Upload
letuyen
View
223
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
Pendahuluan
1.1 latar belakang
tubuh manusia dan ikan secara normal mengalami metabolisme. energi
yang menjadi salah satu sumber pergerakan tubuh berasal dari ATP yang
digunakan untuk pergerakan otot (Guyten, 1986).
Energy yang digunakan saat beraktivitas pada kondisi anaerob akan
menghasilkan produk sampingan berupa asam laktat. Asam laktat secara normal
terdapat dalam tubuh dan menggambarkan kondisi glikolisis anaerob (Samsul et
al., 2007)
Pada setiap awal kerja otot, kebutuhan energinya dipenuhi oleh
persediaan ATP yang terdapat dalam sel otot. ATP hanya mampu kurang lebih
sampai 5 detik, bilamana tidak maka system energy lain akan memenuhinya.
Apabila kerja otot secara terus-menerus berlangsung, maka kebutuhan
energinya dipenuhi oleh system laktat (glikolisis). Proses ini belum memerlukan
oksigen, tetapi menghasilkan asam laktat sehungga hanya mampu bertahan
sampai dengan kurang lebih 1 menit. Sumber energy utama untuk kontraksi otot
adalah ATP. Energy ini terdiri dari molekul adenine dan ribose yang disebut
adenosine dan tergabung dengan 3 phospate yang masing-masing terdiri dari
atom fosfor dan atom oksigen (Thompson, 1991 dalam ihsan,2006).
1.2 maksud dan tujuan
maksud diadakannya prakikum teknologgi fisiologi pasca panen tentan
gikolisis yaitu untuk mengetahui pemecahan glikogen yang terjadi pada tubuh
ikan dengan metode luff school serta mengetahui pemecahaan glikogen tersebut
pada adaanya kemunduran mutu ikan.
Tujuannya diadakannya praktikum ini yaitu agar praktikan dapat
melakukan uji glikolisis dengan metode luff schrool dan dapat menjelaskan
terjadinya pemecahan glikogen pada tubuh ikan berkaitan dengan adanya
kemunduran mutu ikan.
1.3 waktu dan tempat
pada praktikum tentang glikolisis dilaksananakan hari rabu dan kamis 4-5
april 2012 jam 13.00-selesai di laboratorium pengolahan hasil perikanan dan
pakan ikan fakultas perikanan dan ilmu kelautan universitas brawijaya, malang.
2.2 definisi glikolisis pada bahan pangan
Glikogen merupakan suatu polimer yang struktur molekulnya hamper
sama dengan amilopetitin. Glokegen menpunyai banyak cabang (20-30 cabang)
yang pendek dan rapat, sedangkan amilopektin hanya menpunyai kira-kira 6
cabang. Glikogen banayk mempunyai molekul (BM) sekitar 5 juta dan merupakan
molekul terbesar dialam yang larut dalam air (Winarno, 2004).
Kadar glikogen pada tubuh ikan sekitar 0,6 %. Glikogen berperan pada
saat ikan banyak membutuhkan energy, misalnya diwaktu berupaya berenang
jauh untuk keperluan antara lain, mencari makan, berpijah, mencari lingkungan
hidup yang sesuai dan pada waktu melawan mati. Beberapa saat setelah ikan
mati, energy ini juga diperlukan dalam rigor mortis (Suwetja, 2011).
Metabolism karbohidrat (glikolisis) terdiri dari fase anaerob dan aerob.
Pada reaksis ini dengan atau tanpa oksigen tetap sama, kecuali dalam hal
derajat reaksi dan produksi jika pasokan oksigen berkurang, reaksi terhadap
NaDH (Nikotinamid Adenin Dinokleoitida Hidrogen) yang terbentuk dari NAD+
(Nukleotinamid Adenin Dinokleoitida) saat glikolisis akan terganggu. Dalam
keadaan ini, NADH direoksidasi melalui perangkaian dengan proses reduksi
piruvat menjadi asam laktat, dan NAD+ yang terbentuk memungkinkan adanya
glikolisis lebih lanjut (Najoan, 2007).
2.3 metode analisa glikolisis
Glikolisis adalah untuk mengkonversi glukosa menjadi piruvat. Pada
proses glikolisis 1, gugus molekul glukosa yang memiliki 6 atom karbo pada
rantainya (CHO) akan terpecah menjadi 2 molekul piruvat dengan 3 atom karbon
(Irawan, 2007).
Terdapat 2 metode utama yang telah digunakan untuk mengukur glukosa.
Merode lama adalah metodologi kimiawi yang memanfaatkan sifat mereduksi
dan metode ke-2 yaitu metode enzimatik (Sacher, 2002).
Metabolism karbohidrat (glikolisis) terdiri dari fase anaerob dan aerob.
Pada reaksis ini dengan atau tanpa oksigen tetap sama, kecuali dalam hal
derajat reaksi dan produk akhir (Najoan, 2007).
Dalam suatu reaksi dengan indicator yang memperoleh perubahan warna
bila tereduksi yang kedua metode enzimatik (yang lebih spesifik untuk glukosa)
(Sacher, 2002).
2.4 glikolisis pada fase – fase kemunduran mutu ikan
Menurut winarno (2004), perubahan kondisi ikan sejak mati sampai busuk
dapat diklasifikasikan menjadi 3 tahap yaitu : pre rigor, rigor mortis dan post rigor.
Pada tahap pre rigor ini perubahan biokimia terjadi sebelum ikan menjadi
kaku. Saat ini yang paling banyak mengalami perubahan adalah perombakan
ATP dan keratin fosfat yang menghasilkan energy. Glikogen dan glukosa dalam
daging kuga akan mengalami penguraian menjadi asam laktat dan menghasilkan
ATP. Hal t=ini menyebabkan daging menjadi asam sehingga aktivita enzim ATP
ase dan keratin fosfokinase meningkat (Suwetdja, 2011).
Pada tahap pos rigor ini daging ikan akan kembali menjadi lunak secara
perlahan sampai mencapai tingkat optimal derajat penerimaan konsumen.
Keadaan ini hasil kerja enzim dalam tubuh ikan dan prosesnya dinamakan
autolysis (Suwetdja, 2011).
Ikan yang menggelepas sebelum mati akan kehilanagn banyak glikogen
sehingga glikolisis berlangsung dalam waktu singkat dan fase rigor mortis lebih
cepat terjadi. Ikan yang memiliki cadangan energy yang sedikit akan
menyebabkan fase rigor mortis cepat berakhir ketika ATP habis terurai.
Kandungan asam laktat yang tinggi akibat kondisi tersebut sebelum mati akan
menyebabkan pH daging cepat menurun sehingga enzil katepsin aktif. Enzim ini
akan menguraikan daging ikan menjadi senyawa yang lebih sederhana (Ilyas,1
983 dan Robb, 2002 dalam Nurjanah, 2009).
3. METODOLOGI
3.1 Alat dan fungsi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum teknologi dan fisiologi pasca
panen adalah sebagai berikut :
1. Nampan : Sebagai wadah alat dan bahan
2. Pisau : Untuk memotong daging ikan
3. Telenan : Sebagai tumpuan saat memotong
4. Beaker glass : Sebagai wadah sampel ikan
5. Penggaris : Mengukur tebal dan panjang ikan
6. Timbangan Analitik : Untuk menimbang daging dengan ketelitian
0,0001
7. Spatula : Untuk menghomogenkan sampel
8. Washing bottle : Sebagai wadah aquadest
9. Labu erlenmeyer : Sebagai wadah larutan
10. Pendingin balik : Untuk mereaksikan karbohidrat di sampel dengan
larutan es
11. Stopwatch : Menghitung waktu
12. Mortar : Sebagai wadah untuk menghaluskan daging ikan
13. Alu : Untuk membantu menghaluskan daging ikan
3.2 Bahan dan fungsi
Adapun bahan-bahan yanmg digunakan dalam praktikum teknologi
fisiologi pasca panen materi glikolisis adalah sebagai berikut :
1. Ikan mas : Sebagai sampel
2. Kertas saring : Untuk menyaring filtrasi
3. Plastik : Alas untuk menimbang daging ikan
4. Aquades : Sebagai pelarut
5. Luff Schroll 25 ml : Sebagai larutan faktor pengenceran
6. 3 butir batu didih : Untuk mempercepat proses pendidihan
7. KI 20% 15 ml : Sebagai larutan pada faktor pengenceran
8. H2SO4 26,5% 25 ml : Untuk melarutkan logam-logam pada biji fluida
9. Na2S2O4 : Sebagai larutan faktor pengenceran
10. Amilum 2-3 tetes : Sebagai indikator perubah warna
11. Air : Untuk membersihkan alat-alat yang telah dipakai
12. Alkohol : Untuk membersihkan dan mensterilkan alat-alat
13. Tissue : Untuk mengeringkan alat
14. Sabun cair : Untuk mencuci alat yang telah dipakai
15. Kertas label : Untuk menandai sampel
3.3 Skema kerja
Sampel (Pre rigor, rigor, post) Larutan Blanko
Dihaluskan 5 gram 25 ml larutan luff schroll
Dimasukan ke beaker glass
Ditambah aquadest 10 ml
Dihomogenkan
Disaring (filtrat)
Diambil 5 ml
Ditambah larutan luff schrool 25 ml
Ditambah 3 butir batu didih
Dimasukkan dalam erlenmaeyer 500 ml
Dihubungkan dengan pendingin balik dan didinginkan (5 menit)
Ditambah 15 ml KI 20%
Ditambah 25 ml H2SO4 26,5 %
Dititrasi dengan larutan Na2S2O3
Ditambahkan indikator amilum 2-3 tetes saat titrasi hampir berakhir
Dihitung kadar sukrosa dalam sampel
Hasil
AT = (ml blanko – ml titrasi) x NT hio0,1
Kadar Glukolisis = Nilai AT X FP X 100%
Berat sampel
4. PEMBAHASAN
4. 1 Data tabel pengamatan
4.1.1 Tabel pengamatan glikolisis ikan nila
4.1.2 Tabel pengamatan glikolisis ikan mas
4.3 Analisa Prosedur
Berdasarkan praktikum teknologi dan fisiologi pasca panen dengan materi
glikolisis, langkah pertama adalah menyiapkan alat dan bahan. Alat-alat yang
digunakan adalah nampan sebagai wadah alat dan bahan, pisau untuk mengiris
daging ikan mas, telenan sebagai alas saat mengiris daging ikan, lap untuk
mengmbil ikan, beaker glass sebagai tempat untuk menghomogenkan larutan,
mortar dan alu untuk menghaluskan daging, spatula untuk menghomogenkan
larutan, batu didih untuk mempercepat pemanasan dan mencegah letupan,
pendingin balik untuk mereaksikan karbohidrat disampel dengan larutan luff
schrool. Sedangkan bahan-bahan yang dibutuhkan adalah aquades untuk
melarutkan daging ikan yang dihaluskan, tisuue untuk membersihkan alat yang
telah di pakai, kertas label untuk menandai sampel dan air untuk membersihkan
alat.
Setelah menyiapkan alat dan bahan, kemudian disiapkan sampel (pre
rigor, rigor mortis dan post rigor). Kemudian sampel dihaluskan dan ditimbang
sebanyak 5 gr. Selanjutnya sampel dimasukkan kedalaam beaker glass dan
ditambahakan aquades sebanyak 10 ml. Setelah itu dihomogenkan dengan
menggunakan spatula lalu disaring dan diambil filtratnya. Sampel yang sudah
Fase Berat Sampel (ml) Titrasi (ml) Blanko N ThioFaktor Pengenceran
Nilai A.T Kadar Glukosa
Pre rigor 5 gr 16,9 22,5 0,1 4 19,52 1,10%Rigor mortis 5 gr 19,1 22,5 0,1 4 10,08 0,66%Post rigor 5 gr 19,9 22,5 0,1 4 7,68 0,86%
Fase Berat Sampel (ml) Titrasi (ml) Blanko N ThioFaktor Pengenceran
Nilai A.T Kadar Glukosa
Pre rigor 5 gr 17,5 22,5 0,1 4 5 0,98%Rigor mortis 5 gr 18,2 22,5 0,1 4 4,3 0,84%Post rigor 5 gr 25 22,5 0,1 4 -2,5 -
diambil filtratnya, diambil sebanyak 5 ml dengan pipet sereologis, kemudian
ditambahkan 25 ml larutan buffer luff schrool. Selanjutnya larutan tersebut
ditambahkan 3 butir batu didih dan dimasukkan ke erlenmeyer (500 ml),
kemudian dihubungkan dengan pendingin balik dan didihkan selama 5 menit.
Lalu dihomogenkan dengan tepat dan ditambah dengan larutan KI 20%.
Kemudian ditambah 25 ml larutan H2SO4 26,5% dan dititrasi dengan larutan
Na2S2O3. Setelah itu ditambah dengan indikator amilum 2-3 tetes saat titrasi
hampir berakhir, kemudian dihitung kadar sukrosa dalam sempel, kemudian
didapatkan hasil.
4.4 Analisa Hasil
Berdasarkan praktikum teknologi dan fisiologi pasca panen tentang
glikolisis dapat diambil hasil sebagai berikut. Pada ikan nila fase pre rigor, berat
sampel 5 gr, ml titrasi 17,5 dan ml blanko 22,5, N Thio 0,1 dengan 4 faktor
pengamatan diperoleh nilai AT sebesar 5, maka kadar glukosa sebesar 0,98%.
Ketika rigormortis berat sampel 5 gr, ml titrasi 18,2 dan ml blanko 22,5, N Thio oil
dengan 4 faktor pengamatan maka diperoleh nilai AT 4,3 dan kadar glukosa
sebesar 0,84%. Saat post rigor berat sampel 5 gr, ml titrasi 25, larutanblanko
22,5 ml, N thio 0,1 dan dengan 4 faktor pengamatan, diperoleh nilai AT – 2,5 dan
kadar glukosa tidak ada.
Sedangkan pada ikan mas, ketika dalam fase pre rigor memiliki berat
sampel 5 gr, larutan titrasi 16,9 ml dan larutan blanko 22,5 ml, N Thio oil sebesar
0,1 dan 4 faktor pengenceran didapat nilai AT (Angka Tabel) 5,6 dan kadar
glukosa yaitu 1,1%. Ketika fase rigor mortis dengan berat sampel 5 gr, ml titrasi
19,1, ml blanko 22,5 dan N Thio 0,1, faktor pengenceran 4 diperoleh nilai AT 3,4
dan kadar glukosa sebesar 0,66%, Pada saat post rigor, berat sampel 5 gr, ml
titrasi 19,9, ml blanko 22,5, N Thio 0,1 dan 4 faktor pengenceran diperoleh hasil
nilai AT 2,6 dan kadar glukosa sebesar 0,80%.
Kadar glikogen pada tubuh ikan sekitar 0,6%. Glikogen berperan pada
saat ikan membutuhkan banyak energi, misalnya pada waktu berupaya akan
berenang jauh untuk keperluan, antara lain mencari makan, berpijah, mencari
lingkungan hidup yang sesuai dan pada waktu melawan mati. Beberapa saat
setelah ikan mati, energi ini juga diperlukan pada proses rigormortis (Suwedja,
2011)
Penutup
5.1 kesimpulan
Dalam praktikum teknologi fisiologi pasca panen tentang glikolisis dapat
disimpulkan:
glikolisis merupakan lintasan utama pemakaian glukosa terjadi dalam
sitosol dalam sel untuk menghasilkan energy(ATP).
Apabila glikolisis terjadi dalam anaerob maka akan menghasilkan 2 atp
dan 2 molekul asam laktat
Uji glikolisis bertujuan untuk mengetahui pemecahan glikogen yang terjadi
pada tubuh ikan dengan metode luff school serta mengetahui hubungan
pemecahan glikogen dengan kemunduran mutu ikan.
Perhitungan kadar glukosa dapat dicari dengan cara:
Angka table : (mL) blanko – (mL) titrasi x N. Thio / 0,1
Kadar glukosa : nilai angka table x factor pengenceran x 100% / berat
sampel (mL).
Kadar glukosa tertinggi terdapat pada ikan mas fase pre rigor yaitu 1,1%
dan terendah pada ikan nila fase post rigor yaitu 0%.
Factor pengenceran pada glikolisis diantaranya luff schrool, H2SO4, KI
dan N2H2S.
5.2 saran
Pada praktikum ini diharapkan penambahan alat praktikum sehingga dapat
mempermudah kerja praktikan. Selain itu, praktikan diharapkan lebih berhati-hati
dalam menggunkan alat praktikum.
Daftar pustaka
Google Image.2012.Gambar Ikan Nila Dan Ikan Mas.
http://gambar.google.com
Gunawan.1988.Analisis Pola Musim Penangkapan Dan Tingkat
Pemanfaatan Ikan Teri Di Kabupaten Tuban, Jawa
Timur(Skripsi).IPB:Bogor.
Guyten.1986.Anatomi Dan Fisiologi Ternak.Gadjah Mada
Press:Yogyakarta.
Ihsan, A.2006.kemampuan anaerobic dan aerobic siswa SMA di Sulawesi
selatan.jurnal iptek olahraga.vol 8 no 2 112-125
Irawan.2007.kajiian daya efek hambatan kitosan terhadap kemunduran
mutu ikan finlet ikan patin(pangasius hipothalmus) pada penyimpanan
suhu ruang. Bulletin teknologi hasil perikanan.ipb:bogor.
Khelda.2012.gizi seimbang sebagai pengganti 4 sehat 5 sempurna.
www.hilderweb.blogspot.com diakses 2 april 2012.
Najoan, nan warow.2007.korelasi kadar asam laktat dengan pH darah
arteri tali pusat sebagai prediksi luaran neonatal dini.artikel penelitian vol
6 no 2.
Nurjanah.2009.quality changes of tilapia fish (O. niloticus) by killing
techniques and gutting during low storage temperature. Jurnal
pengolahan hasil perikanan Indonesia. Vol12 no 2.
Sacher, r.a mcpherson.alih bahasa pendit bu wulandari.tinjauan klinis
hasil pemeriksaan laboratorium. Edisi II penerbit buku
kedokteran(EGC):jakarta.
Samsul, bahri, Tommy apriyanto, joseph f sigit, sulyana herma.2007.
pengaruh suplemen terhadap kadar asam laktat darah.jurnal iptek
olaharaga. Vol 9 no 2.
Santoso, budi.1992.petunjuk praktis budidaya ikan
mas.kanisius:Yogyakarta.
Suwedja.2011.biokimia hasil perikanan.media prima aksara:Jakarta.
Tim lentera.2006.mencegah mas koki mudah mati.agromedia:Jakarta.
Winarno, f.g.2004.kimia pangan dan gizi.pt gramedia pustaka
utama:Jakarta.
Kalium iodide
Air sangat bermanfat untuk tubuh kita. Perlu kita ketahui bahwa tubuh
manusia mengandung 60-70% air. Kalium iodat (KC2O3) merupakan salah
satu zat yang harus ada pada garam iodium. Kalium iodat juga terdapat
dalam air
Iodium adlah bahan yang penting unuk sintesa hormone tiroid. Iodium
yang dimakan diubah menjadi iodide dan diabsorpsi. Adapun iodium asupan
yang dapat memperhatikan fungsi tiroid normal adalah 150 mikrogram. Organ
utama yang mengambil iodium adalah kalenjar tiroid yang kira-kira 33%,
sedangkan 67% dikeluarkan melalui urin dan feses (Santosa, 1994 dalam
Manalu, 2007).
Luff schrool
Pada metode luff schrool terdapat 2 cara pengukuran yaitu:
1. Penentuan Cu tereduksi dengan I2
2. Menggunakan prosedur lay-egnon
Metode luff schoorl mempunyai kelemahan terutama disebabkan komposisi
konstan (Sheba, 2009).
Menurut Sheba (2009) pengukuran karbohidrat yang merupakan gula
pereduksi dengan metode ini didasarkan pada reaksi:
R-CHO+2CU2+R-COOH+CU2O
2CU2++4I- CU2I2+ I2
2S2O32-+I2S4O2-
6+2I
Na2S2O3
Menurut Wismono (2004) Gula invert dalam contoh direaksikan dengan
larutan luff school berlebihan dititrasi dengan larutan baku Na Thiosulfat. Kadar
gula invert dalam contoh dihitung menggunakan daftar. Kadar sukrosa dihitung
dari selisih kadar gula setelah inverse dan setelah inverse. Reaksi Na2s2o3 dan
I2=
2 Na2S2O3+I2 Na2S4O6+2NaI
Amilum
Adalah karbohidrat complex yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk
putih, twar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh
tumbuhan untuk menyumpan kelebihan glukosa dalam jangka panjang. Hewan
dan manusia juga menjadikan pati untuk sumber energy yang penting.
Pati tersusun oleh 2 macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin dalam
komposisi yang berbeda. Amilosa memberikan sifat keras sedangkan amilopektin
penyebab sifat lengket. Amilosa memberikan warna ungu pekat pada tes iodine
sedangkan amilopektin tidak bereaksi.
Asam sulfat
Asam sulfat, H2SO4, merupakan asam mineral anorganik yang kuat. Zat
ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak
kegunaan dan merupakan salah satu produk utama industry kimia.
Asam sulfat terbentuk secara alami melalui oksidasi mineral sulfide,
misalnya besi fluida. Air yang dihasilkan dari oksidasi ini sangat asam dan
disebut sebagai air asam tambang. Air asam ini mampu melarutkan logam yang
ada pada bijih sulfide, yang akan menghasilkan uap cerah beracun.
Asam klorida
Dalam larutan kimia, larutan Asam klorida atau dikenal HCl dalam air
adalah cairan kimia yang sangat korosif dan berbau menyengat. HCl termasuk
bahan kimia berbahaya atau B3.
Dalam tubuh kita, HCl diproduksi dalam lambung dan secara alami
membantu menghancurkan bahan makanan yang masuk ke usus. Sedangkan
dalam perindustrian, HCl diproduksi dengan konsentrasi 38% (Luin, 2010).
Perhitungan
Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
a. Pre rigor
AT=(mlblanko−ml titrasi ) X NThio0,1
¿ (22,5−17,5 ) X 0,10,1
¿ (22,5−17,5 )
¿5
Kadar glikolisis= Nilai AT X FPX 100%Berat sampel
¿ 12,2X 4 X 100%5000
¿ 48,880
=0,98%
b. Rigor mortis
AT=(mlblanko−ml titrasi ) X NThio0,1
¿ (22,5−18,2 )X 0,10,1
¿ (22,5−18,2 )
¿4,3
Kadar glikolisis= Nilai AT X FPX 100%Berat sampel
¿ 10,45 X 4 X 100%5000
¿ 41,880
=0,84 %
Menghitung AT:
4,3→ 3→7,24→9,7
0,3=(0,3 X (9,7−7,2 ) )¿0,3 X 2,5
¿0,75
AT 4,3=0,75+AT 4
¿0,75+9,7=10,45
c. Post rigor
AT=(mlblanko−ml titrasi ) X NThio0,1
¿ (22,5−25 ) X 0,10,1
¿ (22,5−25 )
¿−2,5
Ikan mas (Cyprinus carpio)
a. Pre rigor
AT=(mlblanko−ml titrasi ) X NThio0,1
¿ (22,5−16,9 ) X 0,10,1
¿ (22,5−16,9 )
¿5,6
5,6→ 5→12,26→14,7
0,6=(0,6 X (14,7−12,2 ) )¿0,6 X 2,5
¿1,5
AT 5,6=1,5+AT 5
¿1,5+12,7=13,7
Kadar glikolisis= Nilai AT X FPX 100%Berat sampel
¿ 13,7 X 4 X 100%5000
¿ 54,850
=1,1%
b. Rigor mortis
AT=(mlblanko−ml titrasi ) X NThio0,1
¿ (22,5−19,1 )X 0,10,1
¿ (22,5−19,1 )
¿3,4
3,4→ 3→7,24→9,7
0,4=(0,4 X (9,7−7,2 ) )¿0,4 X2,5
¿1
AT 3,4=1+AT 3
¿1+7,2= 8,2
Kadar glikolisis= Nilai AT X FPX 100%Berat sampel
¿ 8,2X 4 X 100%5000
¿ 32,850
=0,66%
c. Post rigor
AT=(mlblanko−ml titrasi ) X NThio0,1
¿ (22,5−19,9 ) X 0,10,1
¿ (22,5−19,9 )
¿2,6
2,6→ 2→12,26→14,7
0,6=(0,6 X (14,7−4,8 ) )¿0,6 X 9,9
¿5,94
AT 2,6=5,94+AT 2
¿5,94+4,8= 10,74
Kadar glikolisis= Nilai AT X FPX 100%Berat sampel
¿ 10,74 X 4 X100%5000
¿ 42,9650
=0,86 %