33
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakter mycobacteri tuberculosis yang merupakan Bakteri Tahan Asam (BTA). Penyakit TB pada umumnya menyerang organ paru, sehingga disebut TB Paru, namun, kuman ini juga dapat menyerang organ vital lainnya seperti tulang. Menurut WHO (2009) pada tahun 2008 diperkirakan kasus TB sekitar 9.6 juta sampai 13.3 juta kasus diseluruh dunia. Yang mana setiap tahunnya insiden TB paru mencapai 583.000 kasus dengan kematian sekitar 140.000 kasus. Penularan penyakit tuberculosis dapat melalui percikan batuk yang berbentuk dorman, kuman tuberculosis dapat hidup pada semua umur, dan kuman tersebut dapat tinggal didalam paru manusia bertahun-tahun, dan adanya imunitas tubuh akan membantu kekebalan tubuh dalam melawan kuman penyakit tuberculosis. Penularan penyakit bergantung dengan daya tahun tubuh manusia, beberapa masalah adalah karena hidup lama serumah dengan penderita pada lingkungan yang padat dan kotor. (WHO, 2004). Menurut Achmadi (2008) Determinan penyakit TB Paru adalah kependudukan dan faktor lingkungan. kependudukan meliputi jenis kelamin, umur, status gizi, kondisi sosial ekonomi. Sedangkan faktor lingkungan meliputi kepadatan, lantai rumah, ventilasi, pencahayaan, dan kelembaban. Penyakit tuberkulosis paru yang terjadi pada orang dewasa sebagian besar terjadi pada orang-orang yang 1

materi TB KLP 5

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tuberculosis

Citation preview

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangTuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakter mycobacteri tuberculosis yang merupakan Bakteri Tahan Asam (BTA). Penyakit TB pada umumnya menyerang organ paru, sehingga disebut TB Paru, namun, kuman ini juga dapat menyerang organ vital lainnya seperti tulang. Menurut WHO (2009) pada tahun 2008 diperkirakan kasus TB sekitar 9.6 juta sampai 13.3 juta kasus diseluruh dunia. Yang mana setiap tahunnya insiden TB paru mencapai 583.000 kasus dengan kematian sekitar 140.000 kasus. Penularan penyakit tuberculosis dapat melalui percikan batuk yang berbentuk dorman, kuman tuberculosis dapat hidup pada semua umur, dan kuman tersebut dapat tinggal didalam paru manusia bertahun-tahun, dan adanya imunitas tubuh akan membantu kekebalan tubuh dalam melawan kuman penyakit tuberculosis. Penularan penyakit bergantung dengan daya tahun tubuh manusia, beberapa masalah adalah karena hidup lama serumah dengan penderita pada lingkungan yang padat dan kotor. (WHO, 2004).Menurut Achmadi (2008) Determinan penyakit TB Paru adalah kependudukan dan faktor lingkungan. kependudukan meliputi jenis kelamin, umur, status gizi, kondisi sosial ekonomi. Sedangkan faktor lingkungan meliputi kepadatan, lantai rumah, ventilasi, pencahayaan, dan kelembaban.Penyakit tuberkulosis paru yang terjadi pada orang dewasa sebagian besar terjadi pada orang-orang yang mendapatkan infeksi primer pada waktu kecil yang tidak ditangani dengan baik. Beberapa faktor yang erat hubungannya dengan terjadinya infeksi basil tuberkulosis adalah adanya sumber penularan, tingkat paparan, virulensi, daya tahan tubuh yang erat kaitannya dengan faktor genetik, faktor faali, jenis kelamin, usia, status gizi, perumahan dan jenis pekerjaan. (Amir dan Assegaf, 1989)Penelitian pada tahun 2006 di Kabupaten Banyumas menyimpulkan bahwa ada asosiasi antara tuberkulosis paru dengan pencahayaan, kepadatan hunian rumah, ventilasi, keberadaan jendela ruang tidur, jenis lantai, pembagian ruang tidur, jenis dinding, kelembaban luar rumah, suhu luar rumah, kontak penderita dan status gizi. (Subagyo, 2007)Tuberculosis menyerang penduduk yang tinggal dilokasi padat huni dan kotor dengan lingkungan yang tidak sehat, sehingga penyakit yang berhubungan dengan lingkungan seperti Tuberculosis semakin bertambah banyak. B. Tujuan 1. Tujuan UmumMengetahui gambaran faktor risiko terhadap dengan kejadian TB Paru.

2. Tujuan Khususa) Mengetahui hubungan antara lingkungan fisik dengan kejadian TB parub) Mengetahui hubungan antara lingkungan kimia dengan kejadian TB paruc) Mengetahui hubungan antara lingkungan biologi dengan kejadian TB parud) Mengetahui hubungan antara sosial ekonomi dengan kejadian TB paru

BAB IITINJAUAN TEORIA. Definisi TB ParuTuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis), yang menyerang terutama paru dan disebut juga tuberkulosis paru. Bila menyerang organ selain paru (kelenjar limfe, kulit, otak,tulang, usus, ginjal) disebut tuberkulosis ekstra paru.Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang, berukuran panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-0,6 mikron, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman tuberkulosis cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh, kuman ini dapat dormant atau tertidur lama dalam beberapa tahun (Depkes RI, 2002).

B. Mekanisme PenularanSumber penularan adalah penderita TB Paru BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan, kuman TB Paru tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB Paru ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita Tuberkulosis paru adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantarannya gizi buruk atau HIV/AIDS.

3. Gejala TB Parua. Gejala utama: batuk terus menerus dan berdahak selama tiga minggu atau lebih.b. Gejala tambahan:1) Dahak bercampur darah2) Batuk darah3) Sesak nafas dan rasa nyeri dada4) Badan lemah dan nafsu makan menurun5) Malaise atau rasa kurang enak badan6) Berat badan menurun7) Berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan8) Demam meriang lebih dari satu bulan

4. Diagnosis TB ParuDiagnosis tuberkulosis paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA Positif pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga spesimen hasilnya positif. Bila hanya satu spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan dahak Sewaktu, Pagi, Sewaktu (SPS) diulang :a. Kalau hasil rontgen mendukung tuberkulosis paru, maka penderita di diagnosis sebagai penderita tuberkulosis paru BTA Positif.b. Kalau hasil rontgen tidak mendukung tuberkulosis paru, maka pemeriksaan dahak ulangi dengan SPS lagi.Apabila fasilitas memungkinkan maka dapat dilakukan pemeriksaan biakan. Bila tiga spesimen dahak hasilnya negatif, diberikan antibiotik spektrum luas (misal : kotrimoksasol atau amoksisillin) selama 1 2 minggu, bila tidak ada perubahan, namun gejala klinis tetap mencurigakan tuberkulosis paru, ulangi pemeriksaan dahak SPS.a. Kalau hasil SPS positif, maka didiagnosis sebagai penderita tuberkulosis paru BTA positif.b. Kalau hasil SPS tetap negatif, dilakukan pemeriksaan foto rontgen dada, untuk mendukung diagnosis tuberkulosis paru.1) Bila hasil rontgen mendukung tuberkulosis paru, di diagnosis sebagai penderita tuberkulosis paru BTA negatif rontgen positif2) Bila hasil rontgen tidak mendukung tuberkulosis paru, penderita tersebut bukan tuberkulosis paru.

5. Faktor yang Mempengaruhi TB ParuTeori John Gordon, mengemukakan bahwa timbulnya suatu penyakit sangat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu bibit penyakit (agent), penjamu (host), dan lingkungan (environment). Ketiga faktor penting ini disebut segi tiga epidemiologi (Epidemiologi Triangle), hubungan ketiga faktor tersebut digambarkan secara sederhana sebagai timbangan yaitu agent penyebab penyakit pada satu sisi dan penjamu pada sisi yang lain dengan lingkungan sebagai penumpunya.a. Agen Penyebab yang esensial yang harus ada, apabila penyakit timbul atau manifest, tetapi agent sendiri tidak mencukupi syarat untuk menimbulkan penyakit. Agent memerlukan dukungan faktor penentu agar penyakit dapat manifestasi. Agent yang mempengaruhi penularan penyakit tuberkulosis adalah kuman Mycobacterium tuberculosis. Agent ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pathogenitas, infektifitas dan virulensi.Pathogenitas adalah daya suatu mikroorganisme untuk menimbulkan penyakit pada host. Pathogenitas kuman tuberkulosis paru termasuk pada tingkat rendah. Infektifitas adalah kemampuan mikroba untuk masuk ke dalam tubuh host dan berkembangbiak di dalmnya. Berdasarkan sumber yang sama infektifitas kuman tuberkulosis paru termasuk pada tingkat menengah. Virulensi adalah keganasan suatu mikroba bagi host. Berdasarkan sumber yang sama virulensi kuman tuberkulosis termasuk tingkat tinggi. b. HostHost atau pejamu adalah manusia atau hewan hidup, termasuk burung dan arthropoda yang dapat memberikan tempat tinggal dalam kondisi alam (lawan dari percobaan).Host untuk kuman tuberkulosis paru adalah manusia dan hewan, tetapi host yang dimaksud dalam penelitian ini adalah manusia. Beberapa faktor host yang mempengaruhi penularan penyakit tuberkulosis paru adalah :1) Jenis KelaminDi benua Afrika banyak tuberkulosis terutama menyerang laki-laki. Pada tahun 1996 jumlah penderita tuberkulosis paru laki-laki hampir dua kali lipat dibandingkan jumlah penderita tuberkulosis paru pada wanita, yaitu 42,34% pada laki-laki dan 28,9 % pada wanita. Antara tahun 1985-1987 penderita tuberkulosis paru laki-laki cenderung meningkat sebanyak 2,5%, sedangkan penderita tuberkulosis paru pada wanita menurun 0,7%. tuberkulosis paru Iebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita karena laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok sehingga memudahkan terjangkitnya tuberkulosis paru dimana Kebiasaan merokok meningkatkan resiko untuk terkena TB paru sebanyak 2,2 kali.2) Umur Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di New York pada Panti penampungan orang-orang gelandangan menunjukkan bahwa kemungkinan mendapat infeksi tuberkulosis aktif meningkat secara bermakna sesuai dengan umur. Insiden tertinggi tuberkulosis paru biasanya mengenai usia dewasa muda. Di Indonesia diperkirakan 75% penderita TB Paru adalah kelompok usia produktif yaitu 15-50 tahun.3) Status GiziUmumnya penderita tuberkulosis paru dalam keadaan malnutrisi dengan berat badan sekitar 30-50 kg atau indeks masa tubuh kurang dari 18,5 pada orang dewasa. Sementara berat badan yang lebih kecil 85% dari berat badan ideal kemungkinan mendapat tuberkulosis paru adalah 14 kali lebih besar dibandingkan dengan berat badan normal. Ini yang menjadi pemikiran bahwa malnutrisi atau penurunan berat badan telah menjadi faktor utama peningkatan resiko tuberkulosis menjadi aktif. Pola makan orang Indonesia yang hampir 70% karbohidrat dan hanya 10% protein yang pada penyakit kronis selalu disertai dengan tidak selera makan, tidak mau makan, tidak bisa makan atau tidak mampu membeli makanan yang mempunyai kandungan gizi baik (kurang protein), sehingga penderita ini mempunyai status gizi yang buruk.4) Penyakit penyertaPenyakit penyerta seperti Diabetes Mellitus (DM) dan infeksi HIV merupakan salah satu faktor risiko yang tidak berketergantungan untuk berkembangnya infeksi saluran napas bagian bawah. Prevalensi tuberkulosis paru pada DM meningkat 20 kali dibanding non DM dan aktivitas kuman tuberkulosis meningkat 3 kali pada DM berat dibanding DM ringan. Penderita tuberkulosis menular (dengan sputum BTA positif) yang juga mengidap HIV merupakan penularan kuman tuberkulosis tertinggi. tuberkulosis diketahui merupakan infeksi oportunistik yang paling sering ditemukan pada pasien dengan reaksi seropositif. Apabila seseorang dengan seropositif tertular kuman ini maka karena kekebalannya rendah, besar sekali kemungkinannya akan langsung menderita tuberkulosis. Hal ini berbeda sekali dengan orang normal atau mereka dengan seronegatif, karena kuman ini yang masuk akan dihambat oleh reaksi imunitas yang ada dalam tubuhnya. Disamping itu penyakit tuberkulosis pada mereka dengan seropositif cepat berkembang kearah perburukan. (Kepmen PU no 20/KPRS/1986)

3. Lingkungana. Lingkungan Fisik1) Kepadatan Hunian dan Kondisi Rumah Kepadatan penghuni merupakan suatu proses penularan penyakit. Semakin padat maka perpindahan penyakit semakin cepat, khususnya penyakit menular melalui udara akan semakin mudah dan cepat, apalagi terdapat anggota keluarga yang menderita tuberkulosis dengan BTA positif. Kepadatan hunian ditempat tinggal penderita tuberkulosis paru paling banyak adalah tingkat kepadatan rendah. suhu didalam ruangan erat kaitannya dengan kepadatan hunian dan ventilasi rumah. Kondisi kepadatan hunian perumahan atau tempat tinggal lainnya seperti penginapan, panti-panti tempat penampungan akan besar pengaruhnya terhadap risiko penularan. Di daerah perkotaan (urban) yang lebih padat dari pada di pedesaan.Ventilasi cukup menjaga agar aliran udara di dalam rumah tetap segar, sehingga keseimbangan oksigen yang diperlukan oleh penghuni rumah tetap terjaga. Ventilasi yang baik juga menjaga dalam kelembaban (humidity) yang optimum. Kelembaban yang optimal (sehat) adalah sekitar 4070%. Kelembaban yang lebih Dari 70% akan berpengaruh terhadap kesehatan penghuni rumah. Kelembaban udara di dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban juga merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen (penyebab penyakit). Cahaya matahari cukup, tidak lebih dan tidak kurang, dimana cahaya matahari ini dapat diperoleh dari ventilasi maupun jendela/genting kaca. Suhu udara yang ideal dalam rumah antara 18 - 30C. Suhu optimal pertumbuhan bakteri sangat bervariasi, mycobacterium tuberculosis tumbuh optimal pada suhu 37C. Paparan sinar matahari selama 5 menit dapat membunuh mycobacterium tuberculosis. Bakteri tahan hidup pada tempat gelap, sehingga perkembangbiakan bakteri lebih banyak di rumah yang gelap. (Azwar, 2000).2) Lantai rumahSecara hipotetis jenis lantai tanah memiliki peran terhadap proses kejadian tuberkulosis, melalui kelembaban dalam ruangan, lantai tanah cenderung menimbulkan kelembaban dengan demikian viabilitas kuman tuberkulosis dilingkungan juga sangat mempengaruhi. 3) VentilasiVentilasi bermanfaat bagi sirkulasi pergantian udara dalam rumah serta mengurangi kelembaban. Luas ventilasi yang memenuhi syarat kesehatan adalah 10 % luas lantai rumah. Luas lantai