Gustan Pari, M.Si.2. Prof. Ris. Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si.3. Prof. Ris. Ir. Dulsalam, MM.4. Prof. Ris. Dr. Drs. Djarwanto, M.Si.

Sekretariat RedaksiKetua:Dr. Wening Sri Wulandari, S.Hut. M.Si.Anggota:1. Aryani, S.Hut. M.Si.2. Deden Nurhayadi, S.Hut.3. Sophia Pujiastuti

Pedoman Penulisan

Tulisan maksimal 8 halaman, ukuran kertas A4, jenis huruf arial 12, gambar dan foto dengan fixel tinggi. Tulisan berupa soft file dikirim melalui email [email protected].

Panduan penulisan ForPro dapat diunduh di http://bit.ly/2XfA89G

Page 4: Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan

2 Vol. 8 No. 2, Edisi Desember 2019 • FORPro

• FOKUS UTAMA

Menggunakan Alat Sonic TomographStudi Kasus di Hutan Penelitian Darmaga

PEMERIKSAAN KESEHATAN POHON

Oleh : Abdurachman dan Rinto NurmanPusatPenelitiandanPengembanganHasilHutanJl. Gunung Batu No. 5, Bogor 16610Telp. (0251) 8633378, Fax. (0251) 8633413E-mail: [email protected]

PENDAHULUANPeran pepohonan amatlah penting dalam meningkatkan mutu lingkungan. Nilai aktual dari pepohonan sangat bervariasi tergantung pada jenis yang dipilih, struktur pohon dan lokasi penanaman. Oleh karenanya, perencanaan serta perancangan dalam mengelola pohon dan lingkungannya yang baik akan menghasilkan banyak keuntungan bagi masyarakat banyak. Dalam proses pertumbuhannya, pohon akan mengalami proses penuaan yang diikuti oleh gangguan yang disebabkan oleh pohon itu sendiri maupun oleh organisme perusak yang ada di sekitar pohon. Hal ini menyebabkan kekhawatiran bagi orang-orang yang berkepentingan dengan areal hutan karena adanya tempat aktivitas manusia seperti perkantoran, pos pemeriksaan pohon.

Tumbuhan dikatakan sehat apabila tumbuhan tersebut dapat melaksanakan fungsi-fungsi fisiologisnya. Tumbuhan yang sehat mempunyai ketahanan ekologi yang tinggi terhadap gangguan hama serta faktor luar lainnya (Yunasfi 2002). Selanjutnya Yunasfi (2002) menyatakan bahwa dengan adanya polusi udara, aktivitas manusia, faktor biologi serta usia pohon-pohon di Ecopark yang makin meningkat dapat mengakibatkan penurunan kesehatan pohon. Penurunan kesehatan pohon dapat dilihat dari tingkat

kerusakannya. Kerusakan yang terjadi dapat disebabkan oleh adanya penyakit, serangan hama, gulma, api, cuaca, satwa ataupun akibat kegiatan manusia. Menurut Soeratmo (1974), unsur lain yang berpengaruh terhadap kerusakan pohon yaitu kerusakan mekanis. Kerusakan mekanis biasanya berbentuk suatu luka terbuka pada kulit kayu hingga kerusakan mekanis yang menyebabkan kematian pohon.

Hutan Penelitian Dramaga Bogor dibangun pada tahun 1956 seluas 60 ha oleh Balai Penyelidikan Kehutanan yang saat ini dikelola oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan, Badan Litbang dan Inovasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Sekitar 10 ha digunakan sebagai Kantor Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (Center for International Forestry Research, CIFOR). Di dalam kawasan hutan penelitian ini terdapat tanaman hutan yang sudah berumur relatif tua (± 63 tahun) dan banyak diantaranya berada di sekitar Gedung dan jalan utama CIFOR.

Berdasarkan pengamatan secara visual maupun pemeriksaan menggunakan alat, terdapat tanaman yang mulai rusak atau terganggu kesehatannya sehingga diprediksi dapat mengancam keselamatan bagi yang beraktivitas di lokasi tersebut jika terjadi musibah seperti dahan/ranting patah atau bahkan pohon tumbang.

Page 5: Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan

3FORPro • Vol. 8 No. 2, Edisi Desember 2019

Untuk mengetahui kondisi pohon di areal Hutan Penelitian Dramaga terutama di sekitar kantor CIFOR perlu dilakukan pemeriksaan terhadap pohon-pohon yang diduga membahayakan. Tingkat kesehatan pohon dapat diukur dengan berbagai metode, antara lain dengan cara memeriksa kondisi batang pohon dengan menggunakan alat Sonic Tomograph “Arborsonic”.

Pada bulan Maret 2019 telah dilakukan pemeriksaan terhadap 20 pohon yang tersebar di petak-petak tanaman di Hutan Penelitian Dramaga Bogor. Terhadap pohon-pohon yang diperiksa dilakukan kajian untuk menentukan rekomendasi yang perlu ditindak lanjuti oleh Pengelola kawasan terutama CIFOR.

Parameter yang diamati untuk menentukan kondisi kesehatan pohon yaitu sifat morfologis dan diagnose pada bagian dalam batang pohon. Dari

20 pohon yang diamati dengan alat Arborsonic pada ketinggian 30–260 cm dari permukaan tanah terdapat 4 pohon yang memiliki persentase lapuk lebih dari 50% (kategori membahayakan), dan 16 pohon memiliki persentase lapuk di bawah 35% (kategori sehat). Namun kriteria untuk dapat menentukan tindakan terhadap pohon yang diperiksa tidak hanya ditentukan oleh persentase kelapukan melainkan ada faktor lain yaitu tinggi pohon, kemiringan pohon, bentuk kanopi, tinggi dan lebar kanopi serta adanya tumbuhan parasit seperti benalu dan tanaman lain yang tumbuh pada batang pohon. Dari analisa kesehatan pohon secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan hasil kajiannya seperti yang tertera pada Tabel 2. Adapun rekomendasinya adalah 8 pohon harus di potong batang utamanya (topping), 8 pohon harus dipangkas cabang (pruning) dan sisanya yaitu sebanyak 4 pohon termasuk kategori sehat (intact).

Sumber: Abdurachman, 2019

Gambar 1. Pohon sengon tumbang di areal CIFOR akibat pelapukan akar

Page 6: Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan

4 Vol. 8 No. 2, Edisi Desember 2019 • FORPro

KAJIAN KESEHATAN POHONKajian terhadap kesehatan pohon dilakukan melalui pengamatan secara morfologi dan pendeteksian kondisi bagian dalam dari batang pohon. Hasil kajian menghasilkan rekomendasi yang menyatakan bahwa terdapat 8 pohon harus di potong batang utamanya (topping), 8 pohon harus dipangkas cabang (pruning) dan sisanya yaitu sebanyak 4 pohon termasuk kategori sehat (intact).

Alat yang digunakan untuk pemeriksaan kesehatan batang pohon ialah Sonic Tomograph merk Arborsonic.

Cara pemeriksaannya sebagai berikut:Pertama keliling pohon diukur, lalu bagilah menjadi 8 titik sebagai tempat kedudukan paku sensor. Pasang paku sensor pada kedelapan titik

yang sudah ditentukan, hubungkan ujung-ujung kabel sensor ke amplifier dan ke terminal battery box. Kemudian hubungkan battery box ke laptop yang sudah dipasang aplikasi arborsonic.

Beri ketukan dengan palu logam pada setiap paku sensor, suara ketukan palu akan merambat dari paku sensor dan akan diterima oleh sensor di hadapannya.

Operasikan aplikasi pada laptopMasukkan data pohon antara lain nama jenis pohon, keliling pohon, ketinggian pengamatan di atas muka tanah (bisanya setinggi dada), penetrasi paku sensor, tebal kulit pohon.

Hasil pemeriksaan bisa dilihat di layar monitor.

Sumber: Abdurachman, 2016

Gambar 2. Percobaan alat pada bagian pohon yang gerowong

Page 7: Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan

5FORPro • Vol. 8 No. 2, Edisi Desember 2019

Sumber: Abdurachman, 2019

Gambar 3. Pengukuran keliling pohon randu di CIFOR

Sumber: Abdurachman, 2014

Gambar 4. Pemeriksaan pohon melalui gelombang suara

HASIL ANALISA POHONHasil pengamatan kesehatan pohon menggunakan alat arborsonic sebagai berikut:

Tabel 1. Lokasi, jenis dan jumlah pohon yang diperiksa di areal Hutan Penelitian Dramaga

Lokasi No. Pohon Jenis pohon Keliling

(cm)Tinggi Total

(m)Diameter Setinggi

Dada (cm)Petak 193 001 Sengon buto (Enterolobium cyclocarpum) 480 32 152,87 Petak 191 002 Randu (Ceiba pentandra) (L) Gaertn. 470 18,5 149,68

003 Randu (Ceiba pentandra) (L) Gaertn. 500 25 159,24Petak 149 004 Pulai (Alstonia congensis) 535 28 170,38

005 Pulai (Alstonia congensis) 270 28 85,99Petak 81 006 Meranti (Shorea selanica) 220 23 70,06

007 Meranti (Shorea selanica) 193 32 61,46Petak 52 008 Jati (Tectona grandis Lf.) 318 30 117,83

009 Jati (Tectona grandis Lf.) 232 20 73.88Petak 49 010 Calophyllum soulatri 215 28 68,47

011 Meranti (Shorea leprosula) 220 25 70,06Petak 51 012 Cinnamomum parthenoxylon 203 38 64,65

013 Cinnamomum parthenoxylon 370 40 117,83Petak 188 014a Sengon buto (Enterolobium cyclocarpum) 450 29 143,31

014b Sengon buto (Enterolobium cyclocarpum) 395 30 125,80Petak 42 015 Pasang (Querkus sp.) 349 46 111,15

016 Pasang (Querkus sp.) 278 48 85,53Petak 30 017 Jati (Tectona grandis Lf.) 378 38 120,38

018 Jati (Tectona grandis Lf.) 180 18 57,32Petak 141 019 Mahoni (Swietenia macrophylla) 162 38 51,59Petak 52 020 Jati (Tectona grandis Lf.) 246 26 79,10

Page 8: Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan

6 Vol. 8 No. 2, Edisi Desember 2019 • FORPro

23 m dan 70,06 cm serta 32 m dan 61,46 cm. Persentase kelapukan masing-masing 8% dan 0% (sehat), tetapi karena pohon kesatu miring ± 20° ke arah pos Satpam sehingga harus di-topping setinggi 3 m.

5. Jati (Tectona grandis Lf.), terdapat 4 pohon yaitu 2 pohon di di petak 52 dan 2 pohon di petak 30. Tinggi pohon di petak 52 masing-masing 30 m dan 20 m dengan diameter setinggi dada 117,83 cm dan 73,88 cm, tinggi pohon dan diameter setinggi dada di petak 30 masing-masing 38 m, 18 m, 120,38 cm dan 57,32 cm. Pohon jati di petak 52, nomor pohon 008 direkomendasikan untuk di-pruning sedikit ke arah jalan, batang lapuk 63% pada ketinggian 30 cm dan 67% pada ketinggian 120 cm dari muka tanah. Batang miring ke arah jalan. Sedangkan pohon jati di petak 30 dengan nomor pohon 17 direkomendasikan untuk di-topping setinggi ± 6 m karena batang agak miring ke arah Lab.

6 . Kayu manis ( C i n n a m o m u m parthenoxylon) di petak 51 terdapat 2 pohon (012 dan 013) dengan tinggi dan diameter setinggi dada masing-masing 38 m, 40 m dan 64,65 cm, 117,83 cm. Persentase kelapukan masing-masing 3% dan 0%, akan tetapi karena perakaran tidak sehat dan pohon terlalu tinggi serta batang miring ± 20°, maka untuk pohon 012 direkomendasikan untuk di-topping setinggi ± 6 m dan ± 8 m untuk pohon 013.

7. Pasang (Querkus sp.) di petak 42, terdapat 2 pohon dengan tinggi dan diameter setinggi dada masing-masing 46 m, 48 m

1. Sengon buto ( E n t e r o l o b i u m c y c l o c a r p u m ) , yang berada di petak 193, terletak di pinggir jalan masuk ke areal perkantoran CIFOR. Tinggi pohon 32 m dengan diameter setinggi dada 152,87 cm, pada pohon ini terdapat tanaman parasit benalu dan ficus, pohon condong ke arah jalan, kanopi tidak seimbang dan batang utamanya gerowong 57% pada ketinggian 100 cm di atas muka tanah sehingga direkomendasikan untuk dipangkas cabang (pruning) ke arah jalan tersebut.

2. Randu (Ceiba pentandra (L) Gaertn.) terletak di petak 191 ada 2 pohon, tinggi pohon pertama 18,5 m berdiameter setinggi dada 149,68 cm. Tinggi pohon kedua 25 m berdiameter setinggi dada 159,24 cm. Persentase kelapukan untuk pohon kesatu dan kedua masing-masing 4% dan 16% tergolong sehat sehingga direkomendasikan di-pruning ke arah gedung.

3. Pulai (Alstonia congensis) di petak 149 terdapat 2 pohon dengan tinggi dan diameter setinggi dada masing-masing 28 m dan 170,38 cm serta 28 m dan 85,99 cm. Pohon pertama di-pruning sepanjang 2 m ke arah gedung, batang lapuk 30%, Sedangkan pada pohon kedua di-topping setinggi 3 m, karena pohon berbanir setinggi 2,3 m. Batang lapuk/gerowong 26% pada ketinggian 60 cm dan 3% pada ketinggian 180 cm.

4. Meranti (Shorea selanica) di petak 81 terdapat 2 pohon dengan tinggi dan diameter setinggi dada m a s i n g - m a s i n g

Page 9: Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan

7FORPro • Vol. 8 No. 2, Edisi Desember 2019

dan 111,15 cm, 85,53 m. Persentase kelapukan rendah (9% dan 0%), tetapi kedua pohon ini sangat tinggi dan agak miring, akar muncul ke permukaan dan terdapat benalu dan kadaka. Sehingga direkomendasikan untuk di-topping setinggi ± 10 m.

8. Mahoni (Swietenia m a c r o p h y l l a ) di petak 141, tinggi pohon 38 m, diameter setinggi dada 51,59 cm, batang sehat (2% lapuk). Karena cukup tinggi dan agak miring serta terletak dekat jalan dan gedung perkantoran sehingga mempunyai tingkat resiko tinggi dan direkomendasikan untuk dipotong (Topping) setinggi ± 8 m ke arah jalan.

Analisa lebih lanjut adalah menentukan tingkat resiko dengan memperhitungkan berbagai faktor yaitu ketinggian pohon, kemiringan pohon, bentuk kanopi, luas kanopi dan keadaan batang pohon secara morfologis. Berdasarkan hasil pemeriksaan dan kajian terhadap masing-masing individu pohon, dapat disarankan (direkomendasikan) untuk ditindaklanjuti dalam rangka memelihara sekaligus mencegah terjadinya keruntuhan pohon yang diakibatkan oleh buruknya kondisi kesehatan pohon. Rekomendasi meliputi pemangkasan (pruning) pada cabang atau ranting yang kering (Tabel 3), pemotongan batang utama (topping) atau dahan besar yang tidak sehat dan dapat mengakibatkan patah (Tabel 4).Terdapat 7 pohon yang tergolong kategori sehat (intact) yaitu nomor pohon 003 (randu, petak 191), 006 (meranti, petak 81), 007 (meranti, petak 81), 009

Hasil pengukuran morfologi batang pohon di areal Hutan Penelitian Dramaga adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil pemeriksaan kesehatan batang masing-masing individu pohon

Lokasi No. Pohon Jenis pohon

Tinggi layer (cm)

Persentase kelapukan

(%)

Faktor Keamanan

(%)

Tingkat Resiko

Warna KTP

Petak 193 001 Sengon buto (Enterolobium cyclocarpum) 100 57 139 Sedang KuningPetak 191 002 Randu (Ceiba pentandra) (L) Gaertn. 130 4 1244 Rendah Hijau

003 Randu (Ceiba pentandra) (L) Gaertn. 260 16 569 Rendah HijauPetak 149 004 Pulai (Alstonia congensis) 30 30 1008 Rendah Hijau

005 Pulai (Alstonia congensis) 60 26 296 Rendah HijauPulai (Alstonia congensis) 180 3 255 Rendah Hijau

Petak 81 006 Meranti (Shorea selanica) 180 8 455 Rendah Hijau007 Meranti (Shorea selanica) 120 0 173 Rendah Hijau008 Jati (Tectona grandis Lf.) 30 63 205 Rendah Hijau

Jati (Tectona grandis Lf.) 120 67 158 Rendah Hijau009 Jati (Tectona grandis Lf.) 30 9 433 Rendah Hijau

Jati (Tectona grandis Lf.) 120 0 340 Rendah HijauPetak 49 010 Calophyllum soulatri 30 0 102 Sedang Kuning

011 Meranti (Shorea leprosula) 30 0 650 Rendah HijauPetak 51 012 Cinnamomum parthenoxylon 30 3 44 Ekstrim Merah

013 Cinnamomum parthenoxylon 60 0 141 Sedang KuningPetak 188 014a Sengon buto (Enterolobium cyclocarpum) 100 56 131 Sedang Kuning

014b Sengon buto (Enterolobium cyclocarpum) 120 33 109 Sedang KuningPetak 42 015 Pasang (Querkus sp.) 120 9 74 Ekstrim Merah

016 Pasang (Querkus sp.) 120 0 68 Rendah HijauPetak 30 017 Jati (Tectona grandis Lf.) 30 23 125 Sedang Kuning

018 Jati (Tectona grandis Lf.) 30 5 262 Rendah HijauPetak 141 019 Mahoni (Swietenia macrophylla) 50 2 23 Ekstrim MerahPetak 52 020 Jati (Tectona grandis Lf.) 30 33 110 Sedang Kuning

Page 10: Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan

8 Vol. 8 No. 2, Edisi Desember 2019 • FORPro

Dari hasil pemeriksaan kelapukan terhadap 20 pohon di areal Hutan Penelitian Dramaga dapat disimpulkan bahwa berdasarkan persentase kelapukan pohon menggunakan alat Sonic Tomograph terdapat 5 pohon yang harus dipangkas cabang (pruning), 8 pohon harus dipotong batang utama (topping) dan 7 pohon sehat (intact).

(jati, petak 52), 010 (Calophyllum soulatri, petak 49), 014 (sengon buto, petak 188), 018 (jati, petak 30) dan 020 (jati, petak 52).

Dari hasil pemeriksaan 20 pohon di areal Hutan Penelitian Dramaga dapat disimpulkan bahwa berdasarkan persentase kelapukan pohon menggunakan alat Sonic Tomograph terdapat

Hasil analisis kesehatan pohon berdasarkan pemeriksaan menggunakan alat Sonic Tomograph Arborsonic sebagai berikut:

Tabel 3. Daftar pohon yang harus dipangkas cabang (pruning)

No. Pohon Jenis Pohon Nama Lokal Diameter (cm) Tinggi (m) Keterangan

001 Enterolobium cyclocarpum

Sengon Buto 152,87 32 Pruning ke arah jalan. Terdapat benalu dan ficus. Cabang/dahan terlalu panjang, batang lapuk/gerowong 57%, akar di permukaan, batang condong, kanopi tidak seimbang

002 Ceiba pentandra (L.) Gaertn

Randu/Kapok 149,68 18.5 Pruning sedikit ke arah gedung, batang lapuk 4%, batang lapuk pada ketinggian 6 m

004 Alstonia congensis Pulai 170,38 28 Pruning sepanjang 2 m ke arah gedung, batang lapuk 30%

008 Tectona grandis Lf. Jati 117,83 30 Pruning sedikit ke arah jalan, batang lapuk 63% pada ketinggian 30 cm dan 67% pada ketinggian 120 cm dari muka tanah. Batang miring kea rah jalan

011 Shorea leprosula Meranti 70,06 25 Pruning ke arah Pos Satpam, batang miring ± 20°, terdapat benalu da nada bekas potongan dahan

Tabel 4. Daftar pohon yang harus dipotong batang utama (topping)

No. Pohon Jenis Pohon Nama Lokal Diameter (cm) Tinggi (m) Keterangan

005 Alstonia congensis Pulai 85,99 28 Topping setinggi 3 m, pohon berbanir setinggi 2,3 m. Batang lapuk/gerowong 26% pada ketinggian 60 cm dan 3% pada ketinggian 180 cm.

011 Shorea leprosula Meranti 70,06 25 Topping setinggi 3 m, Batang miring ke arah Pos Satpam ± 20°.

012 Cinnamomum parthenoxylon

Kayu manis 64,65 38 Topping setinggi ± 6 m, Batang miring ± 20°. Akar muncul ke permukaan, terdapat benalu dan kadaka

013 Cinnamomum parthenoxylon

Kayu manis 117,83 40 Topping setinggi ± 8 m, akar muncul ke permukaan.

015 Quercus sp. Pasang 111,15 46 Topping setinggi ± 10 m, akar muncul ke permukaan, batang agak miring, terdapat benalu dan kadaka.

016 Quercus sp. Pasang 85,53 48 Topping setinggi ± 10 m, batang agak miring.

017 Tectona grandis Lf. Jati 120,38 38 Topping setinggi ± 6 m, batang agak miring kea rah Lab.

019 Swietenia macrophylla Mahoni 51,59 38 Topping setinggi ± 8 m, batang agak miring ke arah jalan.

Page 11: Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan

9FORPro • Vol. 8 No. 2, Edisi Desember 2019

PENUTUPKeberadaan pohon baik di hutan alam, hutan tanaman, hutan penelitian, hutan produksi maupun hutan kota berupa taman atau peneduh di pinggir jalan merupakan aset penting bagi lingkungan hidup di manapun berada. Karena hutan berikut ragam hayati yang ada di dalamnya memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kelangsungan kehidupan di muka bumi ini. Oleh karena itu hutan perlu dikelola dengan baik demi kelestariannya. Pemeriksaan kesehatan pohon yang meliputi semua bagian pohon, mulai dari perakaran, morfologi batang, bentuk tajuk (kanopi), dahan, ranting sampai daun demi berlangsungnya proses fotosintesa. Hutan Penelitian Dramaga merupakan prototipe hutan yang bisa dijadikan contoh pengelolaan hutan yang baik bagi hutan-hutan lain di Indonesia maupun dunia. Dengan diberikannya rekomendasi berdasarkan hasil pengamatan setidaknya dapat dilakukan penanganan hutan sebagai langkah awal untuk pengelolaan hutan lebih lanjut dan lebih baik. Semoga dengan telah dilakukannya pemeriksaan kesehatan batang pohon di Hutan Penelitian Dramaga ini dapat bermanfaat bagi pengelola dan pihak-pihak lain yang memanfaatkan keberadaan hutan ini.

DAFTAR PUSTAKAGunawan E. (2017). Ratusan Pohon Berpotensi

Tumbang di Kota Bogor. Republika.co.id.

Prastyaningsih SR. (2014). Pemantauan kesehatan hutan kota Pekanbaru. Jurnal Hutan Tropis 2 (3), 220-225.

Noviady I & Rivai RR. (2015). Identifikasi kondisi kesehatan pohon peneduh di kawasan Ecopark, Cibinong Science Center Gandens. Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas 1 (6), 1385-1391.

Sinaga AP. (2016). Analisis kesehatan pohon di jalur hijau Kota Medan bagian utara. [Skripsi]. Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara. Tidak diterbitkan.

Soeratmo, F.G. 1974. Perlindungan Hutan. Bogor: Proyek Peningkatan Mutu Perguruan Tinggi. Institut Pertanian Bogor.

Stalin M, Diba F & Husni H. (2013). Analisis kerusakan pohon di Jalan Ahmad Yani Kota Pontianak. Jurnal Hutan Lestari 1 (2), 100-107.

Yunasfi. (2002). Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit dan penyakit yang disebabkan oleh jamur. [Skripsi]. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Tidak diterbitkan.

Page 12: Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan

10 Vol. 8 No. 2, Edisi Desember 2019 • FORPro

• REVIEW

Air Limbah Rumah Tangga (Grey Water) Berbasis Arang Aktif

PENGOLAHAN

Oleh : Heru S. WibisonoPusatPenelitiandanPengembanganHasilHutanJl. Gunung Batu 5, Bogor 16610Telp. (0251) 8633378, Fax. (0251) 8633413Email:[email protected]

PENDAHULUANMeningkatnya populasi manusia harus diikuti dengan penyediaan air bersih dalam jumlah yang besar juga. Padahal dengan meningkatnya populasi diduga akan menyebabkan kelangkaan air bersih. Hal ini dikarenakan berbagai faktor antara lain perilaku manusia, berkembangnya industri, berkembangnya permukiman dan lain sebagainya. Perilaku manusia dengan kesadaran lingkungan rendah seperti membuang sampah di aliran air/sungai dapat menyebabkan pencemaran air. Kemudian limbah cair atau padat dari industri yang dibuang tanpa melalui pengolahan yang baik juga akan menyebabkan pencemaran air. Hal ini dapat memicu terjadinya kelangkaan air bersih

Namun, ada sisi positif dengan terjadinya kelangkaan air bersih yaitu mendorong manusia untuk menciptakan teknologi dan cara yang dapat memberikan solusi. Salah satu cara yang potensi untuk dikembangkan kedepan adalah adalah pengolahan air limbah rumah tangga menjadi air bersih yang dapat digunakan kembali untuk kepentingan sehari-hari.

AIR SEBAGAI SUMBER KEHIDUPANAir merupakan komponen penting dalam kehidupan. Seluruh makhluk hidup mulai dari mikroorganisme hingga manusia memerlukan air

demi keberlangsungan hidupnya (Susana, 2013). Salah satu Kebutuhan air terbesar bagi manusia adalah untuk kepentingan rumah tangga yang meliputi minum, memasak, mencuci dan mandi. Kebutuhan air bersih untuk kegiatan tersebut semakin meningkat seiring pertambahan jumlah penduduk (Nusanthary et al., 2012). Jika jumlah penduduk meningkat, penggunaan air bersihpun juga meningkat sehingga sangat memungkinkan naiknya volume air limbah rumah tangga tiap tahunnya.

Air LimbahAir limbah merupakan air buangan yang dapat berasal dari aktivitas rumah tangga, industri, aliran air permukaan, banjir bandang dan air selokan (Agrawal, Vairagade, & Kedar, 2017). Pada umumnya di Indonesia air limbah rumah tangga hanya dialirkan begitu saja hingga ke selokan atau mengikuti aliran air sungai. Nusanthary et al., (2012) menyatakan bahwa air limbah rumah tangga dibuang ke suatu tempat tanpa ada pengolahan terlebih dahulu. Padahal dari kegiatan mencuci dan atau mandi menghasilkan limbah dan polutan berupa deterjen. Jika limbah terakumulasi dalam jumlah besar, akan mencemari lingkungan. Pencemaran air ini bukan hanya menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan tetapi juga memberikan permasalahan ekonomi, yakni dibutuhkan biaya yang lebih besar dalam penyediaan air bersih (Supriyatno, 2000).

Page 13: Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan

11FORPro • Vol. 8 No. 2, Edisi Desember 2019

Kondisi Terkini Pengelolaan Air Limbah di IndonesiaIndonesia sebagai negara yang memiliki kekayaan sumber daya air namun masih tergolong rendah dalam hal pengolahan air limbah skala rumah tangga. Nilasari, M. Faizal, & Suheryanto (2016) menyatakan bahwa teknologi pengolahan air limbah di Indonesia masih belum banyak dilakukan karena mahalnya teknologi yang tersedia. Sumber pencemaran air dari sektor rumah tangga merupakan sumber terbesar diikuti dengan sektor industri yang berkisar antara 25-50%. Hal ini menjadi dasar pentingnya penanganan yang serius terhadap pengolahan air limbah di sektor rumah tangga. Tidak heran jika pemukiman yang padat akan mengalami kelangkaan air bersih.

Permasalahan air bersih sering dihadapi oleh masyarakat di berbagai kota besar di Indonesia. Seiring dengan fakta tersebut, penelitian dan atau kajian terkait air bersih terus mengalami perkembangan yang pesat. Dangnga (2002) melakukan kajian terkait pengolahan air limbah rumah tangga di Kota Makassar yang menyatakan bahwa parameter kandungan limbah rumah tangga telah melampaui baku mutu atau nilai ambang batas untuk golongan I. Susanthi, Purwanto, & Suprihatin (2018) melakukan penelitian tentang evaluasi pengolahan air limbah domestik dengan IPAL komunal di Kota Bogor. Ester Suoth & Nazir (2016) juga menguji karakteristik air limbah rumah tangga di Tangerang Selatan. Hasil analisa menyatakan bahwa grey water memiliki nilai diatas baku mutu yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan No. 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. Beberapa studi diatas mneyatakan bahwa kualitas air bersih tergolong rendah (tidak memenuhi kriteria air bersih). Jika hal ini tidak dikendalikan/dikelola dengan baik, ancaman penyakitpun akan semakin mendekati masyarakat.

Teknologi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga dengan Arang AktifTopare, Attar, & Manfe (2015) menyatakan bahwa pengolahan limbah air sangat penting dilakukan karena akan mendukung kesehatan publik dan lingkungan. Dalam rangka mengurangi

pencemaran air, diperlukan teknologi tepat guna dalam pengelolaan limbah air rumah tangga. Hal ini dapat mendorong meningkatnya ketersediaan air bersih sekaligus mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan ekonomi. Pemerintah juga telah mendorong masyarakat melalui Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Dalam peraturan tersebut, pemerintah mendorong pengamanan limbah cair rumah tangga yang berasal dari kegiatan mencuci, kamar mandi dan dapur yang memenuhi persyaratan kesehatan yang mampu memutus mata rantai penularan penyakit.

Pengolahan air limbah rumah tangga memiliki banyak manfaat antara lain untuk irigasi pertanian, penggunaan industri dan untuk keperluan suplai air bersih (Agustien, 2018). Salah satu teknologi aplikatif dan ramah lingkungan dalam mengolah air limbah rumah tangga adalah pemanfaatan arang aktif sebagai adsorben dan penjernih air limbah. Arang aktif merupakan salah satu adsorben yang populer dan telah banyak digunakan oleh industri. Arang aktif memiliki kelebihan karena kapasitas adsorpsi yang tinggi karena luas permukaannya yang tinggi selama proses karbonisasi (Odubiyi, Awoyale, & Eloka-Eboka, 2012). Penggunaan arang aktif sebagai adsorben dan penjernih air telah didukung beberapa hasil penelitian baik dalam maupun luar negeri. Dony & Rahmawanti (2016) melakukan studi arang aktif sebagai penjernih air sumur. Hasil penelitian menyatakan bahwa penambahan arang aktif dan koagulan yang terpisah memberikan hasil terbaik dalam mengadsorpsi pengotor. Agrawal et al., (2017) menyatakan bahwa penambahan arang aktif sebesar 4% selama 14 hari memberikan hasil terbaik dengan parameter pH, BOD dan COD memenuhi ambang batas air bersih.

Praktik arang aktif dalan meningkatkan kualitas air sudah sangat familiar. Pemanfaatan arang aktif juga beragam modelnya. Atabaki (2014) mengkombinasikan arang aktif dengan sinar UV untuk meningkatkan kualitas air minum. Arang aktif yang gunakan berbentuk granular sebanyak 2 jenis, yaitu granular A dan B. Hasil ujicoba menyatakan bahwa arang aktif granular tipe A lebih optimal daripada tipe B dalam hal

Page 14: Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan

12 Vol. 8 No. 2, Edisi Desember 2019 • FORPro

mengurangi tingkat kekeruhan, total suspensi padatan, BOD dan COD. Hal ini diperkuat oleh Jamilatun & Setyawan (2014) yang menyebutkan bahwa arang aktif yang diaktivasi pada suhu 800oC dengan bilangan iod 580 mg/g mampu memberikan hasil baik dalam menjernihkan air limbah rumah tangga. Air limbah rumah tangga menjadi tidak berbau, tidak berwarna dan pHnya memenuhi standar air bersih (pH 7-7,5). Selain mengkombinasikan dengan sinar UV, pemanfaatan arang aktif sebagai media penjernih air limbah juga telah diterapkan dengan media dan metode lain. Asadiya & Karnaningroem (2018) melakukan penelitian untuk menguji efektivitas pengolahan air limbah dengan menggunakan proses aerasi, sedimentasi dan filtrasi media zeolit-arang aktif sistem kontinyu. Hasil penelitian menyatakan bahwa setelah melalui proses tersebut, kadar pencemar pada air menagalami penurunan.

Teknologi arang aktif untuk air limbah rumah tangga berpotensi besar diterapkan di permukiman dengan kualitas dan kuantitas bersih yang buruk, misalnya permukiman padat di perkotaan dan atau permukiman yang berdekatan dengan industri. Metode dan peralatan sederhana diyakini dapat digunakan untuk mengolah air limbah. Metode yang dimaksud adalah adsorpsi. Pengolahan air secara adsorpsi merupakan proses pemisahan air dari pengotornya (anonim, 2019). Pengotor air

dapat berupa partikel-partikel halus, kation-kation terlarut, dan atau zat lain yang menyebabkan bau pada air. Pada umumnya metode adsorpsi menggunakan material arang aktif dan zeolit yang teraktivasi. Skema pengolahan air secara adsorpsi dijelaskan pada Gambar 1.

Instalasi terdiri dari dua tangki dengan ukuran menyesuaikan kebutuhan atau tujuan penggunaan. Tangki pertama dilengkapi dengan adsorben sebagai media pengolah air sedangkan tangki kedua merupakan tempat penyimpanan air bersih hasil pengolahan.

TEKNOLOGI PEMBUATAN ARANG AKTIFArang aktif merupakan arang yang telah dibebaskan dari deposit hidrokarbon. Penghilangan deposit hidrokarbon menyebabkan luas permukaan arang meningkat, pori-pori lebih terbuka sehingga mempunyai daya serap yang tinggi (Mody, 2014) Pembuatan arang aktif terbagi menjadi dua kegiatan, yaitu karbonisasi bahan baku dan aktivasi. Proses karbonisasi dapat dilakukan dengan menggunakan kiln (tanur), atau dalam timbunan (Pari, Tri Widayati, & Yoshida, 2009 dan Mody, 2014). Proses aktivasi arang menggunakan retort/steam.

(Sumber: https://ardra.biz/tag/pengolahan-air-limbah-pdf/)

Gambar 1. Skema Pengolahan Air Limbah Secara Adsorpsi

Page 15: Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan

13FORPro • Vol. 8 No. 2, Edisi Desember 2019

Aktivasi Arang dapat dilakukan dengan beberapa metode antara lain aktivisi secara fisika, kimia dan fisika kimia. Aktivasi secara fisika menggunakan steam (uap air), aktivasi kimia menggunakan perendaman bahan kimia seperti KOH, H3PO4

,

dan atau HCl sedangkan aktivasi secara fisika kimia dilakukan dengan menggabungkan kedua metode tersebut.

PENUTUPArang aktif dapat diproduksi dari berbagai jenis limbah kayu/bambu/bahan berlignoselulosa lainnya. Sementara, bahan baku tersebut tersedia banyak di lingkungan kita. Hal ini memungkinkan untuk dilakukan di skala rumah tangga. disisi lain, kebutuhan air bersih untuk rumah tangga terus meningkat sehingga akan diperlukan teknologi aplikatif bagi masyarakat. Harapan kedepan tidak hanya pada kebutuhan air bersih, melainkan air limbah yang telah diolah dapat digunakan kembali untuk kebutuhan sehari-hari misalnya mandi dan mencuci. Peningkatan/pemanfaatan air limbah menjadi air bersih tidak hanya meningkatkan kualitas kehidupan, namun hal ini juga dapat berdampak secara ekonomi yakni, meminimalisir pengeluaran untuk membayar air bersih yang selama ini masih dilakukan oleh masyarakat di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKAAgrawal, V. R., Vairagade, V. S., & Kedar, A. P.

(2017). Activated Carbon as Adsorbent In Advance Treatement of Wastewater. IOSR Journal of Mechanical and Civil Engineering, 14(4), 36–40. https://doi.org/10.9790/1684-1404023640.

Agustien, R. R., Pekerjaan, K., & Republik, U. (2018). Daur Ulang Air Limbah Rumah Tangga dengan Teknologi Biofilter dan Hybrid Constructed Wetland di Kawasan Pesisir Domestic Wastewater Reuse by Using Biofilter Technology and Hybrid C ... dan Hybrid Constructed Wetland di Kawasan Pesisir Domestic Wastewater, (May).

Asadiya, A., & Karnaningroem, N. (2018). Pengolahan Air Limbah Domestik Menggunakan Proses Aerasi, Pengendapan, dan Filtrasi Media Zeolit-Arang Aktif. Jurnal Teknik ITS, 7(1). https://doi.org/10.12962/j23373539.v7i1.28923.

Atabaki, M. (2014). Performance of activated carbon in water filters, (January 2013).

Dangnga, MS.2002. Kajian pengelolaan kualitas limbah rumah tangga di Kota Makassar. Jurnal Manusia dan Lingkungan. 9 (2): 16-22

Ester Suoth, A., & Nazir, E. N. (2016). Karakteristik Air Limbah Rumah Tangga Pada Salah Satu Perumahan Menengah ke atas di Tangerang Selatan. Jurnal Ecolab, 10(2), 80–88. https://doi.org/10.20886/jklh.2016.10.2.80-88.

Jamilatun, S., & Setyawan, M. (2014). Pembuatan Arang Aktif dari Tempurung Kelapa dan Aplikasinya untuk Penjernihan Asap Cair. Spektrum Industri, 12(1), 73. https://doi.org/10.12928/si.v12i1.1651.

Mody, L. (2014). PEMBUATAN DAN KEGUNAAN ARANG AKTIF Mody Lempang*. Info Teknis EBONI, 11(2), 65–80. Retrieved from http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-l i tbang/index.php/buleboni/art ic le/view/5041/4463.

Nilasari, E., M. Faizal, M., & Suheryanto, S. (2016). Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga dengan Menggunakan Proses Gabungan Saringan Bertingkat dan Bioremediasi Eceng Gondok (Eichornia Crassipes), (Studi Kasus di Perumahan Griya Mitra 2, Palembang). Jurnal Penelitian Sains, 18(1), 8–13.

Nusanthary, D. L., Colby, E. R., Santosa, H., Kimia, J. T., Teknik, F., & Diponegoro, U. (2012). Suatu Usaha Pemanfaatan Kembali Air Limbah Rumah Tangga Untuk Kebutuhan Mandi Dan Cuci. Jurnal Teknologi Kimia Dan Industri, 1(3), 454–460.

Page 16: Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan

14 Vol. 8 No. 2, Edisi Desember 2019 • FORPro

Odubiyi, O. A., Awoyale, A. A., & Eloka-Eboka, A. C. (2012). Wastewater Treatment with Activated Charcoal Produced from Cocoa Pod Husk. International Journal of Environment and Bioenergy, 4(3), 162–175.

Supriyatno, B. (2000). Pengelolaan Air Limbah yang Berwawasan Lingkungan Suatu Strategi dan Langkah Penanganannya. Jurnal Teknologi Lingkungan, Volume 1 , 17–26.

Susana, T. (2013). Water as a Life Source. Oseana, XXVIII(3), 17–25.

Susanthi, D., Purwanto, M. Y., & Suprihatin, S. (2018). Evaluasi Pengolahan Air Limbah Domestik dengan IPAL Komunal di Kota Bogor. Jurnal Teknologi Lingkungan, 19(2), 229. https://doi.org/10.29122/jtl.v19i2.2834

Topare, N. S., Attar, S. J., & Manfe, M. M. (2015). Sewage / Wastewater Treatment Technologies : a Review Sewage / Wastewater Treatment Technologies : a Review, (January).

Page 17: Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan

15FORPro • Vol. 8 No. 2, Edisi Desember 2019

REVIEW•

DI PUSLITBANG HASIL HUTANStatus Riset Arang dan Arang Aktif

Oleh : Nur Adi Saputra, S. Hut., M.ScPusatPenelitiandanPengembanganHasilHutanJl. Gunung Batu 5, Bogor 16610Telp. (0251) 8633378, Fax. (0251) 8633413E-mail:[email protected]

PENDAHULUANStatus Riset Arang dan Arang Aktif Periode 1985-1999Riset arang kayu mulai banyak dilakukan semenjak krisis energi tahun 1973. Sementara, kegiatan riset lingkup P3HH tentang arang dan arang aktif telah dimulai sejak 1985-an melalui kerja sama ATA 251 antara Indonesia-Belgia. Pembuatan arang aktif jelutung dan kruing dilakukan dengan menggunakan aktivator CaCl2, MgCl2 dan ZnCl2. Daya serap IOD tertinggi dihasilkan aktivator ZnCl2 pada suhu 500°C (Sudradjat, 1985). Bahkan penggunaan arang kayu sebagai pembangkit listrik sudah dilakukan untuk mengantisipasi krisis energi di masa depan. Penggunaan arang kayu belum menghasilkan arus listrik yang stabil. Tegangan yang dihasilkan berada dalam kisaran 220-236 Volt dan 1,95-2,18 A (Hartoyo & Syachri, 1986). Riset lebih lengkap dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu dan waktu kontak reactor; dimana peningkatan suhu akan menurunkan rendeman arang aktif, namun meningkatkan bilangan IOD (Hartoyo, 1988). Pencarian material arang potensial dilakukan terhadap 45 jenis kayu yang berasal dari Kalimantan Timur, Irian Jaya dan Maluku. Kayu jenis nyerakat (Hopea mengarawan Miq.) dan jenis Perupuk (Solanospermum javanicum Zoll.) memiliki rendemen arang paling tinggi, di atas 41% (Nurhayati & Hartoyo, 1988).

Sifat fisik-kimia arang yang menggunakan bahan baku limbah serbuk perusahaan sirup dilakukan dengan perancangan alat kempa hidrolis sistem manual. Nilai kekuatan dan kerapatan arang hasil studi lebih tinggi daripada arang komersial, namun lebih rendah dalam hal nilai kalor (Pari, Hendra, & Hartoyo, 1990). Arang aktif kayu karet telah diteliti berhasil meningkatkan kadar kimia organik eugenol pada proses penyulingan daun cengkeh (Pari, 1991). Perancangan alat aktifasi arang aktif sederhana mulai dilakukan pada tahun 1992 menggunakan drum modifikasi. Material penelitian adalah serbuk gergaji sengon, yang diaktifasi secara kimia dan fisik. Arang aktif yang menggunakan aktivator uap lebih superior dibanding aktivator kimia (sodium karbonat, Na2CO3), untuk tujuan penjernih air (Pari, 1992).

Penyempurnaan prototipe sederhana menggunakan drum kemudian diganti dengan rancangan mesin gasifikasi tipe “fluized bed”. Material yang digunakan berasal dari Hutan Tanaman Industri (HTI), Acacia mangium, yang dikarakterisasi oleh standar American Water Works Association (AWWA). Arang aktif aktivator uap telah memenuhi standar AWWA pada waktu kontak 45 menit (Hendra & Pari, 1995). Keberhasilan pembuatan reaktor sederhana untuk pembuatan arang aktif, kemudian dilanjutkan dengan sebuah kerja sama dengan perusahaan Hutan Tanaman Industri (HTI). Pemanfaatan

Page 18: Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan

16 Vol. 8 No. 2, Edisi Desember 2019 • FORPro

limbah penebangan HPH menjadi tren pada saat itu. Kadar sineol minyak kayu putih mengalami kenaikan 2% setelah perlakuan arang aktif (Pari, 1996a).

Penelitian terhadap kualitas arang aktif (aktivator Na2CO3) kembali dilakukan dengan menggunakan bahan baku sengon dan tusam pada tahun 1996. Hasil penelitian arang untuk perjernih air memperlihatkan bahwa kandungan kation dan anion telah memenuhi standar air minum namun tidak untuk kadar amoniak (Pari, 1996b). Konsistensi fungsi arang aktif diperlihatkan arang aktif untuk penjernih air minum (Komarayati, Gusmailina, & Hendra, 1997) dan adsorben logam berat pada limbah cair pulp. Kandungan ion Fe3+, Mn2+ dan Pb2+ mengalami penurunan dan sesuai standar Indonesia, namun tidak berlaku pada ion Na+ dan Cl- (Pari, 1996c). Lebih detail, aktivator kimia diganti dengan menggunakan NH4HCO3, dengan bahan baku kayu/limbah sengon. Kualitas arang aktif sebagai adsorben meningkat seiring dengan kenaikan suhu, dan menurun seiring penambahan konsentrasi NH4HCO3 (Pari, Buchari, & Sulaeman, 1996). Peningkatan suhu juga

berpengaruh terhadap peningkatan diameter makropori (Pari, Sofyan, Sayfi’i, & Buchari, 2006). Demikian, waktu aktivasi dan konsentrasi perekat menjadi faktor penting dalam pembuatan arang aktif (Pari, Hendra, & Pasaribu, 2006; Pari, Pasaribu, & Hendra, 2008).

Selain itu, umur kayu juga merupakan factor yang mempengaruhi terhadap kualitas arang aktif yang dihasilkan. Umur kayu optimum sebagai bahan baku arang aktif adalah 6 tahun (Pari, 1998). Kondisi serupa berlaku untuk suhu kontak dan konsentrasi aktivator. Temperatur optimum reaktor adalah 8000C sementara porsi aktivator NH4HCO3 sebanyak 0,5% (Pari, 1999). Sebuah hasil yang konsisten berlaku untuk material arang aktif tandan kosong kelapa sawit (Hendra & Pari, 1999).

Status Riset Arang dan Arang Aktif Periode 2000-2009Investigasi pemurnian minyak kelapa sawit (Pari, Nurhayati, & Hartoyo, 2000) dan minyak kemiri (Darmawan, 2006) dengan arang aktif dilakukan untuk mengetahui konsentrasi aktivator optimum.

Gambar 1. TungkuFigure 1. Stove

Keterangan (Remarks):

1 = Bagian dalam reaktor (Inside part of reactor)2 = Tutup reaktor (Reactor cover)3 = Lubang udara (Air hole)4 = Sabuk pelat (Plate belt)

Gambar 2. Reaktor arang aktifFigure 2. Activated charcoal reactor

100 cm

30 cm

1

2

3

4

5

1025

cm

45 c

m

70 c

m

80 c

m

20 c

m

35 c

m

10 cm

30 cm

80 cm

90 cm

3

30 cm

4

2

1

45 c

m

Gambar 1. Desain reaktor pirolisis dan reaktor aktifasi menggunakan drum (Pari, 1992)

Page 19: Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan

17FORPro • Vol. 8 No. 2, Edisi Desember 2019

Larutan NH4HCO3 0,25% dapat menurunkan asam lemak menjadi 0,12%, bilangan peroksida 0,47mg/g, kadar zat menguap 0,12%, dan kadar kotoran 1,73% (Pari et al., 2000). Penggunaan 2% arang aktif menghasilkan sifat fisiko-kimia minyak kemiri optimum. Kualitas minyak kemiri telah memenuhi SNI untuk parameter indeks bias, berat jenis, bilangan iod dan bilangan asam (Darmawan, 2006). Limbah batubara (Pari, 2000) dan tempurung kemiri (Hendra & Darmawan, 2007) digunakan dalam konsteks pemanfaatan residu. Karakter arang aktif batubara memiliki daya jerap I2 dan kadar abu masih tinggi, namun dapat digunakan sebagai penjernih air (Pari, 2000). Arang aktif limbah kelapa sawit (Hendra, 2006; Pari & Sailah, 2001), mangium (Darmawan, 2009) atau serbuk gergaji (Pari, Tohir, Mahpudin,

& Ferry, 2006) terbukti dapat juga digunakan sebagai adsorben. Arang aktif sebagai stimulan pertumbuhan tanaman Eucalyptus urophylla dan pembangunan kesuburan tanah. Pertumbuhan tinggi tanaman E.urophylla 4,8 kali pada perlakuan 30-50% arang aktif, dibanding tanpa perlakuan (Gusmailina, Pari, Komarayati, & Rostiwati, 2001).

Observasi pengaruh aktivator NaOH terhadap arang aktif tempurung kelapa, serbuk kayu, tempurung sawit dan tandan sawit dilakukan untuk mengetahui karakteristiknya terhadap standar AWWA B.600-78. Tempurung kelapa memiliki sifat superior dibanding material lainnya dan memenuhi standar AWWA B.600-78 (Pari & Abdurrahim, 2003).

Gambar 2. Produksi arang aktif dengan teknologi gasifikasi fluidized bed (Hendra & Pari, 1995)

Keterangan (Remarks):1. Ketel Uap (Boiler)2. Rotameter (Rotameter)3. Kompresor (Compressor)4. Pemanas awal (Preheater)5. Penguap (Evaporator)

7. Pemanas reaktor (Reactor heating)8. Reaktor (Reactor)9. Manometer (Manometer)10. Siklon (Cyclon)11. Pendingin Gas (Exchanger gas)

6. Sistem pemasukan bahan baku (Feeding system)

Keterangan (Remarks):

A = Tempat reaktor (Reactor place)B = Ruang pembakaran (Burning space)C = Tempat boiler (Boiler place)D = Cerobong asap (Chimney)

Keterangan (Remarks):

A = Ketel uap (Boiler)B = Pemasukan air (Water input)C = Uap panas (Hot steam)D = Reaktor arang aktif (Activated charcoal reactor)E = Lubang Udara (Air hole)

(A)

(B)

(C)

(D)

(A)

(C)(B)

(D)

(E)

Gambar 3. Reaktor arang aktif dan boiler (Pari, 1996c)

Page 20: Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan

18 Vol. 8 No. 2, Edisi Desember 2019 • FORPro

Arang aktif sebagai pengurang emisi kayu lapis dilakukan untuk menjadikan produk manufaktur yang ramah lingkungan. Aplikasi arang aktif dapat menurunkan emisi formaldehid dan meningkatkan sifat fisik-kimia kayu lapis (Santoso & Pari, 2012). Terjadi penurunan emisi formaldehid sebesar 1,12ppm dengan penambahan arang aktif pada perekat sebanyak 5% (Pari, Santoso, & Hendra, 2006). Studi lain mengkonfirmasi fungsi arang aktif dalam pemurnian minyak atsiri. Pemakaian arang aktif 2% berhasil memenuhi standar SNI untuk indeks bias, berat jenis, bilangan iod dan bilangan asam (Darmawan, 2006). Pengembangan arang aktif dapat juga dijadikan campuran pakan ayam (Pari, Widayati, & Yoshida, 2009).

Perancangan retort skala semi pilot dikembangkan untuk menyempurnakan rancangan sebelumnya. Perancangan unit produksi arang menggunakan drum yang dimodifikasi untuk mengatur aliran udara pada proses karbonisasi. Pembuatan lubang-lubang pada dasar drum dan cerobong asap pada bagian atas bertujuan untuk mempercepat proses karbonisasi (Hendra, 2007). Fokus studi berikutnya adalah perancangan retort arang aktif semi pilot berkapasitas 0,6 m3. Pengembangan alat ditujukan untuk mempercepat kenaikan suhu melalui pemasangan sistem distribusi uap air panas sebanyak 2 unit (Hendra, 2008).

Kontrol suhu(Temperature control)

Termokopel(Thermocouple)

Uap air(Water stream)

Pendingin(Condensor)

Elemen listrik(Electrical heater)

Bahan baku(Raw material)

Kran (valve)

Udara (Air)

Tekanan(Pressure) Lubang udara

(Air inlet)

Gambar 4. Prototipe reaktor arang aktif (a) (Pari, Hendra, et al., 2006) dan reaktor drum modifkasi (Hendra, 2007)

Cerobong asap(Chimney)

Kran (Valve)Udara/Uap air panas(Air/Hot stream)

Distributor udara/Uap air panas(Air/Hot stream distributor)

Kran (Valve)

Tempat bahan baku (Hopper)

Tempat bahan baku (Hopper)

Cerobong asap(Chimney)

Kran (Valve)Udara/Uap air panas(Air/Hot stream)

Distributor udara/Uap air panas(Air/Hot stream distributor)

Kran (Valve)

Distributor udara/Uap air panas(Air/Hot stream distributor)

Kran (Valve)

Gambar 5. Penyempurnaan reaktor arang aktif semi kontinyu menggunakan 2 unit distribusi uap (Hendra, 2008)

Page 21: Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan

19FORPro • Vol. 8 No. 2, Edisi Desember 2019

Status Riset Arang dan Arang Aktif Periode 2010-2019Penggunaan urea formaldehid pada Medium Density Fiberboard (MDF) memunculkan isu emisi formaldehid pada produk. Investigasi penambahan arang aktif mangium dan karet diuji untuk mengetahui pengaruhnya terhadap isu lingkungan. Penggunaan arang aktif sebesar 4% diyakini dapat menurunkan level emisi formaldehid dengan kualitas produk sesuai standar Japan Industrial Standard, JIS (Darmawan, Sofyan, Pari, & Sugiyanto, 2010). Penambahan arang terbukti dapat menurunkan level emisi formaldehid namun tidak memenuhi JIS untuk parameter keteguhan lentur dan keteguhan rekat (Darmawan, Pari, & Santoso, 2010). Lebih lanjut aktivator KOH ditest untuk mengetahui karakteristik arang aktif tapioka menggunakan teknik hidrotermal. Hasilnya KOH dapat meningkatkan porositas dan konduktivitas material studi (Pari, Darmawan, & Prihandoko, 2014). Hasil yang menarik bahwa arang aktif teknik pirolisis dan hidrotermal telah menghasilkan struktur karbon amorf. Namun, hasil pengujian memperlihatkan bahwa arang hidrotermal memiliki derajat kristalitas lebih rendah dengan daya jerap IOD lebih tinggi dibanding teknik pirolisis (Darmawan, Syafii, Wistara, Maddu, & Pari, 2015). Studi lain menyebutkan bahwa penurunan derajat kristalin diakibatkan peningkatan temperatur terhadap material (Fendi, Kurniaty, & Darmawan, 2017).

Karakterisasi arang aktif biji nyamplung menggunakan XRD, SEM dan FTIR memperlihatkan bahwa peningkatan temperatur (Pari, 2011) dan aktivator H3PO4 akan meningkatkan derajat kristalitas dan diameter pori (Wibowo, Syafi, & Pari, 2011). Penggunaan aktivator uap memunculkan sifat unggul arang aktif. Permukaan arang aktif cenderung lebih bersih dibanding menggunakan aktivator kimia (Lempang, Syafii, & Pari, 2011, 2012). Selain aktivator, material itu sendiri memiliki peranan penting dalam pembentukan sifat unggul arang aktif. Jenis pinus lebih unggul dalam sifat amorf dibanding kemiri dan mangium (Darmawan, Wistara, Pari, Maddu, & Syafii, 2016).

Pengembangan arang aktif terus dilekatkan pada biosensor. Formulasi 15% Molecury Imprinted Polimer (MIP), 45% karbon dan 40% parafin menghasilkan faktor nerst sebesar 49,7mV/dekade dan limit deteksi sebesar 1,02 x 10-6 M pada pH 4 (Pari, Santoso, Hendra, et al., 2016). Penelitian tersebut dikonfirmasi kembali dengan arang diinterkalasi menggunakan Ni dan Zn untuk mengetahui karakteristiknya pada jenis jati dan bambu. Perbandingan arang dan kayu jati 1:5, terbukti menghasilkan derajat kristalinitas 73,45% dan konduktivitas sebesar 433,86S/m (Pari, Santoso, Buchari, & Maddu, 2016).

Pengujian drum modifikasi (produksi arang) dan retort semi kontinyu (arang aktif) dilakukan menggunakan limbah tempurung Kemiri Sunan. Hasilnya, 10% H3PO4 sebagai aktivator dapat memproduksi arang aktif yang memenuhi persyaratan SNI 06-3730-1995 (Hendra, Gusti, & Komarayati, 2014). Hasil serupa diperlihatkan untuk bahan baku cangkang buah bintaro (Cerbera manghas). Perlakuan 15% H3PO4 dan 90 menit aliran uap air berhasil membuat arang aktif yang memenuhi SNI (Hendra, Wulanawati, Gustina, & Wibisono, 2015). Perlakuan 2% H3PO4 dan 60 menit aliran uap air memperlihatkan konsistensi kualitas arang aktif teknis sesuai SNI (Ibrahim, Rohaeti, & Hendra, 2017). Serangkaian pengujian ini mengantarkan kepada kesimpulan bahwa perancangan alat produksi arang dan arang aktif layak untuk dikembangkan pada skala pilot pengembangan atau masuk ke sektor industri.

Prospek Riset Arang Aktif Periode 2020-2029Karbon aktif dipertimbangkan sebagai universal adsorben dengan memperhatikan karakter khusus yang melekat pada karbon aktif. Area permukaan yang luas, tekstur poros dan permukaan kimia merupakan 3 faktor utama pemilihan arang aktif sebagai universal adsorben. Setidaknya ada 5 prospek riset arang aktif ke depan, yaitu:

Penjerap Logam Berat

Limbah efluen banyak mengandung logam berat yang berasal dari buangan proses produksi. Pembuangan limbah efluen ke badan air akan

Page 22: Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan

20 Vol. 8 No. 2, Edisi Desember 2019 • FORPro

meningkatkan level kesadahan air. Parameter kesadahan air sangat erat kaitannya dengan kualitas lingkungan, bahkan sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia, hewan dan tuimbuhan. Pada umumnya, industri pertambangan, penyamakan kulit, tekstil, elektronik atau industri kimia menghasilkan residu yang mengandung logam berat. Fokus litbang P3HH ke depan akan lebih menekankan arang aktif sebagai adsorben logam timbal (Pb), mercuri (Hg), chromium (Cr), cadmium (Cd) dan arsen (Ar). Setelahnya fungsi penjerap kimia organik (benzen, phenol, toluene, formaldehid), pewarna (metilen hijau dan biru), penangkap CO2, katalis, adsorpsi ammonia dan metan.

ElectrochemicalDoubleLayerCapacitors (EDLC)

EDLC dinyatakan sebagai penyimpan energi baru yang memiliki kerapatan energi lebih tinggi dari dielektrik kapasitor dan batere. Arang aktif dipertimbangkan sebagai bahan baku utama EDLC karena tidak mudah bereaksi, konduktivitas tinggi dan nilai kapasitansi yang tinggi. Faktor area permukaan dan struktur poros telah menjadi pertimbangan utama dalam pemilihan arang aktif sebagai material EDLC.

Adsorpsi Pewarna

Pewarna adalah senyawa organik yang dipertimbangkan dapat memberikan efek negatif terhadap lingkungan. Sebagian besar pewarna sulit untuk terurai secara biodegradasi karena tahan terhadap cahaya, air dan agen oksidasi. Permukaan kimia arang aktif dipromosikan sebagai zat amfoter, dapat bereaksi sebagai asam dan basa, karena memiliki 2 gugus.

Adsorpsi Gas

Arang aktif digolongkan menjadi sebuah material yang paling berpotensi untuk mengadsorpsi gas. Harga dan ketersediaannya yang melimpah di alam menjadi faktor utama keputusan tersebut. Artinya, selain teknologi sederhana, arang aktif dapat diproduksi secara kontinyu karena variasi biomassa yang begitu banyak. Keunggulan lainnya adalah stabilitas ketahananya terhadap kelembaban. Fokus pengembangan karakter adsorpsi gas menggaris bawahi tipe CH4, CH3, CO2,H2 dan NO2.

Penjerap VolatileOrganicCompound(VOC)

VOC teridentifikasi sebagai sumber polusi udara. Produk tinner, pembersih, pelumas, pupuk, cairan pendingin dan bahan bakar cair menjadi perhatian khusus dalam hal emisi VOC. Pada point ini mekanisme adsorpsi adalah cara termudah, tercepat dan ekonomis. Kegiatan studi masa depan akan dilaksanakan kepada penjerapan VOC jenis Phenol, Toluen, Benzene dan Formaldehide.

Penggunaan bahan baku arang aktif ke depan diarahkan kepada pemanfaatan limbah biomassa atau tanaman cepat tumbuh.

PENUTUPRiset arang aktif telah dilakukan di Puslitbang Hasil selama 4 dekade dalam sekuen yang terdiri dari: berbagai prekursor arang aktif, karakterisasi berdasarkan standar nasional dan global, perlakuan aktivasi (fisik dan kimia), modifikasi reaktor dan spektrum aplikasi di berbagai bidang. Prospek pengembangan arang aktif ke depan sebagai isu penting dalam pengembangan

Gambar 6. Prospek riset arang aktif di P3HH periode 2020-2029

Page 23: Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan

21FORPro • Vol. 8 No. 2, Edisi Desember 2019

material maju. Persiapan sebagai penyimpan energi (kapasitor dan baterai) dan pemanfaatan sifat adsorpsi arang aktif menjadi fokus terdepan. Pengembangan arang aktif diharapkan dapat meningkatkan kontribusi sektor kehutanan dalam PDB dan peningkatan ekonomi nasional. Antisipasi ke depan adalah pemenuhan apparatus dan mesin karakterisasi arang aktif untuk meningkatkan pemanfaatan IPTEK.

DAFTAR PUSTAKA Darmawan, S. (2006). Extraction and Purification

of Candlenut Oil with Activated Charcoal and Clay-bentonite. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 24(5), 413–423.

Darmawan, S. (2009). Quality of Insulation Board from the Mixture of Mangium Wood and Fiber Charcoal. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 27, 291–302.

Darmawan, S., Pari, G., & Santoso, A. (2010). Properties of Medium Density Fiberboard with Charcoal Incorporation. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 28(4), 394–405.

Darmawan, S., Sofyan, K., Pari, G., & Sugiyanto, K. (2010). Effect of activated charcoal addition on formaldehyde emission of medium density firbreboard. Journal of Forestry Research, 7(2), 100–111.

Darmawan, S., Syafii, W., Wistara, N. J., Maddu, A., & Pari, G. (2015). Kajian struktur arang-pirolisis, arang hidro dan karbon aktif dari kayu Acacia mangium Wild menggunakan difraksi sinar-X. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 33(2), 81–92.

Darmawan, S., Wistara, N. J., Pari, G., Maddu, A., & Syafii, W. (2016). Characterization of lignocellulosic biomass as raw material for the production of porous carbon-based materials. BioResources, 11(2), 3561–3574. https://doi.org/10.15376/biores.11.2.3561-3574

Fendi, Kurniaty, D., & Darmawan, S. (2017). The Degree of Crystallinity and Anatomical Structure of Teakwood Muna Due to Heat Treatment. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia,

22(1), 20–24. https://doi.org/10.18343/jipi.22.1.20

Gusmailina, Pari, G., Komarayati, S., & Rostiwati, T. (2001). Alternative on the Utilization of Activated Bamboo and Candlenut Charcoal as a Plant’s Soil Conditioning. Buletin Penelitian Hasi Hutan, 19(3), 185–199.

Hartoyo. (1988). Gasifikasi Arang dalam Fuidized Bed untuk Membuat Arang Aktif. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 5(1), 17–22.

Hartoyo, & Syachri, T. N. (1986). Gasifikasi Arang Kayu untuk Pembangkit Tenaga Listrik. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 3(2), 33–38.

Hendra, D. (2006). The Manufacture of Activated Charcoal from Oil Palm Shells and Mixture of Wood Sawdust. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 24(4), 117–132.

Hendra, D. (2007). The Manufacture of Activated Charcoal from Logging Waste of Puspa Wood Implementing Production Technology in Semi Pilot Scale. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 1–20.

Hendra, D. (2008). Pengaruh Penggunaan Dua Distribusi Uap Air Panas dalam Pembuatan Arang Aktif dari Serbuk Gergaji Kayu Campuran. Jurnal Penelitian Hasil Hutan.

Hendra, D., & Darmawan, S. (2007). Sifat Arang Aktif dari Tempurung Kemiri. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 25(4), 291. https://doi.org/10.20886/jphh.2007.25.4.291-302

Hendra, D., Gusti, R. E. P., & Komarayati, S. (2014). Utilization of Kemiri Sunan Shell Waste as Raw Material in Manufacturing of Activated Charcoal. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 32(4), 271–282. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.20886/jphh.2014.32.4.271-282

Hendra, D., & Pari, G. (1995). Activated Charcoal making from Acacia mangium Wood with “fluidized bed” gasification. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 13(6), 252–257.

Hendra, D., & Pari, G. (1999). Pembuatan Arang AKtif dari Tandan Kosong Kelapa Sawit. Buletin Penelitian Hasil Hutan, 17(2), 113–122.

Page 24: Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan

22 Vol. 8 No. 2, Edisi Desember 2019 • FORPro

Hendra, D., Wulanawati, A., Gustina, K., & Wibisono, H. S. (2015). Utilization of Activated Charcoal Made of Bintaro ’ s Fruit Shell (Cerbera manghas) as an Adsorbent to Improve Water Quality. Jurnal Penelitian Hasil Hutanq, 33(3), 181–191.

Ibrahim, Rohaeti, E., & Hendra, D. (2017). Synthesis Activated Charcoal of Malapari. 2nd Sari Mulia International Conference on Health and Sciences (SMICHS 2017), 6, 344–350.

Komarayati, S., Gusmailina, & Hendra, D. (1997). Manufacturing of activated charcoal from teakwood sawdust. Buletin Penelitian Hasil Hutan, 15(2), 94–100.

Lempang, M., Syafii, W., & Pari, G. (2011). Struktur dan Komponen Arang serta Arang Aktif Tempurung Kemiri. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 29(3), 278–294. https://doi.org/10.20886/jphh.2011.29.3.278-294

Lempang, M., Syafii, W., & Pari, G. (2012). Properties and Quality of Candlenut Shell Activated Charcoal. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 30(2), 100–113. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.20886/jphh.2012.30.2.100-113.

Nurhayati, T., & Hartoyo. (1988). Hasil Destilasi Kering Beberapa Jenis Kayu Indonesia. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 5(3), 136–142.

Pari, G. (1991). Pembuatan Arang Aktif Kayu Karet untuk Bahan Pemurni Minyak Daun Cengkeh. Forest Product Research Journal, 8(6), 228–235.

Pari, G. (1992). Pembuatan Arang Aktif dari Serbuk Gergaji Sengon untuk Penjernih Air. Forest Product Research Journal, 10(5), 141–149.

Pari, G. (1996a). Activated Charcoal Quality from 5 Wood Species. Buletin Penelitian Hasil Hutan, 14(2), 60–68.

Pari, G. (1996b). Manufacturing of Activated Charcoal from Sengon Sawdust by chemical processing. Buletin Penelitian Hasil Hutan, 14(8), 308–320.

Pari, G. (1996c). Pembuatan Arang Aktif Serbuk Gergaji Tusam untuk Penjernih Air Limbah Industri Pulp Kertas dan Air Sumur. Buletin Penelitian Hasil Hutan, 14(2), 69–75.

Pari, G. (1998). The Influence of Mangium Wood Age on Activated Charcoal Quality. Buletin Penelitian Hasil Hutan, 15(5), 348–362.

Pari, G. (1999). Karakterisasi Arang Aktif dari Serbuk Gergaji Sengon dengan Bahan Pengaktif NH4HCO3. Buletin Penelitian Hasil Hutan, 17(2), 89–100.

Pari, G. (2000). The Manufacture of Activated Charcoal from Coal. Buletin Penelitian Hasil Hutan, 17(4), 220–230.

Pari, G. (2011). The Effect of Cellulose Incorporation on Charcoal-Carbon Structure . Part I : The Influence of Carbonisation Temperature. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 29(002), 33–45.

Pari, G., & Abdurrahim, S. (2003). The Manufacture of Activated Charcoal from Coconut Shell, Oil-Palm Shell, Wood Sawdust and Empty Oil-Palm Bunches. Buletin Penelitian, 21(1), 55–65.

Pari, G., Buchari, & Sulaeman, A. (1996). Quality and Manufacturing of Activated Charcoal from Sengon Wood for Adsorbent. Buletin Penelitian Hasil Hutan, 14(7), 274–289.

Pari, G., Darmawan, S., & Prihandoko, B. (2014). Porous Carbon Spheres from Hydrothermal Carbonization and KOH Activation on Cassava and Tapioca Flour Raw Material. Procedia Environmental Sciences, 20, 342–351. https://doi.org/10.1016/j.proenv. 2014.03.043.

Pari, G., Hendra, D., & Hartoyo, H. (1990). Beberapa Sifat Fisis dan Kimia Briket Arang dari Limbah Arang Aktif. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 7(2), 61–67. https://doi.org/10.20886/JPHH.1990.7.2.61-67.

Pari, G., Hendra, D., & Pasaribu, R. A. (2006). The Influence of Activation Time and Concentration of Phosphoric Acid on the Quality of Activated Charcoal of Acacia mangium Bark. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 24(1), 33–46.

Pari, G., Nurhayati, T., & Hartoyo. (2000). Possible uses of Activated Charcoal from Bark of Acacia mangium Willd for Puryfying Palm Oil. Buletin Penelitian Hasil Hutan, 18(1), 40–53. https://doi.org/10.1111/j.1748-1716. 1955.tb01239.x.

Page 25: Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan

23FORPro • Vol. 8 No. 2, Edisi Desember 2019

Pari, G., Pasaribu, R. A., & Hendra, D. (2008). Increasing the Qualities of Activated Charcoal from Mangium Bark. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 26(9), 214–227.

Pari, G., & Sailah, I. (2001). Pembuatan Arang Aktif dari Sabut Kelapa Sawit dengan Bahan Pengaktif NH4HC)3 dan (NH4)2CO3 Dosis Rendah. Buletin Penelitian Hasil Hutan, 19(4), 231–244.

Pari, G., Santoso, A., Buchari, D. H., & Maddu, A. (2016). The Potency of Nano Carbon Structure Made from Bamboo and Teak Wood Lignocellulose. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 34(4), 309–322. https://doi.org/10.20886/jphh.2016.34.4.309-322.

Pari, G., Santoso, A., & Hendra, D. (2006). Manufacturing and Application of Activated Charcoal as Reductor of Plywood Formaldehyde Emission. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 24(5), 425–436.

Pari, G., Santoso, A., Hendra, D., Bukhari, Maddu, A., Rachmat, M., … Darmawan, S. (2016). Possibile Application of Ligno-cellulose Nano Carbon as Biosensor. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 34(2), 111–126. https://doi.org/10.20886/jphh.2016.34.2.111-126.

Pari, G., Sofyan, K., Sayfi’i, W., & Buchari. (2006). Pengaruh Lama Aktivasi terhadap Struktur Kimia dan Mutu Arang Aktif Serbuk Gergaji Sengon. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 23(3), 207–218.

Pari, G., Tohir, D., Mahpudin, & Ferry, J. (2006). Activated Charcoal from Wood Sawdust as Adsorbent Material for Frying Oil Refinery. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 24(4), 309–322.

Pari, G., Widayati, D. T., & Yoshida, M. (2009). The Quality of Sawdust Activated Charcoal. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 12(1), 32.

Santoso, A., & Pari, G. (2012). The Effect of Active Charcoal in Raw Material Mixture on Particleboard Properties. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 30(3), 236–243.

Sudradjat, R. (1985). Pengaruh Beberapa faktor Pengolahan trehadap Sifat Arang Aktif. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 2(2), 1–4.

Wibowo, S., Syafi, W., & Pari, G. (2011). Karakterisasi Permukaan Arang Aktif Tempurung Biji Nyamplung. Makara, Teknologi, 15(1), 18–22.

Page 26: Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan

24 Vol. 8 No. 2, Edisi Desember 2019 • FORPro

• KHAZANAHIPTEK

pada Hutan Alam Produksi PRAKTIK PENEBANGAN POHON

Oleh : Soenarno dan DulsalamPusatPenelitiandanPengembanganHasilHutanJl. Gunung Batu 5, Bogor 16610Telp. (0251) 8633378, Fax. (0251) 8633413email:[email protected]

PENDAHULUANPenebang di perusahaan hutan memiliki gaya dan cara penebangan masing-masing, kendatipun mereka telah mendapatkan pelatihan tentang teknik penebangan. Berdasarkan pengalamannya mereka akan cepat tanggap terhadap situasi dan kondisi lingkungan yang dihadapinya sehingga cepat mengambil keputusan terhadap pilihan arah rebah pohon yang aman. Tetapi, operator gergaji rantai (chainsaw) yang kurang pengalaman terkadang kurang hati-hati terhadap dinamika kondisi tempat penebangan akibatnya tidak mengikuti kaedah teknik penebangan yang baik dan benar. Bahkan, seringkali dalam melakukan pembagian batang (bucking) masih mengandalkan kemudahan mereka bekerja sehingga banyak meninggalkan limbah kayu di lapangan. Oleh karena itu, dalam proses penebangan sebaiknya operator chainsaw perlu didampingi dan atau diawasi langsung oleh mandor/pengawas tebangan (checker block) yang tidak saja membantu dalam mengarahkan pohon yang akan ditebang berikutnya juga untuk memberikan arahan dalam pembagian batang sesuai Standard Operating Procedure (SOP) penebangan. Penerapan teknik penebangan dan pembagian batang yang benar akan meningkatkan volume dan kualitas kayu bulat serta mengurangi biaya penebangan yang lebih rendah (Greulich, Hanley, McNeel, & Baumgartner, 1999).

Dalam sistim silvikultur tebang pilih tanam Indonesia (TPTI) penebangan merupakan awal mata rantai pemanenan kayu harus menggunakan teknologi pembalakan berdampak rendah (Reduced Impact Logging/RIL). Ada tiga hal penting dalam menerapkan RIL yaitu (1) adanya rencana operasional penebangan, (2) penebangan dilakukan setelah pembukaan jalan sarad, (3) dibuatnya jaringan jalan dan TPn. RIL dikembangkan untuk mengurangi dampak negatif akibat pemanenan kayu cara konvensional khususnya di hutan alam. Namun demikian, beberapa IUPHHK-HA masih memiliki persepsi yang salah tentang RIL. Bahkan RIL dianggap sebagai pemanenan kayu dengan pendapatan berkurang (reduced income logging). Persepsi tersebut wajar karena pada awal pelaksanaan RIL biaya yang diperlukan cukup besar untuk memperbaiki prakondisi areal, meningkatkan akurasi potensi untuk menyusun peta Rencana Operasional Pemanenan Kayu (ROPK), perbaikan organisasi kerja maupun pelatihan-pelatihan teknis operasional khususnya bagi regu tebang (operator chainsaw dan traktor sarad) dan regu perencanaan.

Tulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi praktik penebangan pohon di hutan alam yang selama ini umum dilakukan oleh operator chainsaw. Diharapkan dengan tulisan ini dapat memberikan pemahaman teknik penebangan

Page 27: Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan

25FORPro • Vol. 8 No. 2, Edisi Desember 2019

pohon yang baik dan benar khususnya bagi para praktisi di lapangan maupun pihak-pihak lain yang terkait dengan kegiatan pemanenan kayu.

INFORMASI SEKILAS TENTANG PENEBANGAN POHONPenting untuk diingatkankan bahwa agar pohon yang ditebang di hutan alam menghasilkan volume kayu yang besar dan berkualitas, maka sebelum menebang harus dilakukan pengecekan terhadap kesehatan pohon khususnya adanya dugaan mengalami cacat gerowong. Pada hutan produksi tetap (HP) limit diameter pohon yang boleh ditebang berdiameter ≥ 40 cm dan pada hutan produk terbatas (HPT) berdiameter ≥ 50 cm (Kementerian Kehutanan, 2009). Apabila setelah dicek ternyata pohon tersebut gerowong cukup besar (≥ Ø 20 cm) maka sebaiknya tidak ditebang, kecuali untuk keperluan khusus misalnya sebagai bahan pembuatan gorong-gorong atau jembatan. Bahkan, untuk pohon yang besar (Ø ≥ 120 cm) sebaiknya tidak ditebang karena selain dikhawatirkan berlubang (gerowong) juga untuk sumber benih (Ruslandi, 2013). Oleh karena itu, pada kegiatan inventarisasi sebelum penebangan (ITSP) pemberian label IDbarcode hanya dipasang pada pohon yang benar-benar tidak gerowong dan akan ditebang (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2015). Dengan demikian, akan dapat dihindari pemborosan sumberdaya hutan dan biaya.

Dalam kaitannya dengan efisiensi pemanfaatan kayu diperlukan komitmen kuat baik dari manjemen maupun penebang (operator

chainsaw). Pertimbangan utama bagi penebang adalah sedapat mungkin diupayakan pembuatan takik tebang yang benar dan pemotongan bagian ujung batang pohon sedekat mungkin dengan cabang pertama (Klassen, 2006), seperti terlihat pada Gambar 1.

Bagi pihak manajemen, perlu mensosialisasikan kebijakan ukuran sortimen kayu bulat kepada supervisor, mandor dan penebang. Kesalahan dalam pembagian batang dan cara pemotongan batang kayu di petak tebang dapat menimbulkan kerugian produksi kayu bulat, finansial, lingkungan dan berdampak pada rendahnya efisiensi pemanfaatan kayu. Menurut Prabowo, (2006) pembagian batang harus dilakukan dengan baik, agar tidak mengakibatkan menurunnya mutu sortimen dan berkurangnya volume pemanfaatan sehingga nilai kayu juga menurun. Oleh karena itu, pengalaman dan keterampilan operator chainsaw menjadi kunci efektivitas pemanfaatan kayu hasil penebangan. Hiesl & Benjamin, (2013) menyebutkan bahwa keterampilan seorang operator membutuhkan minimal tiga tahun untuk mencapai 100% potensi produktivitasnya. Bahkan dinyatakan bahwa operator yang telah terlatih produktivitas kerjanya meningkat 40% lebih tinggi dibanding yang belum mendapatkan pelatihan.

Berdasarkan pengalaman di lapangan, saat ini hampir kegiatan pemanenan kayu dilakukan pada areal bekas tebangan (logged over area/LOA) akibatnya tidak semua pohon yang telah dipasang label IDbarcode ternyata tidak dapat ditebang karena diduga gerowong. Beberapa hasil penelitian Soenarno, Endom, Dulsalam,

1. Two logs or one ?

2. Trim the bustness ? or just cut it all off ?

3. Back the top at the first defect or maximize recovery ?

Sumber: (Klassen, 2006)

Gambar 1. Teknik pembagian batang yang benar

Page 28: Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan

26 Vol. 8 No. 2, Edisi Desember 2019 • FORPro

& Suhartana, (2016) dan Soenarno, Endom, & Dulsalam, (2016) menunjukkan bahwa jumlah pohon yang dipasang label IDbarcode tetapi tidak ditebang karena gerowong mencapai 20-45%. Untuk itu, sebelum pohon ditebang operator chainsaw harus memastikan pohon yang diduga gerowong dengan cara menusukkan ujung gergaji rantai arah horizontal/vertikal atau membuat potongan pada batang sehingga terlihat batang tersebut berlubang, seperti disajikan pada Gambar 2.

Dari uraian tersebut maka untuk meningkatkan efisiensi penebangan dan pemanfaatan kayu perlu diperhatikan: (a) tidak melakukan penebangan pohon cacat/gerowong, (b) mengikuti kaedah teknik penebangan yang baik dan benar, (c) memotong bagian kayu di pangkal dan ujung mengikuti prosedur dan sesuai kebijakan perusahaan, (d) memperhatikan kondisi tegakan di sekitar agar arah pohon rebah tidak menimpa pohon ini, batu atau jurang, (e) membawa kelengkapan alat bantu penebangan seperti baji, rantai gergaji dan kikir untuk menajamkan mata rantai, (f) membawa bekal konsumsi untuk makan siang dan air minum yang cukup.

Prabowo, (2006) menyatakan bahwa selama ini pemanfaatan hasil kayu dalam pemanenan hutan belum optimal, karena relatif masih meninggalkan volume kayu yang banyak di hutan. Fakta menunjukkan limbah kayu sebenarnya masih cukup potensial, karena itu efisiensi penebangan menjadi rendah. Efisiensi pemanenan kayu di hutan alam dilaporkan berkisar 75–87%

(Idris, Dulsalam, Soenarno, & Sukanda, 2012). Efisiensi penebangan pada teknik penebangan secara konvensional bervariasi antara 84,3–88% dengan rata-rata 86,56% lebih rendah dari teknik penebangan berdampak rendah yang bervariasi antara 88,5–90,12% dengan rata-rata 89,36% (Dulsalam, Sukadaryati, & Yuniawati, 2018). Sejak dua dasawarsa terakhir realisasi target produksi tebangan terus menurun yaitu rata-rata ± 5,9 juta m3/tahun dari JPT rata-rata 9,1 juta m3/tahun atau ± 65,4% (Badan Pusat Statistik, 2017). Apabila produksi kayu olahan rata-rata sebesar 38,5 juta m3/tahun, dan dengan asumsi rendemen pengolahan kayu sebesar ± 60%, maka kebutuhan kayu bulat mencapai ± 61,8 juta m3/tahun atau terjadi defisit bahan baku ± 23,3 juta m3 (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2016). Ini berarti selisih kekurangannya masih begitu besar sehingga peran pemanenan kayu yang efisien sangat diperlukan.

PRAKTIK PENEBANGAN DAN PEMBAGIAN BATANGJuta (1954) dan Hartono (2008) menyatakan penebangan pohon diawali dengan penentuan arah rebah agar pohon rebah ke lokasi sesuai yang diinginkan, yakni pada ruang lahan yang relatif kosong dan tidak berbatu-batu, sehingga aman pada tegakan sekitar maupun terhadap pohon tebang itu sendiri. Selain itu, operator chainsaw harus cermat dan akurat untuk memprediksi antara panjang pohon yang ditebang dengan panjang lereng guna meminimalkan kepecahan

A B C

Gambar 2. Teknik mendeteksi pohon gerowong (A = cara terbaik menusukkan ujung chainsaw, B & C = membuat lubang dengan chainsaw

Page 29: Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan

27FORPro • Vol. 8 No. 2, Edisi Desember 2019

kayu baik karena patah di bagian tengah ataupun bagian ujung batang. Oleh karena itu, setelah arah rebah ditentukan, maka proses penebangan perlu memperhatikan kaidah-kaidah penebangan yang benar yaitu membuat takik rebah dan alas takik balas. Kedalaman alas takik rebah sebaiknya disesuaikan dengan ukuran diameter pohon yaitu berkisar antara 1/3 – 1/2 diameter pohon dengan sudut 30–45o. Bagian kayu yang tidak terpotong antara takik rebah dan takik balas disebut “engsel” yang berfungsi untuk menahan sementara agar pohon tidak cepat rebah. Dengan demikian engsel ini sangat penting peranannya sebagai pengendali kecepatan robohnya pohon yang ditebang. Lebar engsel tersebut berkisar antara 1/10 – 1/6 diameter pohon (Ruslandi, 2013). Secara sederhana, ukuran takik rebah, takik balas dan engsel seperti disajikan pada Gambar 3.

Takik balas rebah (5–10 cm di atas takik rebah)

Takik balas

Engsel

Arah rebah

Takik rebah

30–50 cm

Arah rebah

Takik rebah (kedalaman 1/3–1/2 D, sudut 30–45o

Engsel (1/10–1/6 D)

Sumber : Ruslandi.2013 (disajikan sesuai keperluan)

Gambar 3. Ukuran takik tebang

Umumnya, engsel yang dibuat lebih lebar dibanding engsel yang berfungsi untuk arah rebah. Engsel yang lebih kecil akan menyebabkan gaya gravitasi lebih besar pada sisi tersebut, sehingga jatuhnya atau rebahnya pohon berada di sisi

engsel bisa mengakibatkan berputar. Apabila takik rebah dibuat terlalu sempit maka akan menyulitkan rebahnya pohon dan berisiko terjadinya serat tercabut (barber chair) pada tunggak sehingga bagian pangkal batang menjadi limbah. Sebaliknya, apabila takik rebah terlalu besar menyebabkan berkurangnya volume kayu (Soenarno, Endom & Dulsalam, 2016). Ward, (2011) menyatakan bahwa untuk kesempurnaan pembuatan takik rebah dan takik balas dapat dicapai bila prosedur pembuatannya dilakukan secara benar. Menurut Greulich et al., (1999); Elias, Applegate, Kartawinata, & Klassen, (2001); dan Forestry Training Centre Incorporated, (2010) dapat disimpulkan bahwa penebangan pohon yang baik apabila:

1. Pada pohon normal (tidak berbanir), takik rebah dibuat membentuk sudut 30–45o;

2. Pada pohon berbanir dilakukan penyesetan banir a sebelum dibuat takik rebah atau bila tidak mau menghilangkan banir maka takik rebah dibuat dengan membentuk sudut > 45o;

3. Tunggak dibuat serendah mungkin di atas permukaan tanah, dengan takik rebah antara 1/3-

1/4 diameter pohon, takik balas dibuat secara mendatar (tidak miring) ± 5–10 cm di atas takik rebah tergantung diameter pohon;

4. Arah rebah pohon diupayakan tidak menimpa batu, alur sungai, jurang dan pohon inti agar memudahkan pembagian batang dan kepecahan kayu (Gambar 4) serta diusahakan sejajar atau menyudut dengan arah penyaradan.

A B C

Gambar 4. Kesalahan umum dalam proses penebangan (A = menyulitkan pembagian batang, B = pecah di bagian tengah batang karena adanya cekungan lapangan, C = teknik pemotongan yang salah

Page 30: Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan

28 Vol. 8 No. 2, Edisi Desember 2019 • FORPro

Secara garis besar ada tiga cara posisi penebang dalam melakukan penebangan di hutan alam yaitu (1) berdiri, (2) membungkuk dan (3) jongkok, seperti dapat dilihat pada Gambar 5. Dari tiga posisi tebang tersebut masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan, seperti disajikan pada Tabel 1.

Perlu diketahui bahwa kegiatan pemanenan kayu khususnya penebangan pohon di hutan alam merupakan pekerjaan berisiko terhadap

kecelakaan dan kesehatan bagi penebang. Getaran dan kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin gergaji (chainsaw) dan kondisi lingkungan yang tidak ideal sebagai tempat kerja merupakan potensi penyebab terjadinya risiko kesehatan dan keselamatan penebang. International Labour Organization (1998) menyatakan bahwa pekerja harus diberikan kesadaran akan tanggung jawab individu dan bersama untuk masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Upaya pencegahan harus

A B C

Gambar 5. Berbagai posisi operator chainsaw saat menebang pohon di hutan alam (A = berdiri, B = sedikit membungkuk, C = jongkok

Tabel 1. Kelebihan dan kekurangan posisi tebang

No Posisi penebang (Operator chainsaw) Kelebihan Kelemahan

1 Berdiri a. Lebih mudah dan praktisb. Pinggang agak rileksc. Kesiapan untuk menghindar dari suatu

bahaya lebih cepata. Operator chainsaw merasa paling

nyaman d. Produktivitas penebangan 34,790 m3/

jam*)

a. Menyisakan limbah tunggak paling banyak.

b. Mengurangi produksi kayu bulat cukup banyak

c. Kebutuhan tenaga meningkat 12% dibandingkan posisi jongkok**)

2 Membungkuk a. Kurang praktis b. Tinggi penebangan lebih rendahc. Kesiapan untuk menghindar dari suatu

bahaya masih cukup baik d. Produktivitas penebangan 29,279 m3/

jam*)

a. Menyisakan limbah tunggak cukup banyak tetapi lebih sedikit dibandingkan posisi berdiri.

b. Bila dilakukan cukup lama mengganggu kenyamanan operator chainsaw

c. Produksi kayu bulat tidak maksimald. Kebutuhan tenaga meningkat 55%

dibanding posisi jongkok**)

3 Jongkok a. Menyisakan limbah tinggi tunggak sedikit

b. Produksi kayu bulat dapat maksimalc. Operator chainsaw merasa nyaman d. Produktivitas penebangan 28,184 m3/

jam*)

a. Kurang rileks khususnya pada lutut b. Kesiapan untuk menghindar dari suatu

bahaya lebih lambat

Keterangan: Sumber *) = Siswahyudi (2016) dan **) = Egger, W (1985)

Page 31: Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan

29FORPro • Vol. 8 No. 2, Edisi Desember 2019

diambil untuk memastikan bahwa orang yang bekerja adalah berkompeten dan mempunyai kewenangan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas mereka secara efektif.

Untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan kayu dan limbah penebangan maka pembagian batang perlu dipertimbangkan dilakukan di TPn, setelah proses grading scaling oleh tenaga teknis yang kompeten dan telah memilik sertifikat pengelolaan hutan produksi lestari sebagai penguji kayu bulat rimba (GANISPHPKL-PKBR) atau perencanaan hutan (GANISPHPL-CANHUT). Petugas Ganis tersebut juga sekaligus melakukan pemasangan tanda Verifikasi Legalitas Kayu (VLK) pada kayu bulat untuk dibuat Laporan Hasil Produksi (LHP).

Menurut Kusriyanto (1993), untuk meningkatkan produktivitas kerja ada 4 hal perlu diperhatikan yakni (a) menghilangkan praktik kerja tidak produktif, (b) menyempurnakan metode kerja, (c) menyempurnakan manajemen personalia dan (d) mengganti tenaga manusia dengan mesin/mekanisasi. Namun, karena penebangan merupakan sistem yang kompleks, maka pada kenyataannya tidak semua aspek tersebut dapat dilaksanakan. Aspek lain harus dipertimbangkan yaitu aspek sosial dan budaya yang hidup dalam komitmen yang kuat, termasuk pengetahuan tentang biaya penebangan yang cukup mahal agar dalam dirinya tumbuh cara kerja yang efisien.

A B C

Gambar 6. Proses pembagian batang (A = menuju ke pohon ditebang, B = Pemotongan bagian pangkal yang pecah, C = kondisi di sekitar bagian ujung batang pohon yang ditebang

Sumber: (Soenarno, 2019)

Gambar 7. Sebaran potensi limbah pemanenan kayu

Page 32: Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan

30 Vol. 8 No. 2, Edisi Desember 2019 • FORPro

Dalam pembagian batang komitmen dan kontrol perusahaan dapat dilakukan melalui SOP penebangan (SOP) yang secara tegas harus dipedomani oleh penebang. Hal ini penting mengingat berdampak besar pada terjadinya limbah penebangan. Bila SOP penebangan tidak ada sementara pengawasan di lapangan juga lemah maka diyakini akan berdampak pada pemborosan kayu bahkan mungkin tidak sesuai dengan standar ukuran dalam pedoman pengujian kayu bulat rimba. Akibatnya, proses pemotongan (trimming) setelah pengujian kayu oleh GANISPHPL-PKBR/CANHUT akan banyak terjadi TPn. Pada praktik pembagian batang baik di bagian pangkal maupun pemotongan bagian ujung juga tidak mudah dibanding proses penebangan. Pada pemotongan bagian ujung batang ini karena seringkali harus menembus semak dan tumpukan cabang baik yang berasal dari pohon tebang maupun pohon yang ikut tumbang tertimpa maupun patah, sehingga sulit untuk mencari bagian ujung yang harus dipotong. Selain itu, karena penebangan dilakukan dalam sistem silvikultur tebang pilih maka kadang-kadang untuk pindah ke pohon lain harus meniti di atas batang kayu yang telah ditebang, seperti dapat dilihat pada Gambar 6.

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penebangan di hutan alam perlu dilakukan dengan hati-hati dan cermat, mengingat beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai berikut :

1. Pohon hutan alam berdiameter besar dan berbanir tinggi sehingga penebangan tidak sederhana dan mudah.

2. Pohon di hutan alam terkadang tidak terlihat cerminan kualitasnya apakah gerowong atau tidak, karena itu sebelum dilakukan penebangan, perlu pengecekan karena kegiatan ini beresiko cukup besar.

3. Kerapatan dan struktur tegakan bervariasi serta banyak tumbuh bawah dan liana lainnya yang merambat sampai bagian tajuk pohon yang ditebang dan seringkali terkait dengan tajuk pohon lain di sekitarnya.

4. Karena penebangannya tebang pilih maka harus dilakukan lebih hati-hati agar tidak mengakibatkan banyak kerusakan tegakan tinggal saat pohon rebah.

5. Tingkat kekerasan pohon bervariasi, sehingga akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja yang diperoleh.

6. Kondisi cuaca sering tidak menentu berdampak pada waktu kerja dan hasil.

7. Pembagian batang tidak boleh dilakukan segera setelah pohon rebah tetapi harus menunggu waktu yang cukup sampai kondisi sekitar rebahnya pohon cukup aman, biasanya waktu tunggu yang aman antara 5-10 menit tergantung kondisi lapangan.

JENIS LIMBAH PENEBANGAN Beberapa penelitian menunjukkan bahwa jenis limbah penebangan terdiri dari limbah tunggak, banir, bontos/pangkal dan limbah bagian ujung. Besarnya jenis limbah tersebut bervariasi antara perusahaan satu dengan yang lain tergantung kondisi topografi lapangan. Hasil penelitian di Papua Barat, sebaran jenis limbah penebangan seperti disajikan pada Gambar 7. Ironisnya, potensi limbah penebangan tersebut sampai saat ini belum dimanfaatkan oleh perusahaan pengusahaan hutan alam karena beberapa pertimbangan antara lain: (a) cacat (busuk hati, gerowong, bengkok, mata buaya/notch), (b) biaya pengeluran limbah ke industri pengolahan kayu mahal, (c) besarnya tarif dan harga patokan pungutan PNPB mahal, (d) belum diterapkannya/dikuasai metode pemanenan kayu yang tepat.

PENUTUPOperator penebangan merupakan bagian dari kunci efisiensi pemanfaatan kayu cara tebang pilih di hutan alam. Upaya peningkatan efisiensi pemanenan hutan dapat dilakukan melalui komitmen antara lain 1) pihak manajemen perlu menetapkan batas minimum diameter ujung yang dapat diproduksi agar diameter rata-rata dan pembagian panjang batang dilakukan dengan potongan kayu yang sesuai dengan permintaan pasar, 2) penebangan pohon dilakukan setelah melalui deteksi kualitas batang yang cukup akurat, 3) penebangan dengan tunggak rendah, 4) penebangan sedapat mungkin selalu direbahkan ke arah ruang yang kosong untuk mengurangi tingkat kerusakan tegakan yang terjadi. Oleh

Page 33: Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan

31FORPro • Vol. 8 No. 2, Edisi Desember 2019

karena itu, dalam praktik penebangan empat komitmen tersebut perlu dipertegas agar dipatuhi oleh semua pihak yang terlibat dalam kegiatan penebangan. Diharapkan tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya pengambil kebijakan dan praktisi di lapangan dalam melaksanakan pengelolaan hutan alam yang lestari.

DAFTAR PUSTAKABadan Pusat Statistik. Statistik Lingkungan Hidup

Indonesia (2017). Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Dulsalam, Sukadaryati, & Yuniawati. (2018). Produktivitas, efisiensi dan biaya penebangan silvikultur intensif pada satu perusahaan di Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 36(1), 1–12.

Elias, Applegate, G., Kartawinata, K., & Klassen, A. (2001). Pedoman reduced impact logging Indonesia. Center for International Forestry Research.

Forestry Training Centre Incorporated. (2010). Course in reduced impact logging : Chainsaw Use , Safety Practices & Directional Tree Felling Techniques. Guyana.

Greulich, F., Hanley, D., McNeel, J ., & Baumgartner, D. (1999). A primer for timber harvesting. Washington: Washington State University.

Hiesl, P., & Benjamin, J. G. (2013). Applicability of international harvesting equipment productivity studies in maine, USA: A literature review. Forests, 4(4), 898–921. https://doi.org/10.3390/f4040898

Idris, M. M., Dulsalam, Soenarno, & Sukanda. (2012). Revisi faktor eksploitasi hutan untuk optimasi logging.

International Labour Organization. (1998). Kode Praktis ILO Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Kehutanan.

Kementerian Kehutanan. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.11/menhut-II/2009 tentang sistimsilvikultur dalam areal izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan produksi (2009). Indonesia.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.43/Menlhk-II/2015 tentang penatausahaan hasil hutan kayu yang berasal dari hutan hak (2015). Indonesia: Sekretariat Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2016). Statistik Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Tahun 2015. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Klassen, A. (2006). Pertimbangan dalam merencanakan pembalakan berdampak rendah. Jakarta: Tropical Forest Foundation.

Kussriyanto, B. (1993). Meningkatkan Produktivitas Karyawan, PT Pustaka Binaman, Pressindo

Prabowo, H. H. R. (2006). Perencanaan pembagian batang secra intensif pada pengusahaan hutan tanaman industri kayu mangium (Acacia mangium). Studi kasus di HPH PT Inhutani I Pulau Laut, Kalimantan Selatan. Institut Pertanian Bogor.

Ruslandi. (2013). Penerapan pembalakan berdampak rendah-carbon (RIL-C). Jakarta: The Nature Concervancy.

Soenarno. (2019). Limbah pemanenan kayu hutan alam, Potensi dan kendala pemanfaatannya. Majalah FORPRO, 1, 1–9.

Soenarno, Endom, W., & Dulsalam. (2016). Laporan Hasil Penelitian Faktor Eksploitasi di PT Kayu Tribuana Rama, Kalimantan Tengah. Bogor.

Soenarno, Endom, W., Dulsalam, & Suhartana, S. (2016). Laporan Hasil Penelitian Faktor Eksploitasi di PT Wijaya Sentosa, Papua Barat. Bogor.

Ward, E. (2011). Chain saws — safety , operation , tree felling techniques. Manhattan.

Page 34: Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan

32 Vol. 8 No. 2, Edisi Desember 2019 • FORPro

• CATATAN

Rencana Aksi Tindak Lanjut Eighteenth Meeting of the Conference

of the Parties (CoP 18) CITES

MENGIKUTI DISKUSI PERUMUSAN

Oleh: AndiantoPusatPenelitiandanPengembanganHasilHutanJl. Gunung Batu 5, Bogor 16610Telp. (0251) 8633378, Fax. (0251) 8633413E-mail: [email protected]

PENDAHULUANStatus keberadaan tumbuhan berkhasiat obat yang tumbuh di hutan menjadi penting ketika banyak industri obat tradisional mengeksploitasi secara besar-besaran sebagai bahan baku produknya tanpa memperhatikan kelestariannya. Perlindungan (konservasi) serta upaya budidaya jenis-jenis tumbuhan berkhasiat obat yang saat ini semakin sulit ditemukan di hutan selayaknya menjadi perhatian serius apabila hasil pertemuan Convention of International Trade of Endangered species (CITES) yang diselenggarakan di Jenewa (Swiss) pada tanggal 16-28 Agustus 2019 penting untuk diratifikasi.

Beberapa jenis tumbuhan berkhasiat obat sudah semakin sulit ditemukan di hutan, diantaranya seperti pasak bumi (Eurycoma longifolia), bidara laut (Strychnos ligustrinum), gaharu (Aquilaria sp., Gyrinops sp., Gonystylus sp., Aetoxylon sp.), gemor (Alseodaphne sp.,), kulilawang (Cinnamomum halmaherae), dan pakanangi (Cinnamomum parthenoxylon). Kondisi ini dirasakan ketika penulis melakukan serangkaian kegiatan terkait dengan penelitian anatomi kayu berkhasiat obat yang dilaksanakan pada tahun 2005, 2007, dan 2008.

Hasil penelitian anatomi kayu tumbuhan berkhasiat obat dapat dijadikan acuan data dalam mengidentifikasi jenis kayu sebagai bahan baku

obat. Hal ini yang melatarbelakangi keikutsertaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan (P3HH) pada perumusan rencana aksi tindak lanjut hasil CoP18 CITES yang diselenggarakan pada tanggal 30 September 2019 di Century Park Hotel Pintu Senayan, Jakarta. P3HH dapat berkontribusi dalam upaya identifikasi jenis tanaman berkayu ketika terjadi kasus penyelundupan maupun penebangan ilegal jenis-jenis tanaman berkhasiat obat di alam.

DISKUSI KEGIATAN AKSI TINDAK LANJUT HASIL CoP 18 CITESDiskusi diselenggarakan oleh Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tanggal 30 September 2019 dan merupakan tindak lanjut rekomendasi hasil pertemuan Eighteenth Meeting of the Conference of the Parties (CoP 18) CITES di Jenewa. Diskusi ini bertujuan untuk melakukan koordinasi di antara lembaga penelitian, Universitas, dan organisasi masyarakat guna merumuskan rencana aksi termasuk penyediaan data, dokumen dan pelaksanaan survei seperti disampaikan oleh Nining Ngudi Purnamaningtyas (Kepala Sub Direktorat Penerapan Konvensi Internasional, Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati,

Page 35: Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan

33FORPro • Vol. 8 No. 2, Edisi Desember 2019

Direktorat Jenderal Konservasi Sumber daya Alam dan Ekosistim (KSDAE)-KLHK). Hasil diskusi terbagi dalam beberapa aspek. Aspek pertama yang dirumuskan meliputi tindak lanjut utama berupa:

1. Manajemen survei populasi yang melibatkan berbagai aktor baik pemerintah, Non Government Organization (NGO), dan akademisi dengan memperhatikan regulasi yang berlaku di Indonesia.

2. Pembuatan protokol data yang dikelola oleh masing-masing instansi dengan format dan metoda yang sama.

3. Pembuatan Memorandum of Understanding (MoU) dengan melibatkan berbagai pihak dalam penelitian genetik untuk pengelolaan Tumbuhan dan Satwa Liar (TSL) di Indonesia.

4. Penyusunan Standard Operational Procedure (SoP) yang mengikat seluruh stakeholder dalam bentuk keputusan presiden.

5. Pembangunan jaringan antar Kementerian/Lembaga, khususnya terkait berbagi data dan informasi.

6. Penguatan komunikasi dan koordinasi antar Kementerian/Lembaga, instansi, NGO dan masyarakat.

7. Pengembangan studi genetik spesies.

8. Alokasi anggaran yang memadai untuk pendataan TSL yang dimanfaatkan.

Aspek kedua dari hasil diskusi terkait aksi yang diperlukan untuk jenis tumbuhan dan hewan tertentu (Species Specific Matters), yaitu:

1. Standarisasi metode penelitian dan pemantauan.

2. Memasukan faktor genetic pada penelitian dan mengumpulkan genetic reference.

3. Identifikasi spesies priotitas terutama pada spesies yang masuk dalam perdagangan internasional.

4. Sinkronisasi kegiatan TSL sesuai Strategi dan Rencana Aksi Konservasi (SRAK), dimana implementasinya perlu mengacu pada SRAK tersebut dan dipastikan dapat dilaksanakan oleh semua pihak.

5. Terkait dengan aspek tumbuhan, tindak lanjut yang diperlukan meliputi:

• Pemetaan kompilasi data hasil penelitian dan skema budidaya.

• Review Permenhut No. P.69/Menhut-II/2013 tentang perubahan atas peraturan Menteri Kehutanan No.19/Menhut-II/2005 tentang penangkaran tumbuhan dan satwa liar.

• Kajian TSL yang dapat dimanfaatkan untuk obat dan kosmetik.

6. Terkait dengan aspek hewan, terutama jenis-jenis hewan tertentu seperti burung kicau, rangkong gading, ikan hiu dan pari beberapa tindak lanjut yang diperlukan meliputi:

• Pemetaan kondisi perdagangan burung kicau terkait perdagangan, populasi (kelimpahan, distribusi), dan pemanenan.

• Pemanfaatan burung kicau di Indonesia yang berkelanjutan.

• Pengaturan mekanisme untuk mencegah impor yang masuk ke Indonesia agar perdagangan burung kicau hasil penangkaran tetap mampu bersaing.

• Pembinaan kepada penangkar-penangkar yang belum memperoleh izin secara resmi dari pemerintah.

• Percepatan pembentukan kemitraan nasional konservasi enggang di Indonesia sebagai pemantau implementasi SRAK Rangkong Gading.

• Genetic reference berupa penelitian Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) material yang berasal dari stockpiles yang sudah ada.

• Pengembangan sistem ketelusuran dan identifikasi jenis produk dari ikan hiu dan pari.

Page 36: Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan

34 Vol. 8 No. 2, Edisi Desember 2019 • FORPro

PERAN AKTIF P3HH DALAM UPAYA PENYEDIAAN DATA DAN INFORMASI TUMBUHAN BERKHASIAT OBATP3HH yang merupakan lembaga penelitian dan pengembangan sudah lama terlibat melakukan penelitian-penelitian yang terkait dengan tumbuhan berkhasiat obat. Kegiatan penelitian anatomi kayu Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack.) pernah dilakukan pada tahun 2005. Tanaman ini tumbuh di wilayah hutan adat daerah Bangkinang Barat (Kampar-Riau) (Andianto dan Mandang, 2005). Beberapa tanaman penghasil gaharu juga pernah diteliti, jenis Aquilaria sp. ditemukan di daerah Samboja (Kutai Kertanegara-Kalimantan Timur) serta Gyrinops versteegii (Gilg) Domke ditemukan di daerah Anfoang Selatan- Nusa Tenggara Timur (Andianto dan Mandang, 2007). Jenis tumbuhan berkhasiat obat yang juga sudah sulit ditemukan seperti Pakanangi (Cinnamomum parthenoxylon) dan Kulilawang (Cinnamomum halmaherae Kosterm) pernah diteliti pada tahun 2008 dan tahun 2009. Pohon Pakanangi yang ditemukan tergolong anakan yang berasal dari tunas tunggak pohon yang sudah mati (Andianto et al., 2009). Pohon Kulilawang ditemukan di areal Hutan Adat Desa Telutih Baru-Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah. Daerah ini berbatasan dengan daerah luar kawasan Taman Nasional Manusela (Andianto et al., 2010).

Beberapa hasil penelitian yang terkait dengan ciri anatomi kayu berkhasiat obat dapat digunakan sebagai sumber referensi dan penyediaan data bagi pihak lain yang memerlukan. Selain itu, hasil penelitian tersebut juga diharapkan menjadi salah satu acuan dalam upaya konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia, khususnya beberapa jenis tanaman obat yang sudah dapat dikatakan langka atau hampir punah. Untuk itu kegiatan penelitian anatomi kayu tumbuhan berkhasiat obat perlu dilanjutkan sebagai dukungan upaya konservasinya.

PENUTUPHasil diskusi menyepakati perlu adanya kompilasi penelitian dan skema budidaya untuk semua jenis tumbuhan yang masuk dalam SRAK

tumbuhan langka agar dapat dilakukan pemetaan persebarannya. Kajian terhadap tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat atau kosmetik juga diperlukan untuk dapat lebih memastikan data dan informasi yang ada.

Keikutsertaan dalam diskusi perencanaan aksi tindak lanjut hasil CoP18 CITES ini merupakan bagian dari salah satu tugas lembaga P3HH untuk berperan aktif dalam upaya konservasi tumbuhan langka melalui dukungan data dan informasi yang diberikan. Peran tersebut dikemudian hari dapat ditingkatkan dengan melanjutkan penelitian pohon berkhasiat obat lainnya dalam lingkup P3HH.

DAFTAR PUSTAKAAndianto dan Mandang, Y.I. 2007. Identifikasi

Jenis Berkhasiat Obat (Identifikasi Jenis Kayu Gaharu). Laporan Hasil Penelitian Tahun 2006. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor. Tidak dipublikasikan.

Andianto, Mandang, Y.I., Damayanti, R. 2009. Identifikasi Jenis Kayu Berkhasiat Obat. Laporan Hasil Penelitian Tahun 2008. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Bogor. Tidak dipublikasikan.

Andianto, Rulliaty, S., Damayanti, R., Waluyo, T. K. 2010. Identifikasi Jenis Kayu Berkhasiat Obat. Anatomi Kayu dan Kulit (Pepagan) Kulilawang dan Beberapa Jenis dari Suku Lauraceae. Laporan Hasil Penelitian Tahun 2009. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Bogor. Tidak dipublikasikan.

Mandang, Y.I. dan Andianto 2005. Identifikasi Jenis Berkhasiat Obat. Laporan Hasil Penelitian. Sumber Dana APBN Tahun Anggaran 2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Bogor. Tidak dipublikasikan.

Page 37: Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan

35FORPro • Vol. 8 No. 2, Edisi Desember 2019

Diskusi perumusan rencana aksi tindak lanjut hasil CoP18 CITES

Beberapa jenis tumbuhan berkhasiat obat: (a) Pasak bumi (Eurycoma longifolia); (b) Pakanangi (Cinnamomum parthenoxylon); (c) Batang Kulilawang (Cinnamomum halmaherae), (d) Gaharu (Aquilaria sp.)

Page 38: Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan

Vol. 8 No. 2, Edisi Desember 2019 • FORPro36

• FOTOGRAFI

Perkebunan kelapa sawit yang masih produktif di Jasinga, Bogor

Perkebunan kelapa sawit rakyat yang sudah tidak produktif di lampung

Page 39: Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan
Page 40: Menggunakan Alat Sonic Tomograph Studi Kasus di Hutan …forpro.org/data_content/attachment/Majalah_Forpro_07_01... · 2020. 2. 19. · secara komprehensif dapat disimpulkan dan direkomendasikan

Artikel yang dimuat Majalah ForPro mencakup hasil penelitian, pengalaman, ulasan penyempurnaan metode/proses, opini, program/perencanaan, alih teknologi, hasil kegiatan strategis terkait bidang hasil hutan.

Artikel yang dimuat

Editor ForProDewan Redaksi dan Mitra Bestari yang ahli di bidang kehutanan dari P3HH.

Penerimaan NaskahMajalah ForPro menerima naskah dari Peneliti BLI, Mahasiswa Pascasarjana, Peneliti Lembaga Penelitian Kehutanan, Penyuluh Kehutanan, Widyaiswara Pengendali Ekosistem Hutan, dan Pejabat Struktural.

Pedoman Penulisan

Akses ForProMajalah Forpro dapat diakses melalui website: http://emajalah.forda-mof.org/emajalah/index.php/forpro

Call for Article

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil HutanJl. Gunung Batu 5, Bogor 16610, Indonesia

E-mail : [email protected] ; [email protected] http://emajalah.forda-mof.org/emajalah

Alamat Redaksi :

Telp. (0251) 8633378 ; Fax. (0251) 8633413

PRO PRO FFRRMajalah Ilmiah Semi Populer

Majalah Forest Products (ForPro) merupakan majalah ilmiah semi populer yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan (P3HH), Bogor. Majalah ForPro secara reguler terbit sebanyak dua nomor dalam satu tahun yaitu pada bulan Juni dan Desember. Setiap terbitan memuat sekitar lima sampai dengan tujuh artikel, dengan penulis berasal dari dalam instansi dan luar instansi diantaranya Perguruan Tinggi, Balai Penelitian, dan Dinas terkait.

Tulisan maksimal 8 halaman, ukuran kertas A4, jenis huruf arial 12, gambar dan foto dengan fixel tinggi. Tulisan berupa soft file dikirim melalui email [email protected]. Panduan penulisan ForPro dapat diunduh di http://bit.ly/2XfA89G

PRO PRO FFRR

Cover Majalah ForPro

Artikel yang dimuat Majalah ForPro mencakup hasil penelitian, pengalaman, ulasan penyempurnaan metode/proses, opini, program/perencanaan, alih teknologi, hasil kegiatan strategis terkait bidang hasil hutan.

Artikel yang dimuat

Editor ForProDewan Redaksi dan Mitra Bestari yang ahli di bidang kehutanan dari P3HH.

Penerimaan NaskahMajalah ForPro menerima naskah dari Peneliti BLI, Mahasiswa Pascasarjana, Peneliti Lembaga Penelitian Kehutanan, Penyuluh Kehutanan, Widyaiswara Pengendali Ekosistem Hutan, dan Pejabat Struktural.

Pedoman Penulisan

Akses ForProMajalah Forpro dapat diakses melalui website: http://emajalah.forda-mof.org/emajalah/index.php/forpro

Call for Article

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil HutanJl. Gunung Batu 5, Bogor 16610, Indonesia

E-mail : [email protected] ; [email protected] http://emajalah.forda-mof.org/emajalah

Alamat Redaksi :

Telp. (0251) 8633378 ; Fax. (0251) 8633413

PRO PRO FFRRMajalah Ilmiah Semi Populer

Majalah Forest Products (ForPro) merupakan majalah ilmiah semi populer yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan (P3HH), Bogor. Majalah ForPro secara reguler terbit sebanyak dua nomor dalam satu tahun yaitu pada bulan Juni dan Desember. Setiap terbitan memuat sekitar lima sampai dengan tujuh artikel, dengan penulis berasal dari dalam instansi dan luar instansi diantaranya Perguruan Tinggi, Balai Penelitian, dan Dinas terkait.

Tulisan maksimal 8 halaman, ukuran kertas A4, jenis huruf arial 12, gambar dan foto dengan fixel tinggi. Tulisan berupa soft file dikirim melalui email [email protected]. Panduan penulisan ForPro dapat diunduh di http://bit.ly/2XfA89G

PRO PRO FFRR

Cover Majalah ForPro

Artikel yang dimuat Majalah ForPro mencakup hasil penel i t ian, pengalaman, ulasan penyempurnaan metode/proses, opini, program/perencanaan, alih teknologi, hasil kegiatan strategis terkait bidang hasil hutan.

Artikel yang dimuat

Editor ForProDewan Redaksi dan Mitra Bestari yang ahli di bidang kehutanan dari P3HH.

Penerimaan NaskahMajalah ForPro menerima naskah dari Peneliti BLI, Mahasiswa Pascasarjana, Peneliti Lembaga Penelitian Kehutanan, Penyuluh Kehutanan, Widyaiswara Pengendali Ekosistem Hutan, dan Pejabat Struktural.

Pedoman Penulisan

Akses ForProMajalah Forpro dapat diakses melalui website: http://emajalah.forda-mof.org/emajalah/index.php/forpro

Call for Article

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil HutanJl. Gunung Batu 5, Bogor 16610, Indonesia

E-mail : [email protected] ; [email protected] http://emajalah.forda-mof.org/emajalah

Alamat Redaksi :

Telp. (0251) 8633378 ; Fax. (0251) 8633413

PROPROFF RRMajalah Ilmiah Semi Populer

Majalah Forest Products (ForPro) merupakan majalah ilmiah semi populer yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan (P3HH), Bogor. Majalah ForPro secara reguler terbit sebanyak dua nomor dalam satu tahun yaitu pada bulan Juni dan Desember. Setiap terbitan memuat sekitar lima sampai dengan tujuh artikel, dengan penulis berasal dari dalam instansi dan luar instansi diantaranya Perguruan Tinggi, Balai Penelitian, dan Dinas terkait.

Tulisan maksimal 8 halaman, ukuran kertas A4, jenis huruf arial 12, gambar dan foto dengan fixel tinggi. Tulisan berupa soft file dikirim melalui email [email protected]. P a n d u a n p e n u l i s a n F o r P r o d a p a t d i u n d u h d i http://bit.ly/2XfA89G

PROPROFF RR

Cover Majalah ForPro

Artikel yang dimuat Majalah ForPro mencakup hasil penelitian, pengalaman, ulasan penyempurnaan metode/proses, opini, program/perencanaan, alih teknologi, hasil kegiatan strategis terkait bidang hasil hutan.

Artikel yang dimuat

Editor ForProDewan Redaksi dan Mitra Bestari yang ahli di bidang kehutanan dari P3HH.

Penerimaan NaskahMajalah ForPro menerima naskah dari Peneliti BLI, Mahasiswa Pascasarjana, Peneliti Lembaga Penelitian Kehutanan, Penyuluh Kehutanan, Widyaiswara Pengendali Ekosistem Hutan, dan Pejabat Struktural.

Pedoman Penulisan

Akses ForProMajalah Forpro dapat diakses melalui website: http://emajalah.forda-mof.org/emajalah/index.php/forpro

Call for Article

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil HutanJl. Gunung Batu 5, Bogor 16610, Indonesia

E-mail : [email protected] ; [email protected] http://emajalah.forda-mof.org/emajalah

Alamat Redaksi :

Telp. (0251) 8633378 ; Fax. (0251) 8633413

PRO PRO FFRRMajalah Ilmiah Semi Populer

Majalah Forest Products (ForPro) merupakan majalah ilmiah semi populer yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan (P3HH), Bogor. Majalah ForPro secara reguler terbit sebanyak dua nomor dalam satu tahun yaitu pada bulan Juni dan Desember. Setiap terbitan memuat sekitar lima sampai dengan tujuh artikel, dengan penulis berasal dari dalam instansi dan luar instansi diantaranya Perguruan Tinggi, Balai Penelitian, dan Dinas terkait.

Tulisan maksimal 8 halaman, ukuran kertas A4, jenis huruf arial 12, gambar dan foto dengan fixel tinggi. Tulisan berupa soft file dikirim melalui email [email protected]. Panduan penulisan ForPro dapat diunduh di http://bit.ly/2XfA89G

PRO PRO FFRR

Cover Majalah ForPro

Artikel yang dimuat Majalah ForPro mencakup hasil penelitian, pengalaman, ulasan penyempurnaan metode/proses, opini, program/perencanaan, alih teknologi, hasil kegiatan strategis terkait bidang hasil hutan.

Artikel yang dimuat

Editor ForProDewan Redaksi dan Mitra Bestari yang ahli di bidang kehutanan dari P3HH.

Penerimaan NaskahMajalah ForPro menerima naskah dari Peneliti BLI, Mahasiswa Pascasarjana, Peneliti Lembaga Penelitian Kehutanan, Penyuluh Kehutanan, Widyaiswara Pengendali Ekosistem Hutan, dan Pejabat Struktural.

Pedoman Penulisan

Akses ForProMajalah Forpro dapat diakses melalui website: http://emajalah.forda-mof.org/emajalah/index.php/forpro

Call for Article

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil HutanJl. Gunung Batu 5, Bogor 16610, Indonesia

E-mail : [email protected] ; [email protected] http://emajalah.forda-mof.org/emajalah

Alamat Redaksi :

Telp. (0251) 8633378 ; Fax. (0251) 8633413

PRO PRO FFRRMajalah Ilmiah Semi Populer

Majalah Forest Products (ForPro) merupakan majalah ilmiah semi populer yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan (P3HH), Bogor. Majalah ForPro secara reguler terbit sebanyak dua nomor dalam satu tahun yaitu pada bulan Juni dan Desember. Setiap terbitan memuat sekitar lima sampai dengan tujuh artikel, dengan penulis berasal dari dalam instansi dan luar instansi diantaranya Perguruan Tinggi, Balai Penelitian, dan Dinas terkait.

Tulisan maksimal 8 halaman, ukuran kertas A4, jenis huruf arial 12, gambar dan foto dengan fixel tinggi. Tulisan berupa soft file dikirim melalui email [email protected]. Panduan penulisan ForPro dapat diunduh di http://bit.ly/2XfA89G

PRO PRO FFRR

Cover Majalah ForPro

Artikel yang dimuat Majalah ForPro mencakup hasil penel i t ian, pengalaman, ulasan penyempurnaan metode/proses, opini, program/perencanaan, alih teknologi, hasil kegiatan strategis terkait bidang hasil hutan.

Artikel yang dimuat

Editor ForProDewan Redaksi dan Mitra Bestari yang ahli di bidang kehutanan dari P3HH.

Penerimaan NaskahMajalah ForPro menerima naskah dari Peneliti BLI, Mahasiswa Pascasarjana, Peneliti Lembaga Penelitian Kehutanan, Penyuluh Kehutanan, Widyaiswara Pengendali Ekosistem Hutan, dan Pejabat Struktural.

Pedoman Penulisan

Akses ForProMajalah Forpro dapat diakses melalui website: http://emajalah.forda-mof.org/emajalah/index.php/forpro

Call for Article

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil HutanJl. Gunung Batu 5, Bogor 16610, Indonesia

E-mail : [email protected] ; [email protected] http://emajalah.forda-mof.org/emajalah

Alamat Redaksi :

Telp. (0251) 8633378 ; Fax. (0251) 8633413

PROPROFF RRMajalah Ilmiah Semi Populer

Majalah Forest Products (ForPro) merupakan majalah ilmiah semi populer yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan (P3HH), Bogor. Majalah ForPro secara reguler terbit sebanyak dua nomor dalam satu tahun yaitu pada bulan Juni dan Desember. Setiap terbitan memuat sekitar lima sampai dengan tujuh artikel, dengan penulis berasal dari dalam instansi dan luar instansi diantaranya Perguruan Tinggi, Balai Penelitian, dan Dinas terkait.

Tulisan maksimal 8 halaman, ukuran kertas A4, jenis huruf arial 12, gambar dan foto dengan fixel tinggi. Tulisan berupa soft file dikirim melalui email [email protected]. P a n d u a n p e n u l i s a n F o r P r o d a p a t d i u n d u h d i http://bit.ly/2XfA89G

PROPROFF RR

Cover Majalah ForPro

Artikel yang dimuat Majalah ForPro mencakup hasil penelitian, pengalaman, ulasan penyempurnaan metode/proses, opini, program/perencanaan, alih teknologi, hasil kegiatan strategis terkait bidang hasil hutan.

Artikel yang dimuat

Editor ForProDewan Redaksi dan Mitra Bestari yang ahli di bidang kehutanan dari P3HH.

Penerimaan NaskahMajalah ForPro menerima naskah dari Peneliti BLI, Mahasiswa Pascasarjana, Peneliti Lembaga Penelitian Kehutanan, Penyuluh Kehutanan, Widyaiswara Pengendali Ekosistem Hutan, dan Pejabat Struktural.

Pedoman Penulisan

Akses ForProMajalah Forpro dapat diakses melalui website: http://emajalah.forda-mof.org/emajalah/index.php/forpro

Call for Article

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil HutanJl. Gunung Batu 5, Bogor 16610, Indonesia

E-mail : [email protected] ; [email protected] http://emajalah.forda-mof.org/emajalah

Alamat Redaksi :

Telp. (0251) 8633378 ; Fax. (0251) 8633413

PRO PRO FFRRMajalah Ilmiah Semi Populer

Majalah Forest Products (ForPro) merupakan majalah ilmiah semi populer yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan (P3HH), Bogor. Majalah ForPro secara reguler terbit sebanyak dua nomor dalam satu tahun yaitu pada bulan Juni dan Desember. Setiap terbitan memuat sekitar lima sampai dengan tujuh artikel, dengan penulis berasal dari dalam instansi dan luar instansi diantaranya Perguruan Tinggi, Balai Penelitian, dan Dinas terkait.

Tulisan maksimal 8 halaman, ukuran kertas A4, jenis huruf arial 12, gambar dan foto dengan fixel tinggi. Tulisan berupa soft file dikirim melalui email [email protected]. Panduan penulisan ForPro dapat diunduh di http://bit.ly/2XfA89G

PRO PRO FFRR

Cover Majalah ForPro

Artikel yang dimuat Majalah ForPro mencakup hasil penelitian, pengalaman, ulasan penyempurnaan metode/proses, opini, program/perencanaan, alih teknologi, hasil kegiatan strategis terkait bidang hasil hutan.

Artikel yang dimuat

Editor ForProDewan Redaksi dan Mitra Bestari yang ahli di bidang kehutanan dari P3HH.

Penerimaan NaskahMajalah ForPro menerima naskah dari Peneliti BLI, Mahasiswa Pascasarjana, Peneliti Lembaga Penelitian Kehutanan, Penyuluh Kehutanan, Widyaiswara Pengendali Ekosistem Hutan, dan Pejabat Struktural.

Pedoman Penulisan

Akses ForProMajalah Forpro dapat diakses melalui website: http://emajalah.forda-mof.org/emajalah/index.php/forpro

Call for Article

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil HutanJl. Gunung Batu 5, Bogor 16610, Indonesia

E-mail : [email protected] ; [email protected] http://emajalah.forda-mof.org/emajalah

Alamat Redaksi :

Telp. (0251) 8633378 ; Fax. (0251) 8633413

PRO PRO FFRRMajalah Ilmiah Semi Populer

Majalah Forest Products (ForPro) merupakan majalah ilmiah semi populer yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan (P3HH), Bogor. Majalah ForPro secara reguler terbit sebanyak dua nomor dalam satu tahun yaitu pada bulan Juni dan Desember. Setiap terbitan memuat sekitar lima sampai dengan tujuh artikel, dengan penulis berasal dari dalam instansi dan luar instansi diantaranya Perguruan Tinggi, Balai Penelitian, dan Dinas terkait.

Tulisan maksimal 8 halaman, ukuran kertas A4, jenis huruf arial 12, gambar dan foto dengan fixel tinggi. Tulisan berupa soft file dikirim melalui email [email protected]. Panduan penulisan ForPro dapat diunduh di http://bit.ly/2XfA89G

PRO PRO FFRR

Cover Majalah ForPro

Artikel yang dimuat Majalah ForPro mencakup hasil penel i t ian, pengalaman, ulasan penyempurnaan metode/proses, opini, program/perencanaan, alih teknologi, hasil kegiatan strategis terkait bidang hasil hutan.

Artikel yang dimuat

Editor ForProDewan Redaksi dan Mitra Bestari yang ahli di bidang kehutanan dari P3HH.

Penerimaan NaskahMajalah ForPro menerima naskah dari Peneliti BLI, Mahasiswa Pascasarjana, Peneliti Lembaga Penelitian Kehutanan, Penyuluh Kehutanan, Widyaiswara Pengendali Ekosistem Hutan, dan Pejabat Struktural.

Pedoman Penulisan

Akses ForProMajalah Forpro dapat diakses melalui website: http://emajalah.forda-mof.org/emajalah/index.php/forpro

Call for Article

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil HutanJl. Gunung Batu 5, Bogor 16610, Indonesia

E-mail : [email protected] ; [email protected] http://emajalah.forda-mof.org/emajalah

Alamat Redaksi :

Telp. (0251) 8633378 ; Fax. (0251) 8633413

PROPROFF RRMajalah Ilmiah Semi Populer

Majalah Forest Products (ForPro) merupakan majalah ilmiah semi populer yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan (P3HH), Bogor. Majalah ForPro secara reguler terbit sebanyak dua nomor dalam satu tahun yaitu pada bulan Juni dan Desember. Setiap terbitan memuat sekitar lima sampai dengan tujuh artikel, dengan penulis berasal dari dalam instansi dan luar instansi diantaranya Perguruan Tinggi, Balai Penelitian, dan Dinas terkait.

Tulisan maksimal 8 halaman, ukuran kertas A4, jenis huruf arial 12, gambar dan foto dengan fixel tinggi. Tulisan berupa soft file dikirim melalui email [email protected]. P a n d u a n p e n u l i s a n F o r P r o d a p a t d i u n d u h d i http://bit.ly/2XfA89G

PROPROFF RR

Cover Majalah ForPro