Upload
apieko
View
14
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
buyung
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan lewat bulan (postdate) ialah kehamilan yang berlangsung
lebih dari perkiraan hari taksiran persalinan yang dihitung dari hari
pertama haid terakhir (HPHT). Angka kejadian kehamilan lewat waktu
kira-kira 10%, bervariasi antara 3,5-14%. Data statistik menunjukkan,
angka kematian dalam kehamilan lewat waktu lebih tinggi ketimbang
dalam kehamilan cukup bulan, dimana angka kematian kehamilan lewat
waktu mencapai 5 - 7 %.
Variasi insiden posterm berkisar antara 2-31%. Penyebab pasti
kehamilan lewat waktu sampai saat ini belum kita ketahui. Diduga
penyebabnya adalah siklus haid yang tidak diketahui pasti, kelainan pada
janin (anenefal, kelenjar adrenal janin yang fungsinya kurang baik,
kelainan pertumbuhan tulang janin/osteogenesis imperfecta; atau
kekurangan enzim sulfatase plasenta).
Risiko kehamilan lewat waktu antara lain adalah gangguan
pertumbuhan janin, gawat janin, sampai kematian janin dalam rahim.
Resiko gawat janin dapat terjadi 3 kali dari pada kehamilan aterm. Kulit
janin akan menjadi keriput, lemak di bawah kulit menipis bahkan sampai
hilang, lama-lama kulit janin dapat mengelupas dan mengering seperti
kertas perkamen. Rambut dan kuku memanjang dan cairan ketuban
berkurang sampai habis. Akibat kekurangan oksigen akan terjadi gawat
janin yang menyebabkan janin buang air besar dalam rahim yang akan
mewarnai cairan ketuban menjadi hijau pekat. Pada saat janin lahir dapat
1
2
terjadi aspirasi (cairan terisap ke dalam saluran napas) air ketuban yang
dapat menimbulkan kumpulan gejala MAS (meconeum aspiration
syndrome). Keadaan ini dapat menyebabkan kematian janin.
Komplikasi yang dapat mungkin terjadi pada bayi ialah suhu yang
tidak stabil, hipoglikemia, polisitemia, dan kelainan neurologik. Kehamilan
lewat bulan dapat juga menyebabkan resiko pada ibu, antara lain distosia
karena aksi uterus tidak terkoordinir, janin besar, dan moulding (moulage)
kepala kurang. Sehingga sering dijumpai partus lama, kesalahan letak,
inersia uteri, distosia bahu, dan perdarahan postpartum.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam mendiagnosis
kehamilan lewat waktu, antara lain HPHT jelas, Dirasakan gerakan janin
pada umur kehamilan 16-18 minggu, Terdengar denyut jantung janin
(normal 10-12 minggu dengan Doppler, dan 19-20 minggu dengan
fetoskop), Umur kehamilan yang sudah ditetapkan dengan USG
pada umur kehamilan kurang dari atau sama dengan 20 minggu, Tes
kehamilan (urin) sudah positif dalam 6 minggu pertama telat haid.
B. Tujuan
1. Agar kita mengetahui pengertian Kehamilan lewat waktu/ Postdate.
2. Agar kita mengetahui etiologi atau penyebab Kehamilan lewat
waktu/ Postdate.
3. Agar kita mengetahui manifestasi klinis Kehamilan lewat waktu/
Postdate.
4. Agar kita mengetahui diagnosa Kehamilan lewat waktu/ Postdate.
5. Agar kita mengetahui penatalaksanaan Kehamilan lewat waktu/
Postdate.
C. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Kehamilan lewat waktu/ Postdate?
3
2. Apa etiologi atau penyebab Kehamilan lewat waktu/ Postdate?
3. Apa Manifestasi klinis Kehamilan lewat waktu/ Postdate?
4. Bagaimana diagnosa Kehamilan lewat waktu/ Postdate ?
5. Bagaimana penatalaksanaan Kehamilan lewat waktu/ Postdate ?
D. Manfaat
1. Agar kita mengetahui pengertian Kehamilan lewat waktu/
Postdate.
2. Agar kita mengetahui etiologi atau penyebab Kehamilan lewat
waktu/ Postdate.
3. Agar kita mengetahui manifestasi klinis Kehamilan lewat waktu/
Postdate.
4. Agar kita mengetahui diagnosa Kehamilan lewat waktu/ Postdate.
5. Agar kita mengetahui penatalaksanaan Kehamilan lewat waktu/
Postdate.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Istilah posterm, prolonged pregnancy dan postdate sering digunakan
secara acak dan tak jarang menimbulkan kerancuan dalam pengertian.
Istilah postdate hendaknya dibatasi untuk penggambaran janin yang
memperlihatkan adanya kelainan akibat kehamilan yang berlangsung
lebih lama dari seharusnya (serotinus). Dengan demikian istilah yang
kiranya tepat untuk digunakan dalam menyatakan adanya masa
kehamilan yang berkepanjangan adalah : posterm atau “prolonged
pregnancy”
Lamanya kehamilan normal adalah sekitar 37- 42 minggu, dan
tanggal perkiraan persalinan adalah saat mencapai 40 minggu atau 280
hari dari hari pertama periode menstruasi terakhir. Hamil cukup bulan
(atterm)= 40 minggu jika penghitungan dilakukan dari hari pertama haid
terakhir = HPHT (Last Menstrual Periode =LMP) atau 38 minggu jika
didasarkan ovulasi ((EDC). Waktu ovulasi tidak selalu sama pada setiap
wanita, maka secara praktikal dipakai cara yang pertama (Cukup bulan =
40 minggu = 280 hari). Hamil dikatakan lewat waktu jika sudah mencapai
42 minggu atau 294 hari.
Kehamilan postterm adalah kehamilan dengan usia lebih dari 42
minggu atau lebih berdasarkan perhitungan usia kehamilan dengan
menggunakan HPHT. Ada juga pendapat lain yang menyebutkan bahwa,
kehamilan postdate adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42
minggu lengkap. Diagnosa usia kehamilan lebih dari 42 minggu
didapatkan dari perhitungan seperti rumus neagle atau dengan tinggi
fundus uteri serial (Mansjoer, 2011).
4
5
Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 34 – 36
minggu dan setelah itu terus mengalami penurunan. Pada kehamilan
posterm dapat terjadi penurunan fungsi plasenta sedemikian hebat
sehingga terjadi gawat janin.
Bila keadaan di atas tidak terjadi atau dengan kata lain tidak terjadi
peristiwa insufisiensi plasenta maka janin posterm dapat tumbuh terus
dengan akibat tubuh anak menjadi besar (makrosomia) dan dapat
selanjutnya dapat menyebabkan distosia bahu.
Resiko pada janin posterm adalah gangguan yang terjadi selama
periode antepartum dan gawat janin pada saat intrapartum karena adanya
kompresi tali pusat akibat oligohidramnion yang terjadi.
Oligohidramnion dengan cairan amnion yang kental akibat adanya
mekonium menyebabkan terjadinya “meconium aspiration syndrome”.
Trimmer dkk (1990) : produksi urine pada kehamilan > 42 minggu
menurun dan diperkirakan hal ini merupakan penyebab terjadinya
oligohidramnion (atau sebaliknya). Oz dkk (2002) : dengan menggunakan
gelombang Doppler terlihat adanya penurunan aliran darah ginjal pada
pasien posterm dengan oligohidramnion. Clausson dkk (1999) : Peristiwa
lahir mati sering terjadi pada kehamilan > 42 minggu dengan janin yang
pertumbuhannya terganggu.
Sangat penting untuk memastikan bahwa kehamilan sebenarnya
postterm atau tidak. Idealnya, usia kehamilan yang akurat ditentukan di
awal kehamilan. Pada wanita yang memiliki periode menstruasi yang
teratur, HPHT dapat diandalkan dengan catatan haidnya teratur minimal 3
bulan terakhir sebelum kehamilan.
Jika ada ketidakpastian HPHT, atau jika ukuran rahim lebih besar
atau lebih kecil dari berdasarkan HPHT, usia gestasi janin dan tanggal
6
persalinan dapat diperkirakan dengan pemeriksaan USG. Hasil
pemeriksaan USG paling akurat bila dilakukan pada awal kehamilan, jika
dilakukan pada paruh terakhir kehamilan kurang dapat diandalkan untuk
memperkirakan taksiran persalinan.
Pada umumnya, penyebab kehamilan postterm tidak diketahui. Ada
beberapa faktor yang risiko. Kejadiannya lebih tinggi pada kehamilan
pertama dan pada wanita yang memiliki riwayat kehamilan postterm
sebelumnya. Faktor genetik juga mungkin memainkan peran. Satu
penelitian menunjukkan adanya peningkatan risiko kehamilan postterm
pada wanita yang lahir postterm.
Ukuran bayi besar - Bayi2 postterm memiliki peluang lebih besar
terkena komplikasi yang berkaitan dengan ukuran tubuh besar (bayi besar
= makrosomia), yang didefinisikan sebagai berat lebih dari 4500 gram
(sebelumnya 4000 gram). Komplikasi dapat berupa persalinan lama,
persalinan macet dan sulit melewati vagina serta cedera pada bayi.
(misalnya, patah tulang atau cedera saraf) yang berkaitan dengan
kesulitan dalam melahirkan bahu (distosia bahu).
Dismaturitas janin - Juga disebut 'sindroma postdateitas,' ini
mengacu pada janin yang mengalami gangguan pertumbuhan, biasanya
karena masalah dengan pengiriman darah ke janin melalui plasenta.
Plasenta janin yang sudah postterm biasanya sering mengalami
penurunan fungsinya untuk memberikan oksigen dan makanan. Aspirasi
Mekonium (Terhirup air ketuban) - kalau di kalangan masyarakat awam
dikenal dengan terminum air ketuban (istilah yang salah, karena secara
normal bayi minum air ketuban).
Risiko untuk ibu terkait dengan ukuran bayi yang lebih besar pada
kehamilan postterm, berupa kesulitan saat bersalin, peningkatan cedera
7
pada perineum termasuk labia, vagina, dan rektum dan peningkatan
persalinan dengan bedah Cesar.
B. Etiologi
Sebagian keadaan langka yang berkaitan dengan kehamilan yang
lama mencakup anensefalus, hipoplasia, tidak ada kelenjar hipofise janin,
defisiensi plasenta dan kehamilan extrauteri, meskipun etiologi kehamilan
yang lama dipahami sejarahnya, keadaan klinis ini memberikan suatu
gambaran unsur yaitu
1. Penurunan kadar estrogen pada kehamilan normal umumnya
tinggi.
2. Pada kasus insufisiensi plasenta/ adrenal janin, hormone procusor
yaitu isoandrosteron sulfat dieksresikan dalam cukup tinggi
konversi menjadi estradiol dan secara langsung estriol di dalam
plasenta contoh klinik mengenai defisiensi prekusor estrogen
adalah anensefalus.
3. Faktor hormonal yaitu kadar progesteron tidak cepat turun
walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus
terhadp oksitosin berkurang.
4. Faktor lain adalah hereditas, karena postdate sering dijumpai
pada suatu keluarga tertentu.
C. Manifestasi Klinis
1. Keadaan klinis yang dapat ditemukan ialah gerakan janin yang
jarang, yaitu secara subjektif kurang dari 7 kali/ 20 menit atau
secara objektif dengan KTG (karditopografi) kurang dari 10 kali/ 20
menit.
2. Pada bayi akan ditemukan tanda- tanda lewat waktu yang terbagi
menjadi:
a. Stadium I
8
Kulit kehilangan verniks kaseosa dan terjadi maserasi sehingga
kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
b. Stadium II
Seperti stadium I disertai pewarnaan mekonium (kehijauan di
kulit).
c. Stadium III
Seperti stadium I disertai pewarnaan kekuningan pada kuku,
kulit dan tali pusat.
D. Diagnosa
Prognosis postdate tidak seberapa sulit apabila siklus haid teratur
dari hari pertama haid terakhir diketahui pasti. Dalam menilai apakah
kehamilan matur atau tidak, beberapa pemeriksaan dapat dilakukan.
1. Berat badan ibu turun dan lingkaran perut mengecil air ketuban
berkurang.
2. Pemeriksaan rontgenologik dengan pemeriksaan ini pada janin
matur dapat ditemukan pusat osifikasi pada oscubuid, bagian
distal femus dan bagian proksimal tubia, diameter biparietal
kepala 9,8 cm lebih. Keberatan pemeriksaan ini adalah
kemungkinan pengaruh tidak baik sinar rontgen terhadap janin.
3. Pemeriksaan dengan USG
Dengan pemeriksaan ini diameter biparietal kepala janin dapat
diukur dengan teliti tanpa bahaya. Pemeriksaan menurut
ginekologi.
4. Pemeriksaan sitologik liquoramni
Amniostopi dan pemeriksaan Ph nya dibawah 7,20 dianggap
sebagai tanda gawat janin.
5. Pemeriksaan sitologik vagina untuk menentukan infusiensi
plasenta dinilai berbeda- beda.
9
E. Pemeriksaan Penunjang
1. USG untuk menilai usia kehamilan, oligohidramnion, derajat
maturitas plasenta.
2. KTG untuk menilail ada atau tidaknya gawat janin.
3. Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau
amniotomi (tes tanpa tekanan dinilia apakah reaktif atau tidak
ada tes tekanan oksitosik)
4. Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik.
F. Penatalaksanaan
1. Setelah UK> 40 minggu yang penting adalah monitoring janin
sebaik- baiknya.
2. Apabila tidak ada tanda- tanda insufisiensi plasenta persalinan
spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat.
3. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan
serviks, kalau sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan
dengan atau tanpa amniotomi.
4. Bila (a) riwayat kehamilan yang lalu ada kehamilan janin dalam
rahim (b) terdapat hipertensi , pre eklamsi dan (c) kehamilan ini
adalah anak pertama karena infertilitas, atau (d) pada
kehamilan lebih dari 40-42 minggu, maka ibu dirawat dirumah
sakit.
5. Tindakan operasi SC dapat dipertimbangkan pada (a)
insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang,
(b) pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan
terjadi tanda gawat janin atau (c) primigravida tua, kematian
janin dalam kandungan, pre eklamsia, hipertensi menahun,
infertilitas dan kesalahan letak janin.
Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama
akan sangat merugikan bayi, janin postdate besar dan distosia janin perlu
10
dipertimbangkan selain itu janin postdate lebih peka terhadap sedatif dan
norkosa, perawatan neonatus postdate perlu dibawah pengawasan dokter
anak.
Kehamilan dengan janin yang besar atau disertai dengan gawat janin
harus diakhiri dengan sectio Caesar. Bila tidak terdapat FPD-fetopelvic
disproportion atau gawat janin, dapat dilakukan induksi persalinan dengan
pengamatan janin yang ketat.
American College of Obstetricians dan Gynecologists (ACOG)
menyatakan bahwa pemantauan janin hanya diperlukan setelah 42
minggu (294 hari) usia kehamilan, tetapi dokter kebidanan sudah memulai
pengujian janin pada usia 41 minggu. Banyak ahli merekomendasikan
pengujian dua kali seminggu, termasuk pengukuran volume cairan
ketuban. Pemeriksaan berupa mengamati detak jantung janin
'menggunakan monitor janin (disebut nonstress-test =NST) atau
mengamati aktivitas bayi dengan USG (disebut profil biofisik).
Nonstress Tes (NST) - NST dilakukan dengan memantau detak
jantung bayi dengan sebuah perangkat kecil yang diletakkan di perut ibu.
Perangkat ini menggunakan gelombang suara (ultrasound) untuk
mengukur denyut jantung bayi dari waktu ke waktu, biasanya untuk 20
sampai 30 menit. Frekuensi dasar (Baseline) detak jantung bayi harus
antara 110 dan 160 denyut per menit dan harus meningkat minimal 15
denyut per menit selama 15 detik ketika bayi bergerak.
Tes ini dianggap aman (disebut 'reaktif') jika ditemukan dua atau
lebih peningkatkan laju jantung janin (akselearsi) dalam jangka waktu 20
menit. Pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan jika kenaikan tidak
ditemukan setelah pemantauan selama 40 menit.
Volume cairan ketuban merupakan variabel penting dalam BPP
karena volume yang rendah (Oligo-hidramnion) dapat meningkatkan risiko
11
terjadinya kompresi (penekanan) tali pusat. Jumlah air ketuban bisa
berkurang dalam jangka waktu singkat (beberapa hari).
Stress tes - Lengapnya stress tes kontraksi (CST) juga bisa
dilakukan untuk menilai kesehatan janin. Caranya dilakukan melibatkan
pemberian suatu obat (oksitosin) untuk ibu untuk merangsang kontraksi
uterus, kemudian detak jantung janin dimonitor untuk melihat reaksinya
terhadap kontraksi yang timbul. Jika denyut jantung janin melambat
(deselearsi lambat dll memenuhi kriteria gawat janin) selama CST
mungkin dibutuhkan persalinan dengan Cesar.
Induksi persalinan - Dokter harus mempertimbangkan risiko dan
manfaat untuk melanjutkan kehamilan, hasil tes (tersebut diatas), dan
kondisi serviks (leher rahim). Biasanya, leher rahim mulai membuka dan
mengalami penipisan menjelang akhir kehamilan. Induksi persalinan lebih
cenderung gagal pada wanita yang serviksnya tidak melebar atau menipis
(serviks matang), sehingga akhirnya persalinan harus di akhiri dengan
operasi.
Tren sekarang, induksi sudah mulai dilakukan pada usia kehamilan
41-42 minggu jika tidak terjadi persalinan secara spontan. Jika serviksnya
belum matang, maka bisa dilakukan pematangan serviks dengan
pemberian obat (prostglandin dll) atau dengan menggunakan metode
mekanis dengan memasang kateter Foley di leher rahim. Pada wanita
yang serviksnya sudah matang dapat dilakukan induksi langsung dengan
pemberian obat (oksitosin), yang diberikan via cairan infus. Persalinan
bisa dipilih secara Cesar jika janinnya besar, memiliki riwayat persalinan
dengan Cesar sebelumnya, atau alasan pilihan pribadi (on demand).
BAB III
ANALISIS KEPROFESIAN
(Kewenangan, Standar Profesi)
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan,
kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:
1. Kewenangan normal:
a. Pelayanan kesehatan ibuPelayanan kesehatan anak.
b. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana.
2. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah.
3. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak
memiliki dokter.
Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh
bidan. Kewenangan ini meliputi:
1. Pelayanan kesehatan ibu
Ruang lingkup:
a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil
b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
c. Pelayanan persalinan normal
d. Pelayanan ibu nifas normal
e. Pelayanan ibu menyusui
f. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
Kewenangan:
a. Episiotomi
b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
12
13
c. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan
perujukan
d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil.
e. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas.
f. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi
air susu ibu (ASI) eksklusif.
g. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum.
h. Penyuluhan dan konseling.
i. Bimbingan pada kelompok ibu hamil.
j. Pemberian surat keterangan kematian.
k. Pemberian surat keterangan cuti bersalin
2. Pelayanan kesehatan anak
Ruang lingkup:
a. Pelayanan bayi baru lahir.
b. Pelayanan bayi.
c. Pelayanan anak balita.
d. Pelayanan anak pra sekolah
Kewenangan:
a. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,
pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini (IMD), injeksi
vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-
28 hari), dan perawatan tali pusat
b. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera
merujuk
c. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan
d. Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah
e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra
sekolah.
f. Pemberian konseling dan penyuluhan
g. Pemberian surat keterangan kelahiran
14
h. Pemberian surat keterangan kematian
3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana, dengan kewenangan:
a. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana.
b. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom
Selain kewenangan normal sebagaimana tersebut di atas, khusus
bagi bidan yang menjalankan program Pemerintah mendapat
kewenangan tambahan untuk melakukan pelayanan kesehatan yang
meliputi:
1. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim,
dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit
2. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit
kronis tertentu (dilakukan di bawah supervisi dokter)
3. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang
ditetapkan
4. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang
kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan
penyehatan lingkungan
5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah
dan anak sekolah
6. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas
7. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan
terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian
kondom, dan penyakit lainnya
8. Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi
9. Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah
15
Khusus untuk pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan
antenatal terintegrasi, penanganan bayi dan anak balita sakit, dan
pelaksanaan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan terhadap
Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta pencegahan
penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA),
hanya dapat dilakukan oleh bidan yang telah mendapat pelatihan untuk
pelayanan tersebut.
Selain itu, khusus di daerah (kecamatan atau kelurahan/desa) yang
belum ada dokter, bidan juga diberikan kewenangan sementara untuk
memberikan pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal, dengan
syarat telah ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Kewenangan bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar
kewenangan normal tersebut berakhir dan tidak berlaku lagi jika di daerah
tersebut sudah terdapat tenaga dokter.
Dalam kasus ini yaitu pada kehamilan postterm bidan tidak memiliki
kewenangan untuk melakukan induksi persalinan misalnya. Kewenangan
bidan hanya dalam ranah kewenangan pada kasus- kasus yang normal.
Sementara kehamilan postterm adalah kasus patologi yang di luar
kewenangan bidan. Bidan hanya melakukan deteksi dini dan
pemeriksaan- pemeriksaan yang menghasilkan diagnosa kebidanan,
untuk penanganan selanjutnya bukan lagi kewenangan bidan.
Bab IV
Asuhan Terfokus
1. Komprehensif
2. Deteksi dini/ skrining
a. NST
Pemeriksaan berupa pengamatan pada detak jantung
janin (djj) menggunakan monitor janin (disebut nonstress-test
(NST)) atau mengamati aktivitas bayi dengan USG (disebut
profil biofisik).
Nonstress Tes (NST) - NST dilakukan dengan memantau
detak jantung bayi dengan sebuah perangkat kecil yang
diletakkan di perut ibu. Perangkat ini menggunakan gelombang
suara (ultrasound) untuk mengukur denyut jantung bayi dari
waktu ke waktu, biasanya untuk 20 sampai 30 menit.
Tes ini dianggap aman jika ditemukan dua atau lebih
peningkatan laju jantung janin dalam jangka waktu 20 menit.
Pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan jika kenaikan tidak
ditemukan setelah pemantauan selama 40 menit.
b. CST
Stress tes - Lengapnya stress tes kontraksi (CST) juga
bisa dilakukan untuk menilai kesehatan janin. Caranya
dilakukan melibatkan pemberian suatu obat (oksitosin) untuk ibu
untuk merangsang kontraksi uterus, kemudian detak jantung
janin dimonitor untuk melihat reaksinya terhadap kontraksi yang
timbul. Jika denyut jantung janin (djj) melambat (deselearsi
lambat dll memenuhi kriteria gawat janin) selama CST mungkin
dibutuhkan persalinan dengan Cesar.
3. Tindakan
a. Kehamilan
b. Janin
16
17
4. Pencegahan yang dilakukan bidan ialah:
a. Konseling antenatal yang baik.
b. Evaluasi ulang umur kehamilan bila tanda- tanda berat badan
tidak naik, oligohidramnion, gerak anak menurun. Bila ragu
periksa untuk konfirmasi umur dan mencegah komplikasi.
5. Penanganan awal yang dapat dilakukan oleh bidan ialah :
a. Setelah UK> 40 minggu yang penting adalah monitoring janin
sebaik- baiknya dengan pemantauan his.
b. Apabila tidak ada tanda- tanda insufisiensi plasenta persalinan
spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat.
c. Belum ada tanda- tanda persalinan spontan dilakukan rujukan
apabila:
1) Penanganan awal sudah dilakukan namun tidak ada
kemajuan persalinan.
2) Adanya tanda- tanda kegawatdaruratan pada ibu dan
janin.
3) Dalam perjalanan merujuk tetap memantau atau
mengobservasi tanda- tanda vital ibu, posisi merujuk
dengan miring ke kiri, tetap memantau his dan mengontrol
DJJ setiap setelah his, tetap memperhatikan asupan
cairan, beri oksigen (sesuai kebutuhan) bila terjadi tanda-
tanda gawat janin.
Bab V
Penutup
A. Kesimpulan
1. Kehamilan postterm adalah kehamilan dengan usia lebih
dari 42 minggu atau lebih berdasarkan perhitungan usia
kehamilan dengan menggunakan HPHT.
2. Salah satu etiologi atau penyebab postmatur dapat terjadi
karena faktor hormonal yaitu kadar progesteron tidak cepat
turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga
kepekaan uterus terhadp oksitosin berkurang.
3. Salah satu manifestasi klinis yang terjadi pada bayi lahir
postmatur akan ditemukan tanda- tanda lewat waktu yang
terbagi menjadi 3 stadium.
4. Pemeriksaan dengan USG salah satu pemeriksaan yang
dapat menegakkan diagnosa pada kehamilan postmatur.
Dengan pemeriksaan ini diameter biparietal kepala janin
dapat diukur dengan teliti tanpa bahaya. Pemeriksaan
menurut ginekologi.
5. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pemeriksaan dalam
untuk menilai kematangan serviks, kalau sudah matang
boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa
amniotomi.
6. Kewenangan normal pada profesi bidan adalah pelayanan
kesehatan ibu pelayanan dan kesehatan anak, serta
pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana.
7. Asuhan yang dapat dilakukan dengan konseling antenatal
yang baik.
18
19
B. Saran
1. Bila menemui pasien dengan diagnosa postmatur segera
lakukan penanganan yang sesuai dengan kondisi yang
dialami pasien.
2. Saat menangani pasien postmatur gunakanlah prosedur
ataupun protap yang sesuai profesi.
3. Lakukan rujukan bila dilakukan penilaian tetapi hasil
penilaian semakin memburuk lakukan rujukan ke pelayanan
kesehatan yang memiliki fasilitas lebih lengkap.
4. Sebaiknya bidan dalam penanganan pasien dengan
kehamilan postmatur harus melakukan kolaborasi dengan
sesama bidan maupun dokter.
20
Referensi :
Sujiyatini, dkk.2009.Asuhan Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Medical
Book.
http://www.drdidispog.com/
http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?
page=Kehamilan+Posterm+yang+diakhiri+dengan+Secsio+Cesaria+karen
a+Kegagalan+induksi+dan+Fetal+distress
http://dinkesbanggai.wordpress.com/2011/08/15/kewenangan-bidan-
sesuai-permenkes-no-1464-tahun-2010-tentang-izin-dan-
penyelenggaraan-praktik-bidan/