1
K EJAKSAAN Agung kembali memicu kontroversi. Setelah dikritik karena terke- san kuat ‘melindungi’ jaksa Cyrus Sinaga dari jerat hukum kasus Gayus Tambunan, Korp Adhyaksa itu memunculkan kontroversi baru berupa kepu- tusan deponeering kasus Bibit- Chandra yang hanya berusia 5 jam, kemarin. Awalnya, dalam penjelasan kepada pers di Gedung Bundar sekitar pukul 14.00 WIB, Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (JAM-Pidsus) M Amari menyatakan Kejaksaan Agung telah mengambil keputusan deponeering dalam kasus pim- pinan KPK Bibit Samad Rianto- Chandra M Hamzah. Keputusan deponeering (me- nyampingkan perkara demi kepentingan umum) tersebut merupakan jawaban atas pe- nolakan peninjauan kembali (PK) yang diajukan Kejaksaan Agung ke Mahkamah Agung (MA), 8 Oktober lalu. Kejagung mengajukan PK setelah surat ketetapan peng- hentian penuntutan (SKPP) ka- sus Bibit-Chandra digugat oleh Anggodo Widjojo yang menilai ‘alasan sosiologis’ yang menda- sari keluarnya SKPP tidak ber- dasarkan hukum. Pengadilan negeri dan pe- ngadilan tinggi memenangkan Anggodo. “Kita sudah menentukan sikap, yakni deponeering . Namun, satu minggu ini akan kita pelajari dulu,” tutur Amari yang juga penanggung jawab tim evaluasi putusan MA. Satu jam kemudian, pim- pinan KPK menggelar jumpa pers menyambut keputusan deponeering itu. Sambutan se- rupa disampaikan oleh Staf Khusus Presiden Bidang Hu- kum Denny Indrayana. Sesungguhnya ada dua opsi bagi Kejagung dalam memu- tuskan kasus Bi bit-Chandra pascapenolakan PK oleh MA, yaitu deponeering dan melan- harus menuntunnya. Kemacetan menjadi semakin parah karena berbarengan de- ngan jam pulang kerja. Menurut perwira jaga di Traf c Manage- ment Centre Polda Metro Jaya, AK Kasno, Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya ti- dak member- lakukan 3 in 1 karena kema- cetan parah di hampir semua wilayah Ja- karta. Namun, di tengah kema- cetan yang parah itu, ada yang menang- guk keun- tungan. Tukang ojek menaikkan tarif di sejum- lah lokasi. Di daerah Warung Buncit, misalnya. Tarif ojek dari RS JMC (Jakarta Medi- cal Center) ke Pasar Minggu yang biasanya Rp5.000 kemarin naik menjadi Rp15.000. (FD/ Faw/X-4) SEBUAH penelitian terbaru menemukan asupan kafein dalam dosis tertentu mampu meningkatkan daya tahan atlet saat berolahraga. Peneliti dari Coventry University, Inggris, melakukan percobaan dengan cara menyuntikkan kafein ke bagian otot tikus. Dari percobaan tersebut ditemukan kafein dalam dosis tinggi mampu me- ningkatkan performa otot hingga 6%. “Kafein dalam dosis tinggi bisa memicu ketahanan atlet saat berolahraga,” ungkap ketua peneliti Coventry Univer- sity, Dr Rob James. Berdasarkan penelitian ter- sebut, darah mampu menye- rap kafein dengan baik hingga maksimal pada konsentrasi 70 mikro-Mol per liter. “Sebagai per- bandingan, umumnya penggemar berat kopi memasukkan sekitar 20-50 mikro-Mol per liter kafein ke dalam tubuh mereka,” tutur Rob James. Kafein bisa dikonsumsi langsung dalam bentuk cair, tablet, ataupun bubuk sehingga cepat diserap darah. Dalam seke- jap, daya tahan otot meningkat untuk sementara. Pada 2004, Badan Antidoping Dunia (WADA) mencabut larangan konsumsi kafein dalam dunia olahraga. Dua tahun kemudian, WADA mengumumkan kafein dan pseudoephedrine dikategorikan sebagai zat tambahan yang diawasi. (Health- Day/Mps/X-5) MEDIAINDONESIA.COM JUJUR BERSUARA SELASA, 26 OKTOBER 2010 | NO.10836 | TAHUN XLI | 28 HALAMAN AP/VICTORIA WILL Layanan Berlangganan & Customer Service SMS: 08121128899 T: (021) 5821303 No Bebas Pulsa: 08001990990 e-mail: [email protected] Rp2.900/eks (di luar P. Jawa Rp3.100/eks) Rp67.000/bulan (di luar P.Jawa + ongkos kirim) Clint Eastwood Kecewa dengan Obama Mengaku kecewa dengan kinerja Presiden Amerika Serikat. Menurutnya, selama dua tahun memerintah, tidak ada yang istimewa pada diri Obama. Sosok, Hlm 12 EDITORIAL PERKARA tunda tidak saja bertumpuk di Mahkamah Agung. Perkara di pemerintahan yang bertumpuk pun berjibun. Bila ribuan perkara yang bertumpuk di MA lebih banyak dise- babkan tenaga hakim agung yang terbatas, penundaan perkara di pemerintahan justru terjadi karena kelebihan manusia. Terlalu banyak orang dengan kepentingan yang banyak pula. Celakanya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terjebak di dalamnya. Karakter individu SBY yang peragu menjadi pupuk yang ikut menyuburkan penumpukan perkara itu. Emosi publik yang gampang tersulut menjadi kekerasan dewasa ini adalah ekspresi ketidaksabaran terhadap pending matters yang menggunung. Perkara yang seharusnya bisa diselesaikan hari ini ditunda-tunda dan untuk jangka yang terlalu lama. Pending matters yang menumpuk adalah bukti mismanaje- men. Berbahaya sekali bila para pemimpin menyerahkan penyelesaian perkara kepada perjalanan waktu. Banyak perkara yang sekarang menjadi soal ketika terlalu lama ditunda. Soal penun- jukan jaksa agung denitif dan soal reshuffle kabinet adalah dua pending matters yang bisa disebut sebagai contoh. Reshufe kabinet. Ini ada- lah kewenangan prerogatif presiden yang bisa diguna- kan kapan saja tanpa perlu terlalu banyak menghirau- kan dagang sapi dari partai- partai koalisi. Tetapi, Presi- den Yudhoyono membuang momentum setahun pe- merintahan periode kedua yang jatuh 20 0ktober berlalu begitu saja, tanpa mengganti satu menteri pun. Padahal, pemerintah memberi isyarat itu jauh sebelumnya. Jaksa agung denitif. Ini lagi wewenang presiden yang entah kenapa ditunda. Seharusnya SBY lebih gampang memilih jaksa agung denitif pengganti Hendarman Supandji karena jabatan yang satu ini tidak memerlukan t and proper test dari Dewan Perwakilan Rakyat. Penundaan itu berdampak banyak. Salah satunya adalah terkatung-katungnya nasib Bibit Samad Rianto dan Chandra Hamzah, dua pemimpin Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang diduga kuat menjadi korban rekayasa maa hukum yang mengkriminalisasikan KPK. Secara teknis SBY memang terperangkap dalam koalisi yang terlalu gemuk tapi rapuh. Tarik-menarik kepentingan yang sesungguhnya logis itu tidak menjadi penyakit penumpukan andai kata SBY tegas. Dengan karakternya yang serbaragu, publik sekarang bingung siapa yang menyandera siapa dalam soal reshufe kabinet. Penumpukan perkara yang terus menggunung bisa semakin menyesakkan ruang bernapas publik. Masyarakat Indonesia sekarang, bertentangan dengan karakter kulturalnya, men- jadi bangsa yang orang bilang bersumbu pendek. Gampang meledak. Terlalu Banyak Perkara Tunda Penumpukan perkara yang terus menggunung bisa semakin menyesakkan ruang bernapas publik.” Anda ingin menanggapi ”Editorial” ini, silakan kunjungi: mediaindonesia.com PAUSE Kafein Tingkatkan Daya Tahan Atlet EBET Tindakan menarik kembali keputusan deponeering kasus Bibit-Chandra memperburuk kredibilitas Darmono. Kristantyo Wisnubroto JAKARTA kembali mendadak berubah menjadi kubangan raksasa tatkala hujan deras mengguyur Ibu Kota hanya dalam beberapa jam. Genangan air muncul di mana-mana. Itulah yang ter- jadi kemarin, akibat hujan deras yang turun merata di seluruh wi- layah sejak si- ang hingga tadi malam. Jalan-jalan protokol di- rendam ge- nangan. Tero- wongan depan UKI Cawang, Jakarta Timur, air setinggi 60 cm. Juga di tero- wongan Jem- batan Semang- gi air yang cu- kup tinggi membuat banyak kendaraan menghindar. Di Jl Sudirman, di depan Ratu Plaza, selain terendam air cukup tinggi, juga ada po- hon tumbang yang menutup Jakarta bak Sungai Deponeering hanya 5 Jam (Kajilah sampai Tua) sebagian ruas jalan. Banjir menyebabkan kema- cetan di mana-mana. Di be- berapa jalan hanya bus Trans- Jakarta yang bisa melintas. Namun di Jl Warung Buncit, bus Trans-Jakarta juga tidak bisa melintas karena tingginya genangan air. Pengendara roda dua yang nekat menerabas akhirnya motornya mogok dan jutkan ke pengadilan. Berbagai kalangan mendesak Kejagung memilih deponeering karena kasus Bibit-Chandra sarat re- kayasa. Selain itu, Presiden telah menginstruksikan agar kasus Bibit-Chandra diselesaikan di luar pengadilan. Presiden memutuskan hal itu setelah menerima temuan Tim Delapan yang dibentuk pascagerakan ‘Sejuta Facebooker Mendukung Bibit-Chandra’. Karena itu, begitu Amari menyebut Kejagung telah me- mutuskan deponeering, berbagai kalangan menyambut hangat, antara lain Ketua DPR Marzuki Alie dan Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso. Diralat Namun, sekitar pukul 19.00 WIB, Pelaksana Tugas Jak- sa Agung Darmono meralat pernyataan anak buahnya itu. “Sampai hari ini kita belum mengambil keputusan deponeer- ing. Rapat pimpinan baru me- mutuskan mengambil langkah membentuk tim evaluasi se- cara mendalam atas putusan PK tersebut,” kata Darmono, sesaat sebelum meninggalkan Gedung Bundar, tadi malam. Ia sudah menegur Amari. “Dia sudah minta maaf karena sudah keceplosan.” Darmono mengatakan proses pertimbangan hukum harus dilakukan secara matang dan ti- dak terburu-bu- ru. “Surat kepu- tusan, sebaiknya ditandatangani oleh jaksa agung denitif.” Padahal, kasus itu sudah hampir setahun, sejak dibukanya reka- man Anggodo di Mahkamah Konstitusi, 3 November 2009. Tapi masih perlu dikaji sam- pai tua. Mantan anggota Tim Delapan Amir Syamsuddin menilai tin- dakan Kejagung menarik kem- bali keputusan memperburuk kredibilitas Darmono sebagai plt jaksa agung. (*/Rin/X-7) kristantyo@ mediaindonesia.com Berita terkait hlm 2 DIKEPUNG BANJIR: Hujan deras mengakibatkan banjir dan kemacetan di sejumlah wilayah di Ibu Kota, kemarin. Kemacetan terjadi di Jalan Rasuna Said, pengendara sepeda motor terjebak banjir, dan sejumlah pelajar SMA melintasi banjir di kawasan Pejaten, Jakarta Selatan Kirimkan tanggapan Anda atas berita ini melalui mediaindonesia.com atau e-mail: interupsi@ mediaindonesia.com MI/PANCA SYURKANI MI/SUMARYANTO MI/SUMARYANTO Amari sudah minta maaf karena sudah keceplosan.” Kita sudah menentukan sikap, yakni deponeering.” Darmono Plt Jaksa Agung M Amari JAM-Pidsus Kejagung ANTARA METRO TV

MEDIAINDONESIA .COM JUJUR BERSUARA SELASA, 26 … fileCyrus Sinaga dari jerat hukum kasus Gayus Tambunan, Korp Adhyaksa itu memunculkan ... Soal penun-jukan jaksa agung defi nitif

Embed Size (px)

Citation preview

KEJAKSAAN Agung kembal i memicu kontroversi. Setelah dikritik karena terke-

san kuat ‘melindungi’ jaksa Cyrus Sinaga dari jerat hukum kasus Gayus Tambunan, Korp Adhyaksa itu memunculkan kontroversi baru berupa kepu-tusan deponeering kasus Bibit-Chandra yang hanya berusia 5 jam, kemarin.

Awalnya, dalam penjelasan kepada pers di Gedung Bundar sekitar pukul 14.00 WIB, Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (JAM-Pidsus) M Amari menyatakan Kejaksaan Agung telah mengambil keputusan deponeering dalam kasus pim-pinan KPK Bibit Samad Rianto-Chandra M Hamzah.

Keputusan deponeering (me-

nyampingkan perkara demi kepentingan umum) tersebut merupakan jawaban atas pe-nolakan peninjauan kembali (PK) yang diajukan Kejaksaan Agung ke Mahkamah Agung (MA), 8 Oktober lalu.

Kejagung mengajukan PK setelah surat ketetapan peng-hentian penuntutan (SKPP) ka-sus Bibit-Chandra digugat oleh Anggodo Widjojo yang menilai ‘alasan sosiologis’ yang menda-sari keluarnya SKPP tidak ber-dasarkan hukum. Pengadilan negeri dan pe-ngadilan tinggi memenangkan Anggodo.

“Kita sudah m e n e n t u k a n s i k a p , y a k n i d e p o n e e r i n g . N a m u n , s a t u minggu ini akan kita pelajari dulu,” tutur Amari yang juga penanggung jawab tim evaluasi putusan MA.

Satu jam kemudian, pim-pinan KPK menggelar jumpa pers menyambut keputusan deponeering itu. Sambutan se-rupa disampaikan oleh Staf Khusus Presiden Bidang Hu-kum Denny Indrayana.

Sesungguhnya ada dua opsi bagi Kejagung dalam memu-tuskan kasus Bi bit-Chandra pascapenolakan PK oleh MA, yaitu deponeering dan melan-

harus menuntunnya.Kemacetan menjadi semakin

parah karena berbarengan de-ngan jam pulang kerja.

Menurut perwira jaga di Traf fi c Manage-ment Centre Polda Metro Jaya, AK Kasno, Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya ti-dak member-lakukan 3 in 1 karena kema-cetan parah di hampir semua w i l a y a h J a -karta.

Namun, di tengah kema-c e t a n y a n g pa rah itu, ada yang menang-g u k k e u n -tungan. Tukang ojek menaikkan ta rif di sejum-lah lokasi.

D i d a e r a h Wa rung Buncit, misalnya. Tarif ojek dari RS JMC (Jakarta Medi-cal Center) ke Pasar Minggu yang biasanya Rp5.000 kemarin naik menjadi Rp15.000. (FD/Faw/X-4)

SEBUAH penelitian terbaru menemukan asupan kafein dalam dosis tertentu mampu meningkatkan daya tahan atlet saat berolahraga.

Peneliti dari Coventry University, Inggris, melakukan percobaan dengan cara menyuntikkan kafein ke bagian otot tikus. Dari percobaan tersebut ditemukan kafein dalam dosis tinggi mampu me-ningkatkan performa otot hingga 6%.

“Kafein dalam dosis tinggi bisa memicu ketahanan atlet saat berolahraga,” ungkap ketua peneliti Coventry Univer-sity, Dr Rob James.

Berdasarkan penelitian ter-sebut, darah mampu menye-rap kafein dengan baik hingga maksimal pada konsentrasi 70 mikro-Mol per liter. “Sebagai per-bandingan, umumnya penggemar berat kopi memasukkan sekitar 20-50 mikro-Mol per liter kafein ke dalam tubuh mereka,” tutur Rob James.

Kafein bisa dikonsumsi langsung dalam bentuk cair, tablet, ataupun bubuk sehingga cepat diserap darah. Dalam seke-jap, daya tahan otot meningkat untuk sementara.

Pada 2004, Badan Antidoping Dunia (WADA) mencabut larangan konsumsi kafein dalam dunia olahraga. Dua tahun kemudian, WADA mengumumkan kafein dan pseudoephedrine dikategorikan sebagai zat tambahan yang diawasi. (Health-Day/Mps/X-5)

M E D I A I N D O N E S I A . C O M JUJUR BERSUARA SELASA, 26 OKTOBER 2010 | NO.10836 | TAHUN XLI | 28 HALAMAN

AP/VICTORIA WILL

Layanan Berlangganan & Customer Service

SMS: 08121128899T: (021) 5821303

No Bebas Pulsa: 08001990990 e-mail: [email protected]

Rp2.900/eks(di luar P. Jawa Rp3.100/eks)

Rp67.000/bulan(di luar P.Jawa + ongkos kirim)

Clint EastwoodKecewa dengan Obama Mengaku kecewa dengan kinerja Presiden Amerika Serikat. Menurutnya, selama dua tahun memerintah, tidak ada yang istimewa pada diri Obama.Sosok, Hlm 12

EDITORIAL

PERKARA tunda tidak saja bertumpuk di Mahkamah Agung. Perkara di pemerintahan yang bertumpuk pun berjibun.

Bila ribuan perkara yang bertumpuk di MA lebih banyak dise-babkan tenaga hakim agung yang terbatas, penundaan perkara di pemerintahan justru terjadi karena kelebihan manusia.

Terlalu banyak orang dengan kepentingan yang banyak pula.

Celakanya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terjebak di dalamnya. Karakter individu SBY yang peragu menjadi pupuk yang ikut menyuburkan penumpukan perkara itu.

Emosi publik yang gampang tersulut menjadi kekerasan dewasa ini adalah ekspresi ketidaksabaran terhadap pending matters yang menggunung. Perkara yang seharusnya bisa diselesaikan hari ini ditunda-tunda dan untuk jangka yang terlalu lama.

Pending matters yang menumpuk adalah bukti mismanaje-men. Berbahaya sekali bila para pemimpin menyerahkan penyelesaian perkara kepada perjalanan waktu.

Banyak perkara yang sekarang menjadi soal ketika terlalu lama ditunda. Soal penun-jukan jaksa agung defi nitif dan soal reshuffle kabinet adalah dua pending matters yang bisa disebut sebagai contoh.

Reshuffl e kabinet. Ini ada-lah kewenangan prerogatif presiden yang bisa diguna-kan kapan saja tanpa perlu terlalu banyak menghirau-kan dagang sapi dari partai-partai koalisi. Tetapi, Presi-den Yudhoyono membuang momentum setahun pe-merintahan periode kedua yang jatuh 20 0ktober berlalu begitu saja, tanpa mengganti satu menteri pun. Padahal, pemerintah memberi isyarat itu jauh sebelumnya.

Jaksa agung defi nitif. Ini lagi wewenang presiden yang entah kenapa ditunda. Seharusnya SBY lebih gampang memilih jaksa agung defi nitif pengganti Hendarman Supandji karena jabatan yang satu ini tidak memerlukan fi t and proper test dari Dewan Perwakilan Rakyat.

Penundaan itu berdampak banyak. Salah satunya adalah terkatung-katungnya nasib Bibit Samad Rianto dan Chandra Hamzah, dua pemimpin Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang diduga kuat menjadi korban rekayasa mafi a hukum yang mengkriminalisasikan KPK.

Secara teknis SBY memang terperangkap dalam koalisi yang terlalu gemuk tapi rapuh. Tarik-menarik kepentingan yang sesungguhnya logis itu tidak menjadi penyakit penumpukan andai kata SBY tegas. Dengan karakternya yang serbaragu, publik sekarang bingung siapa yang menyandera siapa dalam soal reshuffl e kabinet.

Penumpukan perkara yang terus menggunung bisa semakin menyesakkan ruang bernapas publik. Masyarakat Indonesia sekarang, bertentangan dengan karakter kulturalnya, men-jadi bangsa yang orang bilang bersumbu pendek. Gampang meledak.

Terlalu BanyakPerkara Tunda

Penumpukan perkara yang terus menggunung bisa semakin menyesakkan ruang bernapas publik.”

Anda ingin menanggapi ”Editorial” ini, silakan kunjungi:mediaindonesia.com

PAUSE

Kafein TingkatkanDaya Tahan Atlet

EBET

Tindakan menarik kembali keputusan deponeering kasus Bibit-Chandra memperburuk kredibilitas Darmono.

Kristantyo Wisnubroto

JAKARTA kembali mendadak berubah menjadi kubangan raksasa tatkala hujan deras mengguyur Ibu Kota hanya dalam beberapa jam.

G e n a n g a n air muncul di mana-mana. Itulah yang ter-jadi kemarin, akibat hujan d e r a s y a n g tu run merata di seluruh wi-layah sejak si-ang hingga tadi malam.

Jalan-jalan protokol di-re n d a m g e -nang an. Tero-wongan depan UKI Cawang, Jakarta Timur, air setinggi 60 cm.

Juga di tero-wongan Jem-batan Semang-gi air yang cu-kup tinggi membuat banyak kendaraan menghindar.

Di Jl Sudirman, di depan Ratu Plaza, selain terendam air cukup tinggi, juga ada po-hon tumbang yang menutup

Jakarta bak SungaiDeponeering hanya 5 Jam (Kajilah sampai Tua)

sebagian ruas jalan.Banjir menyebabkan kema-

cetan di mana-mana. Di be-berapa jalan hanya bus Trans-Jakarta yang bisa melintas.

Namun di Jl Warung Buncit, bus Trans-Jakarta juga tidak bisa melintas karena tingginya genangan air. Pengendara roda dua yang nekat menerabas akhir nya motornya mogok dan

jutkan ke pengadilan. Berbagai kalangan mendesak Kejagung memilih deponeering karena kasus Bibit-Chandra sarat re-kayasa.

Selain itu, Presiden telah menginstruksikan agar kasus Bibit-Chandra diselesaikan di luar pengadilan. Presiden memutuskan hal itu setelah menerima temuan Tim Delapan yang dibentuk pascagerakan ‘Sejuta Facebooker Mendukung Bibit-Chandra’.

Karena itu, begitu Amari menyebut Kejagung telah me-mutuskan deponeering, berbagai kalangan menyambut ha ngat, antara lain Ketua DPR Marzuki Alie dan Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso.

DiralatNamun, sekitar pukul 19.00

WIB, Pelaksana Tugas Jak-sa Agung Darmono meralat

pernyataan anak buahnya itu. “Sampai hari ini kita belum mengambil keputusan deponeer-ing. Rapat pimpinan baru me-mutuskan mengambil langkah membentuk tim evaluasi se-cara mendalam atas putusan PK tersebut,” kata Darmono, sesaat sebelum meninggalkan Gedung Bundar, tadi malam.

Ia sudah menegur Amari. “Dia sudah minta maaf karena sudah keceplosan.”

Darmono mengatakan pro ses pertimbangan hukum harus

dilakukan secara matang dan ti-dak terburu-bu-ru. “Surat kepu-tusan, sebaiknya ditandatangani oleh jaksa agung defi nitif.”

Padahal, kasus itu sudah hampir

setahun, sejak dibukanya reka-man Anggodo di Mahkamah Konstitusi, 3 November 2009. Tapi masih perlu dikaji sam-pai tua.

Mantan anggota Tim Delapan Amir Syamsuddin menilai tin-dakan Kejagung menarik kem-bali keputusan memperburuk kredibilitas Darmono sebagai plt jaksa agung. (*/Rin/X-7)

[email protected] terkait hlm 2

DIKEPUNG BANJIR: Hujan deras mengakibatkan banjir dan kemacetan di sejumlah wilayah di Ibu Kota, kemarin. Kemacetan terjadi di Jalan Rasuna Said, pengendara sepeda motor terjebak banjir, dan sejumlah pelajar SMA melintasi banjir di kawasan Pejaten, Jakarta Selatan

Kirimkan tanggapan Andaatas berita ini melalui

mediaindonesia.com atau e-mail:interupsi@

mediaindonesia.com

MI/PANCA SYURKANI

MI/SUMARYANTO

MI/SUMARYANTO

Amari sudah minta maaf karena sudah keceplosan.”

Kita sudah menentukan sikap, yakni deponeering.”

DarmonoPlt Jaksa Agung

M AmariJAM-Pidsus Kejagung

ANTARA METRO TV