41
Materi Dasar - 3 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium MATERI DASAR 3 Informasi Dasar HIV AIDS Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan AIDS. Pengetahuan terkait dengan informasi HIV AIDS merupakan dasar bagi seorang konselor konseling dan tes HIV. Seseorang yang terinfeksi HIV, akan mengalami infeksi seumur hidup. Kebanyakan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) tetap asimtomatik (tanpa tanda dan gejala dari suatu penyakit ) untuk jangka waktu panjang dan dapat menularkan kepada orang lain. Salah satu prinsip untuk mengetahui apakah seseorang tertular HIV melalui pemeriksaan darah yang disebut dengan tes HIV. Tes HIV dalam Konseling dan Tes HIV dilaksanakan setelah klien memberikan persetujuan (informed consent) untuk tes HIV. Diagnosis infeksi HIV yang lazim digunakan berdasarkan atas penemuan antibodi HIV dalam darah orang yang terinfeksi. Ketepatan hasil pemeriksaan darah akan dipelajari dalam bab ini yang akan menambah pengetahuan konselor akan informasi dasar HIV dan Tes HIV. WHO merekomendasikan tiga strategi pemeriksaan untuk memaksimalkan ketepatan dan menekan biaya. Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu memahami informasi dasar HIV AIDS dan perjalanan infeksi HIV. Setelah mengikuti pelatihan peserta mampu: 1.DESKRIPSI SINGKAT 2. TUJUAN PEMBELAJARAN A.TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM B. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS 28

MD-3 Informasi Dasar HIV 09052011

Embed Size (px)

DESCRIPTION

MIVCT-3

Citation preview

Page 1: MD-3 Informasi Dasar HIV 09052011

Materi Dasar - 3 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

MATERI DASAR 3Informasi Dasar HIV AIDS

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan AIDS. Pengetahuan terkait dengan informasi HIV AIDS merupakan dasar bagi seorang konselor konseling dan tes HIV. Seseorang yang terinfeksi HIV, akan mengalami infeksi seumur hidup. Kebanyakan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) tetap asimtomatik (tanpa tanda dan gejala dari suatu penyakit ) untuk jangka waktu panjang dan dapat menularkan kepada orang lain. Salah satu prinsip untuk mengetahui apakah seseorang tertular HIV melalui pemeriksaan darah yang disebut dengan tes HIV. Tes HIV dalam Konseling dan Tes HIV dilaksanakan setelah klien memberikan persetujuan (informed consent) untuk tes HIV. Diagnosis infeksi HIV yang lazim digunakan berdasarkan atas penemuan antibodi HIV dalam darah orang yang terinfeksi. Ketepatan hasil pemeriksaan darah akan dipelajari dalam bab ini yang akan menambah pengetahuan konselor akan informasi dasar HIV dan Tes HIV. WHO merekomendasikan tiga strategi pemeriksaan untuk memaksimalkan ketepatan dan menekan biaya.

Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu memahami informasi dasar HIV AIDS dan perjalanan infeksi HIV.

Setelah mengikuti pelatihan peserta mampu: 1. Menjelaskan informasi dasar HIV & AIDS 2. Menjelaskan perjalanan infeksi HIV3. Menjelaskan pentingnya pelaksanaan pemeriksaan HIV dalam VCT

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan sebagai berikut :Pokok Bahasan 1. Informasi Dasar HIV dan AIDS Pokok Bahasan 2. Pentingnya pelaksanaan pemeriksaan HIV dalam VCT

1.DESKRIPSI SINGKAT

2. TUJUAN PEMBELAJARAN

A.TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM

B. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

3. POKOK BAHASAN

4. METODE, MEDIA DAN ALAT BANTU

A.METODE28

Page 2: MD-3 Informasi Dasar HIV 09052011

Materi Dasar - 3 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran yaitu :1. Curah pendapat2. Ceramah Tanya Jawab (CTJ)3. Diskusi Kelompok4. Berlatih Peran

Pembelajaran disampaikan dengan menggunakan media 1. Bahan tayang (slide power point)2. Uraian materi3. Lembar latihan

Pembelajaran disampaikan dengan menggunakan media dan alat bantu :1. Lap top2. LCD

Langkah Proses Pembelajaran sebagai berikut:1. Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran dengan menggunakan bahan tayang2. Fasilitator menjelaskan kepada peserta tujuan dari pemberian materi Inti ke II dan

kaitannya dengan materi Inti ke I.3. Tanyakan kepada peserta informasi seputar HIV AIDS dan tes HIV.

a. Beda HIV dan AIDSb. Manfaat tes HIV dalam konseling HIV

Langkah Proses Pembelajaran sebagai berikut:1. Fasilitator menjelaskan tentang HIV AIDS dengan menggunakan bahan tayangan

informasi HIVAIDS dan tes HIV melalui ceramah, membaca naskah, tanya jawab dan mengajak peserta untuk berpartisipasi serta berinteraksi dalam proses pembelajaran.

2. Fasilitator menjelaskan tentang tes HIV dan maanfaat tes HIV dalam pelayanan konseling

Langkah Proses Latihan adalah sebagai berikut:1. Fasilitator membagi peserta menjadi kelompok dan mintalah peserta untuk mendiskusikan

tugas yang dibagi oleh fasilitator.

B. MEDIA

C. ALAT BANTU

5. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN

SESI 1 : PENGKONDISIAN PESERTA

SESI 2 : PENYAMPAIAN MATERI

SESI 3: LATIHAN

29

Page 3: MD-3 Informasi Dasar HIV 09052011

Materi Dasar - 3 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

2. Hasil diskusi kelompok ditulis pada lembar kertas flipchart dan akan dilaporkan kepada seluruh peserta dalam kelas besar

Langkah Proses Pembelajaran sebagai berikut:1. Fasilitator merangkum atau pembulatan tentang pembahasan materi ini dengan mengajak

seluruh peserta untuk melakukan refleksi atau umpan balik. 2. Dilanjutkan dengan memberikan apresiasi atas keterlibatan aktif seluruh peserta.

A.PENGETAHUAN DASAR HIV AIDS

SESI 4 : PENUTUP, UMPAN BALIK DAN RANGKUMAM

6. URAIAN MATERI

POKOK BAHASAN 1 : HIV AIDS

30

Page 4: MD-3 Informasi Dasar HIV 09052011

Materi Dasar - 3 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

Apakah HIV dan AIDS?HIV merupakan suatu subgroup retroviruses yang dikenal sebagai lentivirus, atau "slow" viruses. Perjalanan infeksi virus ini ditandai oleh rentang waktu yang panjang sejak awal infeksi hingga muncul gejala yang berat.

Human immunodeficiency virus (HIV) adalah suatu retrovirus yang termasuk famili lentivirus. Jenis retrovirus memiliki kemampuan untuk menggunakan RNAnya dan DNA sel induk untuk membuat DNA virus baru dan terkenal pula karena masa inkubasi yang lama. Seperti retrovirus lain, HIV menginfeksi tubuh, memiliki masa inkubasi yang lama (masa laten klinis) dan pada akhirnya menimbulkan tanda dan gejala AIDS.

HIV terdapat dalam cairan tubuh ODHA, dan dapat dikeluarkan melalui cairan tubuh tersebut. Seseorang dapat terinfeksi HIV bila kontak dengan cairan tersebut. Mskipun virus terdapat dalam ssaliva, air mata, cairan serebrospinal dan urin, tetapi cairan tersebut tidak terbukti berisiko menularkan infeksi karena kadarnya sangat rendah dan tidak mekanisme yang memfasilitasi untuk masuk ke dalam darah orang lain.

Cara penularan yang lazim adalah melalui hubungan sex tanpa kondom, kontak dengan darah yang terinfeksi (tusukan jarum suntik, pemakaian jarum suntik secatra bersama, dan produk darah yang terkontaminasi) dan penularan dari ibu ke bayi (selam dan setelah lahir). Cara lain yang lebih jarang seperti, tato, transplantasi organ dan jaringan, inseminasi buatan, tindakan medis semi invasif. Cara penularan yang tersering adalah secara seksual melalui mukosa genital dengan angka kejadian sampai 85% di dunia.

Kemungkinan penularan setiap episod pajanan bervariasi seperti tampak pada tabel di bawah ini. Risiko penularan tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya adanya ulkus genital atau infeksi menular seksual (IMS) dan faktor genetik.

Tidak ada risiko penularan pada hubungan sosial, kontak non-seksual seperti, berciuman, pemakaian bersama alat makan (mis. gelas), sentuh tubuh, atau penggunaan toilet umum. HIV tidak disebarkan oleh nyamuk atau serangga lainnya.

HIV adalah virus penyebab AIDS. AIDS dikenal luas sejak tahun1981, meskipun virus telah terdapat pada darah yang tersimpan pada tahun 1959. Virus yang mirip telah ditemukan pada primata.

AIDS adalah suatu gejala berkurangnya kemampuan pertahan diri yang disebabkan oleh penurunan kekebalan tubuh disebabkan oleh virus HIV.

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. “Acquired” : Tidak diturunkan dan dapat menularkan kepada orang lain“Immune” : sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit“Deficiency” : Berkurangnya kurang atau tidak cukup“Syndrome” : adalah kumpulan tanda dan gejala penyakit.

Virus tersebut pertama-tama menyerang limfosit CD4 dan makrofag dalam tubuh. Sel-sel tersebut memegang peran penting dalam sistem imunitas manusia. Akibatnya, orang yang

31

Page 5: MD-3 Informasi Dasar HIV 09052011

Materi Dasar - 3 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

terinfeksi HIV rentan terhadap berbagai penyakit karena rusaknya sistem imunitas tubuh. Orang terinfeksi virus tersebut menjadi infeksius sepanjang hidupnya dan dapat menularkan HIV melalui cairan tubuh mereka.

Penyakit yang pada umumnya terkait dengan infeksi HIV adalah: TB pnemoni Pneumocystis carinii, kandidiasis esofagus, kriptokokosis, toksoplasmosis, kriptosporodiosis, cytomegalovirus (CMV), dan komplek mycobacterium avium (MAC). Oleh karena menurunnya sistem imunitas maka seseorang menjadi rawan untuk mendapatkan berbagai macam penyakit, HIV sendir dapat bermanifestasi dalam berbagai bentuk yang berbeda.

Perkembangan PenyakitInfeksi HIV ditandai dalam tiga fase: penyakit primer akut, penyakit kronis asimtomatis dan penyakit kronis simtomatis.

Infeksi Primer (sindrom retroviral akut)Setelah terjadi infeksi HIV mula-mula bereplikasi dalam kelenjar limfe regional. Hal tersebut berakibat terjadinya peningkatan jumlah virus secara cepat di dalam plasma, biasanya lebih dari 1 juta kopi/ml. Fase ini disertai dengan penyebaran HIV ke organ limfoid, saluran cerna dan saluran genitalia. Setelah mencapai puncak viremia jumlah virus atau viral load menurun bersamaan dengan berkembangnya respon imunitas seluler pada penjamunya. Puncak viral load dan perkembangan respon imunitas seluler berhubungan dengan kondisi penyakit yang simtomatik pada 60 hingga 90% pasien. Penyakit ini muncul dalam kurun waktu 3 bulan setelah infeksi. Penyakit ini menyerupai ‘glandular fever’ like illness dengan ruam, demam, nyeri kepala malaise dan limfadenopati luas.

Gambaran sindrom retroviral akut seperti di bawah menunjukkan prognosis jelek :

Penyakit primer simtomatik Penyakit primer yang lebih lama Gejala-gejala neurologis Munculnya kadidiasis oral tanda dan gejala yang lebih banyak keluhan yang lebih berat

Sementara itu tingginya puncak viral load selama infeksi primer tidak menggambarkan perkembangan penyakit tapi terkait dengan beratnya keluhan yang menandakan prognosis yang jelek

Fase ini mereda secara spontan dalam 14 hari.

Infeksi HIV asimtomatis/ dini Dengan menurunnya penyakit primer kebanyakan pasien mengalami masa asimtomatis yang lama, namun selama masa tersebut replikasi HIV terus berlanjut, dan terjadi kerusakan sistem imun. Beberapa pasien mengalami limfadenopati generalisata persisten sejak terjadinya serokonfversi akut (dikenal dengan limfadenopati pada dua lokasi non-contiguous dengan sering melibatkan rangkaian kelenjar ketiak, servikal, dan inguinal). Kompliksai dermatologis biasa terjadi seperti, dermatitis sebboroik terutama pada garis

32

Page 6: MD-3 Informasi Dasar HIV 09052011

Materi Dasar - 3 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

rambut atau lipatan nasolabial, dan munculnya atau memburuknya psoriasis. Kondisi yang berhubungan dengan aktivasi imunitas, seperti purputa trombositopeni idiopatik, polimiositis, sindrom Guillain-Barre dan Bell’s palsy dapat juga muncul pada stadium ini.

Infeksi Simtomatik/ antara Komplikasi dermatologis, oral dan konstitusional lebih sering terjadi pada fase ini. Meskipun dalam perjalanannya jarang berat atau serius, komplikasi ini dapat menyulitkan pasien.

Penyakit kulit seperti herpes zoster, folikulitis bakterial, folikulitis eosinofilik, moluskum kontagiosum, dermatitis seboroik, psoriasis dan ruam yang tidak diketahui sebabnya, sering dan mungkin resisten pengobatan standar. Kutil sering muncul baik pada kulit maupun pada daerah anogenital dan mungkin resisten terhadap terapi.

Sariawan sering juga muncul pada stadium ini. Seperti juga halnya kandidiasis oral, hairy leukoplakia oral, dan eritema ginggivalis linier. Gingivitis ulesartiv nekrotik akut, merupakan komplikasi oral yang sulit diobati.

Gejala konstitusional yang mungkin berkembang seperti demam, berkurangnya berat badan, kelelahan, nyeri otot, nyeri sendi dan nyeri kepala. Diare berulang dapat terjadi dan menjadi masalah. Sinusitis bakterial merupakan manifestasi yang sering terjadi. Nefropati HIV dapat juga terjadi pada stadium ini.

Stadium LanjutPenyakit stadium lanjut ditandai oleh suatu penyakit yang berhubungan dengan penurunan imunitas yang serius. Kondisi dan tatalaksananya dapat dilihat pada modul CST

Kecepatan Perkembangan Infeksi HIV Kecepatan perkembangan penyakit bervariasi antar individu, berkisar antara 6 bulan hingga lebih 20 tahun. Waktu yang diperlukan untuk berkembang menjadi AIDS mediannya adalah 10 tahun, bila tanpa terapi antiretrivira. Dalam 5 tahun, sekitar 30% ODHA dewasa akan berkembang menjadi AIDS kecuali bila diobati dengan ART.

Petanda perkembangan HIV

Hitung CD4 Jumlah absolut CD4, persentase CD4, kecepatan penurunan CD4 telah terbukti dapat dipakai sebagai petunjuk perkembangan penyakit AIDS. Risiko berkembangnya infeksi oportunistik tertentu, dapat dibagi berdasarkan hitung CD4 (%).

Hitung CD4 menurun secara bertahap selama perjalanan penyakit. Kecepatan penurunannya dari waktu ke waktu rata-rata 100 sel/ tahun. Hitung CD4 lebih menggambarkan progresivitas AIDS dibanding dengan tingkat viral load, meskipun nilai prediktiv dari viral load akan meningkat seiring dengan lama infeksi.

33

Page 7: MD-3 Informasi Dasar HIV 09052011

Materi Dasar - 3 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

Viral Load PlasmaKecepatan peningkatan Viral load (bukan jumlah absolut virus) dapat dipakai untuk memperkirakan perkembangan infeksi HIV

Virul load meningkat secara bertahap dari waktu ke waktu. Pada 3 tahun pertama setelah terjadi serokonversi, viral load berubah seolah hanya pada pasien yang berkembang ke arah AIDS pada masa tersebut. Setelah masa tersebut, perubahan viral load dapat dideteksi, baik akselerasinya maupun jumlah absolutnya, baru keduanya dapat dipakai sebagai petanda progresivitas penyakit.

Perbedaan perkembangan penyakit antar Gender Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan berkembang kearah AIDS pada tingkat CD4 lebih tinggi dibanding laki-laki. Sebaliknya penelitian lain menyebutkan bahwa pada tingkat CD4 tertentu perempuan menunjukkan RNA HIV hingga 0,3 log 10 lebih rendah dibanding laki-laki.

Petunjuk lain yang menggambarkan perkembangan infeksi HIV Faktor perilaku, pengguna NAPZA dan IMS yang sedang berlangsung tidak ada hubungan dengan peningkatan risiko perkembangan penyakit, meskipun ada perilaku tertentu yang berhubungan dengan respons ART kombinasi yang buruk. Cara mendapatkan infeksi HIV tidak mempengaruhi kecapatan perkembangan infeksi HIV

Klasifikasi stadium penyakit:WHO telah mengembangkan sistem klasifikasi untuk membantu menggambarkan tahap perkembangan infeksi HIV.

Sistem Klasifikasi Infeksi HIV menurut WHO

Tahap Pertama Perjalanan Virus : Infeksi HIV Akut

Pada saat virus menginfeksi tubuh kadar replikasi virus di dalam darah sangat tinggi sementara itu sel–sel Antibody HIV belum terbentuk, sehingga mengakibatkan penekanan pada Limfosit T helper (CD4) yang digunakan oleh virus untuk mereplikasi diri secar progresif.

Penurunan kekebalan tubuh akibat HIV, terjadi karena HIV menyerang sel CD4 yang merupakan regulator bagi sistem pertahanan tubuh yang bersifat humoral, sehingga proses pengenalan dan destruksi dari benda asing tidak terjadi.

50-70% orang yang terinfeksi HIV pada tahap awal ini biasanya menunjukkan gejala seperti flu, demam, nyeri otot dan sendi, dan pembengkakan kelenjar getah bening yang muncul rata-rata pada minggu ke 2 – 4 setelah terpapar HIV dan menghilang rata-rata dalam waktu 2 minggu.

Orang yang terinfeksi dalam tahap ini adalah sangat infeksius dan umumnya tidak menyadari apalagi hasil tes antibodi HIVnya adalah negatif, oleh karena itu PENCEGAHAN menjadi sangat penting.

Masa tanpa gejala (Asimptomatik) /

34

Page 8: MD-3 Informasi Dasar HIV 09052011

Materi Dasar - 3 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

STADIUM I Tahap ini rata-rata berlangsung 2-10 tahun setelah terinfeksi HIV. PENCEGAHAN pada tahap ini adalah sangat penting bukan saja karena dapat menularkan

kepada orang lain akan tetapi juga dapat terinfeksi ulang Virus HIV lain dan infeksi-infeksi lainnya.

Kadar virus umumnya rendah dan kekebalan tubuh melalui penghitungan sel kekebalan tubuh CD4 tinggi seperti orang yang tidak terinfeksi HIV.

Sering terjadi Limfadenopati Generalisata PersistenSTADIUM II :

Perjalanan virus yang terlihat pada tahapan ini adalah: Berat badan menurun < 10% tanpa sebab, Infeksi saluran napas atas berulang, Herpes zooster, Keilitis angularis,Sariawan berulang (2 atau lebih dalam 6 bulan),Erupsi pruritik papular, Dermatitis seboroik, dan Infeksi fungal pada kuku

STADIUM III Sistem kekebalan tubuh mulai terganggu dan kadar virus mulai meningkat. Mulai muncul gejala-gejala penyakit terkait HIV seperti;

o Berat badan menurun >10% tanpa sebab, Diare kronis tanpa sebab > 1 bulano Demam tanpa sebab (intermiten atau konstan) > 1 bulano Kandidiasis Oral (thrush)o Oral hairy leukoplakiao TB paruo Infeksi bakteri berat (al. pnemonia, meningitis)o Ginggivitis atau stomatitis ulseratif nekrotikans akuto Anemia, netropenia, trombositopenia

STADIUM IV : Sistem kekebalan tubuh mulai sudah berkurang sehingga mulai timbul infeksi oportunistik

yang serius seperti:o Kanker kulit (Sarkoma Kaposi)o Infeksi paru-paru (TBC)o Infeksi usus yang menjebabkan diare berkepanjangano Infeksi otak yang menyebabkan gangguan mental, sakit kepala dan sariawano Kehilangan Berat Badan Total dan sudah tahap wastingo Recurrent severe bacterial pneumoniao Chronic Herpes Simplex > 1 bln (orolabial, genital, anorectal dll)o Kandidiasis esofagus (termsk trakea, bronkus dan paru)o TB ekstra paruo Sarkoma Kaposio Infeksi Cytomegalovirus (retinitis dll)o Toksoplasma susunan saraf Pusato Ensefalopati HIVo Kriptokokus ektra paru, termsk meningitiso Infeksi mikobakteria non tuberkulosis diseminatao Progressive multifocal leucoencephalopathy (PML)o Kriptosporidiosis kronik

35

Page 9: MD-3 Informasi Dasar HIV 09052011

Materi Dasar - 3 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

o Isosporiasis kroniko Mikosis diseminata (histoplasmosis ekstra paru, coccidiomymosis)o Limfoma sel B non-Hodgkin atau limfoma serebralo Invasive cervical carcinomao Atypical disseminated leishmaniasiso Nefropati karena HIVo Kardiomiopati karena HIV

Semakin tinggi viral load dan semakin rendah jumlah CD4 maka semakin cepat progresivitas menjadi AIDS dan menuju kematian. Kematian dapat disebabkan oleh infeksi oportunistik atau keganasan dari penyakit.

Evaluasi Klinis ODHA

Dengan adanya berbagai macam manifestasi klinis infeksi HIV, maka terhadap ODHA seharusnya dilakukan evaluasi klinis seperti berikut

Penggalian riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang lengkap Pemeriksaan laboratorium rutin Hitung CD4 dan limfosit total

Evaluasi klinis ini bertujuan untuk: Menetapkan stadium klinis infeksi HIV Menemukan penyakit sebelumnya yang terkait dengan HIV Menemukan penyakit yang sedang berlangsung yang terkait dengan HIV yang

memerlukan pengobatan segera Menemukan penyakit penyerta dan pengobatan yang dapat mempengaruhi terapi pilihan

utama

Pemeriksaan Laboratorium

Esensial

serologi HIV Hitung CD4 (bila tersedia) atau limfosit total (TLC) Pemeriksaan lengkap darah tepi dan kimia darah Tes kehamilan

Pemeriksaan tambahan sesuai indikasi

Foto dada Pemeriksaan urine rutin pemeriksaan serologi Hepatitis B dan C (tergantung ketersediaan sarana)

Sangat penting untuk memastikan diagnosis HIV oleh teknisi laboratorium yang terlatih di laboratorium diagnostik. Hasil tes harus telah melalui prosedur tes yang telah ditetapkan oleh Kemenkes atau WHO. Bila ragu tes harus diulang di laboratorium rujukan.

Intisari Bahasan

36

Page 10: MD-3 Informasi Dasar HIV 09052011

Materi Dasar - 3 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

1. Sistem imun melindungi tubuh dengan mengenali antigen pada bakteri dan virus, lalu bereaksi.

2. Limfosit T mengatur sistem imun dan menghancurkan antigen.3. HIV terus menerus menggunakan sel induk (host cell) untuk bereplikasi4. Siklus hidup HIV dapat dibagi menjadi 5 fase : pengikatan (binding and entry),

transkipsi (reverse transcription), replikasi, budding dan maturasi.5. Begitu HIV berada dalam sirkulasi, targetnya adalah limfosit CD4+.6. Terdapat dua tipe HIV yang menyebabkan AIDS yaitu HIV-1 dan HIV-2.7. HIV cepat bermutasi. Mutasi ini dapat menyebabkan resistensi terhadap medikasi anti

HIV.8. Infeksi primer adalah merujuk pada waktu saat HIV pertama memasuki tubuh.9. Masa laten klinis menunjukkan periode waktu sebelum mulainya gejala dan komplikasi

pada individu terinfeksi HIV. Pada dewasa, fase ini dapat berlangsung 8-10 tahun.10. Tanda dan gejala awal HIV dapat berupa kandidiasis, limfadenopati, karsinoma

serviks, herpes zoster dan/atau neuropati perifer.11. Tanda dan gejala lambat dari HIV dapat berupa timbulnya infeksi yang mengancam

nyawa dan keganasan.

Sistem Imun Normal Sistem imun melindungi tubuh dengan mengenali antigen pada bakteri dan virus, lalu bereaksi. Saat sistem imun ini melemah atau rusak karena virus seperti HIV, tubuh menjadi lebih rentan terhadap infeksi oportunistik. Sistem imun terdiri atas organ-organ dan jaringan limfoid, termasuk sumsum tulang, kelanjar timus, kelenjar getah bening, limpa, tonsil, adenoid, apendiks, pembuluh-pembuluh darah dan limfe. (gambar 1)

Gambar 1.Sistem imunSemua komponen sistem imun sangat penting dalam produksi limfosit atau sel darah putih. Limfosit T dab B diproduksi oleh sel induk/stem di sumsum tulang. Sel B akan tetap berada dalam sumsum tulang untuk proses maturasi, namum sel T akan menuju kelenjar timus untuk

37

Page 11: MD-3 Informasi Dasar HIV 09052011

Materi Dasar - 3 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

maturasinya. Dalam timus limfosit T menjadi imunokompeten, bertambah banyak dan berdiferensiasi.

Sel limfosit BFungsi utama dari sel-sel B adalah sebagai imunitas atau antibody humoral. Setiap sel B dapat mengenali target antigen spesifik dan mampu mensekresikan antibodi spesifik. Antibodi berfungsi dengan cara membungkus antigen, membuat sel-sel ini rentan terhadap fagositosis (proses 'serangan' oleh leukosit atau makrofag untuk mencerna organisme tak diundang) atau dengan membungkus antigen kemudian memicu sistem komplemen (yang merupakan respon peradangan). Antibodi merupaan molekul protein serum yang sangat khusus. Terbagi dalam 5 kelas, yaitu IgG, IgA, IgM, IgE, dan IgD.

Sel limfosit TLimfosit T atau sel T memiliki dua fungsi utama : regulasi system imun dan membunuh sel-sel yang membawa target antigen spesifik. Setiap sel T memiliki penanda permukaan, seperti CD4+, CD8+, dan CD3+, yang membedakan antar sel Sel CD4+ merupakan sel pembantu yang mengaktivasi sel B, killer cells, dan makrofag saat ada antigen spesifik. Sel CD8+ membunuh sel yang terinfeksi virus atau bakteri, juga sel-sel kanker. Sel T mampu menghasilkan sitokin (zat kimia yang dapat membunuh sel) seperti interferon. Sitokin dapat berikatan dengan sel-sel target dan mengaktifkan proses inflamasi. Sitokin juga meningkatkan perumbuhan sel, mengaktivasi fagosit dan menghancurkan sel target. Interleukin merupakan jenis sitokin yang berperan sebagai pembawa esan antar sel darah putih. Interleukin rekombinan (sintetis) saat ini sedang dipelajari dalam uji klinis untuk pasien terinfeksi HIV.

FagositFagosit terdiri atas monosit dan makrofag, sel darah putih besar yang menelan dan mencerna sel yang membawa partikel antigen. Sel ini dapat ditemukan di seluruh tubuh, dan membersihkan tubuh dari sel rusak, memulai respon imun dengan mempresentasikan antigen kepada limfosit, dan penting sebagai regulasi respon imun dan inflamasi. Sel dendritik, tipe lain dari fagosit, juga termasuk antigen-presenting cells. Mereka memiliki juluran benang panjang yang membantu menjebak limfosit dan antogen, serta dapat ditemukan dalam limpa dan kelenjar getah bening. Neutrofil adalah fagosit granulosistik yang penting dalam respon inflamasi.

KomplemenSistem komplemen terdiri atas 25 protein. Komplemen mampu memulai suatu respon inflamasi saat ia dan antibody memfasilitasi fagositosis atau melemahkan sel membran bakteri. Protein komplemen saling berinteraksi dalam cascade aktivasi, memicu respon peradangan. Meskipun system imun kita tampaknya telah cukup kuat menghadapi predator asing, namun seiring waktu system ini akan kalah oleh HIV. (Gambar 2).

38

Page 12: MD-3 Informasi Dasar HIV 09052011

Materi Dasar - 3 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

Gambar 2. Sel-sel system imun

Human Immunodeficiency VirusHuman immunodeficiency virus (HIV) dibentuk oleh sebuah pusat atau inti silindris yang dikelilingi amplop lipid berbentuk bulat. Intinya Bagian tengah dari bulatan ini terdiri atas dua rangakaian asam ribonukleat (RNA). HIV memiliki tiga gen utama yang mengkodekan komponen structural dan fungsionalnya. Ketiga gen ini adalah h gag, pol dan env. Gen gag mengkodekan protein inti. Gen pol mengkodekan enzim reverse transcriptase,protease, dan integrase.Gen env mengkodekan komponen structural yaitu glikoprotein. Gen lain yang juga penting bagi replikasi virus adalah rev, nef, vif, vpu, dan vpr (Gambar 3).

Gambar 3. Struktur HIV

Siklus Hidup HIV Sel induk yang terinfeksi HIV mempunyai masa hidup yang amat pendek, karena HIV terus menerus menggunakan sel ini untuk bereplikasi. Sebanyak 10 juta virion (virus individual) akan

39

Page 13: MD-3 Informasi Dasar HIV 09052011

Materi Dasar - 3 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

diproduksi tiap harinya. HIV pertama menyerang atau tertangkap sel dendritik di membran mukosa dan kulit dalam 24 jam pertama setelah pajanan. Sel-sel yang terinfeksi ini kan menuju kelenjar getah bening dan akhirnya ke darah perifer dalam 5 hari setelah pajanan, di mana reoplikasi virus menjadi sangat pesat. Siklus hidup HIV dapat dibagi menjadi 5 fase, yaitu binding and entry, reverse transcription,replikasi, budding, dan maturasi (Gambar 4) F

Type HIV Ada dua tipe HIV yang menyebabkan AIDS, yaitu HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 bermutasi secara pesat karena tingkat replikasinya tinggi. Berbagai variasi subtipe HIV-1 telah ditemukan di daerah geografis spesifik dan kelompok resiko tinggi tertentu. Seseorang dapat terinfeksi dengan subtipe yang berbeda. Berikut adalah berbagi subtipe HIV1 dan distribusi geografisnya :Subtype A: Afrika TengahCSubtype B: Amerika Selatan, Brazil, U.S.A., ThailandSubtype C: Brazil, India, Afrika SelatanSubtype D: Afrika TengahSubtype E: Thailand, Republik Afrika TengahSubtype F: Brazil, Romania, ZaireSubtype G: Zaire, Gabon, ThailandSubtype H: Zaire, GabonSubtype O: Cameroon, GabonSubtype C saat ini merupakan penyebab lebih dari 50% infeksi Hiv baru di seluruh dunia.

Efek terhadap Sistem ImunInfeksi Primer atau Acute Retroviral Syndrome (Kategori klinis A)

Infeksi primer menunjukkan waktu HIV pertama kali memasuki tubuh. Saat infeksi HIV primer, dalam darah seseorang tampak viral load yang sangat tinggi dan berarti ada banyak sekali virus dalam darah. Jumlah kopi virus per milliliter dalam plasma atau darah dapat melebihi 1,000,000. Orang dewasa yang baru terinfeksi akan mengalaim sindrom

40

Page 14: MD-3 Informasi Dasar HIV 09052011

Materi Dasar - 3 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

retroviral aku. Tanda dan geja;anya termasuk demam, mialgia atau nyeri otot, sakit kepala, mual, muntah, diare, keringat malam, berat badan turun serta timbul ruam. Tanda dan gejala ini umumnya terjadi dua sampai empat minggu setelah infeksi, mereda setelah beberapa hari, dan sering terdiagnosa sebagai influenza atau mononukleosis infeksiosa. Selama infeksi primer, jumlah limfosit CD4+ dalam darah turun secara nyata. HIV menyebakan kerusakan parah pada system imun dan menghancurkannya. Ini dilakukan dengan menggunakan DNA limfosit CD4+ untuk bereplikasi. Proses inilah yang menghancurkan limfosit CD4+. Virus akan menargetkan limfosit CD4+ dalam KGB dan timus selama masa ini, membuat seseorang terinfeksi HIV rentan terhadap infeksi oportunistik serta membatasi kemampuan produksi limfosit T di timus. Tes antibodi HIV dengan menggunakan enzyme-linked immunoabsorbent assay (ELISA) atau enzyme immunoassay (EIA) akan menunjukkan hasil positif.

Latensi Klinis (Kategori Klinis A)Meskipun pasien yang baru terinfeksi HIV mengalaim masa latensi klinis selama bertahun-tahun antara infeksi HIV dan timbulnya gejala klinis AIDS, telah terbukti bahwa replikasi dan rusaknya sistem imun terjadi sejak onset infeksi. Individu terinfeksi HIV mungkin tidak merasakan tanda dan gejala infeksi HIV. Pada dewasa, fase laten ini dapat berlangsung 8 sampai 10 tahun. Tes ELISA dand Western Blot atau immunofluorescencecassay (IFA) akan positif. Jumlah limfosit CD4+ lebih besar dari 500 cells/uL.

Tanda dan Gejala Awal HIV (Kategori Klinis B)Orang yang terinfeksi HIV mungkin tampak sehat selama bertahun tahun namun kemudian berbagai tanda dan gejala minor mulai muncul. Pasien akan mengalami kandidiasis, limfadenopati, karsinoma serviks, herpes zoster, dan/atau neuropati perifer. Viral load meningkat dan jumlah limfosit CD4+ turun menjadi sekitar 500 cells/uL. Sekali seseorang termasuk kategori B ia akan tetap dalam kategori ini. Ia dapat masuk ke kategori C kemudian, namun tak dapat lagi masuk ke kategori A saat ia kembali tanpa gejala.

Tanda dan Gejala Lanjut HIV (Kategori klinis C)Individu terinfeksi HIV akan mengalami berbagai infeksi yang mengancam nyawa serta keganasan. Terjadinya pneumonia oleh Pneumocystis carinii,toxoplasmosis,cryptosporidiosis, dan infeksi oportunis lain sering dijumpai. Ia dapat pula kehilangan berat badan. Viral load terus meningkat dan jumlah limfosit CD4+ turun sampai di bawah 200cells/uL. Berarti ia telah memenuhi definisi AIDS.

Penyakit HIV Parah/Advanced HIV Disease (Kategori Klinis C)Individu terinfeksi HIV terus mengalami infeksi oportunistik baru seperti cytomegalovirus, Mycobacterium avium complex, cryptococcal meningitis, progressive multifocal leukoencephalopathy, dan penyakit lain yang muncul pada system imun yang telah rudak parah. Viral load sangat tinggi dan jumlah limfosit CD4+ adalah < 50 cells/uL. Kematian sudah tak terelakkan. Sekali kondisi kategori C terjadi, orang ini akan menetap dalam kategori C walaupun kondisinya membaik.

Limfosit CD4+ pada AnakAnak dengan infeksi HIV sering menderita penyakit serius saat pertama dievaluasi, atau mungkin menjadi AIDS setelah beberapa waktu, mirip seperti dewasa yang terinfeksi. Bayi dan anak kecil

41

Page 15: MD-3 Informasi Dasar HIV 09052011

Materi Dasar - 3 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

normalnya memiliki jumlah limfosit CD4+ lebih tinggi daripada orang dewasa. Angka normalnya bervariasi sesuai usia namuan setara dengan nilai dewasa saat ia berusia 6 tahun.

Student Review1. Jelaskan komponen mayor dalam system imun dan peran mereka dalam melawan infeksi.2. Sebutkan fungsi spesifik limfosit T dan B3. Review siklus hidup HIV4. Definisikan 5 fase dalam siklus ini5. Identifikasikan subtipe Hiv 1 yang ada di daerah anda6. Gambarkan tanda dan gejala klinis infeksi HIV primer7. Jelaqskan masa latensi klinis8. Gambarkan tanda dan gejala awal HIV

Window period – Masa Jendela antara masuknya infeksi dan terbentuknya antibodi yang dapat dideteksi melalui pemeriksaan laboratorium adalah selama 2-12 minggu, masa ini disebut sebagai masa jendela (window period). Selama masa jendela, pasien sangat infeksius, mudah menularkan kepada orang lain, meski hasil pemeriksaan laboratoriumnya masih negatif. Hampir 30-50% orang mengalami masa infeksi akut pada masa infeksius ini yakni demam, pembesaran kelenjar getah bening, keringat malam, ruam kulit, sakit kepala dan batuk.

Perjalanan infeksi HIV Gambar I

B.CARA PENULARAN HIV

1)Kontak seksual atau hubungan Seksual dengan penetrasi atau sanggama

42

Page 16: MD-3 Informasi Dasar HIV 09052011

Materi Dasar - 3 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

Penularan melalui hubungan seksual adalah cara yang paling dominan dari semua cara penularan. Penetrasi atau Sanggama berarti kontak seksual dengan penetrasi vaginal, anal, dan oral seksual antara dua individu. Risiko tertinggi adalah penetrasi vaginal atau anal yang tak terlindung dari individu yang terinfeksi HIV. Kontak seksual langsung (mulut ke penis atau mulut ke vagina) masuk dalam kategori risiko rendah tertular HIV.

2) Pajanan oleh darah terinfeksi, produk darah atau transplantasi organ dan jaringan: Penularan dari darah dapat terjadi jika darah donor tidak di lakukan uji saring untuk antibodi HIV. Pajanan HIV pada organ dapat terjadi dalam proses transplantasi jaringan / organ di pelayanan kesehatan.

3) Penularan dari ibu-ke-anak:Kebanyakan infeksi HIV pada anak didapat dari ibunya saat ia dikandung, dilahirkan, dan sesudah lahir. Risiko penularan tanpa intervensi, sangat bervariasi di satu negara dengan negara lain dan umumnya diperkirakan antara 25-40% di negara berkembang dan 16 - 20% di Eropa dan Amerika Utara.

Kegiatan yang Tidak Menularkan HIV

Perlu dicatat bahwa HIV TIDAK ditularkan dari orang ke orang melalui kegiatan :

a. Bersalaman b. Berpelukan c. Bersentuhan atau berciuman.d. Penggunaan toilet bersama e. Penggunaan kolam renang bersama f. Penggunaan alat makan atau minum secara bersama g. Gigitan serangga seperti nyamuk.

C. HIV DAN INFEKSI LAINNYA

1) HIV dan IMSInfeksi Menular Seksual (IMS-Sexually transmitted infections-STI) di negara berkembang merupakan masalah besar dalam bidang kesehatan masyarakat. Di Asia Tenggara terdapat hampir 50 juta IMS setiap tahun. IMS dapat menyebabkan individu menjadi rentan terhadap infeksi HIV. IMS dalam populasi merupakan faktor utama pendorong terjadinya pandemi HIV di negara berkembang. Proporsi infeksi baru HIV dalam populasi IMS, lebih tinggi pada awal dan pertengahan epidemi HIV. Penularan infeksi melalui hubungan seksual diikuti dengan perilaku yang menempatkan individu dalam risiko tertular HIV, seperti berganti-ganti pasangan seksual, pasangan berisiko tinggi, dan tidak konsisten menggunakan kondom. Pencegahan terhadap IMS akan melindungi diri tertular HIV

2) Infeksi Oportunistik (IO)

43

Page 17: MD-3 Informasi Dasar HIV 09052011

Materi Dasar - 3 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

Infeksi Oportunistik (IO) yang muncul pada situasi sistm kekebalan tubuh melemah, Kuman penyebab infeksi sangat umum di tubuh kita dan biasanya tidak menyebabkan infeksi karena dilindungi oleh system kekebalan tubuh yang sehat.

Penyebab Infeksi Oportunistik

Infeksi oportunistik bisa disebabkan oleh berbagai virus, jamur dan bakteri Infkesi dapat terjadi pada berbagai bagian tubuh termasuk kulit, paru-paru,

mata dan otak Beberapa jenis kanker juga dapat diakibat oleh infeksi oportunistik

Apakah Infeksi Oportunistik dapat disembuhkan?

Infeksi oportunistik bisa disembuhkan Infkesi oportunistik bahkan dapat dicegah sebelum muncul dengan terapi

pencegahan yang disebut terapi profilaksis Profilaksis dapat juga digunakan untuk mencegah timbulnya kembali infeksi

oportunistik yang pernah diperoleh dan telah sembuh diobati

Apakah jenis Infeksi Oportunistik yang paling umum di Indonesia?

Beberapa Jenis IO yang umum antara lain TB (Tubercolosis) Herpes Zoster PPE (Pruritus Papul eruption) Berbagai jamur seperti jamur di mulut (oral & oesophagus candidiasis) Infeksi paru seperti Pneumocytis Carinii pneumonia (PCP) Herpes simplex Toxoplasmosis di otak

Tiga IO utama di kawasan Asia tenggara adalah tuberculosis (TB), Pneumocystis carinii pneumonia dan extra pulmonary cryptococcosis (biasanya meningitis). Pencegahan dan terapi IO mempunyai dampak menguntungkan dalam progresivitas infeksi HIV. HIV mempercepat epidemi TB. HIV dapat mengaktifkan progresivitas TB baik mereka yang mempunyai TB yang didapat maupun infeksi M. tuberculosis yang laten. Risiko berkembangnya TB pada ODHA (PLWHA) dengan komorbiditas M. tuberculosis bervariasi antara 5-15%. 60% ODHA teraktivasi TB nya selama hidupnya dibandingkan dengan mereka yang HIV negatif, hanya 10%. HIV meningkatkan kambuhnya TBi yang disebabkan oleh reaktivasi endogen (true relapse) atau eksogen. Meningkatnya kasus TB pada ODHA akan meningkatkan penularan TB pada populasi umum, baik terinfeksi HIV maupun tidak. Sekitar sepertiga dari 42 juta ODHA didunia pada akhir tahun 2000 mempunyai ko-infeksi dengan M. tuberculosis. Sub-Saharan Afrika adalah negara dengan prevalensi infeksi TB/HIV tertinggi. Klien yang mempunyai gejala gangguan saluran pernapasan (misalnya batuk lebih dari 3 minggu ), Narapidana di lembaga pemasyarakatan, petugas kesehatan atau orang yang kontak dengan penderita HIV-positif di rumah dengan kasus index infectious TB lebih besar risiko untuk mendapatkan infeksi TB.

D. TERAPI HIVTerapi ARV atau ART adalah pengobatan untuk HIV dengan obat-obatan anti retoviral yang lebih dikenal dengan obat ARV. ARV sudah terbukti dapat menghambat replikasi HIV sehingga kadar virus (Viral load) dalam darah yang menginfeksi sel kekebalan tubuh atau CD4 menurun dan

44

Page 18: MD-3 Informasi Dasar HIV 09052011

Materi Dasar - 3 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

akibatnya kekebalan tubuh mulai pulih atau meningkat. Telah terbukti kalau terapi ART efektif bila mempergunakan kombinasi 3 jenis obat ARV sekaligus. Manfaat ARV bagi orang dengan HIV AIDS adalah menghambat progresi infeksi HIV, meningkatkan kekebalan tubuh, mengurangi kadar HIV dalam darah dan membuat tubuh terasa lebih baik.

Keputusan penggunaan terapi ARV ditentukan oleh dokter yang terlatih dengan mempertimbangkan kondisi sebagai berikut:

1. Penilaian sejarah gejala klinis dari hasil kunjungan rutin ke dokter seperti munculnya infeksi oportunistik tertentu seperti misalnya TB, jamur di dalam mulut atau vagina, penurunan berat badan lebih dari 10% berat badan awal dalam satu bulan terakhir, diare atau demam lebih dari satu bulan.

2. Pemantauan tingkat kekebalan tubuh yang terus menurun hingga mencapai jumlah CD4 sampai 200 atau ke bawah dan tidak ada tanda-tanda akan meningkat

3. Pemantauan kadar virus (viral load) yang menunjukkan peningkatan. Tes viral load terbatas dan mahal.

4. Terlambat minum obat ARV atau berhenti minum obat ARV akan membuat virus semakin bertambah aktif bereplikasi dan mengakibatkan resistensi obat terhadap replikasi viru

Kepatuhan terapi adalah hal yang paling penting dalam menekan replikasi HIV dan menghindari terjadinya resistensi .

JENIS ARV

NRTI NNRTI PI Fusion Inhibitor

Abacavir ABC Didanosine DDI Emtricitabine FTC Lamivudine* 3TC Stavudine* D4T Zidovudine* ZDV/AZT Tenofovir TDFNRTI = Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors

Delavirdine DLV Efavirenz* EFV Nevirapine* NVPNNRTI = Non Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors

PI = Protease Inhibitor

Amprenavir APV Atazanavir ATV Darunavir DRV Fosamprenavir FPV Indinavir IDV Lopinavir LPV Nelfinavir NFV Ritonavir RTV Saquinavir SQV

o hard gel HGCo tablet INV

Tipranavir TPV Lopinavir/ritonavir

LPV/r

Enfuvirtide T-20

* = ARV yang tersedia di Indonesia (tercetak tebal)

A. DIAGNOSIS INFEKSI HIV

POKOK BAHASAN 2 : PENTINGNYA PELAKSANAAN TES HIV DALAM VCT

45

Page 19: MD-3 Informasi Dasar HIV 09052011

Materi Dasar - 3 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

Diagnosis infeksi HIV didasarkan atas penemuan antibodi dalam darah orang yang terinfeksi. Tersedia bermacam-macam assay antibodi HIV. Assay ini dapat secara luas diklasifikasikan kedalam tiga kelompok:

1) ELISA: antibodi HIV dideteksi dengan teknik penangkapan berlapis. Jika terdapat antibodi dalam tes serum ini, ia terperangkap dalam lapisan antara antigen HIV, yang melekat dalam tes, dan ‘enzim’ yang ditambahkan kedalam tes. Kemudian dilakukan pencucian secara seksama untuk melepaskan enzim yang tak terikat. Reagen pewarna ditambahkan, setiap enzim yang terikat akan dikatalisasi sehingga terjadi perubahan warna pada reagen. Adanya antibodi HIV akan mengubah warna tersebut.

2) Western blot: Antibodi HIV dideteksi dengan cara reaksi berbagai protein virus. Protein virus dipisahkan berbentuk pita-pita dalam gel elektroforesis berdasarkan berat molekulnya. Protein ini kemudian dipindahkan kedalam kertas nitroselulose dalam bentuk tetesan (‘blotted’). Kertas kemudian diinkubasikan dalam serum pasien. Antibodi HIV spesifik untuk protein HIV akan mengikat kertas nitroselulose secara tepat pada titik target migrasi protein. Ikatan antibodi dideteksi dengan teknik colouriometric.

3) Rapid tests: Berbagai macam rapid test tersedia dan digunakan berdasarkan bermacam-macam teknik termasuk aglutinasi partikel, lateral flow membrane; aliran membran dan sistem assay comb atau dipstick. Rapid test sekarang lebih banyak digunakan terutama pada tempat pelayanan kesehatan yang kecil dimana hanya memproses beberapa sampel darah setiap hari. Rapid test lebih cepat dan tidak memerlukan alat khusus. Rapid test, hanya memerlukan waktu 10 menit. Sebagian besar immuniassay noda darah atau agglutinasi tidak membutuhkan alat atau pelatihan khusus dan hanya menyita waktu 10 – 20 menit. Sebagian besar rapid test mempunyai sensitivitas dan spesifisitas diatas 99% dan 98%. Hanya tes yang direkomendasikan ‘WHO untuk memastikan tingginya sensitivitas dan spesifisitas.

Dalam kebijakan operasional Kementerian Kesehatan RI dalam peningkatan layanan konseling dan tes HIV, menegaskan bahwa Rapid tes memiliki keuntungan utama:

1) memberikan hasil pada hari yang sama sehingga mengurangi angka drop out untuk mengetahui sero status HIV klien

2) klien lebih mudah menerima hasil dari konselor yang sama sehingga pre tes dan pasca tes dilakukan oleh orang yang sama

Dalam Pedoman Pengelolaan Program HIV AIDS di Indonesia ditekankan tentang 3 Strategi Testing di Indonesia

1) Keamanan transfusi dan transplantasi ( untuk keamanan resipien);2) Surveilans (untuk mengetahui besarannya di populasi);3) Diagnosis HIV ( termasuk untuk layanan Konseling dan Tes HIV dan perawatan klinis

untuk mengetahui status individu)

Kebijakan WHO secara defacto menekankan dilaksanakannya keamanan dalam transfusi darah sehingga penularan melalui transfusi dan transplantasi dapat dihindari. Usul kata neonatus diganti saja dengan bayi sesuai dengan judul pada bagan kotak kuning dibawah

Diagnosis HIV pada bayi baru lahir Assay antibodi HIV tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis infeksi HIV pada neonatus yang tertular dari ibunya melalui plasenta atau ASI. Antibodi ibu mungkin ada pada neonatus dan baru terdeteksi setelah usia 18 bulan. Neonatus harus dites pada usia 18 bulan, jika ibunya HIV positif. HIV pada neonatus dapat didiagnosis sebelum 18 bulan menggunakan assay dasar non-antibodi.

46

Page 20: MD-3 Informasi Dasar HIV 09052011

Materi Dasar - 3 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

Assay ini termasuk p24 antigen HIV, pembiakan virus (dari sel mononucleus darah tepi) atau dengan mendeteksi viral load HIV , RNA HIV atau DNA HIV. Sensitivitas dari assay ini berkisar antara 8-32%, dari 95-100% dan sampai >99%.

STRATEGI TES HIV

Ketepatan hasil meningkat jika kedua assay antibodi HIV digunakan, karena hasil “false positive” mungkin terjadi pada keduanya. Keuntungan dari pengulangan ketepatan tes HIV harus mempertimbangkan biaya. UNAIDS dan WHO merekomendasikan tiga strategi pemeriksaan untuk memaksimalkan ketepatan dan menekan biaya.

1. Algoritma tes HIV satu: Semua darah dilakukan tes dengan rapid Tes HIV, satu kali. Semua hasil positif dinyatakan terinfeksi dan semua hasil negatif tidak terinfeksi. Strategi ini digunakan pada dua setting utama: pelayanan transfusi & transplantasi dan surveilans. Pada setting pertama assay tertentu yang digunakan haruslah mendeteksi HIV-1/HIV-2 dengan sensitivitas tinggi. Lembaga transfusi akan mengembalikan hasil yang reaktif atau intermediat dianggap sebagai infeksius dan dibuang darahnya. Ketika digunakan untuk surveilans maka assay yang digunakan tidak sesensitif untuk transfusi dan transplantasi karena harus dipastikan keamanannya.

2. Algoritma tes HIV dua: Semua darah yang diperiksa pertama kali harus menggunakan satu rapid test. Semua serum yang ditemukan reaktif dengan tes yang pertama harus diperiksa kedua kalinya dengan assay yang berbeda dari pemeriksaan pertama, dalam kasus ini digunakan metodologi yang berbeda dan/atau target peptid yang berbeda. Serum yang reaktif pada kedua assay dinyatakan terinfeksi HIV sementara serum yang non-reaktif pada kedua assay dinyatakan negatif. Adanya perbedaan hasil ( misalnya. Assay pertama hasilnya positif dan yang kedua hasil assaynya negatif) harus diulang dengan assay yang sama. Jika hasil tetap berbeda setelah pengulangan, serumnya dinyatakan indeterminate. Strategi ini digunakan untuk menegakkan diagnosis klinis HIV. Namun dapat juga digunakan untuk program surveilans pada populasi yang prevalensinya rendah. Strategi pengulangan pemeriksaan direkomendasikan untuk surveilans pada negara-negara dengan prevalensi rendah karena nilai prediksi postifnya rendah pada tes tunggal . Semua sampel darah untuk program surveilans yang tetap menunjukkan perbedaan hasil setelah diulang dinyatakan “indeterminate”. Hasil “indeterminate” harus dilaporkan dan dianalisa secara terpisah dalam laporan tahunan surveilans.

3. Algoritma tes HIV tiga: Sama dengan ‘strategi dua’ diharapkan bahwa pemeriksaan ke tiga dilakukan pada semua sampel darah positif yang dideteksi. Oleh karena itu semua spesimen “concordant positive” dan semua spesimen “discordant” diperiksa ulang dengan assay ke tiga. Ketiga tes dalam strategi ini harus didasarkan atas preparat antigen dan metodologi yang berbeda. Semua sampel dengan hasil “indeterminate” pada tes ketiga dinyatakan “indeterminate”.

Untuk memilah tes yang digunakan dalam ketiga strategi haruslah dipilih tes yang paling sensitif diikuti dengan tes lebih sensitif dan lebih spesifik pada tes berikutnya. Algoritma tes HIV ini digambarkan dalam skema tes HIV

47

Page 21: MD-3 Informasi Dasar HIV 09052011

Tes pertama/ uji saring A1, Sensitivitas tinggi A1 Hasil tes (-)

Sampaikan hasil tes (-)Konseling pasca tes termasuk

mendiskusikan masa jendela, dan ulangi tes 6 minggu lagi

Hasil (+)

Tes kedua/ konfirmasi A2Spesifisitas tinggiDigunakan metodologi yang berbeda dari yang pertama A2

Hasil (+)Sampaikan hasil tes (+)

Hasil tes (-)

Tes ketiga untuk perbedaan hasil tes,A3Tes ketiga ini dapat digunakan jika terjadi perbedaan hasil tes atau untuk pemeriksaan sampel rujukan

Hasil tes (+)Disampaikan hasil tes

Hasil tes (-)Disampaikan hasil tes

Laboratorium Satu atap atau rujukkan

Materi Dasar - 3 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

SKEMA TES HIV SERIAL RAPID TES

Keterangan:

A1, A2 dan A3 merupakan tiga jenis pemeriksaan antibodi HIV yang berbeda.

D. CONTOH ALUR PENATALAKSANAAN TES HIV DALAM VCT - “Satu Hari”

1.Alur Penatalaksanaan “Satu Hari”

Konseling Pra Testing

Pengambilan sample darah

Kirim dalam 24 jam

Pendaftaran

Konseling Pasca Testing Menyerahkan Hasil

testing

Klien

Form rujukan testing HIVDan Informed Concent

48

Page 22: MD-3 Informasi Dasar HIV 09052011

Materi Dasar - 3 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

* Hasil test diperoleh 1 hari yang sama Alur Pasien 1. Konselor menyiapkan perlengkapan untuk konseling 2. Konselor memanggil klien (dengan menyebutkan nomer registrasi) dan mempersilahkan

masuk keruangan dan melakukan konseling Pra tes HIV3. Bila klien menyetujui untuk ditest, konselor memberikan form informed consent kepada

klien dan meminta tanda tangannya setelah klien membaca isi form tes HIV. 4. Konselor atas nama dokter memberikan surat rujukkan pengambilan darah.5. Konselor mengisi dokumen klien dengan lengkap dan mengisi form rujukan ke

laboratorium.6. Klien membawa surat rujukkan pada bagian laboratorium internal maupun rujukkan7. Proses pengerjaan darah di laboratorium, satu hari. 8. Konselor mendapatkan hasil dari laboratorium9. Konselor memulai konseling Pasca Tes HIV

2.Formulir Persetujuan Tes HIV

FORMULIR PERSETUJUAN TES HIVSaya yang bernama dibawa ini telah menerima informasi dan konseling yang berisi Informasi dasar HIV dan AIDS, Kegunaan dari testing HIV, Keuntungan dan tantangan yang saya peroleh setelah testing HIV dan Pencegahan HIV dan peningkatan kualitas hidup dengan HIV.Saya secara sukarela menyetujui untuk menjalani pemeriksaan testing HIV dengan ketentuan bahwa hasil tes akan tetap rahasia dan terbuka hanya kepada saya. Saya menyetujui untuk diambil darah untuk pemeriksaan HIV dan kemudian mendiskusikan kembali hasil testing dan cara-cara untuk meningkatkan kualitas hidup dengan HIV AIDS. Saya dengan ini menyetujui testing HIV, Tanda Tangan / Cap Jempol: Tanda Tangan :Nama Klien: Nama Konselor :

3)Formulir Permintaan Tes HIVFormulir Permintaan Pemeriksaan Testing HIV

Tanggal :Kode. Klien :Sudah menandatangani persetujuan pemeriksaan : □ Ya □ TidakKlien memiliki risiko tertular HIV : □ Ya □ TidakKlien menunjukan gejala AIDS : □ Ya □ Tidak

Menyetujui pemeriksaan darah,

_______________________ Nama Terang Dokter

49

Page 23: MD-3 Informasi Dasar HIV 09052011

Materi Dasar - 3 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

4)Formulir Hasil Tes HIV FORM HASIL PEMERIKSAAN HIVKode Klien : ____________________ Tanggal : __/__/__

LAPORAN LABORATORIUMNama Tes Hasil1. _________________________________

Reaktif Non Reaktif2. _________________________________

Reaktif Non Reaktif3. _________________________________

Reaktif Non Reaktif

HASIL AKHIR

_________________________Tanda tangan yang berwenang

1.Departemen Kesehatan RI, Pelatihan Konseling dan Tes HIV secara sukarela bagi konselor, 2006. 2.Departemen Kesehatan, Modul Pelatihan PMTCT Nasional, 20083.Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Pelayanan Konseling dan Testing HIV di Berbagai Tatanan, 20104.UNICEF East Asia and Pasific, Family Health International, and World Health Organization, HIV Couseling for Asia Pasific, 2006

PANDUAN LATIHAN MATERI DASAR 3INFORMASI DASAR HIV AIDS

7. REFERENSI

50

Page 24: MD-3 Informasi Dasar HIV 09052011

Materi Dasar - 3 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

Peserta mampu1. Memahami dan menjelaskan penularan HIV AIDS2. Menjelaskan bagaimana penatalaksanaan tes HIV

1.Fasilitatora. Memfasilitasi tugas dalam kegiatan Kelompok. Fasilitator perlu mempersiapan lembar

kegaiatn sebagai berikut:b. Lembar teknik konseling dasar: Membuat daftar Pertanyaan dalam konselingc. Lembar form penilaian risko dan kasus dan dibahas untuk masa jendela dan penilaian

risikod. Kasus yang akan digunakan dalam konseling pra tes HIV dan kasus yang sama dalam

konseling pasca tes HIVe. Pada kegiatan konseling pra tes HIV dan konseling pasca tes HIV peserta diatur dalam

kelompok yang berisi tiga orang.2.Peserta

a. Memahami dan melaksanakan tugas kegiatan dari fasilitator b. Masuk dalam kelompok yang telah ditentukan dan berpartisipasi aktifc. Mensimulasikan pada kegiatan d. Diskusi dan tanya jawab

Kelompok Satu

TUJUAN

PERSIAPAN

LEMBAR LATIHAN

51

Page 25: MD-3 Informasi Dasar HIV 09052011

Materi Dasar - 3 Pelatihan Pemeriksaan HIV bagi Petugas Laboratorium

Kelompok saudara diminta untuk melakukan presentasi di depan wakil DPRD terkait dengan:

1. Keuntungan dan kerugian dari rapid tes untuk VCT berdasarkan tempat kerja.2. Membuat alur layanan konseling dan tes HIV dan perlengkapan administrasi yang

diperlukan

Kelompok DuaKelompok saudara diminta untuk menjelas Informasi Dasar HIV AIDS pada kelompok populasi pria pengemudi truck jalur pantura

Kelompok TigaKelompok saudara diminta untuk menjelaskan keterkaitan HIV dan penyakit infeksi lainnya pada kelompok pengguna napza suntik

Kelompok EmpatKelompok saudara diminta untuk menjelaskan perjalanan tahapan HIV AIDS pada kelompok konselor rumah sakit.

52

Page 26: MD-3 Informasi Dasar HIV 09052011

i