Upload
brilly-cahyo
View
58
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
MAKALAH PENUGASAN PENERIMAAN MAHASISWA BARU UNIVERSITAS DIPONEGEROPROGRAM MAHASISWA INOVATIFSEMARANG
Citation preview
Penugasan Makalah Inovatif Mahasiswa
Tahun 2013
Disusun Oleh:
Annisa Istiqomah Septiana
TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Masalah Pengembangan
Pertanian Indonesia”. Makalah ini diajukan dalam rangka memenuhi tugas
Penerimaan Mahasiswa Baru Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas
Diponegoro Semarang.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman, orang tua,
kakak tingkat serta dosen Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro
Semarang yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat
untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Semarang, Oktober 2013
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………..1
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….2
BAB 1
PENDAHULUAN…………………………………………………………………. ..3
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….. ....31.2 Maksud dan Tujuan Penulisan……………………………………………. ....4
1.3 Manfaat Penulisan………………………………………………………… ....4
BAB 2
ISI…………………………………………………………………………...…..........5
2.1 Masalah Pembangunan Pertanian Indonesia………………………………….5
2.2 Pembangunan Pertanian Beberapa Negara Asia Tenggara……………...........6
2.2.1 Pembangunan Pertanian Thailand………………………………....6
2.2.2 Pembangunan Pertanian Vietnam…………………………………7
2.3 Upaya Pemerintah Dalam Memperbaiki Pembangunan Pertanian Indonesia..8
BAB 3
PENUTUP………………………………………………………………………..…16
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………..16
3.2 Saran dan Solusi……………………………………………………………..16
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………18
LAMPIRAN
Biodata Penulis…………………………………………………………………19
2
BAB 1
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Masyarakat dunia kini semakin merasa terancam dengan krisis pangan yang
kian marak terjadi di negara-negara berkembang, tidak terkecuali benua yang
memiliki Negara-negara pengekspor beras utama di dunia, yaitu Asia. Asia terkenal
memiliki negara-negara agraris yang kaya akan sumber daya pangan serta lahan
pertanian yang dibutuhkan olah masyarakat belahan dunia manapun untuk memenuhi
kebutuhan pangan mereka. Namun, banyak faktor yang menyebabkan negara-negara
tersebut tidak mendapatkan keuntungan sebagaimana seharusnya. Salah satu
faktornya adalah pengembangan sistem pertanian negara yang kurang tepat serta
kurangnya perhatian pemerintah yang bersangkutan. Indonesia termasuk salah satu
contoh Negara di Asia yang memiliki masalah dalam kebutuhan pangan
masyarakatnya. Oleh karena itu, butuh pembanding dalam keberhasilan sistem
pertanian dari beberapa Negara agraris lain di Asia, khususnya Asia Tenggara, yang
bertujuan untuk meningkatkan pengembangan pertanian di Indonesia serta
meminimalisasi masalah krisis pangan di dunia.
3
I.2 Maksud dan Tujuan Penulisan
Pembuatan makalah ini dimaksudkan untuk membandingkan
pembangunan pertanian Indonesia dengan Negara agraris lain yang berhasil dalam
pembangunan pertaniannya dan makalah ini bertujuan agar masyarakat dan
pemerintah Indonesia dapat memperbaiki pengembangan sistem pertanian Negara
dan meminimalisasi krisis pangan yang terjadi di masyarakat.
I.3 Manfaat Penulisan
Memajukan pembangunan pertanian dan meningkatkan kualitas petani
Indonesia.
4
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Masalah Pembangunan Pertanian Indonesia
Permasalahan pada pembangunan pertanian, khususnya produk pangan, dapat
diidentifikasi dari aspek produksi, konsumsi dan distribusi. Orientasin kebijakan
pembangunan pertanian yang mengutamakan pada produksi bahan pangan terutama
beras cenderung mengabaikan potensi sumber pangan lain, sehingga menyebabkan
beban kebijaksanaan pnagn menjadi semakin berat. Akibatnya, setiap pelaksanaan
program peningkatan produksi beras membutuhkan biaya yang makin mahal.
Dari aspek konsumsi, pemahaman bahwa konsumsi beras merupakan
indikator masyarakat maju menyebabkan perubahan kebiasaan dan ketergantungan
konsumsi pangan pada beras. Bahkan, perubahan kebiasaan yang dipaksakan dari
makanan pokok noon-beras ke beras menyebabkan ketergantungan terhadap beras
semakin besar. Keadaan menjadi lebih sulit dengan kebutuhan beras yang tidak
didukung oleh keampuan daerah dalam menyediakan produksi pangannya.
Ketimpangan antara produksi dengan konsumsi, menyebabkan harga berfluktuasi.
Masalah lain akan muncul apabila petani, baik secara individual atau kelompok,tidak
mampu mengendalikan produk pangan sejak produksi, distribusi dan pengelolaan
pendapatan. Lemahnya daya saing petani, menyebabkan rendahnya pendapatan dan
kesejahteraan petani yang pada akhirnya tidak memotivasi petani untuk
meningkatkan produksi lebih lanjut.
5
Dunia agribisinis Negara-negara berkembang, khususnya Indonesia,
umumnya merupakan suatu sistem pertanian rakyat dan hanya sedikit saja yang
merupakan sistem perusahaan pertanian. Walaupun keduanya tidak dapat dipisahkan
dan sangat menentukan kinerja secara keseluruhan pertanian Indonesia, akan tetapi
perbedaan pada skala usaha, penguasaan teknologi, kemampuan manajemen dan
perspektif pemasaran sudah cukup mewakili kenyataan bahwa keduanya merupakan
dua hal yang sangat berbeda. Sangat sulit untuk mengulang sukses swasembada beras
selama hamper sepuluh tahun jika tidak dilakukan beberapa terobosan dan inovasi
baru serta pemanfaatan peluang agribisnis didepan mata. Dengan bergesernya
manajemen agribisnis dari produksi menjadi pasar, pemanfaatan peluang dan potensi
serta terobosan baru pada sekotr buah-buahan jelas mutlak ditempuh, atau sistem
agribisnis Indonesia akan terlindas oleh era globalisasi dan perdagangan bebas.
Namun, sebagaimana sudah menjadi kebiasaan pada komoditas pertanian
pada umumnya, buah-buahan Indonesia diproduksi oleh petani buah yang jumlahnya
tidak sedikit. Luas lahan garapan atau area tanam dan panen buah-buahan di
Indonesia relatif kecil. Sifat musiman yang besar, manajemen usaha tani yang sangat
sederhana dan terkesan seadanya karena lebih banyak sebagai usaha sampingan serta
penanganan pasca panen yang minim dan tidak memadai. Strategi pemasaran yang
diterapkan para petani pun juga masih seadanya. Para petani cenderung menanam
buah-buahan yang berumur pendek pada waktu yang bersamaan.
2.2 Pembangunan Pertanian Beberapa Negara di Asia Tenggara
2.2.1 Pembangunan Pertanian Thailand
Thailand adalah contoh negara yang telah melakukan transformasi dari negara
agraris menjadi negara industri, dengan tetap menempatkan pertanian sebagai sektor
yang penting.
6
Kemajuan pembangunan pertanian di Thailand telah diketahui secara luas.
Selain lebih mampu mencukupi kebutuhan pangan untuk masyarakatnya, Thailand
juga dikenal karena menghasilkan buah-buahan dan benih sayuran yang berkualitas
tinggi, seperti durian bangkok, pepaya bangkok, dan berbagai sayuran unggul lain.
Pada tanggal 6 Desember 1995, lembaga FAO telah memberikan medali
emas "Agricola" kepada Raja Bumiphol sebagai bentuk penghargaan atas
kepemimpinannya yang menonjol dalam 2 pembangunan pertanian. Penghargaan ini
merupakan penghargaan yang bergengsi tinggi, karena hanya diberikan kepada sangat
sedikit pemimpin dunia. Keberhasilan Thailand tersebut didukung oleh berbagai
faktor. Salah satu strategi khas yang diterapkannya adalah menggunaankan
pendekatan kultural dalam pembangunan pertanian dan pedesaan, yang berpusat
kepada kepemimpinan raja dan jajaran birokrasi pada umumnya.
2.2.2 Pembangunan Pertanian Vietnam
Keberhasilan Vietnam mengatasi masalah pangan dan kini menjadi
pengekspor pangan, termasuk beras ke Indonesia patut dicontoh. Kerja sama yang
intensif untuk bisa mengikuti jejak Vietnam perlu dijalin, khususnya dalam hal
kebijakan dan penerapan teknologi pertanian.
FAO memperkirakan, antara saat ini hingga tahun 2050, 91 persen
pertambahan dalam produksi pangan akan berasal dari panen yang lebih tinggi. Hal
itu berarti penelitian adalah kuncinya, dan organisasinya bekerja sama dengan negara-
negara lain, untuk memperbaiki produksi. Pemerintah Vietnam telah melakukan
berbagai kebijakan untuk menciptakan pertanian berkelanjutan. Menteri Pertanian
dan dan Pembangunan Pedesaan Vietnam, Cao Duc Phat, menyatakan bahwa
pemerintah Vietnam melakukan investasi dengan membangun infrastruktur untuk
mendukung produksi beras berupa irigasi.
7
Selain dukungan infrastruktur, pemerintah Vietnam juga memberikan
berbagai bantuan kepada petani. Bantuan tersebut, antara lain berupa sistem
perbankan untuk petani. Ini dilakukan agar petani mendapat pinjaman dengan lebih
mudah. Kebijakan ini dilakukan agar petani mau lebih banyak investasi untuk
menambah produksi pangan. Langkah Pemerintah Vietnam ini terbukti bisa
membawa mereka melewati krisis pangan.
Vietnam akan terus meningkatkan produksi berasnya baik dari sisi kualitas
dan kuantitas. Sehingga beras asal Vietnam bisa kompetitif dan akhirnya memberi
keuntungan berupa pendapatan lebih tinggi bagi petani.
Sejak reformasi ekonomi yang digulirkan pemerintah Vietnam pada
pertengahan dekade 1980-an, perekonomian Vietnam terus merangkak naik. Bank
Dunia mencatat pertumbuhan ekonomi Vietnam stabil di atas 5% per tahun sejak
tahun 2004. Bahkan, di tahun 2004 – 2008 pertumbuhan Vietnam selalu di atas 7,3%
per tahun.
2.3 Upaya Pemerintah Dalam Memperbaiki Pembangunan Pertanian
Indonesia
Dengan sistem pembangunan pertanian Indonesia yang tertinggal jauh
keberhasilannya oleh Negara-negara agraris lain, peran pemerintah sangat dibutuhkan
dalm menanggulangi masalah ini. Yang sekiranya telah pemerintah lakukan dalam
membenahi pembangunan pertanian Indonesia adalah:
1. PADA ERA REFORMASI
Rencana Kasimo (Kasimo Plan) :
Menanami tanah kosong (tidak terurus) di Sumatera Timur seluas 281.277
HA
8
Melakukan intensifikasi di Jawa dengan menanam bibit unggul
Pencegahan penyembelihan hewan-hewan yang berperan penting bagi
produksi pangan.
Di setiap desa dibentuk kebun-kebun bibit
Transmigrasi bagi 20 juta penduduk Pulau Jawa dipindahkan ke Sumatera
dalam jangka waktu 10-15 tahun
Undang-undang pokok agraria (uupa)
Tujuan diberlakukannya UUPA adalah:
Meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan hukum agraria nasional yang akan
merupakan alat untuk membawa kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan bagi
negara dan rakyat tani, dalam rangka masyarakat yang adil dan makmur;
Meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan
dalam hukum pertanahan;
Meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-
hak atas tanah bagi rakyat seluruhnya.
Sayangnya pemerintahan Orde Lama tidak berlangsung lama, kebijakan
distribusi tanah secara adil menurut UU Pokok Agraria atau lebih dikenal dengan
landreform kandas di jaman Orde Baru. Maka, Agrarische Wet yang menjadi dasar
bagi Hak Guna Usaha (HGU) para pemodal dan partikelir untuk memeras tanah dan
petani kecil terus berlangsung.
2. JAMAN ORDE BARU
Kebijakan modernisasi pertanian pada masa Orde baru dikenal dengan
sebutan Revolusi Hijau.
Revolusi Hijau
9
Revolusi hijau merupakan perubahan cara bercocok tanam dari cara
tradisional ke cara modern. Revolusi Hijau (Green Revolution) merupakan suatu
revolusi produksi biji-bijian dari hasil penemuan-penemuan ilmiah berupa benih
unggul baru dari berbagai varietas, gandum, padi, dan jagung yang mengakibatkan
tingginya hasil panen komoditas tersebut.
Tujuan Revolusi hijau
Tujuan diberlakukannya revolusi hijau adalah untuk mengubah petani-petani
gaya lama (peasant) menjadi petani-petani gaya baru (farmers), memodernisasikan
pertanian gaya lama guna memenuhi industrialisasi ekonomi nasional. Revolusi
hijau ditandai dengan semakin berkurangnya ketergantungan para petani pada cuaca
dan alam karena peningkatan peran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
peningkatan produksi bahan makanan.
Latar belakang munculnya revolusi Hijau
Munculnya masalah kemiskinan yang disebabkan karena pertumbuhan jumlah
penduduk yang sangat pesat dan tidak sebanding dengan peningkatan produksi
pangan melatarbelakangi munculnya revolusi hijau. Sehingga dilakukan pengontrolan
jumlah kelahiran dan meningkatkan usaha pencarian dan penelitian binit unggul
dalam bidang Pertanian. Upaya ini terjadi didasarkan pada penelitian yang dilakukan
oleh Thomas Robert Malthus.
Upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk menggalakan revolusi hijau
ditempuh dengan cara:
Intensifikasi Pertanian
Intensifikasi Pertanian di Indonesia dikenal dengan nama Panca Usaha
Tani yang meliputi :
Pemilihan Bibit Unggul
Pengolahan Tanah yang baik
10
Pemupukan
Irigasi
Pemberantasan Hama
Ekstensifikasi Pertanian
Ekstensifikasi pertanian, yaitu Memperluas lahan tanah yang dapat ditanami
dengan pembukaan lahan-lahan baru (misal mengubah lahan tandus menjadi lahan
yang dapat ditanami, membuka hutan).
Diversifikasi Pertanian
Usaha penganekaragaman jenis tanaman pada suatu lahan pertanian melalui
sistem tumpang sari. Usaha ini menguntungkan karena dapat mencegah kegagalan
panen pokok, memperluas sumber devisa, mencegah penurunan pendapatan para
petani.
Rehabilitasi Pertanian
Merupakan usaha pemulihan produktivitas sumber daya pertanian yang kritis,
yang membahayakan kondisi lingkungan, serta daerah rawan dengan maksud untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat di daerah tersebut. Usaha pertanian tersebut
akan menghasilkan bahan makanan dan sekaligus sebagai stabilisator lingkungan.
Pelaksanaan Penerapan Revolusi Hijau:
Pemerintah memberikan penyuluhan dan bimbingan kepada petani.
Kegiatan pemasaran hasil produksi pertanian berjalan lancar sering
perkembangan teknologi dan komunikasi.
Tumbuhan yang ditanam terspesialisasi atau yang dikenal dengan monokultur,
yaitu menanami lahan dengan satu jenis tumbuhan saja.
Pengembangan teknik kultur jaringan untuk memperoleh bibit unggul yang
diharapkan yang tahan terhadap serangan penyakit dan hanya cocok ditanam
di lahan tertentu.
11
Petani menggunakan bibit padi hasil pengembagan Institut Penelitian Padi
Internasional (IRRI=International Rice Research Institute) yang bekerjasama
dengan pemerintah, bibit padi unggul tersebut lebih dikenal dengan bibit IR.
Pola pertanian berubah dari pola subsistensi menjadi pola kapital dan
komersialisasi.
Negara membuka investasi melalui pembangunan irigasi modern dan
pembagunan industri pupuk nasional.
Pemerintah mendirikan koperasi-koperasi yang dikenal dengan KUD
(Koperasi Unit Desa).
PELITA
Pemerintah lalu melakukan Pola Umum Pembangunan Jangka Panjang (25-30
tahun) dilakukan secara periodik lima tahunan yang disebut Pelita(Pembangunan
Lima Tahun). Pelita berlangsung dari Pelita I-Pelita VI.
Pelita I(1 April 1969 – 31 Maret 1974)
Sasaran yang hendak di capai pada masa ini adalah pangan, sandang,
perbaikan prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan
rohani. Pelita I lebih menitikberatkan pada sektor pertanian.
Keberhasilan dalam Pelita I yaitu:
Produksi beras mengalami kenaikan rata-rata 4% setahun.
Banyak berdiri industri pupuk, semen, dan tekstil.
Perbaikan jalan raya.
Banyak dibangun pusat-pusat tenaga listrik.
Semakin majunya sektor pendidikan.
Pelita II(1 April 1974 – 31 Maret 1979)
12
Sasaran yang hendak di capai pada masa ini adalah pangan, sandang,
perumahan, sarana dan prasarana, mensejahterakan rakyat, dan memperluas lapangan
kerja . Pelita II berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata penduduk 7%
setahun. Perbaikan dalam hal irigasi. Di bidang industri juga terjadi kenaikna
produksi. Lalu banyak jalan dan jembatan yang di rehabilitasi dan di bangun.
Pelita III(1 April 1979 – 31 Maret 1984)
Pelita III lebih menekankan pada Trilogi Pembangunan. Asas-asas pemerataan
di tuangkan dalam berbagai langkah kegiatan pemerataan, seperti pemerataan
pembagian kerja, kesempatasn kerja, memperoleh keadilan, pemenuhan kebutuhan
sandang, pangan, dan perumahan.
Pelita IV(1 April 1984 – 31 Maret 1989)
Pada Pelita IV lebih dititik beratkan pada sektor pertanian menuju
swasembada pangan dan meningkatkan ondustri yang dapat menghasilkan mesin
industri itu sendiri. Hasil yang dicapai pada Pelita IV antara lain :
Swasembada Pangan
Pada tahun 1984 Indonesia berhasil memproduksi beras sebanyak 25,8 ton.
Hasil-nya Indonesia berhasil swasembada beras. kesuksesan ini mendapatkan
penghargaan dari FAO(Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia) pada tahun 1985. hal
ini merupakan prestasi besar bagi Indonesia.
Pelita V(1 April 1989 – 31 Maret 1994)
Pada Pelita V ini, lebih menitik beratkan pada sektor pertanian dan industri
untuk memantapakan swasembada pangan dan meningkatkan produksi pertanian
lainnya serta menghasilkan barang ekspor.
Pelita VI (1 April 1994 – 31 Maret 1999)
13
Pada masa ini pemerintah lebih menitikberatkan pada sektor bidang ekonomi.
Pembangunan ekonomi ini berkaitan dengan industri dan pertanian serta
pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya.
3. JAMAN ORDE REFORMASI
Pada era reformasi, paradigma pembangunan pertanian meletakkan petani
sebagai subyek, bukan semata-mata sebagai peserta dalam mencapai tujuan nasional.
Karena itu pengembangan kapasitas masyarakat guna mempercepat upaya
memberdayakan ekonomi petani, merupakan inti dari upaya pembangunan
pertanian/pedesaan. Upaya tersebut dilakukan untuk mempersiapkan masyarakat
pertanian menjadi mandiri dan mampu memperbaiki kehidupannya sendiri. Peran
Pemerintah adalah sebagai stimulator dan fasilitator, sehingga kegiatan sosial
ekonomi masyarakat petani dapat berjalan dengan sebaik-baiknya.
Berdasarkan pada paradigma tersebut maka visi pertanian memasuki abad 21
adalah pertanian modern, tangguh dan efisien. Untuk mewujudkan visi pertanian
tersebut, misi pembangunan pertanian adalah memberdayakan petani menuju suatu
masyarakat tani yang mandiri, maju, sejahtera dan berkeadilan. Hal ini akan dapat
dicapai melalui pembangunan pertanian dengan strategi :
Optimasi pemanfaatan sumber daya domestik (lahan, air, plasma nutfah,
tenaga kerja, modal dan teknologi)
Perluasan spektrum pembangunan pertanian melalui diversifikasi teknologi,
sumber daya, produksi dan konsumsi
Penerapan rekayasa teknologi pertanian spesifik lokasi secara dinamis, dan
Peningkatan efisiensi sistem agribisnis untuk meningkatkan produksi
pertanian dengan kandungan IPTEK dan berdaya saing tinggi, sehingga
memberikan peningkatan kesejahteraan bagi petani dan masyarakat secara
berimbang.
14
Salah satu langkah operasional strategis yang dilakukan dalam rangka
mencapai sasaran tersebut di atas adalah Gerakan Mandiri (Gema) yang merupakan
konsep langkah-langkah operasional pembangunan pertanian, dengan sasaran untuk
meningkatkan keberdayaan dan kemandirian petani dalam melaksanakan usaha
taninya. Mulai TA 1998/1999 telah diluncurkan berbagai Gema Mandiri termasuk
Gema Hortina untuk peningkatan produksi hortikultura.
Gerakan Mandiri Hortikultura Tropika Nusantara menuju ketahanan
hortikultura (Gema Hortina), dilaksanakan untuk mendorong laju peningkatan
produksi hortikultura. Melalui gerakan ini komoditas hortikultura yang
dikembangkan adalah sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat
unggulan.
Komoditas yang diutamakan adalah yang bernilai ekonomi tinggi, mempunyai
peluang pasar besar dan mempunyai potensi produksi tinggi serta mempunyai
peluang pengembangan teknologi. Adapun upaya yang dilaksanakan untuk
mendorong tumbuh dan berkembangnya hortikultura unggulan tersebut meliputi
penumbuhan sentra agribisnis hortikultura dan pemantapan sentra hortikultura yang
sudah ada.
Komoditas unggulan yang mendapat prioritas adalah :
• Sayuran : kentang, cabe merah, kubis, bawang merah, tomat dan jamur
• Buah-buahan : pisang, mangga, jeruk, nenas dan manggis
• Tanaman hias : anggrek
• Tanaman obat : jahe dan kunyit.
Pada tahun 2000 pemerintah mengurangi dan menghapus bea masuk import
beras yang berdampak pada masuknya beras Vietnam, Thailand, Philipine, dan Cina.
Sejak itu pula, perjuangan petani Indonesia makin berada pada posisi yang sangat
lemah dengan tingkat kesejahteraan/nilai tukar petani yang sangat lemah.
15
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembangunan pertanian Indonesia telah tetinggal jauh keberhasilannya bila
dibandingkan dengan Negara-negara agraris Asia Tenggara lain yaitu Thailand dan
Vietnam. Hal ini disebabkan oleh sistem pertanian Indonesia yang kurang tepat, salah
satu faktornya adalah kurangnya daya saing petani. Cara pemasaran produk pertanian
yang masih seadanya juga mejadi faktor ketidaksejahteraan para petani Indonesia.
Sangat dibutuhkan bantuan pemerintah yang bersangkutan dalam membenahi
masalah pembangunan pertanian dengan memberikan penyuluhan kepada para petani
untuk meningkatkan daya saing, kualitas dan kuantitas produksi, serta untuk
menggunakan sistem pertanian yang tepat sehingga dapat tercipta industry
perusahaan pertanian.
3.2 Saran dan Solusi
Langkah yang tepat untuk memecahkan masalah pembangunan pertanian ini
adalah dengan menanamkan ketiga aspek ini. Pertama, meningkatkan daya saing
petani dengan memberikan jaminan pendapatan yang memadai. Pendapatan yang
memadai dapat ditempuh dengan meningkatkan kemampuan dalam mengendalikan
harga, yakni menyimpan produk pangan dan menjualnya ketika harga tinggi. Kedua,
menciptakan jaminan keterkaitan usaha dengan sector kegiatan ekonomi di luar
16
pertanian yang memberikan jaminan kelangsungan usaha. Sementara dari sisi
konsumsi adalah adanya upaya diversifikasi makanan selain beras.
17
DAFTAR PUSTAKA
Bey, Idham Samudera. 1999. Pertanian Membangun Bangsa. Pustaka Sinar Harapan.
Jakarta
Sumodiningrat, Gunawan. 2000. Pembangunan Ekonomi Melalui Pembangunan
Pertanian.Bina Reka Pariwara. Jakarta
Arufin, Bustanul. 2001. Spectrum Kebijakan Pertanian Indonesia. Erlangga. Jakarta
18