50
TUGAS FARMAKOTERAPI TERAPAN LANJUTAN (P) GINEKOLOGI: KOTRASEPSI & TERAPI SULIH HORMON Disusun Oleh : Kelompok I Kelas B Desytia Nawriz, S.Si (12340079) Diah Angraeni, S.Farm (12340108) Diana Palamani, S.Farm (12340101) Melina Rizki A, S.Si (12340066) Lesa Utari, S.Farm(12340133) Sri Wahyuni, S.Si (12340038) Yusra Hidayah N, S.Si (12340080) Triana Aprilia, S.Si (12340110) Zulpakor Oktoba, S.Si (12340126) Dosen Pengajar: Drs. Tahoma Siregar, Apt.,M.Si Dra. Sulina Kristino, Apt.,MS PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN XXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM i

Materi I_ Kelompok I_Ginekologi_Kotrasepsi & Terapi Sulih Hormon.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Materi I_ Kelompok I_Ginekologi_Kotrasepsi & Terapi Sulih Hormon.docx

TUGAS FARMAKOTERAPI TERAPAN LANJUTAN (P)

GINEKOLOGI:KOTRASEPSI & TERAPI SULIH HORMON

Disusun Oleh :

Kelompok I Kelas BDesytia Nawriz, S.Si (12340079)Diah Angraeni, S.Farm (12340108)Diana Palamani, S.Farm (12340101)Melina Rizki A, S.Si (12340066)Lesa Utari, S.Farm (12340133)Sri Wahyuni, S.Si (12340038)Yusra Hidayah N, S.Si (12340080)Triana Aprilia, S.Si (12340110)Zulpakor Oktoba, S.Si (12340126)

Dosen Pengajar:Drs. Tahoma Siregar, Apt.,M.SiDra. Sulina Kristino, Apt.,MS

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN XXIV

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

2013

i

Page 2: Materi I_ Kelompok I_Ginekologi_Kotrasepsi & Terapi Sulih Hormon.docx

KATA PENGANTAR

Teriring rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan

hidayah-Nya yang tiada batas sehingga tim penulis dapat menyelesaikan Tugas Makalah

Farmakoterapi Terapan Lanjutan dengan judul “Ginekologi : Kontrasepsi & Terapi

Sulih Hormon” yang membahas mengenai definisi, jenis-jenis/klasifikasi terapi, dan

bagaimana mekanisme kerja serta kelebihan dan kekurangan dari kedua terapi tersebut

dapat membantu tenaga kesehatan (farmasis) dalam memilih terapi yang paling tepat untuk

beberapa kondisi ginekologi tertentu.

Dalam penyusunan hingga penyelesaian tugas makalah ini, tim penulis banyak

mendapat bantuan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih penulis ucapkan, khususnya

kepada Ibu Dra. Sulina Kristiono, MS., Apt.,MS dan, Drs. Tahoma Siregar M.Si.,Apt

selaku dosen pengajar untuk mata kuliah Farmakoterapi Lanjutan dan rekan-rekan yang

telah memberi dukungan dan motivasi.

Tim Penulis berharap tugas ini dapat memberikan manfaat besar bagi pembacanya.

Dan tim penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai koreksi

untuk tugas mendatang.

Jakarta, Januari 2013

Tim Penulis

ii

Page 3: Materi I_ Kelompok I_Ginekologi_Kotrasepsi & Terapi Sulih Hormon.docx

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang................................................................................................. 1

I.2 Tujuan.............................................................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Kontrasepsi .................................................................................................... 7

II.1.1 Definisi................................................................................................. 7

II.1.2 Siklus Menstruasi.................................................................................. 7

II.1.3 Hormon Kontrasepsi............................................................................. 9

II.1.4 Kontrasepsi Hormonal Kombinasi....................................................... 10

II.1.5 Kontrasepsi Injeksi Progestin (KIP) dan Plester.................................. 19

II.1.6 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Progesteron......................... 20

II.1.7 Intra-Uterine Contraceptive Devices (IUD)......................................... 20

II.1.8 Evaluasi Penggunaan Kontrasepsi........................................................ 21

II.2 Terapi Sulih Hormon...................................................................................... 22

II.2.1 Definisi.................................................................................................. 22

II.2.2 Fisiologi................................................................................................ 22

II.2.3 Tampilan Klinis.................................................................................... 23

II.2.4 Diagnosis.............................................................................................. 23

II.2.5 Hasil yang diharapkan.......................................................................... 23

II.2.6 Pengobatan............................................................................................ 24

II.2.7 Pengobatan Non Farmakologi.............................................................. 24

II.2.8 Manfaat Terapi Sulih Hormon.............................................................. 27

II.2.9 Pengobatan Gagal Ovarium Prematur.................................................. 28

II.2.10 Resiko Terapi Sulih Hormon.............................................................. 28

II.2.11 Inisiasi Dan Evaluasi Terapi Sulih Hormon....................................... 29

BAB IV KESIMPULAN .............................................................................................. 30

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 32

iii

Page 4: Materi I_ Kelompok I_Ginekologi_Kotrasepsi & Terapi Sulih Hormon.docx

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang

diinginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif

untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi

atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. Berdasarkan penelitian, terdapat

3,6 juta kehamilan tidak direncanakan setiap tahunnya di Amerika Serikat, separuh dari

kehamilan yang tidak direncanakan ini terjadi karena pasangan tersebut tidak menggunakan

alat pencegah kehamilan, dan setengahnya lagi menggunakan alat kontrasepsi tetapi tidak

benar cara penggunaannya.

Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma laki-laki mencapai

dan membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk

berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim. Kontrasepsi dapat reversible

(kembali) atau permanen (tetap). Kontrasepsi yang reversible adalah metode kontrasepsi

yang dapat dihentikan setiap saat tanpa efek lama di dalam mengembalikan kesuburan atau

kemampuan untuk punya anak lagi. Metode kontrasepsi permanen atau yang kita sebut

sterilisasi adalah metode kontrasepsi yang tidak dapat mengembalikan kesuburan dikarenakan

melibatkan tindakan operasi. Metode kontrasepsi juga dapat digolongkan berdasarkan cara

kerjanya yaitu metode barrier (penghalang), sebagai contoh kondom yang menghalangi

sperma; metode mekanik seperti IUD; atau metode hormonal seperti pil. Metode

kontrasepsi alami tidak memakai alat-alat bantu maupun hormonal namun berdasarkan

fisiologis seorang wanita dengan tujuan untuk mencegah fertilisasi (pembuahan).

Faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi adalah efektivitas, keamanan,

frekuensi pemakaian dan efek samping, serta kemauan dan kemampuan untuk melakukan

kontrasepsi secara teratur dan benar. Selain hal tersebut, pertimbangan kontrasepsi juga

didasarkan atas biaya serta peran dari agama dan kultur budaya mengenai kontrasepsi

4

Page 5: Materi I_ Kelompok I_Ginekologi_Kotrasepsi & Terapi Sulih Hormon.docx

tersebut. Faktor lainnya adalah frekuensi bersenggama, kemudahan untuk kembali hamil

lagi, efek samping ke laktasi, dan efek dari kontrasepsi tersebut di masa depan. Sayangnya,

tidak ada metode kontrasepsi, kecuali abstinensia (tidak berhubungan seksual), yang

efektif mencegah kehamilan 100%. Mengingat dengan semakin pentingnya penggunaan

kontrasepsi disesuaikan dengan tujuan penggunaannya terlebih dengan kehadiran kontrasepsi

dengan berbagai macam metode, maka tim penyusun (makalah) memandang bahwa perlu

untuk dibuat suatu makalah mengenai hal ini dan selanjutnya dilakukan diskusi bersama

mengenai hal tersebut demi peningkatan wawasan khususnya bagi seorang farmasis.

Selain itu makalah ini juga akan membahas mengenai “Terapi Sulih Hormon”.

Tujuan terapi sulih hormon adalah meningkatkan kualitas hidup, mengatasi gejala menopausal

dan menurunkan morbiditas dan mortalitas yang terkait dengan defisiensi hormon steroid

kelamin.

Berdasarkan data yang diperoleh dari WHO, pada tahun 1990, total populasi wanita

yang mengalami menopause di seluruh dunia mencapai 476 juta orang dan diperkirakan pada

tahun 2030 akan mencapai 1,2 milyar orang. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 1997

mencapai 201,4 juta dengan 100,9 juta orang wanita. Jumlah wanita berusia di atas 50 tahun

mencapai 14,3 juta orang. Pada tahun 2000 jumlah penduduk Indonesia mencapai 203,46 juta

orang yang terdiri dari 101,81 juta perempuan dengan jumlah perempuan yang berusia di atas

50 tahun dan diperkirakan telah memasuki usia menopause sebanyak 15,5 juta orang. Pada

tahun 2020 diperkirakan jumlah perempuan yang hidup dalam usia menopause di Indonesia

adalah 30,3 juta orang. Usia terjadinya menopause pada sebagian besar wanita adalah antara

46-55 tahun.

Menopause merupakan suatu keadaan penting yang terjadi pada masa klimakterium.

Pada masa klimakterium terdapat penurunan produksi hormon estrogen dan kenaikan hormon

gonadotropin. Pada wanita dalam masa klimakterium terjadi perubahan-perubahan tertentu,

yang dapat menimbulkan gangguan-gangguan ringan atau kadang-kadang berat. Pada

permulaan klimakterium kesuburan menurun, pada masa pramenopause terjadi kelainan

perdarahan, sedangkan terutama pada masa pascamenopause terdapat gangguan vegetatif,

5

Page 6: Materi I_ Kelompok I_Ginekologi_Kotrasepsi & Terapi Sulih Hormon.docx

psikis, dan organis. Bagi wanita begitu memasuki usia menopause akan timbul berbagai

macam keluhan yang sangat mengganggu dan beberapa tahun setelah menopause, angka

kejadian osteoporosis, osteoartritis, penyakit jantung koroner, stroke, dan demensia

meningkat. Karena memang keluhan yang muncul pada perempuan tersebut kebanyakan

disebabkan karena kekurangan hormon estrogen, maka dengan sendirinya pengobatan yang

tepat adalah pemberian estrogen, yang dikenal dengan istilah terapi sulih hormon. Namun

sayang, meskipun terapi sulih hormon begitu banyak manfaatnya, tetapi penggunaannya

masih rendah.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka tim penyusun akan membahas dua topik

penting yaitu: Kontrasepsi dan Terapi Sulih Hormon. Kedua topik akan dibahas mengenai

apa, jenis-jenis, dan bagaimana mekanisme kerja serta kelebihan dan kekurangan dari kedua

terapi tersebut dapat membantu tenaga kesehatan (farmasis) dalam memilih terapi yang paling

tepat untuk beberapa kondisi ginekologi tertentu.

I.2 Tujuan

Memahami arti penting tentang Ginekologi : Kontrasepsi & Terapi sulih hormon

dalam praktek Apoteker;

Mengaplikasikan penentuan pendosisan berdasar pada kondisi pasien, penyakit, dan

adanya interaksi obat;

Mengaplikasikan teknik-teknik penyelesaian permasalahan yang berhubungan dengan

aspek administratif, farmasetis, dan klinis dalam pemberian obat pada pasien;

Memahami dan mengevaluasi regimen dosis penggunaan beberapa obat pada beberapa

kasus.

BAB II

6

Page 7: Materi I_ Kelompok I_Ginekologi_Kotrasepsi & Terapi Sulih Hormon.docx

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Kontrasepsi

II. 1.1 Definisi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan

konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria)

yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah

terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel

sperma tersebut dengan menghambat sperma untuk mencapai ovum yang matang (metode

yang bertindak sebagai penghalang atau mencegah ovulasi) atau dengan mencegah ovum yang

telah terbuahi dari implantasi dalam endometrium. Untuk mencapainya ada beberapa cara :

a) Menggunakan non estrogen, progesterone, atau kombinasinya;

b) Secara tertentu, seperti intra uterin device (IUD), alat kontrasepsi dalam rahim

(AKDR), kondom, diafragma, spermatisida, dan diafragma yang diberi spermatisid;

c) Teknik senggama terputus dan cara kalender;

d) Sterilisasi yaitu melalui vasektomi dan tubektomi;

e) Hormon cegah kehamilan dengan cara menghambat ovulasi (pematangan sel telur)

sehingga sel telur tidak siap dibuahi atau dei atau dengan mencegah inplantasi sel

telur yang telah dibuahi pada endometrium.

II.1.2 Siklus menstruasi

Satu siklus menstruasi umumnya terjadi dalam 28 hari yang dibagi dalam 3 fase,

yaitu :

a. Fase Folikuler adalah dimana kadar FSH (Folicle Stimulating Hormone) sedikit

meningkat sehingga merangsang tumbuhnya 3 – 30 folikel ovarium ( kantung dinding

telur ) yang masing – masing mengandung 1 sel telur.

b. Fase Ovulatior adalah dimana kadar LH (Luteinizing Hormone) meningkat dan folikel

yang matang akan menonjol ke permukaan ovarium (dinding telur) untuk melepaskan

sel telur (ovulasi). Sel telur biasanya dikeluarkan dalam waktu 16 – 32 jam setelah

7

Page 8: Materi I_ Kelompok I_Ginekologi_Kotrasepsi & Terapi Sulih Hormon.docx

terjai peningkatan kadar LH. Dalam fase ini biasanya wanita mengalami gangguan

nyeri pada perut bagian bawah, rasa itu bisa berlangsung dalam beberapa menit

bahkan sampai beberapa jam.

c. Fase Luteal adalah lepasnya sel telur dari indung telur selama 14 hari, dan folikel

ovarium (kantung induk telur) akan menutup kembali dan membentuk korpus luteum

yang menghasilkan hormon progesteron dalam jumlah besar

Tetapi perlu diketahui setelah 14 hari korpus luteum akan hancur dan selama dalam

fase ini seorang wanita juga akan mengalami peningkatan suhu tubuh sampai siklus yang baru

akan dimulai, keculai jika terjadi pembuahan. Jika telur dibuahi, korpus luteum akan

menghasilkan HCG (Human Chorionic gonadotropin) hormon ini akan menjaga korpus

luteum yang menghasilkan hormon progesteron sampai janin bisa menghasilkan hormonnya

sendri. Fase Luteal biasanya ditandai sebagai fase bagi wanita yang ingin hamil.

Gambar 1. Siklus menstruasi beserta kadar hormon

Mekanisme siklus menstruasi

a. Siklus haid diawali dengan dikeluarkannya FSH oleh Lobus anterior hipofisis yang

menyebabkan beberapa folikel primer berkembang dalam ovarium.

8

Page 9: Materi I_ Kelompok I_Ginekologi_Kotrasepsi & Terapi Sulih Hormon.docx

b. Folikel primer berkembang menjadi folikel de Graaf yang mampu menghasilkan

esterogen.

c. Esterogen menekan FSH, sehingga lobus anterior hipofisis mengeluarkan hormon

gonadotropin yang kedua yaitu LH (luteinizing hormone).

d. Produksi FSH dan LH dipengaruhi RH (relasing hormones) yang disalurkan dari

hipotalamus ke hipofisis.

e. Dibawah pengaruh RH folikel de graff semakin lama semakin matang dan makin

banyak mengeluarkan likuor folikuli yang mengandung esterogen.

f. Esterogen mempunyai pengaruh terhadap endometrium menyebabkan endometrium

tumbuh (menebal) yang disebut masa proliferasi.

g. Dibawah pengaruh LH folikel de graff menjadi lebih matang, mendekati permukaan

ovarium, dan kemudian terjadi ovulasi.

h. Setelah ovulasi terjadi, terbentuklah korpus rubrum (berwarna merah) yang akan

menjadi korpus luteum (berwarna kuning).

i. Korpus luteum menghasilkan hormon progesteron. Hormon progesteron mempunyai

pengaruh terhadap endometrium yang telah berproliferasi menyebabkan kelenjar-

kelenjarnya berlekuk-lekuk dan bersekresi (masa sekresi).

j. Bila tidak ada pembuahan, korpus luteum berdegenerasi yang menyebabkan kadar

esterogen dan progesteron menurun, sehingga terjadi degenerasi serta perdarahan dan

pelepasan endometrium yang nekrotik, yang disebut masa mestruasi.

k. Bilamana ada pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum dipertahankan dan

berkembang menjadi korpus luteum graviditatis.

II.1.3 Hormon kontrasepsi

Kontrasepsi hormonal merupakan metode yang paling efektif untuk mengendalikan

fertilitas namun obat ini menimbulkan efek samping ringan maupun berat, terutama pada

beberapa kelompok wanita tertentu.

Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) merupakan metode kontrasepsi dengan

efektivitas yang tinggi namun menimbulkan efek samping lokal. AKDR lebih sesuai

digunakan pada wanita yang lebih tua dan telah melahirkan anak, tapi kurang tepat untuk

wanita muda yang belum melahirkan anak dan mereka yang memiliki resiko penyakit

9

Page 10: Materi I_ Kelompok I_Ginekologi_Kotrasepsi & Terapi Sulih Hormon.docx

inflamasi pelvis yang lebih tinggi. Metode pelindung (kondom, diafragma, dan tudung)

kurang efektif namun dapat diandalkan jika secara bersamaan menggunakan spermisida.

Kadang-kadang terjadi reaksi sensitifitas. Kondom untuk wanita juga tersedia; dilapisi

prelubikasi namun tidak mengandung spermisida.

II.1.4 Kontrasepsi Hormonal Kombinasi

Kontrasepsi oral yang mengandung estrogen dan progesteron, kontrasepsi oral

kombinasi (KOK) merupakan sediaan yang paling efektif untuk digunakan umum. Manfaat

kontrasepsi kombinasi oral antara lain:

1) Terpercaya dan efeknya bersifat sementara

2) Mengurangi dismenore dan menoragi

3) Mengurangi terjadinya ketegangan pramenstruasi

4) Lebih sedikit terjadi kista fibroids simptomatik dan kista ovarium

5) Lebih sedikit terjadi kelainan payudara non-maligna

6) Mengurangi resiko kanker ovarium dan endometrium

7) Mengurangi resiko penyakit inflamasi pelvis, yang merupakan resiko dari penggunaan

AKDR.

Kontrasepsi hormonal dapat diberikan secara oral dalam bentuk pil (oral) atau

injeksi. Pil kontrasepsi mengandung kombinasi antara estrogen (E) dengan progesteron (P)

atau progesteron saja, sedangkan sediaan injeksi hanya mengandung progesteron. Estrogen

adalah hormon utama wanita yang bertanggung jawab untuk karakteristik kewanitaan.

Senyawa estrogen yang paling sering digunakan dalam kontrasepsi adalah estradiol, yang

selalu digunakan dengan progestin. Ketika digunakan bersama progesteron, estrogen menekan

tindakan hormon reproduksi lainnya (luteinizing hormone dan follicle stimulating hormone/

FSH) dan mencegah ovulasi.

Kedua hormon tersebut diperlukan untuk pematangan folikel gravida dalam ovarium,

karena hambatan tersebut menyebabkan ovulasi terhambat yang mengakibatkan pembuahan

tidak dapat terjadi. Selain itu E + P juga akan menyebabkan perubahan endometrium sehingga

lebih sukar terjadi inflantasi sel telur yang sudah dibuahi. Selain itu juga terjadi perubahan

lendir serviks dan motilitas tuba falofi yang mengganggu pergerakan sperma.

10

Page 11: Materi I_ Kelompok I_Ginekologi_Kotrasepsi & Terapi Sulih Hormon.docx

Obat kontrasepsi yang sering digunakan adalah mengandung kombinasi E + P karena

memberikan perlindungan terbaik. Dosis E atau P dalam pil yang diberikan selama 1 siklus

dapat tetap atau bervariasi mengikuti kadar alamiahnya. Kadar yang bervariasi ditunjukan

untuk meminimalisir timbulnya efek samping mengingat obat kontrasepsi ini digunakan

secara terus menerus dan jangka panjang.

Ada 2 estrogen sintetik yang digunakan yaitu etinil estradiol (EE) dan mestranol.

Mestranol adalah suatu pro drug yang dimetabolisme di hepar menjadi EE. Potensi mestranol

hanya 50% dari EE.

a. Kombinasi E + P

Ada 3 jenis pil kombinasi atau combination oral contraceptive pill berdasarkan variasi

dosis, antara lain:

Monofasik

Monofasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dalam dosis yang sama,

dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

Bifasik

Bifasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung

hormon aktif estrogen dan progesteron dengan dua dosis yang berbeda, dengan 7

tablet tanpa hormon aktif.

Trifasik

Trifasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung

hormon aktif estrogen dan progesteron dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7

tablet tanpa hormon aktif.

b. Progesteron

Ketika digunakan dalam kontrasepsi, progesteron menggunakan salah satu dari beberapa

nama berikut:

Progesteron adalah nama untuk hormon alami.

Progestogen adalah bentuk sintetis.

11

Page 12: Materi I_ Kelompok I_Ginekologi_Kotrasepsi & Terapi Sulih Hormon.docx

Progestin adalah istilah untuk hormon alami atau sintetis, yang menyebabkan efek

progesteron.

Progestin dapat digunakan sendirian atau dengan estrogen dalam kontrasepsi oral.

Selain itu, progestin tertentu digunakan dalam kontrasepsi jenis lain, seperti etonogestrel

dalam susuk implan dan depo-medroksiprogesteron asetat dalam kontrasepsi suntik.

Progesteron dapat mencegah kehamilan dengan beberapa cara:

Memblokir luteinizing hormone (LH), salah satu hormon reproduksi yang penting

dalam ovulasi.

Menghalangi terhadap masuknya sperma ke dalam rahim dengan membuat lendir

serviks tebal dan lengket

Progestin yang digunakan dalam kontrasepsi disebut sebagai:

Generasi kedua (Levonorgestrel, Noretisteron).

Generasi ketiga (Desogestrel, Gestoden, Norgestimate, Drospirenon). Progestin

generasi ketiga cenderung memiliki lebih sedikit efek samping. Namun, beberapa

studi menunjukkan mereka dapat menimbulkan risiko pembekuan darah sedikit

lebih tinggi daripada progestin generasi yang lebih tua.

c. Progesteron injeksi

Injeksi progesteron untuk kontrasepsi long acting berisi medroxy progesteron asetat

(MPA) yang berfungsi :

Menghalangi ovulasi dengan jalan menekan pembentukan LHRF (Luteinizing

Hormone Releasing Factor) dan FSHRF (Follicle Stimulating Hormone Releasing

Factor).

Merubah lendir serviks menjadi kental sehingga menghambat penetrasi sperma.

Menimbulkan perubahan pada endometrium sehingga tidak memungkinkan

terjadinya nidasi.

Merubah kecepatan transportasi ovum melalui tuba.

Tabel 1. Contoh Sediaan Kontrasepsi Hormonal

Estrogen Progestin Jumlah Pil

12

Page 13: Materi I_ Kelompok I_Ginekologi_Kotrasepsi & Terapi Sulih Hormon.docx

MONOFASIKEES 20 µgEES 30 µgEES 50 µg

Desogestrel 150 µgGestodem 75 µg

Desogestrel 150 µgLevonogestrel 150 µg

Linestrenol 2,5 µgLinestrenol 1 mg

282828282128

TRIFASIKEES 30 µgEES 40 µgEES 30 µg

Levonogestrel 50 µgLevonogestrel 75 µgLevonogestrel 125 µg

6510

EES 30 µgEES 40 µgEES 30 µg

Noretindron asetat 1 mgNoretindron asetat 1 mgNoretindron asetat 1 mg

6510

PIL MINI Noretindron asetat 0,35 mgNoretindron asetat 0,35 mg

2828

INJEKSI Medroxy progesterone asetat 50 mg/ml dan 150 mg/ml

-

Keterangan : µg = mikrogramEES = Etinil Estradiol

A. Pertimbangan Memilih Kontrasepsi Oral

a) Kandungan estrogen dalam kontrasepsi kombinasi oral pada rentang 20-40 mcg dan

umumnya sediaan dengan kandungan estrogen dan progesteron paling rendah yang

memberikan kontrol siklus yang baik dan efek samping minimal yang dipilih.

b) Pil mini kurang efektif dibandingkan dengan pil kombinasi dan dikaitkan dengan

pendarahan saat menstruasi. Pil mini harus diminum hari pertama menstruasi dan

harus diminum pada jam yang sama untuk mmelihara efektivitasnya

c) Simtom karena menggunakan kontrasepsi pada pertama siklus seperti pendarahan dan

estrogenik efek (mual, nyeri payudara, dan peningkatan tekanan darah) akan

berkurang pada siklus kedua atau ketiga. Sehingga pengguna harus dievaluasi selama

36 bulan pertama untuk mengetahui efek samping yang timbul.

d) Perhatikan tanda-tanda timbulnya bahaya karena penggunaan kontrasepsi hormonal

13

Page 14: Materi I_ Kelompok I_Ginekologi_Kotrasepsi & Terapi Sulih Hormon.docx

e) Wanita yang tetap mual setelah penggunaan kontrasepsi 3 bulan mungkin bermanfaat

beralih ke pil yang efek strogeniknya berkurang. Minum pil bersama makanan pada

malam hari mungkin akan menguranginya.

f) Sediaan dengan kekuatan rendah (mengandung 20 mcg etinilestradiol) terutama tepat

digunakan pada wanita dengan resiko penyakit sirkulasi, kelainan peredaran dara,

tetapi waspada terhadap resiko thromboembolisme. Jika boleh menggunakan

kontrasepsi oral kombinasi. Kontrasepsi oral kombinasi dianjurkan untuk tidak

dilanjutkan pada usia lebih dari 50 tahun karena ada pilihan lain yang lebih tepat.

g) Sediaan dengan kekuatan standar (mengandung 30 atau 35 mcg etinilestradiol atau

sediaan fase 30-40 mcg) tepat untuk penggunaan standar. Sediaan bifasik dan trifasik

umumnya dicadangkan pada wanita yang tetap mengalami perdarahan atau

breakthrough bleeding dengan sediaan monofasik.

h) Progesteron desogestrel, drospirenon dan gestoden (dalam kombinasi dengan

etinlestradiol) dapat digunakan pada wanita yang memiliki efek samping (seperti

jerawat, sakit kepala, depresi, penambahan berat badan, simtom payudara, dan

breakthrough bleeding) dengan progesterone lain. Akan tetapi tetap diperingatkan

bahwa desogestrel dan gestoden juga dapat meningkatkan resiko tromboembolisme

vena. Dospirenon, derivate spironolakton, memiliki aktivitas anti androgenik dan anti

mineralokortikoid; sebiaknya digunakan hati-hati jika terjadi peningkatan kadar

kalium. Progesterone norelgestromin dikombinasikan dengan etinilestrasiol dalam

pelster transdermal.

B. Interaksi Obat

Interaksi obat hormonal dengan obat lain yang diberikan bersamaan perlu

mendapatkan perhatian mengingat pemakaiannya pada ummnya jangka panjang. Pemakaian

jangka panjang memungkinkan nteraksi yang terjadi bermakna klinik.

14

Page 15: Materi I_ Kelompok I_Ginekologi_Kotrasepsi & Terapi Sulih Hormon.docx

1) Obat obat yang menginduksi metabolism hormon kontrasepsi sehingga dapat

menyebabkan bintik-bintik, pendarahan, dan kehamilan karena efek kontrasepsi

berkurang.

Karbamazepin

Ethosuksinamid

Fenobarbital

Fenitoin

Griseofulvin

Nelvinavir

Rifabutin

Rifampisin

2) Interaksi yang menyebabkan obat lain efeknya meningkat :

Antidepresan (Elavil, topranil, dll)ol

Kortikosteroid

Alcohol

β-bloker

takrolimus

3) Interaksi yang menyebabkan obat lain efeknya menurun

Tolbutamid

Metyldopa

Asetaminophen

C. Kegunaan Lain dari Hormon Kontrasepsi

Kontrasepsi hormonal kombinasi juga digunakan pada wanita muda yang mengalami

hipogonadisme primer untuk mencegah defisiensi estrogen. Selain itu, hormon juga

digunakan untuk terapi acne, hirsutism, disminore, dan endometriosis. Penggunaan

kontrasepsi kombinasi telah terbukti dapat menuunkan resiko terbentuknya kista ovarium,

15

Page 16: Materi I_ Kelompok I_Ginekologi_Kotrasepsi & Terapi Sulih Hormon.docx

kanker endometrium, tumor payudara, inflamasi pelvik, mengurangi insiden kehamilan

ektropik, defisiensi besi/anemia dan rheumatoid arthritis. Selain itu, hormon kontrasepsi oral

juga bermanfaat dala mengatasi problem yang timbul berkaitan dengan menstruasi yaitu

kram, nyeri, dan pendarahan. Jika digunakan dengan tepat kontrasepsi oral akan sangat aman

dan efektif.

D. Risiko Tromboembolisme Vena

Terdapat peningkatan risiko tromboembolisme vena (khususnya selama tahun

pertama) pada pengguna kontrasepsi oral namun risiko ini masih lebih rendah daripada risiko

tromboembolisme vena pada kehamilan (sekitar 60 kasus tromboembolisme vena per 100.000

kehamilan). Pada semua kasus, risiko tromboembolisme vena meningkat dengan

bertambahnya usia dan adanya faktor risiko tromboembolisme vena (misal: obesitas). Risiko

terjadinya tromboembolisme vena dengan plester transdermal belum diketahui. Kejadian

tromboembolisme vena pada wanita sehat tidak hamil yang tidak mengkonsumsi kontrasepsi

oral adalah sekitar 5 kasus/100.000 wanita per tahun. Beberapa penelitian melaporkan

peningkatan risiko tromboembolisme vena pada wanita yang menggunakan sediaan generasi

ketiga progestogen desogestrel dan gestoidene; sekitar 25/100.000 wanita per tahun.

Risiko absolut dari tromboembolisme vena pada wanita yang menggunakan

kontrasepsi oral kombinasi mengandung progestogen generasi ketiga berisiko kecil

dibandingkan dengan risiko yang terkait dengan kehamilan. Jika sudah dan hal ini

diinformasikan mengenai risiko tromboembolisme vena dan hal ini dapat diterima, pemilihan

kontrasepsi oral dilakukan bersama dengan dokter dan disesuaikan dengan riwayat kesehatan

individu dan adanya kontraindikasi.

Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral, atau menggunakan plester memiliki

risiko peningkatan thrombosis vena selama perjalanan karena immobilitas jangka panjang

(lebih dari 5 jam). Risiko dapat berkurang dengan latihan yang tepat selama perjalanan dan

kemungkinan dengan menggunakan kaos kaki elastis.

E. Lupa Minum Pil

16

Page 17: Materi I_ Kelompok I_Ginekologi_Kotrasepsi & Terapi Sulih Hormon.docx

Waktu kritis kehilangan efek perlindungan kontrasepsi adalah jika lupa minum pil

pada awal tau akhir siklus (interval bebas pil menjadi lebih panjang). Jika lupa minum pil,

maka sebaiknya pil diminum secepat mungkin di saat ia menyadarinya, dan untuk diminum

pada waktu biasanya. Jika terlambat 24 jam atau lebih, (khususnya pada periode awal) pil

mungkin tidak bekerja. Segera setelah menyadarinya, pasien sebaiknya melanjutkan

meminum pil secara normal. Akan tetapi, pasien tidak terlindungi selama 7 hari ke depan dan

oleh sebab itu tida boleh berhubungan atau sebaiknya menggunakan metode lain untuk

kontrasepsi seperti kondom. Bila 7 hari kedepan yang tang tidak terlindungi ada pada akhir

paket ini, paket selanjutnya sebaiknya dimulai segera dengan mengabaikan interval bebas pil

(atau pada kasus pil setiap hari/ everyday (ED) abaikan 7 tablet inaktif). Kontrasepsi darurat

dianjurkan jika lebih dari 2 tablet kontrasepsi oral kombinasi terlewat dari 7 tablet pertama

dalam paket.

F. Beberapa Kondisi Pelarangan Penggunaan Kontrasepsi Oral Kombinasi

Beberapa kondisi dimana kontrasepsi oral kombinasi tidak boleh diigunakan

pada wanita dengan :

1. Menyusui atau kurang dari 6 minggu setelah melahirkan

2. Usia >35 tahun dan merokok 15 batang sehari

3. Faktor risiko multipel untuk penyakit jantung (usia tua, merokok, diabetes, hipertensi)

4. Tekanan darah sistolik = 160 atau TD diastolik = 100 mmHg

5. Riwayat trombosis vena dalam atau emboli paru

6. Operasi besar dengan istirahat lama di tempat tidur

7. Riwayat sakit jantung iskemik

8. Stroke

9. Penyakit jantung katup komplikasi

10. Migrain dengan gejala neurologi fokal (dengan aura)

11. Migrain tanpa gejala neurologi fokal dan usia = 35 tahun

12. Riwayat kanker payudara

13. Diabetes dengan nefropati, retinopati, neuropati, penyakit vaskular, atau diabetes > 20

tahun

17

Page 18: Materi I_ Kelompok I_Ginekologi_Kotrasepsi & Terapi Sulih Hormon.docx

14. Sirosis berat

15. Kanker hati

G. Alasan Penghentian Segera

Kontrasepsi kombinasi hormonal atau terapi sulih hormon (HRT) sebaiknya

dihentikan (tunda investigasi dan pengobatan) jika terjadi gejala-gejala berikut :

Nyeri berat pada dada yang muncul dengan tiba-tiba (bahkan jika tidak menyebar pada

lengan kiri).

Kesulitan bernafas dengan tiba-tiba (atau batuk dengan noda darah pada sputum)

Nyeri berat pada betis pada satu kaki

Nyeri berat pada perut

Keluhan neurologi serius termasuk yang tidak biasa, sakit kepala yang berat dan

berkepanjangan khususnya baru pertama kali terjadi atau yang makin memburuk atau

hilangnya pandangan sebagian atau seluruhnya atau kehilangan pendengaran dengan tiba-

tiba atau gangguan kemampuan persepsi lainnya atau disfasia atau serangan sakit kepala

atau pingsan atau kejang epilepsi yang baru pertama kali terjadi atau kelemahan,

gangguan motorik, mati rasa yang mempengaruhi satu sisi atau satu bagian dari tubuh.

Hepatitis, ikterus, pembesaran hati

Tekanan darah sistolik di atas 160 mmHg dan diastolik 100mmHg.

Imobilisasi jangka panjang setelah pembedahan atau luka pada kaki.

Ada faktor risiko yang menjadi kontraindikasi pemberian obat.

H. Kontrasepsi Darurat

Levonorgestrel digunakan dalam kontrasepsi hormonal darurat. Obat ini akan efektif

jika diberikan dalam waktu 72 jam (3 hari) setelah senggama yang tidak terlindungi.

Penggunaan obat secepat mungkin akan meningkatkan efektivitas. Kontrasepsi hormonal

darurat kurang efektif dibanding pemasangan AKDR. Jika terjadi muntah dalam 3 jam setelah

menggunakan levonorgestrel, dosis pengganti dapat diberikan. Jika diperlukan antiemetik,

18

Page 19: Materi I_ Kelompok I_Ginekologi_Kotrasepsi & Terapi Sulih Hormon.docx

dianjurkan menggunakan domperidon. Saat meresepkan kontrasepsi hormonal darurat, dokter

sebaiknya menjelaskan;

Bahwa periode atau siklus menstruasi berikutnya dapat lebih cepat atau terlambat

Bahwa metode pelindung perlu digunakan sampai periode atau siklus menstruasi

berikutnya

Cepat kembali ke dokter jika terjadi nyeri pada abdomen bawah karena hal ini dapat

merupakan pertanda kehamilan ektopik (dan juga pada 3 sampai 4 minggu jika darah

menstruasi selanjutnya tidak normal, encer, kental atau singkat, atau tidak terjadi, atau

jika sebaliknya).

Efetivitas kontrasepsi hormonal darurat berkurang dengan obat-obat penginduksi

enzim, AKDR tembaga dapat. Tidak diperlukan peningkatan dosis kontrasepsi darurat jika

pasien menggunakan antibakteri yang tidak menginduksi enzim.

II.1.5 Kontrasepsi Injeksi Progestin (KIP) dan Plester

Medroksi progersteron asetat (MPA) adalah kontrasepsi kerja lama yang sama

efektifnya dengan KOK. Namun, karena efek samping yang berupa pola haid, cara ini

dianjurkan untuk akseptor bermotivasi tinggi dan telah mendapat cukup konseling tentang

perdarahan. Perdarahan berat banyak terjadi pada akseptor pada masa nifas, sehingga dosis

pertama sebaiknya diberikan pada minggu atau minggu ke-6 pasca persalinan. Bila sang ibu

tidak menyusui, KIP dapat dimulai pada hati ke-5 pasca persalinan asal risiko perdarahan

dijelaskan. Kesuburan tidak segera pulih setelah suntikan dihentikan, demikian juga pola haid

yang tidak teratur.

II.1.6 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Progesteron

Sistem AKDR progesteron, melepaskan levonorgestrel secara langsung ke uterine

cavity. Digunakan sebagai kontrasepsi untuk pengobatan menoragi primer dan untuk

pencegahan hyperplasia endometrium selama terapi sulih hormon dengan estrogen. Dapat

dijadikan metode kontrasepsi pilihan pada wanita menstruasi berat. Efek bersifat local AKDR

dan hormonal termasuk pencegahan proliferasi endometrium, penebalan mucus serviks dan

19

Page 20: Materi I_ Kelompok I_Ginekologi_Kotrasepsi & Terapi Sulih Hormon.docx

supresi ovulasi pada beberapa wanita (pada beberapa siklus). Aktivitas progestogenik,

menambah efek kontrasepsi AKDR. Kesuburan cepat kembali jika alat dilepas. Kelebihan

AKDR tembaga yaitu memperbaiki disminerrhoe dan mengurangi kehilangan darah; juga

terbukti menurunkan frekuensi terjadinya penyakit inflamatori velviks (khususnya pada

kelompok muda yang memiliki risiko terbesar).

Pada menoragi primer, perdarahan menstruasi berkurang signifikan dalam 3-6 bulan

setelah pemasangan AKDR levonorgestrel, mungkin karena efek mencegah prolierasi

endometrial. Umumnya label peringatan, perhatian dan kontraindikasi untuk AKDR

lenovorgestrel sama dengan AKDR lain, tapi risiko kehamilan ektopik lebih kecil. Selain itu,

karena levonorgestrel dilepaskan dengan tempat kerja kontrasepsi (pada mucus serviks dan

endometrium) efek samping progestogenik dan interaksinya lebih sedikit; khususnya dimana

obat-obat penginduksi enzim menurunkan efek kontrasepsi dan secara tidak signifikan,

kontrasepsi tambahan tidak diperlukan. Awalnya, perubahan pola dan durasi perdarahan

menstruasi (noda dan perdarahan yang panjang) bisa terjadi. Tidak boleh terjadi gangguan

endometrium sebelum pemasangan dan pasien sebaiknya diberikan konseling akan hal ini.

Perbaikan terhadap efek samping progestogenik seperti mastalgia dan perubahan

perasaan/mood dan pola perdarahan biasanya terjadi beberapa bulan setelah pemasangan

AKDR dan menjadi sangat ringan atau hilang. Kista ovarium (biasanya asimtomatik) dapat

terjadi dan biasanya teratasi secara spontan (dianjurkan pemeriksaan USG).

II.1.7 Intra-Uterine Contraceptive Devices (IUD)

IUDs menimbulkna inflamasi intrauterine pada tingkat yang rendah, meningkatkan

pembentukan prostaglandin, dan mengganggu terjadinya pembuahan.

Indikasi : kontrasepsi

Peringatan : anemia, menorrhagia (system progesterone intra-uterine mungkin lebih

disukai), endometriosis, disminor primer berat, riwayat penyakit inflamsi pelvis, riwayat

kehamilan ektopik atau pembedahan tuba, diabetes, masalah kesuburan, nulliparity dan usia

muda, severely scarred uterus (termasuk pasca pembedahan endometrium) atau stenosis

serviks berat; penyakit katup jantung atau riwayat endokarditis (diperlukan cover antibacterial

20

Page 21: Materi I_ Kelompok I_Ginekologi_Kotrasepsi & Terapi Sulih Hormon.docx

pada pemasangan); imunosupresi yang teriduksi obat atau penyakit (risiko infeksi hindarkan

jika ada tanda-tanda imunosupresi); epilepsi; peningkatan risiko terlepas jika dipasang

sebelum involusi uterin; pengujian ginekologi sebelum pemasangan, 6-8 minggu setelahnya

dinasihatkan agar perempuan segera mengunjungi dokter setiap tahun dalam kasus timbul

gejala yang signifikan, terutama nyeri, terapi antikoagulan (hindarkan jika mungkin), lepaskan

jika hamil, peningkatan kecenderungan yang mungkin ekptopik.

Kontraindikasi: kehamilan, anemia berat, infeksi yang disebabkan oleh hubungan seksual

(jika tidak diobati sepenunhnya), perdarahn uterin yang tidak dapat dijelaskan, rongga uterin

yang kecil atau terganggu, genital malignancy, penyakit trofoblafik aktif, penyakit inflamasi

felviks, tanda-tanda imunosupresi, copper devices, alergi tembaga, penyakit Wilson, medical

diatermi.

Efek samping: perforasi uterin atau serviks, salah penempatan, terlepas, infeksi felviks,

menorrhagia, disminor, alergi, pada pemasangan: nyeri (diringankan oleh AINS seperti

ibuprofen 30 menit sebelum pemasangan) dan perdarahan, kadang-kadang epileptic seizure

dan serangan vasovagal.

II.1.8 Evaluasi Penggunaan Kontrasepsi

1) Pengguna harus dievaluasi setelah menggunakan 3-6 bulan untuk mengetahui ESO

yang tidak diinginkan jika ingin menggunakan secara kontinu.

2) Tekanan darah harus dipantau setiap tahun

3) Kadar gula darah harus dipantau terutama pada pasien yang mempunyai riwayat

toleransi glukosa.

4) Harus dilakukan skreening sitotoksik setiap thun dan dipantau problem yang mungkin

berkaitan dengan penggunaan kontrasepsi.

5) Wanita pengguna norplan haru dipantau siklus menstruasi, pertambahan berat badan,

inflamasi tempat implant, acne, nyeri, sakit kepala, kerontokan rambut dsb.

6) Wanita pengguna MPA harus dipantau siklus menstruasibdan pertambahan BB.

II.2 Terapi Sulih Hormon

21

Page 22: Materi I_ Kelompok I_Ginekologi_Kotrasepsi & Terapi Sulih Hormon.docx

II.2.1 Definisi

Menopause adalah penghentian menstruasi secara permanen diikuti hilangnya

aktivitas folikular ovarium.

Perimenopause adalah periode transisi sebelum dan 1 tahun pertama setelah

menopause, yangberlangsung selama kira-kira 5 tahun.

Gagal ovum prematur adalah suatu kondisi yang ditunjukkan defisiensi hormon

steroid kelamin, amenorhea, dan infertilitas pada perempuan yang berusia < 40

tahun.

II.2.2 Fisiologi

Aksis hipotalamik-pituitari-ovarium mengendalikan fisiologi reproduktif selama masa

reproduktif. Hormon FSH dan LH, yang diproduksi oleh pituitari sebagai respon dari

hormon GnRH yang diproduksi oleh hipotalamus, mengatur fungsi ovarium.

Gonadotropin dipengaruhi oleh umpan balik negatif dari hormon steroid kelamin

estradiol dan progesteron.

Perubahan patofisiologis yang terkait dengan menopause diakibatkan oleh hilangnya

aktivitas folikular ovarium. Ovarium post menopausal tidak lagi menjadi tempat utama

sintesis Estradiol atau Progesteron.

Seiring dengan bertambahnya usia perempuan, hormon FSH yang bersirkulasi

meningkat secara progresif dan inhibin ovarium menurun. Menopause ditunjukkan

dengan peningkatan hormon FSH yang bersirkulasi 10-15 kali dibandingkan

konsentrasi fase folikular, peningkatan hormon FH 4-5 kali, dan penurunan Estradiol

90%.

II.2.3 Tampilan Klinis

Gejala-gejala vasomotor (misalnya sensasi panas dan berkeringat malam hari)

merupakan gejala jangka pendek yang umum dari penurunan Estrogen, yang

umumnya akan hilang dalam 1-2 tahun, tetapi kadang-kadang dapat

berlangsung selama 20 tahun.

Kekeringan vagina juga secara langsung terkait dengan kekurangan Estrogen.

22

Page 23: Materi I_ Kelompok I_Ginekologi_Kotrasepsi & Terapi Sulih Hormon.docx

Gejala-gejala lainnya, termasuk perubahan mood, depresi, insomnia, migrain,

formikasi, athralgia, myalgia dan peningkatan frekuensi urinasi, dihubungkan

dengan menopause, tetapi hubungan antara gejala-gejala ini dengan estrogen

masih kontroversial.

Selain gejala-gejala vasomotor, gejala-gejala psikologis (misalnya kecemasan,

perubahan mood dan depresi) dan gangguan seksual meningkat dengan jelas

selama perimenopause.

Morbiditas jangka panjang yang terkait dengan menopause termasuk

penurunan massa tulang, osteoporosis dan penyakit kardiovaskular.

II.2.4 Diagnosis

Menopause ditentukan secara retrospektif setelah 12 bulan berturut-turut dari

amenorhea.

Diagnosis menopause hendaknya mencakup sejarah medis komprehensif dan

pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah lengkap dan pengukuran serum FSH.

Pada saat fungsi ovarium telah berhenti, konsentrasi serum FSH melebihi 40

mIU/mL.

Peningkatan fungsi tiroid dan kehamilan harus disingkirkan.

II.2.5 Hasil yang diharapkan

Tujuan terapi sulih hormon adalah meningkatkan kualitas hidup, mengatasi gejala

menopausal dan menurunkan morbiditas dan mortalitas yang terkait dengan defisiensi hormon

steroid kelamin.

II.2.6 Pengobatan

Terapi sulih hormon merupakan suatu subjek yang menjadi subjek yang

menarik dalam kesehatan perempuan.

Terapi yang ditujukan pada gejala-gejala menopausal seperti sensasi panas

(hot flashes) sering bersifat jangka pendek, dimana terapi yang ditujukan pada

23

Page 24: Materi I_ Kelompok I_Ginekologi_Kotrasepsi & Terapi Sulih Hormon.docx

indikasi lain, misalnya pencegahan osteoporosis umumnya bersifat jangka

panjang.

II.2.7 Pengobatan Non Farmakologi

Gejala vasomotor ringan sering dapat diatasi dengan perubahan gaya hidup,

mengurangi konsumsi kafein dan minuman panas, olahraga, dan praktik

kesehatan lainnya.

Kekeringan vagina ringan kadang-kadang dapat diatasi dengan krim vaginal

non estrogenik, namun kekeringan vagina yang signifikan membutuhkan terapi

estrogen lokal atau sistemik.

Kebanyakan dasar dari penggunaan fitoestrogen dalam pengobatan gejala

menopause berasal dari studi observasional. Namun demikian, beberapa studi

menyatakan bahwa suplemen fitoestrogen tidak memberikan keuntungan.

Faktanya penggunaan fitoestrogen dapat merugikan pada perempuan yang

menderita kanker payudara positif reseptor estrogen karena penggunaan

fitoestrogen dapat memperburuk keadaannya dan lebih lanjut dapat

mengganggu efek dari Tamoxifen.

Fitoestrogen menurunkan konsentrasi LDL dan trigliserida, tidak mengubah

konsentrasi HDL dan dapat meningkatkan densitas tulang.

Terdapat 3 kelas utama fitoestrogen yaitu isoflavon (kacang kedelai), lignan

(sereal) dan kumestan. Potensi biologi dari fitoestrogen bervariasi dan lebih

rendah dibandingkan estrogen sintetik.

a. Estrogen

Estrogen dapat diberikan melalui berbagai produk, rute dan metode. Tidak ada

bukti bahwa satu senyawa lebih efektif daripada lainnya dalam mengatasi gejala

menopausal, pencegahan penyakit kardiovaskular, pencegahan atau pengobatan

osteoporosis.

24

Page 25: Materi I_ Kelompok I_Ginekologi_Kotrasepsi & Terapi Sulih Hormon.docx

Perbedaan rute pemberian menghasilkan profil farmakokinetik, lipid dan

keamanan. Penggunaan terapi sulih hormon dan pemilihan regimen hendaknya

ditentukan pada saat konsultasi dengan pasien untuk memastikan penerimaan dan

kesesuaian.

Rute oral dan transdermal adalah yang paling sering digunakan. Konjugat equine

estrogen oral adalah yang paling populer. Konjugat equin estrogen adalah

campuran senyawa estrogen, terutama estron sulfat, yang beberapanya tidak

ditemukan pada manusia.

Estradiol adalah bentuk yang predominan dan paling aktif dari estrogen

endogenus. Pengukuran konsentrasi serum estradiol tidak berguna bagi monitoring

terapi sulih hormon.

Estradiol tersedia dalam bentuk gel atau krim perkutan, pelet yang dimasukkan

secara subkutan, semprotan intranasal, krim, tablet dan ring vaginal.

Dosis awal adalah dosis minimal yang dibutuhkan untuk mengobati gejala

vasomotor dan kehilangan massa tulang. Konjugat equin estrogen oral 0,3mg/hari

setara dengan estradiol transdermal 25 µg/hari, atau estradiol micronized oral 1

mg/hari.

Efek samping yang umum mencakup nausea, sakit kepala, payudara kencang dan

perdarahan vaginal yang berat. Strategi untuk meminimalkan efek samping

mencakup dosis awal yang rendah dan penggunaan transdermal estrogen, yang

lebih jarang menyebabkan nausea, sakit kepala, payudara kencang dan trombosis

pembuluh darah dalam dibandingkan estrogen awal.

b. Progestin

Progestin harus ditambahkan karena terapi tunggal dengan estrogen dapat

menyebabkan hiperplasia endometrial dan kanker pada perempuan yang belum

menjalani histerektomi. Progestin Oral yang paling sering digunakan yaitu

25

Page 26: Materi I_ Kelompok I_Ginekologi_Kotrasepsi & Terapi Sulih Hormon.docx

medroksi progesteron asetat. Progesteron micronized tampak sebagai alternatif

yang efektif.

Efek samping yang umum mencakup iritabilitas, depresi dan sakit kepala.

Beberapa perempuan mengalami gejala seperti pra menstrual, seperti perubahan

mood, kembung, retensi cairan, dan gangguan tidur. Strategi untuk mengatasi efek

samping mencakup perubahan regimen dan rute pemberian, dan sebagai usaha

terakhir mengubah keterapi tunggal estrogen.

Metode Pemberian Estrogen dan Progestin

Estrogen biasanya diberikan harian. Progestin harus diberikan paling tidak selama

12-14 hari pada siklus 28 hari.

Tabel 2. Metode Pemberian Estrogen & Progestin

RegimenDosis

EstrogenDosis Progestin

Konjugat equin estrogen + medroksi progesteron asetat oral

0,625 mg5 mg selama 14 hari per siklus 28 hari (regimen siklikal)

Konjugat equin estrogen + medroksi progesteron asetat oral

0,625 mg2,5 mg atau 5 mg (regimen kontinu)

Etinyl estradiol + Noretindron oral

5 µg1 mg (regimen kontinu)

Estradiol + Norgestimat oral1 mg

0,09 mg (regimen kontinu)

Estradiol + Noretindron asetat transdermal

50 µg/ hari140 µg/hari atau 250 µg/hari (regimen kontinu)

Terapi sulih hormon sekuensial (misalnya progestin 12-14 hari dalam siklus 28

hari)n menyebabkan perdarahan vaginal teratur. Terapi sulih hormon kombinasi

kontinu pada awalnya menyebabkan perdarahan tak terduga terutama pada

perempuan yang baru saja mengalami menopause. Terapi sulih hormon kombinasi

kontinu menyebabkan atropi endometrial dan menghilangkan perdarahan vaginal

Kontraindikasi terapi sulih hormon mencakup kanker endometrium, kanker

payudara, perdarahan vaginal yang tidak terdiagnosa, trombosis vaskular,

gangguan hati yang aktif. Kontraindikasi yang relatif mencakup leiomyoma, sakit

kepala sebelah dan kejang.

26

Page 27: Materi I_ Kelompok I_Ginekologi_Kotrasepsi & Terapi Sulih Hormon.docx

c. Tibolon

Tibolon adalah suatu steroid gonadomimetik sintetik yang memiliki kombinasi

aktivitas estrogenik, progestogenik dan androgenik. Tibolon memiliki efek

menguntungkan pada mood, libido dan densitas tulang; mengatasi gejala

menopausal dan atropi vaginal; dan menurunkan total kolesterol, trigliserida,

lipoprotein dan sangat disayangkan menurunkan pula komsentrasi HDL.

Tibolon menyebabkan atropi endometrial sehingga tidak menyebabkan

perdarahan.

Efek samping utama yaitu peningkatan bobot tubuh dan kembung

II.2.8 Manfaat Terapi Sulih Hormon

a) Mengatasi gejala menopausal

Estrogen mengatasi sensasi panas pada kebanyakan perempuan. Tidak ada

terapi lain yang seefektif pengganti estrogen untuk mengatasi gejala vasomotor

yang signifikan.

Alternatif pengganti estrogen untuk mengatasi sensasi panas mencakup

inhibitor ambilan serotonin (misal venlafaxine 37,5 – 150 mg/hari), metil dopa,

klonidin, medroksi progesteron asetat, dan megestrol asetat.

Estrogen lokal atau sistemik mengatasi gejala kekeringan vaginal dan

menurunkan resiko infeksi saluran urin tetapi tidak mengatasi inkontinensia

urin. Progestin intermiten hendaknya ditambahkan pada perempuan yang

memiliki uterus intact, meskipun estrogen diberikan topikal (krim vaginal

konjugat equin estrogen harian dan progestin selama 10 hari setiap 12 minggu).

Penyakit Kardiovaskular.

Estrogen menurunkan resiko penyakit kardiovaskular baik pada dosis konjugat

equin estrogen 0,3 ataupun 0,625 mg per hari dan apakah dikombinasikan

dengan progestin atau tidak. Namun demikian, konjugat equin estrogen pada

0,625 mg per hari dapat meningkatkan resiko struk. Hal ini menjelaskan bahwa

terapi sulih hormon dapat menyebabkan efek trombotik selama perbaikan

lipoprotein lipid.

27

Page 28: Materi I_ Kelompok I_Ginekologi_Kotrasepsi & Terapi Sulih Hormon.docx

b) Manfaat potensial lainnya

Estrogen terkait dengan perbaikan mood yang signifikan pada perempuan yang

mengalami depresi perimenopausal.

Estrogen diduga memiliki efek yang menguntungkan pada kognisi dan

menurunkan resiko demensia. Beberapa studi menunjukkan bahwa estrogen

menurunkan insiden atau perkembangan dari penyakit alzeimer. Terapi sulih

hormon tampaknya menurunkan resiko kanker kolerektal.

II.2.9 Pengobatan Gagal Ovarium Prematur

Tujuan dari terapi pada perempuan dengan gagal ovarium primer adalah

memberikan regimen terapi sulih hormon yang mempertahankan massa tulang.

Dosis awal Konjugat equin estrogen adalah 0,3 mg per hari dan dosis perawatan

adalah 1,25 mg per hari.

Pada amenorhea primer (misalnya pada perempuan dengan usia ≥ 16 tahun yang

belum mengalami menstruasi) dosis ditingkatkan secara gradual dengan interval 6

bulan untuk pematangan fisik dan penyesuaian. Terapi progestin siklikal (12-14

hari perbulan) hendaknya ditambahkan menjelang akhir tahun kedua.

Pada amenorhea sekunder (misalnya berhentinya menstruasi selama ≥ 6 bulan pada

perempuan sebelumnya pernah mengalami menstruasi) dosis dapat dititrasi pada

periode 6 bulan. Terapi progestin dapat dimulai bersamaan.

II.2.10 Resiko Terapi Sulih Hormon

Persepsi bahwa terapi sulih hormon dapat meningkatkan resiko kanker payudara

menjadi perhatian utama. Studi menunjukkan bahwa peningkatan yang terjadi

signifikan secara statistik. Namun demikian, peningkatan absolutnya kecil. Kanker

payudara yang terjadi dapat didiagnosa dengan mudah dan mortalitasnya dapat

diturunkan.

Resiko yang terkait dengan terapi tunggal estrogen yang sudah terbukti adalah

hiperplasia dan kanker endometrial. Namun demikian, kanker yang terjadi dapat

dicegah dengan penambahan progestin. Terapi sulih hormon dapat meningkatkan

28

Page 29: Materi I_ Kelompok I_Ginekologi_Kotrasepsi & Terapi Sulih Hormon.docx

resiko trombo embolisme vena 3,6 kali dan hendaknya dihindari penggunaannya

pada perempuan dengan resiko tinggi terjadinya trombo embolik.

Penyakit batu empedu yang merupakan komplikasi dari penggunaan estrogen oral

dapat dicegah dengan menggantinya dengan estrogen transdermal.

II.2.11 Inisiasi dan Evaluasi Terapi Sulih Hormon

Sebelum inisiasi terapi sulih hormon, studi berikut hendaknya dilakukan: sejarah

medis lengkap termasuk sejarah masalah trombotik pribadi dan keluarga dan

pemeriksaan fisik termasuk pemeriksaan kardiovaskular lengkap, assesment status

steroid serta pemeriksaan payudara dan dasar pelvis. Pemeriksaan sitologi servikal

Papanicolaou dan screening mamografi hendaknya negatif.

Pasien harus mendapatkan edukasi mengenai resiko dan manfaat terapi sulih

hormon. Keputusan untuk memulai terapi sulih hormon hendaknya berdasarkan

gejala menopausal individual dan resiko osteoporosis, penyakit arteri koroner,

kanker payudara dan trombo embolisme.

Kunjungan selama 6 minggu dapat berguna untuk mengevaluasi pasien atas

pengobatan gejala, efek samping dan pola perdarahan.

Jika diberikan untuk jangka panjang, monitoring tahunan hendaknya dilakukan

termasuk sejarah medis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan medis, pemeriksaan

tekanan darah dan pemeriksaan rutin untuk kanker payudara dan endometrial.

Evaluasi endometrial harus dipertimbangkan jika perdarahan terjadi sewaktu-

waktu selain dari periode yang diperhitungkan atau perdarahannya berat atau lama

selama terapi sulih hormon sekuensial dan jika perdarahan terjadi > 6 bulan setelah

dimulaiya terapi sulih hormon kontinu.

BAB IV

KESIMPULAN

29

Page 30: Materi I_ Kelompok I_Ginekologi_Kotrasepsi & Terapi Sulih Hormon.docx

Kontrasepsi adalah suatu metode untuk menghindari/mencegah terjadinya kehamilan

sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut dengan

menghambat sperma untuk mencapai ovum yang matang (metode yang bertindak sebagai

penghalang atau mencegah ovulasi) atau dengan mencegah ovum yang telah terbuahi dari

implantasi dalam endometrium. Untuk mencapainya ada beberapa cara :

a. Menggunakan non estrogen, progesterone, atau kombinasinya.

b. Secara tertentu, seperti intra uterin device (IUD), Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

(AKDR), kondom, diafragma, spermatisida, dan diafragma yang diberi spermatisid

c. Teknik senggama terputus dan cara kalender

d. Sterilisasi yaitu melalui vasektomi dan tubektomi

Hormon cegah kehamilan dengan cara menghambat ovulasi (pematangan sel telur)

sehingga sel telur tidak siap dibuahi atau dengan mencegah inplantasi sel telur yang telah

dibuahi pada endometrium. Kontrasepsi oral yang mengandung estrogen dan progesteron

(kontrasepsi oral kombinasi/KOK) merupakan sediaan yang paling efektif untuk digunakan

umum. Manfaat kontrasepsi kombinasi oral antara lain:

1. Terpercaya dan efeknya bersifat sementara

2. Mengurangi dismenore dan menoragi

3. Mengurangi terjadinya ketegangan pramenstruasi

4. Lebih sedikit terjadi kista fibroids simptomatik dan kista ovarium

5. Lebih sedikit terjadi kelainan payudara non-maligna

6. Mengurangi resiko kanker ovarium dan endometrium

7. Mengurangi resiko penyakit inflamasi pelvis, yang m\erupakan resiko dari penggunaan

AKDR

Adapun Evaluasi penggunaan kontrasepsi yaitu:

1. Pengguna harus dievaluasi setelah menggunakan 3-6 bulan untuk mengetahui ESO

yang tidak diinginkan jika ingin menggunakan secara kontinu.

2. Tekanan darah harus dipantau setiap tahun

30

Page 31: Materi I_ Kelompok I_Ginekologi_Kotrasepsi & Terapi Sulih Hormon.docx

3. Kadar gula darah harus dipantau terutama pada pasien yang mempunyai riwayat

toleransi glukosa.

4. Haru dilakukan skrening sitotoksik setiap thun dan dipantau problem yang mungkin

berkaitan dengan penggunaan kontrasepsi

5. Wanita pengguna norplan haru dipantau siklus menstruasi, pertambahan berat badan,

inflamasi tempat implant, acne, nyeri, sakit kepala, kerontoan rambut dsb.

6. Wanita pengguna MPA harus dipantau siklus menstruasibdan pertambahan BB

Terapi sulih hormon merupakan suatu subjek yang menjadi subjek yang menarik

dalam kesehatan perempuan. Terapi yang ditujukan pada gejala-gejala menopausal seperti

sensasi panas (hot flashes) sering bersifat jangka pendek, dimana terapi yang ditujukan pada

indikasi lain, misalnya pencegahan osteoporosis umumnya bersifat jangka panjang. Terapi ini

bermanfaat antara lain untuk:

Mengatasi gejala menopausal

Estrogen terkait dengan perbaikan mood yang signifikan pada perempuan yang

mengalami depresi perimenopausal.

Estrogen diduga memiliki efek yang menguntungkan pada kognisi dan menurunkan

resiko demensia. Beberapa studi menunjukkan bahwa estrogen menurunkan insiden

atau perkembangan dari penyakit alzeimer. Terapi sulih hormon tampaknya

menurunkan resiko kanker kolerektal.

DAFTAR PUSTAKA

31

Page 32: Materi I_ Kelompok I_Ginekologi_Kotrasepsi & Terapi Sulih Hormon.docx

DiPiro, J.T., Welss, B.G., Schwinghammer TL., .2011. Pharmacotherapy Handbook 8th

Edition, McGraw-Hill Companies, New York

F.Y Widodo. 2011. Efek Pemakaian Pil Kontrasepsi Kombinasi Terhadap Kadar

Glukosa Darah. Jurnal Ilmiah FK Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Vol 1 Nomor

2 Juli 2011 hal. 31-41

Badan POM RI. 2009. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta; hal. 561-573,

hal. 515-532

Priyanto. 2009. Farmakoterapi & Terminologi Medis. Leskonfi: Jakarta.

32

Page 33: Materi I_ Kelompok I_Ginekologi_Kotrasepsi & Terapi Sulih Hormon.docx

1