Upload
selvirabilasalsa
View
394
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
Latar Belakang
Kualitas sumber daya manusia yang tangguh, unggul, kreatif dan berdaya
saing tinggi merupakan aset yang sangat penting bagi kehidupan. Perbedaan
kualitas sumber daya manusia antara seseorang, kelompok usaha atau suatu
bangsa dengan bangsa lain menyebabkan perbedaan dalam penguasaan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan keterampilan. Hal ini menyebabkan perbedaan dalam
penguasaan bidang ekonomi, politik, sosial, pertahanan dan keamanan. Bangsa
yang mempunyai kualitas SDM tinggi tidak akan berada di garda depan dan dapat
memimpin dunia ini. Sebaliknya, mereka yang mempunyai kualitas SDM rendah
akan tertinggal, ditinggalkan dan terpinggirkan di arena percaturan kehidupan
dunia.
Mereka yang mempunyai kualitas SDM unggul akan menjadi penentu bagi
jalannya kehidupan ekonomi, politik dan militer. Pendidikan adalah salah satu
sarana untuk meningkatkan kualitas SDM. Karena itu, kualitas pendidikan pada
semua jenjang dan jenis harus ditingkatkan. Kendati keadaan perekonomian kita
saat ini sedang dilanda krisis dan resesi, tetapi sektor pendidikan harus tetap
mendapat prioritas. Sebab, kalau tidak, kualitas SDM semakin terpuruk, yang
pada gilirannya membuat bangsa kita semakin tertinggal. Memang tepat apa yang
ditayangkan dalam layanan iklan sosial di televisi bahwa kita harus tetap sekolah
meskipun keadaan sangat sulit. Untuk mengenyam pendidikan, terutama jenjang
pendidikan menengah dan tinggi tidak selalu harus pergi ke sekolah atau kampus,
yang berdaya tampung sangat terbatas. Seiring dengan kemajuan teknologi
komunikasi dan pemanfaatan jaringan internet maupun intranet, dimungkinkan
untuk bisa memperoleh pendidikan jarak jauh.
Dalam perkembangan pendidikan yang semakin maju, disini pendidikan
mencoba menyuguhkan inovasi baru dalam pembelajaran. Inovasi baru itu adalah
media pembelajaran dengan menggunakan Wallchart, Poster, Film dan Vedeo.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang wallchart , Poster, Film dan Vedeo dan
kita akan segerta mengetahui wallchart , Poster, Film dan Vedeo secara
mendalam.
Bahan ajar tersebut dapat disajikan dalam bentuk:
1. Bahan cetak (printed) seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja
siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket.
2. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact
disk audio.
3. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film.
Bahan ajar multimedia
4. interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer Assisted
Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan
ajar berbasis web (web based learning materials)
Dimana Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar
terjadi.
Media Wall Chart
Media Wall Chart adalah benda yang sebenarnya yang dapat diamati secara
langsung oleh panca indera dengan cara melihat, mengamati, dan memegangnya
secara langsung tanpa melalui alat bantu. Wallchart juga adalah bahan cetak,
biasanya berupa bagan siklus/proses atau grafik yang bermakna menunjukkan
posisi tertentu. Agar wallchart terlihat lebih menarik bagi siswa maupun guru,
maka wallchart didesain dengan menggunakan tata warna dan pengaturan
proporsi yang baik. Wallchart biasanya masuk dalam kategori alat bantu
melaksanakan pembelajaran, namun dalam hal ini wallchart didesain sebagai
bahan ajar. Karena didesain sebagai bahan ajar, maka wallchart harus memenuhi
kriteria sebagai bahan ajar antara lain bahwa memiliki kejelasan tentang KD dan
materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik, diajarkan untuk berapa lama,
dan bagaimana cara menggunakannya. Sebagai contoh wallchart tentang siklus
makhluk hidup binatang antara ular, tikus dan lingkungannya.
Kriteria Wallchart yang baik
Dalam memilih wallchart perlu mempertimbangkan beberapa hal yang terkait
dengan sajiannya, antara lain:
1. Substansi materi yang disajikan dalam bentuk wallchart harus memiliki
relevansi dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik.
2. Bagan atau grafik yang disajikan harus benar secara substansi atau dengan
kata lain tidak menampilkan data yang salah.
3. Ditampilkan dengan skala yang sesuai sehingga terlihat logis.
4. Ada perimbangan antara besarnya kertas dengan bagan yang ada didalamnya,
sehingga bagan tampak indah dipandang. Biasanya sebuah lembaran wallchart
tidak akan habis oleh bagan yang ada didalamnya, melainkan terdapat sisa di
sisi kanan, kiri, atas, dan bawahnya.
5. Beberapa wallchart dapat dibeli di toko.
6. wallchart harus memenuhi kriteria :
a) memiliki kejelasan tentang kompetensi dasar dan materi pokok yang harus
dikuasai oleh peserta didik,
b) diajarkan untuk berapa lama,
c) cara menggunakannya.
Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai.
Contoh : bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-
kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau
kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang
lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan
aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat
kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti: biaya,
ketepatgunaan; keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis.
Ada beberapa kriteria untuk menilai keefektifan sebuah media. Hubbard
mengusulkan sembilan kriteria untuk menilainya (Hubbard, 1983). Kreteria
pertamanya adalah biaya. Biaya memang harus dinilai dengan hasil yang akan
dicapai dengan penggunaan media itu. Kriteria lainnya adalah ketersedian fasilitas
pendukung seperti listrik, kecocokan dengan ukuran kelas, keringkasan,
kemampuan untuk dirubah, waktu dan tenaga penyiapan, pengaruh yang
ditimbulkan, kerumitan dan yang terakhir adalah kegunaan. Semakin banyak
tujuan pembelajaran yang bisa dibantu dengan sebuah media semakin baiklah
media itu.
Kriteria di atas lebih diperuntukkan bagi media konvensional. Thorn mengajukan
enam kriteria untuk menilai multimedia interaktif (Thorn, 1995). Kriteria
penilaian yang pertama adalah kemudahan navigasi. Sebuah program harus
dirancang sesederhana mungkin sehingga pembelajar bahasa tidak perlu belajar
komputer lebih dahulu. Kriteria yang kedua adalah kandungan kognisi, kriteria
yang lainnya adalah pengetahuan dan presentasi informasi. Kedua kriteria ini
adalah untuk menilai isi dari program itu sendiri, apakah program telah memenuhi
kebutuhan pembelajaran si pembelajar atau belum. Kriteria keempat adalah
integrasi media dimana media harus mengintegrasikan aspek dan keterampilan
bahasa yang harus dipelajari. Untuk menarik minat pembelajar program harus
mempunyai tampilan yang artistik maka estetika juga merupakan sebuah kriteria.
Kriteria penilaian yang terakhir adalah fungsi secara keseluruhan. Program yang
dikembangkan harus memberikan pembelajaran yang diinginkan oleh pembelajar.
Sehingga pada waktu seseorang selesai menjalankan sebuah program dia akan
merasa telah belajar sesuatu.
Kelebihan dan kelemahan Wallchart
Kelbihan yang dimiiliki oleh media wallchart ini adalah :
a. Lebih focus ke materi yang disampaikan karena melalui bagan-bagan yang
sesuai dengan materi.
b. Bentuknya dibuat menarik untuk menumbuhkan minat seseorang.
c. Dapat di temple di dinding sehingga dapat dilihat kapan saja.
d. Bisa disesuaikan dengan materi yang disampaikan.
Kekurangan dari media wallchart adalah :
a. bentuk yang besar menjadi lebih sulit untuk disimpan.
b. Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
c. Dll
Kriteria Poster Pembelajaran yang Baik
Poster pembelajaran dalam dunia pendidikan cukup memiliki peran yang
sangat penting saat proses pembelajaran. Dalam hal ini agar poster pembelajaran
digunakan secara efektif maka kita perlu tahu mengenai kriteria poster
pembelajaran yang tersebut.
Poster tidak hanya penting untuk menyampaikan kesan-kesan tertentu tetapi
dia mampu pula untuk mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku orang yang
melihatnya.
Kriteria poster yang baik hendaklah:
1. Sedehana
Dalam hal ini yang dimaksud sederhana itu adalah poster ditampilakan tidak
banyak tulisan, dan ringkas dibatasi hal-hal yang penting saja. Tetapi antara
gambar dan tulisan harus punya maksud yang berkesinambungan. Karena
tujuan dari pembuatan poster itu sendiri supaya yang melihat tahu maksud
pesan yang disampaikan poster tersebut dan pesan dengan maksud untuk
menangkap perhatian orang yang lewat tetapi cukup lama menanamkan
gagasan yang berarti didalam ingatannya.
2. Menyajikan satu ide dan untuk mencapai suatu tujuan yang pokok
Tujuan dari penyampaian pesan dalan poster tersebut harus jelas dan fokus
sesuai gagasan yang telah dibuat. Jadi pesan yang disampaikan dalam poster
tidak boleh melenceng dari tujuan semula.
3. Bewarna
Warna yang digunakan harus menarik perhatian yang melihatnya dan didesain
sesuai keharmonisan antara gambar dan tulisan dalam poster tersebut. Karena
ketepatan menentukan warna sangat berpengaruh dalam keindahan poster yang
ditampilkan.
4. Slogannya ringkas dan jitu
Pemilihan kata yang digunakan harus singkat, padat, dan jelas, dan bertele-tele
sehingga penikmat poster cepat memahami apa maksud pesan yang
disampaikan dari poster tersebut.
5. Tulisannya jelas
Tulisan yang dipakai adalah bentuk tulisan yang sederhana, mudah dibaca, dan
komunikatif.
Tulisan yang digunakan harus disesuaikan dengan tata letak poster itu sendiri.
dalam pemilihan warna, tulisan (besar-kecilnya), background, serta gambar
harus tepat agar tulisan yang ada didalamnya bisa terbaca, jangan menimbulkan
makna ambigu didalamnya supaya tidak terjadi miss conception.
6. Motif dan desain bervariasi
Supaya dalam penyampainan poster tidak membosankan. Jadi poster harus
didesain sekreatif mungkin agar selalu menarik bagi siapa yang melihatnya.
7. Tepat guna
Dalam hal ini tepat guna dimaksudkan sasaran yang dituju dalam pembuatan
poster itu, yaitu untuk siapa poster itu ditujukan. Dalam pembelajaran poster
ditujukan sesuai jenjangnya.
Aplikasi poster sebagai media dalam pembelajaran
Menurut Sudjana dan Rivai (2005: 56), ada beberapa macam penguunaan
poster sebagai media pembelajaran di kelas adalah sebagai berikut:
a. Untuk motivasi
Penggunaan poster dalam pengajaran sebagai pendorong atau motivasi kegiatan
belajar siswa dengan menggunakan poster-poster yang dapat memotivasi para
peserta didik itu sendiri.
b. Sebagai peringatan
Penggunaan poster yang kedua, diartikan sebagai suatu peringatan atau
menyadarkan. Poster bisa menyadarkan setiap anak sekolah dasar bahwa
menggosok gigi itu sangat penting, memerlihara kebersihan lingkungan dapat
mencegah penyakit dan lain-lain.
c. Pengalaman yang kreatif
Sebagai alat bantu mengajar poster memberi kemungkinan belajar kreatif dan
partisipasi. Kehadiran poster dalam proses belajar mengajar memberi
kesempatan kepada siswa untuk melukiskan tentang apa-apa yang dipelajari
mereka. Dengan perkataan lain, poster memberikan pengalaman baru sehingga
menumbuhkan kreativitas siswa dalam belajarnya.
Kelebihan dan Kelemahan Poster Media Pembelajara
Dalam penggunaan poster sebagai media pembelajaran tentu tak lepas dari
kelebihan dan kekurangannya sebagaimana media-media pembelajaran yang lain.
1. Kelebihan
Adapun kelebihan dari poster sebagai media dalam pembelajaran adalah:
a. Memiliki kekuatan dramatik yang begitu tinggi sehingga memikat dan
menarik perhatian.
b. Merangsang motivasi belajar.
Poster dapat merangsang anak untuk mempelajari lebih jauh dan atau ingin
lebih tahu hakikat dari pesan yang disampaikan
c. Simple.
d. Memiliki makna yang luas
e. Dapat dinikmati secara individual dan klasikial
f. Dapat dipasang/ditempelkan di mana-mana, sehingga memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk mempelajari dan mengingat kembali apa yang telah
dipelajari.
g. Dapat menyarankan perubahan tingkah laku kepada peserta didik yang
melihatnya.
2. Kelemahan
Adapun kelemahan yang terdapat pada penggunaan poster sebagai media
pembelajaran :
a. Sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan orang yang melihatnya.
b. Karena tidak adanya penjelasan yang terinci, maka dapat menimbulkan
interpretasi yang bermacam-macam dan mungkin merugikan.
c. Suatu poster akan banyak mengandung arti/makna bagi kalangan tertentu, tetapi
dapat juga tidak menarik bagi kalangan yang lainnya.
d. Bila poster terpasang atau terpancang terlalu lama di suatu tempat, maka akan
berkurang nilainya, bahkan akan membosankan orang yang melihatnya.
Pengertian Video
Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-vidi-visum yang artinya
melihat (mempunyai daya penglihatan); dapat melihat.
Macam – macam pengertian Video adalah:
1) bagian yang memancarkan gambar pada pesawat televisi;
2) rekaman gambar hidup untuk ditayangkan pada pesawat televisi.
3) sesuatu yang berkenaan dengan penerimaan dan pemancaran gambar.
Tidak jauh berbeda dengan definisi tersebut, video merupakan “the storage of
visuals and their display on television-type screen” (penyimpanan/perekaman
gambar dan penanyangannya pada layar televise). Dari beberapa definisi di atas,
dapat disimpulkan bahwa video itu berkenaan dengan apa yang dapat dilihat,
utamanya adalah gambar hidup (bergerak; motion), proses perekamannya, dan
penayangannya yang tentunya melibatkan teknologi.
Kebanyakan orang yang memahami video dalam dua pengertian:
1. sebagai rekaman gambar hidup yang ditayangkan (di sini video sama dengan
film, dan pada makalah ini penyebutan video seringkali dipakai bergantian
dengan film). Aplikasi umum dari video adalah televisi atau media proyektor
lainnya; dan
2. sebagai teknologi, yaitu teknologi pemrosesan sinyal elektronik mewakilkan
gambar bergerak. Di sini istilah video juga digunakan sebagai singkatan dari
videotape, dan juga perekam video dan pemutar video.
Video, dilihat sebagai media penyampai pesan, termasuk media audio-visual
atau media pandang-dengar .
Kelebihan dan Kekurangan Media Video Pembelajaran
Ada banyak kelebihan video ketika digunakan sebagai media pembelajaran di
antaranya. Video merupakan media yang cocok untuk pelbagai media
pembelajaran, seperti kelas, kelompok kecil, bahkan satu siswa seorang diri
sekalipun . Hal itu, tidak dapat dilepaskan dari kondisi para siswa saat ini yang
tumbuh berkembang dalam dekapan budaya televisi, di mana paling tidak setiap
30 menit menayangkan program yang berbeda. Dari itu, video dengan durasi yang
hanya beberapa menit mampu memberikan keluwesan lebih bagi guru dan dapat
mengarahkan pembelajaran secara langsung pada kebutuhan siswa.
Selain itu, menurut Smaldino sendiri, pembelajaran dengan video multi-suara
bisa ditujukan bagi beragam tipe pebelajar. Teks bisa di display dalam aneka
bahasa untuk menjelaskan isi video. Beberapa DVD bahkan menawarkan
kemampuan memperlihatkan suatu objek dari berbagai sudut pandang yang
berbeda. Disc juga memberikan fasilitas indeks pencarian melalui judul, topik,
jejak atau kode-waktu untuk pencarian yang lebih cepat.
Video juga bisa dimanfaatkan untuk hampir semua topik, tipe pebelajar, dan
setiap ranah: kognitif, afektif, psikomotorik, dan interpersonal. Pada ranah
kognitif, pebelajar bisa mengobservasi rekreasi dramatis dari kejadian sejarah
masa lalu dan rekaman aktual dari peristiwa terkini, karena unsur warna, suara
dan gerak di sini mampu membuat karakter berasa lebih hidup. Selain itu
menonton video, setelah atau sebelum membaca, dapat memperkuat pemahaman
siswa terhadap materi ajar.
Pada ranah afektif, video dapat memperkuat siswa dalam merasakan unsur
emosi dan penyikapan dari pembelajaran yang efektif. Hal ini tidak dapat
dilepaskan dari potensi emosional impact yang dimiliki oleh video, di mana ia
mampu secara langsung sampai kepada sisi penyikapan personal dan sosial siswa.
Membuat mereka tertawa terbahak-bahak (atau hanya tersenyum) karena gembira,
atau sebaliknya menangis berurai air mata karena sedih. Dan lebih dari itu,
menggiring mereka pada penyikapan seperti menolak ketidakadilan, atau
sebaliknya pemihakan kepada yang tertindas.
Pada ranah psikomotorik, video memiliki keunggulan dalam memperlihatkan
bagaimana sesuatu bekerja. Video pembelajaran yang merekam kegiatan motorik
siswa juga memberikan kesempatan pada mereka untuk mengamati dan
mengevaluasi kerja praktikum mereka, baik secara pribadi maupun feedback dari
teman-temannya.
Sedangkan pada ranah meningkatkan kompetensi interpersonal, video
memberikan kesempatan pada mereka untuk mendiskusikan apa yang telah
mereka saksikan secara berjama’ah. Misalnya tentang resolusi konflik dan
hubungan antar sesama, mereka bisa saling mengobservasi dan menganalisis
sebelum menyaksikan tayangan video.
Lebih dari itu, manfaat dan karakteristik lain dari media video atau film
dalam meningkatkan efektifitas dan efesiensi proses pembelajaran, di antaranya
adalah:
Mengatasi jarak dan waktu
Mampu menggambarkan peristiwa-peristiwa masa lalu secara realistis dalam
waktu yang singkat
Dapat membawa siswa berpetualang dari negara satu ke negara lainnya, dan
dari masa yang satu ke masa yang lain.
Dapat diulang-ulang bila perlu untuk menambah kejelasan
Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat.
Megembangkan pikiran dan pendapat para siswa
Mengembangkan imajinasi
Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan penjelasan yang lebih
realistik
Mampu berperan sebagai media utama untuk mendokumentasikan realitas
sosial yang akan dibedah di dalam kelas
Mampu berperan sebagai storyteller yang dapat memancing kreativitas peserta
didik dalam mengekspresikan gagasannya.
Selain kelebihan, video/film juga memiliki kekurangan, di antaranya:
sebagaimana media audio-visual yang lain, video juga terlalu menekankan
pentingnya materi ketimbang proses pengembangan materi tersebut; pemanfaatan
media ini juga terkesan memakan biaya tidak murah, terutama bagi guru, maaf,
dengan gaji pas-pasan di negeri ini; dan penanyangannya juga terkait peralatan
lainnya seperi video player, layar bagi kelas besar beserta LCDnya, dan lain-lain.
Piranti Video
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, video merupakan teknologi pemrosesan
sinyal elektronik yang meliputi gambar gerak dan suara. Piranti yang berkaitan
dengan video adalah playback, storage media (seperti pita magnetik dan disc), dan
monitor. Nah, agar mampu memanfaatkan video sebagai alternatif media untuk
pembelajaran, ada baiknya kita mengetahui piranti media video ini, di antaranya:
1. Video Pita Magnetik (Video Tape Recorder [VTR], Video Cassette Recorder
[VCR], dan Mini-DV)
2. Video Disc, Video Compact Disc (VCD) Digital Video/Versatile Disc (DVD)
3. Handycam, camera.
Prinsip-prinsip Video sebagai Media Pembelajaran
Adapun prinsip yang harus diperhatikan adalah:
1. Adanya kejelasan tentang maksud dan tujuan pemilihan media, untuk siapa,
dipakai dimana, keperluan apa dan lain sebagaina.
2. Familiaritas media, pengguna media harus mengenal sifat dan ciri-ciri media
yang akan dipilih.
3. Media pembanding, hal ini diperlukan untuk memberikan alternatif
pertimbangan dalam rangka mengambil kepurusan yang tepat tentang media
ang akan dipergunakan,
Adanya norma atau patokan yang akan dipakai dan dikenakan pada proses
pemilihan.
Membuat media Video sederhana
Bila kita ingin menggunakan media video untuk pembelajaran, akan lebih baik
kalau kita memproduksinya sendiri, karena sebagai pengajar, kitalah yang
mengerti topik dan ranah kompetensi yang dituju, sehingga media video sesuai
dengan yang diinginkan. Adapun cara membuat video sederhana adalah sebagai
berikut:
1. Tentukan tema pembelajaran.
2. Sediakan hardware seperti video camera, sertakan dengan media penyimpanan
seperti CDR, DVD, USB untuk transfer video ke computer dan
Laptop/Notebook, yang nantinya digunakan untuk editing video yang sudah
direkam.
3. Rekam gambar dengan camerecorder.
4. Berikutnya seting kamera pada mode Play, kemudian hubungkan kamera ke
komputer menggunakan USB. Pastikan komputer telah mendeteksi kamera
yang kita sambungkan.
5. Gunakan aplikasi video editing seperti Windows Movie Maker untuk
melakukan pengolahan video.
Beberapa Jenis Teknik Video
Salah satu media pembelajaran yang menjadikan pembelajaran menjadi
menarik dan berkesan adalah dengan video. Teknik video adalah alat elektronik
yang melibatkan televisi, pita rekaman dan perekam video. Ada dua jenis
pengajaran yang bisa digunakan dalam pengajaran teknik video, yaitu:
a. Ideo Pengajaran Terus
Yaitu mengajar di kelas dengan skrin tv secara langsung. Cara ini lebih
sesuai untuk peringkat asas dan mendengar. Di dalam VPT hanya terdapat satu
bahasa pengantar dan satu pembawa acara di dalam skrin tv yang membimbing
pelajar. Di dalam skrin tv akan menonjolkan item-item penting yang akan
dipelajari dan terdapat juga arahan yang menerangkan apa yang patut
diperhatikan dan dilakukan oleh pelajar untuk menelusuri video tersebut.
Dalam VPT, tayangan video itu mempersembahkan bahasa baru dan guru
berperan menyusulinya dengan buku dan pits video sebagai latihan dan
eksploitasi. Biasanya bahasa yang dipilih, adalah bertujuan untuk memenuhi
keperluan tertentu. Dengan demikian guru akan mengunakan video sebagai
sumber belajar.
b. Video Sumber
Video sumber tidak mengandungi bahan pengajaran secara terus, tetapi input
bahasa yang yng dipilih dan degred masih berdasarkan pelajaran bahasa dan
merupakan jenis pengajaran secara tidak langsung. Tujuan sumber video adalah
untuk memberi ilustrasi bahasa baru bagi sesuatu tahap tertentu.
Jenis-jenis teknik video:
a. Pemahaman Mendengar (cloze/listening comphrehension)
Pada jenis ini terdapat berbagai aktivitas yang dijalankan. Para pelajar bisa
diberi beberapa skrip narator cerita di dalam video dengan beberapa perkataan
yang ditiadakakan. Tugas pelajar ialah mengisi tempat-tempat yang kosong
dengan teliti. Sebagai alternatif, peserta didik boleh diminta untuk menjawab
soal-soal pemahaman berdasarkan video yang dipertontonkan.
b. Tayangan Senyap (Silent Viewing)
Audio ditutup dan guru meminta siswa hanya menonton visual yang terdapat
pada skrin TV. Siswa dibiarkan menerka apa yang dikatakan pada video yang
mereka tonton. Mungkin mereka akan mengalami kesulitan dalam memahami
perkataan yang ada dalam video tapi setidaknya mereka mampu memberitahu
kata-kata kunci dan frasa.
c. Tayangan Bersilang (Jigsaw Viewing)
Setiap siswa secara berpasangan duduk saling membelakangi antara satu sama
lain. Salah satu dari merreka menghadap monitor TV sebaliknya pasangannya
menghadap ke arah sebaliknya. Anak yang tidak melihat video ditanya oleh
anak yang melihat video.
Misalnya, siapakah orang yang memakai bajju warna hijau?
Dimanakah video itu berlaku? Dan sebagainya.
Siswa yang menghadap video perlu memberikan opsi jawaban, dan siswa
yang bisa menjawab dengan benar dianggap menang.
d. Tayangan Bersinar dengan Komentar (Jigsaw Viewing With Commentary)
Setiap siswa duduk secara berpasangan dengan belakang membelakangi satu sama
lain. Guru memberitahu bahwa siswa yang tidak mengadap skrin TV, harus
menjawab soal-soal berdasarkan sekuen video selepas aktivitas itu selesai dan
pemenangnya adalah pasangan yang berupaya menjawab yang paling tepat.
Kemudia guru menayangkan video dengan menutup audionya, siswa yang
menghadap skrin memberi komentar secara langsung tentang apa yang
ditayangkan dalam video. Dan pasangannya harus memberi soal-soal untuk
mendapatkan maklumat yang lebih banyak.
e. Pencarian Harta Karun Video (Video Treasure Hunt)
Warna pada skrin dikurangi supaya menjadi gelap dan tak ada apapun dapat
dilihat. Sehingga hanya ada perkataan, komentar dan kesan-kesan bunyi yang bisa
didengar, siswa diharapkan dapat menerangkan tentang aksi, watak, emosi, obyek
dan sebagainya yang mereka rasa ada ditayangan.
f. Ramalan (Prediction)
Ramalan bisa meliputi semua apa yang akan berlaku sebelumnya dan apa yang
kan dikatakan seterusnya. Kedua aktivitas ramalan ini mengharuskan siswa
meramal sekuen video yang dihentikan secara tiba-tiba untuk menimbulkan
respon lisan atau tulisan terkait dengan apa yang akan terjadi seterusnya.
Kemudian untuk mengetahui hasil respun dan pembicaraan-pembicaraan
selanjutnya. Siswa akan dipertontonkan jalan cerita sebenarnya dari video.
g. Ramalan Sebelum (Reverse Prediction)
Aktivitas ini sangat sesuai untuk siswa yang baik penguasaan bahasanya. Dalam
aktivs ini, siswa ditunjukkan bagian akhir dari cerita yang ditayangkan video yang
pendek. Siswa diminta memberi penjelasan secara lsan dan tertulis bagaimana
awal cerita dari akhir video yang ditayangkan. Kemudia siswa mempersembahkan
cerita versi mereka. Persembahan bisa dijalankan secara keseluruhan video itu
dari awal hingga akhir.
h. Urutan (Sequencing)
Siswa-siswa diberikan skrip video bertulis yang telah dicampuradukkan. Tugas
mereka adalah menyusun skrip itu menjadi benar. Kegiatan ini paling cocok untuk
video yang sekuennya menerangkan tentang proses-proses dan melibatkan
seorang narator. Cara yang lain yaitu guru menyunting video itu dan
mencampuradukkan peristiwa-peristiwa dalam video itu. Kemudian siswa-siswa
mendiskusikan tentang bagaimanakah sebenarnya urutan video yang bagus .
PENUTUP
KESIMPULAN
Sejalan dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang bersifat
visual, audial, projected still media maupun projected motion media bisa
dilakukan secara bersama dan serempak melalui satu alat saja yang disebut Multi
Media. Contoh: dewasa ini penggunaan komputer tidak hanya bersifat projected
motion media , namun dapat meramu semua jenis media yang bersifat interaktif.
Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh
para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari
faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan
buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat
mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek
langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek
dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar -
gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.Serta dapat
disimpulkan:
1. Penggunaan Sarana/Media Pembelajaran wallchart,poster,film dan video sangat
berpengaruh bagi peroses belajar mengajar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Penggunaan media wallchart,poster,film dan video dapat mempermudah siswa
dalam memahami pelajaran.
3. Dengan menggunakan media wallchart,poster,film dan video dalam media
pembelajaran dapat menggambarkan peristiwa masa lalu secara relistis, memperjelas
hal-hal yang abstrak, dan dapat diulang untuk menambah kejelasan.
4. wallchart,poster,film dan video merupakan alat bantu dalam proses pembelajaran
atau yang sering disebut dengan media. Jadi, dari pembahasan di atas dapat disimpulkan
bahwa pemanfaatan media wallchart,poster,film dan video sangat membantu
perkembangan proses pembelajaran.
5. Bila kita ingin menggunakan wallchart,poster,film dan video untuk pembelajaran,
akan lebih baik kalau kita memproduksinya sendiri, karena sebagai pengajar, kitalah
yang mengerti topik dan ranah kompetensi yang dituju, sehingga wallchart,poster,film
dan video sesuai dengan yang diinginkan.
b. SARAN
1. Pendidik diharapkan terus menerus berinovasi dalam mempersiapkan media
wallchart,poster,film dan video yang dapat menunjang proses pembelajaran
2. Perlunya peningkatan profesionalisme pendidik dalam pembuatan dan penggunaan
media melalui pendidikan dan pelatihan secara kontinyu.
DAFTAR PUSTAKA
Ø http://118.98.216.59/subdom/modul/bahan/it_media-pemb-berbasis-it_2008/
bab2a.htm
Ø http://mantanresidivis.wordpress.com/2010/05/06/kekurangan-dan-kelebihan-
media/
1. Munadi, Yudhi. 2008. Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru, Gaung Persada
Press, Ciputat.
2. Prent, K. Dkk. 1969. Kamus Latin-Indonesia. Penerbit Kanisius. Jakarta.
3. Rahardjo. 1988. Media pembelajaran, CV. Rajawali, Jakarta
4. Salim, Peter. 1996. The Contemporary English-Indonesian Distionary. Modern English
Press. Jakarta.
5. Setyosari, Punaji & Sihkabuden. 2005. Media Pembelajaran. Penerbit Elang Mas. Malang
6. Smaldino, Sharon E, dkk. 2008. Instructional Technology and Media for Learning.
Pearson Merrill Prentice Hall. Ohio.
7. Tim Penyusun, 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta
8. http://sablinews.blogspot.com diakses pada 28 April 2011//08.16 Wita.
http://gunawansusilo.blogspot.com/video sebagai media pembelajaran seni
http://id.wikipedia.org/wiki/Video