Upload
wonder-kid58
View
15
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kulit
Citation preview
1.Definisi
Melasma (juga dikenal sebagai chloasma atau mask of pregnancy) berasal
dari bahasa Yunani yakni melas yang berarti hitam. Melasma merupakan kelainan
hipermelanosis yang sangat sering dijumpai, bersifat didapat, dengan distribusi
simetris pada daerah yang sering terpapar sinar matahari dan biasanya dijumpai
pada wanita usia reproduksi. Melasma muncul dalam bentuk makula berwarna
cokelat terang sampai gelap dengan pinggir yang iregular, biasanya melibatkan
daerah dahi, pelipis, pipi, hidung, di atas bibir, dagu, dan kadang-kadang leher.
Meskipun melasma dapat mengenai semua orang, akan tetapi lebih sering pada
wanita Asia dan Hispanik berkulit gelap.2,3,9
II.2. Epidemiologi
Melasma dapat mengenai semua ras terutama penduduk yang
tinggal di daerah tropis. Melasma terutama dijumpai pada wanita. Wanita
dengan tipe kulit yang lebih gelap (misalnya tipe kulit IV hingga VI),
yaitu Latin, Afrika-Amerika, Afrika-Karibia dan Asia memiliki insidens
terbanyak. Tidak hanya wanita, melasma juga biasa didapatkan pada
pria (10 %). Di Indonesia perbandingan kasus wanita dan pria yaitu
24 :1. Terutama tampak pada wanita usia subur dengan
riwayat langsung terkena pajanan sinar matahari. Kondisi ini juga
lebih sering terjadi pada area geografis yang terpapar radiasi ultraviolet (sinar
matahari) yang besar, seperti daerah tropis dan subtropis. Insidens terbanyak
pada usia 30-44 tahun. Kelainan ini dapat mengenai wanita hamil, wanita
4
pemakai pil kontrasepsi, pemakai kosmetik, pemakai obat, dan lain lain.
Penelitian tentang kualitas hidup menunjukkan bahwa melasma menimbulkan
efek emosional dan psikologis yang besar pada pasien yang hidup dengan
kelainan ini.2,3,9,10
II.3. Etiologi
Etiologi melasma masih belum diketahui secara pasti.1 Adapun faktor-
faktor yang berperan dalam patogenesis melasma diantaranya adalah:
A. Sinar matahari
Paparan sinar matahari adalah faktor yang sangat berpengaruh, dan ini
berlaku untuk semua pasien yang mengalami perbaikan atau bertambah parah
apabila terpapar sinar matahari. Eksaserbasi melasma hampir pasti dijumpai
setelah terpapar sinar matahari yang berlebihan, mengingat kondisi melasma
akan memudar selama musim dingin. Lipid dan jaringan tubuh (kulit) yang
terpapar dengan sinar, terutama UV dapat menyebabkan terbentuknya singlet
oxygen dan radikal bebas yang merusak lipid dan jaringan tersebut. Radikal
bebas ini akan menstimulasi melanosit untuk memproduksi melanin yang
berlebihan. Panjang gelombang dari radiasi sinar matahari yang paling
berisiko dalam pencapaiannya ke bumi adalah UVB 290-320 nm dan UVA
320-400 nm. Semakin kuat UVB maka akan semakin menimbulkan reaksi di
epidermis, dengan perkiraan 10% dapat mencapai dermis, sementara 50%
UVA akan mencapai dermis. Sinar UV akan merusak gugus sulfhidril yang
merupakan penghambat tirosinase sehingga dengan adanya sinar UV, enzim
tirosinase bekerja secara maksimal dan memicu proses melanogenesis. Pada
mekanisme perlindungan alami terjadi peningkatan melanosit dan perubahan
5
fungsi melanosit sehingga timbul proses tanning cepat dan lambat sebagai
respon terhadap radiasi UV. Ultraviolet A menimbulkan reaksi pigmentasi
cepat. Reaksi cepat ini merupakan fotooksidasi dari melanin yang telah ada,
dan melanin hasil radiasi UVA hanya tersebar pada stratum basalis. Pada
reaksi pigmentasi lambat yang disebabkan oleh UVB, melanosit mengalami
proliferasi, terjadi sintesis dan redistribusi melanin pada keratinosit
disekitarnya. Melasma merupakan proses adaptasi melanosit terhadap
paparan sinar matahari yang kronis. Terjadinya melasma pada daerah wajah
karena memiliki jumlah melanosit epidermal yang lebih banyak dibanding
bagian tubuh lainnya dan merupakan daerah yang paling sering terpapar sinar
matahari. Interaksi antara faktor sinar matahari dan berbagai hormon terjadi
di perifer, kemudian bersama-sama mempengaruhi metabolisme melanin di
dalam melanoepidermal unit.11,12
B. Endokrin
Hormon yang dikenal dapat meningkatkan melanogenesis antara lain
yakni Melanin Stimulating Hormone (MSH), ACTH, lipotropin, estrogen,
dan progesteron. Melanin Stimulating Hormon (MSH) merangsang
melanogenesis melalui interaksi dengan reseptor membran untuk
menstimulasi aktivitas adenyl cyclase (cAMP) dan juga meningkatkan
pembentukan tirosinase, melanin dan penyebaran melanin. Hipermelanosis
yang difus berhubungan dengan insufisiensi korteks adrenal. Peningkatan
MSH dan ACTH yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari akan terjadi bila
kortisol mengalami defisiensi sebagai akibat dari kegagalan mekanisme
inhibisi umpan balik. Estrogen dan progesteron baik natural maupun sintetis
6
diduga sebagai penyebab terjadinya melasma oleh karena sering
berhubungannya dengan kehamilan, penggunaan obat kontrasepsi yang
mengandung estrogen dan progesteron, penggunaan estrogen konjugasi pada
wanita postmenopause dan pengobatan kanker prostat dengan dietilbestrol.
Meskipun peran estrogen dalam menginduksi melasma belum diketahui,
namun dilaporkan bahwa melanosit yang mengandung reseptor estrogen
menstimulasi sel-sel tersebut menjadi hiperaktif.1,11,12 Walaupun estrogen
disangka memegang peranan penting dalam etiologi melasma, namun
terdapat insiden yang rendah diantara para wanita postmenopause yang
mendapat terapi pengganti.11,12
C. Obat
Pigmentasi yang ditimbulkan oleh obat mencapai 10-20% dari
keseluruhan kasus hiperpigmentasi yang didapat. Patogenesis pigmentasi
yang diinduksi oleh obat ini bermacam-macam, berdasarkan pada penyebab
pengobatan dan melibatkan akumulasi melanin, diikuti dengan peradangan
kutaneus yang non spesifik dan sering diperparah dengan paparan sinar
matahari. Biasanya obat-obat ini akan tertimbun pada lapisan atas dermis
bagian atas secara kumulatif, dan juga dapat merangsang melanogenesis.
Beberapa obat yang dapat merangsang aktivitas melanosit dan meningkatkan
pigmentasi kulit terutama pada daerah wajah yang sering terpapar sinar
matahari yaitu, obat-obat psikotropik seperti fenotiazin (klorpromazin),
amiodaron, tetrasiklin, minosiklin, klorokuin, sitostatika, logam berat, arsen
inorganik, dan obat antikonvulsan seperti hidantoin, dilantin, fenitoin dan
barbiturat.11,13
7
D. Genetik
Ditemukan kasus riwayat keluarga dengan insidens sekitar 20-70%.1,3
E. Ras
Melasma banyak dijumpai pada golongan hispanik dan golongan kulit
berwarna gelap.2,3
Faktor-faktor yang terlibat lainnya adalah kandungan tertentu yang
terdapat dalam kosmetika, defisiensi nutrisi.3,4 Dari sekian banyak faktor
etiologi yang berhubungan dengan melasma, paparan sinar matahari terlihat
sangat berperan penting. Penelitian oleh Sanchez dkk, semua pasien yang
bertempat tinggal di Puerto Rico dan sebagian besar onset melasmanya terjadi
selama musim panas, pasien merasa pada musim dingin melasma mereka
nyata berkurang. Pasien ini juga mengatakan bahwa paparan sinar matahari
akan memperparah melasma mereka.5 Beberapa dari faktor-faktor tersebut
telah diobservasi sedangkan yang lainnya telah dilakukan uji klinis. Kira-kira
sepertiga kasus melasma pada wanita, dan sebagian besar pada pria adalah
idiopatik.11,13 Selain itu kehamilan merupakan faktor yang memperberat pada
51% wanita yang sebelumnya hamil. Resiko melasma berat hampir delapan
kali kali lipat lebih tinggi pada wanita yang mendapat kontrasepsi oral
daripada mereka yang tidak menggunakan kontrasepsi oral. Resiko melasma
hampir tiga kali lipat lebih tinggi pada wanita di bawah 30 tahun dalam hal
usia onset. Fotoproteksi penting dalam menurunkan resiko melasma berat
pada pasien dengan paparan sinar matahari yang intensif, terutama bila
8
terdapat kombinasi faktor yang memperberat seperti kontrasepsi oral, paparan
sinar ultraviolet atau kehamilan.14
II.4. Klasifikasi
Terdapat beberapa jenis melasma ditinjau dari gambaran klinis,
pemeriksaan histopatologik, dan pemeriksaan dengan sinar Wood. Melasma
dapat dibedakan berdasarkan gambaran klinis, peeriksaan histopatologik, dan
pemeriksaan dengan sinar Wood.2,9
Berdasarkan gambaran klinis
a. Bentuk sentro-fasial meliputi daerah dahi, hidung, pipi bagian
medial, bawah hidung, serta dagu (63%)
b. Bentuk malar meliputi hidung dan pipi bagian lateral (21%)
c. Bentuk mandibular meliputi daerah mandibula (16%) 2,9
Berdasarkan pemeriksaan dengan sinar Wood
a. Tipe epidermal, melasma tampak lebih jelas dengan sinar Wood
dibandingkan dengan sinar biasa.
b. Tipe dermal, dengan sinar Wood tak tampak warna kontras
dibandingkan dengan sinar biasa.
c. Tipe campuran, tampak beberapa lokasi lebih jelas sedang lainnya
tidak jelas.
d. Tipe sukar dinilai karena warna kulit yang gelap, dengan sinar
Wood lesi menjadi tidak jelas, sedangkan dengan sinar biasa jelas
terlihat. Perbedaan tipe-tipe ini sangat berarti pada pemberian terapi,
tipe dermal lebih sulit diobati dibanding tipe epidermal.2,9
Berdasarkan pemeriksaan histopatologik
9
a. Melasma tipe epidermal, umumnya bewarna coklat, melanin
terutama terdapat pada lapisan basal dan suprabasal, kadang-kadang
di seluruh stratum korneum dan stratum spinosum.
b. Melasma tipe dermal, berwarna coklat kebiruan terdapat makrofag
bermelanin di sekitar pembuluh darah di dermis bagian atas dan
bawah, pada dermis bagian atas terdapat fokus-fokus infiltrat.2,9
II.5. Patogenesis
Patogenesis melasma masih belum dapat dijelaskan secara jelas. Banyak
faktor yang menyangkut dalam patogenesis melasma ini yaitu:
a. Peningkatan produksi melanosom karena peranan hormon maupun sinar
matahari. Peranan hormon kewanitaan dapat dilihat dari meningkat
kejadian melasma pada kehamilan dan pada mereka yang mengonsumsi
pil kontrasepsi oral, terapi pengganti estrogen dan terapi esrogen untuk
kanker prostat. Mekanisme induksi terjadinya melasma oleh estrogen
dapat terkait dengan adanya respetor estrogen pada melanosit yang
menstimulasi sel untuk memproduksi lebih banyak melanin. Ada yang
mengatakan bahwa mekanisme kausatif hiperpigmentasi pada kehamilan
atau pemakaian kontrasepsi oral adalah kenaikan estrogen, progestron
ataupun MSH (Melanocyte Stimulating Hormone). Akan tetapi Westerhof
(1982) menyebutkan bahwa pada melasma, MSH normal, sedangkan
kadar estrogen dan progesteron nya lah yang berperan, meskipun tidak
jelas diketahui bagaimana respetor tersebut untuk hormon tersebut ada di
membran melanosit. Salah satu faktor penting dalam peningkatan
10
melanosom juga adalah paparan ultraviolet dari sinar matahari atau
sumber lainnya. Eksaserbasi melasma secara universal terlihat setelah
melewati periode tertentu dimana subjek dijauhkan dari paparan sinar
matahari. Apapun mekanisme nya, melasma terjadi pada peningkatan
deposisi melanin di epidermis, dermis (pada melanopharge), atau pada
keduanya. Jumlah melanosit pada lesi seringkali dilaporkan normal atau
meningkat. Melanosom di dalam melanosit dan keratinosis dilaporkan
memiliki ukuran yang lebih besar.2,3,9
b. Penghambatan lapisan malphigi, keadaan ini dapat terjadi karena obat
sitostatik.
Patogenesis melasma selalu digunakan dalam pelaksanaan proses
diagnosis maupun proses pengobatan. Pengetahuan tentang patogenesis
melasma banyak berkaitan dengan biologi, biokimia, patofisiologi dan
patologi dari proses pigmentasi kulit, baik ditingkat selular, biomolekular dan
jaringan kulit. Juga berhubungan langsung dengan faktor penyebab melalui
beberapa mekanisme yang bersifat spesifik.2,3,9
II.6. Gambaran Klinis
Lesi melasma tampak sebagai makula coklat terang sampai gelap,
dengan pinggir iregular, dan distribusi biasanya simetris pada wajah, menyatu
dengan pola retikular. Terdapat tiga pola utama dari distribusi lesi tersebut,
yaitu sentrofasial (63%) mengenai daerah pipi, dahi, hidung, di atas bibir dan
dagu, merupakan bentuk yang paling sering ditemukan, malar (21%)
mengenai pipi dan hidung, dan mandibular (16%) mengenai ramus
11
mandibula. Melasma tidak mengenai membran mukosa. Jumlah makula
hiperpigmentasi berkisar antara satu lesi sampai multipel dengan distribusi
simetris.1,2,4
II.7. Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak diindikasikan, hanya saja dapat dipertimbangkan untuk
pemeriksaan fungsi endokrin, tiroid dan hepatik.
B. Pemeriksaan histopatologis
Lesi kulit melasma terlihat jelas berbeda dibanding dengan kulit normal.
Terdapat tiga gambaran histopatologis dari pigmentasi yaitu epidermal,
dermal, dan campuran. Pada melasma tipe epidermal, yang terlihat
berwarna kecoklatan, terdapat peningkatan melanin di lapisan basal dan
suprabasal. Peningkatan jumlah dan aktivitas melanosit masih diamati
seiring dengan meningkatnya transfer melanosom ke keratinosit. Tipe
epidermal lebih responsif terhadap pengobatan. Pada melasma tipe
dermal, yang terlihat berwarna abu-abu kebiruan, pigmen melanin yang
diproduksi oleh melanosit epidermal memasuki papila dermis dan
diambil oleh makrofag (melanofag), dimana sering berkumpul di sekitar
pembuluh darah kecil dan dilatasi. Pada melasma tipe campuran
ditandai dengan adanya deposisi pada lapisan dermal dan epidermal.2,9,15
C. Pemeriksaan Lampu Wood
Berdasarkan lokalisasi pigmen melasma terbagi dalam empat tipe.
Klasifikasi sebelum pengobatan sangat penting oleh karena lokalisasi
pigmen dapat menentukan pengobatan yang akan dipilih. Untuk
12
membantu dalam menentukan lokalisasi pigmen, sebelum diterapi maka
pasien harus diperiksa dengan menggunakan lampu Wood.1
Pada pemeriksaan dibawah lampu Wood, secara klasik melasma dapat
diklasifikasikan menjadi :
C.1. Tipe Epidermal
Hiperpigmentasi biasanya berwarna coklat terang apabila dilihat
dibawa lampu biasa dan penilaian dengan lampu Wood
menunjukkan warna yang kontras antara daerah yang
hiperpigmentasi dibanding kulit normal. Sebagian besar pasien
melasma termasuk kedalam kategori ini. Pasien denga
hiperpigmentasi tipe epidermal memiliki respon yang lebih baik
terhadap bahan-bahan depigmentasi.2,9,15
C.2. Tipe Dermal
Hiperpigmentasi biasanya berwarna abu-abu atau abu-abu kebiruan
apabila dilihat dibawah lampu biasa dan dengan lampu Wood tidak
memberikan warna kontras pada lesi. Pada tipe ini, eliminasi pigmen
bergantung pada transport melalui makrofag dan keadaan ini tidak
mampu dicapai oleh bahan-bahan depigmentasi.2,9,15
C.3. Tipe Dermal-Epidermal (Campuran)
Hiperpigmentasi biasanya berwarna coklat gelap apabila dilihat
dengan lampu biasa dan dengan lampu Wood terlihat pada beberapa
daerah lesi akan tampak warna yang kontras sedangkan pada daerah
yang lain tidak.2,9,15
C.4. Tipe Indeterminate
13
Lesi yang dijumpai pada sekelompok pasien dengan tipe kulit gelap
(tipe V danVI) dan tidak dapat dikategorikan dibawah lampu Wood.
Lesi berwarna abu-abu gelap namun sulit dikenali oleh karena
sedikitnya kontras warna yang timbul.2,9,15
II.8. Diagnosis
Diagnosis melasma ditegakkan hanya dengan anamnesis yang tepat dan
pemeriksaan klinis. Untuk menentukan tipe melasma dilakukan pemeriksaan
sinar Wood, sedangkan pemeriksaan histopatologik hanya dilakukan pada
kasus kasus tertentu.3
Secara histologis, terjadi peningkatan pigmentasi dengan pola epidermal,
epidermal-dermal atau dermal. Epidermal melasma yang sebenarnya
tergolong jarang terjadi.3
a. Anamnesis
Anamnesis yang cermat dapat membantu menegakkan diagnosis secara
tepat. Anamnesis yang dapat mendukung penegakkan diagnosis melasma:
1. Pasien wanita dengan kisaran umur 30-40 tahun
2. Pasien dengan riwayat kehamilan berulang
3. Pasien dengan penggunaan kontrasepsi oral
4. Pasien yang memiliki aktivitas yang sering berpaparan dengan
sinar matahari langsung
5. Lesi timbul bermingu minggu dan semakin terlihat saat kontak
dengan sinar matahari
6. Pasien dengan riwayat penggunaan kosmetik
7. Pasien wanita menopause yang sedang menjalani terapi hormon15
14
b. Pemeriksaan Fisik
Secara klinis, makula berwarna coklat muda biasanya muncul di daerah
dahi, dagu, hidung dan bibir atas pada wajah. Pasien dapat menampilkan
distribusi malar, sentrofasial atau mandibular.15
II.9. Diagnosis Banding
Adapun diagnosis banding untuk melasma adalah sebagai beriku:
1. Hiperpigmentasi post-inflamasi (pigmentasinya sama tetapi biasanya di
bagian wajah)
2. Lentigines (bisa saja berkelompok pada pipi bagian atas )
3. Penyakit Addison
4. Drug-induced photosensitivity
5. Lupus erythematosus discoid (LED)
6. Mastositosis
7. Poikiloderma
1. Hiperpigmentasi post-inflamasi
Hiperpigmentasi pasca inflamasi (HPI) adalah masalah yang sering
dihadapi dan merupakan gejala sisa gangguan kulit serta berbagai intervensi
terapeutik. Inilah kelebihan yang diperoleh dari pigmen dapat dikaitkan dengan
berbagai proses penyakit sebelumnya yang mempengaruhi kulit seperti infeksi,
reaksi alergi, luka mekanik, reaksi terhadap obat, letusan fototoksik, trauma
(misalnya, luka bakar), dan penyakit inflamasi (misalnya, liken planus, lupus
eritematosus, dermatitis atopik).(8, 11)
Distribusi lesi hipermelanosit tergantung pada lokasi inflamasi dermatosis
yang asli. Warna berkisar dari lesi cokelat muda sampai hitam, dengan
penampilan cokelat ringan jika pigmen berada dalam epidermis (yaitu, epidermis
15
melanosis) dan abu-abu gelap dengan penampilan kebiruan jika lesi mengandung
melanin kulit (yaitu, melanosis dermal). (8, 12)
Umum inflamasi penyakit yang mengakibatkan hiperpigmentasi pasca
termasuk lichen planus, lupus eritematosus sistemik, dermatitis kronis, dan kulit
T-sel limfoma, khususnya varian eritrodermik.(12)
2. Lentigines (bisa saja berkelompok pada pipi bagian atas )
Lentigines mungkin
berkembang perlahan-lahan
selama bertahun-tahun, atau bisa
pecah dan muncul secara tiba-
tiba. Pigmentasi bisa homogen
atau beraneka ragam, dengan
warna mulai dari coklat ke hitam.
Penampilan fisik dan morfologi
lentigines tergantung pada jenis
lesi. (8, 13, 14)
3. Addison disease
Awalnya, penyakit ini biasanya disebabkan oleh infeksi dari kelenjar
adrenal, infeksi yang paling umum adalah tuberculosis, yang masih merupakan
penyebab utama dari penyakit addison di negara berkembang. Saat ini, di negara
16
Gambar 2. Hiperpigmentasi post-inflamasi
Gambar 3. Lentigines
maju, penyakit addison yang paling sering hasil dari kerusakan autoimun spesifik
dari kelenjar adrenal. (8, 15)
Mual, muntah, dan nyeri perut menyebar ada sekitar 90% pada pasien dan
biasanya merupakan krisis addisonian yang akan terjadi. Diare lebih sedikit
daripada mual, muntah, dan nyeri perut dan terjadi sekitar 20% pada pasien.(8, 15)
Temuan fisik termasuk hiperpigmentasi pada kulit dan selaput lendir,
penurunan rambut kemaluan dan ketiak pada wanita, vitiligo, dehidrasi, dan
hipotensi. Hiperpigmentasi membran mukosa oral merupakan patognomonik
untuk penyakit.(8, 15)
Hiperpigmentasi pada kulit (lihat gambar di bawah) dianggap sebagai ciri
penyakit addison dan ada 95% dari pasien dengan insufisiensi adrenal kronis
primer. Namun, hiperpigmentasi bukanlah tanda umum insufisiensi adrenal.(15)
4. Drug-induced photosensitivity
Drug-induced photosensitivity mengacu pada perkembangan penyakit kulit
akibat efek gabungan dari bahan kimia dan cahaya. Paparan baik kimia atau
cahaya saja tidak cukup untuk menimbulkan penyakit, namun ketika terjadi
fotoaktivasi bahan kimia, satu atau lebih manifestasi kulit mungkin timbul. Ini
termasuk reaksi fototoksik dan fotoalergi, sebuah reaksi planus lichenoides,
pseudoporphyria, dan subacute cutaneous lupus erythematosus (SCLE),. Reaksi
fotosensitifitas bisa terjadi akibat obat sistemik dan senyawa yang dioleskan.(8, 15)
17
Gambar 4. penyakit addison
Pada kebanyakan pasien, temuan dari pemeriksaan fisik menunjukkan
reaksi fotosensitifitas. Secara khusus, tanyakan tentang intoleransi terhadap
matahari. Tanyakan pasien yang melaporkan fotosensitifitas tentang obat yang
mereka ambil dan produk yang mereka gunakan. Tabir surya, wewangian, dan,
terkadang, sabun antibakteri dapat menyebabkan reaksi fotoalergi bila digunakan
pada kulit.(8, 15)
5. Lupus Erythematosus Diskoid (LED)
Pasien mungkin mengeluh nyeri pruritus atau sesekali nyeri ringan pada
lesi, tetapi kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala. Sekitar 5% atau kurang
dari pasien dengan lupus eritematosus diskoid (LED) telah menunjukkan
keterlibatan sistemik. Arthralgia atau arthritis mungkin terjadi.(8)
Degenerasi lesi ganas kronis lupus eritematosus (LE) adalah mungkin,
meskipun jarang, yang mengarah ke kanker kulit nonmelanoma. Orang berkulit
gelap mungkin lebih rentan terhadap kanker kulit karena kurangnya pigmentasi
dalam lesi kronis, dikombinasikan dengan peradangan kronis dan terus terjadi
kerusakan akibat sinar matahari .(8)
18
Gambar 5. Drug-induced photosensitivity
6. Mastositosis
Mastositosis adalah gangguan yang ditandai dengan proliferasi sel mast
dan akumulasi dalam berbagai organ, yang paling umum kulit.(8)
Jenis mastositosis kulit termasuk mastocytoma soliter, mastositosis
eritrodermik menyebar, mastositosis paucicellular (juga disebut telangiectasia
perstans eruptiva macularis), dan urtikaria pigmentosa. Urtikaria pigmentosa
adalah bentuk paling umum dan ditandai oleh macula yang oval atau bulat merah-
coklat, papula, atau plak.(8)
Temuan fisik yang paling umum di mastositosis melibatkan kulit, hati,
limpa, dan sistem kardiovaskular.
Jenis lesi pada mastositosis adalah makula, papula, nodul, dan plak;
Vesikel dan bula pada anak-anak; Difus indurasi; Terisolasi nodul atau tumor.
19
Gambar 6. Lupus erythematosus diskoid
Distribusi kulit pada mastositosis dapat berupa meluasnya simetris
distribusi, batang melibatkan lebih dari ekstremitas, kecenderungan untuk
cadangan wajah, kulit kepala, telapak tangan, dan telapak kaki, namun pasien
dengan alopecia parut telah dilaporkan.
Warna lesi berupa kuning-cokelat menjadi merah-coklat, kuantitas dari 1
sampai lebih dari 1000, ukuran dari 1 mm sampai beberapa sentimeter.(8)
7. Poikiloderma
Poikiloderma of Civatte mengacu pada eritema yang berhubungan dengan
pigmentasi berbintik-bintik terlihat di sisi leher, lebih umum pada wanita.(8)
Poikiloderma of Civatte adalah kondisi, yang agak umum jinak yang
mempengaruhi kulit. Banyak menganggap Poikiloderma of Civatte sebagai pola
reaksi kulit dan bukan penyakit. Poikiloderma merujuk pada kombinasi atrofi,
perubahan telangiectasia, dan pigmen (baik hipopigmentasi dan hiperpigmentasi).
Lesi Poikilodermatous dapat dilihat dalam genodermatoses tertentu (Sindrom
20
Gambar 8. Lesi blistering.
Gambar 7. Lesi di Lengan
Rothmund-Thomson, sindrom Bloom, diskeratosis kongenital), di penyakit
jaringan ikat (dermatomiositis, lupus erythematosus), di parapsoriasis / mikosis
fungoides, dan radiodermatitis.(8)
Pasien biasanya mengeluh warna coklat kemerahan yang kronis di pipi
lateral dan leher. Lesi biasanya tidak menunjukkan gejala, tapi kadang-kadang,
pasien menyebutkan ada rasa seperti terbakar ringan, gatal-gatal, dan
hyperesthesia.
Coklat kemerahan, pigmentasi retikulat dengan atrofi dan telangiectasia
biasanya ada di patch simetris di pipi lateral dan sisi leher. Lesi muncul sesuai
dengan lipatan kulit normal pada leher.
II.10. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan melasma meliputi :
1. Perlindungan yang adekuat terhadap sinar UV, termasuk disini
penggunaan rutin tabir surya berspektrum luas
2. Menghindari faktor pencetus
21
Gambar 9. Poikiloderma.
3. Pemutihan kulit dengan depigmentasi yang sesuai, termasuk
disini penggunaan Hidrokuinon tunggal atau dengan kombinasi
yaitu dengan penambahan agen keratolitik, seperti tretinoin, asam
salisilat, atau asam glikolat, asam kojik, asam azeleat, agen
peeling kimiawi dan laser
4. Kerjasama yang baik antara penderita dengan dokter yang
langsung menanganinya.21
A. Pencegahan
1. Meminimalisir paparan sinar UV
Paparan sinar matahari merupakan salah satu faktor penyebab dari
hiperpigmentasi. Pasien sebaiknya menggunakan spektrum luas.
High SPF sunscreens dan meminimalkan paparan sinar matahari
sehari-harinya. Penderita diharuskan menghindari pakanan langsung
sinar UV terutama antara pukul 09:00-15:00.2,17
2. Meminimalisir efek hormonal
Baik pil oral kontrasepsi dan HRT mempunyai peran dalam
perkembangan melasma. Sebagai tambahannya, riwayat medikasi
diperlukan untuk mengidentifikasi substansi-substansi yang memiliki
hormone-like activity seperti suplemen-suplemen anti penuaan dan
krim yang digunakan untuk mengurangi gejala dari menopause.2,17
B. Pengobatan
B.1. Pengobatan Topikal
a. Hidrokuinon
22
Hidrokuinon dipakai dengan konsentrasi 2-5% untuk terapi
melasma. Krim tersebut dipakai pada malam hari disertai dengan
pemakaian tabir surya. Umumnya tampak ada perbaikan dalam 6-8
minggu dan dilanjutkan hingga 6 bulan. Hidrokuinon menghambat
konversi dari dopa terhadap melanin dengan menghambat tirosinase.
Efek sampingnya adalah dermatitis kontak iritan atau alergik.
Setelah penghentian penggunaan, sering terjadi kekambuhan.2,19
b. Asam Retinoat
Asam retinoat 0.1% terutama digunakan sebagai terapi tambahan
atau terapi kombinasi. Krim tersebut juga dipakai pada malam hari,
karena pada siang hari bisa terjadi foto degradasi. Kini asam retinoat
dipakai sebagai monoterapi dan didapatkan perbaikan klinis secara
bermakna, meskipun berlangsung agak lambat. Efek samping berupa
eritema, deskuamasi, dan fotosensitasi.2,17
c. Asam Azeleat
Asam Azeleat merupakan obat yang aman dipakai. Pengobatan
dengan asam azeleat 20% selama 6 bulan memberikan hasil yang
baik. Efek sampingnya rasa panas, gatal dan eritema ringan.2,19
d. Asam Kojik
Asam Kojik diproduksi oleh jamur Aspergillus oryzae dan berperan
sebagai inhibitor tirosinase.19
e. Asam Glikolik
Asam Glikolik berperan untuk menurunkan pigmen dengan banyak
mekanisme termasuk thinning stratum korneum, meningkatkan
23
epidermolisis, meningkatkan sintesis kolagen di lapisan basal dari
epidermis dan meningkatkan sintesis kolagen di dermis. Iritasi
ringan merupakan efek umum dari pemakaian obat ini.19
B.2. Pengobatan Sistemik
a. Asam askorbat/Vitamin C
Vitamin C mempunyai efek merubah melanin bentuk oksidasi
menjadi melanin bentuk reduksi yang bewarna lebih cerah dan
mencegah pembentukan melanin dengan merubah DOPA kinon
menjadi DOPA.2
b. Glutation
Glutation bentuk reduksi adalah senyawa sufhidril yang berpotensi
menghambat pebentukan melanin dengan jalan bergabung dengan
cuprum dari tirosinase.2
B.3. Tindakan Khusus
a. Pengelupasan kimiawi
Pengelupasan kimiawi dapat membantu pengobatan kelainan
hiperpigmentasi. Pengelupasan kimiawi dilakukan dengan
mengoleskan asam glikolat 50-70% selama 4-6 menit dilakukan
setiap 6 minggu selama 6 kali. Sebeum dilakukan pengelupasan
kimiawi diberikan krim asam glikolat 10% selama 14 hari.2,19
b. Bedah Laser
Bedah Laser dengan menggunakan laser Q-Switched Ruby dan
Laser Argon, kekambuhan dapat juga terjadi.2
24
II.11. Prognosis
Biasanya melasma akan menetap selama beberapa tahun. Kemudian melasma
yang berkaitan dengan kehamilan akan menetap selama beberapa bulan
setelah melahirkan dan melasma yangberkaitan dengan pengobatan hormonal
akan menetap dalam periode yang panjang setelah berhenti mengonsumsi
kontrasepsi oral.15
25