38

Memperhatikan : 1

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Memperhatikan : 1
Page 2: Memperhatikan : 1

Memperhatikan : 1. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor

Per­01/MBU/2011 tanggal 01 Agustus 2011 tentang Penerapan Tata

Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Pada Badan

Usaha Milik Negara;

2. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor

Per­14/MBU/2012 tanggal 19 September 2012 tentang Penerapan Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Kementerian Badan Usaha

Milik Negara;

3. Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor: 0117.P/DIR/2019 tangal 06

Agustus 2019 tentang Pedoman Umum Penerapan Manajemen Risiko di

Lingkungan PT PLN (Persero);

4. Keputusan Direksi Nomor : A.2296/SP.101/Dirut-2015 tanggal 17 Juni

2015 tentang Perubahan Struktur Organisasi PT Pelayaran Bahtera

Adhiguna;

5. Keputusan Direksi Nomor: A.5258/SP.101/Dirut-2016 tanggal 13

Desember 2016 tentang Pemutakhiran Ke Dua Pedoman Tata Kelola

Perusahaan dan perubahannya;

6. Keputusan Direksi Nomor: A.5482/SP.101/Dirut-2016 tanggal 22

Desember 2016 tentang Pemutakhiran Pedoman Etika dan Perilaku (Code

of Conduct) PT Pelayaran Bahtera Adhiguna dan perubahannya;

7. Keputusan Direksi Nomor: A.6620/SP.101/Dirut-2019 tentang Kebijakan

Anti Fraud tanggal 20 Desember 2019 di Lingkungan PT Pelayaran Bahtera

Adhiguna;

8. SNI 8615:2018 ISO 31000:2018 Manajemen Risiko – Prinsip dan Pedoman.

9. COSO Internal Control – Integrated Framework 2013

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKSI TENTANG PEDOMAN UMUM MANAJEMEN RISIKO

DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN DI LINGKUNGAN PT PELAYARAN

BAHTERA ADHIGUNA

Pasal 1

Ketentuan Umum

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan:

1. Anak Perusahaan adalah perusahaan yang sahamnya lebih dari 50% (lima puluh persen) dimiliki

oleh Perusahaan dan melaksanakan kegiatan usaha tertentu sesuai dengan tujuan Anak

Perusahaan.

2. Cabang adalah satuan kerja di luar kantor pusat yang dipimpin oleh Manajer Cabang yang

memiliki kewenangan sebagai penanggung jawab Cabang yang dipimpinnya.

Page 3: Memperhatikan : 1

3. Daftar Risiko (Risk register) adalah suatu dokumen atau database yang memuat daftar risiko-

risiko yang telah diidentifikasi beserta hasil analisis dan penanganannya terkait dengan kegiatan

atau aktivitas.

4. Dampak (consequences) adalah hasil keluaran suatu peristiwa yang mempengaruhi sasaran.

5. Dewan Komisaris adalah Organ Perusahaan yang bertanggung jawab atas pengawasan

Perusahaan sesuai dengan maksud dan tujuan Perusahaan yang terdiri dari Komisaris Utama dan

beberapa Komisaris sebagai anggota dalam batasan yang diatur oleh peraturan perundang-

undangan terkait, Anggaran Dasar Perusahaan, dan/atau ketentuan batasan kewenangan yang

berlaku.

6. Dewan Pengawas adalah Dewan Komisaris Perusahaan dan Manajemen Puncak adalah Direksi

Perusahaan.

7. Divisi adalah satuan kerja pada kantor pusat yang dipimpin oleh Manajer Divisi yang memiliki

kewenangan sebagai penanggung jawab Divisi yang dipimpinnya.

8. Direksi adalah organ Perusahaan yang bertanggung jawab atas pengurusan Perusahaan, sesuai

dengan maksud dan tujuan Perusahaan yang terdiri dari seorang Direktur Utama sebagai

koordinator dengan beberapa Direktur sebagai anggota dalam batasan yang diatur oleh

peraturan perundang-undangan terkait, Anggaran Dasar Perusahaan, dan/atau ketentuan

batasan kewenangan yang berlaku.

9. Evaluasi terpisah (separate evaluation) adalah penilaian atas mutu kinerja pengendalian intern

dengan ruang lingkup dan frekuensi tertentu berdasarkan pada penilaian risiko dan efektivitas

prosedur pemantaun yang berkelanjutan.

10. Fungsi Manajemen Risiko adalah fungsi di lingkungan Perusahaan yang bertugas untuk

memastikan terlaksananya Manajemen Risiko berdasarkan kaidah yang benar pada seluruh

kegiatan Perusahaan dan tersedianya informasi pengelolaan risiko bagi Direksi dan informasi

pengawasan dalam pengelolaan risiko bagi Dewan Komisaris, sebagal referensi dalam

pengambilan keputusan.

11. Indikator Risiko Utama (Key Risk Indicator/KRI) adalah sebuah indikator yang dapat

mengindikasikan tingkat kemungkinan terjadinya risiko atau potensi dampak dari sebuah

peristiwa risiko.

12. Informasi adalah data yang telah diolah yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan

dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam Perusahaan.

13. lnsan BAg adalah Dewan Komisaris, Direksi, Komite, dan seluruh Pegawai Perusahaan termasuk

Pegawai yang ditugaskan di Anak Perusahaan, Perusahaan Terafiliasi, serta Mitra yang bekerja

dan bertindak atas nama Perusahaan.

14. Kemungkinan kejadian (likelihood) adalah kemungkinan suatu peristiwa terjadi.

15. Manajemen adalah pejabat struktural di Perusahaan.

16. Manajemen Risiko adalah aktivitas terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan

Perusahaan dalam kaitannya dengan Risiko.

17. Matriks risiko (Risk Matrix) adalah peta/matriks penilaian risiko yang digunakan untuk

menggambarkan tingkat risiko terhadap risk appetite Perusahaan.

Page 4: Memperhatikan : 1

18. Pegawai adalah mereka yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan diangkat, bekerja, dan

diberi penghasilan menurut ketentuan yang berlaku di Perusahaan, termasuk Pegawai yang

ditugas karyakan.

19. Pemangku Kepentingan adalah pihak-pihak yang berkepentingan dengan Perusahaan yang

timbul berdasarkan perjanjian dan/atau perundang-undangan yang berlaku.

20. Perusahaan Terafiliasi adalah perusahaan yang sahamnya lebih dari 50% (lima puluh persen)

dimiliki oleh Anak Perusahaan, gabungan Anak Perusahaan, atau gabungan Anak Perusahaan

dengan PT Pelayaran Bahtera Adhiguna.

21. Perusahaan adalah PT Pelayaran Bahtera Adhiguna yaitu Perseroan Terbatas yang didirikan

dengan Akta Notaris Soeleman Ardjasasmita, S.H Nomor 34 Tahun 1971 beserta perubahannya.

22. Pemilik Risiko (Risk Owners) adalah pejabat atau individu atau kelompok individu tertentu yang

diberikan tugas dan/atu kewenangan tertentu oleh Perusahaan.

23. Pengendalian Risiko (Existing Control) adalah Penanganan Risiko yang sudah ada untuk

memelihara dan/atau memodifikasi risiko.

24. Perlakuan Risiko (Mitigasi) adalah Penanganan Risiko tambahan untuk memodifikasi risiko

25. Peristiwa (Event) adalah peristiwa atau hal yang berpotensi menghambat, menunda atau

menggagalkan pencapaian tujuan atau sasaran strategis tingkat Perusahaan.

26. Penyebab Risiko (Risk Source) adalah elemen yang secara mandiri atau dalam kombinasi memiliki

potensi untuk menimbulkan risiko.

27. Profil Risiko (Risk Profile) adalah dokumen manajemen risiko yang memaparkan risiko-risiko

utama (key risks) yang berpotensi menghambat/ menggagalkan pencapaian sasaran strategis

perusahaan, baik sasaran jangka panjang (RJP) maupun jangka pendek (RKAP), beserta rencana

penanganan dan penanggungjawabnya.

28. Proses Manajemen Risiko atau Proses Pengelolaan Risiko adalah sebuah proses terstruktur untuk

mengelola risiko yang dihadapi perusahaan dalam mencapai sasaran, berupa proses sistematis

dan berkesinambungan untuk mengidentifikasi dan mengukur tingkat risiko-risiko, serta

menentukan tindakan terbaik dalam mengurangi kemungkinan terjadinya risiko, memperkecil

dampak yang ditimbulkannya (atau kedua-duanya), maupun langkah lainnya guna

memastikan/menciptakan keyakinan bahwa sasaran Perusahaan akan dapat dicapai.

29. Risiko Utama (Key Risks) adalah risiko-risiko utama yang dihadapi perusahaan dalam jangka

panjang maupun jangka pendek, yang berpotensi menghambat pencapaian sasaran Perusahaan

atau mengancam kelangsungan usaha maupun sumber daya Perusahaan.

30. Risiko (risk) adalah efek dari ketidakpastian terhadap sasaran.

Efek adalah adalah penyimpangan dari sasaran yang diharapkan. Penyimpangan ini dapat

negatif,positif, atau keduanya. Dampak ini dapat timbul sebagai akibat dari suatu tindakan atau

kegagalan dari penanganan suatu peluang atau ancaman.

Ketidakpastian adalah keadaan, meskipun hanya sebagian, kekurangan informasi yang berkaitan

dengan pemahaman atau pengetahuan, kejadian, dampaknya, atau kemungkinan kejadian.

Page 5: Memperhatikan : 1

31. Kegiatan pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko serta penetapan

dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko

telah dilaksanakan secara efektif.

32. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau informasi dengan menggunakan simbol atau

lambang tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan umpan balik

lingkungan.

33. Lingkungan pengendalian adalah kondisi yang mempengaruhi efektivitas pengendalian intern

untuk menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif

dan kondusif untuk penerapan Sistem Pengendalian Intern dalam lingkungan ketja.

34. Penilaian risiko adalah kegiatan penilaian atas kemungkinan kejadian yang menghambat

pencapaian tujuan dan sasaran Perusahaan.

35. Pemantauan pengendalian inter adalah proses penilaian atas mutu kinerja sistem pengendalian

intern dan proses yang memberikan keyakinan bahwa temuan audit dan evaluasi lainnya segera

ditindaklanjuti.

36. Pemantauan berkelanjutan (ongoing monitoring) adalah pemantauan atas pengendalian intern

yang melekat dalam aktivitas operasi normal suatu entitas, yaitu meliputi aktivitas pengelolaan

dan pengawasan rutin, dan tindakan lainnya yang dilaksanakan pemilik pengendalian dalam

rangka pelaksanaan tugasnya.

37. Selera Risiko (Risk Appetite) adalah Tingkat Risiko yang dapat diterima/diambil Perusahaan dalam

mencapai sasarannya.

38. Sistem pengendalian intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang

dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan

keyakinan yang memadai atas tercapainya tujuan Perusahaan melalui kegiatan yang efisien dan

efektif, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset, dan ketaatan terhadap peraturan

perundang-undangan.

39. Taksonomi Risiko adalah pengelompokan risiko dan permasalahan yang telah/sedang dihadapi

Perusahaan guna menyiapkan penanganan yang sistematis.

40. Tenaga Alih Daya (TAD) adalah tenaga kerja yang berasal dari luar Perusahaan atau pihak ketiga

untuk mengerjakan pekerjaan tertentu dan spesifik pada Perusahaan.

41. Tingkat risiko (Level of Risk) adalah tingkat risiko yang dinyatakan berdasarkan perpaduan tingkat

kemungkinan terjadinya risiko dengan tingkat dampak yang ditimbulkannya.

42. Toleransi Risiko (Risk Tolerance) adalah kesiapan organisasi atau pemangku kepentingan untuk

menanggung suatu risiko tertentu setelah perlakuan risiko dalam rangka mencapai sasarannya.

Pasal 2

Tata Kelola, Manajemen Risiko dan Kepatuhan

(1). Kebijakan Tata Kelola, Manajemen Risiko dan Kepatuhan (Governance, Risk and Compliance

selanjutnya disebut “GRC BAg”) merupakan satu kesatuan dan menjadi bagian tidak terpisahkan

dalam Kebijakan PT Pelayaran Bahtera Adhiguna

Page 6: Memperhatikan : 1

(2). Sasaran Penerapan GRC BAg adalah mendorong peningkatan nilai dan keberlanjutan Perusahaan

dalam rangka meningkatkan kepercayaan pemangku kepentingan kunci (key stakeholder) dan

memenuhi kaidah GCG sesuai dengan Visi, Misi dan dilandasi dengan Budaya Perusahaan.

(3). Penerapan GRC dengan struktur kesatuan sebagai berikut :

a. Governance melingkupi :

1. Struktur dan Proses Tata Kelola (Govenance Structure and Process)

2. Peran Strategis Pimpinan dan Manajemen Kinerja (Strategic Leadership & Performance

Management)

3. Kebijakan dan Prosedur (Policies & Procedures)

b. Risk and Control melingkupi :

1. Manajemen Risiko Perusahaan (Enterprise Wide Risk Management)

2. Sistem Pengendalian Intern (Internal Control System)

3. Kebijakan Anti-Fraud (Anti-Fraud Policy) dan lnternal Control over Financial Reporting

(lCoFR).

c. Compliance melingkupi :

1. Budaya dan Tata Nilai (Culture and Core Values)

2. Etika dan Perilaku (Ethics and Code of Conduct)

3. Manajemen Kepatuhan (Compliance Management)

(4). Manajemen Risiko dan Pengendalian Intern Perusahaan merupakan praktik yang saling

melengkapi satu dengan lainnya. Secara prinsip, manajemen risiko dan pengendalian intern

mengacu pada proses yang ekuivalen. Keduanya merupakan proses terintegrasi yang dipengaruhi

oleh seluruh pimpinan/pegawai dalam rangka mendukung pencapaian tujuan Perusahaan.

Manajemen risiko memastikan bahwa risiko yang dihadapi telah dikendalikan dengan baik

sedangkan pengendalian intern memastikan tujuan Perusahaan dapat tercapai.

Pasal 3

Pedoman Umum Manajemen Risiko

Pedoman Umum Manajemen Risiko PT Pelayaran Bahtera Adhiguna adalah sebagaimana Lampiran I

Keputusan ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

Pasal 4

RJP Berbasis Risiko

(1). Pengertian RJP Berbasis risiko adalah Perencanaan jangka panjang Perusahaan yang telah

mempertimbangkan profil risiko jangka panjang perusahaan beserta alternatif pilihan tindakan

penanganan yang dapat dilakukan, guna memberikan keyakinan bahwa sasaran jangka panjang

akan dapat dicapai.

Page 7: Memperhatikan : 1

(2). Program mitigasi atas risiko-risiko jangka panjang yang tertuang dalam RJP lebih bersifat

preventive programs.

(3). Proses pemantauan risiko-risiko jangka panjang perusahaan dilakukan sekurang-kurangnya 1

(satu) kali setahun.

(4). Pemantauan dilakukan oleh pemilik risiko terhadap Key Risk Indicator (KRI) maupun indikator

lainnya yang berpengaruh pada profil risiko jangka panjang, beserta upaya penanganannya.

Pasal 5

RKAP Berbasis Risiko

(1). Pengertian RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan) Berbasis Risiko adalah perencanaan

jangka pendek Perusahaan (perencanaan satu tahun ke depan) yang telah mempertimbangkan

profil risiko jangka pendek Perusahaan beserta alternatif pilihan tindakan penanganan yang dapat

dilakukan, guna memberikan keyakinan bahwa sasaran jangka pendek akan dapat dicapai.

(2). Program Kerja yang tertuang dalam RKAP lebih bersifat preventive actions sebagai mitigasi atas

risiko-risiko yang teridentifikasi dalam Profil Risiko.

(3). Proses pemantauan risiko-risiko jangka pendek perusahaan beserta efektifitasnya dilakukan

sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setiap semester.

(4). Pemantauan dilakukan oleh pemilik risiko terhadap Key Risk Indicator (KRI) maupun indikator

lainnya yang berpengaruh pada profil risiko jangka pendek beserta upaya penanganannya.

Pasal 6

Penerapan Manajemen Risiko pada Business Continuity Management

(1). Business Continuity Management (BCM) adalah proses manajemen secara holistik untuk

mengidentifikasi potensi dan dampak dari ancaman terhadap Perusahaan dan menyediakan

kerangka kerja untuk membangun ketahanan organisasi dengan kemampuan untuk merespon

secara efektif dalam melindungi kepentingan stakeholder utama, reputasi, brand dan aktivitas

penciptaan nilai.

(2). BCM dilaksanakan untuk memastikan kesiapan (preparedness) Perusahaan dalam menghadapi

business continuity risks berupa ancaman yang berpotensi menghentikan bisnis Perusahaan

(misalnya, epidemi, bahaya lingkungan dan geografis, bencana alam, dan sebagainya).

Pasal 7

Pedoman Umum Sistem Pengendalian Intern

Pedoman Umum Sistem Pengendalian Intern PT Pelayaran Bahtera Adhiguna adalah sebagaimana

Lampiran II Keputusan ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

Page 8: Memperhatikan : 1

Pasal 8

Tiga Lini Pertahanan

(1). Pendekatan Tiga Lini Pertahanan (Three Lines of Defense) memandang implementasi

pengendalian intern sebagai lini pertahanan tiga lapis yaitu:

a. Lini pertahanan pertama adalah Manajemen dan seluruh pegawai yang melaksanakan

proses bisnis. Lini pertahanan ini merupakan lini pertahanan terpenting dalam mencegah

kesalahan, mendeteksi kecurangan, serta mengidentifikasi kelemahan dan kerentanan

pengendalian. Dengan demikian, seluruh pimpinan dan pegawai harus memahami dan

melaksanakan dengan sungguh-sungguh tugas dan tanggung jawab pengendalian kegiatan

masing-masing.

Selanjutnya, peran dan tanggung jawab Direksi, Manajemen dan setiap pegawai Perusahaan

adalah sebagai berikut:

1) Direksi menetapkan kebijakan penerapan pengendalian intern Perusahaan;

2) Satuan Pengawas Intern (SPI) melaporkan hasil pengujian efektifitas pengendalian

intern Divisi/Cabang kepada Direksi;

3) Direksi dan setiap level Manajemen berperan aktif dalam menciptakan dan memelihara

lingkungan pengendalian yang kondusif; dan

4) Manajemen dan setiap pegawai berperan aktif dalam melaksanakan unsur-unsur

pengendalian intern berupa penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan

komunikasi, dan pemantauan berkelanjutan sesuai dengan tugas dan tanggung

jawabnya.

b. Lini pertahanan kedua merupakan fungsi pemantauan. Dalam konteks pengendalian intern

di Perusahaan, fungsi ini dijalankan oleh Fungsi Manajemen Risiko beserta Fungsi Kepatuhan

Perusahaan yang bertugas memantau pengendalian intern di setiap tingkatan manajemen.

Fungsi pemantau ini harus memperingatkan lini pertahanan pertama apabila dijumpai

kelemahan pengendalian intern baik dari segi tahapan rancangan sampai dengan tahapan

pelaksanaannya.

Adapun peran dan tanggung jawab Fungsi Manajemen Risiko beserta Fungsi Kepatuhan

adalah sebagai berikut:

1) Mendorong pengembangan dan penerapan pengendalian intern sesuai tugas dan

tanggung jawabnya;

2) Melakukan pemantauan pengendalian intern sesuai tugas dan tanggungjawabnya; dan

3) Melaporkan hasil pemantauan pengendalian intern kepada Direksi dan SPI.

c. Lini pertahanan ke tiga adalah fungsi pengawas intern. Dalam konteks pengendalian intern

di Perusahaan, fungsi ini dijalankan oleh Satuan Pengawas Intern. Dengan demikian, seluruh

organisasi harus memperhatikan dengan seksama rekomendasi SPI untuk peningkatan

pengendalian intern dan memperbaiki kekurangan.

Page 9: Memperhatikan : 1

Adapun peran dan tanggung jawab SPI adalah sebagai berikut:

1) Memberikan konsultasi penerapan pengendalian intern di lingkungan Perusahaan.

2) Memberikan asurans (assurance) secara independen dan objektif bahwa pengendalian

intern telah dilaksanakan secara efektif dan efisien, antara lain melalui audit atas lini

pertahanan pertama dan kedua untuk memastikan bahwa mereka melaksanakan

tugasnya dengan baik.

3) Melaporkan kecurangan atau kekeliruan yang terjadi dan kelemahan pengendalian

yang membahayakan Perusahaan.

(2). Agar pendekatan tersebut berhasil, komunikasi dan koordinasi antar lini pertahanan harus jelas

ditetapkan sebagaimana digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Skema Pertahanan Tiga Lapis

Pasal 9

Lain-Lain

(1). PT Pelayaran Bahtera Adhiguna menetapkan Edaran Direksi dan Prosedur yang diperlukan dalam

rangka pelaksanaan Keputusan ini.

(2). Pada saat Keputusan ini berlaku maka Keputusan Direksi PT Pelayaran Bahtera Adhiguna Nomor:

A.3747/SP.101/Dirut-2013 tanggal 14 November 2013 tentang Pedoman Mekanisme

Pengendalian Intern di Lingkungan PT Pelayaran Bahtera Adhiguna dicabut dan dinyatakan tidak

berlaku.

THREE LINES OF DEFENCE

1st Line of Defense 2nd Line of Defense 3rd Line of Defense

DIREKSI DEWAN KOMISARIS

PEMILIK PROSES BISNIS(PEMILIK RISIKO)

FUNGSI MANAJEMEN RISIKO DAN KEPATUHAN

Komite Manajemen

Risko Dewan

Komisaris

Komite Audit

Dewan Komisaris

Satuan Pengawas Intern

Auditor Eksternal

Keterangan:

Arah Komunikasi

Page 10: Memperhatikan : 1
Page 11: Memperhatikan : 1

LAMPIRAN I

PEDOMAN UMUM MANAJEMEN RISIKO

DI LINGKUNGAN PT PELAYARAN BAHTERA ADHIGUNA

I. MAKSUD DAN TUJUAN

a. Maksud dikeluarkannya Pedoman Umum ini adalah untuk:

1. Memenuhi ketentuan dan aturan terkait penerapan Good Corporate Governance;

2. Mendukung pencapaian tujuan Perusahaan melalui implementasi manajemen risiko

yang optimal sehingga risiko-risiko yang berpotensi akan mengganggu dapat

diantisipasi oleh Perusahaan.

b. Tujuan dikeluarkannya Pedoman Umum ini adalah:

1. Sebagai pedoman bagi segenap pemilik risiko di lingkungan Perusahaan dalam

pengelolaan risiko Perusahaan;

2. Menstandarisasi kerangka penerapan manajemen risiko sehingga implementasinya

dapat dilakukan secara selaras dan terintegrasi.

II. RUANG LINGKUP

a. Penerapan Manajemen Risiko

b. Prinsip Manajemen Risiko

c. Kerangka Kerja Manajemen Risiko

d. Proses Manajemen Risiko

III. PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

A. Tujuan Penerapan

Penerapan Manajemen Risiko Perusahaan bertujuan untuk:

1. Meningkatkan kesiapan (preparedness) Perusahaan dalam menghadapi ketidakpastian

(uncertainty) yang semakin tinggi di lingkungan global, regional maupun lokal yang

berpotensi mengancam sumberdaya dan bahkan kelangsungan Perusahaan;

2. Menjaga agar Perusahaan tetap dalam koridor pengelolaan usaha yang berkehati-

hatian (prudent operation) dalam setiap aktifitas yang dilakukannya sebagai bentuk tata

kelola Perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) guna meningkatkan nilai

tambah bagi Perusahaan.

B. Sasaran Penerapan

Sasaran penerapan Manajemen Risiko Perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Menumbuhkan budaya manajemen risiko yang bersifat preventif pada segenap pejabat

maupun karyawan Perusahaan dalam mengelola Perusahaan sesuai tugas dan

kewenangan yang ada padanya;

Page 12: Memperhatikan : 1

2. Memastikan bahwa segenap pemilik risiko dalam Perusahaan mampu mengelola

risikonya secara efektif dan efisien;

3. Meningkatkan keterpaduan dalam mengelola risiko yang bersifat kontra-produktif

terhadap pencapaian visi, misi dan rencana strategis Perusahaan baik dalam jangka

pendek maupun jangka panjang;

4. Mendorong perbaikan (improvement) pada segenap proses bisnis Perusahaan secara

bertahap dengan mengintegrasikan (embedding) manajemen risiko ke dalam proses

bisnis tersebut;

5. Meningkatkan kualitas pengambilan keputusan.

C. Prinsip-Prinsip Penerapan

Prinsip-prinsip yang dianut dalam penerapan Manajemen Risiko adalah sebagai berikut:

1. Menjunjung tinggi integritas;

2. Proses Manajemen Risiko dilaksanakan sepenuhnya oleh pemilik risiko;

3. Manajemen Risiko bersifat sistematis dan berkesinambungan, yaitu didasarkan pada

informasi/data/analisis terbaik yang tersedia, dapat diulang (iteratif) serta mengikuti

perubahan/perkembangan best practices;

4. Penerapan Manajemen Risiko memerlukan komitmen manajemen, khususnya dalam

hal pembentukan lingkungan penerapan yang kondusif, peningkatan kompetensi

maupun penggunaan sumber daya dalam pengelolaan risiko;

5. Memperhatikan kepentingan stakeholders;

6. Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

D. Strategi Penerapan

Strategi yang diterapkan dalam penerapan Manajemen Risiko adalah sebagai berikut:

1. Memprioritaskan tahapan penerapan Manajemen Risiko dari objektif yang stratejik;

2. Menjadikan Manajemen Risiko sebagai bagian integral dari proses bisnis dan

pengambilan keputusan;

3. Membangun keselarasan pengelolaan risiko antar satuan kerja dalam organisasi di

lingkungan Perusahaan;

4. Menentukan road map tahapan implementasi, serta memantau dan meningkatkan

secara terus-menerus kematangan dalam implementasi Manajemen Risiko (risk

maturity), yaitu tingkat pemahaman, komitmen, sistem maupun penerapan

Manajemen Risiko di lingkungan Perusahaan;

5. Membangun kompetensi yang relevan secara berkelanjutan melalui awareness,

capacity building maupun lesson learned atas permasalahan yang pernah terjadi;

6. Membangun komunikasi dan konsultasi secara berkelanjutan dengan segenap

stakeholders.

Page 13: Memperhatikan : 1

E. Lingkup Penerapan

1. Pada prinsipnya setiap pemilik risiko di Perusahaan berkewajiban mengelola risikonya,

dan setiap proses bisnis wajib dikelola risikonya sesuai ketentuan Perusahaan;

2. Manajemen Risiko Perusahaan diterapkan pada:

a. Proses pengambilan keputusan;

b. Proses perencanaan dan pencapaian sasaran strategis maupun operasional

Perusahaan;

c. Segenap proses bisnis Perusahaan, termasuk di dalamnya adalah proses

pelaporan, dalam rangka continuous improvement;

d. Aspek Kepatuhan (Compliance).

3. Pada prinsipnya Manajemen Risiko diterapkan pada segenap unsur organisasi dalam

Perusahaan, namun demikian pemantauan secara korporat dilakukan hanya sampai

level Satuan/Bidang dan Anak Perusahaan maupun risiko tertentu yang secara spesifik

akan mempengaruhi keberlangsungan usaha Perusahaan;

4. Dalam pelaksanaannya, Manajemen Risiko yang spesifik pada bidang, fungsi, proses

bisnis maupun kebutuhan tertentu dapat ditetapkan dalam ketentuan tersendiri,

namun tetap mengacu pada Peraturan ini, diantaranya seperti namun tidak terbatas

pada Manajemen Risiko Keuangan; Manajemen Risiko Proyek; Manajemen Risiko

Teknologi lnformasi; Manajemen Risiko Kecurangan (Fraud), Manajemen Risiko

Kelangsungan Usaha (Business Continuity), dan lmplementasi Pengendalian Intern

(termasuk di dalamnya pengendalian intern dalam pelaporan keuangan /ICoFR).

F. Prinsip, Kerangka Kerja dan Proses Manajemen Risiko

Perusahaan menghadapi faktor eksternal dan internal yang menimbulkan ketidakpastian

dalam mencapai tujuannya. Manajemen Risiko digunakan dalam rangka menciptakan dan

melindungi nilai Perusahaan yang penerapannya bersifat berulang untuk membantu dalam

menetapkan strategi, mencapai tujuan, meningkatkan kinerja dan membuat keputusan

berdasarkan informasi yang tersedia.

Manajemen Risiko merupakan bagian dari tata kelola, kepemimpinan dan menjadi dasar

pengelolaan Perusahaan pada semua tingkatan yang berkontribusi pada perbaikan sistem

manajemen. Manajemen Risiko berdasarkan pada prinsip, kerangka kerja, dan proses yang

dapat diadaptasi atau ditingkatkan sehingga pengelolaan risiko menjadi efektif, efisien dan

konsisten sebagaimana diilustrasikan sebagai berikut:

Page 14: Memperhatikan : 1

Gambar 2. Hubungan Komponen Arsitektur Manajemen Risiko

IV. PRINSIP MANAJEMEN RISIKO

Prinsip Manajemen Risiko memberikan panduan terhadap karakteristik manajemen risiko untuk

menciptakan dan melindungi nilai Perusahaan, sebagaimana diilustrasikan dalam gambaran

elemen dan dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:

Gambar 3. Prinsip Manajemen Risiko

A. Terintegrasi

Manajemen risiko adalah bagian integral dari semua aktivitas organisasi.

B. Terstruktur dan Komprehensif

Pendekatan terstruktur dan komprehensif terhadap manajemen risiko berkontribusi

terhadap hasil yang konsisten dan terstruktur.

PRINSIP

KERANGKA KERJA PROSES

Page 15: Memperhatikan : 1

C. Disesuaikan

Kerangka kerja dan proses manajemen risiko disesuaikan dan proporsional dengan konteks

ekstemal dan internal organisasi yang berkaitan dengan sasarannya.

D. Inklusif

Keterlibatan yang sesuai dan tepat waktu dari pemangku kepentingan memungkinkan

pengetahuan, pandangan, dan persepsi mereka untuk dipertimbangkan. Hal tersebut dapat

meningkatkan kesadaran serta manajemen risiko yang informatif.

E. Dinamis

Risiko dapat muncul, berubah, atau hilang seiring dengan perubahan konteks eksternal dan

internal Perusahaan. Manajemen risiko mampu mengantisipasi, mendeteksi, mengenali dan

menanggapi perubahan serta peristiwa tersebut secara sesuai dan tepat waktu.

F. lnformasi terbaik yang tersedia

Masukan manajemen risiko didasarkan atas informasi historis dan saat ini, dan juga harapan

masa depan. Manajemen risiko secara eksplisit memperhitungkan segala keterbatasan serta

ketidakpastian yang berkaitan dengan informasi dan harapan tersebut. Informasi sebaiknya

tepat waktu, jelas, dan tersedia bagi pemangku kepentingan yang terkait.

G. Faktor manusia dan budaya

Perilaku dan budaya manusia secara signifikan memengaruhi semua aspek manajemen risiko

pada semua tingkatan dan tahapan.

H. Perbaikan berkelanjutan

Manajemen risiko diperbaiki secara berkelanjutan melalui pelajaran dan pengalaman.

V. KERANGKA MANAJEMEN RISIKO

Pengembangan kerangka kerja meliputi integrasi, desain, implementasi, evaluasi, dan

peningkatan manajemen risiko di seluruh organisasi, sebagaimana diilustrasikan dalam gambaran

komponen kerangka kerja dan dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:

Gambar 4. Kerangka Kerja Penerapan Manajemen Risiko

Page 16: Memperhatikan : 1

A. Kepemimpinan dan Komitmen

Direksi dan Dewan Komisaris memastikan Manajemen Risiko terintegrasi pada semua

aktivitas perusahaan dengan menunjukkan kepemimpinan dan komitmen melalui:

1. Menyesuaikan dan mengimplementasikan semua komponen kerangka kerja;

2. Menerbitkan pernyataan atau kebijakan yang menetapkan pendekatan, rencana, atau

arah tindakan manajemen risiko;

3. Memastikan sumber daya yang diperlukan dialokasikan untuk pengelolaan risiko;

4. Menetapkan kewenangan, tanggung jawab, dan akuntabilitas pada tingkatan yang

diperlukan di dalam Perusahaan.

Hal tersebut akan membantu Perusahaan untuk:

1. Menyelaraskan manajemen risiko dengan sasaran, strategi, dan budaya;

2. Mengenali dan menangani semua kewajiban, termasuk komitmen sukarela;

3. Menetapkan besaran dan jenis risiko yang dapat atau tidak dapat diambil untuk

memandu pengembangan kriteria risiko, memastikan komunikasinya kepada

Perusahaan serta pemangku kepentingan;

4. Mengkomunikasikan nilai manajemen risiko kepada Perusahaan dan pemangku

kepentingan;

5. Mendorong pemantauan sistematis terhadap risiko;

6. Memastikan kerangka kerja manajemen risiko tetap sesuai dengan konteks

Perusahaan.

Direksi memiliki akuntabilitas untuk mengelola risiko, sedangkan Dewan Komisaris memiliki

akuntabilitas untuk mengawasi Manajemen Risiko. Dewan Komisaris diharapkan untuk:

1. Memastikan risiko dipertimbangkan dengan memadai saat penetapan sasaran

Perusahaan;

2. Memahami risiko yang dihadapi Perusahaan dalam mencapai sasarannya;

3. Memastikan sistem untuk mengelola risiko tersebut diterapkan dan dijalankan dengan

efektif;

4. Memastikan sistem tersebut sesuai dengan konteks sasaran Perusahaan;

5. Memastikan informasi tentang risiko semacam itu dan manajemennya dikomunikasikan

dengan tepat.

B. Integrasi

lntegrasi manajemen risiko bergantung pada pemahaman terhadap struktur dan konteks

Perusahaan. Struktur berbeda bergantung pada tujuan, sasaran, dan kompleksitas

Perusahaan. Risiko dikelola di semua bagian struktur organisasi. Setiap Insan BAg

bertanggung jawab terhadap pengelolaan risiko.

Page 17: Memperhatikan : 1

Tata kelola memandu arah Perusahaan, hubungan ekstemal dan intemalnya, serta peran,

proses, dan praktik yang diperlukan untuk mencapai tujuannya. Struktur manajemen

menerjemahkan arahan tata kelola menjadi strategi dan sasaran terkait yang diperlukan

untuk mencapai tingkat yang diinginkan dari kinerja berkelanjutan dan viabilitas jangka

panjang. Penentuan akuntabilitas dan peran pengawasan manajemen risiko di dalam

Perusahaan adalah bagian integral dari tata kelola Perusahaan.

lntegrasi manajemen risiko ke dalam Perusahaan adalah proses yang dinamis dan berulang,

serta sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan budaya Perusahaan.

Manajemen risiko sebaiknya menjadi bagian dari, dan tidak terpisahkan dari, tujuan, tata

kelola, kepemimpinan dan komitmen, strategi, sasaran, dan operasi Perusahaan.

C. Desain

1. Pemahaman Perusahaan dan Konteksnya

Ketika mendesain kerangka kerja pengelolaan risiko, Perusahaan akan memeriksa dan

memahami konteks eksternal dan internalnya.

Pemeriksaan konteks eksternal Perusahaan dapat termasuk, tetapi tidak terbatas pada:

a. Faktor sosial, budaya, politik, hukum, regulasi, keuangan, teknologi, ekonomi, dan

lingkungan, baik internasional, nasional, regional, maupun lokal;

b. Penggerak dan tren utama yang memengaruhi sasaran organisasi;

c. Hubungan, persepsi, nilai, kebutuhan, dan harapan pemangku kepentingan

eksternal;

d. Hubungan dan komitmen kontraktual; dan

e. Kompleksitas dan dependensi jaringan.

Pemeriksaan konteks internal Perusahaan dapat termasuk, tetapi tidak terbatas

kepada:

a. Visi, misi, dan nilai;

b. Tata kelola, struktur organisasi, peran, dan akuntabilitas;

c. Strategi, sasaran, dan kebijakan;

d. Budaya Perusahaan;

e. Standar, panduan, dan model yang diadopsi oleh Perusahaan;

f. Kapabilitas, ditinjau dari sumber daya dan pengetahuan (misalnya modal, waktu,

orang, kekayaan intelektual, proses, sistem, dan teknologi);

g. Data, sistem informasi, dan alir informasi;

h. Hubungan dengan pemangku kepentingan internal, dengan mempertimbangkan

persepsi dan nilai mereka;

i. Hubungan dan komitmen kontraktual; dan

j. Interdependensi dan interkoneksi.

Page 18: Memperhatikan : 1

2. Penegasan Komitmen Manajemen Risiko

Direksi dan Dewan Komisaris, jika memungkinkan, sebaiknya menunjukkan dan

menegaskan komitmen berkelanjutan mereka terhadap manajemen risiko melalui

kebijakan, pernyataan, atau bentuk lain yang secara jelas menyampaikan sasaran dan

komitmen Perusahaan terhadap manajemen risiko. Komitmen termasuk, tetapi tidak

terbatas kepada:

a. Tujuan pengelolaan risiko organisasi serta kaitan dengan sasaran dan kebijakan

lain;

b. Penguatan kebutuhan untuk mengintegrasikan manajemen risiko ke dalam

keseluruhan budaya Perusahaan;

c. Kepemimpinan dalam integrasi manajemen risiko ke dalam aktivitas bisnis inti dan

pengambilan keputusan;

d. Kewenangan, tanggung jawab, dan akuntabilitas;

e. Penyediaan sumber daya yang diperlukan;

f. Cara penanganan konflik kepentingan;

g. Pengukuran dan pelaporan dalam indikator kinerja Perusahaan; dan

h. Tinjauan dan peningkatan.

Komitmen manajemen risiko sebaiknya dikomunikasikan di dalam Perusahaan dan

kepada pemangku kepentingannya dengan sesuai.

3. Penetapan Peran, Kewenangan,Tanggung jawab, dan Akuntabilitas Organisasional

Direksi dan Dewan Komisaris, sesuai penerapan, sebaiknya memastikan bahwa

kewenangan, tanggung jawab, dan akuntabilitas untuk peran yang relevan dalam

manajemen risiko telah ditetapkan dan dikomunikasikan pada semua tingkat organisasi,

serta sebaiknya:

a. Menekankan bahwa manajemen risiko adalah tanggung jawab inti;

b. Mengidentifikasi individu yang memiliki akuntabilitas dan kewenangan untuk

mengelola risiko (pemilik risiko).

4. Alokasi Sumber Daya

Direksi dan Dewan Komisaris, sesuai penerapan, sebaiknya memastikan alokasi sumber

daya manajemen risiko yang memadai, yang dapat termasuk, tetapi tidak terbatas pada:

a. Orang, keterampilan, pengalaman, dan kompetensi;

b. Proses, metode, dan alat yang dipakai Perusahaan untuk mengelola risiko;

c. Proses dan prosedur terdokumentasi;

d. Sistem manajemen informasi dan pengetahuan;

e. Pengembangan Profesional dan kebutuhan pelatihan.

Page 19: Memperhatikan : 1

Perusahaan mempertimbangkan kapabilitas serta keterbatasan pada sumber daya yang

ada.

5. Penyiapan Komunikasi dan Konsultasi

Perusahaan menetapkan pendekatan yang disetujui untuk komunikasi dan konsultasi

guna mendukung kerangka kerja dan memfasilitasi penerapan efektif manajemen

risiko. Komunikasi melibatkan pembagian informasi dengan audiens yang dituju.

Konsultasi juga melibatkan pemberian umpan balik dari partisipan dengan harapan

bahwa hal itu dapat berkontribusi dan membentuk keputusan atau aktivitas lain.

Metode dan konten komunikasi dan konsultasi sebaiknya mencerminkan harapan

pemangku kepentingan, jika relevan.

Komunikasi dan konsultasi sebaiknya tepat waktu dan memastikan bahwa informasi

yang relevan dikumpulkan, digabungkan, disintesis, dan dibagikan, secara sesuai, serta

bahwa umpan balik diberikan dan peningkatan dibuat.

D. Implementasi

Perusahaan mengimplementasikan kerangka kerja manajemen risiko dengan:

1. Mengembangkan rencana yang sesuai, termasuk waktu dan sumber daya;

2. Mengidentifikasi di mana, kapan, bagaimana, dan oleh siapa beragam jenis keputusan

dibuat di seluruh organisasi;

3. Memodifikasi proses pengambilan keputusan yang sesuai; jika diperlukan;

4. Memastikan pengaturan organisasi dalam mengelola risiko dipahami dengan jelas dan

dipraktikkan.

Implementasi kerangka kerja yang berhasil memerlukan keterlibatan dan kesadaran

pemangku kepentingan.

Hal ini memungkinkan Perusahaan untuk secara eksplisit mengatasi ketidakpastian di dalam

pengambilan keputusan, sambil memastikan bahwa ketidakpastian baru atau lanjutan dapat

diperhitungkan saat muncul.

Ketika didesain dan diimplementasikan dengan baik, kerangka kerja manajemen risiko dapat

memastikan proses manajemen risiko menjadi bagian dari semua aktivitas di seluruh

organisasi, termasuk pengambilan keputusan, serta memastikan perubahan konteks

eksternal dan internal ditangkap dengan memadai.

E. Evaluasi

Untuk mengevaluasi efektivitas kerangka kerja manajemen risiko, Perusahaan:

1. Mengukur kinerja kerangka kerja manajemen risiko secara berkala terhadap tujuan,

rencana implementasi, indikator, dan perilaku yang diharapkan; dan

2. Menentukan apakah kerangka kerja manajemen risiko tetap sesuai untuk mendukung

pencapaian sasaran Perusahaan.

Page 20: Memperhatikan : 1

F. Perbaikan

1. Adaptasi

Perusahaan secara berkelanjutan memantau dan mengadaptasi kerangka kerja

manajemen risiko untuk mengatasi perubahan eksternal dan internal. Dengan

demikian, Perusahaan dapat meningkatkan nilainya.

2. Perbaikan Berkelanjutan

Perusahaan secara berkelanjutan meningkatkan kesesuaian, kecukupan, dan efektivitas

kerangka kerja manajemen risiko, serta bagaimana proses manajemen risiko

diintegrasikan.

Saat kesenjangan atau peluang peningkatan yang relevan diidentifikasi, Perusahaan

mengembangkan rencana dan tugas pengembangan dan menugaskan kepada pihak

yang memiliki akuntabilitas terhadap implementasi. Setelah diimplementasikan,

perbaikan tersebut sebaiknya berkontribusi pada peningkatan manajemen risiko.

VI. PROSES MANAJEMEN RISIKO

Proses Manajemen Risiko merupakan penerapan kebijakan, prosedur, dan praktik manajemen

yang bersifat sistematis atas aktivitas komunikasi dan konsultasi, penetapan konteks, identifikasi

risiko, analisis risiko, evaluasi risiko, mitigasi risiko, serta pemantauan (monitoring) dan reviu.

Proses Manajemen Risiko dilakukan baik oleh seluruh jajaran Manajemen maupun oleh segenap

pegawai di lingkungan Perusahaan. Proses Manajemen Risiko harus menjadi bagian yang

terpadu dengan proses manajemen secara keseluruhan, menyatu dalam budaya organisasi, dan

disesuaikan dengan proses bisnis organisasi.

Gambar 5. Proses Manajemen Risiko

Page 21: Memperhatikan : 1

A. Komunikasi dan Konsultasi

Tujuan komunikasi dan konsultasi adalah untuk membantu pemangku kepentingan yang

terkait dalam memahami risiko, dasar pengambilan keputusan serta alasan mengapa

tindakan tertentu diperlukan. Komunikasi akan meningkatkan kesadaran dan pemahaman

tentang risiko, sedangkan konsultasi dalam rangka mendapatkan umpan balik serta

informasi untuk mendukung pengambilan keputusan. Koordinasi yang erat antara

keduanya dapat memfasilitasi pertukaran informasi yang faktual, tepat waktu, relevan,

akurat dan dapat dimengerti, mempertimbangkan kerahasiaan serta integritas informasi

dan hak privasi individu.

Komunikasi dan konsultasi dengan pemangku kepentingan eksternal dan internal yang

terkait harus dilakukan di dalam dan pada seluruh langkah proses manajemen risiko.

Komunikasi dan konsultasi bertujuan untuk:

1. Menyatukan berbagai bidang keahlian untuk setiap langkah proses manajemen risiko;

2. Memastikan bahwa perbedaan pandangan terakomodasi dengan tepat pada saat

menetapkan kriteria risiko dan pada saat mengevaluasi risiko;

3. Memberikan informasi yang memadai untuk memfasilitasi pengawasan risiko dan

pengambilan keputusan;

4. Membangun keterlibatan dan kepemilikan di antara para pihak yang terkena dampak

risiko.

B. Ruang Lingkup, Konteks dan Kriteria

Tujuan penetapan ruang lingkup, konteks dan kriteria adalah untuk menyesuaikan proses

manajemen risiko yang memungkinkan penilaian risiko yang efektif serta perlakuan risiko

yang sesuai. Ruang lingkup, konteks dan kriteria melibatkan pendefinisian ruang lingkup

proses serta pemahaman konteks eksternal dan internal.

1. Mendefinisikan ruang lingkup

Perusahaan menetapkan ruang lingkup aktivitas manajemen risiko. Proses manajemen

risiko dapat diterapkan pada tingkatan yang berbeda diantaranya strategi, operasional,

program, proyek, atau kegiatan lainnya sehingga perlu diperjelas pertimbangan atas

ruang lingkupnya, tujuan yang menjadi pertimbangan serta keselarasannya dengan

tujuan Perusahaan.

Saat merencanakan pendekatan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. tujuan dan keputusan yang perlu dibuat;

b. hasil yang diharapkan dari langkah-langkah yang akan diambil dalam proses;

c. waktu, lokasi, inklusi serta pengecualian tertentu;

d. alat dan teknik penilaian risiko yang tepat;

e. sumberdaya yang dibutuhkan, tanggung jawab dan catatan yang harus disimpan;

f. hubungan dengan proyek, proses, dan aktivitas lain.

Page 22: Memperhatikan : 1

2. Konteks Eksternal dan Internal

Konteks eksternal dan internal adalah lingkungan dimana Perusahaan berusaha untuk

mendefinisikan dan mencapai tujuannya. Konteks proses manajemen risiko harus

ditetapkan berdasarkan pemahaman tentang lingkungan eksternal dan internal di

mana Perusahaan beroperasi dan mencerminkan secara spesifik lingkungan aktivitas

dimana proses manajemen risiko akan diterapkan.

Memahami konteks menjadi penting karena:

a. Manajemen risiko terjadi dalam konteks tujuan dan aktivitas organisasi;

b. Faktor organisasi dapat menjadi sumber risiko;

c. Tujuan dan ruang lingkup proses manajemen risiko dapat saling terkait dengan

tujuan organisasi secara keseluruhan.

Perusahaan menetapkan konteks eksternal dan internal dalam proses manajemen

risiko dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang terkait Perusahaan.

3. Mendefinisikan Kriteria Risiko

Perusahaan menentukan jumlah dan jenis risiko yang mungkin diambil atau tidak

berdasarkan pada tujuannya. Hal tersebut juga melibatkan penentuan kriteria dalam

rangka mengevaluasi signifikansi risiko serta untuk mendukung proses pengambilan

keputusan. Kriteria risiko harus diselaraskan dengan kerangka manajemen risiko serta

disesuaikan untuk tujuan spesifik dan ruang lingkup aktivitas yang sedang menjadi

bahan pertimbangan. Kriteria risiko harus mencerminkan nilai, tujuan dan sumberdaya

Perusahaan serta konsisten dengan kebijakan dan pernyataan tentang Manajemen

Risiko. Kriteria juga harus ditentukan dengan mempertimbangkan kewajiban

Perusahaan serta pandangan para pemangku kepentingan.

Kriteria risiko ditetapkan pada awal proses penilaian risiko dengan tetap

memperhatikan sifatnya yang dinamis sehingga perlu terus ditinjau dan diubah bila

diperlukan.

Untuk menetapkan kriteria risiko, hal-hal berikut harus dipertimbangkan:

a. Sifat dan jenis ketidakpastian yang dapat mempengaruhi hasil dan tujuan (baik

yang berwujud maupun tidak berwujud);

b. Bagaimana konsekuensi (baik positif maupun negatif) dan kemungkinan akan

didefinisikan dan diukur;

c. Faktor terkait waktu;

d. Konsistensi dalam penggunaan pengukuran;

e. Bagaimana tingkat risiko akan ditentukan;

f. Bagaimana kombinasi dan urutan dari berbagai risiko akan diperhitungkan;

g. Kapasitas organisasi.

Page 23: Memperhatikan : 1

C. Penilaian Risiko

Penilaian risiko merupakan keseluruhan proses identifikasi risiko, analisis risiko dan evaluasi

risiko. Penilaian risiko dilakukan secara sistematis, iteratif dan kolaboratif yang

menggambarkan pengetahuan dan pandangan para pemangku kepentingan. Penilaian

risiko menggunakan informasi terbaik yang tersedia dan dilengkapi dengan pendalaman

lebih lanjut jika diperlukan.

1. Identifikasi risiko

Tujuan dari identifikasi risiko adalah untuk menemukan, mengenali dan

mendeskripsikan risiko yang dapat membantu atau mencegah suatu risiko organisasi

mencapai tujuannya. Informasi yang relevan, sesuai, dan terkini sangat penting dalam

mengidentifikasi risiko.

Perusahaan dapat menggunakan berbagai teknik untuk mengidentifikasi

ketidakpastian yang dapat mempengaruhi satu atau lebih tujuan. Faktor-faktor berikut

serta keterhubungan diantara faktor-faktornya harus mempertimbangkan:

a. Sumber risiko yang berwujud dan tidak berwujud;

b. Penyebab dan peristiwa;

c. Ancaman dan peluang;

d. Kerentanan dan kemampuan;

e. Perubahan dalam konteks eksternal dan internal;

f. Indikator risiko yang muncul;

g. Sifat dan nilai aset serta sumberdaya;

h. Konsekuensi dan dampaknya terhadap tujuan;

i. Keterbatasan pengetahuan dan keandalan informasi;

j. Faktor terkait waktu;

k. Bias, asumsi dan keyakinan para pihak yang terlibat.

Perusahaan akan mengidentifikasi risiko terkait apakah sumber risikonya berada di

bawah kendalinya atau tidak. Pertimbangan juga diperlukan terhadap adanya

kemungkinan lebih dari satu jenis hasil (outcome) yang dapat menghasilkan variasi

konsekuensi berwujud atau tidak berwujud.

2. Analisis risiko

Analisis risiko bertujuan untuk memahami sifat risiko termasuk karakteristiknya serta

tingkat risikonya. Analisis risiko melibatkan pertimbangan rinci tentang ketidakpastian,

sumber risiko, konsekuensi, kemungkinan, peristiwa, skenario, pengendalian, dan

efektivitasnya. Sebuah peristiwa dapat memiliki banyak penyebab dan konsekuensi

serta dapat mempengaruhi banyak tujuan.

Analisis risiko dapat dilaksanakan secara detail dengan berbagai tingkat

kompleksitasnya tergantung pada tujuan analisis, ketersediaan dan keandalan

informasi serta sumberdaya yang tersedia. Teknik analisis dapat bersifat kualitatif atau

Page 24: Memperhatikan : 1

kuantitatif ataupun kombinasi dari keduanya yang tergantung pada keadaan dan

tujuan penggunaannya.

Analisis risiko harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti:

a. kemungkinan kejadian dan konsekuensi;

b. sifat dan besarnya konsekuensi;

c. kompleksitas dan konektivitas;

d. faktor dan volatilitas terkait waktu;

e. efektivitas pengendalian yang ada;

f. tingkat sensitivitas dan kepercayaan diri.

Analisis risiko dapat dipengaruhi oleh perbedaan pendapat, bias, persepsi risiko dan

penilaian. Pengaruh lainnya dapat berupa kualitas informasi yang digunakan, asumsi

serta pengecualian yang telah dibuat, keterbatasan teknik dan bagaimana teknik

tersebut dijalankan. Pengaruh tersebut dipertimbangkan, didokumentasikan dan

dikomunikasikan kepada pengambil keputusan.

Peristiwa yang sangat tidak pasti dapat sulit diukur. Hal tersebut dapat menjadi

masalah pada saat menganalisis kejadian yang memiliki konsekuensi berat. Pada kasus

tersebut, dengan menggunakan kombinasi teknik dapat memberikan wawasan yang

lebih luas.

Analisis risiko memberikan masukan untuk evaluasi risiko serta dalam pengambilan

keputusan tentang apakah risiko perlu ditangani dan bagaimana menanganinya

dengan menggunakan strategi dan metode perlakuan risiko yang paling tepat. Hasilnya

dapat memberikan wawasan dalam pengambilan keputusan pada saat membuat

pilihan dengan memperhitungkan berbagai jenis dan tingkat risiko.

3. Evaluasi risiko

Tujuan evaluasi risiko adalah untuk mendukung pengambilan keputusan. Evaluasi

risiko melibatkan perbandingan atas hasil analisis risiko terhadap kriteria risiko yang

telah ditetapkan dalam arangka menentukan kebutuhan atas tindakan tambahan. Hal

tersebut dapat mengarah pada keputusan untuk:

a. tidak melakukan apa-apa lebih lanjut;

b. pertimbangan atas pilihan perlakuan risiko;

c. melakukan analisis lebih lanjut untuk lebih memahami risiko;

d. mempertahankan pengendalian yang ada (existing control);

e. mempertimbangkan kembali tujuan.

Keputusan harus mempertimbangkan konteks yang lebih luas serta konsekuensi aktual

serta yang dipersepsikan oleh pemangku kepentingan eksternal dan internal. Hasil

evaluasi risiko harus dicatat, dikomunikasikan, dan kemudian divalidasi sesuai

kebutuhan tingkatan organisasi.

Page 25: Memperhatikan : 1

D. Perlakuan Risiko

Tujuan dari perlakuan risiko adalah untuk memilih dan menerapkan opsi untuk menangani

risiko. Perlakuan risiko melibatkan proses berulang dalam:

1. Merumuskan dan memilih opsi perlakuan risiko;

2. Merencanakan dan menerapkan perlakuan risiko;

3. Menilai keefektifan perlakuan tersebut;

4. Memutuskan apakah risiko yang tersisa dapat diterima;

5. Jika tidak dapat diterima, lakukan perlakuan lebih lanjut.

a. Pemilihan Opsi Perlakuan Risiko

Memilih opsi perlakuan risiko yang paling tepat melibatkan keseimbangan manfaat

potensial dalam hal pencapaian tujuan dibandingkan dengan biaya, upaya yang perlu

dilakukan atau kerugian yang dapat terjadi dalam penerapannya.

Pilihan perlakuan risiko tidak selalu eksklusif atau sesuai dalam semua keadaan. Pilihan

untuk menangani risiko mungkin melibatkan satu atau lebih pada beberapa hal berikut

ini:

1) Menghindari risiko dengan memutuskan untuk tidak memulai atau melanjutkan

aktivitas yang menimbulkan risiko;

2) Mengambil atau meningkatkan risiko untuk mengejar peluang;

3) Menghilangkan sumber risiko;

4) Mengubah kemungkinan;

5) Mengubah konsekuensinya;

6) Berbagi risiko (misalnya melalui kontrak, membeli asuransi, dll);

7) Mempertahankan risiko dengan keputusan yang tepat.

Justifikasi atas perlakuan risiko merupakan hal yang lebih luas daripada hanya

mempertimbangkan aspek ekonomi namun juga harus meliputi pertimbangan atas

seluruh kewajiban Perusahaan, komitmen sukarela Perusahaan serta pandangan

pemangku kepentingan. Pemilihan opsi perlakuan risiko harus dibuat sesuai dengan

tujuan Perusahaan, kriteria risiko dan sumber daya yang tersedia.

Ketika memilih opsi perlakuan risiko, Perusahaan mempertimbangkan nilai, persepsi

dan potensi keterlibatan pemangku kepentingan serta cara paling tepat untuk

berkomunikasi dan berkonsultasi. Meskipun sama efektifnya, beberapa perlakuan

risiko dapat lebih diterima oleh beberapa pemangku kepentingan daripada yang lain.

Perlakuan risiko, bahkan jika dirancang dan diterapkan dengan hati-hati mungkin tidak

menghasilkan hasil yang diharapkan dan dapat menghasilkan konsekuensi yang tidak

diinginkan. Pemantauan dan tinjauan perlu menjadi bagian integral dari penerapan

perlakuan risiko untuk memberikan jaminan bahwa berbagai bentuk perlakuan risiko

akan tetap menjadi efektif.

Page 26: Memperhatikan : 1

Perlakuan risiko juga dapat menimbulkan risiko baru yang perlu dikelola. Jika tidak ada

pilihan perlakuan risiko yang tersedia atau jika pilihan perlakuan risiko tidak cukup

mengubah risiko maka harus dicatat dan terus ditinjau.

Pengambil keputusan dan pemangku kepentingan lainnya harus menyadari sifat dan

tingkat risiko yang tersisa setelah perlakuan risiko. Risiko yang tersisa harus

didokumentasikan dan menjadi sasaran pemantauan, tinjauan dan bila diperlukan,

memberikan perlakuan risiko lebih lanjut.

b. Persiapan dan Implementasi Rencana Perlakuan Risiko

Tujuan dari rencana perlakuan risiko adalah untuk menentukan bagaimana pilihan

perlakuan risiko yang dipilih akan dilaksanakan sehingga pengaturan perlu dipahami

oleh semua pihak yang terlibat serta kemajuan rencana tersebut dapat dipantau.

Rencana perlakuan risiko harus secara jelas mengidentifikasi urutan di mana perlakuan

risiko tersebut harus diterapkan.

Rencana perlakuan risiko harus diintegrasikan ke dalam rencana dan proses

manajemen organisasi, dikonsultasikan dengan pemangku kepentingan yang terkait.

Informasi yang diberikan dalam rencana perlakuan risiko harus mencakup:

1) Alasan pemilihan opsi perlakuan risiko, termasuk manfaat yang diharapkan akan

diperoleh;

2) Pihak yang memiliki akuntabilitas serta bertanggung jawab untuk menyetujui dan

melaksanakan rencana;

3) Tindakan yang diusulkan;

4) Sumber daya yang dibutuhkan, termasuk kemungkinannya;

5) Ukuran kinerja;

6) Kendala;

7) Pelaporan dan pemantauan yang diperlukan;

8) Saat tindakan yang diharapkan dapat dilakukan dan diselesaikan.

E. Pemantauan dan Tinjauan

Tujuan dari monitoring dan review adalah untuk memastikan dan meningkatkan kualitas

dan efektivitas proses desain, implementasi dan hasilnya. Pemantauan berkelanjutan dan

tinjauan berkala atas proses manajemen risiko dan hasilnya merupakan bagian dari

perencanaan Proses Manajemen Risiko disertai dengan tanggung jawab yang didefinisikan

secara jelas.

Pemantauan dan peninjauan harus dilakukan pada semua tahapan proses. Pemantauan

dan tinjauan termasuk dalam perencanaan, pengumpulan dan analisis informasi,

pencatatan hasil dan pemberian umpan balik.

Hasil pemantauan dan tinjauan harus dimasukkan ke dalam manajemen kinerja,

pengukuran dan pelaporan kegiatan Perusahaan.

Page 27: Memperhatikan : 1
Page 28: Memperhatikan : 1

LAMPIRAN II

PEDOMAN UMUM SISTEM PENGENDALIAN INTERN

DI LINGKUNGAN PT PELAYARAN BAHTERA ADHIGUNA

I. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Maksud ditetapkannya Pedoman Umum Sistem Pengendalian Intern ini adalah sebagai

acuan bagi Manajemen dan seluruh pegawai dalam penerapan Sistem Pengendalian Intern

di lingkungan PT Pelayaran Bahtera Adhiguna.

2. Tujuan ditetapkannya Pedoman Umum Sistem Pengendalian Intern ini adalah untuk

memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan Perusahaan melalui kegiatan yang

efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset perusahaan, dan

ketaatan terhadap peraturan perundang­ undangan

II. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup Pedoman Sistem Pengendalian Intern ini meliputi:

a. Penerapan Sistem Pengendalian Intern.

b. Komponen Sistem Pengendalian Intern.

c. Pernyataan Tanggungjawab Penerapan Sistem Pengendalian Intern.

d. Penilaian Mandiri atas Penerapan Sistem Pengendalian Intern (Control Risk Self

Assesement/CRSA).

e. Pelaporan Sistem Pengendalian Intern.

III. PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN

A. Tujuan Penerapan

Penerapan Sistem Pengendalian Intern Perusahaan bertujuan untuk:

1. Memberikan pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan kegiatan di lingkungan

PT Pelayaran Bahtera Adhiguna berdasarkan atas praktik-praktik terbaik selaras dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan mendukung pencapaian tujuan

perusahaan.

2. Memfasilitasi proses pengendalian Intern secara efektif dan berkesinambungan serta

memantau efektivitas pengendalian pada operasi sehari-hari pada semua tingkatan

manajemen Perusahaan dan tidak hanya merupakan suatu prosedur atau kebijakan

yang harus dilaksanakan pada saat tertentu melainkan menjadi penetapan suatu

budaya.

3. Memastikan semua kegiatan pengelolaan Perusahaan berada dalam keadaan

terkendali dan selalu berada pada arah yang benar, sesuai dengan tujuan dan sasaran

yang ingin dicapai.

4. Memberikan Keyakinan yang memadai bahwa semua gerak dan aktivitas yang dilakukan

selalu berada dalam penguasaan dan kendali yang baik, tidak menyimpang dari semua

ketentuan dan peraturan yang ada dan didasarkan atas semua pedoman serta petunjuk

yang telah digariskan.

Page 29: Memperhatikan : 1

B. Sasaran Penerapan

Sasaran penerapan Sistem Pengendalian Intern Perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Memberikan gambaran sistem pengendalian Intern yang diterapkan di lingkungan PT

Pelayaran Bahtera Adhiguna.

2. Meyakini bahwa semua kegiatan perusahaan telah dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan peraturan dan perundangan yang berlaku baik yang ditetapkan pemerintah

maupun Internal perusahaan.

3. Laporan telah menyajikan informasi yang akurat, tepat waktu dan relevan sebagai dasar

pengambilan keputusan yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan.

4. Penggunaan sumber daya telah dilaksanakan dengan berdaya dan berhasil guna dalam

upaya melindungi perusahan dari risiko kerugian.

5. Mendorong peningkatan pelaksanaan tanggungjawab dan sistem deteksi dini.

6. Sebagai acuan dalam pengembangan standar operasional dan prosedur untuk

menjalankan tugas pokok dan fungsi satuan-satuan kerja di lingkungan PT Pelayaran

Bahtera Adhiguna.

7. Menumbuhkan budaya pengendalian yang efektif dan efisien pada segenap pimpinan

maupun pegawai Perusahaan dalam mengelola Perusahaan sesuai tugas dan

kewenangan yang ada padanya.

C. Prinsip-Prinsip Penerapan

Prinsip-prinsip yang dianut dalam penerapan Sistem Pengendalian Intern adalah sebagai

berikut:

1. Holistik, atau Integral.

Sistem Pengendalian Intern dijabarkan dalam lima komponen utama yang saling

terintegrasi yaitu; lingkungan pengendalian (control environment), penilaian risiko (risk

assessment), Kegiatan Pengendalian (control activities), informasi dan komunikasi

(information and communication) dan pemantauan (monitoring).

2. Proses.

Sistem pengendalian Intern merupakan suatu proses yang terintegrasi dan melibatkan

seluruh tingkatan manajemen. Apabila komponen tersebut diterapkan dengan baik,

maka dapat memberikan keyakinan memadai bahwa tujuan perusahaan dapat dicapai.

3. Tujuan perusahaan sebagai pengarah (Objective-Driven Approach).

Dalam membangun sistem pengendalian Intern, Direksi bertanggungjawab untuk

menetapkan tujuan perusahaan yang ingin dicapai.

4. Fleksibel, Adaptif, tidak ada satu model dapat diterapkan untuk semua jenis kegiatan

perusahaan (No "One-Size-Fits-All" Approach).

Page 30: Memperhatikan : 1

Sistem Pengendalian Intern pada Perusahaan bukan merupakan hal yang kaku, dalam

penerapannya memperhatikan ukuran, karakteristik, kompleksitas, tingkat kebutuhan,

tujuan perusahaan, dan analisis biaya manfaat.

5. Memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance).

Sistem Pengendalian Intern memberikan keyakinan yang memadai tercapainya tujuan

pengendalian yaitu:

a. Efektivitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan;

b. Keandalan pelaporan keuangan;

c. Pengamanan asset perusahaan; dan

d. Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6. Bergantung pada faktor manusia (People Factor).

Efektivitas penerapan Sistem Pengendalian Intern sangat dipengaruhi oleh orang

sebagai pelaksananya yaitu Direksi dan staf di satuan kerja Perusahaan tersebut. Oleh

karena itu efektivitas peran dari tiap-tiap pegawai menjadi penting dalam menerapkan

Sistem Pengendalian Intern secara bertanggung jawab sesuai dengan tingkatan

tanggung jawabnya.

7. Memiliki keterbatasan. Efektivitas penerapan Sistem Pengendalian Intern pada

Perusahaan tidak akan tercapai, apabila terjadi:

a. Kesalahan manusia (human error);

b. Pengabaian oleh pihak manajemen (management override); dan

c. Kolusi (collusion).

IV. KOMPONEN SISTEM PENGENDALIAN INTERN

A. Lingkungan Pengendalian (Control environment)

Lingkungan pengendalian merupakan faktor yang mempengaruhi keseluruhan perusahaan

dan menjadi atmosfir individu perusahaan dalam melakukan aktivitas dan dalam

melaksanakan tanggungjawab pengendalian yang menjadi bagiannya. Lingkungan

pengendalian merupakan dasar efektivitas bagi komponen pengendalian intern lainnya.

Lingkungan pengendalian di Perusahaan diselenggarakan dengan:

1. lntegritas dan Nilai Etika

Penegakan integritas dan nilai etika dilakukan dengan:

a. Aturan perilaku berisi standar etika dan pedoman perilaku bagi pegawai di

lingkungan Perusahaan, disusun secara partisipatif untuk diterapkan dalam urusan

kedinasan maupun di luar kedinasan sesuai dengan Pedoman Etika dan Perilaku

(Code of Conduct) yang berlaku di Perusahaan;

b. Keteladanan pelaksanaan aturan perilaku oleh Direksi dalam bentuk tindakan dan

ucapan;

Page 31: Memperhatikan : 1

c. Menegakkan tindakan disiplin yang tepat atas penyimpangan terhadap kebijakan

dan prosedur dan/atau pelanggaran terhadap aturan perilaku;

d. Menghilangkan peluang/godaan untuk berperilaku tidak etis, melalui:

1) Penetapan target dan sasaran yang realistis/dapat dicapai dan tidak menuntut

pegawai untuk mencapai sasaran yang tidak realistis;

2) Memberikan penghargaan yang sepadan kepada pegawai atas prestasi

kerjanya.

2. Komitmen terhadap Kompetensi

Untuk mewujudkan komitmen terhadap kompetensi dilakukan tidak terbatas pada:

a. Mengidentifikasi dan mendefinisikan kegiatan yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan tugas dan fungsi pada masing-masing posisi di lingkungan

Perusahaan. Menyusun standar kompetensi untuk setiap tugas dan fungsi pada

masing-masing posisi di lingkungan Perusahaan.

b. Menyelenggarakan pelatihan dan pembimbingan untuk membantu karyawan

mempertahankan dan meningkatkan pekerjaannya.

c. Memilih manajemen yang memiliki kemampuan manajerial dan pengalaman

teknis yang luas dalam tugas dan fungsi kegiatan Perusahaan.

d. Konsistensi manajemen dalam menerapkan standar dan kompetensi.

3. Kepemimpinan yang Kondusif

Direksi/Manajemen di lingkungan perusahaan harus menunjukkan kepemimpinan yang

kondusif, tidak terbatas pada:

a. Sikap (attitude) yang selalu mempertimbangkan risiko dalam pengambilan

keputusan.

b. Penerapan manajemen berbasis kinerja.

c. Sikap yang positif dan mendukung fungsi-fungsi manajemen dalam penerapan

Sistem Pengendalian Intern pada Perusahaan.

d. Interaksi yang intensif dengan pejabat pada tingkatan yang lebih rendah.

e. Sikap yang positif dan responsive terhadap pelaporan yang berkaitan dengan

keuangan, penganggaran, dan kegiatan/program serta saran dari bawahan.

f. Sikap atasan yang adil/tidak memihak dalam memberi tugas kepada bawahannya.

4. Pembentukan Struktur Perusahaan yang sesuai dengan Kebutuhan

Pembentukan struktur perusahaan di lingkungan Perusahaan, tidak terbatas pada:

a. Menyesuaikan dengan ukuran dan sifat kegiatan Perusahaan.

b. Memberikan kejelasan wewenang dan tanggung jawab sampai dengan tingkat staf.

c. Memberikan kejelasan hubungan jenjang pelaporan Internal di lingkungan

Perusahaan.

Page 32: Memperhatikan : 1

d. Melaksanakan evaluasi terhadap struktur perusahaan sehubungan dengan

perubahan lingkungan stratejik.

e. Menetapkan jumlah pegawai yang sesuai untuk formasi manajerial.

5. Pendelegasian Wewenang dan Tanggung jawab yang tepat

Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab di lingkungan Perusahaan

memperhatikan hal-hal sebagai berikut namun tidak terbatas pada:

a. Wewenang diberikan kepada pejabat/pegawai yang tepat sesuai dengan tingkat

tanggung jawabnya.

b. Pejabat/pegawai harus memahami bahwa wewenang dan tanggung jawab yang

diberikan terkait dengan pihak lain di lingkungan Perusahaan.

c. Pejabat/pegawai harus memahami pelaksanaan tanggung jawab dan

wewenangnya terkait dengan penerapan Sistem Pengendalian Intern pada

Perusahaan.

6. Penyusunan dan Penerapan Kebijakan Pembinaan Sumber Daya Manusia yang

mendukung Pencapaian Tujuan Perusahaan.

Penyusunan dan penerapan kebijakan pembinaan sumber daya manusia di lingkungan

Perusahaan dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut namun tidak

terbatas pada:

a. Penetapan kebijakan dan prosedur dari tahap rekrutmen sampai dengan

pemberhentian dan pemensiunan pegawai, yang mencakup antara lain;

pengadaan (rekrutmen)/formasi, pelatihan prajabatan dan jabatan pengangkatan

dalam pangkat dan jabatan, penilaian dan penghargaan atas prestasi pegawai,

disiplin, penggajian, serta pemberhentian dan pensiun.

b. Supervisi periodik yang memadai terhadap pegawai.

c. Penyusunan dan penerapan kebijakan pembinaan sumber daya manusia tersebut

di atas berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

7. Hubungan kerja yang baik pada seluruh satuan kerja di lingkungan PT Pelayaran Bahtera

Adhiguna

Hubungan kerja yang baik pada seluruh satuan kerja di lingkungan PT Pelayaran Bahtera

Adhiguna terkait dengan adanya koordinasi antar satuan kerja diwujudkan dengan

adanya rapat koordinasi.

B. Penilaian Risiko (Risk Assesement)

Penilaian risiko merupakan proses identifikasi, analisa dan evaluasi risiko yang relevan

terkait pencapaian tujuan perusahaan dan menentukan respon yang tepat. Penetapan

tujuan Perusahaan memuat pernyataan dan arahan yang spesifik, terukur, dapat dicapai,

realistis, dan terikat waktu serta dikomunikasikan ke seluruh pegawai, dengan tetap

berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 33: Memperhatikan : 1

C. Kegiatan Pengendalian (Control Activities)

Kegiatan pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk memastikan

bahwa arahan Direksi/Manajemen dilaksanakan. Direksi/Manajemen menyelenggarakan

kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, serta sifat dari tugas dan fungsi

perusahaan. Kegiatan pengendalian dilakukan melalui hal-hal sebagai berikut namun tidak

terbatas pada :

1. Tinjauan Direksi atas Kinerja Perusahaan

Direksi memberikan tinjauan atas kinerja perusahaan dengan menggunakan tolok ukur

kinerja berupa target, anggaran, standar pelayanan minimal, dan hasil-hasil pencapaian

kinerja periode tahun sebelumnya.

Perusahaan menetapkan dan meninjau ulang indikator kinerja dan ukuran/standar

kinerja agar pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan tepat. Untuk melaksanakan

penetapan dan tinjauan atas indikator dan pengukuran kinerja, Direksi/Manajemen

Perusahaan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Ukuran dan indikator kinerja ditetapkan dari tingkatan Perusahaan, kegiatan

sampai pegawai.

b. Hasil tinjauan dan validasi secara periodik atas ketepatan dan integritas ukuran dan

indikator kinerja baik pada tingkat satuan kerja maupun pada tingkat pegawai.

c. Evaluasi faktor-faktor penilaian pengukuran kinerja untuk memberikan keyakinan

bahwa faktor-faktor tersebut terkait dengan misi, sasaran, dan tujuan serta

menyeimbangkan dan mengatur insentif yang pantas untuk mencapai tujuan

namun tetap taat terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

standar etis.

d. Perbandingan data kinerja aktual dengan sasaran yang direncanakan/diharapkan

dan menganalisa perbedaannya lebih lanjut.

e. lnvestigasi atas hasil kinerja yang tidak diharapkan atau kecenderungan yang tidak

lazim yang mengarah pada keadaan tidak tercapainya tujuan dan sasaran.

f. Analisa dan hasil tinjauan atas ukuran dan indicator kinerja untuk digunakan bagi

kepentingan pengendalian dan pelaporan keuangan dan kinerja.

2. Pembinaan Sumber Daya Manusia

Pembinaan sumber daya manusia di Perusahaan dilaksanakan melalui;

a. Mengkomunikasikan secara jelas dan konsisten kepada seluruh pegawai ten tang

rencana strategis dan rencana kerja tahunan Perusahaan.

b. Penyusunan strategi pembinaan sumber daya manusia dituangkan dalam rencana

pembinaan sumber daya manusia mencakup: kebijakan, program dan kegiatan

dengan mengacu peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Penyusunan uraian tugas yang jelas mengenai peran, tanggung jawab, atribut,

kompetensi, target kinerja yang dapat digunakan sebagai pedoman penunjukan

Direksi di lingkungan Perusahaan.

Page 34: Memperhatikan : 1

d. Membangun budaya kerja untuk mendukung pencapaian tujuan Perusahaan.

e. Penyusunan pedoman recruitment pegawai di Lingkungan PT Pelayaran Bahtera

Adhiguna.

f. Penyusunan program pengembangan karier dan kompetensi pegawai.

g. Penyusunan programkesejahteraan pegawai.

h. Penyusunan pedoman evaluasi kinerja pegawai yang bertujuan untuk membantu

pegawai memahami keterkaitan kinerjanya dengan pencapaian tujuan

Perusahaan.

Pembinaan sumber daya manusia di Perusahaan diarahkan secara efektif untuk

mencapai tujuan Perusahaan.

3. Pengendalian atas Pengelolaan Sistem Informasi

Kegiatan pengendalian atas pengelolaan sistem informasi pada Perusahaan dilakukan

untuk memastikan akurasi, ketepatan waktu (up to date) dan kelengkapan informasi.

Kegiatan pengendalian atas pengelolaan sistem informasi meliputi; pengendalian

umum dan pengendalian aplikasi.

Pengendalian umum adalah pengendalian yang ditetapkan dan berlaku untuk seluruh

pemrosesan informasi di Perusahaan,

Pengendalian Aplikasi meliputi struktur, kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk

membantu memastikan kelengkapan, keakuratan, otorisasi serta keabsahan semua

transaksi selama pemrosesan aplikasi.

4. Pengendalian Fisik Aset

Pengendalian fisik atas aset di lingkungan Perusahaan diarahkan untuk mengamankan

dan melindungi aset-aset berisiko.

5. Pemisahan Fungsi

Pemisahan fungsi diarahkan untuk mengurangi kesalahan, kecurangan dan

pemborosan. Dalam rangka pemisahan fungsi di lingkungan Perusahaan, dilakukan

dengan:

a. Tidak seorangpun diperbolehkan mengendalikan seluruh aspek utama transaksi

atau kegiatan dari awal sampai akhir proses.

b. Pemisahan tanggung jawab dan tugas atas transaksi atau kegiatan kepada pegawai

yang berbeda berkaitan dengan otorisasi, persetujuan, pemrosesan dan

pencatatan, pembayaran atau penerimaan dana serta fungsi-fungsi penyimpanan

dan penanganan aset.

c. Berusaha mengurangi kesempatan terjadinya kolusi.

Page 35: Memperhatikan : 1

6. Pengendalian atas Pengelolaan Keuangan

Kegiatan pengendalian atas pengelolaan keuangan untuk memastikan akurasi,

ketepatan waktu dan kelengkapan terhadap kegiatan dan transaksi di lingkungan

perusahaan mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. Otorisasi Kegiatan dan Transaksi.

Pelaksanaan kegiatan dan transaksi yang sesuai harus diotorisasi dan dilaksanakan

oleh pegawai yang berwenang dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Pengendalian dilaksanakan untuk memastikan bahwa seluruh kegiatan dan

transaksi signifikan telah dilaksanakan dan diotorisasi serta dilakukan hanya

oleh pegawai yang bertindak sesuai wewenangnya.

2) Kondisi dan syarat otorisasi secara jelas dikomunikasikan dan harus sejalan

dengan ketentuan perusahaan dan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

b. Pencatatan yang Akurat dan Tepat Waktu atas Kegiatan dan Transaksi

Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kegiatan wajib

dilakukan untuk menjamin tersedianya informasi yang relevan dan terpercaya

untuk pengambilan keputusan.

1) Untuk menjamin pencatatan yang akurat dan tepat waktu dengan

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

2) Transaksi dan kejadian diklasifikasi dan diverifikasi dengan tepat dan dicatat

segera sehingga tetap relevan, bernilai, dan berguna dalam mengendalikan

kegiatan dan mengambil keputusan.

3) Klasifikasi dan pencatatan yang tepat dilaksanakan untuk seluruh siklus

transaksi atau kejadian yang mencakup otorisasi, verifikasi, pelaksanaan,

pemrosesan dan klasifikasi akhir dalam pencatatan ikhtisar.

c. Pembatasan Akses dan Akuntabilitas atas Sumberdaya dan Pencatatannya

Pembatasan akses dan akuntabilitas atas sumber daya dan catatan dilakukan untuk

mengendalikan sumber daya yang dimiliki dengan mempertimbangkan:

1) Risiko penggunaan secara tidak sah atau kehilangan, dikendalikan dengan

membatasi akses ke sumber daya dan pencatatannya hanya kepada pegawai

yang memiliki otorisasi.

2) Pertanggungjawaban penyimpanan dan penggunaan sumber daya dan

pencatatannya ditugaskan kepada pegawai khusus.

3) Penetapan pembatasan dan pertanggungjawaban akses untuk penyimpanan

sumber daya dan pencatatan secara periodik ditinjau ulang dan dipelihara.

4) Pembandingan berkala antara sumber daya dengan pencatatan dan tingkat

pembatasan akses dilakukan untuk menentukan kesesuaiannya.

Page 36: Memperhatikan : 1

5) Frekuensi pembandingan berkala untuk menghindari tingkat risiko sumber

daya terhadap kesalahan, penyimpangan, pemborosan, penyalahgunaan,

pencurian atau perubahan tanpa hak.

6) Nilai aset, kemudahan dipindahkan, dan kemudahan ditukarkan untuk

menentukan tingkat pembatasan akses.

7. Dokumentasi yang Baik atas Kegiatan dan Transaksi

Direksi/Manajemen wajib menyelenggarakan dokumentasi yang baik atas kegiatan dan

transaksi agar dapat dikendalikan dan dipertanggung jawabkan dengan baik.

8. Pelaksanaan Pengawasan Intern

Pelaksanaan pengawasan Intern di lingkungan Perusahaan dilaksanakan oleh Satuan

Pengawas Intern sesuai dengan peraturan perusahaan dan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku.

D. lnformasi dan Komunikasi (Information & Communication)

Setiap satuan kerja wajib mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan informasi

yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya dalam waktu dan bentuk

(format) yang tepat untuk memudahkan pelaksanaan, pengendalian dan pertanggung-

jawabannya.

Komunikasi atas informasi wajib diselenggarakan secara efektif baik komunikasi di

lingkungan Perusahaan maupun komunikasi dengan pihak luar yang terkait dalam program,

proyek, dan kegiatan lainnya termasuk penganggaran.

Untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif di Perusahaan dilakukan dengan:

1. Menerapkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi dengan pegawai dan pihak lain

yang terkait, antara lain melalui;

a. Penyusunan buku pedoman pelaksanaan kebijakan dan prosedur;

b. Surat edaran;

c. Memorandum;

d. Pengumuman;

e. Pemanfaatan Intranet dan internet;

f. Arahan lisan

2. Mengelola, mengembangkan, dan memperbaharui sistem informasi untuk

meningkatkan kegunaan dan keandalan komunikasi secara terus-menerus.

E. Pemantauan (Monitoring)

Monitoring adalah proses menilai kualitas Sistem Pengendalian Intern dalam jangka waktu

tertentu. Setiap satuan kerja wajib menyelenggarakan pemantauan pengendalian intern.

Pemantauan dilaksanakan melalui:

Page 37: Memperhatikan : 1

1. Pemantauan rutin terhadap kegiatan yang sedang berjalan (on going monitoring),

diselenggarakan melalui kegiatan pengelolaan rutin, supervisi, pembandingan,

rekonsiliasi, dan tindakan-tindakan lain yang terkait dalam pelaksanaan tugas.

2. Evaluasi oleh unit terpisah/independen (separate evaluation), selain dilakukan oleh

Satuan Pengawas Intern yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Perusahaan, juga dapat

dilakukan oleh Auditor eksternal termasuk Kantor Akuntan Publik dan BPK sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

V. Pernyataan Tanggungjawab Penerapan Sistem Pengendalian Intern

Untuk menjamin efektivitas penerapan Sistem Pengendalian Intern di Perusahaan, setiap Direksi

di lingkungan Perusahaan sesuai dengan tanggung jawabnya membuat pernyataan bahwa dalam

setiap pelaksanaan tugasnya telah mendasarkan pada Sistem Pengendalian Intern yang memadai

dan diungkapkan dalam setiap pelaporan pelaksanaan tugas/kegiatan.

VI. Penilaian Mandiri atas Penerapan Sistem Pengendalian Intern (Control Risk Self

Assesement/CRSA)

Penilaian mandiri atas penerapan Sistem Pengendalian Intern adalah suatu proses yang

dijalankan untuk menguji dan menilai efektivitas penerapan Sistem Pengendalian Intern.

Tujuan dari penilaian ini adalah untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa seluruh

tujuan dari pelaksanaan kegiatan dapat dicapai/ dilaksanakan dengan baik.

Pelaksanaan penilaian mandiri atas penerapan Sistem Pengendalian Intern di Perusahaan

dilakukan secara berkala.Pedoman pelaksanaan penilaian mandiri atas penerapan Sistem

Pengendalian Intern pada Perusahaan diatur dalam suatu pedoman tersendiri yang terpisah dari

pedoman umum ini.

VII. Pelaporan

Setiap satuan kerja di lingkungan Perusahaan menyusun dan menyampaikan laporan tentang

pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern di satuan kerja masing-masing dan disampaikan kepada

Direktur Perusahaan. Laporan paling sedikit memuat:

1. Direktorat membuat sistem pelaporan sesuai dengan proses bisnisnya. Kebijakan-kebijakan

yang diambil Direksi di lingkungan Perusahaan yang dapat mempengaruhi pelaporan

keuangan dan non keuangan.

2. ldentifikasi kelemahan material yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan kegiatan.

3. Pelaksanaan tindak lanjut hasil audit yang dilaksanakan.

4. Laporan disampaikan secara berkala sesuai dengan Pedoman pelaporan pelaksanaan Sistem

Pengendalian Intern.

Page 38: Memperhatikan : 1