Materi Meili Swot

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

BAB I

I. P E N D A H U L U A N

A.Latar Belakang

Kesehatan adalah hak dasar setiap individu dan semua warga Negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang prima. Hal ini sejalan dengan pebangunan nasional adalah upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang dilaksanakan secara berkelanjutan dan berdasarkan dengan kemampuan yang ada baik sumber daya manusia maupun sumber daya yang lain yakni meliputi sarana dan prasarana serta sistem pelayanan kesehatan.

Permasalahan kesehatan yang berkembang dan menjadi isu strategis pada banyak Negara adalah perubahan iklim yang mempengaruhi perubahan pola penyakit termasuk penyebarannya. Dan semakin komplek seiring dengan perkembangan teknologi transportasi yang menyebabkan kecepatan waktu tempuh perjalanan antar Negara melebihi masa inkubasi penyakit. Kondisi ini memperbesar risiko masuk dan keluarnya penyakit menular (emerging infectious diseases) dan munculnya penyakit new-emerging infectious diseases dan re-emerging infectious diseases, ketika traveller memasuki pintu masuk Negara gejala klinis penyakit belum muncul. Selain penyakit menular penyakit tidak menularpun semakin meningkat seperti hipertensi, dibetes, dan lain-lain. Perkembangan masalah dan berbagai kecenderungan pembangunan kesehatan tergambar dalam rencana pembangunan kesehatan ke depan, serta realisasi pelaksanaan pembangunan kesehatan sebelumnya, semua tertuang dalam rencana strategis pembangunan kesehatan. Dengan ditetapkan Visi Pembangunan Kesehatan yang diharapkan lebih realitis untuk pencapaiannya yaitu Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan, dengan Misi, meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani, melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan, menjamin sumber daya kesehatan, menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik dan berkeadilan.Pada rancangan RPJM bidang kesehatan tahun 2010 2014, Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan mempunyai sasaran menurunnya angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit. Program PP&PL dengan kegiatan prioritas adalah Pembinaan Surveilens Epidemiologi, Imunisasi, Kesehatan Matra, Karantina Kesehatan & Kesehatan Haji, Kegiatan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Kegiatan Pencegahan Penyakit dan Faktor Risiko (Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang), Kegiatan Penyehatan Lingkungan dan Kegiatan Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Pelabuhan, bandara, dan lintas batas darat merupakan tempat kedudukan Kantor Kesehatan Pelabuhan, adalah kawasan tersendiri yang memiliki karakteristik specific sebagai kawasan terbatas (ring bewaking), pintu masuk lalu lintas orang / barang (show windows) dan first contact bagi para pengunjung ke wilayah / Negara, tempat kegiatan ekonomi, industry dan naik turun penumpang, serta tempat kapal, pesawat bersandar/berlabuh. Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) yang Organisasi dan Tata kerjanya ditetapkan berdasarkan Permenkes RI No. 356/Menkes/ Per/IV/2008, merupakan Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kesehatan yang berada dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pengendalaian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, mempunyai tugas melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit, penyakit potensial wabah, Surveilens Epidemiologi, kekarantinaan, pengendalian dampak kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan, pengawasan OMKABA, serta pengamanan terhadap penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali, bioterorisme, unsure biologi, kimia dan pengawasan radiasi di wilayah bandara, pelabuhan dan pos lintas batas darat Negara. Tugas dan Fungsi KKP esensinya adalah melakukan cegah tangkal penyakit di pelabuhan baik pada orang, lingkungan pelabuhan dan alat angkut serta muatannya. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya diperkuat dengan dasar hukum yang lain seperti, UU No. 1 /1962, tentang Karantina Laut, UU No. 4 /1984, tentang Wabah Penyakit Menular, UU No. 36/2009, tentang Kesehatan dan International Health Regulation 2005. Sejalan dengan karakteristik pelabuhan, serta globalisasi penyakit menular, maka KKP kelas 1 Denpasar, Bali dalam menjalankan TUPOKSI di pintu masuk /gerbang Negara mengacu pada satu program yaitu Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, dengan indikator kinerja tahun 2010 s/d 2014 adalah terkendalinya seluruh kondisi potensial untuk melakukan cegah tangkal penyakit di pelabuhan, bandara dan pos lintas batas darat Negara. Strategi untuk mencapai sasaran serta tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka Rencana Aksi Program (RAP) dan Rencana Aksi Kegiatan (RAK) program PP&PL di pintu masuk/gerbang Negara untuk KKP kelas 1 Denpasar, Bali, dilaksanakan sesuai skala prioritas. Strategi yang dilakukan adalah, meningkatkan upaya kekarantinaan, mengefektifkan surveilens epidemiologi, meningkatkan upaya sanitasi dan dampak risiko lingkungan, meningkatkan upaya pemberantasan vektor dan binatang penular penyakit, meningkatkan upaya kesehatan dan lintas wilayah, meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, melengkapi sarana dan prasarana, meningkatkan koordinasi, kemitraan dan jejaring kerja, melaksanakan promosi kesehatan serta memperkuat instalasi. Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan untuk KKP Kelas 1 Denpasar, Bali, berupa dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya, disusun dalam RAP dan RAK untuk tahun 2010 2014.RAP dan RAK kegiatan upaya kesehatan lintas wilayah berupa, pencegahan dan pelayanan kesehatan, advokasi dan sosialisasi kerja, promosi dan sosialisasi penyakit tidak menular,penyakit menular, pengawasan persediaan obat/ P3K di kapal, pengawasan kesehatan ABK/ nahkoda, pengujian kesehatan penjamah makanan, pengembangan teknologi program pencegahan dan pelayanan kesehatan, screening / penemuan kasus penyakit tidak menular, penyakit menular, kesehatan matra dan lintas wilayah, pelayanan kesehatan terbatas, pelayanan rujukan & gawat darurat medic, pembinaan teknis poliklinik pelabuhan & wilayah kerja, pengembangan teknologi program kesehatan matra dan lintas wilayah, pengembangan jejaring kerja kemitraan, pengawasan kesehatan haji, pelatihan teknis bidang kesehatan, penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Denpasar Mempunyai lima wilayah kerja meliputi Pelabuhan Udara Ngurah Rai, Denpasar, Bali; Pelabuhan Laut Padang Bay, Benoa, Celukan Bawang dan Gilimanuk. Upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan terbatas, rujukan dan gawat darurat medik sejauh ini terus menerus dilakukan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas Denpasar, Bali melalui berbagai kegiatan di bidang pelayanan kesehatan namun hasil kinerja belum optimal terutama untuk pertolongan kedaruratan medik karena bahan dan alat untuk diagnosis masih belum memadai,standar operasional prosedur belum diterapkan dengan optimal oleh semua petugas, dan pengetahuan dan ketrampilan petugas kesehatan juga belum optimal. Di samping itu pemberian penghargaan kepada kepala wilker dan staf pelayanan kesehatan yang dinilai mampu memberikan pelayanan kesehatan terbaik kepada masyarakat juga menjadi salah satu cara yang dilakukan Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Denpasar, Bali untuk mendorong terciptanya pelayanan kesehatan masyarakat yang berkualitas di segala bidang layanan kesehatan terbatas, rujukan dan gawat darurat medic juga belum optimal. Meskipun demikian, sampai saat ini penilaian yang belum optimal akan kinerja pelayanan kesehatan di Kantor Kesehatan Pelabuhan yang sesuai harapan masyarakat masih belum terpenuhi. Di masa depan melalui bidang UK dan LW akan secara bertahap dilakukan pelayanan prima untuk memuaskan konsumen baik domestik maupun luar negri.Pada tahun 2011 Di KKP Kelas I Denpasar, Bali oleh Bidang Upaya Kesehatan dan Lintas wilyah KKP Kelas I Denpasar , Bali dengan menggali isu actual kemudian melakukan analisis ke aktualan, kekhalayakan, problematika, dan kelayakan akan mendapat beberapa isu yang dilakukan analisis untuk mendapat isu yang paling tinggi rankingnya dan kemudian dilakukan analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman , kemudian mendapatkan posisi organisasi dan memperoleh strategi organisasi dan diperoleh kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh Bidang Upaya Pelayanan Kesehatan dan Lintas Wilayah, Kantor kesehatan Pelabuhan Kelas I Denpasar, Bali untuk memberikan pelayanan pada masyarakat domestik dan luar negeri. B. ISU AKTUAL

Dari evaluasi kegiatan kantor kesehatan pelabuhan Kelas I Denpasar Bali masih ada beberapa kegiatan yang belum optimal pencapaian targetnya. Untuk optimallisasi pelayan kesehatan di KKP kelas I Denpasar, Bali perlu digali isu aktual.

Isu adalah masalah atau pokok persoalan yang dikedepankan, dikemukakan utuk ditanggapi oleh pihak-pihak terkait. Sedangkan aktual berarti masalah atau pokok persoalan yang benar terjdi atau akan terjadi dan sedang menjadi pembicaraan orang banyak. Dalam penyelesesaian kegiatan tersebut masih ada beberapa isu aktual yg harus dilakukan perbaikan untuk optimalisasi kinerja Kantor kesehatan Pelabuhan Denpasar, Bali khususnya Bidang Upaya Kesehatan Lintas Wilayah antara lain:1. Belum optimalnya pelayanan kesehatan terbatas, rujukan dan darurat medik

2. Belum optimalnya pemeriksaan ketersediaan obatobatan/peralatan P3K di kapal/pesawat udara/alat transportasi lainnya 3. Belum optimalnya pengujian kesehatan Nakhoda/pilot dan Anak Buah Kapal/Pesawat udara serta penjamah makanan 4. Belum optimalnya kajian dan perkembangan teknologi serta pelatihan teknis bidang upaya kesehatan dan lintas wilayah.5. Belum optimalnya pemeriksaan kesehatan haji, kesehatan kerja, kesehatan matra di wilayah kerja bandara, pelabuhan dan lintas batas Negara.

Selanjutnya dari ke lima isu aktual tersebut dilakukan pemilihan isu aktual yang memenuhi kriteria sebagai berikut:1. Aktual (A) yaitu isu yang sedang terjadi atau sedang dalam proses, sedang hangat dibicarakan di kalangan masyarakat. Sedangkan isu yang akan terjadi adalah isu yang diperkirakan akan terjadi dalam waktu dekat.2. Problematik (P) yaitu isu yang menyimpang dari harapan, estndar, ketentuan yang menimbulkan kegelisahan yang perlu segera dicari penyebab dan pemecahannya.3. Kekhalayakan (K) yaitu isu yang secara langsung menyangkut orang banyak/pelanggan dan bukan hanya untuk kepentingan seseorang tertentu saja4. Kelayakan (K) yaitu isu yang logis, pantas, realistis, dan dapat dibahas sesuai dengan tugas, hak,wewenang, dan tanggung jawab.Tabel 1.1Penetapan Kriteria IsuNo.Isu UmumTerjadiKekhaLayakan

ProblematikKalayakanTerpilih

1.

.

23.

4

.

5.Belum optimalnya pelayanan kesehatan terbatas, rujukan dan darurat medik

Belum optimalnya pemeriksaan ketersediaan obat-obatan/peralatan P3K di

kapal/pesawat udara/alat

transportasi lainnya.

Belum optimalnya pengujian kesehatan Nakhoda/pilot dan Anak Buah Kapal/Pesawat udara serta penjamah makanan.

Belum optimalnya kajian dan perkembangan teknologi serta pelatihan teknis bidang upaya kesehatan dan lintas wilayah.

Belum optimalnya pemeriksaan kesehatan haji, kesehatan kerja, kesehatan matra di wilayah kerja bandara, pelabuhan dan lintas batas Negara. ++++Memenuhi

++-+Tdk

Memenuhi

++++Memenuhi

++-+Tdk memenuhi

++++Memenuhi

Penetapan criteria isu actual di atas, kemudian dilakukan penetapan prioritas isu dengan teknis analisis USG dengan menggunakan skala nilai sebagai berikut:Tabel 1.2

Pemilihan Isu Aktual Prioritas

No.

ISUUSGTOTALRANKING

1.Belum optimalnya pelayanan kesehatan terbatas, rujukan dan darurat medik

55515I

2.Belum optimalnya pengujian kesehatan Nakhoda/pilot dan Anak Buah Kapal/Pesawat udara serta penjamah makanan.

54413II

3.Belum optimalnya pemeriksaan kesehatan haji, kesehatan kerja, kesehatan matra di wilayah kerja bandara, pelabuhan dan lintas batas Negara.54315III

1. Berdasarkan Urgency (Mendesak), isu perlu dibahas dikaitkan waktu yang tersedia.

2. Seriousnesses (tingkat keseriusan), isu tersebut perlu dibahas berdasarkan akibat yang timbul dari penundaan pemecahan masalah yang mengakibatkan isu tersebut semakin berkembang

3. Growth (Kecenderungan Berkembang), isu menjadi berkembang makin memburuk kalau dibiarkan.

Keterangan:

Nilai5: Sangat Mendesak/Gawat/Berdampak

Nilai4: Mendesak/Gawat/Berdampak

Nilai3: Cukup Mendesak/Cukup Gawat/Cukup Berdampak

Nilai2: Kurang Mendesak/Kurang Gawat/Kurang Berdampak

Nilai 1: Sangat Kurang Mendesak/Kurang Gawat/Kurang Berdampak

Berdasarkan analisis menggunakan matriks USG dengan membuat ranking dari total nilai tertinggi maka isu aktual yang menjadi prioritas adalah:

Belum optimalnya pelayanan kesehatan terbatas, rujukan dan darurat medik.Oleh karena ke-5 Wilayah Kerja (Wilker) Bandara Ngurah Rai, Benoa, Padang Bay, Celukan bawang dan Gilimanuk, Kesehatan Pelabuhan Denpasar, Bali melaksanakan pelayanan kesehatan terbatas, rujukan, dan darurat medik, maka judul Kertas Kerja Perseorangan (KKP) yang kami ajukan adalah: Rencana Kerja Peningkatan Kinerja Pelayanan Kesehatan Terbatas, Rujukan, Darurat Medik Pada Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Denpasar, Bali. C.PENGERTIAN

Ada beberapa istilah penting yang dipergunakan dalam kertas kerja ini baik dalam judul: Rencana Kerja Peningkatan Kinerja Pelayanan Kesehatan Terbatas, Rujukan, Darurat Medik Pada Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Denpasar, Bali yang meliputi pelabuhan laut dan udara yaitu:

1. Pelayanan Terbatas2. Rujukan medik

3. Darurat Medik

4. Pelayanan Prima5. Standar Operasional Prosedur

6. Mutu

7. Motivasi

D. LINGKUP BAHASAN

Berdasarkan analisis isu aktual prioritas dengan teknik analisis manajemen USG, maka prioritas masalah yang dihadapi oleh KKP Denpasar Bali yang diharapkan dapat diperoleh pemecahan masalah adalah pelayanan kesehatan terbatas apabila terjadi kegawat daruratan medik dan evakuasi serta rujukan medik sesuai yang diharapkan, karena di KKP laut dan bandara yang merupakan etalase penyalan kesehatan secara langsung kepada masyarakat . Ruang lingkup yang akan dibahas dalam kertas kerja perseorangan ini meliputi masalah Belum optimalnya pelayanan kesehatan terbatas, rujukan dan darurat medik di KKP Kelas I Denpasar, Bali. Data yang digunakan untuk penulisan kertas kerja ini diperoleh dari laporan kinerja Bidang Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah KKP Kelas I Denpasar, Bali pada dan 2010; observasi langsung di lapangan, dan data pendukung dari sumber lainnya. Metode yang digunakan adalah SWOT analysis , dengan melakukan identifikasi faktor internal yakni kekuatan dan kelemahan di dalam organisasi serta faktor eksternal di luar organisasi yakni peluang dan ancaman untuk menentukan faktor kunci keberhasilan (FKK) yang selanjutnya dijadikan dasar guna penyusunan strategi dan rencana kegiatan.

Sasaran yang ingin dicapai adalah: meningkatnya kinerja pelayanan kesehatan terbatas, rujukan dan darurat medik. Berdasarkan hal tersebut, maka judul kertas kerja perseorangan ini adalah: Rencana Kerja Peningkatan Kinerja Pelayanan Kesehatan Terbatas, Rujukan, Darurat Medik Pada Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Denpasar, Bali.

BAB II

GAMBARAN KEADAAN SEKARANG

A.Gambaran Umum.

Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Denpasar, Bali mempunyai lima wilayah kerja yang berbeda seperti Wilayah Kerja Padang Bay yang terletak di bagian timur Denpasar yakni termasuk Kabupaten Karang Asem yang melayani penyeberangan menuju Ibu Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat Mataram dan juga merupakan lokasi penyelaman untuk para wisatawan serta mempunyai Pura yang sering dikunjungi Umat Hindu untuk Upacara Piodalan (Ulang tahun Berdirinya Pura tersebut) termasuk pura besar di Pulau Bali ; Wilayah Kerja Benoa yang berada di selatan Denpasar yang merupakan pelabuhan laut terbesar di provinsi Bali; Wilayah Kerja Celukan Bawang yang terletak sebelah Utara Pulau Bali merupakan pelabuhan Laut; Wilayah Kerja Gilimanuk yang berada di sebelah barat Pulau Bali yang merupakan pelabuhan yang menghubungkan dengan Pulau Jawa. Tenaga kesehatan di lima wilayah kerja tersebut jumlahnya cukup namun kualitas pengetahuan dan ketrampilannya belum optimal. Tenaga yang tersedia meliputi dokter, perawat, kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, dan administrasi belum dikembangkan secara optimal untuk memberikan pelayanan yang prima untuk masyarakat yang berkunjung ke Kantor Kesehatan Pelabuhan. Pada Kantor Kesehatan Pelabuhan untuk memberikan pelayanan kesehatan dibutuhkan sarana dan prasarana kesehatan memadai namun untuk saat ini belum semua wilayah kerja mempunyai sarana prasarana tersebut belum memadai. Contoh satu sarana transportasi pasien yaitu mobil ambulans, dan speed boat untuk membawa pasien rujukan kegawat daruratan hanya ada satu mobil, speed boat tidak mempunyai. Namun sarana diagnosis laboratorium cepat ( rapid diagnostic), alat rontgen portable, alat periksa darah lengkap ( ke depan alat hematologi analisis 19 meter diperlukan) belum semua Wilker memiliki. Obat-obatan memadai untuk kegawat darurat seperti serangan stroke, gagal jantung, trauma, luka bakar, dan lain-lainya. Penerapan standar operasional prosedur untuk memberikan pelayanan kesehatan terbatas, rujukan dan darurat medik juga belum optimal, hal ini ditunjukkan pada contoh dua kejadian kasus narkoba warga negara Thailand yang menelan sabu di perut untuk mengeluarkan sabu tersebut diperlukan pelayanan kesehatan yaitu dengan memberikan obat pencahar perut, dari pihak Imigrasi Bandara harus dikeluarkan sabu tersebut di lingkungan Bandara, namun pihak Kantor Kesehatan Pelabuhan kasus tersebut harus dirujuk ke Rumah Sakit, karena belum adanya kesepahaman penerapan SOP ke-dua belah pihak maka pasien tersebut ditangani oleh Imigrasi untuk mengeluarkan sabu tersebut di kantor Kepala Imigrasi (obat diperoleh dari Klinik Kantor Kesehatan Pelabuhan yang secara tugas dan fungsi bukan kewenangan imigrasi untuk merawat pasien tersebut). Contoh tiga ada luka bakar karena terbakarnya speed boat, pelayanan kesehatan yang diberikan belum optimal yakni diberikan alkohol yang seharusnya dilakukan pendinginan luka dengan air bersih mengalir dan kemudian dikeringkan serta diberikan bio placenton (cream anti septik dan untuk luka bakar). Contoh empat lagi petugas bagasi terjepit tempat untuk mengikat bagasi jarinya luka dan kesakitan karena terbatas fasilitas maka hanya diberikan obat mengurangi untuk mengurangi rasa sakit, namun pasien masih kesakitan dan di rujuk ke rumah sakit. Seandainya alat rontgen dimanfaatkan, maka dapat dilakukan foto rontgen pada jari yang luka tersebut dan mengetahui diagnosisnya apakah terjadi patah atau ototnya yang robek (tendon ruptura) sehingga pasien dapat ditangani di klinik pelabuhan dan tidak perlu dirujuk ke rumah sakit, namun kalau dirujukpun luka dan sakitnya dapat diminimalisir sehingga pasien merasa nyaman. Contoh lima pada saat melihat laporan data pasien yang berkunjung ke klinik Bandara ternyata laporannya belum optimal memberikan informasi secara epidemiologi untuk tindakan intervensi ke depan karena hanya jumlah kunjungan per hari, pada hal setelah dicermati dapat dilakukan analisis epidemiologi ( pasien dalam negeri, luar negeri , alamat pasien, umur, jenis kelamin, diagnosis penyakit, obat yang digunakan, dll data tersedia) yang optimal.

Berdasarkan keadaan tersebut diatas pelayanan kesehatan terbatas, rujukan, dan darurat medik Bidang UK & LP, KKP Denpasar, Bali belum optimal karena tenaga kesehatan di KKP kualitas pengetahuan dan ketrampilan belum memadai, belum optimal penerapan SOP pelayanan kesehatan, sarana alat dan obat belum dimanfaatkan secara optimal.

Gambar 1Struktur Organisasi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Denpasar, Bali.

B.VISI DAN MISI, TUJUAN DAN SASARAN

1.Visi

Dengan mengacu kepada visi Depkes RI. Yaitu Masyarakat yang Mandiri untuk Hidup Sehat dan Berkeadilan dan visi Direktoral Jenderal PP dan PL Depkes RI yaitu Penggerakan Utama dalam pengendalian dan Penyehatan lingkungan Menuju masyarakat untuk Hidup Sehat dan Berkeadilan maka Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Denpasar, Bali menetapkan visi yaitu: Kesehatan Pelabuhan yang tangguh dan prima menuju terciptanya masyarakat Pelabuhan Mandiri untuk hidup sehat dan Berkeadilan.

Untuk mencapai visi tersebut ditetapkan misi:2.Misi

a. Meningkatkan pengawasan dan pemeriksaan di bidang kekarantinaan, Surveilans epidemiologi, Pengendalian Risiko Lingkungan, Pelayanan Kesehatan Pelabuhan, Kesehatan Matra dan Kesehatan Kerja.b. Meningkatkan Sumber Daya Manusia dan Kelengkapan Peralatan serta fasilitas yang standarc. Mengembangkan jejaring kerja dan kemitraan terhadap masyarakat dan stake holder di lingkungan pelabuhanC. TUGAS DAN FUNGSI

Kantor Kesehatan Pelabuhan ( KKP ) Kelas I Denpasar sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 356/Menkes/Per/IV/2008 merupakan unit pelaksana teknis di lingkungan Departemen Kesehatan RI yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Tugas pokoknya adalah mencegah masuk dan keluarnya penyakit menular potensial wabah, kekarantinaan, pelayanan kesehatan terbatas di wilayah kerja pelabuhan / Bandar udara dan lintas batas, serta pengendalian dampak lingkungan.

Sesuai dengan PERMENKES RI No. 356/Menkes/Per/IV/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja KKP salah satunya Bidang Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah memiliki 2 (dua) seksi, yaitu Seksi Pencegahan dan Pelayanan Kesehatan, dan Seksi kesehatan Matra dan Lintas Wilayah. Sebagai salah satu Bidang di KKP Kelas I denpasar mempunyai Tugas pokok dan fungsi sebagai berikut :1.Tugas Bidang Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah adalah :

Melaksanakan perencanaan dan evaluasi serta penyusunan laporan di bidang pelayanan kesehatan terbatas, kesehatan haji, kesehatan kerja, kesehatan wisata, vaksinasi internasional, pengembangan jejaring kerja, kemitraan, kajian dan teknologi, serta pendidikan dan pelatihan bidang upaya kesehatan pelabuhan di wilayah kerja bandara, pelabuhan dan lintas batas darat Negara.2.Fungsi Bidang Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah adalah :

a. Pelayanan kesehatan terbatas, rujukan dan gawat darurat medik di wilayah kerja bandara, pelabuhan dan lintas batas Negara.

b. Pemeriksaan kesehatan haji, kesehatan kerja, kesehatan matra di wilayah kerja bandara, pelabuhan dan lintas batas Negara.

c. Pengujian kesehatan Nakhoda/pilot dan Anak Buah Kapal/Pesawat udara serta penjamah makanan.

d. Vaksinasi dan penerbitan sertifikat vaksinasi Internasional.

e. Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan di wilayah kerja bandara, pelabuhan dan lintas batas Negara.

f. Pengawasan pengangkutan orang sakit dan jenasah di wilayah kerja bandara, pelabuhan dan lintas batas Negara, serta ketersediaan obatobatan/peralatan P3K di kapal/pesawat udara/alat transportasi lainnya.

g. Kajian dan perkembangan teknologi serta pelatihan teknis bidang upaya kesehatan dan lintas wilayah.

h. Penyusunan laporan di bidang upaya kesehatan dan lintas wilayah D.Tujuan dan SasaranSebagai penjabaran dari misi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Denpasar, Bali mempunyai tujuan:

1.Tujuan Tujuan umum KKP Kelas I Denpasar , Bali adalah meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan terbatas, rujukan dan darurat medik. 2.Sasaran

a. Sasaran umum KKP Kelas I Denpasar, Bali adalah meningkatnya kinerja Pelayanan Kesehatan Terbatas, Rujukan, Darurat Medik.b. Sasaran Terukur terwujudnya Pelayanan Kesehatan Terbatas, Rujukan, Darurat Medik yang prima.

Tabel 2.1Pengukuran Pencapaian sasaran tahun 2010 Bidang Upaya Kesehatan & Lintas Wilayah.

SASARANINDIKATOR SASARANRENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)REALISASIPRESENTASE PENCAPAIAN RENCANA TINGKAT SASARANKETERANGAN

Meningkatnya pelayanan kesehatan terbatas, rujukan, dan darurak medikJumlah Pasien yang dilayani pengobatannyaJumlah pasien yang dirujuk

Jumlah pasien darurat medic3000 or24 kali (24 orang)10 kali (10(orang)2250 or120 kali (120 orang)3kali (orang)75%500%33,3%Belum optimaliMelebihi target, Belum optimal

Ket. Lakip KKP Kelas I Denpasar, Bali, Bidang UK dan LW tahun 2010

BAB III

GAMBARAN KEADAAN YANG DIINGINKAN

A.Kajian Teori

1. Pelayanan Kesehatan adalah : pemberian pelayanan kesehatan masyarakat yang berkualitas dan mampu memberikan kepuasan bagi masyarakat dalam negeri maupun luar negeri merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh Kementrian Kesehatan dan Khususnya Kantor Kesehatan Pelabuhan yang merupakan Unit Pelaksana Teknis pelayanan kesehatan terbatas, rujukan dan gawat darurat medik di wilayah kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) umumnya dan khususnya KKP Denpasar, Bali. Segala Pelayan Kesehatan yang dilakukan KKP merupakan tanggung jawab Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Salah satu KKP yg di bawah tanggung jawab Direktorat Jenderal PP & PL adalah Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Denpasar, Bali. Kepala Kantor KKP dalam melakukan tugas pelayanan kesehatan dibantu oleh Kepala Bidang Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah. Wilayah Kerja Pelayanan Kesehatan yang menjadi tanggung jawab Bidang UK & LW terdiri dari Wilayah Kerja Bandara Ngurah Rai, Pelabuhan laut Padang Bai, Benoa, Celukan Bawang dan Gilimanuk akan menjadi tolok ukur bagi kinerja Kepala kantor Kesehatan Kelas I Denpasar , Bali dan khususnya Kepala Bidang Upaya Kesehatan dan Lintas Wiayah.

Fungsi Kementerian Kesehatan beserta aparatnya yakni Dirjen PP & PL, Kepala KKP Kelas I Denpasar dan Kepala Bidang UK & LW beserta stafnya sebagai pelayan kesehatan masyarakat yang merupakan salah satu tuntutan dari reformasi. Persepsi masyarakat yang selama ini cenderung dijadikan objek pelayanan sehingga masyarakat dianggap yang harus melayani sekarang harus dijadikan sebagai subyek yang penting mendapatkan pelayanan yang prima. Setiap petugas kesehatan di lingkungan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Denpasar, Bali, Bidang UK dan LW haruslah professional dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam negeri maupun luar negeri ibarat masyarakat yang minta diberikan pelayanan kesehatan adalah sebagai seorang raja yang harus dilayani. Oleh karena itu seluruh petugas kesehatan penyedia layanan pada tiap-tiap wilker termasuk lingkungan Bandara Ngurah Rai dan Kantor KKP Kelas I Denpasar ,Bali haruslah bersinergi satu sama lain untuk berupaya memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik. Upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan terbatas, rujukan dan gawat darurat medik sejauh ini terus menerus dilakukan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas Denpasar, Bali melalui berbagai kegiatan di bidang pelayanan kesehatan namun hasil kinerja belum optimal terutama untuk pertolongan kedaruratan medik karena bahan dan alat untuk diagnosis masih belum dimanfaatkan secara optimal,standar operasional prosedur belum diterapkan secara benar oleh semua pegawai, pengetahuan dan ketrampilan pegawai KKP juga belum memadai. Di samping itu pemberian penghargaan kepada kepala wilker dan staf pelayanan kesehatan yang dinilai mampu memberikan motivasi pelayanan kesehatan terbaik kepada masyarakat juga menjadi salah satu cara yang dilakukan Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Denpasar, Bali. Untuk mendorong terciptanya pelayanan kesehatan masyarakat yang berkualitas di segala bidang termasuk pelayanan kesehatan terbatas, rujukan dan gawat darurat medik perlu dilakukan pelatihan-pelatihan atau pendidikan non formal untuk meningkatan pengetahuan dan ketrampilannya. Meskipun demikian, sampai saat ini penilaian terhadap kinerja pelayanan kesehatan di Kantor Kesehatan Pelabuhan belum optimal sesuai harapan masyarakat, oleh karena itu ke depan melalui bidang UK dan LW akan secara bertahap ditingkatkan pelayanan kesehatan guna meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan pegawai untuk kecepatan dan ketepatan diagnosis dan pengobatan pasien. Hal ini sejalan dengan teorinya Zeitham. Et al pada tahun 1990 dan dikutip oleh Yun Yong dan Loh pada tahun 1998 tentang makna pelayanan prima. 2. Dimensi yang sangat melekat dengan mutu pelayanan adalah:a. Tak nyata: penampilan fasilitas fisik, peralatan, tenaga kerja, dan metode yang digunakan dalam berkomunikasi dengan pelanggan; Daya uji: kemampuan menunjukkan sebagai jasa yang dapat diandalkan dan akurat seperti yang dijanjikan (SOP).

b. Daya tanggap: kemauan membantu pelanggan dan menyediakan layanan dengan segera;

Lanjutan dimensi yang sangat melekat dengan mutu pelayanan adalah:c. Keterampilan: memiliki keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan sesuai standar operational prosedur pelayanan;

d. Keramahan: sopan dan santun, penghargaan, perhatian, dan persahabatan, dari orang yang menghubungi;

e. Kredibilitas: ketulusan, kepercayaan, kejujuran dari pemberi layanan;

f. Keamanan: kebebasan dari bahaya, risiko, atau keragu-raguan;

g. Akses: kemudahan untuk didekati dan dihubungi

h. Komunikasi: memberikan pengetahuan yang dapat dipahami pelanggan dan mendengarkan mereka;

i. Pengertian: berusaha mengenal pelanggan dan kebutuhannya.

3.Pelayanan prima Pelayanan prima dapat juga berarti: respek dalam kegiatan pelayanan dengan menghormati atau menghargai kepentingan orang lain. Pelayan prima juga sesuatu ketulusan dan integritas. Pelayanan prima juga seperti:a. Keramahan, kesopanan, perhatian dan persahabatan dengan orang yang menghubunginya;

b. Kredibilitas: dalam melayani pelanggan berprinsip ketulusan, kejujuran sesuai dengan kepentingan dan harapan pelanggan.

c. Akses: secara langsung maupun tidak langsung pegawai dapat dihubungi.

d. Penampilan fasilitas pelayanan yang dapat mengesankan pelayanan sesuai dengan keinginan pelanggan.e. Kemampuan dalam menyajikan pelayanan sesuai dengan keinginan pelanggan.

Menurut Lembaga Administrasi Negara tahun 2003 tentang standar pelayanan adalah suatu tolok ukur yang dipergunakan untuk acuan penilaian kualitas pelayanan, khususnya pelayanan kesehatan sebagai komitmen atau janji dari pihak penyedia pelayanan kepada pelanggan untuk memberikan pelayanan berkualitas. Peraturan lain yang mendukung adalah Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang pedoman umum penyelenggaraan pelayanan public adalah merupakan ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan public yang wajib ditaati oleh pemberi atau penerima pelayanan. Payung hukum yang lain Peraturan Menteri pendayagunaan aparatur Negara no 20 tahun 2006 tentang pedoman standar pelayanan public.

Standar Operasional Prosedur adalah suatu instruksi sederhana, untuk menyelesaikan tugas rutin dengan cara yang paling efektif dalam rangka memenuhi persyaratan operasional menurut EMS Departmen, 1998).

Kinerja menurut Marvin weisbord tahun 1978 bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi dalam capaian, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal organisaaiBerdasarkan Kepmenkes no.356/Menkes/Per/IV/2008, bahwa KKP merupakan unit kerja pelayanan kesehatan semua program yang ada di Kementerian Kesehatan namun wilayah kerjanya terbatas di lingkungan Pelabuhan baik laut maupun udara.Menurut teori kinerja Marwin Weisbord

B.Tujuan dan Sasaran C. Tingkat Kinerja Yang Diinginkan

Tabel 3-1 :

Rencana Kerja Tahunan Tahun 2010Bagian Upaya Kesehatan & Lintas wilayahSasaranProgramKegiatan

UraianIndikator Tar getUraianIndikator KinerjaSatu anRencana Tk. Capaian

BAB IV

ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS DAN RENCANA KERJAA.Identifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal.

Identifkasi Faktor Internal :

Faktor Kekuatan (Strenghts) Dukungan kuat Permenkes RI No. 356/Menkes/ Per/IV/2008 tentang pelayanan kesehatan. Sarana alat, bahan diagnosis dan obat kerja cukup Motivasi pegawai tinggi dalam pengendalian kesehatan masyarakat, pemberantasan penyakit dan penanganan kesehatan terbatas dan darurat medik.Faktor Kelemahan (Weakness)

1. Penyebaran kualitas pegawai yang memberikan pelayanan kesehatan terbatas, rujukan, gawat darurat medik belum optimal.. 2. Belum optimal penerapan SOP pelayanan kesehatan3. Belum dimanfaatkan sarana prasarana secara optimal Identifkasi Faktor Eksternal :

Faktor Peluang (Opportunities)

1. Adanya tawaran pelatihan memadai Lintas Sektor/Program di luar KKP2. Adanya Informasi Pengembangan Teknologi Pelayanan Kesehatan.3. Pendapatan masyarakat Bali cukupFaktor Ancaman (Threats)

1. Budaya/adat istiadat Bali kurang mendukung

2. Adanya Pelayanan kesehatan swasta dan klinik milik administrasi bandara.3. Tuntutan pelayanan kesehatan yang bermutu dari masyarakat pengguna

Dari hasil identifikasi faktor-faktor yang telah diidentifikasi di atas, maka faktor-faktor internal dan eksternal dalam pencapaian sasaran prioritas adalah seperti tersebut pada tabel 4-1 di bawah ini :Tabel : 4-1:Identifikasi Faktor Internal dan EksternalFAKTOR INTERNAL

Kekuatan (Strengths)Kelemahan (Weakness)

S.1.Dukungan kuat Permenkes RI No. 356/Menkes/ Per/IV/2008 tentang pelayanan kesehatan.W.1.Penyebaran kualitas pegawai yang memberikan pelayanan kesehatan terbatas, rujukan, gawat darurat medik belum optimal

S.2.Sarana alat, bahan diagnosis dan obat kerja cukupW.2.Belum optimal penerapan SOP

S.3. Motivasi pegawai tinggi dalam pengendalian kesehatan masyarakat, pemberantasan penyakit dan penanganan kesehatan terbatas dan darurat medik.W.3.Belum dimanfaatkan sarana prasarana secara optimal

FAKTOR EKSTERNAL

Peluang (Oppotunities)Ancaman (Threats)

O.1. Adanya tawaran pelatihan memadai Lintas Sektor/Program di luar KKPT.1.Budaya/adat Bali kurang mendukung

O.2.Adanya Informasi Pengembangan Teknologi Pelayanan Kesehatan..T.2. Adanya Pelayanan kesehatan swasta dan klinik milik administrasi bandara.

O.3. Pendapatan masyarakat Bali cukupT.3. Tuntutan pelayanan kesehatan bermutu dari masyarakat pengguna

B. Memilih dan menetapkan Faktor Kunci KeberhasilanUntuk menentukan faktor-faktor yang paling urgen sebagai dasar penetepan strategi pencapaian sasaran prioritas, dilakukan penilaian terhadap urgensi masing-masing faktor, hasilnya seperti Tabel 4-2 dan 4-3Komparasi Urgensi Faktor Internal.

Tabel 4-2: Penilaian Komparasi Urgensi Faktor Internal.No.Faktor InternalABCDEFNFBF%

ADukungan kuat Permenkes RI No. 356/Menkes/ Per/IV/2008 tentang pelayanan kesehatanBCDEA10,07

BSarana alat, bahan diagnosis dan obat kerja cukupBBBBF40,27

CMotivasi pegawai tinggi dalam pengendalian kesehatan masyarakat, pemberantasan penyakit dan penanganan kesehatan terbatas dan darurat medik.CBDEF10,07

DPenyebaran kualitas pegawai yang memberikan pelayanan kesehatan terbatas, rujukan, gawat darurat medik belum optimalDBDDF30,20

EBelum optimal penerapan SOPEBEDE30,20

FBelum dimanfaatkan sarana prasarana secara optimalAFFFE30,20

15100

Tabel 4-3: Penilaian Komparasi Urgensi Faktor Eksternal.No.Faktor EksternalABCDEFNFBF%

AAdanya tawaran pelatihan memadai Lintas Sektor/Program di luar KKPAAAAA50,33

BAdanya Informasi Pengembangan Teknologi Pelayanan Kesehatan.ABBBB40,27

CPendapatan masyarakat Bali cukupABCEF10,07

DBudaya/adat Bali kurang mendukungABCDF10,07

EAdanya Pelayanan kesehatan swasta dan klinik milik administrasi bandara.ABEDF10,07

FTuntutan pelayanan kesehatan bermutu dari masyarakat penggunaABFFF30,20

TOTAL151

2. Evaluasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal

Setelah mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perlu dilanjutkan dengan memilih dan menetapkan faktor kunci keberhasilan sebagai faktor faktor strategis. Suatu faktor disebut strategis apabila memiliki nilai lebih dari faktor yang lainnya. Faktor yang telah memberikan nilai dukungan (kontribusi) tinggi dan keterkaitan tinggi terhadap berbagai keberhasilan yang diraih organisasi selama ini dan untuk yang akan datang dianggap sebagai faktor strategis dan selanjutnya disebut menjadi faktor kunci keberhasilan.

Aspek yang dinilai dari tiap faktor adalah :

Urgensi faktor terhadap misi, meliputi Nilai Faktor (NF) dan Bobot Faktor (BF).

Dukungan faktor terhadap misi, meliputi Nilai Dukungan (ND) dan Nilai Boboy Dukungan (NBD).

Keterkaitan antar faktor terhadap misi meliputi Nilai Keterkaitan (NK).

Nilai Rata rata Keterkaitan (NRK) dan Nilai Bobot Keterkaitan (NBK). Nilai yang dipergunakan adalah skala yang dianjurkan oleh Rensis Likert yang disebut model skala nilai yaitu nilai yang diberikan pada suatu faktor secara kualitatif dikonversi ke dalam angka yaitu :

Sangat baik: 5, sangat tinggi urgensi/dukungan/keterkaitan.

Baik

: 4, tinggi nilai urgensi/dukungan/keterkaitan.

Cukup

: 3, cukup tinggi nilai urgensi/dukungan/keterkaitan

Kurang: 2, kurang nilai urgensi/dukungan/keterkaitan

Buruk

: 1, sangat kurang nilai urgensi/dukungan/keterkaitanCara penilaiannya adalah sebagai berikut Nilai Urgensi (NU)Nilai urgensi diperoleh dengan cara memberikan nilai bobot pada setiap faktor yang berkisar antara 1-5Bobot Faktor (BF)

Dalam penetapan besaran BF, langkah pertama adalah memberikan Nilai Urgensi (NU) yang berkisar antara 1-5 yakni nilai terendah = paling kurang urgen dan nilai tertinggi = paling urgen.

Selanjutnya BF dihitung berdasarkan rumus berikut NUBF = ---------------------- X 100 %

NUNilai Dukungan Faktor (ND)

Nilai dukungan diperoleh dengan cara memberikan nilai bobot pada setiap faktor yang berkisar antara 1-5Nilai Bobot Dukungan (NBD)

Nilai bobot dukungan adalah suatu nilai yang diperoleh dengan cara mengalikan antara bobot faktor (BF) dengan nilai dukungan (ND)

Dengan demikian rumusan perhitungan NBD adalah sebagai berikut

NBD = BF X ND

Nilai Keterkaitan (NK)

Menilai keterkaitan antara S1 dan S2, S1 dan W1, S1 dan T1 dan seterusnya. Nilai keterkaitan berkisar 0-5Nilai Rata-Rata Keterkaitan (NK)

NRK dapat diperoleh dengan cara rumus perhitungan sebagai berikut :

Rumusnya :

TNK ( Total Nilai Keterkaitan )

NRK =

N (Jumlah faktor yang dinilai) - 1

Nilai Bobot Keterkaitan (NBK)

Rumus perhitungan NBK adalah sebagai berikut :

NBK = BF X NRK

Total Nilai Bobot (TNB)

Cara penetapan TNB adalah dengan menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut

TNB = NBK + NBDHasil evaluasi keterkaitan faktor internal dan faktor eksternal dapat dilihat pada tabel 4..4 sebagai berikut : Menetapkan Faktor Kunci Keberhasilan.

Hasil evaluasi faktor internal dan eksternal seperti dalam tabel 3.2 dapat digunakan sebagai dasar penentuan pemilihan Faktor Kunci Keberhasilan (FKK) dan Peta Posisi Kekuatan Organisasi.

Faktor Kunci Keberhasilan (FKK) adalah faktor yang memiliki Total Nilai Bobot (TNB) terbesar diantara faktor faktor yang berpengaruh terhadap sasaran yang akan dicapai. Faktor Kunci Keberhasilan (FKK) disebut juga sebagai kekuatan kunci atau faktor strategis. Sesuai dengan keberhasilan penilaian faktor faktor internal dan matrik keterkaitan antara Nilai Bobot (NB), Nilai Dukungan (ND) dan Nilai Keterkaitan (NK).

Dalam Tabel 4.5, diperoleh faktor faktor kunci keberhasilan prioritas seperti digambarkan sebagai berikut :

TABEL 4EVALUASI FAKTOR EKTERNAL DAN INTERNAL

Tabel 4.5FAKTOR PENENTU KUNCI KEBERHASILAN

Faktor Internal

NoStrengths (Kekuatan)NoWeaknesses (Kelemahan)

Sarana alat, bahan diagnosis, obat cukup Belum dimanfaatkan sarana prasarana secara optimal

Faktor Eksternal

NoOpportunities (Peluang)NoThreaths (Ancaman)

Adanya tawaran pelatihan memadai LP/LS Tuntutan pelayanan kesehatan bermutu dari masyarakat pengguna

4. Peta Posisi Kekuatan Organisasi

Dengan menghitung Total Nilai Bobot (TNB) masing masing kelompok faktor, yaitu Strengths ( S ) = ; Weaknesses ( W ) = ; Opportunities ( O ) = ; Threaths ( T ) = maka nilai S W = dan O T =Gambar 1

PETA KEKUATAN ORGANISASI

S =

Kuadran II Kuadran IT = O =

Kuadran IV Kuadran IIIW = C. Strategi dan Rencana Kegiatan

Dari peta kekuatan tersebut dapat diketahui bahwa strategi yang harus digunakan dalah arah strategi WO (kuadran III), yaitu memperbaiki kelemahan (W) dengan memanfaatkan peluang (O). Artinya Unit Kerja ini memiliki faktor kunci keberhasilan yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diperhitungkan dari mengatasi kelemahan kunci untuk memanfaatkan peluang kunci. Penyusunan Formulasi StrategiBerdasarkan hasil pemetaan kekuatan yang dimiliki oleh Bagian Perbendaharaan lebih kecil dari pada kelemahan, dan memiliki peluang yang lebih besar dari pada ancaman. Hal tersebut menunjukan bahwa Kelemahan di internal namun memiliki peluang di eksternal, sehingga perumusan tujuan ditetapkan dengan memperhatikan faktor kunci dari kelemahan dan Faktor kunci dari peluang . Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.6 Tabel : 4.6 FORMULASI SRATEGI SWOT

FKK

INTERNAL

FKK

EKSTERNALSTRENGTHS

1

2. WEAKNESSES

1.t

2.

OPPORTUNITIES

1.

2.

Strategi SO

1.

2.

Strategi WO

1.

2.

THREATS

1. 2

Strategi ST

1.

2.

Strategi WT

1.

2.

2. Penetapan Strategi

..........Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah dirumuskan, maka hasil pemetaan kekuatan organisasi dianalisis dengan menggunakan metode SWOT. Berdasarkan metode tersebut dinyatakan bahwa keberhasilan suatu organisasi ditentukan oleh interaksi dan penggabungan faktor kunci keberhasilan yang menghasilkan rumusan strategi :

Strategi mengoptimalkan kekuatan dengan memanfaatkan peluang

Strategi menggunakan kekuatan untuk mencegah dan mengatasi ancaman

Strategi mengurangi kelemahan dengan memanfaatkan peluang

Strategi mengurangi kelemahan serta mencegah dan mengatasi ancamanTabel : 4- 7Alternatif StrategiNOALTERNATIF

STRATEGIEFEK

TIVITASKEMU

DAHANBIAYATOTALKET

1

2

5

4

4

3

4

3

13

11

2

Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah dirumuskan, maka terpilih strategi : Rencana Kerja

Untuk menjamin strategi terlaksana dengan baik dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan, maka perlu dijabarkan ke dalam kebijakan, program dan kegiatan seperti tampak pada tabel 4.8Tabel 4.8Strategi, Kebijakan, Program dan Kegiatan Tahun 2010

TUJUAN

SASARANSTRATEGIKEBIJAKAN

PROGRAMKEGIATAN

Menyusun Rencana Kegiatan Tahunan Untuk mencapai sasaran yang diinginkan pada tahun 2010, disusun rencana kegiatan tahun 2010 seperti tampak pada tabel .4.9Tabel 4.9Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2010Bagian Perbendaharaan RSCMKEGIATANRINCIAN KEGIATANPENANGGUNG JAWABWAKTUBIAYATARGET KINERJA

Rencana Jadwal Kegiatan Agar kegiatan dapat dilaksanakan tepat waktu perlu penjelasan kapan kegiatan tersebut harus dimulai dan kapan harus selesai, sehingga perlu disusun jadwal kegiatan seperti pada tabel 4.10Tabel 4- 10 : JADWAL KEGIATANNO

LANGKAH KEGIATANMULAIBERAKHIR

1

2

3

4

5

Monitoring dan Evaluasi Agar kegiatan memperoleh hasil yang efektif dan efisien, maka perlu dilakukan monitoring dan evaluasi serta pelaporan seperti yang tampak pada tabel 4.11 berikut.Tabel. 4.11Monitoring dan EvaluasiNOKEGIATAN

WAKTU

1.

2.

3

Perkiraan Kesulitan dan Rencana AntisipasiDalam proses kegiatan, baik yang menjadi intern Bagian Perbendaharaan maupun dengan pihak-pihak terkait, diperkirakan akan ditemukan berbagai kesulitan. Agar dapat diantisipasi dengan baik maka perlu diperhitungkan kesulitan yang akan terjadi seperti pada tabel 4.12 berikut :

Tabel 4.12

Perkiraan Kesulitan dan Rencana Antisipasi

Kesulitan yang diperkirakan

Rencana Antisipasi

BAB VP E N U T U P

DAFTAR PUSTAKA

PAGE 69

Urgensi

Komparasi urgensi Internal

NoFaktor InternalTingkat komparasi Urgensi

abcdefNFBF

Kekuatan

aTersedianya konsep diagnostic center acaaa40.27

bTersedianya pelayanan Subspesialistik untuk rujukan acdbf10.07

cPermenkes No 1462/2005 ttg SOTK RSHSccccc50.33

Kelamahan

dBelum adanya manajemen khusus diagnosis centeradcdd30.20

ePenggunaan IT Belum optimal abcde10.07

fTatalaksana pelayanan blm terintegrasi afcde10.07

Total15

Komparasi urgensi Eksternal

NoFaktor EksternalTingkat komparasi Urgensi

abcdefNFBF

Peluang

aPembatasan izin praktek dokter di 3 tempat bcaea20.13

bTuntutan masyarakat akan mutu pelayanan.bbbbb 50.33

c Pengakuan sbg RS rujukan cbdcc30.20

Ancaman

dRS swasta agresif abddd30.20

e Minat dan kepercayaan masyarakat masih rendah ebcdf10.07

f Kemampuan ekonomi masyarakat rendah.abcdf10.07

Total15

Dukungan

NOFAKTOR INT. & EKST.BFNDNBDNILAI KETERKAITANNRKNBKTNBR

123456789101112

FAKTOR INTERNAL

Kekuatan (S)

1Dukungan Permenkes RI No. 356/Menkes/ Per/IV/2008 ttg pelayanan kes.0.0740.280554553443223.500.250.53

2Sarana alat, bahan diagnosis dan obat kerja cukup0.2751.355044555453323.751.012.361

3Motivasi pegawai tinggi dalam memberikan pelayanan kesehatan0.0740.2525404255352223.250.230.48

3.37

Kelemahan (W)

4Penyebaran kualitas pegawai belum optimal0.2040.84440452432323.080.621.42

5Belum optimal penerapan SOP0.2040.85524052553213.250.651.45

6Belum dimanfaatkan sarana prasarana secara optimal0.20515555504542323.750.751.751

4.62

FAKTOR EKSTERNAL

Peluang (O)

7Adanya tawaran pelatihan memadai Lintas Sektor/Program di luar KKP0.3351.5513552240434223.000.992.541

8Adanya Informasi Pengembangan Teknologi Pelayanan Kesehatan.0.2741.084434554044423.580.972.05

9Pendapatan masyarakat Bali cukup0.0730.2244553543403233.420.240.46

5.05

Ancaman (T)

10Budaya/adat Bali kurang mendukung0.0730.213322324430222.500.180.39

11Adanya Pelayanan kesehatan swasta dan klinik milik administrasi bandara0.0740.26666666672323232422022.250.150.42

12Tuntutan pelayanan kesehatan bermutu dari masyarakat pengguna0.0750.33333333332222122232201.830.120.461

1.26

FAKTOR INTERNALP1P2P3P4P5P6P7P8P9P10Rata-rata

Kekuatan (S)

1Tersedianya konsep diagnostic center 55445555555

2Tersedianya pelayanan Subspesialistik untuk rujukan 44334343444

3Permenkes No 1462/2005 ttg SOTK RSHS33553434334

Kelemahan (W)

4Belum adanya manajemen khusus diagnosis center55455554334

5Penggunaan IT Belum optimal 44544333444

6Tatalaksana pelayanan blm terintegrasi 33333445554

FAKTOR EKSTERNAL

Peluang (O)

7Pembatasan izin praktek dokter di 3 tempat 55555435555

8Tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan.44444544444

9 Pengakuan sbg RS rujukan 33333353333

Ancaman (T)

10RS swasta agresif 55555445445

11 Minat dan kepercayaan masyarakat masih rendah 44443553354

12 Kemampuan ekonomi masyarakat rendah.33334334233

Skala 1 - 5

5 - menyatakan sangat tinggi dukungannya 4 - menyatakan tinggi dukungannya 3 - menyatakan cukup tinggi dukungannya 2 - menyatakan rendah dukungannya 1 - menyatakan sangat rendah dukungannya

keterkaitan

NOFAKTOR INT. & EKST.NILAI KETERKAITANNRK

S1S2s3w4w5w6O7O8O9T10T11T12

FAKTOR INTERNAL

Kekuatan (S)

1Tersedianya konsep diagnostic center 554553443223.50

2Tersedianya pelayanan Subspesialistik untuk rujukan 544555453323.75

3Permenkes No 1462/2005 ttg SOTK RSHS544255352223.25

Kelemahan (W)

4Belum adanya manajemen khusus diagnosis center444452432323.08

5Penggunaan IT Belum optimal 552452553213.25

6Tatalaksana pelayanan blm terintegrasi 555554542323.75

FAKTOR EKSTERNAL

Peluang (O)

7Pembatasan izin praktek dokter di 3 tempat 355224434223.00

8Tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan.443455444423.58

9 Pengakuan sbg RS rujukan 455354343233.42

Ancaman (T)

10RS swasta agresif 332232443222.50

11 Minat dan kepercayaan masyarakat masih rendah 232323242222.25

12 Kemampuan ekonomi masyarakat rendah.222212223221.83

Skala 1 - 5

5 - menyatakan sangat tinggi keterkaitannya 4 - menyatakan tinggi keterkaitannya 3 - menyatakan cukup tinggi keterkaitannya 2 - menyatakan rendah keterkaitannya 1 - menyatakan sangat rendah keterkaitannya