Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Mega Wahyu Syah (3508 100 077)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kemiringan Lereng Kota Donggala Klasifikasi kemiringan lereng yang diperbolehkan untk
permikiman berdasarkan Undang-Undang Tata Ruang Penggunaan metode Fuzzy sebagai solusi untuk
mengatasi ketidakpastian Representasi kemiringan lereng secara 3 dimensi
Perumusan Masalah
Bagaimana mengklasifikasikan lahan berdasarkan kemiringan lereng?
Bagaimana memetakan lahan permukiman Kota Donggala yang sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang?
Bagaimana memetakan lahan permukiman Kota Donggala berdasarkan metode Fuzzy?
Bagaimana membentuk SIG 3D yang berisi informasi mengenai kemiringan lereng?
Batasan Masalah
Data yang digunakan adalah peta RBI Kota Donggala skala 1 : 25000 dalam bentuk digital, citra IKONOS Kabupaten Donggala tanggal 22 Juni 2007, dan data kemiringan lereng
Analisis meliputi klasifikasi kemiringan lereng dan kesesuaian lahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang dan metode fuzzy
Pemodelan 3 dimensi hanya digunakan untuk mengetahui lokasi kemiringan lereng
Tujuan Tugas Akhir
Mengembangkan aplikasi SIG untuk mengklasifikasikan kemiringan lereng dan kesesuaian lahan untuk permukiman berdasarkan Undang-Undang Tata Ruang
Mengklasifikasikan kemiringan lereng berdasarkan Metode Fuzzy
Membuat peta 3 dimensi kemiringan lereng Kabupaten Donggala
Manfaat Tugas Akhir
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah diperolehnya suatu SIG lahan permukiman berdasarkan kelas kemiringan lereng sehingga dapat dilakukan evaluasi terhadap kelayakan berdirinya bangunan atau permukiman yang ada di Kabupaten Donggala
Metodologi Penelitian
Lokasi Penelitian
Penelitian Tugas Akhir ini mengambil daerah studi di kota Donggala, Sulawesi Tengah dengan koordinat 119º 50’ 46,06” - 119º 57’ 19,02” BT dan 0º 2’ 15,57” LU - 0º 6’ 57,29” LS
Gambar 1. Peta Kabupaten Donggala
Data dan Peralatan
Data
1. Peta RBI Kota Donggala skala 1 : 25000 dalam bentuk digital2. Citra IKONOS Kota Donggala tanggal 22 Juni 2007
Peralatan
1. Seperangkat Komputer2. Sistem Operasi Windows 73. Autodesk Land Desktop 20044. ArcGIS 9.3
Metodologi Penelitian
Adapun penjelasan dari diagram alir di atas adalah:1. Identifikasi Masalah
Identifikasi yang dilakukan adalah dengan membuat rumusan masalah pada penelitian yang akan dilakukan, yakni bagaimana memasukkan data kontur yang bisa diklasifikasikan berdasarkan kemiringan lereng.
2. Tahap PersiapanPada tahapan ini, dibagi menjadi dua tahapan, yakni:a. Studi LiteraturStudi literatur digunakan untuk mendapatkan beberapa referensi dari buku, jurnal, majalah, maupun internet yang terkait untuk menunjang ide penelitian.b. Pengumpulan DataPada tahapan ini dilakukan pengumpulan data, data diperoleh dari data titik-titik koordinat (x,y ) dan ketinggian (z) pada area lahan perkotaan serta data atribut sebagai informasi yang akan ditambahkan ke dalamnya
3. Pengolahan DataPada tahapan ini dilakukan pengolahan data yang meliputi pemodelan peta 3D pada ArcGIS dan pengklasifikasian kemiringan lereng.
4. Analisa DataTahap analisa data meliputi pelanggaran pendirian permukiman dan perbandingan hasil metode Fuzzy dengan Undang-Undang Tata Ruang
5. Penyusunan LaporanTahapan penyusunan laporan ini adalah penulisan mengenai seluruh tahapan serta kesimpulan dari hasil penelitian ke dalam bentuk laporan Tugas Akhir.
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian
Pengolahan Data
Pejelasan dari diagram alir adalah :1. Peta yang digunakan adalah Peta kabupaten Donggala skala 1:25000 dalam
bentuk digital dan citra IKONOS Kota Donggala tanggal 22 Juni 2007, selain itu juga diperlukan Undang-Undang Tata Ruang mengenai kawasan peruntukan permukiman sebagai acuan penelitian
2. Peta RBI dan citra IKONOS kemudian di overlay pada ArcGIS3. Layer peta yang diperoleh belum semuanya memiliki proyeksi dan transformasi
yang sama, maka dilakukan proyeksi UTM dengan sistem referensi WGS 84 zona 50S
4. Data kontur yang diperoleh belum memiliki nialai elevasi, maka dilakukan editing kontur dengan memasukkan nilai elevasi
5. Kontur yang telah mempunyai nilai elevasi kemudian diconvert ke format raster untuk pembuatan TIN dan slope\
6. TIN yang telah terbentuk dapat direpresentasikan dalam bentuk 3D dengan menggunakan ArcScene
7. Reklasifikasi kemiringan lereng dibagi menjadi dua yaitu dengan berdasarkan Undang-Undang Tata Ruang dan dengan logika Fuzzy
8. Setelah dilakukan reklasifikasi akan terbentuk Peta Kriteria Kesesuaian Lahan Terklasifikasi
9. Selanjutnya dilakukan analisa kesesuaian lahan terhadap kemiringan lereng, terjadi pelanggaran atau tidak
10. Hasil klasifikasi kemiringan lereng berdasarkan Undang-Undang Tata ruang dengan Metode Fuzzy memiliki perbedaan maka diperlukan suatu analisis untuk memperoleh data yang lebih akurat
11. Setelah proses analisis selesai maka akan diperoleh suatu SIG kemiringan lereng dan evaluasi kesesuaian lahanGambar 3. Diagram Alir Pengolahan Data
HASIL DAN ANALISA
Hasil Penelitian Tugas Akhir
Peta Kemiringan Lereng
Gambar 4. Peta Klasifikasi Kemiringan Lereng Kabupaten Donggala Berdasarkan Undang-Undang Tata Ruang
Gambar 5. Peta Klasifikasi Kemiringan Lereng Kabupaten Donggala Berdasarkan Metode Fuzzy
Hasil Penelitian Tugas Akhir
Peta Kemiringan Lereng
Peta kemiringan lereng berdasarkan kelas Undang-undang dibagi menjadi lima kelas yaitu datar (0-8)%, landai (8-15)%, agak curam (15-25)%, curam (25-45)%, dan sangat curam (>45)%.
Peta kemiringan lereng berdasarkan logika fuzzy dibagi menjadi sepuluh kelas yaitu anggota yang memiliki nilai antara 0 dan 1, untuk yang memiliki nilai 1 atau nilai pasti dibagi menjadi datar (0-4,5)%, landai (8-15)%, agak curam (18,5-21,5)%, curam (28,5-41,5)%, dan sangat curam (>48,5)%.
Hasil Penelitian Tugas Akhir
Triangular Irregular Network (TIN) Kota Donggala
Gambar 6. TIN Kabupaten Donggala
TIN diperoleh dari data raster hasil klasifikasi dari kontur. TIN nampak secara 3D dan selanjutnya diolah melalui ArcScene
Hasil Penelitian Tugas Akhir
Peta Kemiringan Lereng
Gambar 7. Peta 3D Kabupaten Donggala
Peta 3D merupakan hasil gabungan dari TIN dengan citra Ikonos, dimana citra Ikonos dicerminkan terhadap peta 3D dari TIN sehingga nampak mendekati bentuk aslinya.
Hasil Penelitian Tugas Akhir
Peta 3D Kemiringan Lereng
Gambar 8. Peta 3D Klasifikasi Kemiringan Lereng Donggala Berdasarkan Undang-Undang Tata Ruang Gambar 9. Peta 3D Klasifikasi Kemiringan Lereng Donggala
Berdasarkan Undang-Undang Tata Ruang
Analisa
Analisa Klasifikasi Kemiringan Lereng
Berdasarkan Undang-Undang Tata Ruang
Berdasarkan hasil klasifikasi kemiringan lereng yang mengacu pada Undang-Undang Tata Ruang, pelanggaran pendirian permukiman lebih banyak terjadi di sebelah utara yakni pusat kota dan daerah pinggiran pantai yang merupakan daerah yang mengalami pertumbuhan pembangunan lebih cepat
Pelanggaran terbanyak terdapat di Kelurahan Gunung Bale dengan jumlah 62 bangunan
Analisa
Analisa Klasifikasi Kemiringan Lereng Berdasarkan
Metode Fuzzy
Derajat keanggotaan yang ada pada logika Fuzzy berada pada interval 0 sampai 1. Dan bentuk paling sederhana untuk pendekatan suatu konsep yang kurang jelas adalah dengan representasi linier. Ada 2 keadaan himpunan fuzzy yang linier. Yang pertama adalah kenaikan himpunan dimulai pada nilai domain yang memilikiderajat keanggotaan nol menuju ke nilai yang memiliki derajat keanggotaan lebihtinggi. Fungsi keanggotaannya adalah sebagai berikut:
dimana :M[x] : derajat keanggotaan
x : himpunan semestaa : parameter pertamab :parameter kedua
Analisa
Analisa Klasifikasi Kemiringan Lereng Berdasarkan
Metode Fuzzy
Yang kedua dimulai dari nilai domain dengan derajat keanggotaan tertinggikemudian bergerak menurun ke nilai domain yang memiliki derajat keanggotaanlebih rendah. Fungsi keanggotaannya adalah sebagai berikut:
dimana :M[x] : derajat keanggotaan
x : himpunan semestaa : parameter pertamab :parameter kedua
Analisa
Analisa Klasifikasi Kemiringan Lereng Berdasarkan
Metode Fuzzy
Untuk perhitungan klasifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Fungsi keanggotaan untuk lahan datar
M datar (x) = f(x) =
Fungsi keanggotaan untuk lahan landai
M landai (x)= f(x) =
Fungsi keanggotaan untuk agak curam
M agak curam (x) = f(x) =
Fungsi keanggotaan untuk curam
M curam (x) = f(x) =
Analisa
Analisa Klasifikasi Kemiringan Lereng Berdasarkan
Metode Fuzzy
Fungsi keanggotaan untuk agak curam
M agak curam (x) = f(x) =
Fungsi keanggotaan untuk curam
M curam (x) = f(x) =
Fungsi keanggotaan untuk lahan sangat curam
M sangat curam(x)=f(x)=
Analisa
Tabel 1. Tingkat Pelanggaran Pendirian Bangunan berdasarkan klasifikasi kemiringan lereng Undang-Undang Tata Ruang
Tabel 2. Tingkat Pelanggaran Pendirian Bangunan berdasarkan klasifikasi kemiringan lereng Metode Fuzzy
Analisa
Tabel 1. menunjukkan prosentase pelanggaran yang ada di Donggala. Prosentase dilakukan dengan perhitungan perbandingan jumlah bangunan yang ada pada kemiringan yang tidak diperbolehkan dengan jumlah bangunan keseluruhan yang ada pada masing-masing kelurahan.Prosentase pelanggaran terbesar ada di Kelurahan Tanjung Batu dengan 18,014%.
Tabel 2. menunjukkan prosentase dengan metode fuzzy. Hasil diperoleh dengan mengambil nilai-nilai yang pasti dalam himpunan fuzzy. Prosentase pelanggaran terbesar ada di Kelurahan Tanjung Batu dengan 11,778%.
Analisa
Analisa Peta 3D
Peta kemiringan lereng mengenai tingkat kecuraman dan kelayakan untuk lahan permukiman direpresentasikan dengan data visual 3D dalam bentuk TIN. Analisis 3D dipengaruhi oleh besarnya ukuran pixel yang diberikan pada saat rendering. Bila ukuran pixel yang diberikan besar maka tingkat ketelitian akan lebih kecil dan apabila ukuran pixel yang diberikan kecil maka tingkat ketelitian akan semakin tinggi
Kesimpulan
1. Berdasarkan Undang-Undang Tata Ruang, klasifikasi kemiringan lereng Kabupaten Donggala dibagi menjadi 5 kelas dengan tingkat kemiringan (0-8)%, (8-15)%, (15-25)%, (25-45)%, dan (>45)%. Sedangkan menurut metode Fuzzyklasifikasi kemiringan lereng dibagi berdasarkan nilai anggota antara 0 sampai 1, dan untuk anggota yang memiliki nialai 1 atau nilai pasti dibagi menjadi (0-4,5)%, (8-15)%, (18,5-21,5)%, (28,5-41,5)%, dan (>48,5)%. Sedangkan kelas yang lain merupakan kelas peralihan.
2. Klasifikasi kemiringan lereng berdasarkan Undang-Undang menunjukkan bahwa tingkat pelanggaran pendirian permukiman terbanyak berada pada kelurahan Tanjung Batu dengan 18,014%, kemudian kelurahan Gunung Bale dengan 11,94% dan kelurahan Maleni dengan 5,755%.
3. Klasifikasi kemiringan lereng berdasarkan Metode Fuzzy menunjukkan bahwa tingkat pelanggaran pendirian permukiman terbanyak berada pada kelurahan Tanjung Batu dengan 11,778%, kemudian kelurahan Gunung Bale dengan 10,199% dan kelurahan Kabonga Besar dengan 4,4%.
4. Untuk merepresentasikan topografi secara 3D pada SIG diperlukan data berupa kontur atau titk-titik yang mewakili ketinggian sebenarnya di lapangan dan untuk pemodelan bangunan diperlukan data mengenai tinggi bangunan agar diperoleh model yang mendekati keadaan sebenarnya.
Saran
1. Penelitian ini dapat ditindak lanjuti dengan penelitian jenis batuan dan tingkat erosi sehingga dapat diprediksi lokasi-lokasi yang rawan terhadap bencana tanah longsor
2. Penelitian dengan menggunakan metode Fuzzy lebih ditingkatkan karena metode ini menggunakan representasi linier sehingga hasilnya bisa meminimalisir kesalahan yang disebabkan ketidak sempurnaan pengambilan sumber data atau interpretasi data.
3. Pemerintah daerah seharusnya lebih memperhatikan perkembangan permukiman yang ada, jangan sampai pendirian bangunan berada pada tempat yang tidak seharusnya.
4. Adanya tindakan tegas pemerintah daerah terhadap pendirian permukiman yang berada pada kemiringan lereng yang tidak boleh digunakan sebagai landasan permukiman.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Inspektorat Daerah Propinsi Sulawesi Tengah. <URL: http://inspektorat.sulteng.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=62&Itemid=72> Dikunjungi pada tanggal 27 September 2012, jam 09.12
Aronoff, Stan, 1989, “Geographic Information System : A Management Perpective”. Ottawa: WDL PublicationsArsyad, S. 2000. “Konservasi Tanah dan Air”. Cetakan Ketiga. Bogor: Institut Pertanian Bogor Press.Badan Litbang Departemen Pekerjaan Umum. 2007. Kriteria teknis penataan ruang Kawasan BudidayaBurrough, P. 1986. “Principle of Geographical Information System for Land Resources Assesment”. New York:
Oxford Claredon Press.BPS Donggala, 2009. Keadaan Geografi Kabupaten Donggala,. <URL:
http://donggalakab.bps.go.id/index.php/geografi/19-keadaan-geografi-kabupaten-donggala>ESRI. 2006. “ArcGIS 9: Using ArcGIS Desktop”. New York: ESRI United States of AmericaHerman. Eden, J. dan Marnas, A. 2005. “Aplkasi Ekstensi 3D Analyst Arc GIS 9 Dalam Visualisasi 3D
Berbasis SIG Kota Jakarta”. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh NopemberJetten, Victor. 2007. The LISEM Model. <URL : http://www.erochina.alterra.nl/Lisem_2.htm#images>
Dikunjungi pada tanggal 28 Mei 2012, jam 20.17Kainz, W. 2005. “Fuzzy Logic ang GIS”. Vienna: Department of Geography and Research University of ViennaKastaman, R., Kendarto, D. R., dan Nugraha, S. 2007. “Penggunaan Metode Fuzzy Dalam Penentuan Lahan
Kritis Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis Di Daerah Subdas Cipeles”. Bandung : Jurusan Teknik & Manajemen Industri Pertanian Universitas Padjadjaran
DAFTAR PUSTAKA
Khomsin. 2004. “Buku Ajar Pemetaan Digital”. Surabaya : Teknik Geomatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
Peraturan Presiden RI No.88 Tahun 2001 Tentang Rencana Tata Ruang Pulau SulawesiPrahasta, E. 2005. “Sistem Informasi Geografis”. Bandung: InformatikaPrahasta, E. 2006. “Membangun Aplikasi Web-based GIS dengan Map Server”. Bandung: InformatikaRozak, A. 2009. “Pemanfaatan Aplikasi Google Maps API Sebagai Dasar Perancangan SIG Berbasis
Web”. Surabaya : Teknik Geomatika Institut Teknologi Sepuluh NopemberSalim, E.H. 1998. “Pengelolaan Tanah”. Bandung: Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Padjadjaran.Saribun, D. S. 2007. “Pengaruh Jenis Penggunaan Lahan Dan Kelas Kemiringan Lereng Terhadap Bobot
Isi, Porositas Total, Dan Kadar Air Tanah Pada Sub-Das Cikapundung Hulu”. Bandung : Jurusan Ilmu Tanah Universitas Padjadjaran
Star, J. dan Etes, J. 1990, Geography Information System : An Introduction, Prentice-Hall, Inc.,Engglewood Cliffs, New Jersey.
Sukamyadi, D. 2000. “Model Penyajian Informasi Geo-spasial 3D di Bakosurtanal”. Prosiding Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia Tahun 2000
Sutanta, H. 2008. “Model Kota 3 Dimensi Kawasan Simpang Lima Untuk Eksplorasi Kota secara Virtual”. Media Teknik No.4 Tahun XXX Edisi Nopember 2008 ISSN 0216-3012
DAFTAR PUSTAKA
Susetyo, Y. A. Pakereng, M. A. I. dan Prasetyo, S. Y. J. 2011. “Pembangunan Sistem Zona Arkeologi(ZAE) menggunakan Logika Fuzzy pada Wilayah Pertanian Kabupaten Semarang Berbasis Data Spasial. Salatiga : Universitas Kristen Satya Wacana
Tate, Eric. 1998. Photogrammetry Applications In Digital Terrain Modeling And Floodplain Mapping <URL : http://www.ce.utexas.edu/prof/maidment/grad/tate/study/remote/termproj.html> Dikunjungi pada tanggal 25 Mei 2012, jam 02.35
Terribilini, A. 1999. “Maps in Transition: Development of Interactive Vector Based Topographic 3D Map”. Proceeding 19th International Cartographic Conference and 11th General Assembly of International Cartographic Association: Ottawa
Undang-Undang RI No.4 Tahun 1992 tentang Permukiman dan Perumahan. Jakarta : Kantor Sekretariat Negara
Undang-Undang RI N0.26 Tahun 2007 Tentang Penataan RuangZadeh, L. A. 1965. Fuzzy Sets, Information Control, vol. 8, pp. 338-353Yuwono. 2004. “Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) Teknis Pengukuran dan Pemetaan Kota”. Surabaya:
Teknik Geomatika Institut Teknologi Sepuluh NopemberZhou, Q. Lees, B. dan Tang, G. 2008. “Advances in Digital Terrain Analysis”. Berlin: Springer-Verlag
Berlin Heidelberg
Terima Kasih