25
Membincangkan masalah Bahan Bakar Minyak ( BBM) di negeri ini selalu menarik. Serupa dengan membicarakan nikmatnya sepotong coklat yang meleleh nan menggiurkan. BBM di negeri ini menempati posisi strategis dalam membuat ekonomi bergejolak. Efek domino BBM mampu menciptakan gelombang yang mempengaruhi banyak sektor ekonomi yang lain. Kenaikan BBM yang terjadi langsung direspon dengan naiknya harga di sektor lain. Rakyat sering mengeluh dan menganggap seharusnya harga BBM di Indonesia harus murah karena masih memiliki cadangan miyak bumi dan gas yang melimpah ruah atau karena faktor , harga minyak dunia sedang turun . Nah, sebagai sarana informasi kepada masyarakat luas. SKK Migas dan Kontraktor KKS perlu mengadakan pencerahan tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan Migas (Baca:BBM) di Indonesia. Perkembangan yang terjadi selama beberapa dekade ini perlu dipahami dengan bijak. Bahwa kenyataan Migas di negeri ini telah mengalami banyak perubahan yang sangat signifikan. Fakta bahwa Indonesia telah beralih dari negara pengekspor migas menjadi negara pengimpor migas ditandai dengan keluarnya Indonesia dari keanggotaan OPEC pada tahun 2008. Dulu produksi minyak bumi kita 1,6 juta barrel per hari sedang konsumsi dalam negeri hanya 390 ribu barrel per hari . Saat ini produksi minyak bumi Indonesia hanya 741 ribu barrel per hari sedang konsumsi dalam negeri sudah menyentuh 1,6 juta barrel per hari . Selisih kekurangan itu di impor dengan pembayaran mata uang asing . Kenaikan harga migas di Indonesia dipengaruhi oleh tiga hal . Pertama, harga migas dunia . Kedua, nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar Amerika. Kenaikan

Membincangkan Masalah Bahan Bakar Minyak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ENERGI

Citation preview

Page 1: Membincangkan Masalah Bahan Bakar Minyak

Membincangkan masalah Bahan Bakar Minyak ( BBM) di negeri ini selalu menarik. Serupa dengan membicarakan nikmatnya sepotong coklat yang meleleh nan menggiurkan. BBM di negeri ini menempati posisi  strategis dalam membuat ekonomi bergejolak. Efek domino BBM mampu menciptakan gelombang yang mempengaruhi banyak sektor ekonomi yang lain. Kenaikan BBM yang terjadi langsung direspon dengan naiknya harga di sektor lain. Rakyat sering  mengeluh dan menganggap seharusnya harga BBM di Indonesia harus murah karena masih memiliki cadangan miyak bumi dan gas yang melimpah ruah atau karena faktor , harga minyak  dunia sedang turun .

Nah, sebagai sarana informasi kepada masyarakat luas. SKK Migas dan Kontraktor KKS perlu mengadakan pencerahan tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan Migas (Baca:BBM) di Indonesia. Perkembangan yang terjadi selama beberapa dekade ini perlu dipahami dengan bijak. Bahwa kenyataan Migas di negeri ini telah mengalami banyak perubahan yang sangat signifikan.

Fakta bahwa Indonesia telah beralih dari negara pengekspor migas menjadi negara pengimpor migas ditandai dengan keluarnya Indonesia dari keanggotaan OPEC pada tahun 2008. Dulu produksi minyak bumi kita 1,6 juta barrel per hari sedang  konsumsi dalam negeri  hanya 390 ribu barrel per hari . Saat ini  produksi minyak bumi  Indonesia  hanya 741 ribu barrel  per hari sedang konsumsi dalam negeri sudah menyentuh 1,6 juta barrel per hari . Selisih kekurangan itu di impor dengan pembayaran mata uang asing .

Kenaikan harga  migas di Indonesia  dipengaruhi oleh tiga hal . Pertama, harga migas dunia  . Kedua, nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar Amerika. Kenaikan BBM pada awal Maret 2015 ini lebih dikarenakan tekanan nilai tukar rupiah yang melemah.Ketiga, jumlah volume konsumsi dalam negeri.

Berawal dari Mahakam

SKK Migas sebelumnya berpikir bahwa masyarakat umum telah memahami apa yang disebut Industri Hulu Migas. Walau pada kenyataannya banyak yang salah kaprah dan tidak memahami dengan jelas apa  Industri Hulu migas.

Dengan pemikiran inilah SKK Migas dan Kontraktor KKS mengadakan acara Kompasiana Nangkring “Membedah Proses Industri Hulu Migas” pada 14 Februari 2015 di Pisa Kafe Mahakam. Pada acara nangkring ini digambarkan apa yang terjadi di Industri hulu migas

Page 2: Membincangkan Masalah Bahan Bakar Minyak

Sebagai narasumber dari SKK Migas ,Rudianto Rimbodo selaku kepala Humas SKK Migas dan dari Kontraktor KKS  ,  Joang Laksanto selaku ketua Forum Komunikasi Kehumasan Industri Hulu Migas. Sayangnya, karena acara dimulai agak molor, penjelasan yang diberikan terkesan cepat dan hanya bagian yang dianggap penting saja.

Sumber : Dok Pri

Acara yang di moderatori Wardah Fajri dari Admin Kompasiana itu berlangsung seru dan menarik. Dalam sesi tanya jawab , puluhan orang mengacungkan tangan untuk bertanya. Penulis sendiri mengacungkan tangan hingga tiga kali namun tak satupun diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. Beruntung kompasianer asal Bekasi, Nur Terbit mau membantu penulis menanyakan satu pertanyaan.

Kegiatan nangkring bersama SKK Migas dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama  (KKKS)  ini diikuti 58 kompasianer yang terpilih. Kegiatan nangkring kali ini  terlihat  lebih  mewah dan agak romantis karena hiasan Valentin day berwarna pink tersebar di kafe ini.

Dari acara nangkring ini penulis yang awam dengan dunia migas mulai mendapat pencerahan dan pengetahuan walau masih  terbatas. Rasanya kurang elok bila penulis tak membagikan hal yang telah diketahui kepada publik luas. Metodologi penulisan lebih bersifat pemaparan bebas dengan data yang didapat pada acara nangkring dan beberapa tambahan data

Page 3: Membincangkan Masalah Bahan Bakar Minyak

lainnya hasil googling dan membongkar perpus pribadi. Jadi tulisan ini bukan tulisan ilmiah seorang ahli atau pengamat migas.

Sebelum lebih jauh mengenal Industri Hulu Migas, mari berkenalan dengan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu  Minyak dan Gas bumi  (SKK Migas). Lembaga negara yang dibentuk pemerintah ini bertugas untuk melaksanakan pengawasan dan pengendalian kegiatan hulu migas. Jadi  SKK Migas adalah wakil resmi pemerintah yang diberikan wewenang untuk menyetujui rencana kerja dan anggaran atau lebih dikenal sebagai WP&B ( Work Program And Budget).Apa sih yang menjadi wilayah hulu migas ? Ternyata industri migas itu secara umum terbagi menjadi dua , Satu kegiatan Hulu ( Upstream) dan Dua kegiatan  Hilir ( DownStream) . Bila kegiatan Hulu Migas adalah  eksplorasi dan Produksi (eksploitasi) maka kegiatan Hilir lebih kepada pengolahan (refinery), transportasi dan pemasaran.  Maka dilihat dari kegiatan yang dilakukan  Hulu migas adalah eksplorasi yang didalamnya terdapat studi geologi, studi seismik, studi geofisika dan pengeboran eksplorasi. Kegiatan Hulu Migas bertugas mencari cadangan  baru. Mencari ladang minyak dan gas yang potensial dan bernilai ekonomis.

Page 4: Membincangkan Masalah Bahan Bakar Minyak
Page 5: Membincangkan Masalah Bahan Bakar Minyak

Seperti apa alur kerja Industri Hulu Migas ? S

sumber : SKK Migas

sumber : SKK Migas

Bagaimana proses  produksi Hulu Migas ? Kegiatan produksi atau eksploitasi adalah mengangkat migas ke permukaan bumi. Aliran migas akan keluar melalui sumur dan naik melalui tubing ( pipa salur yang dipasang tegak

Page 6: Membincangkan Masalah Bahan Bakar Minyak

lurus ). Pada ladang minyak baru , proses naiknya migas ke permukaan bumi dilakukan oleh tekanan dari perut bumi secara alami. Namun seiring berjalannya waktu proses tekanan dari perut bumi semakin melemah sehingga perlu dibuat alat pengangkatan buatan. Inilah mengapa sumur tua jauh lebih mahal dari sisi biaya. Selain itu kandungan airnya jauh lebih tinggi.

sumber : Presentasi SKK Migas

Berapa Waktu dan Biaya  yang dibutuhkan dari  proses Eksplorasi hingga Produksi Migas ? Industri Hulu Migas adalah industri yang sangat membutuhkan kesabaran. Mulai dari proses eksplorasi dibutuhkan waktu bertahun tahun. Bervariasi, menurut penjelasan Rudianto Rimbodo semakin sulit dan dalam areal pencarian sumur minyak semakin lama . Karena tren Industri Hulu Migas kini lebih banyak terdapat dilepas pantai (off-shore). Kedalaman pemboran hingga 3000 meter kedalam perut bumi. Ada yang

Page 7: Membincangkan Masalah Bahan Bakar Minyak

mencapai 10 tahun baru memasuki fase produksi. Waktu yang tercepat 4 tahun proses produksi bisa dihasilkan.

Belum lagi tidak setiap proses eksplorasi berhasil mendapatkan sumur migas yang ekonomis, kegagalan menemukan sumur migas (dry hole)  sangatlah besar. Sebagai contoh ada 12 Kontraktor KKS migas asing yang merugi hingga US$ 1,9 Milyar di 16 Blok eksplorasi laut dalam. Kerugian itu ditanggung sendiri dan tidak diganti negara.

sumber : Presentasi SKK Migas

Tren eksplorasi dan eksploitasi kini telah bergeser dari Indonesia bagian barat ke arah Indonesia bagian timur begitu pula dari eksplorasi dan eksploitasi darat ( on shore )  ke eksplorasi dan eksploitasi ke laut dalam ( Off Shore) . Tren ini tentu membuat biaya eksplorasi dan eksploitasi semakin tinggi. Teknologi eksplorasi dan eksploitasi di laut dalam  dinilai masih terlalu rumit

Page 8: Membincangkan Masalah Bahan Bakar Minyak

dan mahal. Untuk pengeboran 950 meter diperlukan biaya US$ 1 juta . Jika pengeboran lebih dalam lagi tentu akan meminta biaya yang jauh lebih besar . Sebagai gambaran biaya , fasilitas, metode dan teknologi pengeboran on shore membutuhkan biaya antara US$5-10 Juta, diperairan dangkal mencapai US$20-25 Juta sedangkan laut dalam membutuhkan biaya US$80-100 Juta (ESDMmag, edisi 09/2014)

sumber : ESDMAG Edisi 9, 2014

Investasi di sektor hulu migas menunjukan tren yang terus meningkat . kenaikan investasi ini disebabkan banyak faktor dimana semakin sulitnya mendapatkan sumur baru. Biaya investasi migas naik hingga 2X lipat  dimana indeks biaya dunia yang juga naik secara signifikan . Selain perubahan peningkatan harga minyak mentah. Berikut grafik profil investasi sektor hulu migas nasional.

Page 9: Membincangkan Masalah Bahan Bakar Minyak

Bagaimana Perkembangan Minyak Bumi Nasional selama 50 tahun terakhir ?Secara gambaran umum Minyak bumi  di Indonesia mengalami masa kejayaan pada era tahun 70-an hingga era tahun 90-an  ,  ditahun 1977  produksi minyak bumi Indonesia mencapai puncaknya dengan total produksi 1,68 juta barrel per day(BPD) namun setelah tahun 2000   produksi minyak bumi Indonesia terus menurun. Penurunan ini lebih disebabkan cadangan minyak bumi di ladang yang telah beroperasi kian menyusut sementara ladang baru belum ditemukan atau belum mulai berproduksi.

.

Page 10: Membincangkan Masalah Bahan Bakar Minyak

Saat ini Indonesia menempati urutan 24 dunia dalam hal negara penghasil minyak bumi. Walau pun tren produksi minyak bumi kita menurun. Posisi Indonesia tetap menjadi produsen nomor dua di Asia Pasifik setelah negara tirai bambu, Tiongkok yang mencapai 207,5 juta ton . Produksi minyak bumi Indonesia menyentuh angka sekitar 44,6 Juta ton pada tahun 2012 . Untuk negara negara Asean , Indonesia jauh meninggalkan Malaysia 29,7 Juta ton, Vietnam 17 juta ton, Thailand 16,2 juta ton, dan Brunai Darussalam 7,8 juta ton. Berikut nama 25 negara penghasil minyak bumi terbesar di dunia.

Page 11: Membincangkan Masalah Bahan Bakar Minyak

Sayangnya, Indonesia kini sedang mengalami penurunan produksi dari tahun 2007 sampai dengan 2012 produksi minyak bumi Indonesia hanya dikisaran 900 ribu BPD  ( BP,2013). Keadaan ini menjadi isyarat serius bagi dunia migas Indonesia. Bila  produksi  minyak bumi Indonesia tidak berhasil dinaikkan sedangkan jumlah konsumsi dalam negeri naik terus . Apalagi cadangan minyak bumi kita diperkirakan hanya cukup hingga 10 tahun mendatang. Cadangan  minyak bumi kita pada 1 Januari 2013 sebesar 7.549,81 MMSTB ( million stock tank barrels ) . Ini adalah bukti bahwa migas adalah energi yang tak terbarukan.

Page 12: Membincangkan Masalah Bahan Bakar Minyak

sumber : ESDM

Dominasi produksi minyak bumi dari tahun 1966 hingga 2000 mulai tersaingi oleh   produksi gas bumi yang terus meningkat . Pada tahun 2001 terlihat pada grafik titik potong produksi minyak bumi dan gas bumi. Berikut grafiknya:

Page 13: Membincangkan Masalah Bahan Bakar Minyak

sumber : Presentasi SKK Migas

Setelah 50 tahun lebih industri hulu Indonesia telah mengalami perubahan , dimana produksi minyak Indonesia dari sumur sumur tua telah mengalami penurunan produktifitas . Selain itu biaya yang harus dikeluarkan sumur tua menjadi jauh lebih mahal. Cadangan minyak bumi pun sudah jauh berkurang lebih dari 50%. Campuran air yang semakin tinggi hingga mencapai 90%.. Berikut grafiknya :

Page 14: Membincangkan Masalah Bahan Bakar Minyak

sumber : SKK Migas

Benarkah penggunakan  Gas Bumi   Belum Optimal ?, Selain minyak bumi Indonesia memiliki beberapa sumber daya energi yang cukup bervariasi. Indonesia memiliki gas, batu bara, coal bed methane. Selain itu Indonesia memiliki energi panas bumi, energi surya dan energi angin yang merupakan energi terbarukan. Khusus untuk gas bumi. sejak tahun 1970 sampai dengan 2012 Indonesia adalah penghasil gas bumi terbesar di Asia Pasifik. Walau pada tahun 2012 , posisi pertama beralih ke negeri Tiongkok. Berikut grafiknya:

Selain itu Indonesia ditengarai masih memiliki potensi sumber gas yang cukup besar . Produksi kotor gas bumi Indonesia diperkirakan masih diatas 8.300 million standard cubic feet per day (MMSCFD) bahkan diperkirakan dapat diatas 9.000 MMSCFD pada tahun 2020.

Page 15: Membincangkan Masalah Bahan Bakar Minyak

Gas Bumi Indonesia berorientasi ekspor karena telah terjadi kesepakatan kontrak kerja dengan negara asing . Sementara itu konsumsi dalam negeri semakin tinggi. Setelah konversi minyak tanah ke gas pada tahun 2006 . Dalam perkembangannya gas bumi Indonesia mengalami perkembangan yang signifikan , setiap tahun diperkirakan naik rata rata 9 % sejak tahun 2003 sampai tahun 2013 volume gas untuk domestik sudah melampau ekspor. Berikut grafiknya :

Page 16: Membincangkan Masalah Bahan Bakar Minyak

sumber : Presentasi SKK Migas

Gas bumi adalah energi yang lebih murah dari minyak bumi , selain itu jumlah produksi gas bumi  dalam tren yang meningkat. Namun sayangnya  bila dilihat dari pemakaian bauran sumber energi pada tahun 2010. Terlihat pemakaian gas masih kalah dengan energi fosil lainnya seperti minyak bumi dengan prosentase pemakaian sebesar 49% lalu menyusul batu bara sebesar 24  % baru pemakaian gas hanya sebesar 22%. Namun bila dilihat dari prediksi gas akan mampu menggantikan minyak bumi pada tahun 2030. Prediksi ini akan tercapai bila pemerintah mau dan mampu menyediakan regulasi dan jaringan distribusi nasional.

Page 17: Membincangkan Masalah Bahan Bakar Minyak

sumber : SKK Migas

Pemakaian gas yang belum menyamai konsumsi minyak bumi karena belum adanya kebijakan pemerintah yang fokus memindahkan sumber energi dari BBM ke BBG. Ini terkait masalah infrastruktur dan jaringan distribusi yang belum cukup menjangkau pelosok Indonesia. Bila saja sumber energi industri, transportasi dan rumah tangga dapat lebih banyak menggunakan gas bumi tentu ketergantungan BBM bisa dikurangi secara signifikan.

Benarkah Industri Hulu Migas Menjadi Penyumbang Devisa Yang Besar ? Bila membaca kandungan pasal 33 UUD 1945 yang  berisikan konstitusi resmi bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar besarnya untuk kemakmuran rakyat. Maka Industri Hulu migas menjadi sektor paling strategis dalam mengisi pundi pundi negara. Pada era tahun tujuh puluhan hingga delapan puluhan sumbangan sektor migas mencapai 60% dari total peneriman negara. Namun kini penerimaan migas terus turun seiring dengan terus turunnya sektor migas nasional. Pada tahun 2014 sektor migas menyumbangkan Rp 320,254 Trilyun atau setara 103%  dari target APBN-P 2014 .Selama ini sektor migas selalu menyumbang devisa rata rata 30% dari total seluruh penerimaan negara. Berikut grafik peneriman negara dari sektor migas dari tahun 2006 hingga 2013.

Namun sayangnya  penerimaan negara dari sektor migas sudah tergerus oleh subsidi energi yang  sudah mencapai angka hingga Rp  400 trilyun .

Page 18: Membincangkan Masalah Bahan Bakar Minyak

Kenyataan ini membuat tekanan terhadap APBN Indonesia . Nah,   tekanan  atau defisit APBN inilah yang memaksa adanya penyesuaian harga BBM dan BBG. ( akan kita bahas lebih rinci)

Apa yang membuat  Defisit Migas  berdampak pada APBN Indonesia ? Bila produksi migas Indonesia terus turun dari tahun 2000 berbeda dengan angka konsumsi BBM yang terus naik. Seiring dengan semakin baiknya perekonomian Indonesia termasuk naiknya jumlah kendaraan (transportasi) , naiknya tingkat penggunaan BBM industri termasuk bertambahnya jumlah penduduk Indonesia sebesar 1,49% per tahun . Bila diera tahun 70-an konsumsi BBM hanya 100 ribu-350 ribu BPD. Selama periode 1970-2012 kenaikan BBM tumbuh dengan kisaran 6,1% per tahun . Keadaan ini terbalik dengan produksi miyak bumi Indonesia yang pada tahun 2004 Indonesia mengalami defisit minyak bumi sebesar 5 juta ton kemudian terus merangkak naik hingga defisit sebesar 27 juta ton. Imbasnya defisit minyak bumi ini menyebabkan Indonesia harus mengimpor   minyak dari luar negeri. Nah, sekarang tahu kan kenapa pemerintah harus berjibaku membeli minyak bumi untuk memenuhi kebutuhan domestik . Sudah begitu harga minyak dunia harus dibeli dengan dolar US yang selalu berubah ubah nilainya. Seperti yang telah di singgung diawal artikel ini.  Untuk meyakinkan lihat grafik dibawah ini :

Page 19: Membincangkan Masalah Bahan Bakar Minyak

Dengan melakukan impor minyak bumi baik dalam bentuk minyak mentah ataupun hasil olahan ( bensin premium,solar diesel, kerosene ) otomatis secara langsung berdampak pada neraca perdagangan Indonesia. Untuk lebih jelasnya mari kita lihat grafik dibawah ini yang menunjukkan neraca minyak dan BBM termasuk grafik ekspor dan impor minyak dan BBM Indonesia.

Page 20: Membincangkan Masalah Bahan Bakar Minyak

Dari grafik diatas terlihat adanya kenaikan volume impor minyak dan BBM dari tahun 2008 yang berjumlah 24,6 juta kiloliter menjadi 38,6 juta kiloliter pada tahun 2012 yang artinya ada kenaikan sebesar 56,9%. Jika dihitung dengan nilai nominal dampak kenaikan impor akan berdampak pada defisit neraca perdagangan yang terus meningkat. Pada grafik diatas pada tahun 2003 terjadi defisit neraca perdagangan sekitar US$ 414,8 juta . NIlai itu terus membengkak pada tahun 2011 menjadi US$ 19,0 miliar.

Apa kendala dan Permasalahan Industri Hulu Migas ? Salah satu kendala besar yang dihadapi industri hulu migas  adalah  faktor regulasi perizinan yang terlampau panjang dan berbelit belit. Bayangkan izin eksplorasi dari hasil investigasi pemerintah ada 289 izin yang harus dilalui . Setelah pembahasan maka berhasil diperkecil menjadi  69 izin.

Berikut urutan perizinan yang harus dilalui kontraktor KKS sebelum proses produksi dilakukan. Setelah tahap eksplorasi selesai dan tahap

Page 21: Membincangkan Masalah Bahan Bakar Minyak

pengembangan lapangan produksi akan dimulai maka dibuatlah plan of development 1 (POD 1) yang dikeluarkan pihak Kementrian ESDM dari masukan SKK Migas. POD 1 juga dikonsultasikan dengan pihak daerah dimana wilayah kerja (WK) itu berada . Selain mendapatkan ijin dari Kementrian ESDM dan SKK Migas ,pihak kontraktor KKS juga harus mengurus ijin ke 17 instansi berbeda dengan 600.000 lembar (form) yang harus diisi dan dilengkapi. Banyak dan rumitmya perijinan menyebabkan jadwal produksi Kontraktor KKS rata rata molor hingga dua tahun bahkan lebih. Tentu hal ini merugikan pihak Kontraktor KKS dan juga pemerintah sendiri yang seharusnya sudah menikmati migas yang menghasilkan devisa negara.

Selanjutnya pemerintah berkomitmen akan memangkas   69 perizinan eksplorasi dan eksploitasi migas melalui 9 pintu.  Pemerintah juga akan membuka layanan satu atap alias one stop service. Hal ini untuk mengurangi kelambatan pelayanan perizinan yang ditangarai pengamat energi  Kurtubi punya saham dalam penurunan produksi migas nasional.

Selain masalah perizinan masalah pajak juga turut memberikan dampak negatif bagi investor migas. Karena pajak sudah dikenakan pada saat perusahaan baru pada tahap eksplorasi. Belum lagi retribusi daerah dan Pajak Bumi dan bangunan yang dikenakan cukup tinggi bagi Kontraktor KKS .

Kendala lainnya adalah  masalah pembebasan lahan eksplorasi dan eksploitasi  yang rumit . Apalagi bila lahan yang dijadikan areal kerja adalah hutan lindung atau taman nasional yang dilindungi. Perijinan lahan tentu akan menuai banyak kendala.