21
Manajemen Cairan dr. Astriant

Manajemen Terapi Cairan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

terapi cairan

Citation preview

Page 1: Manajemen Terapi Cairan

Manajemen Cairan

dr. Astrianti

Page 2: Manajemen Terapi Cairan

PENGERTIAN

Infus cairan intravena (Intravenous fluids infusion) adalah :Pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh melalui sebuah jarum ke dalam pembuluh vena untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.

Page 3: Manajemen Terapi Cairan

Tujuan Pemberian Infus

Menjegah terjadinya syok

Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit

Memenuhi kalori pada pasien

Untuk dilakukan tranfusi darah

Pemberian obat

Page 4: Manajemen Terapi Cairan

Program pengobatan

Pasien pra dan pasca pasca pembedahan

Sebelum dilakukan tanfusi darah

Pasien dengan kekurangan cairan(dehidrasi)

Pasien yang tidak dapat makan dan minum melalui mulut

Indikasi Pemasangan Infus

Page 5: Manajemen Terapi Cairan

Kontraindikasi pemasangan infus

o Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus.

o Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci darah).

o Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).

Page 6: Manajemen Terapi Cairan

Macam – Macam Cairan Infus

1. Ditinjau dari tonisitsnya:o Isotoniso Hypertonis

2. Ditinjau dari kandungannya:o Cairan karbohohidrato Cairan elektrolit sederhanao Cairan elektrolit komplekso Cairan plasma/pengganti

plasmao Cairan amino

Page 7: Manajemen Terapi Cairan

Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:

A. Cairan Kristaloid: Bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan (volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera. Contohnya Normal Saline, Ringer-Laktat, Dekstrosa dan Ringer Asetat.

B. Koloid: Ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar

sehingga tidak akan keluar dari membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah.

Contohnya adalah Albumin, HES, Dextran dan Gelatin.

Page 8: Manajemen Terapi Cairan

Komposisi (mmol/l) : Na = 154, Cl = 154.Kemasan : 100, 250, 500, 1000 ml.

Indikasi

1. Resusitasi2. Diare3. Luka bakar4. Gagal ginjal akut

Kontraindikasi : hipertonik uterus, hiponatremia, retensi cairan. Digunakan dengan pengawasan ketat pada CHF, insufisiensi renal, hipertensi, edema perifer dan edema paru.

1. Normal Saline

a. CAIRAN KRISTALOID

Page 9: Manajemen Terapi Cairan

2. Ringer Laktat (RL)

Indikasi: mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok hipovolemik. Ringer laktat menjadi kurang disukai karena menyebabkan hiperkloremia dan asidosis metabolik, karena akan menyebabkan penumpukan asam laktat yang tinggi akibat metabolisme anaerob.  Kontraindikasi : hipernatremia,

kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis laktat.

Komposisi (mmol/l) : Na = 154, Cl = 154.

Kemasan : 100, 250, 500, 1000 ml.

Page 10: Manajemen Terapi Cairan

Komposisi : glukosa = 50 gr/l (5%), 100 gr/l (10%), 200 gr/l (20%).Kemasan : 100, 250, 500 ml.

3. Dekstrosa

Indikasi :sebagai cairan resusitasi pada terapi intravena serta untuk keperluan hidrasi selama dan sesudah operasi. Diberikan pada keadaan oliguria ringan sampai sedang (kadar kreatinin kurang dari 25 mg/100ml).

Kontraindikasi : Hiperglikemia.

Page 11: Manajemen Terapi Cairan

Indikasi : Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah

seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat seperti sirosis hati dan asidosis

laktat. Hal ini dikarenakan adanya laktat dalam larutan Ringer Laktat

membahayakan pasien sakit berat karena

dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat

4. Ringer Asetat (RA)

Page 12: Manajemen Terapi Cairan

1. AlbuminIndikasi:•Pengganti volume plasma atau protein pada keadaan syok•Pengganti volume plasma pada ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome). •Hipoalbuminemia yang merupakan manifestasi dari keadaan malnutrisi, kebakaran, operasi besar, infeksi (sepsis syok), berbagai macam kondisi inflamasi, dan ekskresi renal berlebih.•Pada spontaneus bacterial peritonitis (SBP) yang merupakan komplikasi dari sirosis.

Kontraindikasi : gagal jantung, anemia berat

Komposisi : Albumin yang tersedia untuk keperluan klinis adalah protein 69-kDa yang dimurnikan dari plasma manusia (cotoh: albumin 5%).

b. Cairan koloid

Page 13: Manajemen Terapi Cairan

Komposisi : Starches tersusun atas 2 tipe polimer glukosa, yaitu amilosa dan amilopektin

2. HES (Hydroxyetyl Starches)

 Indikasi : Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat menurunkan permeabilitas pembuluh darah, sehingga dapat menurunkan resiko kebocoran kapiler.

Kontraindikasi : Cardiopulmonary bypass, dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi, hal ini terjadi karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (>20 ml/kg). Sepsis, karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF). Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan

Page 14: Manajemen Terapi Cairan

4. Gelatin Komposisi : Gelatin diambil dari hidrolisis kolagen bovine. Indikasi : Penambah volume plasma dan mempunyai efek antikoagulan,Pada sebuah penelitian invitro dengan tromboelastropgraphy diketahui bahwa gelatin memiliki efek antikoagulan, namun lebih kecil dibandingkan HES. Kontraindikasi : haemacel tersusun atas sejumlah besar kalsium, sehingga harus dihindari pada keadaan hiperkalsemia. 

Page 15: Manajemen Terapi Cairan

Persiapan alat dan bahan

1. Standar infus2. Infus set3. Cairan sesuai dengan kebutuhan pasien4. Jarum infus dengan ukuran sesuai5. Pengalas6. Torniket/karet pembendung7. Kapas alkohol8. Plester9. Gunting10.Kasa steril11.Betadin12.Sarung tangan

Page 16: Manajemen Terapi Cairan

Prosedur

1. Cuci tangan 2. Jelaskan prosdur yang akan dilakukan3. Hubungkan cairan infus set4. Letakkan pengalas dibawah vena yang akan dilakukan infus5. Lakukan pembendungan dengan torniket atau karet pembendung

10-20 cm6. Gunakan sarung tangan steril7. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alkohol8. Lakukan penusukan pada vena dengan posisi Jarum mengarah

keatas9. Cek keluarnya darah melalui jarum. 10.Seteah jarum infus bagian dalam dikeluarkan, tahan bagian atas

vena dengan menekan menggunakan jari tangan agar darah tidak keluar dan hubungkan bagian infus dengan slang infus.

11.Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dosis yang diberikan.

12.Lakukan fiksasi dengan kasa steril13.Tulislah tanggal ,jam pemasangan infus pada plaster, catat ukuran,

tipe jarum, jenis cairan, letak infus, dan kecepatan aliran14.Lepaskan sarung tangan 15.Cuci tangan

Page 17: Manajemen Terapi Cairan
Page 18: Manajemen Terapi Cairan

Cara Penghitungan Cairan Infus

•      Tetesan per jamfaktor tetes Otsuka -- 1cc = 15 tpmFaktor tetes terumo 1cc = 20 tpm

•      Tetes per menitJumlah total cairan infus ( cc) x faktor tetesan

Lama waktu penginfusan ( menit)

Contoh: 1000 ml dalam 8 jam, faktor tetesan 201000 x 20 / 8 x 60 = 41 tpm (tetes per menit)

Page 19: Manajemen Terapi Cairan

• RL 12 tpm –24 jam brp cc RL dan synto ?• Rumus • Jumlah total cairan infus ( cc) x faktor

tetesan • Lama waktu penginfusan ( menit)

Page 20: Manajemen Terapi Cairan
Page 21: Manajemen Terapi Cairan

Terima Kasih

Merci Beaucoup

Arigato Gozaimasu

Thank You

Tesekkur Ederim

Syukron

Tarimo Kasi

Sagbol

Spasibo

Danke Schon

Xie Xie

Hatur Nuhun