29
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan lewat bulan (postdate) ialah kehamilan yang berlangsung lebih dari perkiraan hari taksiran persalinan yang dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT). Angka kejadian kehamilan lewat waktu kira-kira 10%, bervariasi antara 3,5-14%. Data statistik menunjukkan, angka kematian dalam kehamilan lewat waktu lebih tinggi ketimbang dalam kehamilan cukup bulan, dimana angka kematian kehamilan lewat waktu mencapai 5 - 7 %. Variasi insiden posterm berkisar antara 2-31%. Penyebab pasti kehamilan lewat waktu sampai saat ini belum kita ketahui. Diduga penyebabnya adalah siklus haid yang tidak diketahui pasti, kelainan pada janin (anenefal, kelenjar adrenal janin yang fungsinya kurang baik, kelainan pertumbuhan tulang janin/osteogenesis imperfecta; atau kekurangan enzim sulfatase plasenta). 1

mature.docx

  • Upload
    apieko

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

buyung

Citation preview

Page 1: mature.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan lewat bulan (postdate) ialah kehamilan yang berlangsung

lebih dari perkiraan hari taksiran persalinan yang dihitung dari hari

pertama haid terakhir (HPHT). Angka kejadian kehamilan lewat waktu

kira-kira 10%, bervariasi antara 3,5-14%. Data statistik menunjukkan,

angka kematian dalam kehamilan lewat waktu lebih tinggi ketimbang

dalam kehamilan cukup bulan, dimana angka kematian kehamilan lewat

waktu mencapai 5 - 7 %.

Variasi insiden posterm berkisar antara 2-31%. Penyebab pasti

kehamilan lewat waktu sampai saat ini belum kita ketahui. Diduga

penyebabnya adalah siklus haid yang tidak diketahui pasti, kelainan pada

janin (anenefal, kelenjar adrenal janin yang fungsinya kurang baik,

kelainan pertumbuhan  tulang  janin/osteogenesis  imperfecta;  atau 

kekurangan  enzim sulfatase plasenta).

Risiko kehamilan lewat waktu antara lain adalah gangguan

pertumbuhan janin, gawat janin, sampai kematian janin dalam rahim.

Resiko gawat janin dapat terjadi 3 kali dari pada kehamilan aterm. Kulit

janin akan menjadi keriput, lemak di bawah kulit menipis bahkan sampai

hilang, lama-lama kulit janin dapat mengelupas  dan  mengering  seperti 

kertas  perkamen.  Rambut  dan  kuku memanjang dan cairan ketuban

berkurang sampai habis. Akibat kekurangan oksigen akan terjadi gawat

janin yang menyebabkan janin buang air besar dalam rahim yang akan

mewarnai cairan ketuban menjadi hijau pekat. Pada saat janin lahir dapat

1

Page 2: mature.docx

2

terjadi aspirasi (cairan terisap ke dalam saluran napas) air ketuban yang

dapat menimbulkan kumpulan gejala MAS (meconeum aspiration 

syndrome).  Keadaan  ini  dapat  menyebabkan  kematian  janin.

Komplikasi yang dapat mungkin terjadi pada bayi ialah suhu yang

tidak stabil, hipoglikemia, polisitemia, dan kelainan neurologik. Kehamilan

lewat bulan dapat juga menyebabkan resiko pada ibu, antara lain distosia

karena aksi uterus tidak terkoordinir, janin besar, dan moulding (moulage)

kepala kurang. Sehingga sering dijumpai partus lama, kesalahan letak,

inersia uteri, distosia bahu, dan perdarahan postpartum.

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam mendiagnosis

kehamilan lewat waktu, antara lain HPHT jelas,  Dirasakan gerakan janin

pada umur kehamilan 16-18 minggu, Terdengar denyut jantung janin

(normal 10-12 minggu dengan Doppler, dan 19-20 minggu dengan

fetoskop), Umur  kehamilan  yang  sudah  ditetapkan  dengan  USG 

pada  umur kehamilan kurang dari atau sama dengan 20 minggu, Tes

kehamilan (urin) sudah positif dalam 6 minggu pertama telat haid.   

B. Tujuan

1. Agar kita mengetahui pengertian Kehamilan lewat waktu/ Postdate.

2. Agar kita mengetahui etiologi atau penyebab Kehamilan lewat

waktu/ Postdate.

3. Agar kita mengetahui manifestasi klinis Kehamilan lewat waktu/

Postdate.

4. Agar kita mengetahui diagnosa Kehamilan lewat waktu/ Postdate.

5. Agar kita mengetahui penatalaksanaan Kehamilan lewat waktu/

Postdate.

C. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Kehamilan lewat waktu/ Postdate?

Page 3: mature.docx

3

2. Apa etiologi atau penyebab Kehamilan lewat waktu/ Postdate?

3. Apa Manifestasi klinis Kehamilan lewat waktu/ Postdate?

4. Bagaimana diagnosa Kehamilan lewat waktu/ Postdate ?

5. Bagaimana penatalaksanaan Kehamilan lewat waktu/ Postdate ?

D. Manfaat

1. Agar kita mengetahui pengertian Kehamilan lewat waktu/

Postdate.

2. Agar kita mengetahui etiologi atau penyebab Kehamilan lewat

waktu/ Postdate.

3. Agar kita mengetahui manifestasi klinis Kehamilan lewat waktu/

Postdate.

4. Agar kita mengetahui diagnosa Kehamilan lewat waktu/ Postdate.

5. Agar kita mengetahui penatalaksanaan Kehamilan lewat waktu/

Postdate.

Page 4: mature.docx

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian

Istilah posterm, prolonged pregnancy dan postdate sering digunakan

secara acak dan tak jarang menimbulkan kerancuan dalam pengertian.

Istilah postdate hendaknya dibatasi untuk penggambaran janin yang

memperlihatkan adanya kelainan akibat kehamilan yang berlangsung

lebih lama dari seharusnya (serotinus). Dengan demikian istilah yang

kiranya tepat untuk digunakan dalam menyatakan adanya masa

kehamilan yang berkepanjangan adalah : posterm atau “prolonged

pregnancy”

Lamanya kehamilan normal adalah sekitar 37- 42 minggu, dan

tanggal perkiraan persalinan adalah saat mencapai 40 minggu atau 280

hari dari hari pertama periode menstruasi terakhir. Hamil cukup bulan

(atterm)= 40 minggu jika penghitungan dilakukan dari hari pertama haid

terakhir = HPHT (Last Menstrual Periode =LMP) atau 38 minggu jika

didasarkan ovulasi ((EDC). Waktu ovulasi tidak selalu sama pada setiap

wanita, maka secara praktikal dipakai cara yang pertama (Cukup bulan =

40 minggu = 280 hari). Hamil dikatakan lewat waktu jika sudah mencapai

42 minggu atau 294 hari.

Kehamilan postterm adalah kehamilan dengan usia lebih dari 42

minggu atau lebih berdasarkan perhitungan usia kehamilan dengan

menggunakan HPHT. Ada juga pendapat lain yang menyebutkan bahwa,

kehamilan postdate adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42

minggu lengkap. Diagnosa usia kehamilan lebih dari 42 minggu

didapatkan dari perhitungan seperti rumus neagle atau dengan tinggi

fundus uteri serial (Mansjoer, 2011).

4

Page 5: mature.docx

5

Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 34 – 36

minggu dan setelah itu terus mengalami penurunan. Pada kehamilan

posterm dapat terjadi penurunan fungsi plasenta sedemikian hebat

sehingga terjadi gawat janin.

Bila keadaan di atas tidak terjadi atau dengan kata lain tidak terjadi

peristiwa insufisiensi plasenta maka janin posterm dapat tumbuh terus

dengan akibat tubuh anak menjadi besar (makrosomia) dan dapat

selanjutnya dapat menyebabkan distosia bahu.

Resiko pada janin posterm adalah gangguan yang terjadi selama

periode antepartum dan gawat janin pada saat intrapartum karena adanya

kompresi tali pusat akibat oligohidramnion yang terjadi.

Oligohidramnion dengan cairan amnion yang kental akibat adanya

mekonium menyebabkan terjadinya “meconium aspiration syndrome”.

Trimmer dkk (1990) : produksi urine pada kehamilan > 42 minggu

menurun dan diperkirakan hal ini merupakan penyebab terjadinya

oligohidramnion (atau sebaliknya). Oz dkk (2002) : dengan menggunakan

gelombang Doppler terlihat adanya penurunan aliran darah ginjal pada

pasien posterm dengan oligohidramnion. Clausson dkk (1999) : Peristiwa

lahir mati sering terjadi pada kehamilan > 42 minggu dengan janin yang

pertumbuhannya terganggu.

Sangat penting untuk memastikan bahwa kehamilan sebenarnya

postterm atau tidak. Idealnya, usia kehamilan yang akurat ditentukan di

awal kehamilan. Pada wanita yang memiliki periode menstruasi yang

teratur, HPHT dapat diandalkan dengan catatan haidnya teratur minimal 3

bulan terakhir sebelum kehamilan.

Jika ada ketidakpastian HPHT, atau jika ukuran rahim lebih besar

atau lebih kecil dari berdasarkan HPHT, usia gestasi janin dan tanggal

Page 6: mature.docx

6

persalinan dapat diperkirakan dengan pemeriksaan USG. Hasil

pemeriksaan USG paling akurat bila dilakukan pada awal kehamilan, jika

dilakukan pada paruh terakhir kehamilan kurang dapat diandalkan untuk

memperkirakan taksiran persalinan.

Pada umumnya, penyebab kehamilan postterm tidak diketahui. Ada

beberapa faktor yang risiko. Kejadiannya lebih tinggi pada kehamilan

pertama dan pada wanita yang memiliki riwayat kehamilan postterm

sebelumnya. Faktor genetik juga mungkin memainkan peran. Satu

penelitian menunjukkan adanya peningkatan risiko kehamilan postterm

pada wanita yang lahir postterm.

Ukuran bayi besar - Bayi2 postterm memiliki peluang lebih besar

terkena komplikasi yang berkaitan dengan ukuran tubuh besar (bayi besar

= makrosomia), yang didefinisikan sebagai berat lebih dari 4500 gram

(sebelumnya 4000 gram). Komplikasi dapat berupa persalinan lama,

persalinan macet dan sulit melewati vagina serta cedera pada bayi.

(misalnya, patah tulang atau cedera saraf) yang berkaitan dengan

kesulitan dalam melahirkan bahu (distosia bahu).

Dismaturitas janin - Juga disebut 'sindroma postdateitas,' ini

mengacu pada janin yang mengalami gangguan pertumbuhan, biasanya

karena masalah dengan pengiriman darah ke janin melalui plasenta.

Plasenta janin yang sudah postterm biasanya sering mengalami

penurunan fungsinya untuk memberikan oksigen dan makanan. Aspirasi

Mekonium (Terhirup air ketuban) - kalau di kalangan masyarakat awam

dikenal dengan terminum air ketuban (istilah yang salah, karena secara

normal bayi minum air ketuban).

Risiko untuk ibu terkait dengan ukuran bayi yang lebih besar pada

kehamilan postterm, berupa kesulitan saat bersalin, peningkatan cedera

Page 7: mature.docx

7

pada perineum termasuk labia, vagina, dan rektum dan peningkatan

persalinan dengan bedah Cesar.

B. Etiologi

Sebagian keadaan langka yang berkaitan dengan kehamilan yang

lama mencakup anensefalus, hipoplasia, tidak ada kelenjar hipofise janin,

defisiensi plasenta dan kehamilan extrauteri, meskipun etiologi kehamilan

yang lama dipahami sejarahnya, keadaan klinis ini memberikan suatu

gambaran unsur yaitu

1. Penurunan kadar estrogen pada kehamilan normal umumnya

tinggi.

2. Pada kasus insufisiensi plasenta/ adrenal janin, hormone procusor

yaitu isoandrosteron sulfat dieksresikan dalam cukup tinggi

konversi menjadi estradiol dan secara langsung estriol di dalam

plasenta contoh klinik mengenai defisiensi prekusor estrogen

adalah anensefalus.

3. Faktor hormonal yaitu kadar progesteron tidak cepat turun

walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus

terhadp oksitosin berkurang.

4. Faktor lain adalah hereditas, karena postdate sering dijumpai

pada suatu keluarga tertentu.

C. Manifestasi Klinis

1. Keadaan klinis yang dapat ditemukan ialah gerakan janin yang

jarang, yaitu secara subjektif kurang dari 7 kali/ 20 menit atau

secara objektif dengan KTG (karditopografi) kurang dari 10 kali/ 20

menit.

2. Pada bayi akan ditemukan tanda- tanda lewat waktu yang terbagi

menjadi:

a. Stadium I

Page 8: mature.docx

8

Kulit kehilangan verniks kaseosa dan terjadi maserasi sehingga

kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.

b. Stadium II

Seperti stadium I disertai pewarnaan mekonium (kehijauan di

kulit).

c. Stadium III

Seperti stadium I disertai pewarnaan kekuningan pada kuku,

kulit dan tali pusat.

D. Diagnosa

Prognosis postdate tidak seberapa sulit apabila siklus haid teratur

dari hari pertama haid terakhir diketahui pasti. Dalam menilai apakah

kehamilan matur atau tidak, beberapa pemeriksaan dapat dilakukan.

1. Berat badan ibu turun dan lingkaran perut mengecil air ketuban

berkurang.

2. Pemeriksaan rontgenologik dengan pemeriksaan ini pada janin

matur dapat ditemukan pusat osifikasi pada oscubuid, bagian

distal femus dan bagian proksimal tubia, diameter biparietal

kepala 9,8 cm lebih. Keberatan pemeriksaan ini adalah

kemungkinan pengaruh tidak baik sinar rontgen terhadap janin.

3. Pemeriksaan dengan USG

Dengan pemeriksaan ini diameter biparietal kepala janin dapat

diukur dengan teliti tanpa bahaya. Pemeriksaan menurut

ginekologi.

4. Pemeriksaan sitologik liquoramni

Amniostopi dan pemeriksaan Ph nya dibawah 7,20 dianggap

sebagai tanda gawat janin.

5. Pemeriksaan sitologik vagina untuk menentukan infusiensi

plasenta dinilai berbeda- beda.

Page 9: mature.docx

9

E. Pemeriksaan Penunjang

1. USG untuk menilai usia kehamilan, oligohidramnion, derajat

maturitas plasenta.

2. KTG untuk menilail ada atau tidaknya gawat janin.

3. Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau

amniotomi (tes tanpa tekanan dinilia apakah reaktif atau tidak

ada tes tekanan oksitosik)

4. Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik.

F. Penatalaksanaan

1. Setelah UK> 40 minggu yang penting adalah monitoring janin

sebaik- baiknya.

2. Apabila tidak ada tanda- tanda insufisiensi plasenta persalinan

spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat.

3. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan

serviks, kalau sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan

dengan atau tanpa amniotomi.

4. Bila (a) riwayat kehamilan yang lalu ada kehamilan janin dalam

rahim (b) terdapat hipertensi , pre eklamsi dan (c) kehamilan ini

adalah anak pertama karena infertilitas, atau (d) pada

kehamilan lebih dari 40-42 minggu, maka ibu dirawat dirumah

sakit.

5. Tindakan operasi SC dapat dipertimbangkan pada (a)

insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang,

(b) pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan

terjadi tanda gawat janin atau (c) primigravida tua, kematian

janin dalam kandungan, pre eklamsia, hipertensi menahun,

infertilitas dan kesalahan letak janin.

Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama

akan sangat merugikan bayi, janin postdate besar dan distosia janin perlu

Page 10: mature.docx

10

dipertimbangkan selain itu janin postdate lebih peka terhadap sedatif dan

norkosa, perawatan neonatus postdate perlu dibawah pengawasan dokter

anak.

Kehamilan dengan janin yang besar atau disertai dengan gawat janin

harus diakhiri dengan sectio Caesar. Bila tidak terdapat FPD-fetopelvic

disproportion atau gawat janin, dapat dilakukan induksi persalinan dengan

pengamatan janin yang ketat.

American College of Obstetricians dan Gynecologists (ACOG)

menyatakan bahwa pemantauan janin hanya diperlukan setelah 42

minggu (294 hari) usia kehamilan, tetapi dokter kebidanan sudah memulai

pengujian janin pada usia 41 minggu. Banyak ahli merekomendasikan

pengujian dua kali seminggu, termasuk pengukuran volume cairan

ketuban. Pemeriksaan berupa mengamati detak jantung janin

'menggunakan monitor janin (disebut nonstress-test =NST) atau

mengamati aktivitas bayi dengan USG (disebut profil biofisik).

Nonstress Tes (NST) - NST dilakukan dengan memantau detak

jantung bayi dengan sebuah perangkat kecil yang diletakkan di perut ibu.

Perangkat ini menggunakan gelombang suara (ultrasound) untuk

mengukur denyut jantung bayi dari waktu ke waktu, biasanya untuk 20

sampai 30 menit. Frekuensi dasar (Baseline) detak jantung bayi harus

antara 110 dan 160 denyut per menit dan harus meningkat minimal 15

denyut per menit selama 15 detik ketika bayi bergerak.

Tes ini dianggap aman (disebut 'reaktif') jika ditemukan dua atau

lebih peningkatkan laju jantung janin (akselearsi) dalam jangka waktu 20

menit. Pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan jika kenaikan tidak

ditemukan setelah pemantauan selama 40 menit.

Volume cairan ketuban merupakan variabel penting dalam BPP

karena volume yang rendah (Oligo-hidramnion) dapat meningkatkan risiko

Page 11: mature.docx

11

terjadinya kompresi (penekanan) tali pusat. Jumlah air ketuban bisa

berkurang dalam jangka waktu singkat (beberapa hari).

Stress tes - Lengapnya stress tes kontraksi (CST) juga bisa

dilakukan untuk menilai kesehatan janin. Caranya dilakukan melibatkan

pemberian suatu obat (oksitosin) untuk ibu untuk merangsang kontraksi

uterus, kemudian detak jantung janin dimonitor untuk melihat reaksinya

terhadap kontraksi yang timbul. Jika denyut jantung janin melambat

(deselearsi lambat dll memenuhi kriteria gawat janin) selama CST

mungkin dibutuhkan persalinan dengan Cesar.

Induksi persalinan - Dokter harus mempertimbangkan risiko dan

manfaat untuk melanjutkan kehamilan, hasil tes (tersebut diatas), dan

kondisi serviks (leher rahim). Biasanya, leher rahim mulai membuka dan

mengalami penipisan menjelang akhir kehamilan. Induksi persalinan lebih

cenderung gagal pada wanita yang serviksnya tidak melebar atau menipis

(serviks matang), sehingga akhirnya persalinan harus di akhiri dengan

operasi.

Tren sekarang, induksi sudah mulai dilakukan pada usia kehamilan

41-42 minggu jika tidak terjadi persalinan secara spontan. Jika serviksnya

belum matang, maka bisa dilakukan pematangan serviks dengan

pemberian obat (prostglandin dll) atau dengan menggunakan metode

mekanis dengan memasang kateter Foley di leher rahim. Pada wanita

yang serviksnya sudah matang dapat dilakukan induksi langsung dengan

pemberian obat (oksitosin), yang diberikan via cairan infus. Persalinan

bisa dipilih secara Cesar jika janinnya besar, memiliki riwayat persalinan

dengan Cesar sebelumnya, atau alasan pilihan pribadi (on demand).

Page 12: mature.docx

BAB III

ANALISIS KEPROFESIAN

(Kewenangan, Standar Profesi)

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor

1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan,

kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:

1. Kewenangan normal:

a. Pelayanan kesehatan ibuPelayanan kesehatan anak.

b. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana.

2. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah.

3. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak

memiliki dokter.

Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh

bidan. Kewenangan ini meliputi:

1. Pelayanan kesehatan ibu

Ruang lingkup:

a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil

b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal

c. Pelayanan persalinan normal

d. Pelayanan ibu nifas normal

e. Pelayanan ibu menyusui

f. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan

Kewenangan:

a. Episiotomi

b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II

12

Page 13: mature.docx

13

c. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan

perujukan

d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil.

e. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas.

f. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi

air susu ibu (ASI) eksklusif.

g. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan

postpartum.

h. Penyuluhan dan konseling.

i. Bimbingan pada kelompok ibu hamil.

j. Pemberian surat keterangan kematian.

k. Pemberian surat keterangan cuti bersalin

2. Pelayanan kesehatan anak

Ruang lingkup:

a. Pelayanan bayi baru lahir.

b. Pelayanan bayi.

c. Pelayanan anak balita.

d. Pelayanan anak pra sekolah

Kewenangan:

a. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,

pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini (IMD), injeksi

vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-

28 hari), dan perawatan tali pusat

b. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera

merujuk

c. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan

d. Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah

e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra

sekolah.

f. Pemberian konseling dan penyuluhan

g. Pemberian surat keterangan kelahiran

Page 14: mature.docx

14

h. Pemberian surat keterangan kematian

3.    Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana, dengan kewenangan:

a. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi

perempuan dan keluarga berencana.

b. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom

Selain kewenangan normal sebagaimana tersebut di atas, khusus

bagi bidan yang menjalankan program Pemerintah mendapat

kewenangan tambahan untuk melakukan pelayanan kesehatan yang

meliputi:

1. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim,

dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit

2. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit

kronis tertentu (dilakukan di bawah supervisi dokter)

3. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang

ditetapkan

4. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang

kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan

penyehatan lingkungan

5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah

dan anak sekolah

6. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas

7. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan

terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian

kondom, dan penyakit lainnya

8. Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat

Adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi

9. Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah

Page 15: mature.docx

15

Khusus untuk pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan

antenatal terintegrasi, penanganan bayi dan anak balita sakit, dan

pelaksanaan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan terhadap

Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta pencegahan

penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA),

hanya dapat dilakukan oleh bidan yang telah mendapat pelatihan untuk

pelayanan tersebut.

Selain itu, khusus di daerah (kecamatan atau kelurahan/desa) yang

belum ada dokter, bidan juga diberikan kewenangan sementara untuk

memberikan pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal, dengan

syarat telah ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Kewenangan bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar

kewenangan normal tersebut berakhir dan tidak berlaku lagi jika di daerah

tersebut sudah terdapat tenaga dokter.

Dalam kasus ini yaitu pada kehamilan postterm bidan tidak memiliki

kewenangan untuk melakukan induksi persalinan misalnya. Kewenangan

bidan hanya dalam ranah kewenangan pada kasus- kasus yang normal.

Sementara kehamilan postterm adalah kasus patologi yang di luar

kewenangan bidan. Bidan hanya melakukan deteksi dini dan

pemeriksaan- pemeriksaan yang menghasilkan diagnosa kebidanan,

untuk penanganan selanjutnya bukan lagi kewenangan bidan.

Page 16: mature.docx

Bab IV

Asuhan Terfokus

1. Komprehensif

2. Deteksi dini/ skrining

a. NST

Pemeriksaan berupa pengamatan pada detak jantung

janin (djj) menggunakan monitor janin (disebut nonstress-test

(NST)) atau mengamati aktivitas bayi dengan USG (disebut

profil biofisik).

Nonstress Tes (NST) - NST dilakukan dengan memantau

detak jantung bayi dengan sebuah perangkat kecil yang

diletakkan di perut ibu. Perangkat ini menggunakan gelombang

suara (ultrasound) untuk mengukur denyut jantung bayi dari

waktu ke waktu, biasanya untuk 20 sampai 30 menit.

Tes ini dianggap aman jika ditemukan dua atau lebih

peningkatan laju jantung janin dalam jangka waktu 20 menit.

Pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan jika kenaikan tidak

ditemukan setelah pemantauan selama 40 menit.

b. CST

Stress tes - Lengapnya stress tes kontraksi (CST) juga

bisa dilakukan untuk menilai kesehatan janin. Caranya

dilakukan melibatkan pemberian suatu obat (oksitosin) untuk ibu

untuk merangsang kontraksi uterus, kemudian detak jantung

janin dimonitor untuk melihat reaksinya terhadap kontraksi yang

timbul. Jika denyut jantung janin (djj) melambat (deselearsi

lambat dll memenuhi kriteria gawat janin) selama CST mungkin

dibutuhkan persalinan dengan Cesar.

3. Tindakan

a. Kehamilan

b. Janin

16

Page 17: mature.docx

17

4. Pencegahan yang dilakukan bidan ialah:

a. Konseling antenatal yang baik.

b. Evaluasi ulang umur kehamilan bila tanda- tanda berat badan

tidak naik, oligohidramnion, gerak anak menurun. Bila ragu

periksa untuk konfirmasi umur dan mencegah komplikasi.

5. Penanganan awal yang dapat dilakukan oleh bidan ialah :

a. Setelah UK> 40 minggu yang penting adalah monitoring janin

sebaik- baiknya dengan pemantauan his.

b. Apabila tidak ada tanda- tanda insufisiensi plasenta persalinan

spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat.

c. Belum ada tanda- tanda persalinan spontan dilakukan rujukan

apabila:

1) Penanganan awal sudah dilakukan namun tidak ada

kemajuan persalinan.

2) Adanya tanda- tanda kegawatdaruratan pada ibu dan

janin.

3) Dalam perjalanan merujuk tetap memantau atau

mengobservasi tanda- tanda vital ibu, posisi merujuk

dengan miring ke kiri, tetap memantau his dan mengontrol

DJJ setiap setelah his, tetap memperhatikan asupan

cairan, beri oksigen (sesuai kebutuhan) bila terjadi tanda-

tanda gawat janin.

Page 18: mature.docx

Bab V

Penutup

A. Kesimpulan

1. Kehamilan postterm adalah kehamilan dengan usia lebih

dari 42 minggu atau lebih berdasarkan perhitungan usia

kehamilan dengan menggunakan HPHT.

2. Salah satu etiologi atau penyebab postmatur dapat terjadi

karena faktor hormonal yaitu kadar progesteron tidak cepat

turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga

kepekaan uterus terhadp oksitosin berkurang.

3. Salah satu manifestasi klinis yang terjadi pada bayi lahir

postmatur akan ditemukan tanda- tanda lewat waktu yang

terbagi menjadi 3 stadium.

4. Pemeriksaan dengan USG salah satu pemeriksaan yang

dapat menegakkan diagnosa pada kehamilan postmatur.

Dengan pemeriksaan ini diameter biparietal kepala janin

dapat diukur dengan teliti tanpa bahaya. Pemeriksaan

menurut ginekologi.

5. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pemeriksaan dalam

untuk menilai kematangan serviks, kalau sudah matang

boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa

amniotomi.

6. Kewenangan normal pada profesi bidan adalah pelayanan

kesehatan ibu pelayanan dan kesehatan anak, serta

pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana.

7. Asuhan yang dapat dilakukan dengan konseling antenatal

yang baik.

18

Page 19: mature.docx

19

B. Saran

1. Bila menemui pasien dengan diagnosa postmatur segera

lakukan penanganan yang sesuai dengan kondisi yang

dialami pasien.

2. Saat menangani pasien postmatur gunakanlah prosedur

ataupun protap yang sesuai profesi.

3. Lakukan rujukan bila dilakukan penilaian tetapi hasil

penilaian semakin memburuk lakukan rujukan ke pelayanan

kesehatan yang memiliki fasilitas lebih lengkap.

4. Sebaiknya bidan dalam penanganan pasien dengan

kehamilan postmatur harus melakukan kolaborasi dengan

sesama bidan maupun dokter.

Page 20: mature.docx

20

Referensi :

Sujiyatini, dkk.2009.Asuhan Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Medical

Book.

http://www.drdidispog.com/

http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?

page=Kehamilan+Posterm+yang+diakhiri+dengan+Secsio+Cesaria+karen

a+Kegagalan+induksi+dan+Fetal+distress

http://dinkesbanggai.wordpress.com/2011/08/15/kewenangan-bidan-

sesuai-permenkes-no-1464-tahun-2010-tentang-izin-dan-

penyelenggaraan-praktik-bidan/