21
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) VOL. 1 NO. 2 MEI 2011 200 MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA Dwi Septa Aryani Politeknik PalComTech Palembang Abstract This research entitled “Earning Management in the Manufacturing Company at the Indonesian Capital Market”. This research is aimed at analyzing factor influencing the motivation of management to conduct earning management. Earning management occurs when manager use judgement in financial reporting. Some factor influencing the motivation of earning management used in this research are motivation of bonus, motivation of debt to equity and motivation of political cost. Earning management was substituted (proxy) with discretionary accrual. The source of data used in this research is secondary data that found from Indonesian capital market consist of the data of annual financial report and other supported data. The sample of this research consist of 72 manufacturing company that publish annual financial report during 2004 – 2008. The method of analysis used in this research is descriptive analysis and multiple linear regression. This result of this research show that (1) in partial method, motivation of bonus (ROA) had positive but not significant influence on earning management. Motivation of debt to equity (leverage) had positive and significant influence on earning management. While, motivation of political cost (size) had negative and significant influence on earning management .It means that leverage and size can be motivate manager to conduct earning management. (2) in simultaneous, motivation of bonus (ROA), motivation of debt to equity (leverage) and motivation political cost (size) had positive and significant influence of earning management. Keywords : Earning Management, Motivation Of Bonus, Motivation Of Debt To Equity, Motivation Of Political Cost. PENDAHULUAN Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang secara formal wajib dipublikasikan sebagai sarana pertanggungjawaban pihak manajemen terhadap pengelolaan sumber daya pemilik (Schipper dan Vincent, 2003). Penyampaian informasi melalui laporan keuangan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak eksternal maupun internal yang kurang memiliki wewenang dalam memperoleh informasi yang mereka butuhkan dari sumber langsung perusahaan. Sehingga laporan keuangan tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada investor dalam mengambil keputusan. Pada lingkungan pasar modal, laporan keuangan yang dipublikasikan merupakan sumber informasi sangat penting yang dibutuhkan oleh sebagian besar pemakai laporan dan atau pelaku pasar serta pihak-pihak yang berkepentingan dengan emiten untuk mendukung pengambilan keputusan. Salah satu informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan adalah informasi mengenai laba perusahaan. Menurut PSAK No.1 informasi

MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN …news.palcomtech.com/wp-content/uploads/DWISEPTA-TE01022011.pdf · JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Manajemen Laba Pada ... JURNAL

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN …news.palcomtech.com/wp-content/uploads/DWISEPTA-TE01022011.pdf · JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Manajemen Laba Pada ... JURNAL

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)

Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI)VOL. 1 NO. 2

MEI 2011

200

MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTURDI BURSA EFEK INDONESIA

Dwi Septa AryaniPoliteknik PalComTech Palembang

Abstract

This research entitled “Earning Management in the Manufacturing Company at theIndonesian Capital Market”. This research is aimed at analyzing factor influencingthe motivation of management to conduct earning management. Earning managementoccurs when manager use judgement in financial reporting. Some factor influencingthe motivation of earning management used in this research are motivation of bonus,motivation of debt to equity and motivation of political cost. Earning management wassubstituted (proxy) with discretionary accrual.The source of data used in this research is secondary data that found from Indonesiancapital market consist of the data of annual financial report and other supported data.The sample of this research consist of 72 manufacturing company that publish annualfinancial report during 2004 – 2008. The method of analysis used in this research isdescriptive analysis and multiple linear regression.This result of this research show that (1) in partial method, motivation of bonus (ROA)had positive but not significant influence on earning management. Motivation of debtto equity (leverage) had positive and significant influence on earning management.While, motivation of political cost (size) had negative and significant influence onearning management .It means that leverage and size can be motivate manager toconduct earning management. (2) in simultaneous, motivation of bonus (ROA),motivation of debt to equity (leverage) and motivation political cost (size) had positiveand significant influence of earning management.

Keywords : Earning Management, Motivation Of Bonus, Motivation Of Debt ToEquity, Motivation Of Political Cost.

PENDAHULUAN

Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang secara formal wajibdipublikasikan sebagai sarana pertanggungjawaban pihak manajemen terhadappengelolaan sumber daya pemilik (Schipper dan Vincent, 2003). Penyampaian informasimelalui laporan keuangan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak eksternalmaupun internal yang kurang memiliki wewenang dalam memperoleh informasi yangmereka butuhkan dari sumber langsung perusahaan. Sehingga laporan keuangan tersebutdiharapkan dapat memberikan informasi kepada investor dalam mengambil keputusan.

Pada lingkungan pasar modal, laporan keuangan yang dipublikasikan merupakansumber informasi sangat penting yang dibutuhkan oleh sebagian besar pemakai laporandan atau pelaku pasar serta pihak-pihak yang berkepentingan dengan emiten untukmendukung pengambilan keputusan. Salah satu informasi yang terdapat di dalam laporankeuangan adalah informasi mengenai laba perusahaan. Menurut PSAK No.1 informasi

Page 2: MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN …news.palcomtech.com/wp-content/uploads/DWISEPTA-TE01022011.pdf · JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Manajemen Laba Pada ... JURNAL

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)

Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI)VOL. 1 NO. 2

MEI 2011

201

laba diperlukan untuk menilai perubahan potensi sumber daya ekonomis yang mungkindapat dikendalikan di masa depan, menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada, danuntuk perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkantambahan sumber daya (IAI, 2007).

Dalam laporan keuangan, komponen laba menjadi pusat perhatian pihak pemakai(Beattie dkk, 1994). Hal ini dikarenakan pihak pemakai menganggap laba dapatmencerminkan kinerja manajemen perusahaan selama periode tertentu dan bisadipergunakan untuk memperkirakan prospek perusahaan di masa depan. Laba yangdipublikasikan dapat memberikan respon yang bervariasi, yang menunjukkan adanyareaksi pasar terhadap informasi laba (Cho dan Jung, 1991). Dengan kata lain, laba yangdilaporkan memiliki kekuatan respon.

Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (PABU) memperbolehkan berbagai alternatifdalam menyusun laporan keuangan. Hal ini menjadikan manajemen perusahaan memilikikeleluasaan untuk mengganti suatu metode akuntansi dengan metode akuntansi lainnya,yang dapat memodifikasi nilai nominal laba yang aktual (Sulistyanto,2008). Kondisi inidikenal dengan manajemen laba.

Definisi manajemen laba hingga saat ini masih menjadi kontroversi. Sebagian pihakmenilai manajemen laba merupakan perbuatan curang yang melanggar prinsip akuntansi.Setiawati dan Na’im (2000) menyatakan bahwa manajemen laba merupakan salah satufaktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan, dan menambah bias dalamlaporan keuangan serta mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angkalaba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa. Sedangkan pihak lainnyamengatakan bahwa manajemen laba tidak harus dikaitkan dengan upaya memanipulasidata atau informasi akuntansi tetapi bisa dikaitkan dengan pemilihan metode akuntansiuntuk mengatur keuntungan yang bisa dilakukan karena memang diperkenankan menurutakuntansi (Davidson, 1987). Hal ini sesuai dengan teori akuntansi positif yangmemperkenankan manajer untuk memilih suatu metode akuntansi tertentu (Watts andZimmerman, 1986).

Adanya praktek manajemen laba sebagai bagian dari laporan keuanganmengakibatkan fakta tentang kondisi ekonomis perusahaan tidak disajikan sebenarnyasehingga laba yang diharapkan dapat memberikan informasi untuk mendukungpengambilan keputusan menjadi diragukan. Upaya menyelewengkan informasi dilakukanmanajer dengan mempermainkan komponen-komponen dalam laporan keuangan, baikdengan mempermainkan besar kecilnya laba maupun menyembunyikan atau menundapengungkapan komponen tertentu. Ada beberapa cara yang dapat digunakan manajeruntuk mempermainkan besar kecilnya laba. Permainan manajerial terhadap komponenlaporan keuangan dapat dilihat pada tabel berikut :

No Permainan Manajerial1.2.3.4.5.6.7.

Mencatat pendapatan terlalu cepatMencatat pendapatan palsuMengakui pendapatan lebih cepat satu periodeMengakui biaya periode berjalan menjadi biaya periode sebelum atau sesudahnya.Tidak mengungkapkan semua kewajibannya.Mengakui pendapatan periode berjalan menjadi pendapatan periode sebelumnya.Mengakui pendapatan masa depan

Sumber: Davin 2005

Page 3: MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN …news.palcomtech.com/wp-content/uploads/DWISEPTA-TE01022011.pdf · JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Manajemen Laba Pada ... JURNAL

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)

Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI)VOL. 1 NO. 2

MEI 2011

202

Upaya permainan manajerial dapat dilakukan tanpa harus melanggar standarakuntansi yang selama ini digunakan secara umum, hanya dengan mengganti metode danprosedur tertentu dengan metode dan prosedur akuntansi yang lain sesuai dengankeinginan manajemen perusahaan. Upaya ini sulit dideteksi dan diketahui oleh pemakaiinformasi laporan keuangan, meskipun laporan keuangan menyertakan catatan yangmenjelaskan secara rinci komponen dalam laporan keuangan itu. Alasannya, pertamapemakai laporan keuangan tidak mempunyai kemampuan yang memadai untuk memahamicatatan laporan keuangan secara baik. Kedua tidak semua metode atau prosedur yangdipakai perusahaan dapat dipahami oleh pemakai laporan keuangan.

Kesenjangan informasi mendorong manajer untuk berprilaku oportunitis dalammengungkapkan informasi mengenai perusahaan. Manajer hanya akan mengungkapkansuatu informasi tertentu jika ada manfaat yang diperolehnya. Apabila tidak ada manfaatyang bisa diperoleh maka manajer akan menyembunyikan atau menunda pengungkapaninformasi bahkan kalau diperlukan manajer akan mengubah informasi tersebut. Upayamempermainkan informasi ini tidak selalu dilakukan manajer untuk membuat informasimenjadi lebih bagus dibandingkan dengan informasi sesungguhnya. Ada kalanya informasijustru diubah menjadi lebih buruk dibandingkan informasi sesungguhnya. Hal initergantung dengan motivasi yang mendasari manajemen tersebut.

Setiawati dan Na’im (2000) merangkum berbagai hasil penelitian terdahulu untukmendeteksi faktor-faktor penyebab terjadinya praktek manajemen laba yang terdiri daripraktek peningkatan dan penurunan laba. Praktek peningkatan laba terdiri dari tindakanmanajer untuk meningkatkan laba bila sedang pada pelanggaran kesepakatan hutang untukmelaporkan kinerja yang baik pada kreditur, memaksimalkan kompensasi yang didasarkanpada kinerja akuntansi, memperoleh atau mempertahankan kendali perusahaan,pertimbangan pasar modal pada saat penawaran saham perdana, serta pertimbanganmemperbaiki kinerja yang dilaporkan pada stakeholder. Sedangkan penurunan labadilakukan manajer untuk memperoleh penghematan pajak, menyiasati peraturanpemerintah misalnya meminimalkan jumlah denda untuk mendapatkan fasilitaspemerintah, pertimbangan kondisi persaingan untuk mencegah masuknya pesaing baru.

Ada berbagai motivasi yang diduga mendasari dan mendorong seorang manajerberprilaku oportunitis. Motivasi-motivasi tersebut akan mempengaruhi pola rekayasamanajerial yang dilakukan manajemen perusahaan. Teori akuntansi positif memiliki tigahipotesis yang dijadikan dasar motivasi utama manajer melakukan manajemen laba yaitubonus, kontrak hutang dan biaya politik (Watts & Zimmerman,1986).

Pada motivasi bonus dinyatakan bahwa manajemen akan memperoleh bonus jikakinerja perusahaan mencapai target tertentu. Janji bonus ini akan memotivasi manajeruntuk mengatur labanya pada tingkat tertentu sesuai dengan batas yang disyaratkan. Dalamhal ini, manajer akan melakukan manajemen laba dengan cara meningkatkan laba agarmemperoleh kompensasi yang lebih besar dari perusahaan.

Motivasi kedua yaitu motivasi kontrak hutang. Manajer akan melakukanmanajemen laba secara agresif untuk mencegah pelanggaran terhadap kontrak hutang(Watts and Zimmerman, 1986). Defond dan Jiambalvo (1994) menunjukkan bukti bahwamanajer melakukan manajemen laba dengan cara meningkatkan laba untuk menghindaripelanggaran batasan hutang.

Motivasi terakhir yaitu biaya politik di mana perusahaan yang lebih besar akanmelakukan lebih banyak kebijakan yang akan menyebabkan laba menurun dengan maksud

Page 4: MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN …news.palcomtech.com/wp-content/uploads/DWISEPTA-TE01022011.pdf · JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Manajemen Laba Pada ... JURNAL

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)

Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI)VOL. 1 NO. 2

MEI 2011

203

mengurangi efek politis. Perusahaan besar cenderung menggunakan prosedur akuntansimenurunkan laba untuk tujuan mengurangi pembebanan pajak yang tinggi.

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, penulis inginmeneliti mengenai motivasi manajemen laba pada perusahaan manufaktur di Bursa EfekIndonesia. Setelah mengetahui motivasi manajer melakukan manajemen laba diharapkandigunakan oleh pimpinan perusahaan dalam menentukan kebijakan dan keputusanperusahaan di masa datang.

TINJAUAN PUSTAKA

Teori akuntansi positif dipelopori oleh Watts dan Zimmerman (1986). Tujuan teoriakuntansi positif ialah menjelaskan, meramalkan, dan memberi jawaban atas praktikakuntansi. Watts dan Zimmerman (1986) berusaha mengungkapkan bahwa faktor-faktorekonomi tertentu atau ciri-ciri suatu unit usaha tertentu bisa dikaitkan dengan perilakumanajer atau para pembuat laporan keuangan. Watts dan Zimmerman (1986) lebih khususlagi mengungkapkan pengaruh variabel-variabel ekonomi terhadap motivasi manajer untukmemilih suatu metode akuntansi. Sehingga dapat dikatakan bahwa teori akuntansi positifini lebih memfokuskan pada prediksi tindakan manajer ketika memilih suatu metodeakuntansi yang akan digunakan serta bagaimana manajer merespon standar akuntansi yangbaru. Pemberian fleksibilitas manajer dalam memilih suatu kumpulan kebijakan akuntansidengan membuka kemungkinan perilaku oportunistik. Manajer akan memilih kebijakanakuntansi yang sesuai dengan tujuannya. Teori akuntansi positif menganggap bahwamanajer secara rasional akan memilih kebijakan akuntansi yang menurutnya baik.

Ada tiga hipotesis dalam teori akuntansi positif yang dipergunakan untuk mengujiperilaku etis dalam mencatat transaksi dan menyusun laporan keuangan yaitu: (Watts danZimmerman, 1986)

a. The Bonus Plan HypothesisBonus plan hypothesis menyatakan bahwa “managers of firms with bonus plansare more likely to use accounting methods that increase current period reportedincome”. Hipotesis ini menyatakan bahwa rencana bonus atau kompensasimanajerial akan membuat manajer cenderung memilih dan menggunakan metode-metode akuntansi yang akan membuat laba yang dilaporkan menjadi lebih tinggi.Pada perusahaan yang memiliki rencana pemberian bonus, manajer perusahaanakan lebih memilih metode akuntansi yang dapat menggeser laba dari masa depanke masa kini sehingga dapat menaikkan laba saat ini. Hal ini dikarenakan manajerlebih menyukai pemberian upah yang lebih tinggi untuk masa kini.

b. The Debt to Equity Hypothesis (Debt Covenant Hypothesis)Debt to equity hypothesis yang menyatakan bahwa “the larger the firms debt toequity ratio, the more likely managers use accounting methods that increaseincome”. Dalam konteks perjanjian hutang manajer akan mengelola dan mengaturlabanya agar kewajiban hutangnya yang seharusnya diselesaikan pada tahuntertentu dapat ditunda untuk tahun berikutnya. Pada perusahaan yang mempunyairasio debt to equity tinggi, manajer perusahaan cenderung menggunakan metodeakuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan atau laba. Perusahaan denganrasio debt to equity yang tinggi akan mengalami kesulitan dalam memperolehdana tambahan dari pihak kreditor bahkan perusahaan terancam melanggarperjanjian utang.

Page 5: MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN …news.palcomtech.com/wp-content/uploads/DWISEPTA-TE01022011.pdf · JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Manajemen Laba Pada ... JURNAL

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)

Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI)VOL. 1 NO. 2

MEI 2011

204

c. The Political Cost HypothesisPolitical cost hypothesis yang menyatakan bahwa “larger firms rather than smallfirms are more likely to use accounting choices that reduce reported profits”.Hipotesis ini menyatakan pada perusahaan besar yang memiliki biaya politiktinggi, manajer akan lebih memilih metode akuntansi yang menangguhkan labayang dilaporkan dari periode sekarang ke periode masa mendatang sehingga dapatmemperkecil laba yang dilaporkan. Biaya politik muncul dikarenakanprofitabilitas perusahaan yang tinggi dapat menarik perhatian media dankonsumen.

Definisi manajemen laba sampai saat ini masih menjadi kontroversi. Sebagian pihakmenilai manajemen laba merupakan aktivitas yang lumrah dilakukan manajer dalammenyusun laporan keuangan, apalagi jika upaya rekayasa manajerial ini dilakukan dalamruang lingkup akuntansi (Davidson, Stickey & Weil, 1987; Scott, 1995). Sementarasebagian lain menilai manajemen laba sebagai perbuatan curang yang melanggar prinsipakuntansi (Schipper,1989; Healy & Wahlen, 1999; Setiawati dan Na’im, 2000). Upaya inidilakukan dengan memanfaatkan metode dan standar akuntansi yang ada untukmengelabui pemakai laporan keuangan.Secara umum ada beberapa definisi tentang manajemen laba:

a. Pihak Pendukung Manajemen Laba1. Davidson, Stickey dan Weil (1987)

Earning management is the process of taking deliberate steps within theconstrains of generally accepted accounting principles to bring about desiredlevel of reported earnings. (Manajemen laba merupakan proses untukmengambil langkah tertentu yang disengaja dalam batas-batas prinsipakuntansi berterima umum untuk menghasilkan tingkat yang diinginkan darilaba yang dilaporkan).

2. Scott (1995 : 351)Earning management is given that managers can choose accounting policiesfrom a set (for example GAAP), it is natural to expect that they will choosepolicies so as to maximize their own utility and/or the market value of the firm.(Manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer daristandar akuntansi yang ada dan secara alamiah dapat memaksimumkan utilitasmereka dan atau nilai pasar perusahaan)

b. Pihak Tidak Mendukung Manajemen Laba1. Schipper (1989 : 92)

Earning management is a purpose intervention in the external financialreporting process, with the intent of obtaining some private gain (a opposed tosay, merely faciliting the neutral operation of the process). (Manajemen labaialah campur tangan dalam proses penyusunan pelaporan keuangan external,dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi (Pihak yang tidak setujumengatakan bahwa hal ini hanyalah upaya untuk menfasilitasi operasi yangtidak memihak dari sebuah proses).

Page 6: MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN …news.palcomtech.com/wp-content/uploads/DWISEPTA-TE01022011.pdf · JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Manajemen Laba Pada ... JURNAL

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)

Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI)VOL. 1 NO. 2

MEI 2011

205

2. Healy dan Wahlen (1999)Earning management occurs when managers used judgment in financialreporting and in structuring transactions to alter financial reports to eithermislead some stakeholders about underlying economic performance of thecompany or to influence contractual outcomes that depend on the reportedaccounting numbers.(Manajemen laba muncul ketika manajer menggunakan keputusan tertentudalam pelaporan keuangan dan mengubah transaksi untuk mengubah laporankeuangan untuk menyesatkan stakeholder yang ingin mengetahui kinerjaekonomi yang diperoleh perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil kontrakyang menggunakan angka-angka akuntansi yang dilaporkan).

3. Setiawati dan Na’im (2000 : 425)Manajemen laba ialah upaya campur tangan manajemen dalam prosespelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri.

Walaupun menggunakan terminologi yang berbeda, definisi-definisi itu mempunyaibenang merah yaitu menyepakati bahwa manajemen laba merupakan aktivitas manajerialuntuk mempengaruhi dan mengintervensi laporan keuangan.

Manajemen laba biasanya diteliti dengan cara peneliti membentuk hipotesis dimanamanajemen laba kemungkinan bisa muncul dan menguji kemungkinan tersebut denganmetode yang tepat. Secara umum ada tiga pendekatan untuk mendeteksi manajemen laba(Sulistyanto, 2008: 211) yaitu :

1. Model berbasis aggregate accrual yaitu model yang digunakan untuk mendeteksiaktivitas rekayasa ini dengan menggunakan discretionary accruals sebagai proksimanajemen laba. Model ini dikembangkan oleh Healy (1985), DeAngelo (1986),Jones (1991), Dechow, Sloan dan Sweeney (1995).

2. Model yang berbasis specific accruals yaitu pendekatan yang menghitung akrualsebagai proksi manajemen laba dengan menggunakan item laporan keuangantertentu dari industri tertentu pula, misalnya cadangan kerugian piutang dariindustri asuransi. Model ini pertama kali dikembangkan oleh McNichols danWilson (1988).

3. Model berbasis distribution of earnings after management yaitu pendekatandengan melakukan pengujian secara statistik terhadap komponen-komponen labauntuk mendeteksi faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan laba. Model inipertama kali dikembangkan oleh Burgtahler dan Dichev (1997).

Namun dari ketiga model tersebut hanya model berbasis aggregate accrual yang dinilaisebagai model yang memberikan hasil paling kuat dalam mendeteksi manajemen laba.Alasannya model empiris ini sejalan dengan akuntansi berbasis akrual yang dipergunakanoleh dunia usaha dan model empiris ini menggunakan semua komponen laporan keuanganuntuk mendeteksi rekayasa keuangan. Beberapa model empiris berbasis aggregate accrualuntuk mendeteksi manajemen laba ialah:

1. Model Healy (1985)Model Healy mendeteksi manajemen laba dengan menghitung nilai total akrualyaitu mengurangi laba akuntansi yang diperoleh selama satu periode tertentudengan arus kas operasi periode yang bersangkutan. Perhitungan nondiscretionaryaccruals model Healy dengan membagi rata-rata total akrual dengan total aktivaperiode sebelumnya. Ada kelemahan mendasar dalam model Healy yangdiindikasikan oleh Dechow dkk (1995) bahwa total akrual yang digunakan

Page 7: MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN …news.palcomtech.com/wp-content/uploads/DWISEPTA-TE01022011.pdf · JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Manajemen Laba Pada ... JURNAL

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)

Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI)VOL. 1 NO. 2

MEI 2011

206

sebagai proksi manajemen laba mengandung nondiscretionary accruals. Padahalnondiscretionary accruals merupakan komponen total akrual yang tidak bisadikelola atau diatur oleh manajer seperti halnya komponen discretionaryaccruals.

2. Model DeAngelo (1986)Model DeAngelo mengukur manajemen laba dengan nondiscretionary accrual,yaitu dihitung dengan menggunakan total akrual akhir periode yang diskaladengan total aktiva periode sebelumnya. Seandainya nondisdretionary accrualselalu konstan setiap saat dan discretionary accruals mempunyai rata-rata samadengan nol selama periode estimasi, maka kedua model ini akan mengukurdiscretionary accrual tanpa kesalahan. Namun, apabila nondiscretionary accrualberubah dari periode ke periode, maka kedua model ini akan mengukurdiscretionary accrual dengan kesalahan.

3. Model Jones (1991)Model Jones tidak lagi menggunakan asumsi bahwa nondiscretionary accrualadalah konstan. Model ini menggunakan dua asumsi sebagai dasar pengembanganyaitu akrual periode berjalan (current accruals) dan gross property, plant, andequipment. Secara implisit model Jones mengasumsikan bahwa pendapatanmerupakan nondiscretionary. Apabila laba dikelola dengan menggunakanpendapatan discretionary accrual, maka model ini akan menghapus bagian labayang dikelola untuk proksi discretionary accrual.

4. Model Jones Dimodifikasi (Dechow, Sloan dan Sweeney,1995)Model Jones Dimodifikasi merupakan modifikasi dari model Jones yang didesainuntuk mengeliminasi kecenderungan untuk menggunakan perkiraan yang bisasalah dari model Jones untuk menentukan discretionary accruals ketika discretionmelebihi pendapatan. Sama halnya dengan model manajemen laba berbasisaggregate accrual yang lain, model ini menggunakan discretionary accrualsebagai proksi manajemen laba. Kelebihannya, model ini memecah total akrualmenjadi empat komponen utama akrual, yaitu discretionary current accrual,discretionary long term accrual, dan nondiscretionary long term accruals.Discretionary current accrual dan nondiscretionary current accrual merupakanakrual yang berasal dari aktiva lancar. Sedangkan discretionary long term accrualdan nondiscretionary long term accruals merupakan akrual dari aktiva tidaklancar.

Dalam rencana bonus atau kompensasi manajerial, pemilik perusahaan berjanjibahwa manajer akan menerima sejumlah bonus jika kinerja perusahaan mencapai jumlahtertentu. Penelitian yang terkait dengan motivasi bonus menyatakan bahwa manajerberusaha memanipulasi laba untuk memaksimalkan nilai sekarang dari pembayaran bonus(Holthausen, 1995). Penelitian mengenai pengaruh motivasi bonus terhadap manajemenlaba pernah dilakukan oleh Dechow dan Sloan (1991), Defond dan Jiambalvo (1994), danYulianti (2005). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa motivasi bonus (ROA)berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba. Artinya semakin besar bonusyang akan diperoleh manajer, maka semakin besar pula motivasi manajer untuk melakukanmanajemen laba. Akan tetapi pengaruh ROA terhadap manajemen laba tidak ditemukandalam penelitian Machfoedz (1994). Hipotesis untuk motivasi bonus dan manajemen labaialah:

Page 8: MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN …news.palcomtech.com/wp-content/uploads/DWISEPTA-TE01022011.pdf · JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Manajemen Laba Pada ... JURNAL

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)

Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI)VOL. 1 NO. 2

MEI 2011

207

H1a : Motivasi bonus mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap manajemenlaba pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

Struktur permodalan perusahaan biasanya terdiri dari modal internal dan eksternal.Modal yang diperoleh dari pihak eksternal berupa pinjaman dari kreditur. Pinjamantersebut tentunya menuntut adanya pertanggungjawaban perusahaan baik dalampemakaian maupun pengembalian pinjaman. Pihak kreditor akan selalu memantau danmemerlukan informasi mengenai keadaan keuangan perusahaan untuk meyakinkan bahwaperusahaan akan dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo.

Berdasarkan hipotesis kontrak hutang, perusahaan akan melakukan manajemen labasecara agresif untuk mencegah pelanggaran terhadap kontrak hutang (Watts andZimmerman, 1986). Oleh karena itu, besarnya hutang perusahaan akan memotivasimanajemen untuk melakukan manajemen laba. Variabel hutang dapat diukur denganleverage (Halim dkk,2005; Permatasari, 2005).

Leverage merupakan rasio antara total kewajiban dengan total modal perusahaanSemakin besar rasio leverage, berarti semakin tinggi nilai utang perusahaan. Ukuran iniberhubungan dengan keberadaan dan ketat tidaknya suatu persetujuan utang. Perusahaanyang mempunyai rasio leverage tinggi diduga melakukan manajemen laba karenaperusahaan akan mengalami kesulitan dalam memperoleh dana tambahan dari pihakkreditor bahkan perusahaan terancam tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran utangpada waktunya. Defond dan Jiambalvo (1994) dan Sweeney (1994) menyatakan bahwamanajemen akan melakukan peningkatan laba (income increasing accruals) untukmenghindari pelanggaran batasan hutang

Penelitian mengenai motivasi kontrak hutang motivasi kontrak hutang pernahdilakukan oleh Sweeney (1994), Defond dan Jiambalvo (1994), Field dkk (2001),Widyaningdyah (2001), Damayanthi (2005), Halim (2005). Hasil penelitian menunjukkanbahwa motivasi kontrak hutang (leverage) berpengaruh positif dan signifikan terhadapmanajemen laba. Semakin besar leverage yang akan dimiliki perusahaan, maka semakinbesar pula motivasi manajer untuk melakukan manajemen laba. Sehingga dari hipotesisdapat disimpulkan bahwa motivasi bonus berpengaruh positif terhadap manajemen laba.Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis untuk motivasi kontrak hutang dan manajemenlaba ialah:

H1b : Motivasi kontrak hutang mempunyai pengaruh positif signifikan terhadapmanajemen laba pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

Ukuran perusahaan ialah suatu skala di mana dapat diklasifikasikan besar kecilperusahaan. Watts dan Zimmerman (1986) dalam teori akuntansi positif menyatakanbahwa ukuran perusahaan digunakan sebagai pedoman biaya politik dan biaya politik akanmeningkat seiring dengan meningkatnya ukuran dan risiko perusahaan. Ukuran perusahaanberpengaruh negatif dengan manajemen laba. Hal ini terjadi karena perusahaan besarcenderung menggunakan prosedur akuntansi yang menurunkan laba untuk tujuan pajak.

Penelitian mengenai pengaruh ukuran perusahaan dengan manajemen laba pernahditeliti oleh Han dan Wong (1998), Field dkk (2001), Widyaningdyah (2001), Damayanthi(2005), Yulianti (2005), dan Halim (2005). Penelitian tersebut memperoleh hasilsignifikan, sehingga ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba. Namun,hasil penelitian Machfoedz (1994) menunjukkan hasil sebaliknya yaitu ukuran perusahan

Page 9: MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN …news.palcomtech.com/wp-content/uploads/DWISEPTA-TE01022011.pdf · JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Manajemen Laba Pada ... JURNAL

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)

Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI)VOL. 1 NO. 2

MEI 2011

208

tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesisuntuk motivasi biaya politik dan manajemen laba ialah :H1c : Motivasi biaya politik mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap

manajemen laba pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

Berdasarkan teori-teori yang melandasi beberapa hipotesis sebelumnya di atas, makahipotesis untuk melihat pengaruh secara simultan antara motivasi bonus, kontrak hutang,biaya politik terhadap manajemen laba yaitu:H1d : Motivasi bonus, motivasi kontrak hutang dan motivasi biaya politik secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur diBursa Efek Indonesia

Secara skematis motivasi yang dapat mempengaruhi manajer dalam melakukanmanajemen laba, dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut ini:

Keterangan : Pengaruh ParsialPengaruh Simultan

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.Dipilihnya BEI sebagai tempat penelitian karena BEI merupakan bursa di Indonesia yangdianggap memiliki data yang lengkap dan telah terorganisasi dengan baik. Dari beberapaindustri tersebut peneliti hanya mengambil perusahaan manufaktur. Pertimbangan untukmemilih perusahaan manufaktur karena jumlah perusahaan manufaktur lebih banyakdaripada industri lainnya sehingga populasi dan sampel yang diambil bisa lebih besar.

Motivasi Bonus

(ROA)

Motivasi

Biaya Politik

(Ukuran Perusahaan )

Motivasi

Kontrak Hutang

(Leverage)

Manajemen Laba

(Discretionarry

Accruals)

ε

Page 10: MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN …news.palcomtech.com/wp-content/uploads/DWISEPTA-TE01022011.pdf · JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Manajemen Laba Pada ... JURNAL

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)

Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI)VOL. 1 NO. 2

MEI 2011

209

NamaVariabel

VariabelPenelitian

Definisi Indikator Skala

VariabelIndependen

Motivasi Bonus(MB)

Manajer berusahamengatur laba bersihagar dapatmemaksimalkanbonusnya.

ROA (watts danZimmerman,1986)

Rasio

MotivasiKontrak Hutang(MKH)

Perjanjian kontrakhutang manajer denganperusahaan

Leverage Rasio

Motivasi BiayaPolitik(MBP)

Aspek politik yangtidak dapat dilepaskandari perusahaan,khususnya perusahaanbesar dan industristrategis karenaaktivitasnya melibatkanhajat hidup orangbanyak.

UkuranPerusahaan(Watts danZimmerman)

Rasio

VariabelDependen

ManajemenLaba(ML)

Suatu intervensidengan maksudtertentu terhadapproses pelaporankeuangan eksternaldengan sengaja untukmemperoleh beberapakeuntungan pribadi

Modified JonesModel(Dechow, dkk.,1995)

Rasio

Metode analisis kuantitatif yang digunakan adalah melalui pembentukan modelekonomi yang kemudian akan diestimasi melalui pendekatan regresi. Hasil estimasitersebut dianalisis secara deskriptif, yaitu dengan mendeskripsikan atau menjelaskan datayang digunakan secara kuantitatif. Hasil estimasi model ini diperoleh dari metodepenghitungan dengan bantuan software SPSS (Statistical Package for The Social Science)..

Data yang bersifat kuantitatif digunakan dalam rangka mengukur seberapa besarvariabel bebas dapat mempengaruhi variabel terikat dengan menggunakan persamaanregresi berganda. Untuk mengetahui besarnya pengaruh motivasi bonus, motivasi kontrakhutang dan motivasi biaya politik baik secara parsial maupun secara simultan terhadapmanajemen laba pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia, digunakan modelregresi berganda sebagai berikut :

DA = a + b1 ROA + b2 LEVERAGE + b3 UP + ε

Dimana :DA = Discretionary Accrual (Manajemen laba)ROA = Return On Assets (Motivasi Bonus)LEVERAGE = Leverage (Motivasi Kontrak Hutang )

Page 11: MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN …news.palcomtech.com/wp-content/uploads/DWISEPTA-TE01022011.pdf · JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Manajemen Laba Pada ... JURNAL

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)

Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI)VOL. 1 NO. 2

MEI 2011

210

UP = Ukuran Perusahaan (Motivasi Biaya Politik)a = Konstantab1 = besarnya pengaruh ROAb2 = besarnya pengaruh Leverageb3 = besarnya pengaruh Ukuran Perusahaanε = error

Sebelum melakukan estimasi parameter dan pengujian terhadap model yangterbentuk, terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap penyimpangan asumsi klasikdengan menggunakan :

1. Uji NormalitasUji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabelindependen dan variabel dependen berdistribusi normal atau tidak. Cara untukmenguji normalitas adalah dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Apabila nilai ρ (asymp sig) > 0,05 maka data terdistribusi normal. Selain dengan uji kolmogorov-Smirnov uji normalitas dapat dilihat pada grafik pp plot atau histogram (Ghozali,2005 : 112)

2. Uji MultikolinearitasMultikolinearitas adalah keadaan di mana antara dua atau lebih variabelindependen pada model regresi terjadi hubungan linear yang sempurna ataumendekati sempurna. (Priyatno, 2009: 59). Model regresi yang baik mensyaratkantidak adanya masalah multikolinearitas. Cara mendeteksi ada tidaknyamultikolinearitas dengan melihat nilai tolerance dan VIF. Jika tolerance lebih dari0,1 dan VIF kurang dari 10 maka tidak terjadi multikolinearitas (Priyanto, 2009:60).

3. Uji HeteroskedastisitasHeteroskedastisitas ialah keadaan di mana terjadinya ketidaksamaan varian dariresidual pada model regresi (Priyatno, 2009 : 60). Model regresi yang baikmensyaratkan tidak adanya heteroskedatisitas. Cara mendeteksi ada tidaknyamasalah heteroskedatisitas dengan melihat pola titik-titik pada scatterplots. Jikatitik-titik menyebar dengan pola yang tidak jelas di atas dan di bawah angka 0pada sumbu Y maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.

4. Uji AutokorelasiAutokorelasi ialah keadaan di mana terjadinya korelasi dari residual pengamatansatu dengan pengamatan yang lain yang disusun menurut runtun waktu (Priyatno,2009 : 61). Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalahautokorelasi. Cara mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin-Watson. Model regresi linear berganda terbebas dari autokorelasi jika nilaiDurbin-Watson hitung terletak di daerah no autocorelasi. Penentuan letak noautocorelasi dibantu dengan tabel dl dan du serta jumlah variabel independen(Nugroho, 2005: 59).

Page 12: MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN …news.palcomtech.com/wp-content/uploads/DWISEPTA-TE01022011.pdf · JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Manajemen Laba Pada ... JURNAL

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)

Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI)VOL. 1 NO. 2

MEI 2011

211

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembentukan model manajemen laba pada perusahaan manufaktur di Bursa EfekIndonesia dilakukan dengan menggunakan model ekonometrika, yaitu model regresi linierberganda. Sebelum mengolah dan menganalisis output regresi yang dihasilkan adalahpengujian terhadap pelanggaran asumsi-asumsi regresi klasik yang terjadi, yaitunormalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Tujuan dari pengujianini adalah agar data yang akan diolah nanti sudah terbebas dari segala pelanggaran asumsi-asumsi tersebut, sehingga pada akhirnya akan menghasilkan output yang BLUE (BestLinear Unbisaed Estimator).

Jika terjadi pelanggaran terhadap asumsi-asumsi tersebut maka diperlukan perlakuantertentu untuk membebaskan data tersebut dari pelanggaran yang terjadi.

1. Uji NormalitasUji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabelpengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2005:110-112). Pengujian normalitas data dapat dideteksi melalui uji one samplekolmogrov-smirnov. Hasil uji Kolmogrov – Smirnov masing-masing variabelpada penelitian ini memiliki nilai asymp. sig (2-tailed) lebih besar dari nilaisignifikansi 0,05. Sehingga menunjukkan data memiliki pola distribusi normal.Oleh karena itu, model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Uji MultikolinearitasUji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresiditemukan adanya korelasi antarvariabel bebas atau tidak (Ghozali, 2005: 91-92).Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas yaituberdasarkan pada nilai tolerance dan VIF. Nilai tolerance tidak berbahayaterhadap gejala multikolinearitas apabila lebih besar dari 0,10. Sedangkan nilaiVIF yang baik ialah kurang dari 10 (Priyatno, 2009: 60). Pada penelitian inidiketahui bahwa semua variabel memiliki nilai tolerance lebih dari 0,10 dan nilaiVIF kurang dari 10. Sehingga model penelitian ini bebas dari multikolinearitas.

ModelCollinearity Statistics

Tolerance VIF(constant)ROALEVUP

0,9970,9650,967

1,0031,0371,034

Page 13: MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN …news.palcomtech.com/wp-content/uploads/DWISEPTA-TE01022011.pdf · JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Manajemen Laba Pada ... JURNAL

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)

Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI)VOL. 1 NO. 2

MEI 2011

212

3210-1-2-3

Regression Standardized Predicted Value

3

2

1

0

-1

-2

-3

Reg

ress

ion

Stud

entiz

edR

esid

ual

Dependent Variable: DA

Scatterplot

3. Uji HeteroskedastisitasUji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresiterjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain(Ghozali, 2005: 105), Pendeteksian heteroskedastisitas dalam persamaan regresidapat dilihat dari grafik scatterplot. Grafik scatterplot dalam penelitian inimenunjukkan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angko nol dan tidakmembentuk suatu pola tertentu. Sehingga model regresi penelitian ini tidak terjadiheteroskedastisitas.

4. Uji AutokorelasiUji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier adakorelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahanpengganggu pada periode t-1 (Ghozali, 2005 : 95). Durbin – Watson hitungdalam penelitian ini sebesar 2,009. Bila dibandingkan dengan Durbin – Watsontabel dengan n= 116 dan k=3 diperoleh nilai dl sebesar 1,6445 dan nilai dusebesar 1,7504. Berdasarkan kriteria yang terdapat pada gambar pengambilankeputusan Durbin-Watson maka nilai DW di atas berada pada daerah no positivecorrelation atau tidak ada autokorelasi.

Model R R SquareAdjustedR Square

Std.Error ofThe Estimate

Durbin-Watson

1 0,331 0,110 0,086 0,18299263 2,009

Dengan terpenuhinya uji normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas danautokorelasi, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini memenuhisyarat uji asumsi klasik dan dapat digunakan untuk melakukan analisis selanjutnya untukmenguji hipotesis.

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan bantuan program SPSSversi 13 maka model manajemen laba pada perusahaan manufaktur di Bursa EfekIndonesia sebagai berikut:

Coefficientsa

.717 .356 2.012 .047

.439 .270 .145 1.629 .106 .157 .152 .145 .997 1.003

.143 .059 .222 2.447 .016 .188 .225 .218 .965 1.037

-.035 .013 -.233 -2.574 .011 -.194 -.236 -.229 .967 1.034

(Constant)

ROA

LEVERAGE

UP

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig. Zero-order Partial Part

Correlations

Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: DAa.

Page 14: MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN …news.palcomtech.com/wp-content/uploads/DWISEPTA-TE01022011.pdf · JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Manajemen Laba Pada ... JURNAL

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)

Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI)VOL. 1 NO. 2

MEI 2011

213

DA = 0,717 + 0,439 ROA + 0,143 LEVERAGE – 0,035 UP + ε

Model persamaan regresi berganda tersebut bermakna:Konstanta (a) sebesar 0,717 menunjukkan bahwa tanpa variabel ROA, leverage dan

ukuran perusahaan maka perusahaan terjadi manajemen laba sebesar 0,717. Motivasibonus (ROA) memiliki thitung (1,629) ttabel < (1,65857) dan ρ value sig (0,106) > level of sig(0,05), sehingga motivasi bonus (ROA) berpengaruh positif tetapi tidak signifikanterhadap manajemen laba dengan nilai koefisien berpengaruh sebesar 0,439. Hal inimenunjukkan setiap pertambahan satu ROA maka manajer akan melakukan manajemenlaba dengan cara menaikkan laba sebesar 0,439. Sehingga hipotesis pertama ditolak. Hasilyang diperoleh variabel motivasi bonus (ROA) berpengaruh positif tetapi tidak signifikanterhadap terhadap manajemen laba, berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya yangdilakukan oleh Dechow dan Sloan (1991), Defond dan Jiambalvo (1994), an Yulianti(2005) yang juga memperoleh hasil motivasi bonus berpengaruh signifikan terhadapmanajemen laba. Namun hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Machfoeds (1998)yang memperoleh hasil tidak signifikan.

Hasil koefisien positif menunjukkan bahwa semakin tinggi ROA perusahaan makamanajer akan melakukan manajemen laba dengan cara menaikkan laba untuk memperolehjumlah bonus yang lebih besar pula. Hasil ROA positif dapat dijelaskan hipotesis bonusdalam teori akuntansi positif yang dikemukakan oleh Watts dan Zimmerman (1986) yaiturencana bonus akan membuat manajer cenderung memilih dan menggunakan metodeakuntansi yang akan membuat laba yang dilaporkan menjadi lebih tinggi. Sehinggasemakin besar bonus yang akan diperoleh manajer maka semakin besar pula motivasimanajer dalam melakukan manajemen laba.

Hasil penelitian ini gagal mengindikasikan rencana bonus sebagai motivasi manajerdalam melakukan manajemen laba. Argumen kegagalan hipotesis dimungkinkan karenapemilik perusahaan menentukan bonus bukan dilihat dari ROA tetapi berdasarkan targetbesaran bonus yang telah ditetapkan perusahaan sebelumnya. Pemilik perusahaanmenetapkan angka tertentu sebagai batas bawah (boogey) dan batas atas (cap) untukmemperoleh bonus (Healy, 1985). Seorang manajer akan memperoleh sejumlah bonusapabila laba perusahaan yang dikelolanya di atas batas bawah, sebaliknya manajer tidakakan menerima bonus apabila laba perusahaannya tidak mencapai batas bawah. Batas atasdiperlukan untuk menentukan maksimal perolehan laba yang akan dipakai sebagai dasarperhitungan bonus. Artinya, manajer hanya akan memperoleh bonus untuk laba yangberada di atas batas atas dan bawah, sedangkan kelebihannya tidak diperhitungkan sebagaipenghitung bonus.

Motivasi kontrak hutang (leverage) memiliki thitung (2,447) > ttabel (1,65857) dan ρ value sig (0,016) < level of sig (0,05), sehingga leverage berpengaruh positif dansignifikan terhadap manajemen laba dengan nilai koefisien berpengaruh sebesar 0,143. Halini menunjukkan setiap pertambahan satu leverage maka manajer akan melakukanmanajemen laba dengan cara menaikkan laba sebesar 0,143. Sehingga hipotesis keduaditerima. Variabel leverage berpengaruh positif dan signifikan dengan manajemen labamendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sweeney (1994), Defond danJiambalvo (1994), Widyaningdyah (2001), Astuti (2005) dan Halim dkk (2005) yangmemperoleh hasil motivasi kontrak hutang berpengaruh positif dan signifikan. Namunhasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Ma’ruf (2006) yang memperoleh hasiltidak signifikan. Koefisien positif menunjukkan bahwa semakin tinggi utang perusahaan

Page 15: MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN …news.palcomtech.com/wp-content/uploads/DWISEPTA-TE01022011.pdf · JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Manajemen Laba Pada ... JURNAL

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)

Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI)VOL. 1 NO. 2

MEI 2011

214

ANOVAb

.462 3 .154 4.603 .004a

3.750 112 .033

4.213 115

Regression

Residual

Total

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), UP, ROA, LEVERAGEa.

Dependent Variable: DAb.

maka manajer akan melakukan manajemen laba dengan cara menaikkan laba untukmenghindari pelanggaran kontrak hutang.

Hubungan positif yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat dijelaskan denganhipotesis debt to equity dalam teori akuntansi positif yang dikemukakan oleh Watts danZimmerman (1986) yaitu pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity tinggi,manajer perusahaan cenderung akan menggunakan metode akuntansi yang dapatmeningkatkan laba. Hal ini dikarenakan, perusahaan dengan rasio debt to equity yangtinggi akan mengalami kesulitan dalam memperoleh dana tambahan dari pihak kreditorbahkan perusahaan terancam melanggar perjanjian hutang. Hasil leverage yang signifikanmenunjukkan bahwa motivasi kontrak hutang yang diproksi dengan leverage memberikankontribusi bagi manajer dalam melakukan manajemen laba.

Motivasi biaya politik (ukuran perusahaan) memiliki thitung (2,574) > ttabel (1,65857)dan ρ value sig (0,011) < level of sig (0,05), sehingga ukuran perusahaan berpengaruhnegatif dan signifikan terhadap manajemen laba dengan nilai koefisien berpengaruhsebesar -0,035. Hal ini menunjukkan setiap pertambahan satu ukuran perusahaan makamanajer akan melakukan manajemen laba dengan cara mengurangi laba sebesar 0,035.Sehingga hipotesis ketiga diterima.

Variabel ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan dengan manajemenlaba berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yulianti (2005)yang memperoleh hasil tidak signifikan. Namun hasil penelitian ini mendukung hasilpenelitian Han dan Wong (1998) dan Halim dkk (2005) yang memperoleh hasil ukuranperusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Koefisien negatif menunjukkan semakin besar ukuran perusahaan maka manajerakan melakukan manajemen laba dengan cara menurunkan laba untuk mengurangi biayapolitik. Hasil penelitian negatif dan signifikan dapat dijelaskan dengan hipotesis biayapolitik yang menyatakan perusahaan besar yang memiliki biaya politik tinggi, makamanajer akan lebih memilih metode yang dapat menurunkan laba perusahaan. Perusahaanbesar memiliki aktivitas yang lebih komplek dan biaya politik yang lebih besar daripadaperuashaan kecil. Semakin besar laba perusahaan maka semakin besar pula biaya politik(pajak) yang harus dibayar perusahaan. Sehingga, untuk mengurangi pajak yang dibayarperusahaan maka manajer akan mengatur labanya dengan menggunakan metode yangdapat menurunkan laba. Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemenlaba menurut Nelson dkk (2002) disebabkan oleh sikap auditor yang cenderungmelonggarkan perusahaan besar dalam melakukan manajemen laba.

Sedangkan untuk uji simultan dapat dilihat pada tabel anova berikut:

Page 16: MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN …news.palcomtech.com/wp-content/uploads/DWISEPTA-TE01022011.pdf · JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Manajemen Laba Pada ... JURNAL

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)

Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI)VOL. 1 NO. 2

MEI 2011

215

Berdasarkan tabel di atas, penelitian ini menunjukan nilai Fhitung (4,603) > Ftabel (2,69) atauρ value sig (0,004) < level of sig (0,05). Sehingga variabel ROA, leverage dan ukuranperusahaan secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemenlaba.Hasil pengujian ini sesuai dengan hipotesis keempat, yang mengatakan bahwamotivasi bonus (ROA), motivasi kontrak hutang (leverage) dan motivasi biaya politik(Ukuran perusahaan) berpengaruh terhadap manajemen laba. Sehingga hipotesis alternatif(H1d) yang mengatakan bahwa motivasi bonus (ROA), motivasi kontrak hutang (leverage)dan motivasi biaya politik (Ukuran perusahaan) berpengaruh terhadap manajemen labaditerima. Koefisien positif menunjukkan bahwa semakin tinggi ROA, leverage dan ukuranperusahaan maka manajer akan semakin termotivasi melakukan manajemen laba.

Pengujian goodness of fit dilakukan untuk menentukan kelayakan suatu modelregresi. Nilai R2 menunjukkan seberapa besar kemampuan variabel independenmenjelaskan variabel dependen. Semakin tinggi nilai R2 maka semakin besar proporsi daritotal variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen. Variabelpenelitian ini memiliki lebih dari dua variabel maka kelayakan tersebut dapat dilihat darinilai adjusted R square. Nilai adjusted R square diperoleh dari hasil pengolahan datadapat dilihat pada tabel 1.1 di bawah ini:

Tabel 1. Output Test of Goodness of FIT

Model R R SquareAdjustedR Square

Std. Error Of theestimate

1 0,331a 0,110 0,086 0,18299263a. Predictors: (constant), Size, Lev, ROAb. Dependent Variable : DA

Nilai adjusted square pada tabel 4.11 di atas sebesar 0,086. Hal ini menunjukkanbahwa 8,6% variabel manajemen laba (discretionary accrual) dapat dijelaskan olehvariabel ROA, leverage dan ukuran perusahaan. Sedangkan sisanya sebesar 91,4%dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini. Hal inimenunjukkan bahwa masih ada faktor-faktor lain di luar faktor ROA, leverage, dan ukuranperusahaan yang berpengaruh terhadap manajemen laba.

PENUTUP

KesimpulanDari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan pada bab sebelumnya

diperoleh kesimpulan bahwa:1. Motivasi bonus (ROA) secara parsial memberikan pengaruh positif tetapi tidak

signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkatbonus yang diberikan pemilik perusahaan kepada manajer tidak dapatmemberikan kontribusi bagi manajer dalam melakukan manajemen laba.

2. Motivasi kontrak hutang (leverage) secara parsial memberikan pengaruh positifdan signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkathutang yang dimiliki perusahaan dapat memberikan kontribusi bagi manajerdalam melakukan manajemen laba.

Page 17: MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN …news.palcomtech.com/wp-content/uploads/DWISEPTA-TE01022011.pdf · JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Manajemen Laba Pada ... JURNAL

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)

Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI)VOL. 1 NO. 2

MEI 2011

216

3. Motivasi biaya politik (ukuran perusahaan) secara parsial memberikan pengaruhnegatif dan signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini mengindikasikan bahwabiaya politik (ukuran perusahaan) dapat memberikan kontribusi bagi manajerdalam melakukan manajemen laba.

4. Motivasi bonus (ROA), motivasi kontrak hutang (leverage) dan motivasi biayapolitik (ukuran perusahaan) secara simultan berpengaruh positif dan signifikanterhadap manajemen laba. Hal ini mengindikasikan bahwa ketiga variabelindependen tersebut secara simultan dapat memberikan kontribusi bagi manajerdalam melakukan manajemen laba.

Keterbatasan Masalah dan SaranBerdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan, maka selanjutnya dirumuskan

beberapa rekomendasi yang ditujukan kepada para peneliti lanjutan, khususnya yangberkaitan dengan manajemen laba, antara lain:

1. Sampel penelitian ini terdiri dari 360 laporan keuangan tahun 2004 – 2008.Namun, data yang dihasilkan memiliki distribusi tidak normal. Oleh karena itu,peneliti melakukan penghilangan data yang memiliki nilai ekstrim (outliers).Sehingga peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah jangka waktupenelitian untuk mengatasi ketidaknormalan distribusi data.

2. Motivasi bonus dalam penelitian ini menggunakan proksi return on asset (ROA),namun hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Oleh karenaitu, peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan proksi lain dalam menentukannilai motivasi bonus.

3. Hasil koefisien determinasi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa hanya 8,6%variabel manajemen laba yang dijelaskan oleh ROA, leverage dan ukuranperuahaan. Sedangkan sisanya dipengaruhi variabel lain yang tidak dijelaskandalam penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti selanjutnya dapat menambahvariabel independen lain yang diduga berpengaruh terhadap manajemen laba.

4. Manajemen laba dapat diproksi dengan menggunakan beberapa modelpendekatan. Penelitian ini mencari nilai manajemen laba dengan proksidiscretionary accrual. Peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan proksi yangberbeda dalam mencari nilai manajemen laba. Sehingga dapat melihat adanyamanajemen laba dengan sudut pandang yang berbeda.

5. Bursa Efek Indonesia mengklasifikasikan industri yang dimilikinya menjadisembilan sektor industri. Penelitian ini menggunakan laporan keuanganperusahaan manufaktur sebagai sampel penelitian. Hasil penelitian inimenunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan manufaktur melakukanmanajemen laba pada tahun 2004 – 2008. Oleh karena itu, peneliti selanjutnyadiharapkan tidak hanya meneliti manajemen laba pada perusahaan manufakturtetapi meneliti sampel laporan keuangan industri lain yang terdaftar di Bursa EfekIndonesia. Sehingga, peneliti selanjutnya dapat melihat adanya praktekmanajemen laba untuk industri yang berbeda.

Page 18: MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN …news.palcomtech.com/wp-content/uploads/DWISEPTA-TE01022011.pdf · JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Manajemen Laba Pada ... JURNAL

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)

Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI)VOL. 1 NO. 2

MEI 2011

217

DAFTAR PUSTAKA

Assih, Prihat, Ambar Woro Hastuti dan Pariwiyati. 2005. Pengaruh Manajemen LabaPada Nilai dan Kinerja Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol2 No.2: 125 - 144

Astuti, Dewi Saptantinah Puji. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi MotivasiManajemen Laba di Seputar Right Issue. http://ejournal.unud.ac.id

Bapepamlk. 2010. Peraturan Pasar Modal. http://www.bapepam.go.id

Beattie,Vivien et al. 1994. Extraodinary Items and Income Smoothing: A PositiveAccounting Approach. Journal of Business and Accounting. Vol 21. No.6: 791-811

Cho, L.Y and K. Jung. 1991. Earning Response Coefficient: A Synthesis of Theory andEmpirical Evidence. Journal of Accounting Literature. Vol 10: 85 - 116

Davin, Timothy. 2005. The Line Between Managed Earnings and Fraud. First PlaceAwards-Massachusetts Society of CPAs State Wide Essay Contest.

DeAngelo, L.E. 1986. Accounting Number as Valuation Substitutes: A Study ofManagement Buyouts of Public Stockholders. The Accounting Review. Vol 67. No.1 : 77 – 95.

Dechow, Patricia M., and R.G Sloan. 1991. Executive Incentive and the Horizon Problem:An Empirical Investigation. Journal of Accounting and Economic. Vol.14. No.1 : 51-89

Dechow, Patricia M., R.G. Sloan., and A.P. Sweeney. 1995. Detecting EarningsManagement. The Accounting Review. Vol 70. No.8 : 193 – 225.

Defond, Mark L and James Jiambalvo. 1994. Debt Convenant Violation and Manipulationof Accruals. Journal of Accounting and Economics. Vol 17. Issue 1-2: 145 - 176

Damayanthi, Eka. 2005. Perbedaan Pengaruh Besaran Perusahaan dan Leverage TerhadapManajemen Laba Pada Perusahaan yang Memiliki Komite Audit dan Di Audit olehAuditor Berkualitas. http://ejournal.unud.ac.id

Field, Thomas D., Thomas Z. Lys., and Linda Vincent. 2001. Empirical Research onAccounting Choice. Journal of Accounting and Economics. Vol. 31. No 1-3 : 225 –307.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 3. BP-UNDIP. Semarang.

Gumanti, Tatang Ary. 2000. Earning Management: Suatu Telaah Pustaka. JurnalAkuntansi dan Keuangan Vol 2. No.2 : 104 - 115

Page 19: MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN …news.palcomtech.com/wp-content/uploads/DWISEPTA-TE01022011.pdf · JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Manajemen Laba Pada ... JURNAL

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)

Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI)VOL. 1 NO. 2

MEI 2011

218

Gumanti, Tatang Ary. 2002. Pilihan-Pilihan Akuntansi dalam Aplikasi Teori AkuntansiPositif. JAAI. Vol 6. No.1: 83 -101

Han, J. C.Y and S. Wong. 1998. Political Costs and Earning Management of OilCompanies During the 1990 Persian Gulf Crisis. The Accounting Review. Vol 73.No.1 : 103-117.

Halim, Julia, Carmel Meiden dan Rudolf Lumban Tobing. 2005. Pengaruh ManajamenLaba Pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pada PerusahaanManufaktur Yang Termasuk Dalam Indeks LQ-45. Simposium Nasional AkuntansiVIII : 117 - 135

Healy, P. 1985. The Effect of Bonus Schemes on Accounting Decision. Journal ofAccounting and Economics. Vol 17. Issue 1-3 : 85 – 107.

Healy, Paul M. and J.M. Wahlen, 1999. A Review of The Earnings Management Literatureand Its Implication For Standard Setting. Accounting Horizons. Vol 13. No.4 : 365 –383.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Penerbit Salemba Empat.Jakarta.

Jones, J. 1991. Earning Management During Import Relief Investigations. Journal ofAccounting Research. Vol 29. No 2 : 193 – 228.

Kuncoro, Mudrajad. 2001. Metode Kuantitatif: Teori dan Aplikasi untuk Bisnis danEkonomi. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Penerbit UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi: Bagaimana Menelitidan Menulis Tesis?. Erlangga. Jakarta.

Machfoedz, Mas’ud. 1994. Financial Ratio Analysis and the Prediction of EarningChanges in Indonesia. Kelola: Gajah Mada University Business Review. Vol 3.No.7: 114 - 137

Na’im, Ainun dan Jogiyanto Hartono. 1996. The Effect of Antitrust Investigations on TheManagement of Earnings: A Further Empirical Test of Political Cost Hyphotesis.KELOLA. Vol 5. No. 13: 126 – 141.

Nugroho, Bhuono Agung. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian denganSPSS. CV. Andi Offset. Yogyakarta.

Pranata, Puspa dan Mas’ud Mahfoedz. 2003. Analisis Hubungan Mekanisme CorporateGovernance dan Indikasi Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi VI: 176– 199.

Page 20: MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN …news.palcomtech.com/wp-content/uploads/DWISEPTA-TE01022011.pdf · JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Manajemen Laba Pada ... JURNAL

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)

Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI)VOL. 1 NO. 2

MEI 2011

219

Permatasari, Ika. 2005. Manajemen Laba dan Status Keterlambatan Perusahaan dalamMenyampaikan Laporan Keuangan Tahunan. Jurnal Akuntansi dan KeuanganIndonesia. Vol 2. No.2: 49 – 72.

Priyatno, Duwi. 2009. SPSS untuk Analisis Korelasi, Regresi dan Multivariate. GavaMedia. Jogjakarta.

Sarwoko. 2005. Dasar – Dasar Ekonometrika. Penerbit ANDI. Yogyakarta.Scott, William R. 1995. Financial Accounting Theory. Prentice Hall Canada Inc. Ontario.

Schipper, Katherine. 1989. Commentary on Earnings Management. Accounting Horizon.Vol 3: 91 – 106.

Schipper, Khaterine and Linda Vincent. 2003. Earning Quality. Accounting Horizons. Vol17: 97 – 110.

Setiawati, Lilis dan Na’im. 2000. Manajemen Laba. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia: 159 – 176.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung

Sulistyanto, Sri. 2008. Manajemen Laba: Teori dan Model Empiris. PT. GramediaWidiasarana. Jakarta

Sukartha, I Made. 2007. Pengaruh Manajemen Laba, Kepemilikan Manajerial dan UkuranPerusahaan pada Kesejahteraan Pemegang Saham Perusahaan Target Akuisisi.Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol 10. No.3: 244 – 265.

Sweeney, A.P. 1994. Debt Convenant Violation and Manager Accounting Responses.Journal of Accounting Economy. Vol 17. No. 3 : 281 – 308.

Trihendradi, Cornelius. 2005. SPSS 13: Step by Step Analisis Data Statistik. PenerbitANDI. Yogyakarta.

Utama, Sidharta. 2000. Teori dan Riset Akuntansi Positif: Suatu Tinjauan Literatur. JurnalEkonomi dan Bisnis Indonesia. Vol 15. No 1 : 83 – 96.

Utami, Wiwik. 2005. Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Biaya Modal Ekuitas (StudiPada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur). Simposium Nasional Akuntansi VIII :100-116

Watts, R.L., and J. L. Zimmerman. 1978. Towards a Positive Theory of the Determinationof Accounting Standards. Accounting Review. Vol 53. No.1 : 112 – 134.

Watts, R. L., and J.L. Zimmerman. 1986. Positive Accounting Theory. Prentice-Hall. NewJersey.

Page 21: MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN …news.palcomtech.com/wp-content/uploads/DWISEPTA-TE01022011.pdf · JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Manajemen Laba Pada ... JURNAL

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)

Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI)VOL. 1 NO. 2

MEI 2011

220

Watts, R. L., and J.L. Zimmerman. 1990. Positive Accounting Theory : A Ten YearsPerspective. The Accounting Review. Vol 65. No.1 : 131 – 156.

Widyaningdyah, Agnes Utari. 2001. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh TerhadapEarning Managements pada Perusahaan Go Public di Indonesia. Jurnal Akuntansidan Keuangan. Vol 3. No.2: 89 – 101.

www. bei.co.id

Yulianti. 2005. Kemampuan Beban Pajak Tangguhan dalam Mendeteksi ManajemenLaba. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol 2. No.1: 107 – 129.