26
MEMAKNAI CERITA MENGASAH JIWA : MENDIDIK ANAK MELALUI DONGENG Oleh: Mulyatun Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang ABSTRAK Kesibukan kerja menyita waktu orang tua, terutama di kota-kota besar menyebabkan para orang tua tak lagi punya waktu untuk mengantarkan tidur anak mereka dengan dongeng. Berbagai macam produk hiburan seperti TV, DVD dan play station menyerbu ruang batin dan ruang pikir anak-anak, menggusur dongeng dari dekapan para orang tua. Para orang tua tidak sadar begitu banyak manfaat dongeng jika dibandingkan dengan media pendidikan anak yang lain. Anak-anak yang sering didongengi biasanya tumbuh menjadi anak yang lebih pandai, lebih tenang, lebih terbuka, dan lebih seimbang jika dibandingkan dengan anak-anak yang tidak didongengi. Dongeng menjadi media orang tua dalam memberikan pendidikan secara langsung tanpa anak merasa dijejali secara otoriter. Metode bercerita adalah salah satu cara terbaik dalam pendidikan anak. Mendengarkan cerita dongeng akan mencerahkan, menginspirasi, dan memotivasi hidup anak-anak. Orang tua /pendidik selayaknya memperbanyak cerita dongeng yang bermanfaaat untuk menanamkan akhlaq yang baik pada anak-anak. Mengingat begitu besar manfaat dongeng dalam pendidikan anak, merupakan alasan yang kuat bagi orang tua untuk menggalakkan kembali kegiatan mendongeng.

Memaknai Cerita Mengasah Jiwa New

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Memaknai Cerita Mengasah Jiwa New

MEMAKNAI CERITA MENGASAH JIWA :

MENDIDIK ANAK MELALUI DONGENG

Oleh: Mulyatun

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

ABSTRAK

Kesibukan kerja menyita waktu orang tua, terutama di kota-kota besar menyebabkan para

orang tua tak lagi punya waktu untuk mengantarkan tidur anak mereka dengan dongeng.

Berbagai macam produk hiburan seperti TV, DVD dan play station menyerbu ruang batin dan

ruang pikir anak-anak, menggusur dongeng dari dekapan para orang tua. Para orang tua tidak

sadar begitu banyak manfaat dongeng jika dibandingkan dengan media pendidikan anak yang

lain. Anak-anak yang sering didongengi biasanya tumbuh menjadi anak yang lebih pandai,

lebih tenang, lebih terbuka, dan lebih seimbang jika dibandingkan dengan anak-anak yang

tidak didongengi. Dongeng menjadi media orang tua dalam memberikan pendidikan secara

langsung tanpa anak merasa dijejali secara otoriter. Metode bercerita adalah salah satu cara

terbaik dalam pendidikan anak. Mendengarkan cerita dongeng akan mencerahkan,

menginspirasi, dan memotivasi hidup anak-anak. Orang tua /pendidik selayaknya

memperbanyak cerita dongeng yang bermanfaaat untuk menanamkan akhlaq yang baik pada

anak-anak. Mengingat begitu besar manfaat dongeng dalam pendidikan anak, merupakan

alasan yang kuat bagi orang tua untuk menggalakkan kembali kegiatan mendongeng.

Kata Kunci: Dongeng, pendidikan anak

PENDAHULUAN

Saat ini nampaknya mendongeng cerita pada anak sebelum tidur bukanlah merupakan

suatu tradisi lagi. Dorongan mengejar materi sebanyak-banyaknya, kesibukan kerja yang

menyita waktu orang tua, terutama di kota-kota besar, menyebabkan para orang tua tak lagi

punya waktu dan tenaga untuk mengantarkan tidur anak-anak mereka dengan aneka ragam

dongeng. Anak berangkat tidur tanpa ditemani ibu atau tanpa mendengarkan dongeng terlebih

dahulu. Orang tua kini cenderung untuk menyerahkan tugas mendongeng kepada majalah

anak-anak, buku cerita bergambar ataupun pita-pita kaset berisikan dongeng-dongeng. Para

Page 2: Memaknai Cerita Mengasah Jiwa New

kapitalis bisnis media audio visual (televisi dan VCD) mengisi ruang kosong komunikasi

kasih antara anak dan orang tua ini. Adalah hal biasa kita menemui anak pra-sekolah yang

tinggal di rumah sendiri dikelilingi buku-buku maupun cerita pita kaset tetapi mereka tidak

akan tahu isi cerita dari buku-buku maupun pada kaset itu. Orang tua kurang menyadari,

bahwa memberikan buku-buku cerita bergambar pada anak tak aka ada gunanya, apabila

orang tua tidak membimbing anak secara langsung untuk mengerti isi buku cerita tersebut.1

Selain kesibukan orang tua dalam mencari nafkah, sarana lain seperti televisi, juga

telah menjadi kendala hiangnya tradisi orang tua untuk mendongeng pada anak-anaknya.

Berbagai macam produk hiburan menyerbu ruang batin dan ruang pikir anak-anak kita,

menggusur dongeng dari dekapan para orang tua. Hasil akhir, kita dapatkan bahwa dongeng

semakin kehilangan bentuk tradisi. Dongeng yang sesungguhnya memiliki eksistensi atau jati

diri, dalam perkembangannya mengalami degradasi. Kondisi ini cepat atau lambat

menyebabkan terganggunya kualitas pendidikan anak-anak kita karena komunikasi kasih

antara orang tua dan anak telah lenyap. Kita menganggap mendongeng sebelum tidur

terkesan sepele. Padahal, momen kebersamaan inilah yang paling ditunggu dan dikenang

anak dari orang tuanya. Apalagi, mendongeng sebelum tidur tidak hanya bermanfaat bagi

anak tetapi juga pada orang tuanya. Salah satunya adalah dengan mendongeng, akan

menumbukhkan kedekatan orang tua dengan anak.2 Dongeng merupakan jenis tradisi lisan

yang memiliki peran penting dalam masa pertumbuhan ahlak anak-anak. Sebab dalam

dongeng terdapat unsur hiburan disamping pendidikan. Pesan-pesan mulia tersebut

diharapkan mampu membawa anak-anak pada alam kehidupan sehari-hari yang lebih baik.3

TELEVISI Vs DONGENG

Di zaman yang serba canggih ini, kegiatan mendongeng di mata anak-anak sudah

tidak populer lagi.. Padahal dahulu saat perkembangan teknologi belum semaju sekarang,

mendongeng seolah menjadi budaya dikalangan orang tua. Sudah menjadi kebiasaan bagi

orang tua untuk membacakan cerita Si Kancil, atau Timun Mas sebelum anaknya tidur.

Dorongan mengejar materi sebanyak-banyaknya, kesibukan kerja yang menyita waktu orang

tua, terutama di kota-kota besar, menyebabkan para orang tua tak lagi punya waktu dan

tenaga untuk mengantarkan tidur anak-anak mereka dengan aneka ragam dongeng.

Keberadaan alat-alat hiburan seperti TV, VCD, dan Playsation juga turut

menyumbang penyebab peran pendongeng menjadi lumpuh. Televisi telah menyerang dunia

nak-anak sedemikian rupa. Sejak bangun hingga menjelang tidur, mereka dihadapkan pada

Page 3: Memaknai Cerita Mengasah Jiwa New

televisi yang menyajikan beragam acara, mulai dari film kartun, kuis, hingga sinetron yang

biasanya bukan tontonan yang pas untuk anak anak. Kalaupun mereka bosan dengan acara

yang disajikan, mereka dapat pindah pada permainan lain seperti videogame. Banyak orang

menganggap televisi baik untuk anak-anak. Namun, banyak survei menemukan bahan televisi

justru menghambat perkembangan mental anak.4 Hasil survei menunjukkan bahwa anak yang

sering melihat televisi mempunyai daya ingat dan kemampuan membaca lebih buruk

dibandingkan mereka yang hanya jarang-jarang saja melihatnya.

Mendengar dengan menonton lebih baik mendengar. Mendengar membuat insting

menjadi peka, pikiran kritis dan otak bermain dengan cepat. Berbeda dengan menonton,

pendengaran menjadi lemah, otal pasif dan perasaan meninggi. Orang yang suka menonton

televisi biasanya perasannya terbawa, sehingga ia semakin kecanduan menonton acara yang

dilihatnya. Mentalitas orang yang menonton televisi menjadi pasif manja, dan apatis terhadap

persoalan lain yang terjadi, selain menu-menu di televisi kurang mendidik.5 Tayangan televisi

berhasil menebarkan racun kepada generasi muda dan anak-anakmelalui tayangan film-film

horor atau mistik yang mengandung kekufuran dan kesyirikan.6

Kemajuan teknologi tersebut ternyata membentuk mental ekstasi dalam diri anak-

anak.7 Mental ekstasi tersebut rupanya membentuk kepribadian terbalik pada diri anak-anak.

Maksudnya adalah saat ini anak-anak seolah bangga jika melakukan perbuatan keliru.

Mereka seolah tidak merasa berdosa jika melakukan kesalahan. Hal ini menurutnya

disebabkan adanya berbagai tokoh dalam cerita-cerita luar negeri yang menampilkan sosok

penjahat yang memiliki kekusaan. Sehingga dimungkinkan dalam cerita tersebut tokoh jahat

justru mengalahkan tokoh yang membela kebenaran. Sangat berbeda ketika anak membaca

atau mendengarkan dongeng, kata-kata yang tercetak disana akan divisualisasikan dalam

fikiran mereka. Sebagai contohnya, jika anak membaca mendengarkan dongeng tentang tujuh

kurcaci di sebuah negeri dongeng, karakter dalam cerita itu akan digambarkan dengan jelas

dalam pikiran si anak. Manusia-manusia kecil, tongkat ajaib, istana, nenek sihir, pelayan,

kebun bunga, semuanya mengalir dalam imajinasi naka seakan-akan nyata adanya. Dengan

visualisasi ini, anak-anak berarti telah melatih kerja otak mereka. Dan, ini juga berarti telah

mengasah kecerdasan dan kreativitas anak.8

Sebaliknya, bagaimana dengan anak-anak yang suka melihat televisi? Untuk cerita

yang sama, istana dan berbagai karakternya sudah ada di layar televisi dengan segala atribut

dan nuansanya, Jadi anak tidak harus repot-repot menvisualisasikan dan melatih otak mereka.

Konsekuensinya, anak menjadi tidak imajinatif, otak pun menjadi tumpul.9 Memang benar,

alat permainan modern dapat berpengaruh buruk pada perkembangan karakter anak. Maka

Page 4: Memaknai Cerita Mengasah Jiwa New

dari itu, para orang tua harus bisa membatasi anak-anaknya dari pengaruh buruk tersebut.

Salah satunya dengan membiasakan mendongengkan cerita-cerita yang menggambarkan

watak tokoh yang bisa mereka teladani sangat berpengaruh dalam membentuk karakter anak

menjelang dewasa.

MENGHIDUPKAN KEMBALI TRADISI MENDONGENG

Pada keluarga inti dalam kehidupan masyarakat modern seperti sekarang ini, di

tengah kesibukan ayahdan ibu berkiprah di luar rumah sesuai tuntutan zaman, kepedulian

terhadap kebutuhan anak tentang dongeng ini perlu tetap mendapatkan perhatian dalam

memberikan pendidikan dan kepengasuhan anak.

Anak-anak tanpa sadar selalu memerlukan dan merasa haus akan dongeng. Sementara

melalui dongeng, orang tua yang mendongeng sebenarnya tidak sekedar mendongeng. Di

balik itu,yang terpenting adalah kemampuan menanamkan nilai nilai kehidupan pada anak

tanpa anak merasa digurui dan diharuskan. Untuk itu, kesadaran orang tua terhadap

kebutuhan anak tentang dongeng perlu disadari bersama. Selain itu, dengan menghidupkan

kembali tradisi mendongeng, akan sekaligus mengembangkan fungsi rumah seperti semula,

yaitu rumah sebagai suatu lingkungan tempat anak-anak tumbuh dan berkembang dengan

baik. Menurut Drs. Hanifan Bambang Purnomo dalam Memahami Dunia Anak-Anak,

rumah sangat berpengaruh terhadap perkembangan kejiwaan anak.

Rumah adalah suatu tempat bagi orang tua dan anak-anaknya tinggal bersama dan

berkumpul. Tinggal bersama tidak hanya diartikan bersama-sama mengisi kehidupan yang

harus dijalaninya. Rumah yang menyenangkan bukanlah rumah yang kalau hujan tidak bocor

atau rumah yang atapnya terbuat dari sirap modern dan sebagainya, tetapi rumah yang dapat

memberikan perasaan aman dan damai pada anak dan orang tua. Di sini, lagi-lagi diperlukan

interaksi orang tua dengan anak yang intens dan berkualitas. Dalam suasana yang seperti

inilah, keluarga modern memerlukan wadah dongeng sebagai upaya mengintensifkan dialog

serta menghindarkan terjadinya komunikasi yang monolog sehingga akan dapat

menumbuhkan kedekatan orang tua dengan anak.

JENIS-JENIS DONGENG

Handayu (2001) mengklasifikasikan dongeng menurut sejarah asal muasal cerita

dalam sastra indonesia meliputi beberapa jenis, antara lain:

Page 5: Memaknai Cerita Mengasah Jiwa New

1. Mite

Dongeng yang isinya berhubungan dengan kehidupan dewa-dewi, ruh halus dan sebagainya,

yang timbulnya berkaitan erat dengan kepercayaan animisme dan dinamisme di kalangan

masyarakat lama. Sebagai contoh cerita tentanf NyiRoro Kidul, Harimau Jadi-jadian dan

sebagainya.

2. Legenda

Dongeng yang isinya berhubungan dengankejadian-kejadian alam atau terjadinya suatau

tempat dengan dibumbui khayalan tetapi dibuat seolah-olah benar-benar terjadi. Misalnya :

Malin Kundang, Batu Menangis, Terjadinya Gunung Tangkuban perahu dan sebagainya.

3. Fabel

Dongeng yang isinya berhubungan dengan dunia binatang. Binatang diceritakan bisa

berbuatatau bertingkah laku seperti manusia. Isi fabel biasanya bersifat didaktis karena

memberi pelajaranmoral dan adat istiadat yang baik kepada manusia.

4. Sage

Dongeng yang isinya mempunyai unsur sejarah. Tokoh-tokoh ceritanya pernah disebut-sebut

dalam sejarah, namun unsur khayalan lebih ditonjolkan daripada kenyataan. Contoh: Joko

Tingkir, Ciung Wanara, Hang Tuah, Calon arang, dan sebagainya.

5. Parabel/Cerita Ibarat

Dongeng yang isinya bersifat mendidik.Diceritakan tokoh-tokohnya pantas diteladani

maupun tokoh-tokoh yang seharusnya tidak boleh dicontoh. Caerita ini disusun untuk

menyampaikan ajaran agama, moral, dan kebenaran. Contohnya: Carita tentang Nabi dan

para sahabatnya, cerita para wali, dan sebagainya.

MEMILIH BUKU CERITA UNTUK ANAK

Adakah kaitan antara bacaan dengan suatu masyarakat? Ada, bahkan sangat terkait.

Ismail Marahimin (2000) dalam buku “menumbuhkan Minat Baca Sejak Dini”, mengutip

hasil penelitian David McClelland, mencatat perbedaan antara Eropa Timur dan Eropa Barat.

Sebagaimana diketahui, perkembangan Eropa Timur tidak sepesat Eropa Barat. Jika

dibandingkan, terutama hingga dekade 1980-an, keduanya seperti langit dan bumi. Eropa

Page 6: Memaknai Cerita Mengasah Jiwa New

Timur mundur beberapa langkah ditilik dari berbagai aspek. Sedangkan Eropa barat maju

pesat, tidak saja perekonomiannya, tapi juga sosial, budaya dan pendidikan. Lama sang

psikolog meneliti. Dicari akar perbedaan dari etos kerja, bukan. Dari sosial dan budaya,

bukan. Dari latar pendidikan juga bukan. Lalu ditelitinya cerita rakyat yang berkembang

dalam masyarakat serta diselisik ragam bacaan seperti apa yang dikonsumsi. McClelland

menemukan, perbedaan mendasar anatar eropa timur dan dan eropa barat justru terletak pada

cerita /bacaan.

Kini, ketika begitu banyak bacaan di sekitar kita dan sangat mudah untuk

mendapatkannya, maka membacakan cerita pada anak sebelum tidur merupakan pilihan yang

baik. Masalahnya, bagaimana mendapatkan dan memilih bahan bacaan yang pas untuk anak,

terutama anak usia bawah lima tahun yang belum dapat membaca sendiri.

Berikut ini tips yang diungkapkan oleh Putra (2008) dalam memilih cerita dongeng yang

sesuai untuk anak adalah sebagai berikut:

1. Cerita yang didalamnya terkandung nilai-nilai luhur, seperti kepahlaana, kesatriaan,

kebaikan, cinta tanah air, kesetiaan, kejujuran, kemurahan hati, saling pengertian, cinta

damai, memaafkan solidaritas, tidak balas dendam, suka menolang, serta yang

mengandung nilai-nilai luhur yang lain. Misalnya anak diberi cerita sejarah perjuangan

Bung Karno dan Jenderal Besar Soedirman. 10

2. Mengandung pesan-pesan (message) positif, Misalnya, buku yang diakhir simpulannya

mengajarkan supaya anak taat dan mencintai orang tua. Dengan kata lain, pilihlah cerita

dongeng yang didalamnya terkandung hikmah positif yang dapat dipetik. Hampir setiap

cerita rakyat, terkandung hikmah.

3. Cerita yang menyiratkan atau menggelorakan semangat pantang menyerah, sehingga

mendorong anak nantinya untuk berbuat demikian. Semangat pantang menyerah

(adversity Quotitent) perlu dimiliki seorang agar di kelak kemudian hari dapat berhasil.

Banyak orang yang ditilik dari aspek intelektual sangat tinggi, namun karena mudah

menyerah menjadi gagal dalam kehidupannya.

4. Cerita yang mengandung semangat untuk berprestasi yang adalam istilah psikolog sosial,

David McClelland disebut dengan N-Ach (need for achievement)

5. Cerita yang mengandung nilai-nilai sosial dan persahabatan

Page 7: Memaknai Cerita Mengasah Jiwa New

6. Cerita yang memupuk semangat hidup religius

7. Cerita yang menganjurkan bersikap positif dan optimis

Cerita dongeng mempunyai pengaruh yang kuat terhadap jiwa, maka seorang

pendidik selayaknya memperbanyak cerita dongeng yang bermanfaaat dan itu banyak sekali

terdapat dalam Al-Quran Al Karim dan sunnah-sunnah yang suci diantaranya, Cerita dongeng

Ashabul Kahfi (penghuni gua), bertujuan untuk membentuk generasi yang beriman kepada

Allah, cinta kepada tauhid dan membenci kepada kemusyrikan. Cerita dongeng Isa alahi

wasallam, bertujuan untuk menjelaskan bahwa beliau adalah hamba Allah dan bukan anak

Allah sebagaimana anggapan kaum Nashrani, Cerita dongeng Yusuf alahi sallam, diantara

tujuannya adalah untuk memperingatkan agar jangan sampai terjadi pergaulan campur aduk

antara laki-laki dan perempuan, sebab akan membawa akibat yang sangat jelek, Cerita

dongeng Yunus alahi wasallam, bertujuan untuk menekankan agar selalu ber-isti''anah

(meminta pertolongan). Hanya kepada Allah saja lebih-lebih ketika ditimpa musibah. Cerita

dongeng orang-orang yang terperangkap dalam gua yaitu cerita dongeng yang diceritakan

oleh Nabi sallallahu''alaihi wa sallam untuk mengajarkan kepada para sahabatnya tentang

bertawassul kepada Allah dengan amal-amal sholeh seperti ridho kepada orang tua,

memenuhi hak-hak pemiliknya, dan meninggalkan zina karena takut karena Alloh. Dan

sunnah nabawiyah penuh dengan cerita dongeng-cerita dongeng yang bermanfaaat.

Singkat kata, maka hendaknya semua pengajar/pembina/pendidik memperbanyak

cerita dongeng yang bermanfaat kepada anak didiknya, sebab cerita dongeng-cerita dongeng

ini merupakan pembantu terbaik bagi pembinaan generasi. Disamping itu, hendaknya mereka

harus berhati-hati, jangan sampai membawakan cerita dongeng-cerita dongeng jelek yang

akan mendorong anak-anak didik mengambil pengalaman untuk melakukan pencurian,

tindakan-tindakan keji, dan penyimpangan-penyimpangan tingkah laku. Memilih cerita

dongeng yang tepat dibacakan pada anak perlu ketelitian sekaligus kejelian. Sebab, kini

bertebaran banyak bacaan yang memaparkan semata-mata aspek hiburan.

KEKUATAN DONGENG

Secara naluriah, setiap anak senang dengan cerita atau dongeng karena

berkembangnya kemampuan berbicara anak semakin menuntut keingintahuan mereka akan

banyak hal dengan cara diceritakan, karena mendongeng  memiliki daya tarik tersendiri bagi

pendengar dan pembacanya. Alur dan tutur cerita memberikan sentuhan emosi yang luar

Page 8: Memaknai Cerita Mengasah Jiwa New

biasa dalam kesehariaan anak, sehingga cerita memberikan banyak manfaat bagi

perkembangan kepribadian anak. Para pakar menyatakan ada beberapa manfaat lain yang

dapat digali dari pemberian cerita dongeng pada anak antara lain:

1. Anak dapat mengasah daya pikir dan imajinasinya.

Hal yang belum tentu dapat terpenuhi bila anak hanya menonton dari televisi. Anak

dapat membentuk visualisasinya sendiri dari cerita yang didengarkan. Ia dapat

membayangkan seperti apa tokoh-tokoh maupun situasi yang muncul dari dongeng

tersebut. Lama-kelamaan anak dapat melatih kreativitas dengan cara ini. Ini pertanda

bahwa anak-anak yang imajinasinya terstimulasi dengan baik akan tumbuh dan

berkembang menjadi anak yang kreatif. Dengan mendengarkan cerita, naka akan

mengembangkan daya analisis, daya kritis, dan fantasi mereka.11

2.     Meningkatkan kemampuan berbahasa dan berkomunikasi

Menurut Martuti (2008) bercerita/ kegiatan mendongeng merupakan salah satu metode

permainan yang dapat meningkatkan kecerdasan linguistik-verbal yang didesain dengan

tujuan meningkatkan kemampuan anak dalam berbahasa. Kata-kata yang digunakan

dalam dongeng sangat baik untuk menambah perbendaharaan kata anak, sehingga

memudahkan anak berkomunikasi dengan orang lain.

3. Cerita atau dongeng merupakan media yang efektif untuk menanamkan berbagai nilai

dan etika kepada anak, bahkan untuk menumbuhkan rasa empati.

Anak sangat dipengaruhi oleh cerita atau dongeng. Oleh karena itu, pesan-pesan moral,

seperti nilai-nilai kebaikan dan kejahatan, balasan bagi orang yang berbuat jahat, atau

balasan bagi anak yang durhaka, bisa disisipkan lewat dongeng tersebut.12 Anak juga

diharapkan dapat lebih mudah menyerap berbagai nilai tersebut karena orang tua di sini

tidak bersikap memerintah atau menggurui, sebaliknya para tokoh cerita dalam dongeng

tersebutlah yang diharapkan menjadi contoh atau teladan bagi anak. Dalam hal ini cerita

menempati posisi pertama untuk merubah etika nak-anak.13

4. Dongeng dapat menjadi langkah awal untuk menumbuhkan minat baca anak.

Salah satu kiat menumbuhkan minat baca pada anak adalah membacakan cerita dongeng

sebelum tidur.14 Menurut Handayu (2001) mendongeng merupakan salah satu tahapan

Page 9: Memaknai Cerita Mengasah Jiwa New

untuk membangkitkan minat baca seorang anak, sehingga membaca bisa menjadi hobi

bagi anak. Diawali dengan buku-buku dongeng yang kerap didengarnya, kemudian

meluas pada buku-buku lain seperti buku pengetahuan, sains, agama, dan sebagainya.

5.     Belajar mengenai kehidupan

Anak-anak akan belajar mengenali berbagai persoalan kehidupan yang dihadapi oleh

tokoh dalam cerita dan bagaimana para tokoh itu menyelesaikan masalahnya. Hal ini

dapat melatih anak berpikir rasional dan praktis, menyelesaikan masalah, serta

mengambil keputusan. Menurut Lawrence Kutner, Ph.D., ahli jiwa psikiatri di Harvard,

Amerika Serikat, dongeng dapat mengajak anak memasuki pengalaman hidup tanpa

risiko. Anak juga dapat memetik hikmah dengan mengidentifikasikan diri dengan tokoh

cerita.

6.   Bagi anak-anak yang baru saja mengalami trauma atau sedang sakit.

Dongeng juga bisa jadi ajang pelepasan ekspresi, penyembuhan luka hati dan hiburan.

Jika anak sudah hobi mendengarkan cerita dongeng, maka anak-anak akan merasa

senang dan bahagia jika mendengar dongeng. Dengan perasaan senang dan mungkin

diiringin dengan canda tawa, maka berbagai rasa tegang, mud yang buruk dan rasa-rasa

negatif lain bisa menghilang dengan sendirinya.

7.   Melatih anak agar tak malu dan percaya diri.

Interaksi yang baik antara pendongeng dengan anak akan memancing anak untuk

bertanya, berkomentar, menjawab pertanyaan, bahkan menirukan tokoh dalam cerita.

8.     Sebagai sarana untuk membangun karakter anak

Menurut Henny Supolo, pemerhati persoalan pendidikan anak, hubungan kegiatan

mendongeng dengan pembentukan kepribadian anak terjadi saat anak mulai dapat

mengidentifikasi tokoh. "Ketika anak ikut hanyut dalam cerita, ia segera melihat

dongeng dari mata, perasaan, dan sudut pandangnya,". Di sini orangtua bisa menilai

kecenderungan anak terhadap sesuatu hal. Apa yang dia sukai dan tidak, apa yang dia

anggap baik atau buruk.

Page 10: Memaknai Cerita Mengasah Jiwa New

9.     Menstimulasi rasa ingin tahu

Dongeng yang kerahasiaan ceritanya terjaga dapat membuat anak betah berlama-lama

duduk hanya karena ingin mengetahui akhir dari cerita dongeng yang mereka dengar.

Rasa ingin tahu itu penting karena dapat menjadi pintu masuk ilmu pengetahuan.

10. Menstimulasi jiwa petualangan

Melalui petualangan, anak akan belajar tentang banyak hal dari lingkungan disekitarnya.

Nah, kegiatan mendongeng bisa memberikan inspirasi anak untuk bertualang seperti

tokoh yang ia dengar dari dongeng.

11. Menghangatkan hubungan orang tua dan anak

Dengan mendongeng, orang tua bisa berbagi pengalaman, berkomunikasi dan memberi

kesempatan pada anak. Terjadinya interaksi tanya jawab antara anak-anak dengan

orangtua secara tidak langsung akan mempererat tali kasih sayang. Selain itu tertawa

bersama-sama juga dapat mendekatkan hubungan emosional antar anggota keluarga.

Apabila sering dilakukan maka bisa menghilangkan hubungan yang kaku antara anak

dengan orangtua yang mendongengkan.

12. Meningkatkan kecerdasan spiritual

Kecerdasan spiritual anak dapat ditingkatkan melalui kisah-kisah agung, yakni kisah dari

orang-orang dalam sejarah yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi.15 Orang

tua dapat saja menceritakan kisah nabi, para sahabat yang dekat dengan nabi, orang-

orang yang terkenal keshalehannya, atau tokoh-tokoh yang tercatat dalamsejarah karena

mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi. Metode ini dinilai sangat efektif karena

anak-anak pada umumnya sangat menyukai cerita. Disinilah sesungguhnya orang tua

dapat berperan aktif menceritakan kepada anak-anak tentang kisah-kisah agung agar

kecerdasan spiritualnya dapat berkembang dengan baik.

13. Anak dapat menempatkan dirinya ditengah masyarakat dengan benar.

Anak bisa memahami hal mana yang perlu ditiru dan yang tidak boleh ditiru. Hal ini

akan membantu mereka dalam mengidentifikasikan diri dengan lingkungan sekitar

Page 11: Memaknai Cerita Mengasah Jiwa New

disamping memudahkan mereka menilai dan memposisikan diri di tengah-tengah orang

lain.

PENDIDIKAN AKHLAK ANAK

Akhlak merupakan fondasi utama dalam pembentukan pribadi manusia seutuhnya.

Pendidikan yang mengarah pada terbentuknya pribadi berakhlak merupka hal pertama yang

harus dilakukan, sebab akan melandasi kestabilan kepribadian manusia keseluruhan

(Handayu, 2001). Rasulullah Saw, menetapkan dalam sabdanya

“Sesungguhnya orang yang kaya itu bukan karena harta semata, tetapi yang kaya itu

adalah kaya karena hatiny”

Nilai kekayaan hati lebih utama dibandingkan dengan banyaknya harta, demikian

menurut pandangan agama islam. Pendidikan akhlak merupakan misi utama pendidikan Nabi

yang ditegaskan dalam firman Allah Swt.,

“Dan sesungguhnya kamu (muhammad) berbui pekerti yang agung” (Al-Qalam:4)

Kaitan antara akhlak dengan iman sangatlah dekat, karena dalam timbangan amal pun, akhlak

merupakan hal yang terberat. Sebagaimana dalam sabda Rasulallah Saw.,

“Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbanga seorang hamba mukmin pada hari

kiamat, kecualai akhlak yang baik”

Memang berat untuk membangun pribadi manusia dengan akhlak yang baik, apalagi

dalam kedudukan kita sebagai orang tua yang berkewajiban mendidik anak dengan akhlak

yang baik. Kekuatan perhatiandan pengawasan merupakan benteng untuk menghindari anak

dari gejala-gejala suka berbohong,mencuri, mencela, kenakalan,dan penyimpangan lain yang

mencerminkan moralyang rendah dan perbuatan hina. Dalam hal ini, Rasulallah Saw,

memberikan teladan umatnya untuk bersikap kasih sayang secara tulus. Rasa kasih sayang

hendaknya ditanamkan sedini mungkin kepada anak-anak kita. Pendidikan moral yang

disampaikan dengan kelembutan, penuh kasih sayang, dan halus penyampaiannya, membuat

anak kita merasa senang dan menyukai, serta mudah meerima apa yang kita sampaikan.

Islam sangat memperhatikan pendidikan anak-anak dari asek moral dan mengeluarkan

petunjuk-petunjuk yang berharga. Benteng pertahanan religius yang berakar pada hati

sanubari anak-anak, kebiasaan mengingat allah yang telah dihayati dalam dirinya,dan

Page 12: Memaknai Cerita Mengasah Jiwa New

instropeksi diri yang telah menguasai seluruh pikiran dan perasaannya, dapat membentengi

anak dari sifat-sifatnegatif dan merusak. Dalam hal ini Rasulallah bersabda:

“tidak ada suatu pemberian yang diberikan seorang ayah kepada anak-anaknya yang

lebih utama daripada pemberian budi pekerti yang baik” (HR. Tirmidzi)

Jika semenjak masa kanak-kanak seorang anak tumbuh berkembang dan nberpijak pada

landasan iman kepada Allah danterdidik untuk selalu ingat, takut, meminta pertolongan dan

berserah diri hanya kepada Allah, maka ia akan memiliki potensi dan respon secara instingtif

dalam menerimatiapkeutamaan dan kemuliaan, di samping terbiasa melakukan akhlak yang

mulia.

DONGENG SEBAGAI SENI PENDIDIKAN ANAK

Dalam hubungannya dengan pendidikan, lingkungan kelurga merupakan lembaga

pendidikan yang pertama dan utama, berlangsung secara wajar dan informal, serta lebih

dominan melalui media permainan.16 Orang tua sebagai pendidik betul-betul merupakan

peletak dasar kepribadian anak. Dasar kepribadian tersebut akan bermanfaat atau berperan

terhadap pengaruh-pengaruh ayau pengalaman-pengalaman selanjutnya, yang datang

kemudian. Tanggung jawab utama pendidikan anak-anak adalah pada orang tua mereka.

Sebagaimana hadits Rasululloh sallallahu''alaihi wa sallam yang artinya:

"Setiap bayi terlahir dalam keadaan fithrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya,

Yahudi, Nasrani ataupun Majusi"(HR:Bukhari).

Ulama mengartikan fitrah itu adalah rasa cinta kepada dienul Al-Islam, menerima,

dan menginginkan kebenaran, dan mengakui adanya Robb yang merupakan bakat dari setiap

anak, namun peran pendidikan orang tuanya-lah yang menjadikan dia menjadi beraqidah,

beribadah, berahklaq selain Islam. Apapun informasi yang disampaikan kepada anak-anak,

baik melalui mata maupun telinga, bahkan seluruh indera mereka, orang tua memiliki

tanggungjawab untuk menyajikannya dengan sebaik-baiknya. Berbagai sajian hiburan

memiliki peluang sama untuk berkompetisi dalam mempengaruhi anak. Orang tua tidak

memiliki kekuasaan untuk membendung aneka bentuk informasi dalam lingkungan global

sekarang ini.

Dongeng sebagi media pendidikan anak memiliki peluang yang sama dengan bentuk-

bentuk komunikasi pendidikan yang lain.17 Peran kita semua, para pendidik, para pemuda

Page 13: Memaknai Cerita Mengasah Jiwa New

(calon orang tua) dan para orang tua sangatlah penting dalam peta persaingan memengaruhi

proses tumbuh kembang anak-anak kita semua. Sesuai dengan kegiatan mendongeng yakni

memberikan pengalaman belajar dengan mendengarkan cerita yang sarat dengan pesan-pesan

yang harus disampaikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan bagi anak.18 Menurut

Handayu (2001), dongeng menjadi sarana yang efektif untuk mempengaruhi cara berfikir dan

berperilaku nak-anak, karena mereka senang mendengarkan atau dibacakan berulang-ulang.

Perulangan ini dipadukan dengan imajinasi anak-anak dan tak terhingga nilai kehadiran orang

tua, menjadikan dongeng sebagai salah satu cara terbaik untuk mempengaruhi cara berpikir

mereka.

Selain itu, dari berbagai cara untuk mendidik anak, dongeng merupakan cara yang tak

kalah ampuh dan efektif untuk memberikan human touch atau sentuhan manusiawi dan

sportifitas bagi anak.19 Melalui dongeng pula jelajah cakrawala pemikiran anak akan menjadi

lebih baik, lebih kritis, dan cerdas. Dengan mendengarkan dongeng yang mendidik, anak-

anak akan memperoleh contoh-contoh perilaku yang baik dan buruk serta akibat-akibat yang

ditimbulkan dari perilaku tersebut, sehingga dia bisa menentukan pilihan yang mana yang

harus dia pergunakan dan mana yang harus dijauhi. Melalui dongeng, anak juga bisa

mempelajari berbagai nilai yang ada di masyarakat, seperti: kejujuran,keberanian,kecerdikan

kebahagiaan dan lainnya, yang dapat menjadikan pengembangan pengalaman ruhani dan

pendidika nilai-nilai moral.

Tokoh-tokoh yang menarik dapat menjadi panutan anak. Komentar-komentar dari

mulut anak, seyogianya mendapatkan perhatian dari orang tua. Sebab, kalau orang tua acuh

tak acuh saja, tujuan penanaman nilai serta moral sulit tercapai. Itulah sebabnya, keterbukaan

dalam berkomunikasi dengan anak sangat diperlukan. Bila komunikasi lancar, apapun yang

ingin disampaikan orang tua biasanya akan lebih mudah diterima anak. Melalui dongeng

berarti orang tua telahmenjadi guru di rumah bagi anak-anaknya.

Sejak dulu dongeng dapat diterima oleh anak sebagai salah satu hiburan yang

menyenangkan. Disadari atau tidak, apabila orang tua mendongeng, diceritakan bahwa tokoh

yang baik (protagonis) selalu dapat mengalahkan tokoh yang jahat (antagonis), dengan

demikian, secara tidak langsung orang tua telahmenanamkan kesadaran pada anak, bahwa

segala sesuatu yang baik pasti akan menang. Meskipundi sekolah anak-anak juga telah

mendapat pelajaran bahkan banyak nasihat atau petuah yangdi berikan oleh guru maupun

orang tua, tetapi nasehat atau petuah tadi akan mudah meresap di hati mereka bila dikaitkan

Page 14: Memaknai Cerita Mengasah Jiwa New

dengan fantasi atau dongeng. Dengan dongeng, anak-anak akan lebih menghayati tokoh yang

dikagumi tanpa paksaan. Suatu langkah yang baik apabila orang tua dapat memberikan

pelajaran atau nasehat dengan jalan mendongeng untuk menanamkan kejujuran dan

kebijakan, sekaligus anak merasa dihibur dengan cerita-cerita ringan tersebut.

Ungkapan dongeng sebagai bahasa kasih ibu memiliki makna yang sangat mendalam

dan sakral. Hal ini disebabkan karena menyangkut hubungan kasih sayang antara orang tua

(Ibu) dan anak. Dongeng sebagai bahasa kasih ibu tidak hanya sekedar mengantar anak

berangkat tidur. Melalui kontak lahir dan jalinan kasih sayang antara orang tua dan anak akan

terbangun secara harmonis dan kokoh. Sebagai bahasa kasih ibu, dongeng akan menjadi

media orang tua dalam memberikan pendidikan secara langsung tanpa anak merasa dijejali

secara otoriter. Metode bercerita tampaknya adalah salah satu cara terbaik dalam pendidikan

anak. Hal ini karena cerita sebagaimana cinta yang menyentuh semua potensi kemanusiaan

yang ada pada diri anak, yaitu daya rasa (jiwa), daya pikir (intelek) dan keakuan diri.

Mendengarkan cerita akan mencerahkan, menginspirasi, dan memotivasi hidup anak-anak.20

Dalam dongeng terdapat pesan-pesan moral yang sangat penting bagi perkembangan pola

pikir anak-anak. Selain itu dengan mempelajari dongeng seorang anak bisa dipupuk rasa

percaya dirinya. Dongeng juga berfungsi sebagai sarana 'pengembaraan' anak. Sebab dengan

mendengar dongeng, fantasi dan daya cipta anak akan mengembara sesuai alur cerita dalam

dongeng. Saat itulah biasanya unsur pendidikan dan pembinaan moral dapat disusupkan

dalam benak anak-anak.

PENUTUP

Mendongengkan cerita diharapkan menjadi ritual penting bagi anak sebelum tidur.

Terbukti, manfaatnya sangat banyak, terutama pengembangan otak dan kemampuan

berbahasa anak. Dongeng dapat menjadi salah satu alternatif bagi orang tua sebagai media

pendidikan anak-anak. Dalam hal ini, nasihat atau pesan pesan moral yang disampaikan

orang tua kepada anaknya, akan lebih cepat diresapi dan diterima oleh pendengar (anak anak)

melalui dongeng. Kemasan cerita yang di pilih memang menjadi salah satu penentu muatan

moral yang disampaikan. Dari sekian manfaat dongeng untuk anak, orang tua seyogyanya

harus bisa memilih dongeng yang sesuai untuk perkembangan psikologi anak. Terlepas

apakan dongeng masih menjadi salah satu media yang digunakan orang tua untuk menghibur

anaknya atau menjadi media penyampaian nilai moralitas kehidupan, yang jelas dongeng

memang menjadi salah satu budaya yang memiliki nilai positif jika di berikan dengan baik

Page 15: Memaknai Cerita Mengasah Jiwa New

kepada anak. Mengintip keberhasilan orang tua dalam menyampaikan pesan moral atau

wejangan melalui dongeng memang sudah menjadi sebuah alasan dongeng kembali di

galakan.

CATATAN AKHIR

1 Kartini Kartono, 1985, Mengenal Dunia Kanak-kanak. Jakarta: CV Rajawali, hal. 164

2 T Handayu, 2001, Panduan Menanamkan Nilai Moral Pada Anak Melalui Carita, Solo: Era

Intermedia, hal. 62

3 Anonim, Anak Indonesia Sudah Tidak Mengenal Dongeng, Jawa pos: 2 Februari 2000

4 P. K., Arya, 2008, Rahasia Mengasah Talenta Anak, Jogjakarta: Think, hal. 143

5 Jamal Ma’mur Asmani, 2009, Mencetak anak Genius, Jogjakarta: Diva Press, hal. 192

6 Susanti, Febriana Werdiningsih, dan Sujiyanti, 2009, Mencetak Anak Juara, Jogjakarta:

Katahati, hal. 179

7 Anonim, Anak Indonesia Sudah Tidak Mengenal Dongeng, Jawa pos: 2 Februari 2000

8 P. K., Arya, 2008, Op. Cit., hal. 145

9 P. K., Arya, 2008, Op. Cit., hal. 145

10 Jamal Ma’mur Asmani, 2009, Op. Cit., hal. 201

11 Mustamir Pedak dan Maslichan, 2009, Potensi Kekuatan Otak Kanan dan Kiri Anak,

Jogjakarta: Diva Press, hal. 170

12 Andi, Y. A., 2009, Kenapa Guru Harus Kreatif?, Bandung: Mizan, hal.

13 Abdul, A., A., M., 2002, Mendidik anak Lewat Cerita, Jakarta: Mustaqiim, hal.

14 R. Masri Sareb Putra, 2008, Menumbuhkan Minat Baca Sejak Dini, Jakarta: Indeks, hal. 47

15 Akhmad Muhaimin Azzet, 2010, Mengembangkan Kecerdasan Spiritual bagi Anak,

Jogjakarta: Katahati, hal. 83

Page 16: Memaknai Cerita Mengasah Jiwa New

16 Uyoh Sadulloh, dkk, 2010, Pedagogik (Ilmu Mendidik), Bandung: Alfabeta, hal. 193

17 Imam Musbikin, 2006, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, Jogjakarta: Mitra Pustaka, hal.

55

18 Moeslichatoen, R, 2004, Metode pengajaran di Taman Kanak-Kanak, Jakarta: Rineka

Cipta, hal. 157

19 Kekuatan Dongeng Terhadap Anak

Oleh : Rudi Maryati, S.Pd

20 Mustamir Pedak dan Maslichan, Op. Cit., hal. 171

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, A., A., M., 2002, Mendidik anak Lewat Cerita, Jakarta: Mustaqiim

Akhmad, M., A., 2010, Mengembangkan Kecerdasan Spiritual bagi Anak, Jogjakarta:

Katahati,

Andi, Y. A., 2009, Kenapa Guru Harus Kreatif?, Bandung: Mizan

Asmani, J., M., 2009, Mencetak anak Genius, Jogjakarta: Diva Press

Arya, P. K, 2008, Rahasia Mengasah Talenta Anak, Jogjakarta: Think

Handayu, T, 2001, Panduan Menanamkan Nilai Moral Pada Anak Melalui Carita, Solo: Era

Intermedia.

Kartono, Kartini, 1985, Mengenal Dunia Kanak-kanak. Jakarta: CV Rajawali

Martuti, A., 2008, Mengelola PAUD, Jogjakarta: Kreasi Kencana

Musbikin, I., 2006, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, Jogjakarta: Mitra Pustaka.

Pedak, M., dan Maslichan, 2009, Potensi Kekuatan Otak Kanan dan Kiri Anak, Jogjakarta:

Diva Press

Page 17: Memaknai Cerita Mengasah Jiwa New

Putra, R., M., S., 2008, Menumbuhkan Minat Baca Sejak Dini, Jakarta: Indeks

R, Moeslichatoen, 2004, Metode pengajaran di Taman Kanak-Kanak, Jakarta: Rineka Cipta

Sadulloh, Uyoh, dkk, 2010, Pedagogik (Ilmu Mendidik), Bandung: Alfabeta

Susanti, Febriana, W., dan Sujiyanti, 2009, Mencetak Anak Juara, Jogjakarta: Katahat,.