Upload
fildzah105
View
137
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Mandi Wajib & Sunnah
Citation preview
Tuntunan Mandi Wajib dan Mandi Sunnah dalam IslamFiled under: RELIGI — Tinggalkan komentar
23 Juni 2013
Mandi adalah aktivitas yang selalu dibutuhkan oleh manusia. Mandi memberikan
perasaan bersih dan percaya diri. Dalam tuntunan Rasulullah SAW, ada 2 jenis
mandi, yaitu mandi yang diwajibkan dan mandi yang disunnahkan.
1. A. Mandi Wajib
Mandi wajib dilakukan jika terjadi hal-hal di bawah ini:
1. Keluarnya mani dengan syahwat . Kebanyakan ulama berpendapat bahwa
mandi diwajibkan hanya jika keluarnya mani secara memancar dan terasa nikmat
ketika mani itu keluar. Jadi jika keluarnya karena kedinginan atau sakit, tidak ada
kewajiban mandi. Tapi biar aman, tetap mandi saja
2. Jika bangun tidur dan merasa keluarnya mani . Ulama berpendapat bahwa
selama kita bangun dan menemukan adanya mani, maka kita wajib mandi,
meskipun kita tidak sadar atau lupa sudah mimpi basah atau tidak.
3. Setelah bertemunya dua kemaluan meskipun tidak keluar mani .
4. Setelah berhentinya darah haidth dan nifas .
5. Ketika orang kafir masuk islam.
6. Ketika seorang muslim meninggal dunia . Tentu saja yang memandikannya
adalah yang orang yang masih hidup . Mayat muslim wajib dimandikan kecuali jika
ia meninggal karena gugur di medan perang ketika berhadapan dengan orang
kafir.
7. Ketika bayi meninggal karena keguguran dan sudah memiliki ruh .
Cara-cara mandi wajib (atau disebut juga mandi junub atau janabah) yang
dicontohkan Rasulullah SAW adalah sebagai berikut:
1. Berniat mandi wajib dan membaca basmalah.
2. Mencuci tangan terlebih dahulu sebanyak 3 kali
3. Membersihkan kemaluan dan kotoran yang ada dengan tangan kiri
4. Mencuci tangan setelah membersihkan kemaluan dengan menggosokkan
tangan ke tanah atau dengan menggunakan sabun
5. Berwudhu dengan wudhu yang sempurna seperti ketika hendak shalat
6. Mengguyur air di kepala sebanyak 3 kali hingga sampai ke pangkal rambut
7. Mencuci kepala bagian kanan, lalu kepala bagian kiri
8. Menyela-nyela (menyilang-nyilang) rambut dengan jari
9. Mengguyur air pada seluruh badan dimulai dari sisi yang kanan, lalu kiri.
Mudah kan? Nah, untuk wanita, ada beberapa tambahan sebagai berikut:
1. Menggunakan sabun dan pembersih lainnya beserta air
2. Melepas kepang rambut agar air pada pangkal rambut
3. Ketika mandi setelah masa haidh, seorang wanita disunnahkan membawa
kapas atau potongan kain untuk mengusap tempat keluarnya darah untuk
menghilangkan sisa-sisanya.
4. Ketika mandi setelah masa haidh, disunnahkan juga mengusap bekas darah
pada kemaluan setelah mandi dengan minyak misk atau parfum lainnya. Hal ini
dengan tujuan untuk menghilangkan bau yang tidak enak karena bekas darah
haidh
Tambahan lain tentang mandi wajib yang sering ditanyakan:
1. Jika seseorang sudah berniat untuk mandi wajib, lalu ia mengguyur seluruh
tubuhnya dengan air, maka setelah mandi ia tidak perlu berwudhu lagi, apalagi jika
sebelum mandi ia sudah berwudhu.
2. Setelah mandi wajib, diperbolehkan mengeringkan tubuh dengan kain atau
handuk
3. Berkumur-kumur ( madhmadhoh ), memasukkan air dalam hidung
( istinsyaq ) dan menggosok-gosok badan ( ad dalk ) adalah sunnah menurut
mayoritas ulama.
Sumber referensi :
1. Jika kamu junub maka mandilah.” (QS. Al Maidah: 6)
2. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam
keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula
hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu
saja, hingga kamu mandi.” (QS . An Nisa ‘: 43)
3. “Sesungguhnya (mandi) dengan air disebabkan karena keluarnya air (mani).”
(HR. Muslim no. 343)
4. Dari Aisyah RA, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah ditanya
tentang seorang laki-laki yang mendapatkan dirinya basah sementara dia tidak
ingat telah mimpi, beliau menjawab,” Dia wajib mandi “. Dan beliau juga ditanya
tentang seorang laki-laki yang bermimpi tetapi tidak mendapatkan dirinya basah,
beliau menjawab: “Dia tidak wajib mandi”. “(HR. Abu Daud no. 236, At Tirmidzi no.
113, Ahmad 6/256. Dalam hadits ini semua perowinya shahih kecuali Abdullah Al
Umari yang mendapat kritikan [6] . Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini
hasan)
5. “Ummu Sulaim (istri dari Abu Tholhah) datang menemui Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata,” Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah
tidak malu terhadap kebenaran. Apakah bagi wanita wajib mandi jika ia bermimpi?
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:” Ya, jika dia melihat air. “(HR.
Bukhari no. 282 dan Muslim no. 313)
6. “Jika seseorang duduk di antara empat anggota badan istrinya (maksudnya:
menyetubuhi istrinya,), lalu bersungguh-sungguh kepadanya, maka wajib baginya
mandi.” (HR. Bukhari no. 291 dan Muslim no. 348)
7. Dari Aisyah RA, “Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam tentang seorang laki-laki yang menyetubuhi istrinya namun tidak
sampai keluar air mani. Apakah keduanya wajib mandi? Sedangkan Aisyah ketika
itu sedang duduk di samping, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Aku sendiri pernah bersetubuh dengan wanita ini (yang dimaksud
adalah Aisyah, pen) namun tidak keluar mani, kemudian kami pun mandi.” (HR.
Muslim no . 350)
8. Dari Qois bin ‘Ashim radhiyallahu’ anhu, “Beliau masuk Islam, lantas Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkannya untuk mandi dengan air dan daun
Sidr (daun bidara).” (HR. An Nasai no. 188, At Tirmidzi no. 605, Ahmad 5/61. Syaikh
Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
9. “Mandikanlah dengan Mengguyurkan air yang dicampur dengan daun bidara
tiga kali, lima kali atau lebih dari itu jika kalian anggap perlu dan jadikanlah yang
terakhirnya dengan kafur barus (wewangian).” (HR. Bukhari no. 1253 dan Muslim
no. 939)
10. Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah. Dia berkata, “Jika bayi
karena keguguran tersebut sudah memiliki ruh, maka ia dimandikan, dikafani dan
disholati. Namun jika ia belum memiliki ruh, maka tidak dilakukan demikian. Waktu
ditiupkannya ruh adalah jika isinya telah mencapai empat bulan, sebagaimana hal
ini terdapat dalam hadits Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu
11. “Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya.” (HR. Bukhari no. 1
dan Muslim no. 1907)
12. “Kemudian beliau mengguyur air pada seluruh badannya.” (HR. An Nasa-i no.
247. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
13. Dari Jubair bin Muth’im berkata, “Kami saling memperbincangkan tentang
mandi janabah di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda,” Saya
mengambil dua telapak tangan, tiga kali lalu saya siramkan pada kepalaku,
kemudian saya tuangkan setelahnya pada semua tubuhku . “(HR. Ahmad 4/81.
Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat
Bukhari Muslim)
14. “Saya mengambil dua telapak tangan, tiga kali lalu saya siramkan pada
kepalaku, kemudian saya tuangkan setelahnya pada semua tubuhku.” (HR. Ahmad
4/81. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai
syarat Bukhari Muslim)
15. “Saya berkata, wahai Rasulullah, aku seorang wanita yang mengepang rambut
kepalaku, apakah aku harus membuka kepangku ketika mandi junub?” Beliau
bersabda, “Jangan (kamu buka). Cukuplah kamu mengguyur air pada kepalamu
tiga kali, kemudian guyurlah yang lainnya dengan air, maka kamu telah suci. “(HR.
Muslim no. 330)
16. Dari ‘Aisyah, istri Nabi shallallahu’ alaihi wa sallam, bahwa jika Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam mandi junub, beliau memulainya dengan mencuci
kedua telapak tangannya. Kemudian beliau berwudhu sebagaimana wudhu untuk
shalat. Lalu ia memasukkan jari-jarinya ke dalam air, lalu menggosokkannya ke
kulit kepalanya, kemudian menyiramkan air ke atas kepalanya dengan cidukan
kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali, kemudian ia mengalirkan air ke
seluruh kulitnya. “(HR. Bukhari no. 248 dan Muslim no . 316)
17. Dari Ibnu ‘Abbas berkata bahwa Maimunah mengatakan, “Aku pernah
menyediakan air mandi untuk Rasulullah shallallahu’ alaihi wa sallam. Lalu ia
menuangkan air pada kedua tangannya dan mencuci keduanya dua kali-dua kali
atau tiga kali. Lalu dengan tangan kanannya ia menuangkan air pada telapak
tangan kirinya, kemudian beliau mencuci kemaluannya. Setelah itu ia
menggosokkan tangannya ke tanah. Kemudian beliau berkumur-kumur dan
memasukkan air ke dalam hidung. Lalu beliau membasuh wajah dan kedua
tangannya. Kemudian beliau membasuh kepalanya tiga kali dan mengguyur
seluruh tubuhnya. Setelah itu beliau bergeser dari posisi semula lalu mencuci
kedua telapak kakinya (di tempat yang berbeda). “(HR. Bukhari no. 265 dan
Muslim no. 317)
18. An Nawawi rahimahullah mengatakan, “Disunnahkan bagi orang yang
beristinja ‘(membersihkan kotoran) dengan air, ketika selesai, harus ia mencuci
tangannya dengan debu atau semacam sabun, atau harus ia menggosokkan
tangannya ke tanah atau tembok untuk menghilangkan kotoran yang ada.”
19. Asy Syaukani rahimahullah mengatakan, “Adapun mendahulukan mencuci
anggota wudhu ketika mandi itu tidaklah wajib. Cukup dengan seseorang
mengguyur badan ke seluruh tubuh tanpa didahului dengan berwudhu, maka itu
sudah disebut mandi (al ghuslu). “
20. Dari Aisyah RA, “Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mandi junub,
beliau mencuci tangannya dan berwudhu sebagaimana wudhu untuk
shalat. Kemudian ia mandi dengan menggosok-gosokkan tangannya ke rambut
kepalanya sampai bila telah yakin merata mengenai dasar kulit kepalanya, ia
Mengguyurkan air ke atasnya tiga kali. Lalu beliau membasuh tubuh lainnya. “(HR.
Bukhari no. 272)
21. Dari Aisyah RA, “Jika salah seorang dari kami mengalami junub, maka ia
mengambil air dengan kedua tangannya dan disiramkan ke atas kepala, lalu
mengambil air dengan tangannya dan disiramkan ke bagian tubuh sebelah kanan,
lalu kembali mengambil air dengan tangannya yang lain dan menyiramkannya ke
bagian tubuh sebelah kiri. “(HR. Bukhari no. 277)
22. Dari Aisyah RA, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mendahulukan yang
kanan ketika memakai sendal, ketika bersisir, ketika bersuci dan dalam setiap hal
(yang baik-baik).” (HR. Bukhari no. 168 dan Muslim no. 268)
23. Dalam hadits Ummu Salamah, “Saya berkata, wahai Rasulullah, aku seorang
wanita yang mengepang rambut kepalaku, apakah aku harus membuka kepangku
ketika mandi junub?” Beliau bersabda, “Jangan (kamu buka).Cukuplah kamu
mengguyur air pada kepalamu tiga kali, kemudian guyurlah yang lainnya dengan
air, maka kamu telah suci. “(HR. Muslim no. 330)
24. Dari Aisyah RA, “Asma ‘bertanya kepada Nabi shallallahu’ alaihi wa sallam
tentang mandi wanita haidh. Maka beliau bersabda, “Salah seorang dari kalian
harus mengambil air dan daun bidara, lalu engkau bersuci, lalu membaguskan
bersucinya. Kemudian hendaklah engkau menyiramkan air pada kepalanya, lalu
menggosok-gosoknya dengan keras hingga mencapai akar rambut
kepalanya.Kemudian hendaklah engkau menyiramkan air pada kepalanya
tadi. Kemudian engkau mengambil kapas bermisik, lalu bersuci dengannya. Lalu
Asma ‘berkata, “Bagaimana dia dikatakan suci dengannya?” Beliau bersabda,
“Subhanallah, bersucilah kamu dengannya.” Lalu Aisyah berkata-seakan-akan dia
menutupi hal tersebut-, “Kamu sapu bekas-bekas darah haidh yang ada (dengan
kapas tadi) “. Dan dia bertanya kepada beliau tentang mandi junub, maka beliau
bersabda, ‘Hendaklah kamu mengambil air lalu bersuci dengan sebaik-baiknya
bersuci, atau bersangat-sangat dalam bersuci kemudian kamu siramkan air pada
kepala, lalu memijatnya hingga mencapai dasar kepalanya, kemudian menuangkan
air padanya ‘. “(HR. Bukhari no. 314 dan Muslim no. 332)
25. Dari ‘Aisyah, ia berkata, “Nabi shallallahu’ alaihi wa sallam tidak berwudhu
setelah selesai mandi.” (HR. Tirmidzi no. 107, An Nasai no. 252, Ibnu Majah no.
579, Ahmad 6/68. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
26. Dari Ibnu ‘Umar, Beliau ditanya tentang wudhu setelah mandi. Lalu beliau
menjawab, “Lantas wudhu yang mana lagi yang lebih besar dari mandi?” (HR. Ibnu
Abi Syaibah secara marfu ‘dan mauquf
27. Dalam hadits Maimunah, “Lalu aku sodorkan kain (sebagai pengering) tetapi ia
tidak mengambilnya, lalu ia pergi dengan mengeringkan air dari tubuhnya dengan
tangannya” (HR. Bukhari no. 276)
B. Mandi Sunnah
Jenis mandi yang disunnahkan oleh Rasulullah SAW diantaranya adalah:
1. Mandi pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha . Rasulullah SAW mencontohkan
melakukan mandi sebelum berangkat ke tanah lapang untuk menunaikan sholat
Idul Fitri maupun Idul Adha.
2. Mandi ketika ihrom untuk haji atau umroh .
3. Mandi ketika masuk Mekkah .
4. Mandi ketika sadar dari pingsan .
5. Mandi ketika ingin mengulangi jima (bersenggama dengan istri) .
6. Mandi setiap kali sholat untuk wanita yang sedang mengeluarkan darah
akibat sakit .
7. Mandi setelah memandikan mayit .
8. Mandi sebelum sholat Jum’at . Beberapa hal penting terkait mandi Jum’at ini
adalah:
Mandi ini dimaksudkan untuk membersihkan diri sebelum sholat Jum’at, jadi bukan
untuk menghormati hari Jum’at itu sendiri
Terkait hal diatas, maka mandi ini disunnahkan hanya untuk orang yang akan
menghadiri sholat Jum’at
Banyak ulama yang mewajibkan mandi ini. Jadi, sebaiknya kita biasakan selalu
melakukannya
Waktu mandi Jum’at dimulai setelah terbit matahari, namun lebih baik jika ketika
akan pergi ke mesjid untuk sholat Jum’at.
Mandi Jum’at ini dapat dilakukan dengan dikombinasikan dengan mandi junub,
asalkan dilakukan setelah terbit matahari.
Sumber referensi :
1. Dari ‘Ali bin Abi Thalib, “Seseorang pernah bertanya pada’ Ali radhiyallahu
‘anhu tentang mandi. ‘Ali menjawab, ” Mandilah setiap hari jika kamu mau.”Orang
tadi berkata,” Bukan. Maksudku, manakah mandi yang dianjurkan? “‘Ali
menjawab,” Mandi pada hari Jum’at, hari ‘Arofah, hari Idul Adha dan Idul Fithri.
“(HR. Al Baihaqi 3/278. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa sanad hadits ini
shahih . Lihat Al Irwa ’1/177)
2. Riwayat Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma , Dari Nafi ‘, (ia berkata bahwa)’
Abdullah bin ‘Umar biasa mandi di hari Idul Fithri sebelum ia berangkat pagi-pagi
ke tanah lapang. (HR. Malik dalam Muwatho ’426. An Nawawi menyatakan bahwa
atsar ini shahih
3. Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu , ia berkata, ” Ia melihat Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam melepas pakaiannya yang dijahit, lalu beliau mandi. “Abu Isa At
Tirmidzi mengatakan,” Ini merupakan hadits hasan gharib. Sebagian ulama
menyunahkan mandi pada waktu ihram. Ini juga pendapat Asy Syafi’i. “(HR.
Tirmidzi no. 830. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih ).Anjuran
untuk mandi ketika ihrom ini adalah pendapat mayoritas ulama
4. Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma . Nafi ‘berkata, ” Ibnu Umar tidak pernah
memasuki kota Makkah kecuali ia bermalam terlebih dahulu di Dzi Thuwa sampai
waktu pagi datang. Setelah itu, ia mandi dan baru memasuki kota Makkah pada
siang harinya. Ia menyebutkan bahwa hal tersebut dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam, bahwa beliau melakukannya. ” (HR. Muslim no. 1259)
5. Ibnul Mundzir mengatakan, “Mandi ketika memasuki Mekkah disunnahkan
menurut kebanyakan ulama. Jika tidak dilakukan, tidak dikenai fidyah ketika
itu. Kebanyakan ulama mengatakan bahwa mandi ketika itu bisa pula diganti
dengan wudhu. “
6. Dari ‘Aisyah RA, Dari’ Ubaidullah bin ‘Abdullah bin’ Utbah berkata, “Aku
masuk menemui ‘Aisyah aku lalu berkata kepadanya,” Maukah engkau
menceritakan kepadaku tentang peristiwa yang pernah terjadi ketika Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang sakit? “‘Aisyah menjawab, ” Ya. Pernah suatu
hari ketika sakit Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam semakin berat, beliau bertanya:
“Apakah orang-orang sudah shalat? “Kami menjawab,” Belum, mereka masih
menunggu tuan. “Beliau pun bersabda,” Kalau begitu, bawakan aku air dalam
bejana . “Maka kami pun melaksanakan apa yang diminta beliau. Ia lalu mandi, lalu
berusaha berdiri dan pergi, namun ia jatuh pingsan. Ketika sudah sadarkan diri, ia
kembali bertanya, ” Apakah orang-orang sudah shalat? “Kami menjawab,” Belum
wahai Rasulullah, mereka masih menunggu tuan . “Kemudian beliau berkata
lagi,” Bawakan aku air dalam bejana . “Dia lalu duduk dan mandi . Kemudian dia
berusaha untuk berdiri dan pergi, namun ia jatuh pingsan lagi. Ketika sudah
sadarkan diri kembali, dia berkata, ” Apakah orang-orang sudah shalat? “Kami
menjawab lagi,” Belum wahai Rasulullah, mereka masih menunggu tuan .
“Kemudian beliau berkata lagi,” Bawakan aku air dalam bejana . “Dia lalu duduk
dan mandi. Kemudian dia berusaha untuk berdiri dan pergi, namun ia jatuh dan
pingsan lagi. Ketika sudah sadarkan diri, beliau pun bersabda, ” Apakah orang-
orang sudah shalat? “Saat itu orang-orang sudah menunggu Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam di masjid untuk shalat ‘Isya di waktu yang akhir. (HR. Bukhari no.
687 dan Muslim no. 418)
7. Abu Rofi ‘ radhiyallahu ‘anhu , ia berkata, ” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
pada suatu hari pernah menggilir istri-istri beliau, beliau mandi tiap kali selesai
berhubungan bersama ini dan ini. Aku bertanya, “Ya Rasulullah, bukankah lebih
baik engkau cukup sekali mandi saja?” Beliau menjawab, “Seperti ini lebih suci dan
lebih baik serta lebih bersih . “(HR. Abu Daud no. 219 dan Ahmad 6/8. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan )
8. Dari Abu Sa’id, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ” Jika salah
seorang di antara kalian mendatangi istrinya, lalu ia ingin mengulangi
senggamanya, maka hendaklah ia berwudhu. “(HR. Muslim no. 308)
9. Dari ‘Aisyah RA, ” Ummu Habibah mengeluarkan darah istihadhah (darah
penyakit) selama tujuh tahun. Lalu ia bertanya kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam tentang masalah itu. Dia lalu memerintahkan kepadanya untuk
mandi, beliau bersabda, “Ini akibat urat yang luka (darah penyakit).”Maka Ummu
Habibah selalu mandi untuk setiap kali shalat. “(HR. Bukhari no. 327 dan Muslim
no. 334)
10. Dari Abu Hurairah, ” Setelah memandikan mayit, maka harus mandi dan
setelah memikulnya, harus berwudhu . “(HR. Tirmidzi no. 993. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih )
11. ” Barangsiapa memandikan mayit, maka hendaklah ia mandi. Barangsiapa
yang memikulnya, hendaklah ia berwudhu. “(HR. Abu Daud no. 3161. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih )
12. Ibnu ‘Umar disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa menghadiri shala Jum’at baik laki-laki maupun perempuan, maka
hendaklah ia mandi. Sedangkan yang tidak menghadirinya-baik laki-laki maupun
perempuan-, maka ia tidak punya keharusan untuk mandi “. (HR. Al Baihaqi, An
Nawawi mengatakan bahwa hadits ini shahih ). “Demikian nukilan dari An Nawawi.
13. ” Jika salah seorang di antara kalian menghadiri shalat Jum’at, maka
hendaklah ia mandi. “(HR. Bukhari no. 919 dan Muslim no. 845)
14. ” Hak Allah yang wajib ditunaikan oleh setiap muslim adalah ia mandi dalam
satu hari dalam sepekan dari hari-hari yang ada . “(HR. Bukhari no. 898 dan Muslim
no. 849)
15. ” Barangsiapa berwudhu di hari Jum’at, maka itu baik. Namun barangsiapa
mandi ketika itu, maka itu lebih afdhol. “(HR. An Nasai no. 1380, At Tirmidzi no.
497 dan Ibnu Majah no. 1091). Hadits ini diho’ifkan oleh sebagian ulama.
16. ” Barang siapa berwudhu ‘kemudian menyempurnakan wudhu’nya lalu
mendatangi shalat Jum’at, lalu dia mendekat, mendengarkan serta berdiam diri
(untuk menyimak khutbah), maka akan diampuni dosa-dosanya di antara hari itu
sampai Jum’at (berikutnya) dan ditambah tiga hari setelah itu. Barang siapa yang
bermain kerikil, maka ia telah melakukan perbuatan sia-sia . “(HR. Muslim no. 857)
17. ” Barangsiapa yang mandi kemudian mendatangi Jum’at, lalu ia shalat
semampunya dan diam (mendengarkan khutbah) sampai selesai, kemudian ia
lanjutkan dengan shalat bersama Imam, maka akan diampuni (dosa-dosa yang
dilakukannya) antara hari itu dan hari jum’at yang lain. Dan bahkan hingga lebih
tiga hari . “(HR. Muslim
http://ayahkiasiregar.wordpress.com/2013/06/23/tuntunan-mandi-wajib-dan-mandi-sunnah-dalam-islam/
Cara Mandi Junub Sesuai Sunnah
Para ulama menyebutkan bahwa kaifiat mandi junub ada 2 cara:1. Cara yang sempurna, yaitu mengerjakan semua rukun, wajib dan sunnah dalam mandi junub.2. Cara yang mujzi’ (yang mencukupi), yaitu hanya melakukan yang merupakan rukun dalam mandi junub.(Lihat Al-Mughni: 1/287, Al-Majmu’: 2/209 dan Al-Muhalla: 2/28)Kaifiat mandi yang mujzi’:1. Niat.2. Mencuci dari kotoran yang menimpa atau najis –kalau ada-.3. Menyiram kepala sampai ke dasar rambut dan seluruh anggota badan dengan air.Ada beberapa dalil yang menunjukkan cara ini, diantaranya:1. Firman Allah Ta’ala, “Dan kalau kalian junub maka bersucilah.”(QS. Al-Maidah: 6)Imam Ibnu Hazm berkata dalam Al-Muhalla (2/28), “Bagaimanapun caranya dia bersuci (mandi) maka dia telah menunaikan kewajiban yang Allah wajibkan padanya.”2. Ummu Salamah pernah bertanya kepada Rasulullah -shalllallahu alaihi wasallam-, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya adalah wanita yang mempunyai gulungan rambut yang tebal, apakah saya harus membukanya saat mandi junub?” beliau menjawab, “Tidak perlu, yang wajib atas kamu hanyalah
menuangkan air di atas kepalamu sebanyak tiga kali tuangan kemudian kamu menuangkan air ke seluruh tubuhmu. Maka dengan itu kamu telah suci.” (HR. Muslim no. 742 dan selainnya)3. Hadits Imran bin Hushain yang panjang dalam Ash-Shahihain, dia berkata, “Dan yang terakhir adalah diberikannya satu bejana air kepada yang orang yang terkena janabah lalu beliau (Nabi) bersabda: Pergilah dan tuangkan air itu ke seluruh tubuhmu.”(Lihat Asy-Syarh Al-Mumti’: 1/424).Kami katakan: Bagi mereka yang kekurangan air atau yang tidak punya banyak waktu untuk mandi -karena harus segera shalat atau selainnya-, maka hendaknya mereka cukup mengerjakan kaifiat ini karena ini adalah ukuran minimal syahnya mandi.
Kaifiat mandi sempurna:Sifat mandi yang sempurna ada dua cara, disebutkan dalam hadits Aisyah dan Maimunah yang keduanya diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim. Berikut penyebutannya:A. Cara mandi junub yang pertama:Aisyah berkata, “Sesungguhnya kebiasaan Nabi -shallallahu alaihi wasallam- kalau beliau mandi junub adalah: Beliau mulai dengan mencuci kedua (telapak) tangannya, kemudian beliau berwudhu (sempurna) seperti wudhu beliau kalau mau shalat. Kemudian beliau mengambil air lalu memasukkan jari-jemarinya ke dasar-dasar rambutnya, sampai tatkala beliau merasa air sudah membasahi semua bagian kulit kepalanya, beliau menyiram kepalanya dengan air sebanyak tiga kali tuangan, kemudian beliau menyiram seluruh bagian tubuh yang lainnya.” (HR. Al-Bukhari no. 248, 272 dan Muslim no. 316)Kesimpulan cara yang pertama adalah:1. Mencuci kedua telapak tangan tanpa ada pembatasan jumlah.2. Berwudhu sempurna, dari mencuci telapak tangan sampai mencuci kaki. Jadi telapak tangannya kembali dicuci, berdasarkan lahiriah hadits.
3. Setelah berwudhu sempurna, beliau mengambil air dengan kedua telapak tangan beliau lalu menyiramkannya ke kepala seraya memasukkan jari jemari beliau ke bagian dalam rambut agar seluruh bagian rambut dan kulit kepala terkena air.4. Setelah yakin seluruh bagian kulit kepala telah terkena air, beliau menuangkan air ke atas kepalanya sebanyak tiga kali tuangan.5. Kemudian yang terakhir beliau menyiram seluruh tubuhnya yang belum terkena air.
B. Cara mandi junub yang kedua:Ini disebutkan dalam hadits Maimunah, istri Nabi -shallallahu alaihi wasallam-. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 259, 265, 266, 274, 276, 281 dan berikut lafazh gabungan seluruh riwayatnya:Maimunah berkata, “Saya meletakkan air yang akan digunakan oleh Nabi -shallallahu alaihi wasallam- untuk mandi lalu menghijabi beliau dengan kain. Maka beliau menuangkan air ke kedua (telapak) tangannya lalu mencuci keduanya sebanyak dua kali atau tiga kali, kemudian beliau menuangkan air dengan tangan kanannya ke tangan kirinya lalu mencuci kemaluannya dan bagian yang terkena kotoran, kemudian beliau menggosokkan tangannya ke lantai atau ke dinding sebanyak dua kali atau tiga kali. Kemudian beliau berkumur-kumur dan menghirup air ke dalam hidung, kemudian beliau mencuci wajahnya dan kedua lengannya (tangannya sampai siku), kemudian beliau menyiram kepalanya sebanyak tiga kali kemudian menuangkan air ke seluruh tubuhnya. Kemudian beliau bergeser dari tempatnya lalu mencuci kedua kakinya.” Maimunah berkata, “Lalu saya membawakan sepotong kain kepada beliau (sebagai handuk) tapi beliau tidak menghendakinya lalu beliau mengusap air dari badannya dengan tangannya.” (Diriwayatkan juga yang semisalnya oleh Muslim no. 723)Kesimpulan cara yang kedua:1. Menuangkan air ke kedua telapak tangannya lalu mencuci keduanya sebanyak dua atau tiga kali.
2. Mengambil air dengan tangan kanannya lalu menuangkannya ke tangan kirinya, lalu beliau mencuci kemaluannya dengan tangan kirinya dan juga mencuci bagian tubuh yang terkena kotoran (madzi atau mani).3. Menggosokkan tangan kirinya itu ke lantai atau dinding atau tanah untuk membersihkannya, sebanyak dua atau tiga kali.4. Berkumur-kumur dan menghirup air ke dalam hidung lalu mengeluarkannya.5. Mencuci wajah lalu mencuci kedua tangan sampai ke siku.6. Lalu menyiram kepala sebanyak tiga kali siraman.7. Menyiram seluruh bagian tubuh yang belum terkena air.8. Bergeser dari tempatnya berdiri lalu mencuci kedua kaki.
Inilah dua kaifiat mandi junub sempurna yang setiap muslim hendaknya mengerjakan keduanya secara bergantian pada waktu yang berbeda, terkadang mandi junub dengan kaifiat Aisyah dan pada kesempatan lain dengan kaifiat Maimunah, wallahu a’lam.
Berikut beberapa permasalahan dalam mandi junub yang tidak tersebut pada kedua hadits di atas:1. Wajibnya niat dan tempatnya didalam hati.Karena niat adalah syarat sahnya seluruh ibadah, sebagaimana dalam hadits Umar bin Al-Khaththab yang masyhur, “Sesungguhnya setiap amalan -syah atau tidaknya- tergantung dengan niatnya.”(HR. Al-Bukhari no. 1 dan 54 dan Muslim no. 1907)2. Hukum membaca basmalah.Tidak disebutkan dalam satu nash pun adanya bacaan basamalah dalam mandi junub, karenanya kami berpendapat tidak adanya bacaan basmalah di awal mandi junub. Kecuali kalau dia membaca bismillah untuk gerakan wudhu yang ada di tengah-tengah kaifiat mandi, maka itu kembalinya kepada hukum membaca basmalah di awal wudhu. Dan telah kami bahas pada beberapa edisi yang telah berlalu bahwa hukumnya adalah sunnah.3. Diharamkan seorang yang mandi junub untuk menceburkan dirinya ke dalam air yang diam seperti kolam dan sejenisnya.
Berdasarkan hadits Abu Hurairah secara marfu, “Janganlah salah seorang di antara kalian mandi di dalam air yang diam sementara dia junub.” (HR. Muslim no. 283)4. Disunnahkan untuk memulai dengan anggota tubuh bagian kanan. Aisyah berkata, “Kami (istri-istri Nabi) jika salah seorang di antara kami junub, maka dia mengambil air dengan kedua tangannya lalu meletakkannya di atas kepalanya. Salah satu tangannya menuangkan air ke bagian kepalanya yang kanan dan tangannya yang lainnya di atas bagian kepalanya yang kiri. Dia melakukan itu sebanyak tiga kali.” (HR. Al-Bukhari no. 277)5. Bagi yang mengikat rambutnya, apakah dia wajib melepaskan ikatannya?Imam Al-Baghawi berkata -tentang hadits Ummu Salamah yang telah berlalu di awal pembahasan- dalam kitab Syarh Sunnah (2/18), “Hadits inilah yang diamalkan di kalangan semua ahli ilmi, bahwasanya membuka kepang rambut tidak wajib pada mandi junub selama air bisa masuk ke dasar rambutnya.”Kami katakan: Kalau tidak bisa masuk maka wajib membukan ikatan rambutnya.6. Bolehkah memakai handuk setelah mandi junub?Wallahu a’lam, lahiriah hadits Maimunah di atas dimana Nabi -shallallahu alaihi wasallam- menolak handuk yang diberikan oleh Maimunah, menunjukkan disunnahkannya untuk tidak membasuh badan dengan kain akan tetapi dengan tangan. Walaupun hukum asalnya adalah boleh membasuh tubuh dengan kain setelah mandi, hanya saja yang kita bicarakan adalah mana yang lebih utama.7. Setelah mandi junub, seseorang boleh langsung shalat tanpa berwudhu kembali karena mandi junub sudah mencukupi dari wudhu. Hal ini berdasarkan hadits Aisyah, “Adalah Nabi -shallallahu alaihi wasallam- tidak berwudhu lagi setelah mandi.” (HR. Abu Daud no. 172)Ibnu Qudamah berkata dalam Al-Mughny 1/289, “Mandi (junub) dijadikan sebagai akhir dari larangan untuk shalat, karenanya jika dia telah mandi, maka wajib untuk tidak terlarang dari sholat. Sesungguhnya keduanya yaitu mandi dan wudhu, dua ibadah yang sejenis, maka yang kecil di antara keduanya
(wudhu) masuk (terwakili) ke dalam yang besar sebagaiamana halnya umrah di dalam haji.”8. Tidak boleh menggabungkan antara mandi junub dengan mandi haid, karena kedua jenis mandi ini telah tegak dalil yang menerangkan wajibnya untuk mengerjakan masing-masing darinya secara tersendiri, karenanya tidak boleh disatukan pada satu mandi. Lihat pembasan masalah ini dalam Tamamul Minnah hal. 126, Al-Muhalla (2/42-47)Adapun mandi junub dengan mandi jumat, maka boleh digabungkan. Berdasarkan hadits Aisyah secara marfu’, “Barangsiapa yang mandi pada hari jumat maka hendaknya dia mandi dengan cara mandi junub.” (HR. Ahmad)Para ulama menerangkan bahwa pengamalan hadits di atas bisa dengan dua cara:a. Apakah dia sengaja membuat dirinya junub yaitu dengan berhubungan dengan istrinya pada hari jumat, agar dia bisa mandi junub pada hari itu.b. Ataukah dia mandi jumat dengan kaifiat mandi junub, walaupun dia tidak dalam keadaan junub, wallahu a’lam.9. Dimakruhkan untuk berlebih-lebihan (boros) dalam menggunakan air, baik dalam wudhu maupun dalam mandi junub. Ini berdasarkan dalil umum yang melarang untuk tabdzir (boros) dan berlebih-lebihan dalam segala sesuatu.10. Cara mandi bersih dari haid/nifas sama dengan mandi junub kecuali dalam dua hal:a. Disunnahkan setelah mandi untuk menggosok kemaluan dan yang bagian terkena darah dengan kapas atau yang semacamnya yang telah diolesi dengan minyak wangi. Ini untuk membersihkan dan mensucikan dari bau yang kurang sedap.Hal ini berdasarkan hadits Aisyah secara marfu’, “Salah seorang di antara kalian (wanita haid) mengambil air yang dicampur dengan daun bidara lalu dia bersuci dan memperbaiki bersucinya. Kemudian dia menuangkan air di atas kepalanya seraya menggosoknya dengan gosokan yang kuat sampai air masuk ke akar-akar rambutnya, kemudian dia menyiram seluruh tubuhnya dengan air. Kemudian dia mengambil secarik
kain yang telah dibaluri dengan minyak misk lalu dia berbersih darinya.” Aisyah berkata, “Dia mengoleskannya ke bekas-bekas darah.” (HR. Muslim no. 332 dari Aisyah)b. Disunnahkan mandi dengan air dan daun bidara sebagaimana dalam hadits di atas.Wallahu a’lam bishshawab
http://islamkukaffah.blogspot.com/2013/02/cara-mandi-junub-sesuai-sunnah.html
MANDI WAJIB DAN MANDI SUNNAH BERSERTA PROBLEMATIKANYASeiring dengan perkembangan zaman modern , serta membeludak nya trend masa kini
dengan gaya hidup yang melenceng dari agama.Pengetahuan tentang agama islam
yang rendah dan terbatas membuat rusak nya akhlak para penerus bangsa bahkan hal
– hal kecil dalam agama pun di sepelekan.Seperti tema dalam makalah kami yaitu
Mandi wajib dan serta problematika yang menyertainya , akan kami jelaskan secara rinci
dan jelas.Dari mulai hal kecil seperti mandi akan menjadi masalah yang besar jika tidak
mngetahui akibat baik dan buruk nya
Secara garis besar semua sudah di terangkan di dalam Al – Qur’an tentang kewajiban –
kewajiban mandi besar serta mandi sunnah nya.Ketidaktahuan orang – orang islam
dikarenakan faktor pengetahuan agama yang minim dan terkadang karena acuh tak
acuh atau sudah mengerti tapi tidak memahami maksud dan tujuan tantang Mandi wajib
dan sunnah dalam islam.Sehingga tidak melaksanakan hal tersebut.
Dalam makalah ini kami akan menjelaskan secara detail dan mudah untuk dipahami
tentang Mandi wajib dan sunnah yang masih banyak oleh banyak orang tidak lupa
dengan tata cara melaksanakan hal tersebut beserta dengan hukum – hukum yang
menyertai nya.Pada dasar nya hal tersebut tidak dapat disepelekan , karena kewajiban
– kewajiban kita sebagai umat islam tidak boleh ditinggalkan.
Kajian – kajian dari beberapa buku referensi kami membantu untuk memperjelas
tentang persoalan Mandi wajib dan sunnah yang masih sering ditinggalkan oleh orang –
orang islam.Serta pendapat dari beberapa da’i atau kiai yang juga masih
membinggungkan karena terlalu banyak pendapat akan kami rangkum dan kami
beberkan dengan jelas agar tidak ada lagi kesalahan arti atau pemahaman tentang
mandi wajib dan sunnah nya.Ketidaktahuan orang – orang islam dikarenakan faktor
pengetahuan agama yang minim dan terkadang karena acuh tak acuh atau sudah
mengerti tapi tidak memahami maksud dan tujuan tantang Mandi wajib dan sunnah
dalam islam.Sehingga tidak melaksanakan hal tersebut.
MANDI WAJIB DAN MANDI SUNNAH SERTA PROBLEMATIKANYA
Mandi Wajib dalam agama Islam adalah cara untuk menghilangkan hadats besar, yaitu
dengan cara membasuh seluruh tubuh mulai dari atas kepala hingga ujung kaki.
Hal yang Mewajibkan Mandi
Bertemunya dua khitan (bersetubuh).
Keluar mani disebabkan oleh apapun, ini disebut janabat/junub.
Mati, dan matinya bukan mati syahid.
Karena selesai nifas (bersalin; setelah selesai berhentinya keluar darah sesudah
melahirkan).
Karena wiladah (setelah melahirkan).
Karena selesai haid.
Fardlu Mandi
Niat: pada saat memulai membasuh tubuh. Lafazh niat mandi wajib: "nawaitul ghusla
liraf'il hadatsil akbari janabati fardlal lillaahi ta'aalaa" (artinya: aku berniat mandi wajib
untuk menghilangkan hadats besar dan najis fardlu karena Allah).
Membasuh seluruh badan dengan air, yakni meratakan air ke semua rambut dan kulit.
Keramas,lalu membasuhnya sebanyak 7 kali
Lalu berwudhu, namun membasuh semua setiap bagiannya dengan penuh.berbeda
dengan berwudhu biasa.
Terakhir menyiram seluruh anggota tubuh sebanyak 3 kali,dimulai dari kanan lalu di
lanjutkan yang kiri.
setelah selesai mengucapkan "Alhammdulillah".
Sunnah Mandi
Mendahulukan membasuh segala kotoran dan najis dari seluruh badan.
Membaca "Bismillaahirrahmaanirrahiim" pada permulaan mandi.
Menghadap kiblat sewaktu mandi dan mendahulukan yang kanan daripada yang kiri.
Membasuh badan sampai tiga kali.
Membaca doa sebagaimana membaca doa sesudah berwudlu.
Mendahulukan mengambil air wudlu, yakni sebelum mandi disunnatkan berwudlu lebih
dahulu.
Adapun tata caranya yaitu menuangkan air dari tangan kanan ke tangan kirinya lalu
membasuh adalah berdasarkan hadits dari jalan Aisyah ra., ia berkata, Dahulu, jika
Rasulullah SAW hendak mandi janabah (junub), beliau membasuh kedua tangannya.
kemaluannya. Lantas berwudhu sebagaimana berwudhu untuk salat. Lalu beliau
mengambil air dan memasukan jari - jemarinya ke pangkal rambut. Hingga beliau
menganggap telah cukup, beliau tuangkan ke atas kepalanya sebanyak 3 kali tuangan.
Setelah itu beliau guyur seluruh badannya. Kemudian beliau basuh kedua kakinya” (HR.
Al Bukhari dan Muslim)
Pada riwayat lain dikatakan, “…dan dimasukannya jari - jari ke dalam urat rambut
hingga bila dirasanya air telah membasahi kulit [kepala], disauknya dua telapak tangan
lagi dan disapukannya ke kepalanya sebanyak 3 kali, kemudian dituangkan ke seluruh
tubuh” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Dari hadits yang mulia di atas maka urutan tata cara mandi wajib adalah :
Membasuh kedua tangan
Membasuh kemaluan
Mencuci rambut dengan cara memasukan jari - jemari ke pangkal rambut
Menuangkan air ke atas kepala sebanyak 3x atau mengambil air dengan kedua tangan
kemudian menyapukannya ke kepalanya.
Menguyur seluruh badan
Membasuh kaki
Larangan
Bagi mereka yang sedang ber-junub, yaitu mereka yang masih berhadats besar, tidak
boleh melakukan hal-hal sebagai berikut:
Melaksanakan salat.
Melakukan thawaf di Baitullah.
Memegang Kitab Suci Al-Qur'an.
Membawa atau mengangkat Kitab Suci Al-Qur'an.
Membaca Kitab Suci Al-Qur'an.
Berdiam diri di masjid.
Bagi mereka yang sedang haid, dilarang melakukan hal-hal seperti tersebut di atas dan
ditambah larangan sebagai berikut :
Bersenang-senang dengan apa yang antara pusat dan lutut.
Berpuasa baik sunnat maupun fardlu.
Dijatuhi talaq (cerai).
Mandi-Mandi Sunnah
Sebelumnya kita telah membahas mandi yang hukumnya adalah wajib, yaitu mandi
wajib atau mandi junub dan mandi setelah bersih dari haidh maupun nifas. Di samping
mandi yang hukumnya wajib ada juga mandi wajib yang hu-kumnya sunnah. Adapun
mandi yang hukumnya sunnah adalah sebagai berikut:
a. Mandi pada hari jum’at
Disunnahkan mandi wajib pada hari Jum’at berdasarkan hadits-hadits berikut ini:
Hadits yang diriwayatkan dari Abu Sa’id Al_Khudri radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mandi pada hari Jum’at wajib bagi setiap laki-
laki yang telah baligh.” [HR. Bukhari dan Muslim]
Hadits yang diriwayatkan dari Abu Sa’id Al_Khudri radhiyallahu ‘anhu juga bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wajib bagi laki-laki yang telah baligh
mandi pada hari Jum’at, bersiwak, dan memakai wangi-wangian jika ada.” [HR. Bukhari
dan Muslim]
Hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Merupakan hak Allah bahwa setiap Muslim
mandi 1 kali dalam setiap 7 hari dengan membasuh kepala dan seluruh tubuhnya.” [HR.
Bukhari dan Muslim]
Hadits yang diriwayatkan dari Samurah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa berwudhu pada hari Jum’at, maka hal itu
sudah cukup baginya. Akan tetapi, barangasiapa mandi, maka hal itu lebih utama.”
[Hadits ini diriwayatkan oleh 5 orang ahli hadits sebagaimana yang disebutkan oleh
Al_Hafizh Ibnu Hajar Al_Asqalani dalam kitab Bulughul Maram. Hadits ini dinilai hasan
oleh At_Tirmidzi; dan juga Al_Albani dalam kitab Shahih Abi Dawud (I/72)]
Para ulama berbeda pendapat tentang hukum mandi wajib di hari Jum’at, apakah wajib
atau sunnah?. Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah bin Baz berpendapat bahwa mandi
wajib pada hari Jum’at hukumnya sunnah muakkad (sangat dianjurkan). Dan agar lebih
selamat, setiap muslim hendaklah selalu mandi wajib pada hari Jum’at agar bisa
terlepas dari pendapat yang mengatakan bahwa mandi wajib pada hari Jum’at
hukumnya adalah wajib.
Pendapat yang paling rajih (kuat) adalah pendapat yang mengatakan bahwa mandi
wajib pada hari Jum’at hukumnya sunnah muakkad. Adapun hadits Nabi
shallallahu’alaihi wa sallam, ”Mandi pada hari Jum’at adalah wajib bagi setiap laki-laki
yang telah baligh,” menurut mayoritas ulama maksudnya adalah perintah yang
ditekankan, bukan perintah wajib.
Dalil lain yang menunjukkan bahwa mandi wajib pada hari Jum’at hukumnya sunnah
adalah hadits yang menyatakan bahwa berwudhu saja pada hari Jum’at telah
mencukupi. Demikian pula dengan amalan-amalan lain seperti memakai wangi-wangian,
bersiwak, memakai pakaian yang paling bagus, dan datang ke masjid lebih awal. Semua
amalan tersebut hukumnya sunnah, tidak ada satu pun yang wajib. [Lihat Abdul ’Aziz bin
’Abdullah bin Baz, Al_Fatawa Al_Islamiyah (I/419)]
b. Mandi ketika hendak ihram
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu, dia
berkata, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika hendak ihram
menanggalkan pakaian berjahit dan mandi terlebih dahulu.” [Hadits ini diriwayatkan oleh
At_Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah, dan Al_Hakim. Al_Hakim menilai shahih dan Adz_Dzahabi
menyepakati penilai-an itu. Hadits ini dinilai shahih juga oleh Al_Albani dalam kitab
Shahih At_Tirmidzi (I/250). Lihat Muhammad Nashiruddin Al_Albani, Irwa’ Al_Ghalil
hadits no. 149]
c. Mandi ketika hendak masuk Makkah
Disunnahkan seseorang mandi wajib ketika hendak masuk kota Makkah. Hal ini
berdasarkan perbuatan Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu bahwa dia biasanya ketika hendak
masuk Makkah bermalam di Dzi Thuwa. Setelah pagi tiba, dia mandi, lalu berangkat ke
Makkah pada siang hari. Ibnu Umar menyebutkan bahwa perbuatannya itu meniru Nabi
shallallahu ’alaihi wa sallam. [Penulis belum menemukan derajat hadits ini, tetapi silakan
baca kitab Thuhuru Al_Muslimi fi Dhau’i Al_Kitabi wa As_Sunnati Mafhumun wa
Fadhailu wa Adabun wa Ahkamun karya Dr. Sa’id bin Ali bin Wahf Al_Qahthani, dalam
edisi Indonesia berjudul Thaharah Nabi Shallallahu ’Alaihi wa Sallam Tuntunan Bersuci
Lengkap, hal. 130]
d. Mandi ketika hendak mengulangi persetubuhan
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Abu Rafi’ radhiyallahu ’anhu, dia berkata:
”Suatu hari Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam berkeliling menggilir istri-istri beliau,
dan beliau mandi setiap kali hendak mengulang persetubuhan” Abu Rafi’ berkata: Aku
bertanya, ”Wahai Rasulullah, apakah Engkau tidak cukup mandi sekali saja (setelah
persetubuhan terakhir)? Beliau menjawab, Apa yang aku lakukan itu lebih bersih dan
lebih harum.” [Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud, An_Nasa’i, Ath_Thabrani. Hadits
ini dinilai hasan oleh Al_Albani dalam kitab Shahih Abi Dawud (I/43) dan kitab Adab
Az_Zifaf, hal. 32]
e. Mandi setelah memandikan jenazah
Setelah memandikan jenazah, seseorang disunnahkan mandi. Hal ini berda-sarkan
hadits sebagai berikut:
Hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang me-mandikan jenazah,
hendaklah mandi sesudahnya.” [Hadits ini diriwayatkan oleh Ahamd, Abu Dawud, dan
At_Tirmidzi. Abdul Qadir dalam kitab Jami’ Al_Ushul (VII/335) berkata bahwa hadits ini
derajatnya hasan karena diriwayatkan melalui beberapa jalur periwayatan dan
mempunyai beberapa hadits pendukung. Lihat Muhammad Nashiruddin Al_Albani, Irwa’
Al_Ghalil hadits no. 144]
Hadits yang diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata: “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mandi karena empat hal, yaitu karena junub, ketika
hendak shalat Jum’at, sehabis berbekam, dan sehabis memandikan jenazah.” [Hadits ini
diriwayatkan oleh Abu Dawud hadits no. 3160. Al_Hafizh Ibnu Hajar Al_Asqalani dalam
kitab Bulughul Maram berkata bahwa hadits ini dinilai shahih oleh Ibnu Khuzaimah]
Mandi wajib sehabis memandikan jenazah sebagaimana disebutkan dalam kedua hadits
di atas hukumnya tidak wajib, karena ada atsar yang menunjukkan tidak wajibnya.
Disebutkan bahwa Asma’ binti Umais – istri Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu – pernah
memandikan jenazah Abu Bakar saat meninggal. Setelah selesai, ia keluar lalu bertanya
kepada Muhajirin yang hadir pada saat itu. Dia berkata, “Aku sedang berpuasa, namun
cuaca sangat dingin. Haruskah aku mandi?” Para sahabat menjawab, “Tidak.” [Hadits ini
diriwayatkan oleh Malik dalam kitab Al_Muwatha’ (I/223). Abdul Qadir Arnauth menilai
hasan hadits ini dalam kitab Jami’ Al_Ushul (VII/338)]
f. Mandi setelah menguburkan mayat orang musyrik
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib bahwa ia pernah datang
menemui Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam ketika ayahnya, Abu Thalib meninggal.
Ali berkata, ”Wahai Rasulullah, Abu Thalib meningga.” Nabi menyahut, ”Pergi dan
kuburkanlah mayatnya!” Ali berkata lagi, ”Dia meninggal dalam keadaan musyrik.” Nabi
kembali menyahut, ”Pergi dan kuburkanlah mayatnya!” Ketika Ali telah mengubur
mayatnya, dia kembali menghadap Nabi, lalu beliau berkata, ”Mandilah kamu!” [Hadits
ini diriwayatkan oleh Abu Dawud, An_Nasa’i, Ahmad, dan lain
URUTAN SUNAH MANDI WAJIB/SUNAH
1. Meyakini bahwa air yang akan dipakai mandi suci dan mensucikan
2. Membuang air kecil (jika mandinya karena keluar mani)
3. Membersihkan bekas sperma(air mani) atau kotoran lain di badan
4. Membasuh 2 kemaluan & sekitarnya dengan niat mandi wajib/sunah
5. Sikat gigi (niat sunah bersiwak) tentu dengan menutup aurot (aurot ketika sendirian)
Menghadap kiblat (jika tidak bisa maka niatkan ingin melakukannya)
7. Berwudlu
8. Mandi dengan tertutup aurot (aurot ketika sendirian)
9. Mandi sambil bediri
10. Mulai dengan mengguyur kepalanya sambil niat mandi wajib/sunah
11. Memperhatikan bagian terpencil seperti ujung mata, lipatan telinga, dll
12. Mengguyur badan bagian 6.kanannya lalu kirinya
13. Mengguyur kepala, badan yang kanan & kiri 3x3x
14. Tidak berlebihan dalam memakai air, “setiap tetesan akan dimintai pertanggung
jawabannya”
15. Memakai sabun & sampo
16. Tidak berbicara yang tidak perlu ketika mandi
17. Renungkan “jika kita mau membersihkan badan kita yang merupakan pandangan
manusia lalu kenapa kita tidak mau membersihkan hati kita yang merupakan pandangan
Allah SWT’’
18. Do’a setelah wudlu
Referensi:
Dari ‘Ali bin Abi Thalib, “Seseorang pernah bertanya pada ‘Ali radhiyallahu ‘anhu
mengenai mandi. ‘Ali menjawab, “Mandilah setiap hari jika kamu mau.” Orang tadi
berkata, “Bukan. Maksudku, manakah mandi yang dianjurkan?” ‘Ali menjawab, “Mandi
pada hari Jum’at, hari ‘Arofah, hari Idul Adha dan Idul Fithri.” (HR. Al Baihaqi 3/278.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Lihat Al Irwa’ 1/177)
Riwayat Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma,Dari Nafi’, (ia berkata bahwa) ‘Abdullah bin
‘Umar biasa mandi di hari Idul Fithri sebelum ia berangkat pagi-pagi ke tanah lapang.
(HR. Malik dalam Muwatho’ 426. An Nawawi menyatakan bahwa atsar ini shahih
Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,“Ia melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam melepas pakaian beliau yang dijahit, lalu beliau mandi.” Abu Isa At Tirmidzi
berkata, “Ini merupakan hadits hasan gharib. Sebagian ulama menyunahkan mandi
pada waktu ihram. Ini juga pendapat Asy Syafi’i.” (HR. Tirmidzi no. 830. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih). Anjuran untuk mandi ketika ihrom ini adalah
pendapat mayoritas ulama
Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma. Nafi’ berkata,“Ibnu Umar tidak pernah memasuki kota
Makkah kecuali ia bermalam terlebih dahulu di Dzi Thuwa sampai waktu pagi datang.
Setelah itu, ia mandi dan baru memasuki kota Makkah pada siang harinya. Ia
menyebutkan bahwa hal tersebut dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa beliau
melakukannya.” (HR. Muslim no. 1259)
Ibnul Mundzir mengatakan, “Mandi ketika memasuki Mekkah disunnahkan menurut
kebanyakan ulama. Jika tidak dilakukan, tidak dikenai fidyah ketika itu. Kebanyakan
ulama mengatakan bahwa mandi ketika itu bisa pula diganti dengan wudhu.”
Kesimpulan:
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa mandi wajib dan mandi sunnah
sangat penting bagi kita. Karena hal tersebut tak luput dari kehidupan kita sehari-hari.
Ketika kita selesai haid, mengeluarkan mani atau seperti hal-hal yang telah disebutkan
di atas, kita di haruskan mandi wajib agar kita kembali suci dan bersih. Di samping itu
kita juga di sunnahkan untuk mandi sunnah seperti mandi pada hari jum’at dll seperti
yang disebutkan di atas tadi. Serta dengan cara-cara yang telah di jelaskan. Oleh
karena itu kita harus mengerti banyak hal tentang mandi wajib dan mandi sunnah.
Semoga pembahasan di atas memeberkani manfaat. Amin.
http://amarsuteja.blogspot.com/2012/12/mandi-wajib-dan-mandi-sunnah-berserta.html
Wajib, Sunnah, dan Makruh dalam Tata Cara Mandi Junub (Mandi Besar)on Tuesday, June 12, 2012 | 5:43 pm
Oleh Sheikh Abu Bakar Jabir Al Jazairi
A. Hal-hal yang Wajib dalam Mandi
1. Niat
Niat adalah tekad/keinginan hati untuk melakukan sesuatu, dalam hal ini untuk
menghilangkan hadast besar dengan cara mandi.
Hal ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad Salallahu’alaihi Wasallam:
“Sesungguhnya segala amalan itu (tergantung) dengan niat, dan sesungguhnya setiap
orang itu baginya (balasan) apa-apa yang telah ia niatkan,” (HR Al Bukhari: ½, 8/175).
(Penjelasanhadsit ini bisa dibaca disini)
2. Mengguyurkan air ke seluruh tubuh sambil menggosoknya sebisa mungkin
Hal ini juga diikuti dengan menuangkan air ke bagian yang susah untuk digosok sampai
yakin bahwa air itu sudah membasahi seluruh tubuhnya.
3. Menyela-nyela jari-jari (tangan-kaki), rambut-rambut kepala dan lainnya, kemudian
mengulanginya pada bagian yang sukar terkena air, seperti pusar da lainnya.
B. Hal-hal yang Sunnah dalam Mandi
1. Membaca “bismillah” karena dianjurkan sebelum melakukan amal perbuatan
2. Membasuh kedua telapak tangan sebelum memasukkannya ke dalam bejana (sebelum
mandi), berdasarkan sebuah hadist yang telah disebutkan di atas
3. Memulainya dengan membersihkan kotoran
4. Mendahulukan anggota-anggota wudhu sebelum membersihkan anggota tubuh yang lain
5. Berkumur-kumur, ber-istinsyaq (memasukkan air ke dalam hidung lalu
menyemprotkannya), dan membersihkan bagian dalam telinga.
C. Hal-hal yang Makruh dalam Mandi
1. Berlebih-lebihan dalam menggunakan air.
Rasulullah Salallahu’alaihi Wasallam mandi dengan air seukuran satu sha’, yaitu empat mud
(empat cidukan telapak tangan).
2. Mandi di tempat yang bernajis, karena dikhawatirkan terkena najis.
3. Mandi dengan bekas air mandi istri.
Hal ini berdasarkan larangan Nabi Muhammad Salallahu’alaihi Wasallam akan hal itu,
sebagaimana yang telah disebutkan di atas.
4. Mandi tanpa ada penutup.
Hal ini bisa seperti dinding atau semisalnya, berdasarkan perkataan Maimunah, “Aku
menaruh air untuk Nabi Salallahu’alaihi Wasallam dan aku menutupi beliau dan beliau
mandi,” (HR Al-Bukhari: 1/84). Seandainya mandi tanpa ada penutup itu tidak makruh,
tentu Maimunah tidak akan menutupi Nabi Muhammad Salallahu’alaihi Wasallam karena
beliau bersabda:
“Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla itu Maha Pemalu, Maha Tertutup (Suci), dan mencintai
sifat malu, maka apabila salah seorang di antara kalian mandi, hendaklah dia menutupi
dirinya,” (HR An-Nasa’i: 1/200).
5. Mandi di air tergenang yang tidak mengalir, hal ini berdasarkan sabda Nabi
Muhammad Salallahu’alaihi Wasallam:
“Janganlah seorang di antara kalian mandi di air yang tergenang, sedang dia mandi junub,”
(HR Muslim: 226). Wallahu’alam bish shawwab
http://www.mukminun.com/2012/06/hal-hal-yang-wajib-sunnah-dan-makruh.html
Hal-hal yang Dilarang ketika Junub (Berhadats Besar)on Wednesday, November 07, 2012 | 4:51 pm
Oleh Sheikh Abu Bakar Jabir Al-Jaza’iri
Beberapa hal yang dilarang ketika junub (berhadats besar), yaitu:
1. Membaca Al-Quran
Hal ini dilarang kecuali beristi’adzah (membaca A’udzu Billahi minasysyaithanirrajim) dan
yang semisalnya. Karena Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda:
“Janganlah perempuan yang sedang haidh atau orang yang sedang junub membaca
sesuatu dari Al-Quran,” (HR Tirmidzi: 131).
Namun perlu dicatat disini bahwa berdasarkan penelitian Syeikh Nashiruddin Al-Albani,
hadist tersebut merupakan hadist Dhaif, bahkan munkar (Silahkan lihat Shahih wa Dha’if
Sunan At-Tirmidzi, 1/131).
Meski begitu, Syeikh Nashiruddin Al-Albani juga memberikan catatan tambahan terhadap
hadist tersebut bahwa terdapat hadist riwayat Ali yang shahih dan dapat dijadikan penguat
dalil hukum.
Berkenaan dengan hal tersebut, Ali Radhiyallahuanhu menuturkan, “Rasulullah pernah
membacakan Al-Quran kepada kami setiap saat, selama beliau tidak junub,” (HR An’Nasa’i:
168, Kitab At-Thaharah).
2. Memasuki Masjid, kecuali untuk melewatinya bagi orang yang terpaksa.
Allah berfirman:
“...(jangan pula hampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali
sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi...” (An-Nisa: 43).
3. Mengerjakan shalat, baik shalat fardhu maupun shalat sunnah.
Allah Ta’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan
mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri
masjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga
kamu mandi...” (An-Nisa: 43).
4. Menyentuh Al-Quran
Orang junub dilarang menyentuh Al-Quran, walaupun hanya dengan perantara kayu atau
semisalnya.
Karena Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya Al-Quran itu adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang
terpelihara (Lauhul Mahfudz), tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang
disucikan,” (Al-Waqi’ah: 77-79).
Dan Rasulullah beersabda:
“Janganlah kamu menyentuh Al-Quran kecuali kamu dalam keadaan suci dari hadats,” (HR
Ad-Daruquthni: 1/23, hadist shahih). Wallahu’alam bish shawwab.
http://www.mukminun.com/2012/11/hal-hal-yang-dilarang-ketika-junub.html
Tata Cara Mandi Wajib (Mandi Junub/Mandi Besar) Dalam Islamon Monday, July 09, 2012 | 5:54 am
Oleh Sheikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairiy
1. Mandi wajib dimulai dengan mengucapkanbismillah, dan berniat untuk menghilangkan
hadast besar,(pembahasa mengenai niat, harap baca: Penjelasan Hadist "Sesungguhnya
Amal Itu Tergantung Pada Niatnya..." Oleh Sheikh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin)
2. Membersihkan kedua telapak tangannya tiga kali, kemudian bercebok.
3. Membersihkan kemaluannya, dan kotoran yang ada di sekitarnya.
4. Berwudhu seperti halnya orang yang berwudhu hendak shalat, kecuali kedua kakinya.
Namun boleh membersikan kedua kakinya ketika berwudhu atau mengakhirkannya sampa
selesai mandi.
5. Mencelupkan kedua telapak tangannya ke dalam air, lalu menyela-nyela pangkal rambut
kepalanya dengan kedua telapak tangannya itu kemudian membersihkan kepalanya dan
kedua telinganya tiga kali dengan tiga cidukan.
Note: Menyela pangkal rambut hanya khusus bagi laki-laki. Bagi perempuan, cukup dengan
mengguyurkan pada kepalanya tiga kali guyuran, dan menggosoknya, tapi jangan
mengurai/membuka rambutnya yang dikepang, karena ada hadist yand diriwayatkan oleh
At-Tirmidzi dari Ummu Salamah yang bertanya kepada Rasulullah, “Aku bertanya, wahai
Rasulullah! Sesungguhnya aku ini perempuan yang sangat kuat jalinan rambut kepalanya,
apakah aku boleh mengurainya ketika mandi junub (mandi besar)?” Maka Rasulullah
menjawab, “Jangan, sebetulnya cukup bagimu mengguyurkan air pada kepalamu tiga kali
guyuran,” (HR At-TIrmidzi).
6. Mengguyur tubuhnya yang sebelah kanan dengan air, membersihkannya dari atas
sampai ke bawah, kemudian bagian yang kiri seperti itu juga berturut-turut sambil
membersihkan bagian-bagian yang tersembunyi (pusar, bawah ketiak, lutut, dan lainnya).
Tata cara ini berdasarkan penuturan Aisyah Radhiyallahu Anha:
“Apabila Rasulullah hendak mandi junub (mandi besar), beliau memulai dengan membasuh
kedua tangannya sebelum memasukannya ke dalam bejana. Kemudian beliau membasuh
kemaluannya dan berwudhu seperti halnya berwudhu untuk shalat. Setelah itu, beliau
menuangkan air pada rambut kepalanya, kemudian mengguyurkan air pada kepalanya tiga
kali guyuran, kemudian mengguyurkannya ke seluruh tubuhnya,” (HR At-Tirmidzi: 104, dan
Abu Daud: 243). Wallahu’alam bish shawwab.
http://www.mukminun.com/2012/07/tata-cara-mandi-wajib-mandi-junubmandi.html
Hal-hal yang Mengharuskan Mandi Junub (Mandi Wajib/ Mandi Besar)on Saturday, June 02, 2012 | 11:56 am
Oleh Sheikh Abu Bakar Jabir Al Jazairi
A. Mandi sebagai salah satu syariat Islam
Mandi disyariatkan dalam Al-Quran dan Al-Hadist. Allah berfirman:
“...dan jika kamu junub, maka bersucilah (mandilah)...” (Al-Maidah: 6).
Allah berfirman:
“...(jangan pula hampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali
sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi...” (An-Nisa: 43).
Nabi bersabda:
“Apabila satu khitan melewati (menyentuh) satu khitan lainnya maka telah wajib mandi,” (HR
Muslim semakna dengan hadist ini: 1/272).
Adapun lafadz hadist Muslim, “Apabila (seseorang) duiduk di antara empat tulang
selangkangnya dan khitannya (kemaluan laki-laki) itu menyentuh khitan lainnya (kemaluan
perempuan) maka telah wajib mandi.”
B. Hal-hal yang mewajibkan mandi
1. Jinabah (hadats besar)
Hal ini termasuk jima’, yaitu bertemunya kedua khitan (kemaluan laki-laki dan perempuan)
walaupun tanpa inzal. Inzal adalah keluarnya air mani dengan perasaan enak pada saat
tidur atau terjaga, dari laku-laki atau perempuan.
Hal ini berdasarkan firman Allah:
“...dan jika kamu junub, maka bersucilah (mandilah)...” (Al-Maidah: 6).
Hal ini juga berdasarkan sabda Rasulullah Salallahu’alaihi Wasallam:
“Apabila kedua khitan (kemaluan laki-laki dan perempuan) saling bertemu, maka telah wajib
mandi,”(HR Al-Bukhari dalam At-Tarikhul Kabir: 6/182, dan Imam Ahmad: 6/239 tanpa
menggunakan lafadz “faqad”).
2. Terputusnya darah haidh atau nifas
Hal ini berdasarkan firman Allah:
“...Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidhs; dan
janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci,
maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu...” (Al-
Baqarah: 222).
Hal ini juga didasarkan pada sabda Nabi Muhammad Salallahu’alaihi Wasallam:
“Berdiamlah selama haidhmu, menahanmu, kemudian mandilah (setelah masa haidhnya
habis),” (HR Muslim: 65/66, Kitab Al-Haidh).
3. Masuk Islam
Orang-orang kafir yang masuk Islam wajib baginya mandi, berdasarkan perintah Nabi
Muhammad Salallahu’alaihi Wasallam kepada Tsumamah Al-Hanafi ketika ia masuk Islam
(HR Al-Bukhari: 70, dalam Kitab Al-Maghazi, dan Muslim: 59, Kitab Al-Jihad).
4. Meninggal Dunia/wafat
Apabila seorang Muslim meninggal dunia, ia wajib dimandikan berdasarkan perintah
Rasulullah Salallahu’alaihi Wasallam. Berkenaan dengan hal tersebut, beliau pernah
menyuruh untuk memandikan putri beliau, Zainab, yang telah meninggal, sebagaimana
disebutkan dalam riwayat yang shahih.
C. Mandi yang disunnahkan
Disunnahkan mandi karena hal-hal berikut:
1. Mandi hari Jum’at
Rasulullah Salallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Mandi hari Jumat itu wajib bagi setiap orang yang telah mencapai baligh,” (HR Abu Daud:
128, Kitab At-Thaharah, Imam Ahmad: 3/60, An-Nasai: 8, Kitab Al-Ju’ah, dan Ibnu
Majah: 1089).
2. Mandi untuk Ihram
Disunnahkan mandi bagi orang yang hendak ihram ketika umrah atau haji, seperti yang
dikerjakan dan diperintahkan Rasulullah Salallahu’alaihi Wasallam.
3. Mandi karena memasuki Mekah dan wukuf di Arafah.
4. Mandi karena telah memandikan jenazah
Orang yang ikut memandikan jenazah, disunnahkan baginya mandi, berdasarkan hadists
yang telah disebutkan di atas. Wallahu’alam bish shawwab
http://www.mukminun.com/2012/06/pasal-keempat-mandi-masyruiyah-dan-hal.html
Mandi Wajib dan Mandi Sunnah
Mandi
1. Mandi Wajib
Yang dimaksud dengan mandi disini adalah mengalirkan air keseluruh badan dengan niat.
Firman Allah SWT :
“Dan jika kamu junub, maka mandilah.” (Al-Maidah:6)
Sebab-sebab mandi wajib
Sebab-sebab mandi wajib ada enam, tiga diantaranya bisa terjadi pada laki-laki dan perempuan, dan tiga lagi tertentu (khusus) pada perempuan saja.
1. Berhubungan intim, baik keluar mani ataupun tidak
Sabda Rasulullah Saw
“Apabila dua yang dikhitan bertemu, maka sesungguhnya telah diwajibkan mandi, meskipun tidak keluar mani.” (Riwayat muslim)
2. Keluar mani, baik keluarnya karena bermimpi ataupun sebab lain dengan sengaja atau tidak, dengan perbuatan sendiri atau bukan.
Sabda Rasulullah Saw dari Ummi Salamah. Sesungguhnya Ummi sulain telah bertanya kepada rasulullah Saw. “Ya, Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu memperkatakan yang hak. Apakah
perempuan wajib mandi apabila bermimpi ? jawab beliau, “Ya (wajib atasnya mandi), apabila ia melihat air (artinya keluar mani).”(sepakat ahli hadits)
3. Mati. Orang islam yang mati fardhu kifayah atas muslimin yang hidup memandikannya, kecuali orang yang mati syahid.
Sabda Rasulullah Saw
Dari Ibnu Abbas. Sesunggunhya Rasulullah Saw. Telah berkata tentang orang berihram yang terlempar dari punggung untanya hingga ia meninggal. Beliau berkata, “mandikanlah dia olehmu dengan air dan daun sidr (sabun).” (riwayat Bukhari dan Muslim)
4. Haid. Apabila seorang perempuan telah berhenti dari haid, ia wajib mandi agar ia dapat salat dan dapat bercampur dengan suaminya. Dengan mandi itu badannyapun menjadi segar dan sehat kembali.
Sabda Rasulullah Saw
Beliau berkata kepada Fatimah binti Abi Hubaisyih, “ Apabila dating haid itu, hendaklah engkau tinggalkan salat, dan apabila habis haid itu, hendaklah engkau mandi dan salat. “ (Riwayat Bukhari)
5. Nifas. Yang dinamakan nifas ialah darah yang keluar dari kemaluan perempuan sesudah melahirkan anak. Darah itu merupakan darah haid yang berkumpul, tidak keluar sewaktu perempuan itu mengandung.
6. Melahirkan, baik anak yang dilahirkan itu cukup umur ataupun tidak, seperti keguguran.
7. Orang kafir ketika masuk Islam wajib mandi.
Rukun Mandi Wajib
1. Niat
2. Meratakan air ke seluruh bagian luar badan
Adapun Niat, maka hal itu wajib dilakukan ketika awal membasuh anggota badan. Dimana apabila ia mendahulukan niat itu sebelum memandikan anggota badannya yang pertama, maka batalah mandinya.
Sedangkan rukun kedua, yakni meratakan air keseluruh bagian luar badan, maka hal itu mencakup rambut (bulu) yang berada diatas badan. Rambut itu wajib dibasuh luar dan dalam. Tidak ada perbedaan dalam hal itu apakah rambutnya tipis ataupun lebat (tebal). Namun yang wajib itu adalah hendaknya air tersebut dapat masuk ke celah-celah rambut. Dan air itu tidak wajib sampai dikulitnya bila rambut itu lebat yang tidak dapat ditembus dengan air hingga di kulit. Dan wajib melepaskan rambut yang dianyam apabila anyaman itu dapat mencegah sampainya air ke bagian dalam rambut. Tidak ada perbedaan dalam hal itu antara laki-laki dan perempuan. Apabila rambut itu amat tebal secara alami tanpa dianyam, maka hal itu dapat dimaafkan bila air tersebut tidak sampai ke bagian dalamnya. Akan tetapi ia wajib menyampaikan air tersebut ke setiap tempat yang
memungkinkan untuk di masuki air tanpa ada suatu kesulitan, sehingga apabila masih tersisa sebagian kecil dari badannya yang tidak terkena air, maka batalah mandinya.
Amalan Sunah Mandi Wajib
1. Membaca Basmalah bersamaan dengan niat mandi.
2. Membasuh kedua tangan hingga kedua pergelangan tangan sebagaimana juga dalam wudhu.
3. Berwudhu’ dengan sempurna sebelum mandi, termasuk juga berkumur dan menghirup air ke dalam hidung. Apabila ia telah berwudhu’ sebelum mandi, kemudian berhadats maka ia tak perlu mengulangi wudhu’nya, karena ia dianggap telah melaksanakan sunnat mandi. Dan sebagian dari madzhab Syafi’iyah berpendapat bahwa apabila wudhu’nya itu batal sebelum mandi maka ia dituntut untuk mengulangi wudhu’nya lagi.
4. Menggosok anggota badan yang dapat dijangkau oleh tangannya setiap kali menyiramkan air.
5. Muwalat.
6. Membasuh kepala terlebih dahulu.
7. Mendahulukan yang kanan atas yang kiri.
8. Menghilangkan kotoran yang terdapat pada badan yang tidak sampai menghalangi sampainya air pada kulit. Jika kotoran itu sampai menghalangi masuknya air pada kulit, maka wajib dihilangkan.
9. Menutup aurat, walaupun ia mndi di tempat yang sepi (tidak ada orang).
10. Membasuh sebanyak tiga kali.
11. Menyela-nyela rambut dan jemari.
12. Tidak mencukur rambut ataupun memotong kuku sebelum mandi.
13. Membaca do’a dzikir sebagaimana yang terdapat dalam wudhu’.
14. Tidak minta bantuan oranglain terkecuali karena ada suatu halangan.
15. Menghadap kearah kiblat.
16. Mandi di tempat yang aman dari percikan air.
17. Tidak mengibaskan basah air yang terdapat pada anggota badannya.
18. Tidak berbicara kecuali untuk sesuatu yang perlu.
2. Mandi Sunnah
Di samping mandi yang hukumnya wajib ada juga mandi wajib yang hukumnya sunnah. Adapun mandi yang hukumnya sunnah menurut madzhab Syafi’i adalah sebagai berikut:
Mandi Pada Hari Jumat
Mandi pada hari jumat bagi orang yang bermaksud melaksanakan shalat Jumat, agar baunya yang busuk tidak mengganggu orang di sekitarnya. Adapun ketentuan waktu disunnatkannya mandi adalah dari terbitnya fajar shadiq sampai imam shalat Jumat selesai mengucapkan salam. Dan tidak disunnatkan mengulangi mandinya itu walaupun setelah mandi ia berhadats.
Mandi Bagi Orang yang Selesai Memandikan Mayit.
Mandi bagi orang yang selesai memandikan mayit baik yang memandikan itu masih dalam keadaan suci ataupun tidak. Waktu disunnatkannya itu adalah setelah memandikan mayit tersebut hingga hendak meninggalkannya. Yang sama hukumnya dengan memandikan mayit adalah mentayamumkan mayit.
Mandi Pada Hari Raya (‘Iedul Fitri atau ‘Iedul Adha)
Mandi pada hari raya walaupun ia tidak bermaksud untuk melaksanakan shalat ‘Ied tersebut, karena mandinya pada saat itu adalah untuk berhias. Waktu disunnatkannya mandi ‘Ied adalah dari pertengahan malam hingga terbenamnya matahari pada hari itu.
Mandi Bagi Orang yang Baru Masuk Islam dalam Keadaan Tidak Berhadats Besar
Bagi orang yang baru masuk Islam dan tidak berhadats besar maka hukumnya adalah sunnah, sedangkan bagi orang yang dalam keadaan berhadats besar maka ia wajib mandi walaupun ia telah mandi pada saat ia kafir, karena mandinya itu tidak dianggap (bersuci dari hadats besar). Waktu disunnatkannya adalah setelah ia masuk islam dan berakhir hingga ia berpaling dari Islam atau sepanjang waktu (ia masih tetap dalam keadaan Islam).
Mandi Untuk Melaksanakan Shalat Istisqa’
Mandi sebelum shalat istisqa’ atau shalat gerhana bulan dan gerhana matahari bagi orang yang hendak melaksanakan shalat tersebut walaupun di dalam rumahnya. Waktu disunnatkannya (untuk melaksanakan shalat istisqa’) adalah pada saat hendak melaksanakan shalat tersebut, bila ia menghendaki shalat tersebut dengan sendirian. Dan mulai berkumpulnya orang-orang jika ia menghendaki berjamaah dengan mereka. Sedangkan waktu disunnatkan mandi (untuk shalat gerhana) adalah mulai berubahnya matahari atau bulan dan berakhir hingga matahari atau bulan tersebut terlihat sempurna kembali.
Mandi Bagi Orang Yang Sadar dari Gila atau Pingsan
Mandi bagi oranng yang sadar dari gila atau pingsan walaupun hanya sejenak, bila ia tidak mengeluarkan air mani. Sedangkan apabila ia mengeluarkan air mani maka ia wajib mandi.
Mandi Ketika Wukuf di ‘Arafah
Mandi ketika wukuf waktunya adalah mulai dari terbitnya fajar pada hari ‘Arafah dan berakhir dengan terbenamnya matahari.
Mandi Ketika Wukuf di Muzdalifah
Mandi ketika wukuf di Muzdalifah dilakukan jika ia belum mandi ketika wukuf di ‘Arafah. Sedangkan apabila ia telah mandi di ‘Arafah maka cukup dengan mandinya yang pertama (ketika wukuf di ‘Arafah). Waktu disunnatkannya adalah dari terbenamnya matahari.
Mandi Ketika Berhenti (Wukuf) di Masy’ar al-Haram
Mandi ketika berhenti (wukuf) di Masy’ar al-Haram, yaitu bukit Quzah di Muzdalifah.
Mandi Ketika Hendak Melempar Jumrah
Mandi ketika hendak melempar Jumrah yang tiga pada selain hari Nahar.
Mandi ketika berubahnya bau badan disebabkan karena air keringat, kotoran dan lain sebgainya.
Mandi ketika hendak menghadiri pertemuan untuk kepentingan kebaikan. Ini adalah termasuk kebaikan syari’at, karena manusia itu tidaklah pantas menjadi sumber penyebab penyakit manusia lainnya disebabkan karena bau busuk dan kekotoran yang timbul dari manusia itu.
Mandi setelah berbekam, karena dengan mandi itu semangat badan dapat pulih kembali dan dapat terjadi pengganti darah yang keluar dari tubuhnya.
Mandi untuk beri’tikaf, karena seseorang yang hendak bermunajat kepada Tuhannya hendaknya dalam keadaan bersih.
Mandi untuk masuk ke Madinah al-Rasul SAW.
Mandi pada setiap malam di bulan Ramadhan.
Mandi bagi orang yang memasuki usia baligh dengan cukup umur. Sedangkan eorang yang memasuki usia baligh ditandai dengan mimpi (dengan mengeluarkan air mani) maka ia wajib mandi sebgaimana yang telah dikemukakan di awal.
Mandi ketika lembah dialiri air disebabkan hujan atau ketika airsungai Nil bertambah. Karena dalam pada itu terdapat pencerminan rasa syukur terhadap Allah SWT.
Mandi bagi seorang wanita yang telah habis masa ‘Iddahnya, karena pada saat itu ia telah boleh menjadi sasaran untuk dipinang. Oleh sebab itu, sebaiknya ia dalam keadaan bersih
http://dirbas.blogspot.com/2012/07/mandi-wajib-dan-mandi-sunnah.html