224

MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen
Page 2: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMENBIOTA LAUT

Editor

Rianta Pratiwi

Pusat Penelitian OseanografiLembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Jakarta, 2013

Page 3: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

ISBN: xxxxxxxxx

Editor:

Rianta Pratiwi

Desain sampul dan layout:M. Farel AdiriantoIndra Bayu Vimono

Kontributor:

Rianta Pratiwi (Crustacea)Indra Bayu Vimono (Echinodermata)Ucu Yanu Arbi (Moluska)Fahmi (Ikan)Tri Aryono (Spons dan karang)Susi Rahmawati (Lamun)Tri Handayani (Algae)Pramuji (Mangrove)

Kontak:

Rianta PratiwiPusat Penelitian Oseanografi - LIPIJl. Pasir Putih 1, Ancol TimurJakarta Utara [email protected][email protected]

Diterbitkan oleh: Puslit Oseanografi LIPI, Jakarta, 2013.

Page 4: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

MANAJEMEN KOLEKSISPESIMEN BIOTA LAUT

Editor

Rianta Pratiwi

Pusat Penelitian OseanografiLembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Jakarta, 2013

Page 5: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

ISBN: xxxxxxxxx

Editor:

Rianta Pratiwi

Desain sampul dan layout:M. Farel AdiriantoIndra Bayu Vimono

Kontributor:

Rianta Pratiwi (Crustacea)Indra Bayu Vimono (Echinodermata)Ucu Yanu Arbi (Moluska)Fahmi (Ikan)Tri Aryono (Spons dan karang)Susi Rahmawati (Lamun)Tri Handayani (Algae)Pramuji (Mangrove)

Kontak:

Rianta PratiwiPusat Penelitian Oseanografi - LIPIJl. Pasir Putih 1, Ancol TimurJakarta Utara [email protected][email protected]

Diterbitkan oleh: Puslit Oseanografi LIPI, Jakarta, 2013.

Page 6: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

iii

Prakata

Kegiatan penelitian di Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI

yang berjalan setiap tahunnya di hampir seluruh perairan Indonesia

telah menghasilkan beberapa koleksi spesimen biota laut baik yang

memiliki nilai penting dapat dimakan (edible species) maupun yang

non ekonomi (yang tidak dapat dimakan) serta beberapa koleksi

spesimen yang dapat dikategorikan sebagai herbarium dan hiasan.

Semua biota laut tersebut disimpan di dalam ruang Koleksi Rujukan

P2O-LIPI, Jakarta (Ancol) dalam bentuk koleksi basah, kering

ataupun herbarium. Koleksi spesimen telah disertai dengan

informasi yang lengkap mengenai nomor katalog, nama jenis,

lokasi, posisi, tanggal koleksi, nama kolektor, tanggal identifikasi

dan nama identifikator. Diharapkan koleksi spesimen biota laut

tersebut dapat memberikan informasi ilmiah yang dapat bermanfaat

bagi semua kalangan pada umumnya (pelajar, mahasiswa,

masyarakat umum, pemerhati, dan hobbies atau peminat fauna laut )

serta para peneliti P2O pada khususnya. Meskipun Koleksi Rujukan

P2O bukan berupa museum, hanya merupakan “kumpulan dari

biota laut yang disimpan dan dirawat di ruangan tersendiri”

sebagai bahan rujukan ilmiah bagi peneliti-peneliti P2O, akan tetapi

semua aturan dan prinsip-prinsip koleksi mengikuti aturan

international. Keberadaan Koleksi Rujukan sangat penting, sehingga

tidak hanya sebagai koleksi yang disimpan dan dirawat saja, tetapi

koleksi spesimen tersebut digunakan pula sebagai bahan rujukan

pembuatan berbagai tulisan ilmiah Adapun jenis-jenis biota laut

Page 7: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

iv

yang dikoleksi adalah dari kelompok taksa: crustacea,

echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun,

algae, mangrove.

Buku Manajemen Koleksi Spesimen Biota Laut ini,

berisikan bagaimana mengelola koleksi spesimen dengan baik dan

benar berstandar international serta hal-hal yang menyangkut

tatakelola koleksi spesimen, keselamatan spesimen, ruang

penyimpanan, pengaturan penyimpanan, bahan dan alat untuk

penyimpanan spesimen, administrasi pengelolaan spesimen hingga

manajemen data (data base). Penanganan koleksi spesimen setiap

takson berbeda-beda caranya, sehingga di dalam buku ini dituliskan

tersendiri dalam masing-masing bab yang ditulis oleh para peneliti

dibidangnya. Besar harapan buku ini dapat bermanfaat dan

dipergunakan sebagai sumbangan bagi ilmu pengetahuan yang

dapat digunakan sebagai pegangan atau acuan di dalam mengelola

biota laut yang ada di lembaga, instansi ataupun di universitas yang

terkait dengan kelautan. Diharapkan buku ini juga dapat

dimanfaatkan oleh siapa saja yang berminat untuk membangun

koleksi rujukan ilmiah biota laut maupun koleksi spesimen fauna

untuk kepentingan hobi.

Jakarta, 3 Februari 2013

Dra. Rianta Pratiwi MSc.

Page 8: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

i

Kata Pengantar

Keberadaan Koleksi Rujukan Biota Laut sangatlah penting,

karena disamping sebagai tempat penyimpanan koleksi spesimen

biota laut, dapat juga dijadikan sebagai koleksi rujukan ilmiah bagi

peneliti, dosen, mahasiswa, pelajar, maupun masyarakat umum yang

tertarik dalam bidang kelautan. Koleksi Rujukan Biota Laut

merupakan aset negara yang dapat menjadi sejarah bagi anak

bangsa, dengan dikoleksinya biota laut dihampir seluruh perairan

Indonesia, maka informasi keberadaan dan sebaran dari biota

tersebut dapat diketahui dengan baik.

Semua koleksi spesimen disimpan dan dirawat di dalam

Laboratorium Koleksi Rujukan Biota Laut, Pusat Penelitian

Oseanografi-LIPI dengan mengikuti aturan-aturan koleksi spesimen

di museum secara international, sehingga informasi dan database

dari spesimen dapat dikelola, dirujuk serta digunakan dengan mudah

dan termanajemen. Tata kelola dan manajemen spesimen dilakukan

dengan runtun dan dicoba untuk dituangkan dalam sebuah buku

manajemen koleksi.

Kehadiran buku Manajemen Koleksi Rujukan Biota Laut

sangat membantu bagi semua pihak yang ingin membangun Koleksi

Spesimen Biota Laut. Buku yang dibuat oleh beberapa peneliti ini

berisikan bagaimana melakukan kegiatan sampling di lapangan,

analisis di laboratorium hingga menjadi koleksi spesimen biota laut.

Penataan dan perawatan serta manajemen koleksi dari spesimen

biota laut juga diterangkan secara rinci di dalam buku ini, oleh sebab

Page 9: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

ii

itu sangat diperlukan sebagai penambah pengetahuan untuk

mengelola koleksi spesimen biota laut.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada pengelola

Koleksi Rujukan Biota Laut P2O, semua peneliti yang telah

berkontribusi dalam penulisan buku ini dan khususnya kurator serta

teknisi Koleksi Rujukan Biota Laut yang telah membantu di dalam

pengelolaan Koleksi Spesimen, semoga semua yang telah dilakukan

menjadi contoh baik bagi orang lain dan koleksi spesimen dapat

terjaga dengan baik.

Jakarta, 2 Maret 2013

Dr. Ir. Zainal Arifin MSc.

Kepala Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI

Page 10: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

v

Daftar Isi

Kata Pengantar ......................................................................................... i

Prakata .................................................................................................... iii

Daftar Isi .................................................................................................. v

Bab I. Koleksi Rujukan Biota Laut Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI (Oleh: Rianta Pratiwi) ............................................................... 1

Bab II. Tatakelola Koleksi Spesimen Biota Laut P20-LIPI(Oleh: Rianta Pratiwi) ..................................................................... 29

Bab III. Manajemen Koleksi Crustacea(Oleh: Rianta Pratiwi) ..................................................................... 62

Bab. IV. Koleksi dan Penanganan Sampel Echinodermata(Oleh: Indra Bayu Vimono) ............................................................ 90

Bab. V. Manajemen Spesimen Koleksi Mollusca(Oleh: Ucu Yanu Arbi) ................................................................. 105

Bab. VI. Manajemen Koleksi Spesimen Ikan(Oleh: Fahmi) ............................................................................... 128

Bab. VII. Manajemen Koleksi Sampel Karang Batu dan Spons(Oleh: Tri Aryono) ....................................................................... 144

Bab. VIII. Panduan Koleksi Herbarium Lamun(Oleh: Susi Rahmawati) ................................................................ 160

Bab. IX. Cara Koleksi dan Pengawetan Rumput Laut / Makroalgae /Seaweed, (Oleh: Tri Handayani) ......................................................... 172

Bab. X. Pengertian Mangrove dan Pegangan Koleksi Spesimen(Oleh: Pramudji) ………………………………………………....... 184

Page 11: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

1

Bab I. Koleksi Rujukan Biota Laut P2O-LIPI

Bab I

Koleksi Rujukan Biota LautPusat Penelitian Oseanografi-LIPI

Rianta Pratiwi

Pendahuluan

Ancaman kehilangan populasi dan spesies biota laut yang

komersial maupun non komersial semakin besar seiring dengan

memburuknya perekonomian Indonesia, makin banyaknya polusi dan

transformasi lahan serta perubahan iklim yang mempengaruhi karakter

oseanografi laut kita. Oleh sebab itu keberadaan koleksi spesimen biota laut

sangat diperlukan sebagai bahan informasi ilmiah yang harus disimpan dan

sebagai aset sejarah yang sangat penting artinya dalam dunia ilmu

pengetahuan. Dalam hal ini Pusat Penelitian Oseanografi, khususnya

“Laboratorium Koleksi Rujukan Biota Laut, Pusat Penelitian

Oseanografi (P2O)-LIPI” merasa perlu mengumpulkan semua spesimen

biota laut dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti P2O, ekspedisi

ataupun kerjasama dengan pihak luar (peneliti asing) dan merawatnya

hingga menjadi koleksi spesimen ilmiah yang dapat dirujuk dengan mudah

oleh peneliti ataupun pihak lain yang akan memanfaatkan koleksi spesimen

tersebut sebagai bahan ajar mengajar, pameran, peminjaman, tukar menukar

dan lain sebagainya.

Page 12: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

2

Bab I. Koleksi Rujukan Biota Laut P2O-LIPI

Sebagai negara besar yang dikenal dengan keanekaragaman hayati

yang berlimpah, bervariasi dan tidak dimiliki oleh negara-negara lain, maka

sangat tepatlah bila Indonesia disebut negara “Mega Diversity in the

World”. Sehubungan dengan hal tersebut, sangat disayangkan apabila

kekayaan yang telah dimiliki tidak dapat dikelola dengan baik dan

bijaksana. Marilah kita telaah gambaran mengenai biota laut mulai dari

sejarah terbentuknya Koleksi Rujukan Biota Laut di P2O-LIPI, mengenal,

mengkoleksi dan merawat koleksi spesimen biota laut baik di lapangan

maupun di laboratorium hingga menjadi koleksi rujukan biota laut serta hal-

hal yang berkaitan dengan koleksi spesimen sampai database spesimen

pada bab-bab berikutnya.

Koleksi spesimen biota laut yang tersimpan di ruang

(Laboratorium) Koleksi Rujukan Biota Laut P2O diperkirakan berjumlah

lebih dari 7.000 koleksi spesimen. Koleksi spesimen tersebut diharapkan

bisa menambah jumlah keanekaragaman biota laut yang ada di Indonesia

dimana jumlah fauna dan floranya masih belum bisa diketahui atau

diprediksi secara tepat. Untuk sementara diprediksi jumlah biota laut yang

ada seperti coral sekitar 590 jenis, seagrass 12 jenis, mangrove 43 jenis,

sponge 850 jenis, ikan karang 2057 jenis, crustacean 1512 jenis,

echinodermata 1412 jenis dan moluska 2500 jenis. Sedangkan menurut fish

base (2011) memperkirakan ikan di Indonesia keseluruhan berjumlah 4512

jenis dengan rincian: ikan tawar 1167 jenis, ikan laut 3429 jenis, ikan

pelagis 99 jenis, ikan laut dalam 308 jenis, ikan karang 1998 jenis dan ikan

komersial 705 jenis. Untuk jenis crustacea rinciannya sebagai berikut:

Page 13: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

3

Bab I. Koleksi Rujukan Biota Laut P2O-LIPI

Stomatopoda/udang pengko, Brachyura/kepiting dan Anomura/kelomang),

dengan rincian udang pengko (Stomatopoda) 450 (di dunia) telah

dideskripsikan dan di Indonesia sekitar 118 (26%) (Moosa, 2000; Ahyong

et al. 2008). Sementara dari jenis ekonomis penting seperti beberapa jenis

udang dan kepiting dari suku Penaeidae (udang niaga, dunia diperkirakan

sebanyak 343 spesies yang potensial secara komersil, 110 spesies di

Indonesia), Portunidae (rajungan dan kepiting bakau, 72 jenis (Irawan &

Soegianto, 2006). Syllaridae (udang pasir dan udang kipas, 2 jenis) dan

Palinuridae (udang karang atau lobster 7 jenis) (Moosa & Aswandy 1984).

Di dalam ruang koleksi rujukan biota laut juga disimpan beberapa

koleksi jenis “tipe” yang penyimpanannya sangat khusus (tersendiri)

dalam lemari besi dan dipisahkan dari spesimen utama (reguler). Selain

merupakan spesimen yang telah dipublikasi secara international oleh

peneliti asing dan berupa koleksi tipe yang dipercayakan untuk disimpan

P2O, maka perawatannya harus lebih berhati-hati dan khusus.

1. Sejarah Koleksi Rujukan Biota Laut Di Pusat PenelitianOseanografi- LIPI

Sejarah berdirinya Koleksi Rujukan Biota Laut, dalam hal ini tidak

dibahas dari mulai berdirinya cikal bakal Pusat Penelitian Oseanografi (yang

dahulu bernama Visscherij Laboratorium te Batavia/ Laboratorium

Perikanan di Batavia) pada pertengahan Desember 1905 saat dipimpim Dr.

J.C. Koingsberger, seorang peneliti fauna darat dan laut hingga

kepemimpinan Dr. Klaus Wyrtki peneliti fisika oseanografi dari Jerman.

Tetapi sejarah Koleksi Rujukan Biota Laut dibahas mulai dari berkantornya

Page 14: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

4

Bab I. Koleksi Rujukan Biota Laut P2O-LIPI

lembaga tersebut di Pasar Ikan, Jakarta Utara dengan nama Laboratorium

Penyelidikan Laut (1949-1955). Dimana pada tahun 1955 berubah nama

menjadi “Lembaga Penyelidikan Laut (LPL 1955-1961)”. Pada saat itu

penelitian-penelitian atau ekspedisi perairan nusantara terdahulu sudah

banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti asing yang melibatkan peneliti-

peneliti Indonesia melalui ekspedisi-ekspedisi Nusantara diantaranya:

Siboga (1899-1900, penelitian laut dalam), Galathea (1950-1952), Operasi

Baruna (1964,1967 dan 1970), International Indian Ocean Expedition (1964

dan 1985), Mariel King Memorial Expedition (1970), Rumphius I-IV

(1973,1975,1977 dan 1980), Snellius II (1984-1985), ASEAN-

AUSTRALIA Regional Ocean Dynamic (1987 dan 1994), Ekspedisi

Karubar (1993), Ekspedisi Pulau Moyo (1993), Marine Biodiversity in

Indonesia Waters (MARBIW, 2001-2003), Census of Marine Life (CoML,

2004-2010) dan hingga sekarang penelitian-penelitian atau ekspedisi EWIN

(Ekspedisi Widya Nusantara, 2011-2013) dan lain sebagainya. Sudah

banyak dikumpulkan jenis-jenis biota laut yang berasal dari hasil-hasil

penelitian atau ekspedisi tersebut dan keberadaan koleksi spesimen saat itu

ada yang berada di berbagai museum diantaranya: di Leiden Belanda,

Jerman, Perancis, Jepang, Amerika Serikat (Smithsonian), Canada,

Singapore (Raffles Museum), Indonesia (MZB, Bogor) dan Inventarisasi

Biota Laut, P3O-LIPI (saat itu).

Saat berkantor di Pasar Ikan pada tahun 1958 hingga 1970 belum

terbentuk koleksi spesimen biota laut dan koleksi masih berada pada

laboratorium masing-masing. Pada tahun 1970 LPL berubah menjadi

“Lembaga Oseanologi Nasional” (LON, 1970-1986) dan dipindahkan ke

Page 15: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

5

Bab I. Koleksi Rujukan Biota Laut P2O-LIPI

Ancol Timur menempati sebuah gedung bertingkat tiga atas hadiah (hibah)

dari Gubernur DKI, Ali Sadikin yang ingin menyatukan lembaga-lembaga

kelautan dan universitas agar berada dalam satu lingkungan kelautan

(berintegrasi) di Ancol. Adapun fungsinya selain sebagai sarana rekreasi

terdapat juga sarana pendidikan dan penelitian yang saat itu telah juga

berdiri Gelanggang Samudera Ancol (GSA) di lokasi tersebut (Kompleks

Bina Samudera). GSA dijadikan aset nasional dan dibentuk Dewan Kurator

yang diketuai oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX, selaku Menteri Ekuin,

yang beranggotakan beberapa tokoh nasional, beberapa ketua Lembaga

Pemerintah, Rektor dan Pengusaha.

Setelah berada di Ancol, koleksi spesimen mendapat ruangan yang

sangat kecil, sehingga semua koleksi digabungkan menjadi satu, tetapi

setiap koleksi spesimen berada di bawah pengawasan, perawatan dan

tanggungjawab dari masing-masing laboratorium yang ada saat itu, karena

belum dibentuk struktural yang harus bertanggungjawab dalam hal tersebut.

Seiring dengan perubahan struktur organisasi di lingkungan LIPI,

pada tahun 1986 LON berubah menjadi Pusat Penelitian dan

Pengembangan Oseanologi (1986-2001) merupakan salah satu Pusat

Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang)” yang berada di bawah ke-

“Deputi-an Bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)”.

Mengingat begitu pentingnya laut bagi kehidupan Bangsa

Indonesia, maka dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara tahun 1993,

khususnya dalam Pembangunan Lima Tahun Ke-enam (Pelita VI),

pembagunan di bidang kelautan merupakan sektor yang berdiri sendiri,

yang dalam Pelita sebelumnya digabung dalam sektor Ilmu Pengetahuan

Page 16: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

6

Bab I. Koleksi Rujukan Biota Laut P2O-LIPI

dan Teknologi. Pembangunan sektor kelautan berusaha meningkatkan

sarana dan prasarana kelautan agar laut memenuhi fungsinya sebagai media

penghubung, pemersatu bangsa dan lahan penghidupan rakyat serta lebih

berperan dalam segenap aspek kehidupan rakyat dan bangsa. Disamping itu

juga menggali data dan informasi kelautan melalui peningkatan kegiatan

survey dan penelitian dalam rangka inventarisasi kekayaan laut.

Berkaitan dengan pembangunan sektor kelautan tersebut maka

Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI (P3O-LIPI)

mempunyai tugas untuk melakukan penelitian dan pengembangan di bidang

kelautan yang diarahkan untuk memenuhi tujuan dan untuk menjawab

tantangan dan permasalahan yang dihadapi masyarakat, khususnya di dalam

menyediakan data dan informasi ilmiah untuk melandasi rencana

pengembangan sumberdaya laut, juga untuk memajukan ilmu pengetahuan

serta usaha dalam penguasaan teknologi yang dapat dikembangkan di

Indonesia.

Untuk itulah data dan informasi yang ada dikumpulkan berupa:

contoh spesimen biota laut, baik fauna maupun flora dari perairan Indonesia

yang didapatkan dari hasil survei penelitian P3O sendiri dan dari hasil-hasil

ekspedisi yang dilaksanakan di perairan Indonesia bersama dengan peneliti

asing. Data yang dijadikan acuan/rujukan di dalam pengenalan biota laut

tersebut disimpan di ruang “Inventarisasi Biota laut di Balitbang Biologi,

Puslitbang Oseanologi –LIPI”. Seksi Inventarisasi Biota Laut yang

bernaung di bawah Balai Penelitian dan Pengembangan Biologi Laut

(Balitbang Biologi) dan dikepalai oleh seorang eselon empat sebagai

strukturalnya, memiliki tugas fungsi: merawat, menata, mengelola dan

Page 17: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

7

Bab I. Koleksi Rujukan Biota Laut P2O-LIPI

bertanggungjawab terhadap koleksi spesimen biota laut. Saat itu

Inventarisasi Biota Laut siap untuk melakukan peremajaan dan penataan

kembali koleksi biota laut secara runtun dan berkesinambungan.

Kegiatan tersebut dilakukan kembali dan hanya dapat berjalan 2

tahun (1998 dan 2000 dari rencana 5 tahun anggaran 1997-2001), sudah

tidak berjalan lagi disebabkan keterbatasan dana yang tidak dapat kontinyu

setiap tahunnya. Karena sulitnya dana, disepakati sebagian dari koleksi

spesimen yang dimiliki oleh P3O dihibahkan ke Widya Satwa Loka,

Cibinong untuk dapat dirawat dan dikelola dengan baik. Dengan bantuan

dana dari Global Environmental Facility (GEF) di tahun 2000 akhir atau

awal tahun 2001 beberapa koleksi spesimen biota laut (yang sudah selesai

dikerjakan) dipindahkan. Telah disepakati bersama antara Puslibang

Oseanografi (P3O) dan Puslibang Biologi (P3B) bahwa koleksi spesimen

yang ada di P3O hanya yang masih dikerjakan “(Working Specimens)” dan

yang telah selesai dikerjakan “(Non Working Specimens)” berada di P3B.

Hal ini pun tidak berjalan secara kontinyu dan hanya berjalan saat itu saja

(tahun 2001).

Di tahun 2001 hingga sekarang Puslitbang Oseanologi berubah

menjadi “Pusat Penelitian Oseanografi (P2O)” di bawah naungan

“Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian”. Seksi Inventarisasi

Biota Laut yang dahulu berada di bawah Balitbang Biologi Laut, Puslitbang

Oseanologi-LIPI dan mempunyai tugas pokok menyimpan serta merawat

berjenis-jenis Biota Laut dari berbagai perairan Indonesia dihapuskan atau

dihilangkan kedudukannya di dalam struktur keorganisasian tersebut

di Pusat Penelitian Oseanografi.

Page 18: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

8

Bab I. Koleksi Rujukan Biota Laut P2O-LIPI

Dalam kondisi tersebut Tim Ex-Seksi Inventarisasi Biota Laut

tetap bekerja dengan dedikasi yang tinggi, baik dan setia menjalankan

tugasnya untuk mengelola (merawat dan menjaga) agar koleksi spesimen

tetap terawat dan tertata dengan baik. Tertatih tatih dan jatuh bangun

kembali, itulah kondisi yang dirasakan saat itu, akan tetapi meskipun

kedudukannya dihapuskan di dalam struktur organisasi, dengan bantuan

dana rutin yang kadang-kadang kondisi dan jumlahnya tidak jelas dan tidak

tetap, Tim Ex-Inventarisasi Biota Laut tetap menjalankan tugasnya

melakukan perawatan biota laut dan mengeluarkan luaran-luaran berupa

buku Katalog Biota Laut.

Koleksi spesimen biota laut yang tersimpan di ruang koleksi

diperkirakan berjumlah lebih dari 7.000 spesimen terdiri dari: Crustacea,

Moluska, Ikan, Echinodermata, Karang, Lamun, Mangrove, Algae dengan

jumlah terbesar adalah koleksi spesimen ikan.

Jumlah biota laut yang ada sebagian telah banyak yang hilang,

rusak ataupun hancur dikarenakan mengalami perpindahan berkali-kali,

mulai dari Pasar Ikan ke Ancol, di Ancol pindah ruangan dari lantai bawah

(1) ke lantai dua (2) dan kemudian dipindahkan lagi dari lantai dua (2) ke

lantai bawah (1) hingga kini berada di lantai satu (1). Semua jenis-jenis

tersebut sebagian besar sudah dituangkan ke dalam terbitan buku katalog.

Buku katalog berisikan informasi mengenai koleksi spesimen lengkap

dengan nomor registrasi, nama jenis, lokasi, kolektor, identifikator dan lain-

lainnya yang berkaitan dengan spesimen. Hingga kini telah berhasil

diterbitkan sebanyak 12 jilid dan yang terakhir diterbitkan tahun 2011.

Lambat laun dengan tidak kontinyunya dana maka, perawatan koleksi

Page 19: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

9

Bab I. Koleksi Rujukan Biota Laut P2O-LIPI

spesimen praktis terhenti hingga 4 tahun yang menyebabkan rusaknya

beberapa koleksi. Buku katalogpun tidak lagi terbit secara kontinyu setiap

tahun anggaran, dikarenakan tidak adanya dana untuk menunjang

pembuatannya. Buku Katalog Biota Laut yang telah berhasil diterbitkan

adalah: Jilid I (1999), Jilid II dan III (2000), Jilid IV dan V (2002) dan Jilid

VI (2005).

Namun mengingat banyaknya tambahan spesimen baru hasil

penelitian dan survey lapangan, serta sample biota laut yang masih belum

ditata dan belum bernomor katalog serta masih banyaknya sample yang

belum diidentifikasi ataupun harus di reidentifikasi. Selain itu juga terdapat

beberapa spesimen tipe titipan peneliti asing yang merupakan duplikat

spesimen dari perairan di dalam maupun luar Indonesia. Dimana spesimen-

spesimen tersebut telah memiliki nomor katalog dan telah dikemas dalam

bentuk database yang harus terus dirawat dengan baik, maka dirasakan perlu

dilakukan atau dicoba kembali untuk melakukan kegiatan pengelolaan,

penataan, perawatan dan penyusunan buku katalog biota laut di Pusat

Penelitian Oseanografi.

Pada akhirnya pada tahun 2006 hingga kini terbentuklah “Koleksi

Rujukan Biota Laut atau Reference Collection of Marine Biota” di

bawah Bidang Sumberdaya Laut yang dikepalai oleh “Kepala

Laboratorium”, tidak memiliki struktural dan hanya bersifat kerja

tambahan agar koleksi spesimen tetap bisa terawat dengan baik. Dana yang

ada tidak lagi dari dana rutin kantor (sudah ditiadakan) melainkan dari

kegiatan projek yang dibuat melalui proposal setiap tahunnya dan masuk ke

dana DIPA-P2O-LIPI.

Page 20: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

10

Bab I. Koleksi Rujukan Biota Laut P2O-LIPI

Penambahan koleksi spesimen semakin banyak, sehingga ruangan

koleksi semakin sempit dan sumpek dikarenakan belum bisa mendapatkan

ruangan baru yang lebih besar dan representatif sebagai Ruang Koleksi

Rujukan Biota Laut yang bertaraf nasional. Dengan adanya dana proyek

yang bersifat rutin (Top down kelembagaan) maka koleksi spesimen tetap

bisa terawat, tertata serta buku katalogpun berturut-turut bisa diterbitkan

kembali mulai: Jilid VII (2009), VIII (2008), IX (2010), X (2010) dan XI

(2011) hingga kini akan terbit jilid XII (2013) juga luaran-luaran lain seperti

poster-poster biota laut dan banner-banner tentang koleksi rujukan biota

laut.

Koleksi biota laut diharapkan dapat membantu memberikan

informasi dan dapat dijadikan sebagai Koleksi Rujukan Biota Laut Biologi

Ilmiah melalui buku katalog, poster dan banner yang telah diterbitkan

sehingga mempermudah pengguna untuk menelusuri biota (sebagai sarana

penelusuran biota) yang diinginkan. Oleh karenanya Koleksi Rujukan Biota

Laut sangat penting artinya bagi suatu lembaga penelitian kelautan di

Indonesia khususnya untuk menunjang perkembangan ilmu kelautan di

bidang taksonomi, biodiversitas dan konservasi.

2. Konsep Pembangunan Koleksi Rujukan Biota Laut

Sebelum dilakukan pembangunan Koleksi Rujukan Biota Laut,

sebaiknya diketahui lebih dahulu bagaimana konsep-konsep atau prinsip-

prinsip dan definisi dari Koleksi Rujukan Biota Laut tersebut.

Koleksi Rujukan Biota Laut adalah: spesimen koleksi biota laut

yang dikumpukan dari laut (perairan laut) berupa hasil penelitian untuk

Page 21: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

11

Bab I. Koleksi Rujukan Biota Laut P2O-LIPI

dikelola (disimpan, dirawat, dipelihara dan ditata) sehingga menjadi koleksi

spesimen yang berfungsi atau penggunaannya sebagai Koleksi Rujukan

Biota Laut (acuan) dan penelitian, serta berbagai pemanfaatan lain yang

bernilai ilmiah dan edukatif. Koleksi spesimen biota laut tersebut disimpan

di dalam ruangan khusus yang berfungsi sebagai ruang koleksi

(laboratorium) dalam bentuk koleksi basah, kering dan atau herbarium yang

tertata (disusun) secara rapih di rak-rak besi, lemari dan laci-laci

berdasarkan sistematik (hirarki secara taksonomi) untuk masing-masing

taksonnya.

Koleksi spesimen seyogjanya dapat dimanfaatkan oleh berbagai

pihak: kalangan siswa (pelajar, mahasiswa), kalangan ilmuwan dalam dan

luar negeri (peneliti), pemerintah, swasta, LSM, pemerhati (individu,

hobbiest) dan masyarakat umum yang terkait dalam ilmu kelautan. Koleksi

spesimen yang berfungsi sebagai koleksi ilmiah secara keseluruhan dapat

digunakan untuk bermacam-macam kepentingan misalnya sebagai berikut:

1. Sebagai bahan rujukan ilmiah untuk indentifikasi jenis-jenis

biota laut dari perairan Indonesia.

2. Sebagai bahan acuan penelitian biosistematik, taksonomi dan

konservasi.

3. Sebagai bahan ajar dan mengajar bagi pelajar, mahasiswa dan

masyarakat umum, individu dalam bidang biologi (teori dan

praktek).

4. Sebagai bahan untuk pameran edukasi bagi berbagai

kalangan: peneliti, pelajar, mahasiswa, individu dan

masyarakat umum (hobbiest).

Page 22: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

12

Bab I. Koleksi Rujukan Biota Laut P2O-LIPI

5. Sebagai bahan pembuatan buku (sumber data) fauna dan flora

Indonesia yang dapat disebarluaskan sebagai informasi ilmiah

kepada semua pihak.

6. Sebagai bank data (database) biota laut kelautan milik P2O-

LIPI yang dapat disimpan sebagai sumber data kelautan yang

otentik (sebagai aset sejarah kehidupan biota laut dari perairan

Indonesia).

Adapun definisi dari Ruang Koleksi Biota Laut adalah: ruangan

khusus penyimpanan biota laut yang diatur sedemikian rupa (bersuhu udara

200-210C, kelembaban 45-60%), bebas jamur dan kebersihan yang

terpantau, sehingga keselamatan koleksi spesimen dapat tetap terjaga

dengan baik.

Prinsip dasar dari ruang koleksi rujukan biota laut merupakan

“final destination (tujuan/tempat akhir penyimpanan)” artinya: spesimen

telah terdaftar dalam buku registrasi, ditempatkan dalam wadah tertentu

(satu tempat satu spesies dan telah lengkap dengan label yang berisi semua

informasi) untuk kemudian disimpan di dalam ruang koleksi biota laut

dalam bentuk koleksi basah, kering ataupun herbarium. Oleh karenanya

spesimen-spesimen yang belum diidentifikasi dan/atau spesimen yang

belum dipisahkan menurut spesiesnya (masih tercampur) atau spesimen

yang masih dalam pengerjaan ataupun spesimen yang belum terdaftar,

belum dapat disebut sebagai koleksi spesimen dan tidak dapat ditempatkan

di ruang khusus koleksi.

Di dalam ruang Koleksi Rujukan Biota Laut dibagai dalam dua

ruangan yaitu: 1). Ruang Koleksi Basah: adalah ruangan yang

Page 23: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

13

Bab I. Koleksi Rujukan Biota Laut P2O-LIPI

diperuntukkan bagi penyimpanan biota laut yang diawetkan dengan

menggunakan bahan pengawet alkohol (96%) dan 2) Ruang Koleksi

Kering: adalah ruangan yang diperuntukkan bagi penyimpanan biota laut

yang diawetkan dengan tidak menggunakan bahan pengawet (dalam

bentuk kering atau herbarium).

Koleksi rujukan biota laut mempunyai konsep yang berbeda

dengan koleksi yang ada di museum, meskipun beberapa kaidah-kaidahnya

mengikuti museum. Koleksi Rujukan Biota Laut merupakan representatif

(perwakilan) dari museum dimana, koleksi spesimen yang ada tidak terlalu

banyak dan besar seperti yang dimikili oleh sebuah museum yang bertaraf

nasional atau bahkan international. Museum memiliki koleksi spesimen

dalam skala yang lebih besar, ruanganpun sangat besar, memiliki kurator-

kurator dan manajer yang bertanggungjawab pada masing-masing koleksi,

database terkelola sendiri serta gedung dengan lahan yang luas.

3. Kerangka Ilmiah Bagaimana Koleksi Rujukan Biota LautHarus Dilaksanakan

Banyaknya manfaat Koleksi Rujukan Biota Laut yang telah

disebutkan di atas bisa pula dirasakan oleh berbagai pihak sebagai contoh,

bila ditinjau dari segi kearsipan Koleksi Rujukan Biota Laut dapat

merupakan Arsip Statis. Arsip Statis merupakan arsip yang dapat

dimanfaatkan untuk kehidupan bangsa di masa kini dan masa mendatang.

Oleh sebab itu Koleksi Rujukan Biota Laut yang usianya sudah lebih dari

100 tahun dari sejak berdirinya Pusat Penelitian Oseanografi (P2O)-LIPI

tahun 1906 (menurut sejarah berdirinya) dapat dikatagorikan ke dalam

Page 24: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

14

Bab I. Koleksi Rujukan Biota Laut P2O-LIPI

“Arsip Hasil Penelitian” yang mempunyai Nilaiguna Ilmiah (Sumarni,

2008).

Berdasarkan manfaat-manfaat itulah, mengapa Koleksi Rujukan

Biota Laut itu penting dan harus dilakukan sebagai penunjang ilmu

kelautan??. Pertama adalah, koleksi spesimen biota laut merupakan pusat

data (bank data) yang perlu dikumpulkan. Informasi keberadaan jenis biota

laut tersebut dapat dikumpulkan dengan cara mengumpulkan

keanekaragaman hayati laut (biodiversity) melalui informasi database dan

kedua adalah, sistem database (jejaring database) harus dikembangkan

untuk mengetahui distribusi spesies, melacak spesimen, mengelola koleksi

serta menyediakan informasi secara menyeluruh bagi para ilmuwan,

pengelola dan industri.

Jumlah biota laut di perairan Indonesia yang sangat banyak dan

bervariasi masih belum banyak diketahui sehingga, jumlah biota laut

Indonesia yang dapat disurvei sangat bergantung pada tenaga manusia, oleh

sebab itu pengetahuan tentang taksonomi harus terus didorong atau

dimotivasi. Harus disadari bahwa data keanekaragaman hayati laut sangat

sulit dan mahal untuk dikumpulkan. Para pengelola sumberdaya alam harus

terus menjalin kerjasama dan koordinasi erat dengan para pengambil

kebijakan atau keputusan, khususnya yang terkait dengan kegiatan

pemanfaatan. Keputusan-keputusan harus cepat diambil, meskipun

kesediaan data sangat kurang. Seperti berkoordinasi dengan Unit Tenaga

Teknis (UPT) yang dimiliki P2O-LIPI di daerah-daerah untuk bersama-

sama membangun database koleksi spesimen dan membangun simpul-

simpul Koleksi Rujukan Biota Laut di daerah masing-masing.

Page 25: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

15

Bab I. Koleksi Rujukan Biota Laut P2O-LIPI

Kebijakan dan keputusan untuk membangun Koleksi Rujukan

Biota Laut ilmiah dapat digambarkan dalam empat pilar (Gambar 1.1)

sebagai berikut:

Gambar 1.1. Kerangka Umum Pengembangan Koleksi Rujukan BiotaLaut. Gambar: R. Pratiwi.

Langkah-langkah kebijakan atau keputusan seperti yang telah

diilustrasikan dalam empat pilar di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

Page 26: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

16

Bab I. Koleksi Rujukan Biota Laut P2O-LIPI

1. Terdapatnya sumberdaya manusia yang mempunyai kemampuan

untuk bekerja dalam bidang kelauatan (biologi, biositematik, genetika

dan lainnya yang terkait).

2. Kegiatan penelitian dan survei laut yang saat ini telah diselenggarakan

oleh berbagai lembaga harus dilanjutkan, didukung dan dikembangkan

lebih jauh.

3. Meningkatkan produktivitas tenaga-tenaga taksonomi dengan

memberikan dukungan, fasilitas dan insentif untuk mengembangkan

karier yang lebih baik.

4. Menciptakan jejaring pusat dan daerah untuk mengumpulkan

spesimen laut yang akan disimpan dan diidentifikasi.

5. Memulai dan memperluas program pendidikan dan pelatihan ilmiah

serta manajemen Koleksi Rujukan Biota Laut yang berkaitan dengan

keanekaragaman hayati laut, terutama taksonomi, genetika dan

sistematika laut.

6. Mengembangkan suatu database untuk dokumentasi dan pelacakan

spesimen.

Kegiatan empat pilar tersebut dan hasilnya harus dikoordinasikan dan

dievaluasi (MONEV) secara kontiyu, sehingga dapat mendukung

pendidikan dan pelatihan yang hasilnya harus bisa memfasilitasi database

keanekaragaman hayati laut dan membuka peluang penyusunan

inventarisasi yang sistematis mengenai sumberdaya keanekaragaman hayati

laut Indonesia. Keterkaitan yang berkesinambungan dari semua unsur

tersebut sangat dibutuhkan untuk membangun koleksi rujukan biota laut.

Page 27: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

17

Bab I. Koleksi Rujukan Biota Laut P2O-LIPI

Inventarisasi hanya mungkin dilakukan melalui survei sistematis

yang memerlukan tenaga-tenaga terlatih dan terampil termasuk taksonomis

dan parataksonomis. Parataksonomis dapat dilatih dan ditugaskan di pusat-

pusat penelitian daerah untuk mengkoleksi dan mengidentifikasi sebagian

spesimen atau membantu mengerjakan identifikasi awal spesimen yang

dikumpulkan. Parataksonomis dapat direkrut dari masyarakat pencinta

alam, LSM, perkumpulan-perkumpulan selam ataupun pemerhati (hobbiest)

untuk dapat ikut serta mengumpulkan spesimen dan terlibat dalam

kegiatan-kegiatan ilmiah, sehingga membuat mereka tertarik pada bidang

taksonomi. Jejaring database spesimen dikembangkan untuk membantu

pelacakan spesimen dan pembuatan katalog. Jurnal-jurnal ilmiah yang ada

di Indonesia juga harus lebih banyak memuat tulisan-tulisan taksonomi.

4. Dilema Koleksi Rujukan Biota Laut

Koleksi Rujukan Biota Laut merupakan subsistem dari

pengelolaan sumberdaya laut yang terintegrasi dalam sistem birokrasi dan

administrasi P2O. Dengan demikian tata kelola koleksi rujukan biota laut ini

sebaiknya dapat dilakukan dengan strategi yang tepat dan didukung oleh

perencanaan strategik yang baik.

Seringkali tata kelola Koleksi Rujukan Biota Laut terkendala oleh

paradigma para pemangku kepentingan yang tidak pernah bersentuhan

dengan Koleksi Rujukan Biota Laut, sehingga pemangku kepentingan

seperti ini memiliki pandangan keberadaan Koleksi Rujukan Biota Laut

hanya sebagai kegiatan yang menghamburkan dana. Pandangan seperti ini

tidak dapat disalahkan, karena Koleksi Rujukan Biota Laut baru akan terasa

Page 28: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

18

Bab I. Koleksi Rujukan Biota Laut P2O-LIPI

berfungsi dan bermanfaat manakala digunakan untuk kepentingan

pengelolaan sumberdaya laut. Disisi lain keberadaan Koleksi Rujukan Biota

Laut harus dijaga dan kegiatan ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit

serta membutuhkan tenaga yang memiliki kinerja khusus. Dilema inilah

yang menyebabkan Koleksi Rujukan Biota Laut menempati prioritas

terendah dan kadangkala diabaikan dalam pengelolaan sumberdaya laut.

Jalan keluar yang dapat diupayakan untuk menghadapi dilema

seperti ini adalah:

1. Mengubah paradigma para pemangku kepentingan baik yang

terkait langsung dan atau tidak langsung terhadap Koleksi Rujukan

Biota Laut dengan meningkatkan pengetahuan dan sikap mereka

bahwa Koleksi Rujukan Biota Laut merupakan mata rantai yang

penting dalam pengelolaan sumberdaya laut. Upaya ini dapat

dilakukan melalui kegiatan yang terprogram secara berkala dan

kontinyu. Adapun kegiatan tersebut dapat berupa advokasi bagi

para pemangku kepentingan yang memiliki jabatan struktural;

lokakarya dan pelatihan bagi para peneliti kelautan lintas sektoral

terkait dengan pengelolaan sumberdaya laut baik dikalangan

pemerintahan maupun swasta; dan sosialisasi bagi para pemangku

kepentingan yang tidak terkait langsung dengan upaya pengelolaan

sumberdaya laut seperti misalnya: institusi pendidikan, sektor

swasta, LSM dan masyarakat umum (hobbiest).

2. Menempatkan pengelolaan Koleksi Rujukan Biota Laut dalam

birokrasi struktural yang sistemik. Dalam hal ini dapat dilakukan

misalnya menjadi sub bidang dari sarana dan prasarana dan atau

Page 29: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

19

Bab I. Koleksi Rujukan Biota Laut P2O-LIPI

sub bidang pendidikan dan pelatihan. Dengan demikian dukungan

kebijakan menjadi lebih pasti dan masif, sehingga secara otomatis

dukungan dana untuk pengelolaan koleksi rujukan biota laut dapat

dialokasikan secara berkala dan kontinyu.

5. Komunikasi Informasi dan Edukasi

Salah satu strategi yang perlu digagas dalam pengelolaan Koleksi

Rujukan Biota Laut adalah memanfaatkan “Komunikasi Informasi dan

Edukasi (KIE)”.

KIE dalam perspektif Koleksi Rujukan Biota Laut dapat dipahami

sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam

rangka mengubah sikap dan perilaku pemangku kepentingan, sehingga

diharapkan menyadari, memahami bahwa keberadaan Koleksi Rujukan

Biota Laut merupakan salah satu kebutuhan yang penting dalam

pengelolaan sumberdaya laut. Dengan demikian KIE- Koleksi Rujukan

Biota Laut harus mampu menumbuhkan motivasi, memberikan advokasi,

dan pelayanan yang berkualitas dalam arti harus berorientasi kepada upaya

memenuhi kebutuhan terkait dengan pengelolaan sumberdaya laut. KIE ini

dapat dilakukan secara profesional, informatif, terbuka, rasional, jujur dan

mempunyai rujukan yang benar tepat dan dapat dipertanggungjawabkan.

Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan KIE- Koleksi Rujukan

Biota Laut yang berkualitas, maka upaya ini diarahkan kepada koordinasi

dan keterpaduan pengelolaan serta pengembangan hubungan kemitraan

antar institusi pemerintah, swasta dan tokoh-tokoh kunci pemegang

kebijakan dengan tujuan sebagai berikut:

Page 30: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

20

Bab I. Koleksi Rujukan Biota Laut P2O-LIPI

Tahapan Pengembangaan KIE-Koleksi Rujukan Biota Laut.

KIE- Koleksi Rujukan Biota Laut dapat dikembangkan dengan

memetakan lima unsur sesuai dengan kerangka pengembangan di bawah ini

(Gambar 1.2) sebagai berikut:

Gambar 1.2. Kerangka Pengembangan Komunikasi Informasi Edukasi(KIE) Koleksi Rujukan Biota Laut. Gambar: R. Pratiwi.

1. Who (?): unsur ini memetakan pihak yang mempunyai kebutuhan

terkait dengan keberadaan Koleksi Rujukan Biota Laut. Dapat bersifat

individu, kelompok, institusi yang mencakup secara lokal, nasional dan

intenational. Hasil dari pemetaan ini adalah: target, sasaran pengguna

Koleksi Rujukan Biota Laut.

2. What (?): pemetaan unsur ini bertujuan untuk menyusun pesan sesuai

dengan stratifikasi target sasaran. Dapat berupa pesan, simbol verbal

Page 31: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

21

Bab I. Koleksi Rujukan Biota Laut P2O-LIPI

dan non verbal serta juga dapat dalam bentuk data. Menurut bentuknya

dapat berupa:

Informatif menyampaikan penerangan berdasarkan fakta dan data-

data yang benar. Untuk mengisi pengetahuan target sasaran

tentang sesuatu yang belum diketahui terkait dengan Koleksi

Rujukan Biota Laut tanpa mempengaruhi persepsi mereka,

misalnya: siaran berita di radio dan televisi.

Persuasif, pesan KIE- Koleksi Rujukan Biota Laut yang

difokuskan pada perubahan pengetahuan dan sikap serta

diutamakan bagi target sasaran yang terkait pemanfaatan Koleksi

Rujukan Biota Laut secara langsung, misalnya: para peneliti,

pendidik, LSM, siswa, pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum

(hobbiest).

Edukatif, bertujuan merubah perilaku target sasaran secara

sengaja, teratur dan terencana. Dapat berupa pemaparan dari data-

data yang telah dirangkum oleh Koleksi Rujukan Biota Laut, fakta

lapangan yang terkait dengan Koleksi Rujukan Biota Laut dan atau

dapat pula berupa pengalaman seseorang terkait peran dan fungsi

Koleksi Rujukan Biota Laut.

Untuk mengelola pesan di atas sebaiknya diperhatikan hal-hal

sebagai berikut:

Susunan pesan menarik.

Simbol pesan mudah dipahami.

Page 32: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

22

Bab I. Koleksi Rujukan Biota Laut P2O-LIPI

Pesan mampu membangkitkan motivasi dalam meningkatkan

pengetahuan dan sikap tentang peran dan fungsi Koleksi Rujukan

Biota Laut.

Pesan sedapat mungkin memiliki alteratif agar kebutuhan akan

Koleksi Rujukan Biota Laut dapat dipahami secara layak.

Isi pesan mudah diimplimentasikan.

3. When (?): kapan saatnya KIE- Koleksi Rujukan Biota Laut dapat

dilakukan. Terkait dengan unsur ini, maka KIE- Koleksi Rujukan Biota

Laut dapat dilakukan:

Berkala, misalnya: di saat pelatihan, sosialisasi dan advokasi.

Berdasarkan event (kegiatan) tertentu (khusus), misalnya:

pameran, talk show radio dan televisi.

Secara terus menerus, dapat dilakukan dengan menyusun poster-

poster, banner, brosur dan leaf flat.

4. Where (?): dimana KIE- Koleksi Rujukan Biota Laut akan dilakukan,

karena ibarat pepatah “lain lubuk lain pula ikannya”. Secara umum

ada dua kelompok sasaran yang terkait dengan KIE- Koleksi Rujukan

Biota Laut:

Sasaran yang langsung menggunakan perubahan pengetahuan dan

sikap untuk dirinya sendiri yakni: peneliti, akademisi dan hobbiest.

Sasaran selain yang dapat menggunakan perubahan pengetahuan

dan sikap untuk diri sendiri, berpotensi atau berperan untuk

merubah pengetahuan dan sikap, misalnya: pemangku kebijakan,

para dosen, guru dan hobbiest.

Page 33: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

23

Bab I. Koleksi Rujukan Biota Laut P2O-LIPI

5. Why (?): merupakan latar belakang dan tujuan mengapa KIE Koleksi

Rujukan Biota Laut perlu diselenggarakan bagi target sasaran tertentu,

sehingga dapat merubah paradigma perilaku pemangku kepentingan,

untuk dapat menyadari pentingnya keberadaan Koleksi Rujukan Biota

Laut dalam pengelolaan sumberdaya laut.

6. How (?): bagaimana KIE- Koleksi Rujukan Biota Laut harus

dilakukan. Unsur ini lebih ditekankan pada metoda dan media yang

digunakan untuk KIE- Koleksi Rujukan Biota Laut. Metoda KIE-

koleksi rujukan biota laut merupakan cara untuk mendekatkan target

sasaran dengan komponen-komponen Koleksi Rujukan Biota Laut.

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan adalah:

a) Metoda yang dipilih mampu merangsang target sasaran untuk

berfikir kreatif.

b) Metoda dilaksanakan dilingkungan pekerjaan (kegiatan target

sasaran).

c) Kegiatan KIE- Koleksi Rujukan Biota Laut akan lebih efisien

diselenggarakan bagi pemangku kepentingan yang langsung terkait

dengan keberadaan Koleksi Rujukan Biota Laut.

d) Metoda harus mampu menciptakan hubungan yang akrab dengan

target sasaran.

e) Metoda sedapat mungkin dapat merangsang target sasaran untuk

meningkatkan pengetahuan dan sikap serta mengubah

paradigmannya terhadap fungsi dan manfaat Koleksi Rujukan

Biota Laut.

Page 34: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

24

Bab I. Koleksi Rujukan Biota Laut P2O-LIPI

Prinsip-prisnip tersebut di atas senantiasa dipertimbangkan dalam

menetapkan metoda. Ada tiga pendekatan dalam memilih metoda KIE-

Koleksi Rujukan Biota Laut:

1. Metoda KIE- Koleksi Rujukan Biota Laut menurut jenis media yang

digunakan, yaitu:

a. Media lisan (langsung atau tidak langsung).

b. Media cetak (poster, selebaran, majalah dll).

c. Media terproyeksi (slide, film, animasi dll).

2. Metoda KIE- Koleksi Rujukan Biota Laut berdasarkan sumber dan

kelompok sasaran dibedakan atas:

a. Komunikasi langsung (sosialisasi).

b. Komunikasi tidak langsung (surat menyurat).

3. Berdasarkan jumlah sasaran maka metoda KIE- Koleksi Rujukan Biota

Laut dibedakan atas:

a. Pendekatan individu.

b. Pendekatan kelompok.

c. Pendekatan massal.

Pemilihan media yang digunakan untuk menyelenggarakan KIE-

Koleksi Rujukan Biota Laut diharapkan mempertimbangkan hal-hal sebagai

berikut:

Saluran komunikasi mana yang paling banyak penerimanya tetapi

murah biayanya, misalnya: talks show radio dan konfrensi pers.

Page 35: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

25

Bab I. Koleksi Rujukan Biota Laut P2O-LIPI

Saluran komunikasi mana yang paling sesuai dengan ketersedian dana

dan kemampuan mengoperasikannya, misalnya: on line, blog dan web

site.

Saluran komunikasi mana yang paling besar dampaknya terhadap

capaian KIE- Koleksi Rujukan Biota Laut, misalnya: pelatihan,

sosialisasi, dan workshop.

Saluran komunikasi mana yang paling cocok dengan tujuan dan target

sasaran KIE- Koleksi Rujukan Biota Laut, misalnya: advokasi,

sosislisasi, dan pelatihan.

6. Keberlanjutan Koleksi Rujukan Biota Laut

Massa depan Koleksi Rujukan Biota Laut P2O ditentukan oleh

beberapa faktor, baik yang terkait dengan kelengkapan spesimen Koleksi

Rujukan Biota Laut yang tersimpan (tersedia), data-data pendukung,

pelayanan kurator maupun prasarana dan sarana pendukung lainnya yang

kondusif bagi pengguna.

Terkait dengan faktor-faktor tersebut, maka perlu dilakukan hal-

hal sebagai berikut:

1. Menata tata letak ruang Koleksi Rujukan Biota Laut sedemikian rupa,

sehingga memberikan motivasi positif bagi pengguna dan pengelola.

2. Sistem koleksi yang komputerisasi, sehingga memudahkan pengguna

dan pengelola dalam mengakses Koleksi Rujukan Biota Laut sesuai

dengan tujuan masing-masing.

Page 36: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

26

Bab I. Koleksi Rujukan Biota Laut P2O-LIPI

3. Memetakan standard minimal pelayanan yang menjadi pedoman bagi

pengelolaan sehingga fungsi dan manfaat keberadaan Koleksi Rujukan

Biota Laut menjadi efektif.

4. Menyusun pedomen KIE- Koleksi Rujukan Biota Laut yang fleksibel

dan dapat mengadopsi dinamika perkembangan penelitian kelautan dan

kebutuhan-kebutuhan yang mengikutinya. Dengan demikian KIE-

Koleksi Rujukan Biota Laut selalu terbarui (ter-up date) sesuai dengan

perkembangan ilmu kelautan.

5. Mengimplemantasikan Standard Operational Procedure (SOP) yang

sudah disusun dan menyempurnakan Instruksi-instruksi Kerja (IK)

sesuai dengan pedoman layanan minimal. SOP tersebut harus

disempurnakan agar selaras dengan prosedur International Standard

Operating (ISO).

6. Pengendalian mutu pelayanan diselenggarakan dengan mengadopsi

prinsip-prinsip Management Total Quality (TQM) sesuai dengan yang

dikatakan oleh Ishikawa (1993) yang berpendapat bahwa perpaduan

semua fungsi pelayanan ke dalam falsafah holistik yang dibangun

berdasarkan konsep kualitas, team work, produktivitas dan pengertian

serta kepuasan pelanggan.

Produk dan jasa pelayanan Koleksi Rujukan Biota Laut adalah

titik pusat untuk pencapaian peran dan manfaat keberadaan Koleksi

Rujukan Biota Laut. Jasa dan pelayanan tidak dapat terpisahkan dari

sumbedaya yang mendukungnya, lembaga pengelola yang menyediakan

pelayan-pelayan Koleksi Rujukan Biota Laut serta pengguna yang

menuntut pelayanan yang maksimal. Dengan demikian program-program

Page 37: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

27

Bab I. Koleksi Rujukan Biota Laut P2O-LIPI

yang terintegrasi dan sinergis bagi keberlanjutan Koleksi Rujukan Biota

Laut perlu diprioritaskan.

Daftar Pustaka

Ahyong, S, Chen T, dan Liao Y., 2008. A Catalog of The Mantis Shrimps(Stomatopoda) of Taiwan. Taiwan: National Taiwan OceanUniversity. 200 pp.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), 2012. Modul Materi UjiPerpindahan Jabatan Fungsional Pengawas Farmasi dan MakananTerampil ke Ahli Pegawai Negeri Sipil (PNS). Badan Pom RI,Mata Pelajaran Komunikasi Informasi dan Edukasi.(http//pengawasfarmasidanmakanan.files.wordpress.com/2012/06/modul-kd-kebijakan-dan penilaian-angka-kredit2.pdf. (diakses,tanggal 23 Maret 2013).

Ishikawa, K., 1993. Introduction to Quality Control. J.A. Lofetus (Trans.Tokyo 3A Cooperation).http://en.wirkipedia.org/wikikaoru_ishikawa (diakses tanggal 23Maret, 2013).

Irawan, B. dan A. Soegianto, 2006. Kekayaan Jenis Portunidae di SisiShipping Line Selat Madura. Berk. Penel. Hayati: 11: 93–96.

Kantor Lingkungan Hidup (KLH), 2003. Strategi Nasional PengelolaanKeanekaragaman Hayati Laut. Didukung oleh EnvironmetalManagement Development in Indonesia (EMDI) Project. 55 hal.

Moosa, MK. dan I. Aswandy 1984. Udang karang (Panulirus spp.) dariperairan Indonesia. Lembaga Oseanologi. Nasional, LIPI, Jakarta:40 hal.

Page 38: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

28

Bab I. Koleksi Rujukan Biota Laut P2O-LIPI

Moosa, M.K, 2000. Marine biodiversity of the South China Sea: a checklistof Stomatopod Crustacea. Raffles Bulletin of Zoology, supplement8, 405-457.

Nontji, A., 2009. Penjelajahan dan Penelitian Laut Nusantara dari Masake Masa. Pusat Penelitian Oseanografi-Lembaga Ilmu PenetahuanIndonesia, 433 hal.

Soegiarto, K.A., 1987. Menelusuri Tonggak-Tonggak Sejarah PuslitbangOseanologi-LIPI. Oseana: XII (3) Edisi Khusus, 52 hal.

Soemodihardjo, S., Soegiarto. K.A., Moosa, M.K., dan Mulyanto., 2005.Seratus Tahun Lembaga Penelitian Bidang Ilmu Kelautan-LIPI(1905-2005). Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, LIPI Press,Jakarta, 195 hal.

Suhardjono, Y.R., 1999. Buku Pegangan Pengelolaan koleksi spesimenZoologi. Balai Penelitian dan Pengembangan Zoologi, PusatPenelitian dan Pengembangan Biologi. Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia, 218 hal.

Sumarni, 2008. Koleksi Rujukan Biota Laut (Refence Collection of MarineBiota) Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI Ditinjau dari SegiKearsipan. Warta Oseanografi, XXII (2): 16-20.

Page 39: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

29

Bab II. Tata Koleksi Spesimen Biota Laut

Bab II

Tata Kelola Koleksi Spesimen Biota Laut

Rianta Pratiwi

Pendahuluan

Perairan Indonesia memiliki kekayaan biota laut yang jenisnya

sangat beranekaragam dan sangat besar jumlahnya serta tiada duanya di

dunia. Dengan kondisi tersebut lautan mempunyai peranan yang sangat

penting bagi kehidupan Bangsa Indonesia, hal ini baik ditinjau dari segi

alamnya, sebagai sarana transportasi, sarana rekreasi, pendidikan dan

penelitian, konservasi alam serta sarana pertahanan keamanan negara.

Bahkan untuk masa depan akan lebih banyak ditentukan pada kemampuan

kita untuk memanfaatkan sumberdaya laut. Oleh karena itu pendayagunaan

lautan nusantara secara penuh dan bijaksana sangat mendukung

pembangunan ekonomi serta memperluas lapangan kerja dan kesempatan

berusaha serta sangat memerlukan pendalaman IPTEK untuk menggali

potensi-potensi yang terkandung di dalamnya.

Sebagai negara yang berkembang dan dikenal pula sebagai negara

yang mempunyai keanekaragaman biota laut yang tinggi, sangat

disayangkan apabila tidak dibarengi oleh pengetahuan dasar mengenai

keanekaragaman biota laut serta ilmu-ilmu yang terkait dengan bidang

kelautan. Seiring dengan kemajuan zaman, kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi, terjadi pula kerusakan lingkugan yang memungkinkan terjadinya

Page 40: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

30

Bab II. Tata Koleksi Spesimen Biota Laut

variasi di dalam spesies atau bahkan hilangnya jenis-jenis tertentu dari

habitatnya. Keberadaan Koleksi Rujukan Biota Laut semakin perlu,

sehingga generasi penerus kita pun masih dapat mempelajari dan memiliki

pengetahuan tentang kekayaan biota yang terdapat di laut kita. Dengan

terbentuknya Koleksi Rujukan Biota Laut tersebut maka gambaran

mengenai kekayaan hayati laut Indonesia serta sebaran dari biota dapat

diketahui; informasi mengenai keanekaragamannya dapat disebar luaskan

kepada masyarakat umum, instansi-instansi, mahasiswa dan pelajar untuk

ikut membantu pelestarian biota laut, selain juga untuk menunjang

pengetahuan biosistematik, biologi dan ekologi.

Di dalam pengelolaan Koleksi Rujukan Biota Laut, koleksi

spesimen di bagi ke dalam delapan (8) kelompok taksa utama yaitu:

Crustacea, Moluska, Echinodermata, Coral, Ikan, Algae (Seaweed), Lamun

(Seagrass) dan Mangrove. Tetapi kini sedang dipersiapan untuk kelompok

micro benthik yang terdiri dari: Cacing (Polychaeta), Moluska dan

Crustacea tingkat rendah (Amphipoda, Isopoda, Ostracoda dan lain-lain).

Belum semua taksa memiliki kurator yang bertanggungjawab atas koleksi

spesimen (karena Koleksi Rujukan Biota Laut bukan sebuah museum), dan

hanya berupa laboratorium yang bertugas mengelola, merawat dan menata

spesimen biota laut hingga menjadi sebuah Koleksi Rujukan Biologi Ilmiah

bagi para peneliti dan pengguna lainnya. Kelompok taksa Crustacea,

Moluska, Echinodermata dan Botani (Algae, Mangrove dan Lamun) saja

yang sudah memiliki kurator, kelompok lainnya masih di bawah

pengawasan kepala laboratorium dan peneliti dibidangnya masing-masing)

Page 41: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

31

Bab II. Tata Koleksi Spesimen Biota Laut

Dalam hal ini pengaturan dan penataannya diatur semudah

mungkin agar kurator dapat mengambil dan mengembalikan spesimen

dengan cepat dan mudah dari tempatnya. Penggunapun dapat dengan mudah

merujuk dengan cara melihat Buku Katalog ataupun meminta bantuan

kurator untuk melihat spesimen. Semua hal-hal yang menyangkut tatakelola

koleksi spesimen dibahas satu persatu di dalam buku ini sebagai acuan

untuk mengatur Manajemen Koleksi Spesimen demi keselamatan spesimen

dan semua sarana prasarana yang digunakan bagi semua pengguna baik

secara langsung maupun tidak langsung.

A. Jenis-jenis Koleksi

1. Koleksi Utama

Koleksi utama adalah koleksi berbagai takson yang biasa disimpan

pada umumnya di museum-museum. Di ruang atau Laboratorium Koleksi

Rujukan Biota Laut P2O terdiri dari dua (2) macam koleksi dan satu (1)

koleksi herbarium yaitu: 1). Koleksi Basah (menggunakan bahan pengawet

alkohol dan atau formalin), 2). Koleksi kering dapat berupa tubuh binatang

seutuhnya seperti: Coral (karang), cangkang moluska, dan spesimen awetan

kaca (slide) dan Koleksi Herbarium berupa daun, bunga atau akar dari

tumbuhan algae (seaweed), lamun (seagrass) dan mangrove yang

dikeringkan dan ditempel pada kertas khusus sehingga menjadi herbarium.

Bervariasinya macam koleksi menyebabkan dibutuhkannya berbagai

persyaratan unit penyimpanan untuk masing-masing jenis koleksi. Dengan

demikian koleksi utama ini merupakan satu rangkaian unit penyimpanan

yang berbeda antara satu takson dan lainnya.

Page 42: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

32

Bab II. Tata Koleksi Spesimen Biota Laut

Masing-masing takson ditata dalam satu sistem standar sistematik

atau klasifikasi termasuk semua bahan acuannya. Hal ini dimaksud untuk

memudahkan para pengguna dalam mencari takson yang dikehendaki dan

juga bagi pengelola untuk merawatnya. Diantara koleksi yang dimiliki,

beberapa takson hanya diidentifikasi sampai taraf tertentu (bangsa, suku,

marga) atau bahkan kelas. Spesimen-spesimen tersebut masih dinilai

sebagai koleksi utama yang sangat berguna, karena masih dapat diproses

lebih lanjut.

Terdapat beberapa kasus koleksi, dimana spesimen yang tercatat

pada buku katalog lama saat rehabilitasi dan sensus koleksi hilang, sudah

tidak dapat ditemukan spesimennya. Hal ini disebabkan karena spesimen

sudah tidak ada sejak lama atau sulit untuk ditelusur. Biasanya spesimen

tersebut dinyatakan sebagai spesimen hilang, tetapi tidak dihilangkan dari

catatan. Data spesimen hilang ini tetap tercatat di dalam buku katalog,

tetapi tidak tercatat di dalam database koleksi.

2. Koleksi Spesimen Tipe

Merupakan spesimen yang secara international telah dikategorikan

dan dipublikasikan menjadi tipe untuk jenis yang bersangkutan. Berlaku

untuk semua spesimen, dan koleksi spesimen tipe ini mendapat perlakuan

yang istimewa dalam artian pengelolaan sangat khusus dan keselamatan,

perawatan serta penangannya lebih berhati-hati dibandingkan jenis koleksi

lainnya. Hal ini disebabkan nama dan tempat penyimpanannya telah

dipublikasikan secara international. Bila terdapat kerusakan dari spesimen

tipe tersebut dapat memperburuk lembaga penelitian atau museum dimana

Page 43: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

33

Bab II. Tata Koleksi Spesimen Biota Laut

koleksi tersebut disimpan dimata internaional. Itulah sebabnya koleksi tipe

(holotype) maupun tipe lainnya (paratype, lektotype dll) dipisahkan

penyimpanannya dari koleksi utama dan lainnya. Untuk mempermudah

pengawasannya, koleksi spesimen tipe disimpan tidak jauh dari lokasi

utama masing-masing kelompok takson.

(a) (b)

(c)

Gambar 2.1. Contoh Koleksi Rujukan Biota Laut, P2O-LIPI. Atas kiri (a)Koleksi basah, atas kanan (b): Koleksi kering. Foto: I.BVimono dan bawah (c): Koleksi herbarium. Foto: R. Pratiwi.

Page 44: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

34

Bab II. Tata Koleksi Spesimen Biota Laut

(a) (b)

Gambar 2.2. Contoh Koleksi Tipe Rujukan Biota Laut (a), dengan Pita-pitaMerah Sebagai Koleksi Holotipe (b). Foto: D.L. Rahayu.

3. Koleksi Pertukaran dan atau Sumbangan

Merupakan koleksi dari hasil tukar menukar atau sumbangan yang

diterima dari lembaga penelitian lain atau meseum, bahkan individu

(hobbiest) tanpa ikatan perjanjian apapun. Penyimpanan koleksi sumbangan

dapat disatukan atau dibedakan dengan koleksi utama, tergantung kepada

data yang terkandung didalamnya serta keadaan fisik spesimen yang

bersangkutan. Hal penting yang harus dilakukan adalah sterilisasi terlebih

dahulu setelah proses penukaran

4. Koleksi Baru dari Lapangan

Merupakan koleksi dari hasil penelitian, pengumpulan, eksplorasi

atau ekspedisi oleh staf dan teknisi suatu lembaga penelitian. Spesimen

baru ini masih memerlukan proses pemilahan dan pengawetan lebih lanjut

sebelum digabungkan dengan koleksi utama. Prosedur pemrosesan harus

mengikuti ketentuan yang sudah dibakukan. Spesimen yang sudah selesai

Page 45: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

35

Bab II. Tata Koleksi Spesimen Biota Laut

proses pengawetan dan pencatatan datanya secara baku dapat digabungkan

dalam ruang koleksi.

(a) (b)Gambar 2.3. Koleksi Lapangan Dalam Proses Pemilahan (a), Identifikasi

dan Pengawetan (b). Foto: R. Pratiwi.

5. Koleksi Pinjaman (loan)

Merupakan spesimen yang dipinjam dari institusi lain baik dalam

negeri maupun luar negeri untuk kepentingan penelitiannya. Spesimen ini

terikat perjanjian peminjaman antar dua lembaga. Spesimen jenis ini tidak

dimasukkan ke dalam database koleksi, tetapi cukup dicatat secara

administrasi dalam arsip pinjam meminjam koleksi. Oleh karena

keterikatannya dengan perjanjian antar instansi, maka penanganannya juga

harus hati-hati sebagaimana koleksi utama lainnya

6. Koleksi Pengembalian dari Peminjaman

Merupakan koleksi yang baru datang atau dikembalikan oleh

lembaga lain setelah dipinjam dalam periode tertentu sesuai perjanjian

peminjaman. Koleksi ini memerlukan proses lebih lanjut, misalnya

Page 46: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

36

Bab II. Tata Koleksi Spesimen Biota Laut

registrasi ulang, menghapus dokumen peminjaman sebelum disatukan atau

dikembalikan ke tempat penyimpanan semula. Catatan: khusus untuk

spesimen kering dan herbarium pembebasan hama mutlak harus dilakukan

sebelum koleksi disatukan dengan koleksi utama.

7. Koleksi Pembagian

Merupakan sejumlah spesimen pembagian dari hasil penelitian

kerjasama atau eksplorasi bersama antara peneliti dengan peneliti dari

instansi lain. Spesimen ini dapat digabungkan dengan koleksi utama lainnya

setelah mengalami proses sebagaimana yang ditentukan.

Gambar 2.4. Koleksi Pembagian Hasil Penelitian antara P20-LIPI denganNaturalis Museum Belanda. Foto: U.Y. Arbi.

8. Koleksi Bukti

Kumpulan spesimen atau bagian dari tubuh binatang hasil

penelitian ekologi atau biologi lainnya yang mungkin dilengkapi atau tidak

Page 47: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

37

Bab II. Tata Koleksi Spesimen Biota Laut

memiliki data sebagaimana mestinya sebagai koleksi spesimen ilmiah.

Pengawetan spesimen bukti ini diproses sesuai standar yang berlaku.

Spesimen jenis ini dapat disimpan sebagai koleksi ilmiah (bila keadaan fisik

spesimen bagus dan data yang terkandung lengkap), atau disiapkan untuk

bahan pameran atau bahan belajar mengajar. Koleksi bukti dapat ditiadakan

atau dibuang setelah proses analisa dan atau penelitian selesai.

Gambar 2.5. Spesimen Bukti Koleksi Rujukan Biota Laut, P2O-LIPI(Rahang dan Gigi Hiu). Foto: Fahmi.

9. Koleksi untuk Belajar Mengajar atau Pameran.

Merupakan spesimen yang khusus disediakan untuk melayani

berbagai permintaan pelayanan, misalnya pelatihan atau pameran. Koleksi

ini memang dibedakan dari koleksi utama dan disediakan khusus, yang

umumnya tidak bernomor registrasi atau tanpa keterangan (label).

Kebijakan ini ditempuh karena resiko spesimen akan rusak oleh tangan

peserta pelatihan atau pengunjung pameran sangat besar.

Page 48: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

38

Bab II. Tata Koleksi Spesimen Biota Laut

Gambar 2.6. Spesimen Pamer (Display) Koleksi Rujukan Biota Laut, P2O-LIPI. Foto: I.B.Vimono.

10. Koleksi Pelengkap atau Penunjang

Merupakan koleksi hasil rekaman dari binatang dan kegiatannya.

Rekaman ini dapat berupa suara, gambar tangan, gambar terawang (foto

slide), film, video, dan foto cetak (positif dan negatif). Penyimpanan

koleksi pelengkap ini dilakukan ditempat terpisah dari koleksi spesimen.

Data atau informasi hasil rekaman spesimen dapat dicatatkan di dalam

database masing-masing spesimen.

B. Bahan-bahan yang Terkait dalam Koleksi

Semua barang, peralatan, sarana atau segala sesuatu yang

berkaitan dengan koleksi spesimen seperti kartu katalog, buku registrasi,

literatur atau bahan pustaka dan komputer untuk database merupakan

bahan-bahan yang berkenaan dengan koleksi. Oleh karena fungsinya yang

penting dalam pengelolaan koleksi dan untuk mempermudah

penggunaannya, maka bahan-bahan yang terkait dengan koleksi

ditempatkan berdekatan dengan ruang koleksi. Disamping hal-hal yang

Page 49: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

39

Bab II. Tata Koleksi Spesimen Biota Laut

sudah disebutkan, buku lapangan juga merupakan bahan yang terkait

dengan koleksi. Dari cacatan yang terekam di dalam buku lapangan,

informasinya dapat dimanfaatkan untuk pelengkap data di dalam pengisian

database spesimen.

Evaluasi terhadap kondisi spesimen tergantung pula oleh tempat

atau spesimen itu sendiri. Tempat penyimpanan dibedakan berdasarkan cara

pengawetan spesimen (basah atau kering), kondisi spesimen akan baik

apabila persyaratan penyimpanan telah memenuhi persyaratan yang telah

ditentukan. Macam-macam tempat penyimpanan dan persyaratannya

sebagai berikut:

1. Lemari Besi: lemari yang terbuat dari besi, kedap udara dengan

pintu yang bisa digeser-geser maju dan mundur secara mekanis

dengan ringan dan mudah.

2. Lemari Kayu: lemari yang terbuat dari kayu dengan beberapa laci-laci

untuk menyimpan koleksi kering seperti herbarium dan koleksi kering

lainnya (koleksi moluska).

3. Kotak plastik: kotak yang terbuat dari plastik dengan ukuran sebesar

kartu nama untuk tempat koleksi kering (koleksi moluska), sehingga

bisa dimasukkan ke dalam laci lemari kayu. Atau yang berukuran agak

besar (kotak kue dari plastik) untuk tempat penyimpanan coral

(karang). Kotak tersebut kemudian disimpan di dalam lemari besi.

4. Rak Besi: terbuat dari besi yang kuat untuk tempat botol-botol koleksi

spesimen.

5. Botol Kaca: terbuat dari kaca yang bening, tidak berwarna tutup rapat

dari mika atau polietilen.

Page 50: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

40

Bab II. Tata Koleksi Spesimen Biota Laut

6. Vial/tube: botol berukuran kecil atau yang telah baku, bening, tidak

berwarna dan tanpa tutup digunakan untuk koleksi spesimen berukuran

kecil (mikro bentik). Spesimen dimasukkan dalam vial atau tube

tersebut, kemudian ditutup oleh kapas dan dimasukkan ke dalam botol

yang lebih besar.

7. Slide: lempeng kaca (object glass) dengan ukuran yang telah baku,

tanpa tutup (cover glass), sebagai media spesimen cacing atau bentik.

8. Kantong Plastik: terbuat dari polietilen, berwarna bening dengan clips

dibagian ujung, berukuran baku dan digunakan untuk spesimen kering

(moluska, coral dan bintang laut).

9. Kertas“Samson”: ketas berwarna coklat, permukaan halus, digunakan

untuk alas spesimen herbarium (lamun atau seagrass).

Setiap koleksi spesimen hendaknya memiliki kode-kode khusus

berkaitan dengan kondisi dari tempat (unit) penyimpanan, hal ini sangat

berguna sebagai informasi bahwa unit penyimpanan rusak, jelek atau

kondisinya tidak baik. Sebagai contoh diambil dari koleksi di Museum

Zoologi Bogor (MZB) yang memiliki kode-kode sebagai berikut:

A-1 : unit penyimpanan dalam kriteria ini sudah tidak memenuhi syarat

digunakan untuk penyimpanan karena kondisinya sudah jelek. Harus

segera diganti sebab dapat menyebabkan koleksi rusak dalam waktu

dekat.

A-2 : unit penyimpanan dalam kriteria ini tidak terlalu jelek, tetapi dalam

waktu beberapa tahun (5 tahun) diperkirakan akan rusak, sehingga

diperlukan pemantauan terus menerus.

Page 51: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

41

Bab II. Tata Koleksi Spesimen Biota Laut

A-3 : unit penyimpanan dalam kriteria ini sudah bagus sesuai standar

baku, karena spesimen sudah dapat dipastikan dijamin

keselamatannya.

Sedangkan untuk status penataan juga sebaiknya mengikuti apa

yang dilakukan oleh MZB dengan kode-kode sebagai berikut:

B-0 : koleksi spesimen belum dipilah

B-1: koleksi utama yang sudah dipilah ampai tahap kelompok besar

(filum, bangsa, suku).

B-2: koleksi utama yang dipilah sampai tahap marga dan jenis sehubungan

dengan revisi taksonomi.

B-3: materi pinjaman dari dan untuk institusi lain, yang dipisahkan atau

terpisah, siap untuk dikirim atau siap disatukan dengan koleksi utama.

B-4: spesimen tipe yang dipisahkan dari koleksi utama, tersimpan dalam unit

penyimpanan khusus.

Kondisi spesimen kering hendaknya bersih, kering, tidak berjamur,

utuh dan tidak ada cairan. Sedangkan untuk koleksi basah, harus berupa

spesimen utuh, tidak busuk, tidak lembek ataupun hancur, beralkohol

jernih, berbau khas alkohol dan diawetkan dengan konsentrasi 96 %.

Kode-kode lain yang juga penting sebagai informasi yang

berkaitan dengan koleksi perlu dibuatkan, contoh diambil dari museum

MZB sebagai berikut:

C-1: tanpa data lokasi

C-2: data lokasi sangat terbatas, misalnya: hanya ada nama pulau saja

C-3: data lokasi lengkap, termasuk informasi tanggal, kolektor,

identifikator dan lain-lain

Page 52: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

42

Bab II. Tata Koleksi Spesimen Biota Laut

C-4: data lokasi sangat lengkap termasuk informasi tipe habitat, cara

koleksi dan posisi (kordinat).

C-5: tahap identifikasi masih sampai marga ke atas bangsa atau suku,

khusus untuk lokasi C3 dan C4.

C-6: tahap identifikasi sampai jenis, khusus untuk lokasi C3 dan C4.

C-7: tahap identifikasi sampai jenis, tetapi dilengkapi dengan Informasi

tentang identifikasi dan publikasi khusus untuk lokasi C3 dan C4.

C. Kebijakan Berkaitan Spesimen dan Pengelola Spesimen

1. Koleksi Rujukan Biota Laut Pusat Penelitian Oseanografi-

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia berkewajiban mengelola

secara menyeluruh dan sebaik-baiknya terhadap semua jenis

koleksi spesimen yang dimiliki baik sebagai koleksi utama ilmiah

ataupun koleksi spesimen jenis tipe.

2. Pengelolaan koleksi utama ilmiah (mencakup pengawetan,

perawatan, database dan pengawasan penggunaan koleksi

spesimen ilmiah) dilakukan dengan teliti, cermat dan hati-hati

untuk menjaga keselamatannya berdasarkan SOP (Standard

Operation Procedur) yang telah ditentukan dalam setiap kegiatan.

3. Semua koleksi spesimen disimpan di dalam botol (koleksi basah),

kotak plastik (koleksi kering) atau katong plastik (koleksi

herbarium) dan diberikan label yang berisikan semua informasi

tentang spesimen yang bersangkutan. Label diletakkan bersama

spesimen di dalam botol, kotak atau kantong plastik.

Page 53: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

43

Bab II. Tata Koleksi Spesimen Biota Laut

4. Ruang Koleksi Rujukan Biota Laut harus bersih, berpendingin

(AC) dengan suhu yang telah ditentukan, memiliki alat pemadam

kebakaran dan terjaga dengan baik.

5. Tidak semua orang dapat masuk ke dalam Ruang Koleksi Rujukan

Biota Laut kecuali, petugas atau pengelola Koleksi Rujukan Biota

Laut yang dapat masuk dan bertanggungjawab penuh terhadap

koleksi spesimen.

D. Penanggung Jawab Koleksi

Sesuai dengan SOP yang berlaku dan telah ditentukan di

lingkungan P2O, semua tanggungjawab Koleksi Rujukan Biota Laut P2O-

LIPI berada di bawah Kepala Bidang Sumberdaya Laut. Sedangkan untuk

pelaksana harian di bawah pengawasan Kepala Laboratorium Koleksi

Rujukan Biota Laut yang dibantu oleh beberapa kurator yang

bertanggungjawab terhadap kelompok taksanya masing-masing.

Penggunaan dana untuk perawatan dan pengelolaan biota laut

berasal dari dana proyek yang setiap tahunnya diajukan, oleh sebab itu

Kepala Laboratorium harus selalu mengajukan proposal kegiatan agar

manajemen koleksi dan pembuatan buku katalog serta luaran-luaran lainnya

(poster-poster, banner biota laut dan lain-lain) dapat diterbitkan.

Izin penggunaan atau peminjaman koleksi untuk berbagai kegiatan

(pameran, bahan ajar dan lain-lain) telah diatur dan harus seizin Kepala

Bidang Sumberdaya Laut yang kemudian diketahui oleh Kepala

Laboratorium Koleksi Rujukan Biota Laut setelah adanya jaminan

keamanan dan keselamatan bagi spesimen.

Page 54: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

44

Bab II. Tata Koleksi Spesimen Biota Laut

E. Penyimpanan Koleksi

Di dalam koleksi ilmiah Koleksi Rujukan Biota Laut P2O-LIPI

hanya ada 2 macam jenis koleksi (basah dan kering) dan 1 jenis koleksi

herbarium. Untuk lebih jelasnya setiap kelompok taksa akan

menjelaskannya pada bab-bab tersendiri, tetapi dalam halaman ini akan

diulas sedikit mengenai hal tersebut sebagai berikut:

1. Koleksi Kering

a. Ruangan

- Memiliki suhu ruangan yang terus terkontrol sekitar 20o-

21oC, serta kelembaban sekitar 45-60%.

- Sarana penyimpanan selalu dijaga kebersihannya (kotak

plastik kantong plastik, botol-botol, laci-laci,lemari besi

dan lain-lain).

- Ruangan diupayakan bebas hama (bersih hama), dipantau

terus menerus.

- Usahakan lampu tidak menyala terus, hanya menyala saat

bekerja saja dan bila tidak ada kegiatan sebaiknya

dimatikan.

- Bebas dari makanan dan minuman (dilarang makan dan

minum saat bekerja di dalam ruangan).

b. Tempat (unit) Penyimpanan

- Koleksi disimpan dalam lemari yang kedap udara.

- Pintu harus selalu dalam kondisi tertutup apabila tidak

ada kegiatan/pekerjaan.

Page 55: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

45

Bab II. Tata Koleksi Spesimen Biota Laut

- Laci-laci, botol-botol dan kotak tempat spesimen selalu

dalam kondisi tertutup rapat.

- Pada kotak spesimen hanya boleh diberikan 2 butir

kamper saja.

- Apabila meninggalkan kotak spesimen di luar lemari,

usahakan kotak selalu dalam kondisi tertutup.

- Bila spesimen dalam bentuk slide, usahakan

meletakkannya tidak terbalik-balik. Kotak slide disusun

berdiri dan slidenya diletakan mendatar dengan penutup

slide berada di permukaan atas.

2. Koleksi Basah

a. Ruangan

- Memiliki suhu ruangan yang terus terkontrol sekitar 20o-

21oC, serta kelembaban sekitar 45-60%.

- Ruangan harus gelap, matikan lampu bila tidak ada yang

bekerja (tidak ada kegiatan).

- Kebersihan ruangan selalu terjaga (bersih).

- Tidak diperbolehkan makan dan minum di dalam

ruangan.

b. Tempat (unit) Penyimpanan

- Lemari sebaiknya sering dibuka, agar ada pertukaran

udara pada masing-masing deret rak.

Page 56: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

46

Bab II. Tata Koleksi Spesimen Biota Laut

- Kebersihan rak, lemari besi dan laci-laci dalam lemari

selalu dijaga kebersihannya (bebas debu dan jamur).

- Botol-botol penyimpanan juga harus bersih dari debu dan

jamur.

- Alkohol seharusnya merendam penuh spesimen dan harus

jernih dengan kadar 96 %.

- Pengecekan dan penggantian alkohol diusahakan 3 bulan

sekali dan kebersihannya tetap terjaga.

3. Koleksi Herbarium

a. Ruangan

- Memiliki suhu ruangan yang terus terkontrol sekitar 20o-

21oC.

- Ruangan harus gelap, matikan lampu bila tidak ada yang

bekerja (tidak ada kegiatan).

- Kebersihan ruangan selalu terjaga (bersih).

- Tidak diperbolehkan makan dan minum di dalam

ruangan.

b. Tempat (unit) Penyimpanan

- Lemari sebaiknya sering dibuka, agar ada pertukaran

udara dan tidak lembab.

- Kebersihan rak, lemari besi dan laci-laci dalam lemari

selalu dijaga kebersihannya (bebas debu dan jamur).

- Plastik dan kertas alas herbarium juga harus bersih dari

debu dan jamur.

Page 57: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

47

Bab II. Tata Koleksi Spesimen Biota Laut

- Plastik dan kertas jangan sampai berubah warna (kuning

atau kecoklatan). Harus diganti dengan yang baru. Hati-

hati saat melepaskan plastik dan kertas, jangan sampai

merobek spesimen. Pengecekan dan penggantian plastik

diusahakan 3 bulan sekali dan kebersihannya tetap terjaga

(bebas dari hama). Label juga harus diganti, letakkan

label dalam kantong plastik tersendiri kemudian

masukkan dalam kantong herbarium.

Page 58: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

48

Bab II. Tata Koleksi Spesimen Biota Laut

Alur Penanganan Koleksi (Basah dan Kering/Herbarium)

Gambar 2.7. Alur Kerja Spesimen Koleksi Basah. Gambar: R. Pratiwi.

Page 59: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

49

Bab II. Tata Koleksi Spesimen Biota Laut

Gambar 2.8. Alur Kerja Spesimen Koleksi Kering/Herbarium. Gambar:R. Pratiwi.

F. Penataan Spesimen

Setiap rak koleksi diberikan nama dari kelompok taksa masing-

masing, misalnya: rak untuk kelompok crustacea, rak ikan, rak

echinodermata dan sebagainya. Botol-botol spesimen disusun berdasarkan

nomor urut registrasi sesuai yang tertulis dalam buku katalog. Masing-

masing taksa mempunyai kode-kode tersendiri yang berbeda antara

kelompok satu dengan taksa lainnya.

Page 60: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

50

Bab II. Tata Koleksi Spesimen Biota Laut

Susunan klasifikasi juga berbeda antar taksa, ada kelompok yang

mulai dari kelas hingga jenis, tetapi ada juga yang mulai dari bangsa hingga

jenis, sementara ada pula yang dari suku hingga jenis, semua tergantung

dari kuratorial masing-masing yang bertanggungjawab atas klasifikasi

spesimennya. Biasanya buku yang digunakan berdasarkan bahan acuan

klasifikasi yang sudah baku.

G. Tata Tertib yang Terkait dengan Koleksi

1. Penggunaan Koleksi

a. Koleksi Rujukan Biota Laut ilmiah dapat digunakan oleh

siapa saja untuk bahan rujukan ilmiah (penelitian, pembuatan

karya tulis ilmiah, skripsi, thesis dan lain-lain).

b. Penggunaan Koleksi Rujukan Biota Laut harus melalui proses

yang sudah ditentukan dan harus mengajukan permohonan

penggunaan kepada Kepala Bidang Sumbedaya Laut secara

tertulis dan resmi.

c. Penggunaan Koleksi Rujukan Biota Laut juga harus

sepengetahuan Kepala Laboratorium Koleksi Rujukan Biota

Laut sebagai penanggungjawab koleksi yang kemudian akan

diteruskan kepada kuratorial bidang taksa masing-masing

koleksi.

d. Para penggunaan diharapkan dan diwajibkan mentaati

peraturan/kekentuan/SOP yang diberlakukan pada masing-

masing kelompok/kuratorial

Page 61: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

51

Bab II. Tata Koleksi Spesimen Biota Laut

e. Para penggunaan Koleksi Rujukan Biota Laut diharapkan

berhati-hati di dalam pengunaan spesimen.

f. Apabila pengguna tidak berhati-hati atau lalai dan abai dalam

menangani spesimen serta tidak mentaati SOP atau aturan

yang telah ditentukan, maka Kepala Laboratorium dapat

menegur atau melarang pengguna untuk melanjutkan

pekerjaannya atau kegiatannya yang berkaitan dengan koleksi.

2. Pengambilan/Pemotretan Spesimen

a. Para pengguna yang akan melakukan pemotretan spesimen

atau merekamnya dengan video, harus seizin Kepala Bidang

SDL dan diketahui oleh Kepala Laboratorium Koleksi

Rujukan Biota Laut serta kuratorial masing-masing kelompok

taksa atas spesimen yang diinginkan.

b. Para pengguna yang akan melakukan pemotretan spesimen

atau merekamnya dengan video, harus mentaati peraturan atau

mengikuti SOP yang berlaku.

c. Para pengguna baru dapat melakukan pemotretan spesimen

atau merekamnya apabila persyaratan kedinasan telah selesai.

d. Pelaksanaan pengambilan gambar/potret atau merekam tidak

boleh dilakukan di dalam ruang koleksi, tetapi di ruangan lain

atau tempat yang sudah disetujui oleh Kepala Laboratorium

atau kurator yang ditugasi serta dalam pengawasan keduanya.

Pemotertan di dalam ruang laboratorium dapat merusak

koleksi spesimen.

Page 62: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

52

Bab II. Tata Koleksi Spesimen Biota Laut

e. Hanya spesimen yang telah ditentukan atau dipilih untuk

diambil foto atau gambarnya yang boleh keluar dari ruang

koleksi rujukan dan spesimen harus/masih tetap berada dalam

wadahnya (botol, kotak plastik ataupun kantong plastik).

f. Apabila pengguna tidak berhati-hati atau lalai dan abai dalam

menangani spesimen sehingga dapat merusak spesimen, maka

proses pemotretan atau perekaman video dapat dibatalkan

oleh Kepala Laboratorium.

g. Setelah selesai proses pemotretan atau perekaman video

spesimen dapat dikembalikan dan segera serahkan kepada

petugas/kurator untuk dikembalikan ditempat semula.

3. Pelayanan Identifikasi

a. Layanan jasa identifikasi dilakukan oleh individu/peneliti

yang telah disetujui oleh dinas secara resmi dan sesuai

dengan permintaan jenis apa yang akan diidentifikasi

berdasarkan kelompok taksanya.

b. Permintaan jasa identifikasi diajukan kepada Kepala

Pusat Penelitian Oseanografi secara resmi.

c. Ketentuan layanan jasa identifikasi selanjutnya diatur

dalam kebijakan Pelayanan Jasa P2O oleh Bagian Jasa

dan Informasi.

d. Layanan jasa identifikasi dapat diberikan apabila telah

disetujui oleh Kepala Bidang Sumberdaya Laut.

Page 63: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

53

Bab II. Tata Koleksi Spesimen Biota Laut

4. Pelayanan Peminjaman Spesimen.

a. Peminjaman koleksi ilmiah hanya dapat dilakukan antar

instansi bukan individu dengan cara mengajukan

permohonan secara resmi ke dinas (Kepala P2O-LIPI).

b. Persetujuan peminjaman koleksi ilmiah diberikan oleh

Kepala Laboratorium Biota Laut atas pertimbangan

keadaan koleksi dan jumlah spesimen yang tersedia dan

harus seizin Kepala P2O-LIPI.

c. Peminjaman hanya diberikan untuk kepentingan ilmiah

d. Peminjam harus menandatangani surat bukti/blanko

peminjaman.

e. Peminjam dapat menerima spesimen untuk dipinjam

setelah surat izin peminjaman ditandatangani Kepala

Bidang SDL dan diketahui Kepala Laboratorium Biota

Laut.

f. Peminjaman paling lama 6 bulan dimulai dari tanggal izin

pimpinan dikeluarkan.

g. Peminjam dapat memperpanjang waktu pinjaman dengan

mengajukan surat permohonan perpanjangan secara resmi

kepada kepala P2O-LIPI.

h. Keselamatan spesimen menjadi tanggungjawab

sepenuhnya oleh peminjam.

i. Peminjaman spesimen tidak boleh dipindahalihkan

kepada peminjam yang lain tanpa sepengetahuan atau

seizin Laboratorium Koleksi Rujukan Biota Laut.

Page 64: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

54

Bab II. Tata Koleksi Spesimen Biota Laut

j. Apabila terjadi kerusakan pada spesimen, akan dikenakan

sanksi berupa: denda, mengganti spesimen atau sanksi

yang lebih berat lagi tergantung dari kondisi

kerusakkannya dan kesepakatan dari pimpinan.

5. Akses Database Koleksi

Database Koleksi Rujukan Biota Laut yang ada di P2O-LIPI,

seyogyanya bisa diakses oleh siapa saja yang membutuhkan, akan

tetapi untuk sementara waktu belum bisa diakses bagi kepentingan di

luar lingkungan P2O. Hal ini disebabkan karena jejaring di P2O masih

untuk kalangan peneliti di dalam lingkungan P2O, sehingga peminat

dari luar P2O yang membutuhkan hanya bisa melihat dengan cara

langsung datang ke Ruang Koleksi Rujukan Biota Laut untuk melihat

database yang diperlukan. Peminat yang ingin menggunakan harus

mendapat izin (mengajukan permohononan) secara resmi terlebih

dahulu kepada Kepala P2O yang kemudian diteruskan kepada Kepala

Bidang SDL dan Kepala Laboratorium Koleksi Rujukan Biota Laut.

Proses penggunaan/pengaksesan database koleksi biota laut

akan diatur oleh Kepala Laboratorium dan kurator yang ditugasi sesuai

dengan ketentuan yang berlaku. Kebijakan pengaksesan database akan

diatur dengan ketentuan tersendiri, seperti: data semua biota laut (fauna

dan flora) yang boleh diakses hanya yang telah selesai dikerjakan dan

telah diterbitkan dalam buku katalog atau jurnal-jurnal ilmiah nasional

maupun international. Sedangkan spesimen yang masih dalam proses

Page 65: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

55

Bab II. Tata Koleksi Spesimen Biota Laut

pengerjaan belum bisa untuk diakses, karena harus menunggu

diterbitkan terlebih dahulu.

6. Penerimaan Sumbangan atau Hibah Spesimen

1. Koleksi Rujukan Biota Laut, P2O-LIPI menerima sumbangan

atau hibah dari siapa saja baik individu maupun dari instansi

pemerintah/swasta, mahasiswa, universitas ataupun LSM.

2. Spesimen sumbangan atau hibah dapat berupa spesimen hidup

atau mati, baik dengan data lengkap maupun tidak dari

spesimen tersebut.

3. Penyerahan spesimen dilakukan dengan pengesahannya secara

serah terima surat berita acara yang telah ditandatangi kedua

belah pihak: penyumbang dan Koleksi Rujukan Biota Laut

P2O-LIPI.

4. Spesimen yang sudah disumbangkan dicatat dalam database

dan tidak dapat diminta kembali dengan alasan apapun dan

oleh siapapun.

7. Pemberian Sumbangan Spesimen

Koleksi Rujukan Biota Laut, P2O-LIPI, dapat

memberikan sumbangan spesimen kepada lembaga penelitian,

universitas, dan sekolah untuk kepentingan ilmiah dan atau

pendidikan. Permohonan spesimen dapat diajukan kepada Kepala

Pusat Penelitian Oseanograli-LIPI dengan menyebutkan spesimen

Page 66: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

56

Bab II. Tata Koleksi Spesimen Biota Laut

yang diinginkan atau ditentukan sesuai dengan ketersedian koleksi

spesimen.

Penerima sumbangan harus bersedia merawat spesimen

tersebut dan menandatangani surat serah terima. koleksi spesimen

dapat dikembalikan apabila lembaga, universitas atau sekolah yang

peminjam telah ditutup/bangkrut atau merasa tidak sanggup lagi

untuk merawatnya. Koleksi Rujukan Biota Laut, P2O-LIPI dapat

menerimanya kembali dengan persyaratan koleksi spesimen masih

dalam kondisi baik (50%) dan terawat, apabila kondisi sudah rusak

lebih dari 50%, maka koleksi spesimen tidak dapat lagi diterima.

8. Penghapusan atau Peniadaan Spesimen

Kerusakan koleksi spesimen merupakan hal yang harus

diperhatikan dan sebisa mungkin untuk dihindari, diusahakan agar

koleksi spesimen tetap terus terjaga kondisinya dan perawatannya

dengan baik. Spesimen yang sudah tidak memenuhi persyaratan

baku, yaitu sudah rusak parah, busuk, hancur, tanpa data dan tidak

lagi dapat dikenali, maka dapat dihapus/ditiadakan dalam daftar

buku katalog koleksi. Namun demikian penghapusan atau

peniadaannya harus seizin Kepala Pusat Penelitian Oseanografi-

LIPI dan Kepala Bidang Sumberdaya Laut.

Permohonan izin penghapusan harus dilakukan secara

resmi melalui surat permohonan yang dibuat oleh Kepala

Laboratorium Koleksi Rujukan Biota Laut kepada Kepala Pusat

Penelitian Oseanografi- LIPI yang diteruskan kepada Kepala

Page 67: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

57

Bab II. Tata Koleksi Spesimen Biota Laut

Bidang Sumberdaya Laut (sebagai tembusannya). Rekomendasi

penghapusan dapat diberikan atau diputuskan setelah ada

pertimbangan dan persetujuan dari tim yang dibentuk oleh Kepala

Pusat Penelitian Oseanografi- LIPI.

9. Kesehatan dan Keselamatan Spesimen

Petugas yang bekerja dengan koleksi spesimen

diharapkan dapat mematuhi kententuan-ketentuan kerja dan

keselamatannya yang telah tertuang di dalam SOP. Pemakaian jas

lab, masker dan sarung tangan karet serta penggunaan bahan

pengawet di dalam fume hood dan lain sebagainya merupakan

beberapa syarat yang ada dalam SOP.

10.Penanggulangan Bencana

Ruang Koleksi Rujukan Biota Laut keamananya harus

terjaga terutama dari bahan- bahan yang mudah menyebabkan

bencana seperti:

1. Kebakaran:

- Dilarang merokok di Ruangan Koleksi Rujukan Biota

Laut (basah, kering ataupun herbarium), ruang database

maupun ruangan berAC lainnya yang memiliki bahan

kimia yang mudah terbakar.

- Buanglah puntung rokok yang mati pada tempatnya,

pastikan sudah benar-benar mati apinya.

Page 68: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

58

Bab II. Tata Koleksi Spesimen Biota Laut

- Kebersihan sampah juga harus diperhatikan, buanglah

sampah pada tempat sampah yang telah disediakan.

- Matikan lampu apabila meninggalkan ruangan koleksi

dan hematlah tidak menggunakan listrik di ruangan

lainnya bila tidak digunakan atau dalam keadaan kosong.

- Setelah selesai mengerjakan pekerjaan hendaknya

membersihkan semua limbah-limbah bekas pemakaian

alkohol, formalin ataupun bahan-bahan lainnya. Pastikan

kondisi ruangan koleksi semua telah bersih dan rapih,

setelah itu dapat meninggalkan ruangan.

- Laporkan segera kepala Kepala Laboratorium ataupun

Kepala Bidang Sumberdaya Laut, apabila terjadi hal-hal

yang mencurigakan dan dapat menimbulkan kebakaran.

2. Banjir:

- Sebaiknya ruang kolesi rujukan berada di tempat yang

bebas banjir.

- Periksalah saluran-saluran pembuangan limbah setiap kali

melakukan pekerjaan di dalam ruang koleksi.

- Selamatkan botol-botol koleksi yang masih berada di lantai,

apabila belum sempat atau masih dalam proses pengerjaan,

letakkan di atas meja.

- Buanglah sampah pada tempat sampah yang telah

disediakan.

Page 69: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

59

Bab II. Tata Koleksi Spesimen Biota Laut

- Pastikan tidak ada kabel-kabel atau aliran listrik yang

menyala dan dapat menimbulkan sengatan listrik (sentrum)

dalam ruangan.

- Laporkan segera kepala Kepala Laboratorium ataupun

Kepala Bidang Sumberdaya Laut, apabila terjadi hal-

hal yang mencurigakan dan dapat menimbulkan banjir.

3. Kecelakaan Kerja

Semua pengguna diharapkan selalu berhati-hati dalam

melakukan pekerjaan, apabila terkena bahan kimia

segeralah mencuci bagian yang terkena dengan air

mengalir. Apabila bagian yang terkena sangat parah

segera bawa ke dokter dan laporkan kepada Kepala

Laboratorium Koleksi Rujukan serta Kepala Subagian

Umum P2O-LIPI.

4. Pengamanan Lingkungan Kerja

- Kuncilah ruangan-ruangan kerja, laboratorium dan

matikan semua lampu-lampu ketika akan pulang atau

sudah tidak ada lagi kegiatan dalam ruangan tersebut.

Pastikan tidak ada aliran listrik yang masih menyala,

kecuali AC yang harus tetap menyala.

- Jangan menyimpan uang atau barang berharga dalam

ruangan kerja atau ruangan laboratorium.

- Laporkan kepada Kepala Laboratorium dan Kepala

Bagian Umum apabila melihat atau mengetahui hal-hal

Page 70: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

60

Bab II. Tata Koleksi Spesimen Biota Laut

yang mencurigakan, atau bila terjadi kehilangan alat-alat

atau barang-barang di dalam ruangan/laboratorium.

- Staff peneliti atau teknisi apabila membawa tamu

sebaiknya dicatat di buku tamu oleh petugas atau satpam

di meja depan dan mintalah tanda pengenal bagi tamunya.

- Segera laporkan kepada satpam apabila melihat atau

mengetahui ada pendatang/tamu yang mencurigakan

disekitar gedung atau kantor P2O-LIPI.

- Staff peneliti atau teknisi yang akan bekerja lembur atau

bekerja di hari libur sebaiknya mengajukan izin kepada

Kepala Balai Bidang Sumberdaya Laut, Kepala

Laboratorium Koleksi Rujukan Biota Laut dan diketahui

oleh Kepala Subagian Umum. Tanpa izin dari pejabat

berwenang, yang bersangkutan tidak diizinkan bekerja

lembur. Petugas keamanan atau satpam berhak

menolaknya dan tidak mengizinkan masuk bila tidak

dapat menunjukan surat izin lembur atau namanya sudah

tercatat dalam buku daftar rencana lembur pegawai.

- Petugas keamanan/satpam berhak mengecek/memeriksa

bawaan/bungkusan, tas, koper/kotak dan lain-lainnya

yang dibawa keluar masuk dari gedung P2O-LIPI.

- Jika ada barang yang mencurigakan dalam bawaan

tersebut, petugas keamanan atau satpam berhak menyita

atau menahan barang tersebut serta segera laporkan

kepada Kepala Subagian Umum, Kepala Balai Bidang

Page 71: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

61

Bab II. Tata Koleksi Spesimen Biota Laut

Sumberdaya Laut dan Kepala Laboratorium Koleksi

Rujukan untuk ditindaklanjuti.

Daftar Pustaka

Anonimus, tanpa tahun. Collection Policy. FWC-Fish and WildlifeResearch Institute. http://myfwc.com/about/inside-fwc/fwri/(diakses 2 Maret 2013).

Bureu, J.C & A.L. Rice., 1980. Instruction Manual for the Collection,Preservation and Curation of A Marine ReferenceCollection.United Nations Educational Scientific and CulturalOrganization. 64 pp.

Eldredge, L.G. & C.M.Smith, 2001. A Guidebook of Introduced MarineSpecies in Hawaii. Bishop Museum Techinical Report 21, 70 pp.

Martin, A, L.V. Guelpen, G. Pohle & M.J. Costello, 2004. Develompmenof an Atlantic Canada Marine Species Information System Basedon A Museum ollection: A Case Study. Berghe, V., M. Brown,M.J. Costello, C. Heip, S.Levitus and P. Pissierssens (Eds).Proceeding of “The Colour of Ocean Data “Symposium, Brussels.71-76.

Suhardjono, Y.R., 1999. Buku Pegangan Pengelolaan koleksi spesimenZoologi. Balai Penelitian dan Pengembangan Zoologi, PusatPenelitian dan Pengembangan Biologi. Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia, 218 hal.

United Nations Environment Programme Mediterranean Action Plan,Priority Actions Programme, 2001. Good Practices Guidelines forIntegrated Coastal Area Management in the Mediterranean.UNEP/MAP/PAP: Good Practices Guidelines for IntegratedCoastal Area Management in the Mediterranean, Split. PriorityActions Programme, 58 pp.

Page 72: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

62

Bab III. Manajemen Koleksi Crustacea

Bab III

Manajemen Koleksi Crustacea

Rianta Pratiwi

Pendahuluan

Crustacea adalah binatang tak bertulang belakang yang

termasuk ke dalam Phylum Arthropoda, sub phylum Crustacea dan

sangat dekat hubungannya dengan insekta, laba-laba dan kaki seribu.

Tubuhnya beruas-ruas atau bersendi-sendi, setiap sendi dihubungkan

oleh otot sehingga mudah bergerak. Selain itu crustacea mempunyai

“exoskeleton” atau tulang luar (karapas) yang dibentuk oleh chitin atau

zat kapur. Cangkang yang keras terbuat dari lapisan chitin berfungsi

untuk melindungi dirinya. Istilah crustacea berasal dari bahasa Romawi

yaitu crusta yang berarti cangkang yang keras (kerak).

Kelompok hewan ini terdiri dari udang dan kepiting

umumnya hidup di lubang-lubang, celah-celah terumbu karang atau di

balik bongkahan batu dan karang. Crustacea merupakan kelompok

binatang yang memiliki bentuk tubuh sangat beragam, hidup di kolom

air (pelagik) dan di dasar (benthik) baik di air tawar ataupun di air laut

dengan kedalaman ribuan meter. Ada sekitar 50-60 ribu jenis crustacea

di seluruh dunia. Crustacea dapat hidup di air tawar (sampai pada

ketinggian 2.800 m) dan di laut (sampai kedalaman antara 2.500-

10.000 m), suhu antara 0oC atau kurang, sampai dengan suhu antara

Page 73: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

63

Bab III. Manajemen Koleksi Crustacea

150oC-400oC di daerah hydrothermal Pasifik dan Atlantik, dengan

salinitas 0 sampai dengan 395 PSU.

Secara fisiologi fluktuasi temperatur dan salinitas adalah dua

faktor yang penting bagi kehidupan kepiting di daerah estuarin.

Sebagai habitat dari beberapa hewan, mangrove di daerah tropik

mempunyai temperatur permukaan yang dapat mencapai 44oC, dimana

1-3oC merupakan batas suhu kematian dari kepiting-kepiting penggali

lubang di mangrove seperti Uca spp. Aktivitas kelompok hewan ini

dilakukan pada malam hari, misalnya waktu mencari makan dan

kegiatan lainnya, sedangkan siang hari dipergunakan untuk

bersembunyi.

Banyak macam sifat kehidupan dalam kelompok hewan ini,

diantaranya ada yang hidup bersimbiose dengan hewan-hewan lain,

misalnya dengan ikan, anemon, karang batu dan “sponge” (Pratiwi,

1993a). Ada juga yang hidup sebagai: planktonik, perenang, di dasar,

dan mengubur diri. Sebagian besar dari crustacea yang hidup di laut

adalah binatang bentik (bergerak) atau menetap di dasar. Pada jenis

jenis perenang seperti rajungan tetap selalu berhubungan dengan dasar

laut. Jenis yang benar benar perenang adalah Copepod dan kelompok

udang-udangan.

Crustacea yang hidup di daerah mangrove selalu

memperhatikan tingkah laku atau memfokuskan aktivitasnya di dalam

lubang galian, dimana lubang tersebut dapat dijadikan sebagai habitat

dan memberikan perlindungan yang aman terhadap temperatur,

Page 74: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

64

Bab III. Manajemen Koleksi Crustacea

predator, salinitas yang ekstrem dan serangan dari sesama kepiting.

Lubang-lubang tersebut mula-mula sangat dangkal, tetapi kemudian

digali lagi hingga bagian dalam lubang/dasar memiliki temperatur lebih

dingin, sehingga beberapa jenis kepiting lebih senang tinggal di dalam

lubang. Kepiting Uca spp dan ocypod akan menggali lubang dan

berdiam di dalam lubang untuk melindungi tubuhnya dari temperatur

yang tinggi, karena air yang berada dalam lubang galian dapat

membantu pengaturan suhu tubuh melalui evaporasi (Smith & Miller,

1973).

Secara fisiologi kepiting-kepiting mangrove lebih dapat

beradaptasi dengan baik, karena dapat mengatasi stress dari lingkungan

disekelilingnya. Selain itu hewan tersebut juga cenderung berkembang

dengan cepat dan dapat beradaptasi dengan salinitas yang bervariasi

(Pratiwi, 2002).

A. Tempat Hidup di Laut

1. Daerah Pantai: Littoral dan Dasar

1.1. Substrat keras.

- Di bawah batu-batuan, pada bongkahan koral atau di dalam

rongga-rongga batu karang, di bawah dermaga, atau benda

benda keras lain.

- Meliang di dalam kayu, mengubur diri di batu batuan.

- Hidup di dalam cangkang moluska.

- Membuat liang perlindungan dari pasir, atau di dalam sponge

Page 75: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

65

Bab III. Manajemen Koleksi Crustacea

dan Algae.

1.2. Substrat lunak.

- Membuat liang di pasir atau di lumpur.

- Membenamkan diri di pasir atau di lumpur.

1.3. Di dalam air daerah pasang surut.

1.4. Pada daun dari tumbuhan laut.

1.5. Pada daerah dengan salinitas sangat tinggi.

1.6. Pada daerah anchihalin yaitu: daerah terpisah dari laut tetapi

mempunyai salinitas di atas nol.

1.7. Pada daerah payau seperti estuaria dan bakau.

2. Daerah Laut Dalam.

1. Hidup sebagai binatang bentik di substrat keras atau lunak.

2. Hidup pada daerah hydrothermal.

3. Hidup secara pelagik.

3. Di Air Tawar.

1. Sungai dan danau.

2. Air tawar hangat.

3. Air bawah tanah seperti aliran sungai di gua.

4. Air yang tergenang pada saat musim hujan.

5. Air dengan salinitas sangat tinggi.

6. Menempel pada tumbuhan air.

Page 76: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

66

Bab III. Manajemen Koleksi Crustacea

4. Di Darat.

Walaupun hidup di darat tetapi tetap memiliki kemampuan

untuk selalu “berhubungan” dengan air (baik sungai maupun laut) saat

memijah. Jadi pada dasarnya pembagian biota-biota di laut bukan

berdasarkan ukuran besar atau kecil, tetapi berdasarkan pada kebiasaan

atau sifat hidupnya secara umum, seperti gerakan berjalan, pola hidup

dan sebaran menurut ekologi. Banyak biota laut yang di dalam siklus

hidupnya mempunyai lebih dari satu sifat, yaitu sewaktu larva hidup

sebagai planktonik dan berubah sifat menjadi nektonik atau bentik saat

juvenile (juwana) ataupun saat dewasa (contohnya udang, kepiting,

ikan dan lain-lain) (Nybakken, 1993).

Beberapa jenis crustacea memimiliki nilai ekonomi yang

penting yaitu “lobster” atau udang karang (Panulirus sp), udang windu

(Penaeus monodon) dan Ketam kelapa (Birgus latro) (Gambar 3.1),

selalu diburu karena merupakan sumber daya laut yang sangat

potensial. Padahal di alam keberadaan jenis ini sudah semakin

mendekati kepunahan dan perlu dilindungi seperti juga halnya dengan

mimi, Tachypleus gigas (Horse shoe crab) (Gambar 3.2) banyak diburu

oleh “suku laut” yang hidup di pinggiran pantai Kabupaten Riau dan

Bengkalis. Masyarakat Riau menyebutnya “Tapak Kuda” karena

memiliki makna tersendiri bagi keluarga yang diturun temurunkan ke

anak cucu. Mereka menganggap binatang tersebut sebagai “Jimat”

penolak bala bagi anak-anaknya, dengan cara menggantungkan mimi di

Page 77: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

67

Bab III. Manajemen Koleksi Crustacea

leher anak-anak, agar tidak terserang penyakit dan tidak didekati roh

jahat (Pratiwi, 1993b).

Gambar 3.1. a). Crustacea Birgus latro (Ketam kelapa) (Budiyanto,2010) dan b). Panulirus ornatus (Lobster mutiara). Foto:Arbi

Gambar 3.2. a) Sepasang Mimi dan b). Tachypleus gigas (Horse shoecrab/Mimi). Foto: Pratiwi

Page 78: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

68

Bab III. Manajemen Koleksi Crustacea

B. Tata Kerja.

Di dalam mengkoleksi spesimen crustacea diperlukan beberapa

persyaratan-persyaratan yang harus dilakukan kaitannya untuk

penyelamatan dan keamanan dari koleksi spesimen itu sendiri. Koleksi

spesimen harus tetap terjaga (jangan sampai rusak) dimulai dari

pengumpulan koleksi di lapangan, analisa di laboratorium hingga

menjadi koleksi spesimen rujukan ilmiah.

Selain itu penanganan spesimen untuk peminjaman,

pemotretan dan penggunaan lainnya sebagai bahan rujukan ilmiah

benar-benar harus ditangani dengan profesional dan berhati-hati,

karena apabila sampai terjadi kerusakan dapat dikenakan sanksi yang

telah diatur oleh Pengelola Koleksi Rujukan Biota Laut.

Keberhasilan pengelolaan spesimen tergantung dari

penangannya dan terdiri dari beberapa langkah-langkah diantaranya

sebagai berikut:

1. Cara Pengumpulan Koleksi.

Sebelum mengkoleksi sebaiknya diketahui dahulu habitat dari

crustacea dan alat tangkap apa saja yang akan digunakan. Pada

dasarnya ada dua cara yaitu secara langsung ditangkap dengan tangan

atau dengan menggunakan alat. Apabila kita menginginkan crustacea

yang hidup di pantai hingga rataan terumbu (kelompok Portunidae,

Ocypodidae, Xanthidae, Alpheidae), maka dapat menggunakan alat-

alat seperti: jaring pantai, jaring insang, seser, bubu, serok (tanggok),

Page 79: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

69

Bab III. Manajemen Koleksi Crustacea

rakang-rakang dan alat lainnya yang biasa digunakan untuk menangkap

udang dan kepiting.

Sedangkan untuk crustacea yang hidup di dalam lubang, dapat

menggunakan pancing atau dengan cara menggali lubang dan

ditemukan kepiting kemudian ditangkap dengan tangan.

Hermit crabs atau yang lebih dikenal dengan sebutan

kelomang atau umang-umang, dapat langsung diambil dengan tangan,

karena sangat mudah ditemukan di pantai berpasir, pecahan batu

karang, di bawah batu-batu karang atau terumbu karang, di bawah kayu

yang lapuk dan sampah atau di bawah pohon-pohon di tepi pantai.

Crustacea yang hidup bersama dengan karang, dapat dilakukan dengan

cara memecah batu karang dengan menggunakan martil (palu),

kemudian mengeluarkannya dari karang tersebut dengan pisau atau alat

cungkil (pinset).

Untuk crustacea yang hidup di daerah mangrove (bakau)

yang bersubstrat lumpur, dapat dilakukan penangkapan langsung

dengan tangan. Kebanyakan dari kepiting mangrove (kelompok

Grapsidae dan Sesarmidae) hidup di akar-akar mangrove atau naik ke

atas pohon, sehingga penangkapannya agak sulit dan memerlukan

kesabaran, ketenangan serta teknik tersendiri untuk menangkapnya.

Kepiting Uca spp. yang banyak dijumpai di lantai hutan mangrove

(dalam lubang) dengan substrat lumpur yang kering, dapat ditangkap

dengan cara kepiting dibiarkan keluar di mulut lubang. Kemudian

secara perlahan-lahan lubang diserok dengan sekop dan diangkat

Page 80: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

70

Bab III. Manajemen Koleksi Crustacea

kepitingnya hingga keluar, segera ditangkap menggunakan tanggok

atau tangan. Lakukan disaat air laut surut rendah, sehingga banyak

kepiting Uca yang ke luar dari lubang. Dalam hal ini diperlukan

kecepatan dan ketangkasan yang handal. Sedangkan kepiting bakau

(Scylla spp.) ditangkap dengan cara menggunakan bubu yang diberi

umpan di dalamnya dan ditinggal satu malam. Setelah satu malam,

dilakukan pengambilan kepiting bakau yang berada dalam bubu.

Berbeda dengan crustacea yang berada di laut, maka alat yang

digunakan adalah: trawl, jaring plankton (net plankton), box core, grab

dan alat tangkap lainnya yang tersedia dalam kapal penelitian. Alat-alat

tersebut akan diturunkan ke dalam laut, sesuai dengan kedalaman yang

diinginkan, setelah kurang lebih satu jam diangkat dan dilakukan

pensortiran terhadap biota yang didapat.

Setiap individu crustacea yang ditemukan pada lokasi tersebut

sebaiknya dicatat posisinya menggunakan alat “GPS (Global

Positioning System)” agar dapat dilakukan perekaman data, sehingga

apabila diperlukan atau ingin diulang kembali dapat diketahui letak

posisinya dengan cepat dan benar. Kadangkala di dalam kegiatan

pengambilan sampel diperlukan berenang bahkan menyelam ke bagian

yang agak dalam, hal ini disesuaikan dengan kelompok crustacea yang

akan dikoleksi.

Page 81: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

71

Bab III. Manajemen Koleksi Crustacea

Gambar 3.3. Jenis-jenis Alat Tangkap Crustacea di Lapangan: (a).Rakang-rakang; (b). Jaring Sirang; (c). Jala; (d).Serok;(e). Pancing dan (f). Bubu. Foto: Adirianto.

2. Penanganan Spesimen di Lapangan.

Setelah pengambilan koleksi crustacea selesai, maka langkah

awal yang harus dilakukan adalah bagaimana cara untuk

mematikannya. Cara yang biasa dilakukan untuk jenis crustacea

berukuran besar dapat langsung dimasukkan ke dalam larutan fiksatif

(zat pengawet) alkohol dengan konsentrasi tinggi yaitu 90-96 %.

Sekitar tahun 1970an pengawetan koleksi masih menggunakan

formalin, akan tetapi sejak formalin banyak digunakan untuk hal-hal

yang tidak dibenarkan, maka tidak lagi digunakan. Selain itu sangat

merusak kesehatan bila banyak bekerja menggunakan formalin,

Page 82: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

72

Bab III. Manajemen Koleksi Crustacea

sehingga pengawetan mulai diganti menggunakan alkohol murni

dengan konsentrasi yang tinggi, terkecuali untuk spesimen ikan yang

besar masih menggunakan formalin (untuk sementara waktu agar tidak

busuk). Setelah perendaman beberapa hari, dan bila telah sampai di

laboratorium segera diganti dengan alkohol. Tidak semua crustacea

dapat dilakukan dengan cara demikian, seperti kepiting-kepiting kecil

akan melepaskan kaki-kakinya bila dimasukkan ke dalam larutan

dengan konsentrasi tinggi, oleh sebab itu konsentrasi harus dikurangi

hingga 30-40%. Pembunuhan atau cara mematikan spesimen koleksi

crustacea dapat dilakukan sebagai berikut:

- Masukkan ke dalam larutan fiksatif (alkohol) secara langsung,

apabila berukuran lebih besar maka harus disuntikan alkohol

ke dalam tubuhnya.

- Untuk kepiting yang berukuran kecil, masukkan ke dalam

alkohol 30%, diamkan hingga tidak bergerak lagi (mati), lalu

pindahkan ke dalam alkohol konsentrasi lebih tinggi (90%-

96%).

- Masukkan crustacea laut ke dalam air tawar, dan sebaliknya

masukkan crustacea air tawar ke dalam air laut, lakukan

sampai tidak bergerak. Dapat pula dilakukan dengan

merendamnya dengan es batu, hingga pingsan (tidak

bergerak), setelah itu masukkan ke dalam alkohol. Cara ini

biasanya dilakukan untuk jenis udang dan kepiting yang kecil

Page 83: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

73

Bab III. Manajemen Koleksi Crustacea

atau kepiting yang akan difoto agar warnanya tidak hilang saat

pemotretan.

Pemotretan Spesimen

Pemotretan dapat dilakukan secara langsung sebelum warna

aslinya hilang, biasanya dilakukan di alam dengan habitat yang

sesungguhnya (menggunakan kamera dalam air/under water camera)

atau di laboratorium. Lakukan perlahan-lahan, hati-hati dan sabar agar

crustacea yang akan dipotret tidak lari atau masuk ke dalam lubang

ataupun karang batu. Pemotretan dilaboratorium untuk crustacea

berukuran besar dapat menggunakan kamera digital secara langsung

atau yang berukuran kecil dapat dilakukan menggunakan mikroskop

yang memiliki kapasitas kamera untuk memotret.

Bila spesimen telah mati dan warnanya belum berubah, segera

lakukan pemotretan dengan cara mengatur tubuhnya (karena masih

lentur) di atas stereoform (papan gabus) yang dilapisi dengan kain

beludru ber warna-warni (biasanya warna gelap, hitam, biru, hijau

ataupun merah) sebagai background, yang disesuaikan dengan warna

kepiting (agar kontras) dan menghasilkan hasil foto yang memuaskan.

Spesimen diatur posisinya dengan tubuh yang proporsional, capit, kaki-

kaki, antena diatur sedemikian rupa sesuai dengan aslinya, ditusuk

jarum pentul, hingga posisinya sudah benar dan bagus. Bila telah

sesuai dengan yang diinginkan jarum pentul dapat dicabut dan lakukan

pemotretan beberapa kali. Apabila ingin menggunakan ukuran atau

Page 84: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

74

Bab III. Manajemen Koleksi Crustacea

nama jenis dari spesimen tersebut dapat diletakkan mistar atau nama

jenisnya di bagian bawah dari spesimen.

(a) (b)

Gambar 3.4. Contoh Pemotretan Koleksi Spesimen denganmenggunakan Nama Spesies (a) dan PemotretanKoleksi Spesimen dengan Menggunakan MistarSebagai Ukuran dari Spesimen (b). Foto: Pratiwi

Fiksasi adalah proses pengawetan secara cepat terhadap

spesimen koleksi (binatang) agar tidak membusuk. Semua spesimen

yang hidup hasil tanggkapan atau membeli di pasar untuk dikoleksi

harus segera difiksatif: yaitu dimasukkan ke dalam larutan pengawet

alkohol atau formalin. Fiksasi dapat dilakukan dalam wadah (botol

plastik) untuk beberapa hari atau minggu sampai akan diproses menjadi

koleksi rujukan.

Page 85: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

75

Bab III. Manajemen Koleksi Crustacea

Pengepakan Spesimen Untuk Pengiriman.

Apabila pekerjaan sampling atau pengambilan koleksi di

lapangan telah selesai dan pengawetanpun telah dilakukan, maka

langkah selanjutnya adalah pengepakan (packing) untuk di bawa ke

laboratorium atau ke tempat lain (ahlinya) untuk diidentifikasi.

Pengepakan harus benar dan dikemas berhati-hati agar spesimen tidak

rusak saat pengiriman, yang terpenting adalah kotak, botol atau wadah

apapun yang digunakan dapat melindungi spesimen dari kerusakan

(guncangan-guncangan) selama proses pengiriman. Apabila spesimen

akan dikirim ke luar negeri atau dalam negeri melalui pesawat terbang,

maka pastikan bahwa spesimen benar-benar telah terawetkan dan

terbungkus dengan baik. Periksa kembali, tidak ada bahan pengawet

yang bocor dan atau tercium keluar, karena apabila hal itu sampai

terjadi maka, spesimen tidak akan terkirim bahkan akan disita oleh

petugas di bandara.

Tubuh crustacea yang bersegmen-segmen, dengan rostrum,

capit, kaki jalan, kaki renang dan antena yang panjang, membuat

tubuhnya mudah rapuh dan patah bila terkena guncangan, sehingga

pengemasan harus berhati-hati dan benar. Spesimen yang berkualitas

baik dari lapangan akan berkurang nilainya apabila memiliki kemasan

dan pengiriman yang kurang baik. Karena bila terjadi kerusakan pada

anggota tubuh seperti: kaki, capit, rostrum dan organ-organ penting

lainnya, sangatlah sulit untuk proses identifikasi.

Page 86: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

76

Bab III. Manajemen Koleksi Crustacea

Di dalam pengepakan atau mengemas spesimen diperlukan

beberapa alat dan bahan sebagai berikut: kain kasa, perban, kapas,

handuk kecil atau sedang, tali, benang kasar/halus, karet gelang, kertas

label/kertas tahan air (under water paper), alat tulis (pinsil, pena

dengan tinta tahan air), kantong plastik berbagai ukuran, pinset,

gunting, sarung tangan karet, lakban bening/hitam/coklat, kertas

pembungkus, bubble plastic, (pembungkus gelembung plastik untuk

melindungi barang/spesimen dari benturan), botol plastik bertutup

lebar berbagai ukuran, tabung kecil (tube) tanpa tutup dan wadah

plastik lainnya yang bertutup rapat. Bahan pengawet yang digunakan

adalah alkohol dan formalin (bila diperlukan). Sebaiknya dihindari

pemakaian wadah yang berbahan kaleng, karena dapat menyebabkan

korosi, berlubang dan kebocoran.

Cara pengepakan atau pengemasan yang baik adalah:

spesimen direndam dengan alkohol 30 % selama beberapa hari (2-3

hari). Setelah spesimen terawetkan, alkohol dapat diganti dengan yang

lebih tinggi konsentrasinya. Berhati-hati jangan sampai ada anggota

tubuh yang hilang, bila putus harus disimpan bersama-sama dengan

tubuhnya. Untuk crustacea jenis besar bisa dibungkus dengan kain

kasa, perban atau handuk kecil/sedang yang tipis (jangan yang tebal),

sesuaikan dengan ukurannya. Sebelumnya kain kasa/perban atau

handuk dibasahi dengan alkohol, susun crustacea secara rapih, capit,

kaki-kaki, rostrum atau antena dengan baik, sehingga kerusakan dapat

dihindari. Berikan label didalamnya, setiap individu berasal dari satu

Page 87: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

77

Bab III. Manajemen Koleksi Crustacea

lokasi memiliki satu label dan dibungkus bersama-sama, hal ini untuk

menghindari tercampurnya atau kerancuan apabila dibuka oleh petugas

yang menerima spesimen saat itu. Sebaiknya satu bungkus hanya

terdiri dari satu individu besar utuh, atau bila ada yang ukuran sedang

bisa dimasukkan bersama asalkan dari jenis yang sama dan dari lokasi

yang sama pula.

Setelah spesimen dibungkus dengan kain kasa/perban atau

handuk yang basah oleh alkohol, maka bungkuslah kain yang basah

tersebut dengan bubble plastik (pembungkus yang bergelembung) atau

bila sulit mencarinya bisa dimasukan dalam kantong plastik biasa

dengan ukuran yang lebih besar. Maksudnya adalah agar kain

kasa/perban atau handuk yang basah dengan alkohol tidak kering (agar

alkohol tidak menguap dan tetap basah). Ikat dengan karet gelang, lalu

masukkan kantong plastik tersebut ke dalam kotak plastik (kontainer)

yang besarnya telah disesuaikan dengan ukurannya, tutup dengan rapat

menggunakan lakban bening sekeliling kotak, bungkus dengan kertas

pembungkus dan siap untuk dikirimkan.

Untuk spesimen-spesimen yang berukuran kecil, hingga

bentik harus dimasukan ke dalam botol-botol kecil (tube) yang bertutup

ataupun tidak bertutup. Bila tidak bertutup dapat menggunakan kapas

yang telah digulung-gulung sebagai penutupnya. Masukan botol-botol

kecil tersebut ke dalam botol yang lebih besar dan berisi penuh

alkohol, maksudnya adalah agar spesimen tetap terendam. Pastikan

semua spesimen telah memiliki label dan masukkan ke dalam satu

Page 88: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

78

Bab III. Manajemen Koleksi Crustacea

botol untuk pengambilan spesimen yang berasal dari lokasi yang sama.

Terakhir adalah masukkan botol-botol tersebut ke dalam

konteiner/kotak plastik yang lebih besar, susun sedemikian rupa agar

rapih, pas sesuai ukurannya dan tidak rusak bila berbenturan. Susunan

botol sebaiknya tidak bertumpuk-tumpuk melebihi kapasitas dari

konteiner/kotak plastik, tutup dengan lakban hitam sekeliling kotak dan

tuliskan bahwa kotak ini harus ditangani dengan hati-hati, karena

mudah hancur (AWAS HATI-HATI MUDAH PECAH/HANCUR/

FRAGILE!!!) dan siap untuk dikirimkan. Kalau ingin aman cara yang

terbaik adalah membawanya sendiri.

3. Penanganan Spesimen di Laboratorium.

Setelah sampai di laboratorium semua kemasan dibuka dan

sebelumnya siapkan dahulu wadah (botol-botol) untuk tempat

spesimen crustacea. Apabila ada spesimen yang menggunakan

formalin, buang formalin pada tempat yang sudah disediakan,

kemudian lakukan perendaman dengan air tawar bersih hingga bau

formalin hilang. Berikutnya bilas atau ganti air rendaman beberapa kali

hingga benar-benar tidak ada lagi pengaruh formalin, pencucian atau

pembersihan spesimen dilakukan selama kurang lebih 24 jam. Cuci

bersih dengan air mengalir sambil disikat atau dibersihkan kotoran-

kotoran atau lumpur yang melekat di tubuh crustacea. Setelah itu

barulah dimasukkan ke dalam botol dengan pengawet alkohol 90-96%

untuk kemudian dilakukan pemilahan. Jangan lupa masukkan semua

Page 89: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

79

Bab III. Manajemen Koleksi Crustacea

label yang tertulis untuk nanti diganti dengan label yang telah tersedia.

Sedangkan spesimen yang menggunakan pengawet alkohol, setelah

disikat dan dibersihkan bisa langsung dimasukkan ke dalam alkohol

yang berkonsentrasi 90-96%, untuk kemudian diberikan label.

Perhatikan apabila ada anggota tubuh yang putus atau patah selama

proses pencucian, harus dimasukkan semua ke dalam botol tidak boleh

dibuang dan harus disimpan bersama anggota tubuh lainnya dari

individu yang sama dalam satu wadah (botol).

Pemilahan Spesimen atau pensortiran dilakukan

berdasarkan takson, dapat sampai suku, marga atau jenis. Apabila

belum bisa diketahui taksonnya, spesimen dapat dipisahkan dan

dikelompokkan dengan spesimen yang memiliki morfologinya sama.

Identifikasi Spesimen, adalah proses penamaan atau

pemberian nama koleksi spesimen yang dicocokan dengan karakter-

karakter atau morfologi hewan tersebut berdasarkan buku acuan yang

berkaitan dengan spesimen tersebut. Setelah dilakukan identifikasi,

maka dibuatkan label yang telah lengkap dengan nama jenisnya dan

semua data yang telah jelas termasuk posisi kordinat geografinya.

Untuk melakukan identifikasi diperlukan beberapa buku-buku sebagai

acuan serta kunci-kunci determinasi berkaitan dengan kelompok takson

diantaranya: Banner & Banner (1982); Banner & Banner (10985);

Barnard, (1950); Buitendijk, (1960); Estampador, (1949a,b;) Holthuis,

(1953); Holthuis, (1992); Keenan, et al., (1998); Ng, et al., (2008);

Miya, (1972); Sakai (1976a, b); Serène, (1984) dan lain-lainnya.

Page 90: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

80

Bab III. Manajemen Koleksi Crustacea

4. Pengelolaan Koleksi.

Pengelolaan koleksi meliputi kegiatan-kegiatan sebagai

berikut: pengawetan, perawatan dan penyimpanan spesimen.

- Pengawetan Spesimen adalah: proses mengawetkan spesimen

koleksi menggunakan cairan kimia sebagai larutan pengawet. Larutan

pengawet adalah cairan yang digunakan untuk menyimpan spesimen

dalam jangka waktu lama (tidak berbatas). Bahan pengawet yang

digunakan memiliki konsentrasi tinggi dengan maksud menghindari

pembusukan, memusnahkan bakteri dan jamur yang melekat serta

menjaga kerusakan lainnya pada spesimen. Spesimen dijaga agar

tidak rusak karena zat-zat pengawet tersebut, oleh karena itu

konsentrasi zat pengawet harus diperhatikan dan disesuaikan dengan

kondisi spesimen.

Bahan pengawet yang paling baik untuk koleksi crustacea

adalah yang murni yaitu 95-96%. Sedangkan untuk yang berukuran

kecil dapat diencerkan hingga 70% dengan cara ditambahkan

aquades. Agar tubuh crustacea tetap lentur dapat ditambahkan

gliserin 10 ml dalam 1 liter alkohol.

- Perawatan Spesimen adalah: kegiatan merawat atau menjaga koleksi

spesimen agar tetap baik, tidak rusak, bersih, kondisinya utuh dan

dapat dijadikan sebagai koleksi rujukan ilmiah. Kondisi alkohol

dalam botol spesimen harus tetap dipantau agar volumenya tidak

Page 91: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

81

Bab III. Manajemen Koleksi Crustacea

berkurang. Alkohol yang berkurang volume dan kadarnya dapat

ditambahkan dengan alkohol baru 96%, sehingga botol menjadi

penuh dan kadarnya menjadi 96 % kembali. Apabila alkohol telah

keruh dan menguning warnanya dan karena keselamatan koleksi

sangat penting, maka harus segera diganti dengan yang baru, minimal

(3 bulan sekali). Perubahan warna menunjukkan adanya perubahan

kadar atau terjadi proses kimia atau biologi misalnya terdapatnya

jamur, sehingga harus segera diganti dengan alkohol yang baru.

Penggunaan botol spesimen juga perlu diperhatikan, ukuran

botol sebaiknya disesuaikan dengan ukuran spesimennya, jangan

bertumpuk-tumpuk dalam satu botol, karena membuat spesimen jadi

berdesakkan, padat, tidak enak dilihat dan sangat sulit untuk

pengecekan label dan lainnya berkaitan dengan spesimen tersebut.

Dalam satu botol sebaiknya diisi 2 atau 3 crustacea besar, sedangkan

yang berkuran kecil dan sedang bisa disatukan dalam satu botol dan

jumlahnya tidak terlalu padat. Botol yang hanya berisi beberapa

spesimen dan tidak terlalu padat dapat memperpanjang waktu

penyimpanan koleksi dan menjaga kondisi spesimen tetap baik.

Botol-botol atau kotak dan wadah spesimen lainnya harus

tetap dijaga kebersihannya dari debu dan jamur yang menempel.

Harus sering dilap atau dibersihkan. Selain itu yang juga tidak kalah

penting adalah pengecekan label dan menggantinya bila telah rusak.

Label lama harus diganti dengan label baru. Semua keterangan yang

ada pada label lama harus dituliskan semua sesuai dengan yang

Page 92: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

82

Bab III. Manajemen Koleksi Crustacea

tertera pada label lama. Setelah disalin, label lamapun tidak boleh

dibuang dan tetap dimasukkan kembali ke dalam botol semula

bersama dengan label yang baru.

- Penyimpanan Spesimen.

Setelah semua spesimen selesai diproses sesuai dengan tata

kelola koleksi rujukan berdasarkan standard yang dimiliki oleh

Laboratorium Koleksi Rujukan Biota Laut, P2O-LIPI, maka tahap

berikutnya adalah penyimpanan spesimen. Botol-botol spesimen

koleksi ditata di rak besi sesuai dengan nomor registrasi dan

dikelompokan ke dalam taksonnya yang sudah mempunyai kode-

kode dan nomor-nomor tersendiri serta dituliskan pada rak masing-

masing.

Penataan botol spesimen dilakukan dengan rapih dan diatur

sedemikian rupa agar mudah untuk ditemukan dan dilihat. Koleksi

dapat mudah dikeluarkan atau dimasukkan dalam susunan rak

dengan tidak merusak koleksi tersebut atau mengganggu susunan

botol lainnya. Botol-botol atau wadah tempat penyimpanan spesimen

seharusnya sesuai dengan standar yaitu: terbuat dari gelas, berwarna

bening tidak buram, bermulut lebar agar mudah memasukkan

spesimen koleksi yang berukuran besar, kuat, tahan panas, dasar

botol rata dan berdinding rata tidak beralur atau bergelombang.

Tutup botol juga harus rapat, kuat, tidak mudah pecah karena

pengaruh alkohol dan dijamin alkohol tidak akan menguap.

Page 93: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

83

Bab III. Manajemen Koleksi Crustacea

Pencahayaan dan suhu ruangan koleksi rujukan juga harus

diatur. Cahaya akan mempengaruhi spesimen, sehingga bila tidak

digunakan sebaiknya ruangan tidak dibiarkan dalam kondisi lampu

menyala. Spesimen koleksi yang besar dalam akuarium dan tidak

bisa masuk dalam rak, sebaiknya ditutup dengan kain beludru yang

tebal dan berwarna gelap (hitam atau biru tua) agar tidak terganggu

dengan cahaya yang terang. Suhu udara di ruang koleksi juga harus

tetap terjaga (240C – 250C). Ruang koleksi harus selalu tertutup agar

suhu tetap stabil.

5. Pendataan (Entri data).

Pendataan adalah kegiatan perekaman data yang dimiliki oleh

setiap spesimen yang terkumpul. Data yang diperoleh dicatat dalam

buku lapangan dan label. Setelah selesai masukan pula di buku katalog

besar label pemanen dan terakhir database. Tahapan-tahapan pendataan

adalah sebagai berikut:

- Label dan Catatan Lapangan.

Pada saat di lapangan semua koleksi spesimen diberi label

lapangan (labeling) yang bersifat sementara. Data di label berisi

informasi: nomor stasiun pengambilan, lokasi, tanggal koleksi, posisi

kordinat, cara pengambilan dan kolektor. Peneliti yang melakukan

pengambilan harus mempunyai buku catatan (buku lapangan) yang

berisikan data dan semua informasi mengenai atau yang berkaitan

dengan spesimen secara lengkap seperti: waktu (tanggal/jam)

Page 94: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

84

Bab III. Manajemen Koleksi Crustacea

pengambilan, kondisi pasang surut, suhu, salinitas, kecerahan,

kedalaman, substrat, pH, parameter kualitas air lainnya, cara

sampling/metode, kondisi habitat dan lainnya yang berkaitan dengan

spesimen yang dikoleksi.

- Pengkatalogan.

Pengkatalogan adalah kegiatan menyimpan atau mencatat

data dengan rapih dan benar tentang spesimen koleksi crustacea yang

dikoleksi dari lapangan untuk bermacam-macam kebutuhan

pengetahuan ataupun penelitian. Ada beberapa cara pengkatalogan

yaitu:

1. Menggunakan Buku Katalog Besar.

Setiap jenis crustacea dari satu lokasi yang sama dan

dikumpulkan pada waktu yang sama, diberi nomor, dicatat dalam

buku katalog. Buku katalog dibuat lajur-lajur yang bertuliskan

data sebagai berikut: nomor urut, nomor katalog, kode spesimen,

nama jenis (nama ilmiah), author, kelompok takson (suku),

jumlah spesimen, lokasi penangkapan, macam habitat, posisi

kordinat, tanggal koleksi, kolektor, identifikator, tanggal

idetifikasi, nama ekspedisi/penyumbang (bila ada), macam tipe

(kalau spesimen tipe) dan catatan atau keterangan lainnya bila

ada (musim/saat penangkapan, tipe habitat/substrat, pasang surut

dan lain-lain).

Dari data di buku katalog dapat dibuatkan label permanen

Page 95: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

85

Bab III. Manajemen Koleksi Crustacea

secara manual berdasarkan data yang ada dan dituliskan pada

kertas label (kertas kalkir/kertas tahan asam) menggunakan pena

dengan tinta cina yang tahan terhadap air/tidak larut dalam

alkohol. Data yang dituliskan hanya yang penting saja sebagai

informasi, tidak lengkap seperti dalam buku katalog misalnya:

nomor katalog, kode katalog, nama jenis (nama ilmiah), lokasi,

tanggal koleksi, jumlah spesimen, kolektor, tanggal identifikasi

dan identifikator.

2. Menggunakan Komputer.

Memasukkan data dan semua informasi spesimen yang

berasal dari buku katalog dengan menggunakan komputer. Data

yang dimasukkan adalah sama dengan yang ada di dalam buku

katalog, dengan maksud agar memudahkan pemasukan data (Data

Entry) dan sebagai back up data.

Label permanen juga dapat dibuatkan dengan pengetikan

menggunakan komputer. Semua label permanen harus

dimasukkan atau disertakan pada spesimen yang bersangkutan

dalam botol koleksi.

C. Tata Tertib Spesimen Koleksi Crustacea.

Dalam pengelolaan spesimen koleksi Crustacea diatur

beberapa tata tertib di dalam pengelolaanya diantaranya yaitu:

1. Peminjaman spesimen

Page 96: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

86

Bab III. Manajemen Koleksi Crustacea

2. Pengembalian

3. Penerimaan pemberian/hibah

4. Pemberian hadiah/tukar menukar

Semua tata cara tersebut di atas sudah diatur oleh kebijakan

yang dikeluarkan oleh Kepala Laboratorium Koleksi Rujukan Biota

Laut, P2O-LIPI sesuai dengan SOP yang ada dan tertulis dalam Bab 1.

Akan tetapi terdapat beberapa catatan khusus untuk spesimen koleksi

crustacean yaitu:

- Spesimen yang akan dipinjam dipisahkan dari dalam botol

koleksi dan masukkan dalam botol lain, catat kondisi

spesimen saat sebelum dipinjamkan. Kondisi tersebut dapat

dijadikan sebagai bahan untuk pemantauan saat koleksi

dikembalikan. Label juga harus dicatat dan selalu berada

dengan spesimen dalam botol koleksi.

- Pembungkusan spesimen sama dengan tata cara yang telah

disebutkan di atas, usahakan tidak ada yang rusak saat

pengiriman ke tempat peminjaman ataupun saat dikembalikan

ke tempat asalnya.

- Administrasi data (tetap dicatat) siapa yang meminjam dan

kapan waktu pengembalian serta penanggungjawab dari

spesimen koleksi, semua dicatat dalam buku peminjaman.

Page 97: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

87

Bab III. Manajemen Koleksi Crustacea

Daftar Pustaka

Barnard, K.H., 1950. Descriptive catalogue of South African DecapodCrustacea (Crabs and Shrimps). Annals of the South AfricanMuseum, 38: 1-837, figs 1-154.

Banner, D. M. and A.H. Banner, 1982. The alpheid shrimp ofAustralia. Part III. The remaining alpheids, principally thegenus Alpheus, and the family Ogyrididae. Rec. AustralianMus., 34(1) : 1-357, 95 figs.

Banner, A.H. and D. M. Banner, 1985. The alpheid shrimp ofIndonesia, based upon J.G. De Man's. "The Decapoda of theSiboga Expedition, Part II. Family Alpheidae" (1911). Mar.Res. Indonesia, 25 : 1-79, 6 figs.

Buitendijk, A.M., 1960. Biological results of the Snellius Expedition.XXI. Brachyura of the families Atelecyclidae and Xanthidae.Part I. Temminckia, 10: 252-335, figs 1-9.

Estampador, E.P., 1949a. Studies on Scylla (Crustacea : Portunidae).I.Revision of the genus. Philipp. J. Sci. 78 : (95) 108-353.

Estampador, E.P., 1949b. Studies on Scylla (Crustacea: Portunidae). II.Comparative studies on spermatogenesis and oogenesis.Philipp. J. Sci. (78): 301-353.

Holthuis, L.B., 1953. Enumeration of the Decapod and StomatopodCrustacea from Pacific Coral Islands. Atoll Research Bulletin,24: 1-66, 2 maps. Mimeogr.

Holthuis, L.B., 1992. Marine Lobster of the World. FAO FisheriesSynopsis, 13 (125). FAO Rome: 139-141. URL:(http://www.lobster.org. diakses 19 Maret 2008).

Keenan, C.P., P.J.F. Davie, & D.L. Mann, 1998. A Revision of thegenus Scylla De Haan, 1983 (Crustacea: Decapoda:

Page 98: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

88

Bab III. Manajemen Koleksi Crustacea

Brachyura: Portunidae). The Raffles Bulletin of Zoology 46(1): 217-245.

Miya, Y., 1972. The Alpheidae (Crustacea, Decapoda) of Japan and itsadjacent waters. Part I. Publications from the AmakusaMarine Biology Laboratory, Kyushu University, 3 (1): 23-101.

Ng, P.K.L., D. Guinot & P.J.F. Davie, 2008. Systema Brchyurorum:Part I. An annotated checklist of extant brachyuran crabs ofthe world. Raffles Bulletin of Zoology, Supplement 17: 1-286.

Nybakken, J. W. 1993. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. PT.Gramedia, Jakarta: 325 hal.

Pratiwi, R., 1993a. Beberapa Catatan Mengenai Kehidupan UdangPistol. Oseana: XXVIII (2) 77- 85.

Pratiwi, R., 1993b. Mimi (Horse shoe crab)”the death spreader whichis protected ”. Oseana, XVIII (1): 25-34.

Pratiwi, R., 2002. Adaptation physiology, reproduction and ecology ofcrustacean (Decapoda) in mangrove. Oseana, XXVII (2): 1-10.

Sakai, T. 1976a. Crabs of Japan and The Adjacent Seas Plates.Kodarian LTD. Japan. 773.

Sakai, T. 1976b. Crabs of Japan and The Adjacent Seas. KodarianLTD. Japan. 251 pp.

Serène, R., 1984. Crustacés Décapodes Brachyoures de l'Océan Indienoccidental et de la Mer Rouge, Xanthoidea: Xanthidae etTrapeziidae. Avec un addendum par Crosnier (A): Carpiliidaeet Menippidae. Faune Tropicale, no. XXIV: 1-349, figs A-C +1-243, pls 1-48. (In French) (Translated into English by R.W.Ingle).

Page 99: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

89

Bab III. Manajemen Koleksi Crustacea

Smith, W.K. & Miller, P.C. 1973. The thermal ecology of two SouthFlorida fiddler crabs: Uca rapax Smith and U. pugilator.Bosc. Physiol. Zool. 46: 186-207.

Wowor, D., & Mulyadi, 1999. Pengelolaan Koleksi Krustasea. Dalam:Buku Pegangan Pengelolaan Koleksi Spesimen Zoologi.Suhardjono, Y.R. (ed). Balai Penelitian dan PengembanganZoologi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi.Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 119-135.

Page 100: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

90

Bab IV Koleksi dan Penanganan Sampel Ekhinodermata

Bab IV

Koleksi Dan Penanganan Sampel Ekhinodermata

Indra Bayu Vimono

Pendahuluan

Ekhinodermata merupakan biota bentik yang hanya ditemukan di

laut, mulai dari daerah pasang-surut hingga di laut dalam. Ekhinodermata

juga dapat ditemukan pada terumbu karang, padang lamun dan daerah pasir.

Hewan dari filum ini meliputi: lili laut (kelas Crinoidea), bintang laut (kelas

Asteroidea), bintang mengular (kelas Ophiuroidea), bulu babi/landak laut

(kelas Echinoidea) dan timun laut (kelas Holothuroidea). Hewan ini

tersebar di perairan laut di seluruh dunia, baik tropis maupun kutub. Kata

Echinodermata berasal dari bahasa Yunani, yaitu Echinos (Indonesia:

duri/landak) dan Derma (Indonesia: kulit), yang berarti hewan yang

memiliki kulit berduri.

Ekhinodermata merupakan hewan unik yang memiliki bermacam-

macam bentuk. Seluruh anggota filum Echinodermata memiliki simetri

pentaradial, dimana simetri tubuh yang berkelipatan lima tersebut nampak

jelas kecuali pada kelas Holothuroidea. Lili laut memiliki sebuah “cakram”

centrodorsal dengan lengan yang bercabang serta memiliki struktur

pencengkeram yang di sebut cirri pada bagian dorsal yang berfungsi untuk

mencengkeram substrat. Bintang laut memiliki bentuk dasar bintang segi

lima dengan celah ambulacral di sisi oral dan pada umumnya memiliki 5

lengan ataupun berkelipatan 5, walaupun ada yang terlihat memiliki 4 atau

6 lengan. Bintang mengular memiliki satu cakram (disc) dengan mulut di

Page 101: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

91

Bab IV Koleksi dan Penanganan Sampel Ekhinodermata

bagian ventral berupa celah bergigi dan lima buah lengan yang rapuh dan

relatif panjang di sisi cakram. Anggota kelas Echinoidea (termasuk

bulubabi) memiliki cangkang dengan duri-duri yang menutupi permukaan

tubuhnya. Timun laut memiliki kesan simetri bilateral, umumnya dengan

bentuk memanjang dan pada sebagian spesies tentakel pada sisi oral terlihat

jelas.

Gambar 4.1. Foto representasi dari lima kelas Echinodermata. a) lili laut(Crinoidea), b)bintang laut (Asteroidea) c) bintang mengular(Ophiuroidea), d) bulu babi (Echinoidea) dan e) timun laut(Holothuroidea). Foto: I.B.Vimono.

Hewan-hewan Ekhinodermata memiliki endoskeleton berupa

ossicle yang bervariasi bentuk dan ukurannya. Ossicle dapat berupa

lempengan-lempengan (plates), microscopic ossicles, maupun lempengan

yang menyatu membentuk cangkang (test). Microsopic ossicles dimiliki

oleh kelas Holothuroidea sedangkan ossicle yang bersatu membentuk

cangkang dimiliki oleh anggota kelas Echinoidea. Ossicle memiliki peranan

penting dalam identifikasi, sehingga pada beberapa kelas pengamatan

Page 102: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

92

Bab IV Koleksi dan Penanganan Sampel Ekhinodermata

terhadap ossicles memerlukan cara khusus, misalnya microscopic ossicles

pada holothuroidea memerlukan cuplikan jaringan tubuh dengan perlakuan

khusus sebelum pengamatan bentuk-bentuk ossicle di bawah mikroskop.

Pada kelas Echinoidea, pengamatan bentuk dan jumlah lempengan ossicle

dilakukan setelah menghilangkan duri-duri dan jaringan dipermukaan

cangkang.

Ekhinodermata memiliki kaki tabung yang juga berperan sebagai

karakter identifikasi. Kaki tabung memiliki berbagai macam fungsi,

misalnya, sebagai alat gerak, menangkap makanan dan beberapa

termodifikasi untuk pertukaran gas. Kaki tabung bekerja dengan kombinasi

antara otot dan gaya hidrolik dari system pembuluh air di dalam tubuh

Ekhinodermata. Kaki tabung pada sebagian besar anggota kelas Asteroidea

(bintang laut) memiliki pengisap (sucker) untuk melekat pada substrat dan

berjalan, serta mencari makanan. Pada kelas Echinoidea (bulu babi), kaki

tabung dapat berfungsi sebagai alat gerak dan menangkap partikel makanan

yang melayang di kolom air, bahkan pada spesies Colobocentrotus atratus,

kaki tabung termodifikasi menjadi alat penghisap yang kuat untuk

menempel pada tebing.

Selain peran ekologis dalam ekosisten, beberapa anggota

Ekhinodermata memiliki peranan dalam kehidupan manusia termasuk

sebagai makanan. Teripang merupakan anggota kelas Holothuroidea yang

dikonsumsi sebagai obat dan makanan oleh masyarakat, baik masyarakat

Indonesia maupun manca negara. Di Indonesia, penangkapan teripang di

alam masih terus dilakukan sehingga populasi teripang mulai berkurang di

alam. Selain teripang, gonad dari beberapa spesies bulu babi juga dapat

dikonsumsi oleh masyrakat, namun penangkapan di alam liar masih

Page 103: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

93

Bab IV Koleksi dan Penanganan Sampel Ekhinodermata

menjadi tumpuan utama di Indonesia. Ancaman overfishing dan kerusakan

lingkungan menjadikan inventarisir jenis-jenis Echinodermata menjadi

penting. Untuk mengetahui jenis-jenis Ekhinodermata yang ada di alam

maka koleksi dan identifikasi perlu dilakukan.

Gambar 4.2. Tanda panah menunjukkan obyek: a) keping-keping ossicleyang menyatu membentuk cangkang pada kelas Echinoidea,b) micro ossicles pada kelas Holothuroidea, c) kaki tabungpada bagian ventral kelas Asteroidea dan d) kaki tabunguntuk menempel pada bagian ventral Colobocentrotus atratus(kelas Echinoidea). Foto: I.B.Vimono.

Page 104: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

94

Bab IV Koleksi dan Penanganan Sampel Ekhinodermata

Hewan-hewan Ekhinodermata bergerak lambat dan relatif mudah

dikoleksi, namun membutuhkan kecermatan karena sebagian anggota

Echinodermata bersembunyi di balik bebatuan, celah-celah kecil maupun

berkamuflase dengan lingkungannya. Koleksi Echinodermata di daerah

pasang-surut maupun di daerah rataan terumbu relatif mudah dilakukan,

terutama pada saat air surut. Pinset maupun kaos tangan tebal perlu

digunakan untuk menjaga keamanan. Ekhinodermata berduri tajam seperti

bulu babi (kelas Echinoidea) dikoleksi dengan menggunakan pinset besar

secara hati-hati, karena duri-durinya mampu melukai kulit bahkan beberapa

diantaranya beracun. Snorkling dan SCUBA diving juga diperlukan untuk

melakukan koleksi Ekhinodermata di daerah subtidal.

Koleksi Echinodermata dapat pula disesuaikan dengan metode dan

alat sampling yang digunakan dalam penelitian, terutama sampling untuk

bentos. Seperti halnya sampling bentos lainnya, sampling Echinodermata di

daerah pasang surut dapat menggunakan transek dan kuadrat dengan

peralatan sederhana hingga sampling laut dalam dengan peralatan khusus

seperti bottom trawl, Ekman grab (Gmbar 3) dan peralatan lainnya. Dalam

tulisan ini di bahas langkah-langkah melakukan koleksi Ekhinodermata

secara umum.

Proses Koleksi Di Lapangan

Koleksi sampel di lapangan sangat berguna untuk identifikasi dan

penulisan karya tulis taksonomi. Namun demikian, koleksi yang legal dan

bijaksana harus diutamakan. Kegiatan koleksi sampel hendaknya memiliki

izin resmi dari instansi terkait, sehingga pengambilan biota secara liar dapat

diminimalisir. Koleksi sampel juga tidak harus mengeruk semua biota yang

Page 105: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

95

Bab IV Koleksi dan Penanganan Sampel Ekhinodermata

ada, namun cukup seperlunya sesuai kebutuhan penelitian dan ramah

lingkungan sehingga kelestarian biota dan lingkungannya dapat terjaga.

Gambar 4.3. Koleksi Ekhinodermata: a) di dalam laut dengan caramenyelam menggunakan SCUBA, b) koleksiEkhinodermata di daerahpasang-surut bersubstrat pasirmenggunakan ayakan dan kuadrat dan c) awak kapalmempersiapkan Ekman grab untuk koleksi di laut dalam.Foto: I.B.Vimono.

Dalam melakukan koleksi Echinodermata di lapangan, beberapa

hal perlu dilakukan agar informasi yang penting dapat tercatat. Hal-hal

tersebut antara lain seperti yang tertera di bawah.

a) b)

c)

Page 106: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

96

Bab IV Koleksi dan Penanganan Sampel Ekhinodermata

1. Persiapan koleksi sampel. Persiapan tidak hanya mencakup persiapan

alat-alat dan pelaksanaan penelitian, namun juga mencakup kesehatan

dan pengenalan medan lingkungan. Memastikan bahwa kolektor cukup

sehat, perbekalan yang cukup serta pakaian yang sesuai sangat penting,

karena pengambilan sampel di laut berpotensi untuk terpapar sinar dan

panas matahari serta dehidrasi. Pengenalan medan sangat dibutuhkan

untuk efisiensi waktu koleksi serta keamanan dalam melakukan koleksi

sesuai slogan “safety first” dimana keamanan sebaiknya diutamakan.

Persiapan peralatan yang akan digunakan sebaiknya dilakukan agar

tidak lupa membawa alat-alat yang dibutuhkan selama di lapangan.

Pengambilan data lokasi berupa titik kordinat menggunakan GPS

relevan untuk dilakukan dan menunjang data lokasi.

2. Foto in situ. Pengambilan foto biota hidup secara in situ atau di habitat

aslinya sebelum melakukan koleksi biota, penting untuk dilakukan.

Foto tersebut akan berguna untuk memberi informasi tentang habitat

dan kondisi hidup dari biota tersebut sebelum berubah karena

penyimpanan, misalnya kondisi habitat, bentuk morfologi, maupun

warna. Pengambilan foto in situ di daerah intertidal sebaiknya

menggunakan kamera tahan air. Pengambilan foto biota daerah subtidal

melalui snorkeling dan SCUBA disarankan menggunakan kamera

khusus tahan air dengan rentang kedalaman 10 meter atau lebih.

Kamera dengan underwater housing umumnya dipilih untuk SCUBA

karena menyediakan perlindungan terhadap kamera hingga kedalaman

40 meter atau lebih. Untuk koleksi biota dari laut dalam, pengambilan

foto sebaiknya dilakukan segera setelah biota diambil dari alat koleksi

(Ekman grab maupun bottom trawl) saat kondisi fisik biota masih baik

Page 107: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

97

Bab IV Koleksi dan Penanganan Sampel Ekhinodermata

dan belum mengalami perubahan, baik dalam hal bentuk maupun

warna.

3. Koleksi biota secara cermat dan hati-hati. Koleksi Ekhinodermata

perlu dilakukan secara hati-hati karena beberapa anggota filum ini

sangat rapuh dan pada beberapa spesies bintang laut memiliki

kecenderungan utuk memutuskan anggota tubuhnya ketika mengalami

stress. Contoh lain adalah lengan bintang mengular yang rapuh, sering

rusak/putus ketika koleksi dilakukan secara sembarangan. Koleksi

Ekhinodermata di daerah intertidal dapat dilakukan dengan melihat

celah bebatuan dan dibalik bebatuan karena sebagian Echinodermata

menyembunyikan diri di celah-celah dan di balik bebatuan. Pada

beberapa spesies juga terkamuflase karena memiliki kebiasaan untuk

menutupi tubuh dengan alga dan serasah lamun. Pengayakan substrat

berupa pasir/lumpur perlu dilakukan dalam koleksi Ekhinodermata di

daerah intertidal, untuk mendapatkan hewan yang berukuran kecil atau

dalam tahap juvenile.

4. Pengemasan sementara. Mengemas spesimen sebagai upaya

penyimpanan sementara perlu dilakukan untuk menjaga kondisi sampel

tetap baik dan segar selama proses koleksi dilapangan berlangsung.

Sampel dapat dikemas dalam kantong plastik maupun wadah khusus

yang telah diberi air laut dan sejumlah substrat tempat hidup biota.

Sampel dipisahkan atau dikumpulkan berdasarkan jenis untuk

memudahkan pemberian label.

Page 108: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

98

Bab IV Koleksi dan Penanganan Sampel Ekhinodermata

Gambar 4.4. a) Pengambilan data titik GPS, pengenalan medan dan diskusimengenai pelaksanaan sampling, b) foto in situ bintang laut(Choriaster granulatus) di kedalaman 20 meter, c) kameradengan housing underwater dengan maksimum kedalaman 40meter, dan d) bulu babi (Mespilia globulus) yang berlindungdi balik serasah dan algae. Foto: I.B.Vimono.

5. Pemberian label. Label untuk masing-masing spesimen perlu

diberikan sebagai tanda pengenal bagi sampel tersebut. Label sebagai

tanda pengenal bagi sampel dapat dilakukan dengan menuliskan nama

spesiesnya apabila spesies tersebut adalah spesies umum dan mudah

dikenali dengan identifikasi cepat. Pemberian kode dapat dilakukan

untuk sampel yang belum teridentifikasi. Label juga berfungsi sebagai

media informasi untuk tanggal koleksi, lokasi pengambilan spesimen,

identitas kolektor, serta informasi lainnya. Pastikan untuk mencatat

hal-hal tersebut di dalam label sampel. Sebaiknya label di tulis pada

kertas underwater maupun media lain yang tidak mudahsobek, luntur,

a) b)

c) d)

Page 109: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

99

Bab IV Koleksi dan Penanganan Sampel Ekhinodermata

ataupun hancur apabila terkena air ataupun alkohol. Pada umumnya

digunakan underwater paper sebagai label dan digunakan pensil dalam

penulisan label.

6. Pembiusan, fiksasi, dan pengawetan. Pembiusan, fiksasi dan

pengawetan spesimen dilakukan apabila kolektor dan spesimen telah

sampai di basecamp. Spesimen dikeluarkan dari wadah berisi air laut

dan substrat untuk dipindahkan ke wadah baru yang bersih dengan

media pembius, larutan fiksatif ataupun dengan alkohol/etanol. Etanol

95% digunakan untuk spesimen atau untuk sampel jaringan

Ekhinodermata yang akan diambil sampel uji genetik, sedangkan untuk

sampel basah biasa hanya perlu disimpan di dalam alkohol 70% setelah

menggunakan pembiusan dan fiksasi spesimen. Prosedur pembiusan

hanya berlaku untuk anggota kelas Holothuroidea dan Ophiuroidea

untuk mendapatkan bentuk spesimen yang sempurna bagi kepentingan

penyimpanan. Pembiusan dapat dilakukan dengan menggunakan 7%-

10% larutan menthol atau larutan kristal Magnesium Sulfat atau

Magnesium Chloride dalam pelarut air laut, kemudian posisi dan

bentuk tubuh diatur. Pada keadaan mendesak karena ketiadaan bahan,

beberapa spesies dapat dilemaskan dan diatur tubuhnya di dalam air

laut yang didinginkan. Setelah posisi dan bentuk tubuh spesimen telah

sesuai dengan yang kita inginkan, maka proses fiksasi untuk

mematikan spesimen secara cepat dilakukan dengan menggunakan

buffered formalin 10% atau menggunakan alkohol absolut. Sebagai

catatan, fiksasi menggunakan formalin (tanpa buffer) dalam waktu

lama dapat merusak skeleton Echinodermata, terutama melarutkan

spikula dari Holothuroidea karena formalin memiliki pH rendah

Page 110: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

100

Bab IV Koleksi dan Penanganan Sampel Ekhinodermata

(asam). Formalin untuk fiksasi pada umumnya di campur dengan borax

sebagai buffer dan menaikkan pH, walaupun demikian fiksasi dengan

buffered formalin hanya dilakukan dalam waktu singkat karena dapat

merusak ossicle dari Echinodermata. Mengingat bahaya dari

penggunaan formalin, baik untuk kesehatan manusia dan resiko

kerusakan spesimen Ekhinodermata, maka fiksasi dapat pula

menggunakan alcohol absolut (atau minimal 70%). Proses pengawetan

dilakukan dengan menyimpan spesimen dan label di dalam alkohol

70% pada wadah tertutup.

Gambar 4.5. a) Timun laut yang baru dikoleksi dari lapangan disimpansementara di dalam kantong plastik berisi air laut, b)beberapa bulu babi dikumpulkan di dalam ember yang berisiair laut, c) bintang mengular yang telah di bius dapat denganmudah diatur posisinya sehingga dapat tersimpan denganrapi, d) specimen yang tersimpan di dalam botol tertutupberisi alkohol. Foto: I.B.Vimono.

Page 111: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

101

Bab IV Koleksi dan Penanganan Sampel Ekhinodermata

Wadah berisi ethanol atau alkohol beserta spesimen ditutup rapat agar

alkohol tidak menguap atau tumpah selama perjalanan. Alkohol adalah zat

yang mudah terbakar, sehingga dalam proses transfer menggunakan alat

transportasi, perlu diperhatikan pengemasan dan pemberian alkohol selama

perjalanan.

Proses Identifikasi Dan Penyimpanan Di Ruang Koleksi

Setelah perjalanan dari lokasi sampling, pada umumnya alkohol

pada wadah spesimen berwarna keruh maupun berubah warna. Beberapa

penanganan perlu dilakukan, mulai melakukan dari sortir sampel hingga

memasukkannya ke dalam ruang koleksi sebagai spesimen yang memiliki

nomor registrasi

1. Sortir dan penggantian alkohol. Sampel dari lapangan di sortir

(untuk kelompok sampel) dan dimasukkan ke dalam wadah yang lebih

baik dan di rendam dalam alkohol baru dengan konsentrasi yang

dibutuhkan (70% atau 96%). Pastikan memasukkan kembali label

lapangan ke dalam wadah yang baru dan wadah harus tertutup rapat

sehingga alkohol tidak menguap.

2. Identifikasi. Spesimen yang ada di identifikasi kembali dengan

ketelitian yang lebih cermat. Penggunaan mikroskop dan buku

identifikasi yang tepat sangat membantu dalam melakukan identifikasi

secara baik dan benar. Perlu diingat bahwa identifikasi bukanlah

sekedar mencocokkan gambar, namun perlu juga mengenali karakter-

karakter suatu spesies berdasarkan petunjuk identifikasi, baik berupa

buku, file pdf, maupun petunjuk identifikasi online dari sumber yang

Page 112: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

102

Bab IV Koleksi dan Penanganan Sampel Ekhinodermata

sesuai dan terpercaya. Dalam melakukan identifikasi, sebaiknya

menjaga kelembaban sampel agar sampel tidak mudah rusak. Setelah

melakukan identifikasi, kembalikan sampel ke dalam wadah dan

alkohol. Pastikan sampel masuk dalam wadah dan label yang sesuai

serta wadah tertutup rapat. Memperhatikan ossicle, bentuk kaki tabung,

serta ornament-ornamen dalam morfologi hewan sangat penting dalam

proses identifikasi dan memerlukan kejelian. Mikroskop perbesaran

lemah dan kaca pembesar sangat berguna dalam melihat detail dari

morfologi Echinodermata. Membuat gambar dan pengambilan foto

merupakan bagian penting dari identifikasi untuk untuk mendukung

deskripsi biota.

3. Pemberian label. Buat label baru berdasarkan label lama dengan

tambahan informasi yang lebih terperinci, seperti koordinat lokasi

sampling, habitat sampel, dan lain sebagainya. Pasang label di wadah,

pada tempat yang aman sehingga label tidak mudah lepas, terkelupas,

atau sobek. Penulisan label di atas kertas kalkir maupun media yang

tahan air dan alkohol sangat dianjurkan karena label bisa dimasukkan

bersama spesimen di dalam wadah. Pastikan label lapangan dan label

yang baru tetap ada dalam satu wadah.

4. Registrasi specimen. Spesimen yang telah memiliki label lapangan

dan label baru di bawa kepada petugas ruang penyimpanan koleksi

spesimen atau kurator untuk diberi nomor registrasi dan dicatat data-

datanya. Peneliti ataupun kolektor wajib mengisi form atau log book

penyimpanan sampel sebagai arsip pengelola ruang koleksi spesimen.

5. Pemberian kode dan nomor. Pemberian nomor registrasi sebaiknya

mencantumkan kode taksa sehingga memudahkan penempatas

spesimen dan pengelompokan katalog. Kode taksa dalam nomor

Page 113: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

103

Bab IV Koleksi dan Penanganan Sampel Ekhinodermata

registrasi dapat mencakup filum, kelas maupun tingkat yang lebih teliti

selama tidak mempersulit pengelompokan dan pendataan. Contoh

pengkodean dan nomor registrasi misalnya: EE.123 yaitu kode untuk

filum Echinodermata dari Echinoidea (EE) dan nomor registrasinya

adalah 123, atau EA.032 yaitu kode untuk filum Echinodermata dari

kelas Asteroidea (EA) dan nomor registrasinya adalah 032.

6. Penyimpanan. Spesimen yang telah memiliki label lengkap dan

teregistrasi disimpan dalam ruangan penyimpanan yang memiliki suhu

ruangan konstan, kering, gelap dan memiliki sirkulasi udara yang baik.

Kondisi tersebut biasanya didapatkan pada ruangan yang menggunakan

Air Conditioner (AC).

Spesimen kering dapat juga dilakukan untuk keperluan display.

Langkah-langkah di atas tetap dilakukan, namun perlu dilakukan proses

pengeringan dan pemberian label sebelum sampel diserahkan ke ruang

koleksi spesimen untuk diregistrasi. Pengeringan dapat dilakukan dengan

mengambil spesimen dari alkohol dan memasukkannya ke dalam oven

dalam suhu hangat (+ 600C) hingga spesimen benar-benar kering.

Data-data spesimen sebaiknya terekam atau tercatat secara fisik pada

buku katalog dan terekam secara digital dengan cara memasukkan data

register dalam format file melalui ms.excel, ms.word ataupun program

khusus. Pencatatan secara fisik dalam buku katalog saja terkadang tidak

cukup mengingat buku katalog dapat rusak secara fisik karena air, api,

jamur dan ngengat. Backup data secara digital dapat mempermudah

pencarian dan pengelompokan data spesimen secara cepat walaupun dapat

juga mengalami kerusakan dan terhapus secara tidak sengaja ataupun

karena virus computer. Hal-hal tersebut mendasari perlunya pencatatan

Page 114: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

104

Bab IV Koleksi dan Penanganan Sampel Ekhinodermata

pada beberapa media yang berbeda, minimal dalam bentuk buku katalog

dan file data digital.

Daftar Pustaka

Aziz, A. 1981. Fauna Ekhinodermata Dari Terumbu Karang Pulau Pari,Pulau-pulau Seribu. Oseanologi di Indonesia, (14):41-50

Clark, A.M. and F.W.E. Rowe. 1971. Monograph of Shalow Water Indo-West Pasific Echinoderms. London: Trustees of the BritishMuseum (Natural History), 300 pp.

Hurme, A.K., R.M. Yancey, & E.J. Pullen. 1979. SamplingMacroinvertebrates on High-Energy Sand Beaches - CoastalEngineering Technical Aid. 79 (3). U.S. Army Corps OfEngineers-Coastal Engineering Research Center. Springfield-Virginia. 41pp

Khanna, D.R. & P.R. Yadav.2005. Biology Of Ekhinodermata. New Delhi:Discovery Publishing House, 334 pp

Lane, D.J.W. & D. Vandenspiegel. 2003. A Guide To Sea Stars And OtherEchinoderms Of Singapore. Singapore: Singapore ScienceCentre, 187 pp.

Lawrence, J.M. 2007. Edible Sea Urchins: Biology and Ecology.Amsterdam: Elsevier, 419 pp.

Lincoln, R. J. & J. G. Sheals. 1979. Invertebrate Animals: Collection AndPreservation. Cambridge Univ. Press. 150pp

Miskelly, A. 1969. Sea Urchin of Australia and The Indo-Pacific. Sydney:Capricornica Publications. 180pp

Robert D. & P, Darsono. 1984. Zonation Of Reef Flat Echinoderm At PariIsland, Seribu Island, Indonesia. Oseanologi Dan Limnologi DiIndonesia, 17: 33-41.

Page 115: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

105

Bab V. Manajemen Spesimen Koleksi Mollusca

Bab V

Manajemen Spesimen Koleksi Mollusca

Ucu Yanu Arbi

Pendahuluan

Invertebrata merupakan kelompok biota yang memiliki

keanekaragaman jenis yang sangat tinggi di kawasan Indo Pasifik. Sebagian

dari invertebrata yang telah diketahui memiliki sebaran ekologi sangat sempit

karena pengaruh dari berbagai macam faktor pembatas distribusi. Salah satu

anggotanya adalah kelompok organisme yang tergabung dalam Filum

Mollusca, yaitu filum terbesar kedua dalam dunia hewan setelah Filum

Arthropoda. Diperkirakan, Filum Mollusca memiliki keanekaragaman lebih

dari 200 ribu spesies yang dapat ditemukan di berbagai tipe habitat di seluruh

dunia. Dari jumlah tersebut, 100 ribu spesies (atau kurang dari 50%) yang

baru diketahui dan diidentifikasi, dan 35 ribu spesies diantaranya hanya dapat

ditemukan dalam bentuk fosilnya saja (telah mengalami kepunahan).

Mollusca merupakan kelompok hewan bertubuh lunak yang

dilindungi oleh lapisan mantel dan struktur cangkang kapur. Mollusca secara

etimologi (asal usul kata) berasal dari Bahasa Latin (molluscus = lunak).

Berdasarkan bentuk dan struktur tubuhnya, Mollusca dibedakan menjadi 7

kelas, yaitu Gastropoda, Pelecypoda, Schaphopoda, Aplacophora,

Polyplacophora, Monoplacophora dan Cephalopoda. Beberapa jenis Mollusca

telah dikenal dengan baik dan dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan oleh

masyarakat, antara lain sebagai bahan makanan, obat-obatan maupun

kerajinan tangan.

Page 116: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

106

Bab V. Manajemen Spesimen Koleksi Mollusca

Gambar 5.1. Peta distribusi Gastropoda di seluruh dunia (Meyer, 1998).

Mollusca memiliki rentang habitat yang sangat lebar karena mampu

hidup di air laut, air tawar, air payau, darat maupun di atas pohon. Mollusca

juga mampu menempati berbagai macam tipe habitat dan ekosistem seperti,

mangrove, lamun, karang dan substrat pasir/lumpur, dari palung laut dalam

sampai puncak pegunungan, bahkan di sekitar pemukiman. Hal ini

menjadikan keanekaragaman jenis Mollusca sangat tinggi, walaupun terdapat

spesifikasi jenis Mollusca untuk masing-masing habitat dan ekosistem karena

adanya perbedaan kebutuhan hidup maupun tingkat toleransi terhadap

habitatnya. Misalnya, jenis-jenis yang hidup di air tawar berbeda dengan

jenis-jenis yang hidup di air laut, jenis-jenis yang hidup di terumbu karang

berbeda dengan jenis-jenis yang hidup di mangrove, dan sebagainya.

Pemanfaatan Mollusca bukan hanya untuk bahan pangan saja,

namun juga sebagai bahan baku kerajian, benda koleksi, maupun sebagai

objek pendidikan dan penelitian. Mengkoleksi cangkang Mollusca merupakan

bentuk kegemaran yang telah berkembang sejak dahulu, baik untuk

pengembangan ilmu pengetahuan maupun sebatas kegemaran. Beberapa suku

di pedalaman memanfaatkan cangkang Mollusca sebagai salah satu benda

untuk kegiatan ritual, atau sebagai alat jual beli barang sebelum mengenal

mata uang. Ilmu yang mempelajari tentang cangkang Mollusca adalah

Page 117: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

107

Bab V. Manajemen Spesimen Koleksi Mollusca

conchology, sedangkan ilmu yang mempelajari tentang Mollusca sebagai

biota adalah malacology.

Mollusca dapat disimpan dalam waktu lama jika menerapkan

prosedur pengawetan yang baik. Berdasarkan cara pengawetannya, spesimen

koleksi Mollusca dapat dibedakan menjadi dua, yaitu koleksi basah dan

koleksi kering. Koleksi basah merupakan spesimen koleksi yang disimpan

dan diawetkan dalam larutan pengawet. Larutan pengawet yang umum

digunakan adalah menggunakan larutan alkohol atau formalin. Sedangkan

koleksi kering merupakan spesimen koleksi yang disimpan dan diawetkan

dalam kemasan kering tanpa larutan pengawet. Koleksi kering biasanya

berupa cangkang atau bagian kasar lainnya dari Mollusca, sedangkan koleksi

basah berupa seluruh bagian tubuh termasuk bagian lunak Mollusca.

Kekayaan dan keanekaragaman jenis biota tidak akan pernah

diketahui secara pasti bila tidak ada upaya untuk melakukan pencacahan dan

pendokumentasian yang baik. Beberapa negara modern telah memiliki

kesadaran untuk melakukan monitoring biota dan menyimpan spesimen

koleksi di museum dengan menerapkan manajemen yang cukup baik terhadap

pengelolaan dan pemeliharaannya. Di Indonesia, terdapat sebuah museum

dengan manajemen spesimen koleksi berstandar internasional (Pusat

Penelitian Biologi LIPI: Museum Zoology Bogor) dan beberapa lokasi

penyimpanan biota laut (Pusat Penelitian Oseanografi LIPI: Jakarta, Ambon,

Bitung, Tual dan Biak) serta beberapa universitas. Hal ini membuktikan

bahwa Indonesia dengan kekayaan alam yang dimiliki dan posisi geografis

yang sangat strategis telah memiliki peran untuk merekam sejarah alamnya

melalui spesimen koleksi yang disimpan dengan manajemen yang baik.

Page 118: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

108

Bab V. Manajemen Spesimen Koleksi Mollusca

Gambar 5.2. Mollusca pada berbagai habitat: A) Chiton di tebing batu cadas;B) Kerang kapak di substrat pasir rataan terumbu; C) Kima diekosistem terumbu karang; D) Lola di ekosistem terumbukarang; E) Keong di pantai berbatu; F) Keong di substratberlumpur hutan mangrove; G) Keong di batang mangrove; H)Kerang di ekosistem padang lamun; I) Sontong di ekosistemterumbu karang; J) Nudibranch di karang mati rataan terumbu.Foto: U.Y.Arbi.

Sampling Mollusca

Sampling diartikan sebagai suatu proses menyeleksi porsi dari

populasi untuk dapat mewakili populasi. Sedangkan teknik atau cara yang

digunakan dalam pengambilan sampel penelitian disebut sebagai teknik

sampling. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian adalah quota

sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan cara menetapkan sejumlah

anggota sampel. Anggota populasi manapun yang akan diambil tidak

masalah, yang penting jumlah quotum yang sudah ditetapkan sebelumnya

Page 119: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

109

Bab V. Manajemen Spesimen Koleksi Mollusca

dapat dipenuhi. Teknik sampling adalah bagian dari metodologi statistika

yang berhubungan dengan pengambilan sebagian dari populasi. Jika sampling

dilakukan dengan metode yang tepat, analisis statistik dari suatu sampel dapat

digunakan untuk menggeneralisasikan keseluruhan populasi.

Berbagai teknik sampling dikembangkan untuk penelitian sosial

yang kemudian dimodifikasi dan diterapkan untuk teknik sampling biologi

dan lingkungan, antara lain:

A. Probability Sampling (Menggunakan Prinsip Random)

1) Cluster Random Sampling

Teknik sampling ini digunakan apabila ukuran populasinya tidak

diketahui dengan pasti.

2) Stratified Random Sampling

Teknik sampling ini digunakan bila kondisi populasi tidak homogen,

terdiri dari:

a) Proporsional Stratified Sampling

Teknik ini digunakan jika proporsi ukuran subpopulasi setiap

strata relatif sama besar.

b) Disproporsional Stratified Sampling

Pada teknik ini, ukuran sampel yang diambil dari setiap strata

sama besarnya, yang berbeda adalah pecahan samplingnya.

c) Simple Random Sampling

Sampel diambil sedemikian rupa sehingga setiap unit penelitian

atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan

yang sama untuk dipilih sebagai sampel.

Page 120: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

110

Bab V. Manajemen Spesimen Koleksi Mollusca

d) Systematic Random Sampling

Teknik ini digunakan apabila ukuran populasi sangat besar yang

tidak memungkinkan dilakukan pemilihan sampel dengan cara

pengundian.

B. Non Probability Sampling (Tidak Menggunakan Prinsip Random)

1) Accidental Sampling

Teknik ini digunakan jika sampel tidak memungkinkan untuk

didapatkan apabila menggunakan teknik sampling yang berdasarkan

prinsip random.

2) Quota Sampling

Teknik ini digunakan ketika mengambil sampel dari setiap strata

tidak menggunakan cara-cara random, tetapi menggunakan cara-cara

kemudahan (convenience).

3) Purposeful Sampling

Teknik ini digunakan jika memerlukan sumber data yang memilki

kualifikasi spesifik.

4) Snowball Sampling

Teknik ini memilih unit-unit yang mempunyai karakterisitik langka.

Sampel yang didapatkan dengan metode sampling kuantitatif dapat

diperoleh dengan cara transek kuadrat, transek garis, belt transect, point

stationary transect, grab, dredge, core, trawl, beach seine, trap dan lainnya.

Sedangkan untuk sampel yang didapat dengan metode sampling kualitatif

dapat diperoleh dengan koleksi bebas.

Page 121: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

111

Bab V. Manajemen Spesimen Koleksi Mollusca

Gambar 5.3. Sampling Mollusca dengan Transek garis yang juga untuk belttransect di beberapa ekosistem: A) Padang lamun; B) Hutanmangrove; C) Terumbu karang; D) Rataan terumbu. Foto:U.Y.Arbi.

Gambar 5.4. Transek sampling Mollusca dengan hand core: A) Pengambilansedimen sampai sekitar 30 cm; B) Sedimen diletakkan pada

Page 122: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

112

Bab V. Manajemen Spesimen Koleksi Mollusca

ayakan atau saringan bertingkat; C) Pengayakan; D)Penyortiran. Foto: U.Y.Arbi.

Gambar 5.5. Sampling Mollusca dengan core untuk perairan deep seadigabung dengan sampling geologi: A) Pengambilan sedimendari kapal riset; B) Core yang berisi sedimen; C)Pengambilan sedimen dari dalam core; D) Penyortiran sampelMollusca dengan saringan bertingkat. Foto: U.Y.Arbi.

Gambar 5.6. Sampling dengan box core: A) Satu set box core untukpengambilan sampel laut dalam; B) Box core diturunkan darikapal riset; C) Box core yang telah ditarik kembali; D)Contoh hasil pengambilan sampel dengan box core.Foto:U.Y.Arbi.

Page 123: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

113

Bab V. Manajemen Spesimen Koleksi Mollusca

Penanganan Sampel Mollusca di Lapangan

Sampel yang telah didapatkan dengan menggunakan berbagai

metode sampling sebelum dibawa ke laboratorium hendaknya telah

diperlakukan dengan standar agar tidak cepat mengalami kerusakan.

Kerusakan sampel yang telah didapatkan berarti kerugian atas waktu, tenaga

dan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan sampel tersebut. Di sisi lain,

beberapa sampel mungkin bersifat langka, dengan kemungkinan untuk

mendapatkannya kembali adalah sesuatu yang sulit. Sampel sebenarnya

adalah data yang berisi informasi yang sangat banyak apabila dianalisa lebih

lanjut. Dengan kata lain, sampel yang telah didapatkan dari hasil penelitian

tidak ubahnya sebagai harta bagi seorang peneliti yang sudah selayaknya

dijaga dengan baik.

Penanganan pertama terhadap sampel agar tidak cepat mengalami

kerusakan adalah dengan memasukkannya ke dalam larutan pengawet.

Larutan pengawet yang biasanya digunakan adalah formaldehyde (formalin)

4% atau ethanol (alkohol) 70%, tergantung dari pemanfaatan sampel

selanjutnya. Jika sampel tersebut selanjutnya akan dianalisa secara molekuler

untuk mendapatkan data hasil sekuensi DNA, maka pengawetan dilakukan

dengan alkohol 70%, dan setelah sampai di laboratorium segera diganti

dengan alkohol 96% untuk pengawetan dalam jangka panjang. Apabila

sampel hanya sebatas dimanfaatkan sebagai spesimen koleksi tanpa dilakukan

analisa molekuler, maka pengawetan bisa dilakukan dengan formalin, dan

setelah sampai di laboratorium segera diganti dengan alkohol 70%. Sampel

yang telah diawetkan dengan menggunakan formalin akan sangat sulit,

bahkan tidak bisa dianalisa molekuler karena protein menjadi susah dipecah

sehingga sulit mendapatkan DNA untuk disekuensi. Pengawetan dengan

formalin pada dasarnya hanya digunakan untuk jangka pendek saja sebagai

Page 124: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

114

Bab V. Manajemen Spesimen Koleksi Mollusca

bahan fiksasi sampel agar sampel tidak mengkerut, sedangkan preferensi

utama untuk pengawetan jangka panjang adalah dengan alkohol 70%. Selain

pengawetan, penanganan sampel saat di lapangan yang terpenting adalah

pengemasan dan pelabelan. Pengemasan yang baik turut serta menjaga

kondisi sampel tetap terjaga kualitasnya. Pelabelan di lapangan, walau

sifatnya sementara, sangat penting agar tidak terjadi pertukaran antara sampel

satu dengan yang lainnya. Label sementara tersebut biasanya tetap diletakkan

bersama spesimen sampai seterusnya.

Penanganan Sampel Mollusca di Laboratorium

Spesimen yang baru diperoleh di lapangan saat penelitian perlu

segera diproses, diberi label sementara, diberi catatan kecil, diawetkan dan

dikemas. Label sementara saat masih di lapangan penting untuk menghindari

tertukarnya spesimen dengan spesimen lainnya. Catatan kecil yang berisi

informasi yang berkaitan dengan spesimen dan kondisi lingkungan menjadi

informasi yang berguna untuk analisa lebih lanjut. Spesimen yang diperoleh

harus segera diawetkan dalam larutan pengawet (etanol atau formaldehida)

agar spesimen tidak membusuk dan tetap utuh. Kemasan spesimen menjadi

bagian penting, terutama jika jarak antara lokasi penelitian dan museum jauh

dan memakan waktu lama untuk pengiriman. Kemasan yang baik akan

memastikan spesimen tidak rusak selama perjalanan atau pengiriman,

misalnya, dilapisi dengan jaring pengaman plastik yang dapat mencegah

kebocoran cairan pengawet. Kerusakan spesimen bisa terjadi karena teknik

pengemasan spesimen yang kurang baik. Spesimen dari taksa yang berbeda

biasanya juga memiliki teknik pengemasan yang berbeda pula. Setiap peneliti

sudah seharusnya telah memiliki cukup pengetahuan dalam hal teknik

pengemasan spesimen sesuai dengan taksa yang menjadi objek penelitiannya.

Page 125: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

115

Bab V. Manajemen Spesimen Koleksi Mollusca

Sampel yang baru diperoleh dari lapangan seharusnya segera

diproses sesuai dengan standar yang berlaku sebelum disimpan dalam ruang

penyimpanan. Sampel dibersihkan dari kotoran, sedimen maupun bagian

organisme lain yang menempel yang dapat menyebabkan kerusakan, dan

kemudian dipisahkan menurut taksa masing-masing. Sampel yang masih

tercampur dengan sedimen biasanya disaring menggunakan saringan.

Spesimen yang telah bersih dan dipisahkan berdasarkan taksa yang dianalisis

oleh para ahli di bidangnya. Sampel yang baru disimpan dan dikumpulkan di

tempat khusus yang belum diidentifikasi serta diberi label spesimen. Sampel

yang telah diidentifikasi kemudian diawetkan dan disimpan sesuai dengan

standar yang berlaku. Sampel yang telah diidentifikasi namun belum yakin

dengan kebenaran nama spesiesnya juga disimpan di tempat khusus.

Analisa dan Proses Identifikasi Sampel Mollusca

Sebelum disimpan dalam koleksi, spesimen harus diberi label, dan

label diusahakan juga mencakup nama spesies secara jelas. Untuk

menemukan nama yang benar dari spesies, spesimen harus diidentifikasi dan

dianalisis oleh para ahli di bidangnya. Semua sampel diamati dan

diidentifikasi di bawah mikroskop. Analisis dan proses identifikasi spesimen

dilakukan di laboratorium enggunakan perlengkapan sesuai dengan yang

dibutuhkan dari kelompok taksanya. Proses identifikasi untuk setiap

organisme sesuai dengan aturan dalam taksonomi dan sistematika. Selama

proses analisis spesimen dilakukan juga dokumentasi spesimen (foto-

menggunakan mikroskop). Identifikasi dilakukan oleh taksonom atau

parataxonom untuk kepentingan analisis secara taksonomi. Kolaborasi dan

kerjasama dengan peneliti asing sangat penting, tetapi harus dengan ikatan

perjanjian yang disepakati bersama.

Page 126: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

116

Bab V. Manajemen Spesimen Koleksi Mollusca

Jika ternyata spesimen yang dianalisa merupakan spesies baru, atau

diduga spesies baru, atau berpotensi sebagai spesies baru maka diproses

secara khusus untuk kepentingan penelitian lanjutan. Karakterisasi pada

bagian-bagian khusus dari spesimen yang diamati yang akan membedakan

dengan spesies yang sebelumnya telah dideskripsi sebagai spesies. Sehingga

diperlukan deskripsi menyeluruh secara detail dari setiap karakter kunci yang

dimiliki. Kemudian dibandingkan dengan spesimen type dari spesies yang

memiliki hubungan paling dekat dengan spesimen tersebut. Spesimen type

biasanya dapat dipinjam dari museum yang menyimpan spesimen type

tersebut. Jika tidak memungkinkan untuk meminjam spesimen type, biasanya

dapat mendatangi langsung museum, atau meminta bantuan kurator di

museum tersebut untuk memotret bagian-bagian kunci dari spesimen type

yang dimaksud. Selain membandingkan langsung dengan spesimen type,

proses analisa juga dilakukan dengan membandingkan dengan deskripsi yang

diberikan pada publikasi yang merujuk ke spesies yang dimaksud. Setelah

semua proses tersebut dilewati, dan deskripsi spesimen yang diduga spesies

baru tersebut dikerjakan, kemudian akan disimpulkan apakah spesimen

tersebut merupakan spesies baru atau bukan. Apabila spesimen tersebut

disimpulkan sebagai spesies baru, maka segera dilakukan penyusunan tulisan

taksonomi untuk dipublikasikan secara internasional. Hasil publikasi tersebut

harus didistribusikan ke minimal tiga perpustakaan yang dapat diakses secara

internasional. Setelah publikasi, status spesies baru tersebut baru akan diakui

secara internasional.

Page 127: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

117

Bab V. Manajemen Spesimen Koleksi Mollusca

Preservasi Spesimen Koleksi Mollusca

Setelah dilakukan proses identifikasi, spesimen kemudian diawetkan

dan disimpan dalam ruang koleksi. Berdasarkan cara pengawetannya, koleksi

spesimen pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kelompok koleksi, koleksi

basah dan kering. Koleksi kering diawetkan dalam kantong plastik bebas

asam dan/atau dimasukkan ke dalam toples plastik atau kotak karton bebas

asam. Koleksi basah dilarutkan dengan etanol teknis 70% untuk koleksi biasa

atau 96% untuk koleksi dengan tujuan studi molekuler. Wadah penyimpanan

adalah botol kaca dan ditutup rapat untuk mencegah penguapan dan

mencegah masuknya hama yang dapat menyebabkan kerusakan spesimen.

Label yang dimasukkan ke dalam tempat penyimpanan biota diusahakan

terbuat dari bahan yang awet dan bebas asam agar tidak mudah hancur dan

tumbuh jamur. Pengawetan spesimen untuk jangka panjang tidak dapat

menggunakan formalin. Formalin 4% atau MgCl2 hanya digunakan untuk

fiksasi, bahkan tidak digunakan sama sekali untuk spesimen dengan tujuan

analisa molekuler. Formalin digunakan hanya untuk pengawetan spesimen

untuk waktu yang tidak lama, dan kemudian dipindahkan ke dalam larutan

alkohol 70%.

Pelabelan Spesimen Koleksi Mollusca

Label adalah bagian paling penting dari koleksi spesimen karena

dalam label terkandung informasi penting tentang spesimen yang dimaksud

tersebut. Sistem pelabelan diterapkan pada semua botol maupun tempat

penyimpanan sampel lainnya. Setiap koleksi spesimen didaftarkan

menggunakan sistem nomor katalog yang diterapkan di suatu museum atau

institusi. Data yang tercatat pada label terdiri dari jumlah spesimen, nomor

katalog, nama spesies, nama keluarga, tempat koleksi, tanggal koleksi, waktu

Page 128: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

118

Bab V. Manajemen Spesimen Koleksi Mollusca

pengumpulan, stasiun, kedalaman, informasi habitat, komposisi substrat,

posisi GPS, dan catatan khusus yang berhubungan dengan spesimen. Label

terbuat dari bahan khusus yang awet dan tidak mudah hancur oleh larutan

pengawet serta sedapat mungkin terbuat dari bahan bebas asam, misalnya

terbuat dari kulit kambing. Tinta yang digunakan untuk merekam pada label

adalah tinta khusus yang tidak luntur dalam alkohol. Label harus dijaga agar

tidak rusak. Pelabelan diikuti dengan pencatatan data dalam buku katalog dan

database yang dilakukan secara komputerisasi.

Gambar 5.7. Contoh format label: A) Label koleksi basah ukuran besar diRaffles Museum, Singapura; B) Label koleksi kering di RafflesMuseum, Singapura; C) Label koleksi basah ukuran kecil diRaffles Museum, Singapura; D) Label koleksi hasil kerjasamaPusat Penelitian Oseanografi LIPI dengan PT Newmont NusaTenggara. Foto: U.Y.Arbi.

Dokumentasi Spesimen Koleksi Mollusca

Saat masih di lapangan, umumnya spesimen yang dikumpulkan

sudah difoto terlebih dahulu agar dapat menggambarkan kondisi saat masih di

habitat aslinya. Namun, pada saat akan penanganan sampel di laboratorium,

Page 129: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

119

Bab V. Manajemen Spesimen Koleksi Mollusca

terutama saat proses identifikasi, dokumentasi (foto atau gambar) perlu

dilakukan kembali. Tujuannya adalah untuk membuat dokumentasi spesimen

sehingga berguna untuk publikasi, terutama publikasi taksonomi.

Pengambilan gambar bukan hanya bagian dari tubuh spesimen secara

keseluruhan, tetapi juga bagian penting dari tubuh spesimen tersebut dengan

tujuan untuk memperoleh detail dari bagian tubuh yang diinginkan.

Pengambilan gambar dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari

kamera saku, kamera digital, kamera terintegrasi dengan mikroskop dan

sebagainya. Gambar yang dihasilkan juga tidak selalu berupa foto, tetapi juga

bisa berupa video maupun gambar sketsa dengan menggunakan tangan.

Gambar 5.8. Pendokumentasian spesimen di ekosistem mangrove dengankamera Digital SLR: A) Persiapan pemotretan; B) Penggunaanflash eksternal untuk pencahayaan; C) Pengecekan hasiljepretan; D) Kondisi di alam yang menuntut untuk kerja kerasagar mendapatkan gambar yang alami. Foto: U.Y.Arbi.

Page 130: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

120

Bab V. Manajemen Spesimen Koleksi Mollusca

Gambar 5.9. Dokumentasi di dalam laut: A) Penggunaan alat selam SBUBAsampai kedalaman 40 meter; B) Fotografi biota laut dihabitatnya; C) Vidoegrafi biota laut di habitatnya; D) RobotROV yang dikendalikan dari atas kapal riset NOAA, AmerikaSerikat; E) ROV dengan beberapa kamera untuk dokumentasihingga kedalaman ratusan meter. Foto: U.Y. Arbi.

Gambar 5.10. Pendokumentasian dengan bantuan mikroskop: A) Spesimenyang akan difoto; B) Spesimen ketika dilihat di bawahmikroskop; C) Proses pendokumentasian dengan kamerapoket; D) Hasil foto setelah dilakukan sedikit koreksi fotodengan bantuan software tertentu. Foto: U.Y.Arbi.

Page 131: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

121

Bab V. Manajemen Spesimen Koleksi Mollusca

Penyimpanan Spesimen Koleksi Mollusca

Spesimen yang telah melalui setiap proses (termasuk spesies baru)

kemudian bisa disimpan bersama Koleksi Utama untuk masing-masing taksa

dalam rak dan lemari penyimpanan di ruang koleksi. Semua koleksi disimpan

di tempat gelap tanpa cahaya (sinar matahari atau cahaya lampu) untuk

menjaga pigmen (warna alami) dari spesimen tidak memudar atau berubah

warna pada suhu 18oC. Terutama untuk spesimen type, koleksi disimpan di

tempat yang lebih khusus, dengan tanda khusus, dan dipisahkan dari koleksi

lain. Setiap unit penyimpanan (lemari, rak, botol, laci, kotak) diberi nomor

sebagai kode penempatan. Penomoran dimaksudkan untuk mempermudah

pelacakan spesimen, terutama bagi pengguna yang belum terbiasa dengan

model susunan rak dan lemari penyimpanan spesimen. Penyusunan dapat

dilakukan secara sistematis sesuai dengan klasifikasi berdasarkan buku

referensi dari klasifikasi standar suatu kelompok organisme.

Katalogisasi dan Pangkalan Data Spesimen Koleksi Mollusca

Pencatatan mengenai spesimen koleksi dan semua informasi yang

berkaitan dengan spesimen koleksi merupakan kegiatan yang sangat penting

dilakukan. Pencatatan awalnya dilakukan secara manual di dalam sebuah

buku dengan format tertentu (buku katalog spesimen koleksi). Selanjutnya,

pencatatan dilakukan secara komputerisasi dengan format yang sama atau

sedikit berbeda dengan yang ada di buku katalog (pangkalan data spesimen

koleksi). Tujuan pembuatan buku katalog dan pangkalan data adalah untuk

memudahkan pencatatan spesimen koleksi yang telah dimasukkan ke dalam

ruang koleksi. Informasi yang ditampilkan pada buku katalog merupakan

pengembangan yang lebih lengkap dari informasi yang ada di label spesimen

koleksi. Sistem penomoran dan data yang dimasukkan pada buku katalog dan

Page 132: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

122

Bab V. Manajemen Spesimen Koleksi Mollusca

pangkalan data spesimen koleksi dibuat mengikuti aturan yang dibuat oleh

pengelola ruang koleksi spesimen yang dikerjakan oleh seorang kurator.

Gambar 5.11. Contoh penyimpanan spesimen koleksi: A) penataan rak danlemari spesimen koleksi di Museum Zoolog Bogor; B)penyimpanan koleksi basah dalam alkohol di MuseumZoology Bogor; C) penyimpanan koleksi kering di RafflesMuseum, NUS, Singapore. Foto: U.Y.Arbi.

Pencegahan Jamur, Hama, Kerusakan dan Kecelakaan

Berbagai pencegahan dan pengendalian harus dilakukan secara

berkala agar hama tidak cepat merusak spesimen. Koleksi kering harus dijaga

agar tidak menjadi lembab dan berdebu, sedangkan koleksi basah harus

disimpan dalam keadaan terendam dalam alkohol. Suhu dan kelembaban

koleksi merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan sedemikian rupa

sehingga tetap dalam kisaran ruang yang dibutuhkan untuk koleksi spesimen.

Pengemasan, penyimpanan spesimen dan label yang digunakan juga

menggunakan bahan yang memiliki pH netral dan bebas lignin.

Page 133: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

123

Bab V. Manajemen Spesimen Koleksi Mollusca

Kebersihan ruang spesimen koleksi sangat penting untuk dijaga,

pintu selalu tertutup untuk meminimalkan debu dan hama yang memasuki

ruang koleksi. Tidak diperbolehkan membawa makanan dan minuman ke

dalam ruang koleksi karena akan mengundang serangga, jamur dan bakteri.

Tangan berminyak dan kotor tidak diperbolehkan memegang spesimen karena

dapat menyebabkan kerusakan spesimen akibat aktivitas bakteri. Kondisi

spesimen, tempat penyimpanan spesimen, larutan alkohol, kehadiran hama,

dan hal-hal lain yang mengindikasikan kerusakan spesimen harus dipantau.

Insektisida dan zat penolak serangga (misalnya kapur barus) diberikan

secukupnya sangat bermanfaat untuk pencegahan hama.

Gambar 5.12. Katalogisasi dan penyusunan pangkalan data spesimen koleksi:A) Entry data oleh kurator atau ternisi; B) Pembahasan formatbuku katalog spesimen koleksi; C) Pembentukan pangkalandata; D) Contoh informasi yang ada di dalam buku katalogspesimen koleksi di Raffles Museum, Singapura; E) Contohbuku katalog spesimen koleksi di Stasiun Lapangan LIPIBitung, Sulawesi Utara. Foto: U.Y. Arbi.

Page 134: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

124

Bab V. Manajemen Spesimen Koleksi Mollusca

Pengolahan dan pemeliharaan secara rutin dilakukan sesuai dengan

aturan yang ditetapkan. Selain mempertimbangkan spesimen, kegiatan yang

dilakukan juga mempertimbangkan kepentingan orang yang bekerja, terutama

berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan jiwa. Bekerja di laboratorium

dan di ruang koleksi biasanya dilengkapi dengan jas lab, masker, sarung

tangan dan pelindung mata. Langkah pencegahan, terutama dari bahaya

kebakaran juga perlu dilakukan, seperti tidak merokok di ruang kerja,

terutama dekat dengan bahan kimia di dalam ruang koleksi dan di dalam

ruang yang terdapat fasilitas AC. Lampu dan peralatan elektronik yang tidak

diperlukan dipadamkan untuk membantu mencegah kebakaran.

Gambar 5.13. Pencegahan terhadap jamur, hama, kerusakan dan kecelakaan:A) Tangga darurat untuk antisipasi jika terjadi kecelakaan; B)Halaman berbatu, bukan berumput, untuk menekanperkembangbiakan serangga; C) Penyemprot air untukantisipasi kebakaran; D) Kemasan spesimen dari bahan bebasasam untuk mencegah aktivitas jamur dan bakteri; E) Kapurbarus untuk mengurangi kelembaban. Foto: U.Y.Arbi.

Page 135: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

125

Bab V. Manajemen Spesimen Koleksi Mollusca

Penanganan Spesimen Koleksi Mollusca Rusak atau Hilang

Kerusakan spesimen selain disebabkan oleh kecerobohan saat

penanganan spesimen juga sering disebabkan oleh pengaruh hama, terutama

akibat serangan jamur dan bakteri. Setiap spesimen memiliki potensi untuk

menyebabkan kerusakan kerusakan pada spesimen lain, terutama yang rusak

oleh hama, sehingga harus segera ditangani. Spesimen kering yang terkena

hama dilakukan penanganan dengan cara dibungkus dengan plastik dan

ditempatkan ke dalam freezer selama 2 x 24 jam untuk menghilangkan hama.

Sedangkan untuk spesimen basah yang diawetkan dalam alkohol setelah

dilakukan penggantian alkohol kemudian spesimen dan botol dibersihkan dari

hama dengan cara direndam dalam larutan kalium permanganat (KMnO4)

selama 24 jam untuk kemudian diganti dengan alkohol dan botol baru.

Spesimen yang telah dibersihkan dapat disimpan kembali ke koleksi

spesimen. Spesimen yang rusak karena kondisi fisiknya yang dislokasi dapat

direhabilitasi atau diganti dengan cara menyambung dengan bagian yang

sama dari spesimen lain. Zat adhesif (lem atau tali) yang digunakan juga tidak

boleh sembarangan, tetapi menggunakan perekat yang memiliki pH netral.

Koleksi spesimen yang tidak memenuhi standar untuk penyimpanan, yang

sudah rusak parah (> 70% rusak), busuk, dan tidak ada label dapat dihapuskan

dari ruang koleksi. Penghapusan spesimen harus dengan pengetahuan dan izin

dari kepala museum, dan atas izin resmi, sedangkan untuk penghancuran atas

izin dari manajer koleksi. Rekomendasi atau izin penghancuran akan

diberikan setelah mendapatkan pertimbangan dari tim khusus yang dibentuk

oleh kepala museum.

Pada dasarnya, spesimen yang rusak maupun yang hilang karena

berbagai sebab tidak bisa digantikan dengan spesimen lain. Spesimen yang

rusak atau hilang tersebut tetap akan tercatat pada buku katalog dan/atau

Page 136: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

126

Bab V. Manajemen Spesimen Koleksi Mollusca

database sebagai spesimen yang pernah dikoleksi dari suatu lokasi tertentu,

walaupun bentuk fisik dari spesimen tersebut sudah tidak ada lagi.

Penggantian tidak bisa dilakukan karena spesimen yang dimaksudkan sebagai

pengganti spesimen yang rusak atau hilang tersebut memiliki informasi yang

berbeda meskipun diambil dari lokasi yang sama. Hal ini terutama informasi

yang ada apabila dilakukan analisa pada tingkat molekuler. Dua spesimen

pada satu spesies yang sama yang diambil lokasi yang sama tetapi pada waktu

yang berbeda sangat mungkin akan dijumpai hasil analisa molekuler yang

berbeda. Hal ini terjadi karena perubahan evolusioner secara bertahap dalam

waktu yang relatif lama yang diyakini terjadi pada setiap spesies sebagai

bentuk adaptasi terhadap setiap perubahan lingkungannya yang terjadi dari

waktu ke waktu. Alasan inilah terutama yang menjadi dasar ketidaktepatan

dilakukan penggantian spesimen koleksi yang rusak maupun hilang.

Daftar Pustaka

Arbi, U.Y. 2010. Taxonomy training, comparative study and collectionmanagement at Raffles Museum. Report of on job training at RafflesMuseum of Biodiversity Research, National University of Singapore,Singapore 2010. Not published.

Cedhagen, T. 1989. A method for dissaggregating clay concentration andelimining formalin smell in the processing of the sediment sample.Sarsia 74: 221-222.

Dauer, D.M. 2004. Quality assurance/quality control plan benthic biologicalmonitoring program of the Lower Chesapeake Bay. Manual of FieldEcology Project, Department of Biological Science, Old DominianUniv., Norfolk-Virginia: 41 pp.

Page 137: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

127

Bab V. Manajemen Spesimen Koleksi Mollusca

Harmeon, J.D. 1993. Integrated pest management in museum, library andarchival facilities. Harmon Presentation Pest Management,Indianapolis: 138 pp.

Janus, H. 1979. The young specialist looks at molluscs. Burke Books, London& Toronto: 180 pp.

Marine Biological Association. 1957. Plymouth marine fauna (3rd Edition),Marine Biological Association of the United Kingdom. 457 pp.

Palma, R.L., 1976. Slide mounting of lice, a detailed description of CanadaBalsam Technique, New Zealand Entomol. 6(4): 432-435.

Rothwell, R.G. 2001. Marine sample collections: Their value, use and future.IACMST Information Document no. 8: 1-56.

Suhardjono, Y.R. 1999. Buku Pegangan Pengelolaan Koleksi SpesimenZoologi. Balai Penelitian dan Pengembangan Zoologi, P2B-LIPI,Cibinong: 218 hal.

Tagliapietra, D. and M. Sigovini. 2010. Benthic fauna: Collection andidentification of macrobenthic invertebrates. Terre et Environment vol.88: 253-261.

Page 138: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

128

Bab VI. Manajemen Koleksi Spesimen Ikan

Bab. VI

Manajemen Koleksi Spesimen Ikan

Fahmi

Pendahuluan

Pengertian mengenai istilah ‘ikan’ pada umumnya adalah

hewan akuatik yang memiliki tulang belakang (vertebra), bernafas

dengan insang, memiliki struktur tulang yang terdiri dari tulang

sejati ataupun rawan (cartilage), serta umumnya memiliki sirip (Hart

& Reynold, 2002; Nelson, 2006). Ikan merupakan salah satu

kelompok terbesar dari biota akuatik dengan ukuran tubuh yang

sangat bervariasi, mulai dari yang terkecil dengan ukuran hanya

beberapa sentimeter saja, hingga ukuran terbesar yang dapat

mencapai belasan meter. Adapun pengelompokkannya secara umum

berdasarkan kelas besar (Nelson, 2006), yaitu:

1. Chondrichthyes (ikan bertulang rawan)

2. Actinopterygii (ikan bertulang sejati); dan

3. Sarcopterygii (termasuk coelacanths, lungfishes, dan tetrapoda)

Jumlah jenis ikan yang ada di dunia dengan nama ilmiah

yang valid mencapai lebih dari 28 ribu spesies. Jumlah tersebut

masih mungkin bertambah seiring dengan ditemukannya jenis-jenis

baru dari tahun ke tahun. Indonesia sebagai salah satu pusat

keanekaragaman hayati dunia, memiliki jumlah jenis ikan lebih dari

Page 139: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

129

Bab VI. Manajemen Koleksi Spesimen Ikan

4500 spesies yang sudah terdaftar di dalam Fish Base, yang terdiri

dari sekitar lebih dari seribu jenis ikan air tawar dan lebih dari 3500

jenis ikan air laut. Jumlah jenis ikan air laut yang sangat tinggi

tersebut merupakan tantangan tersendiri bagi akademisi, peneliti,

taksonom dan kurator Indonesia di dalam mengoleksi, menyimpan

dan mengelola koleksi rujukan ikan laut, yang berguna bagi

pengembangan ilmu pengetahuan di bidang taksonomi, ekologi, dan

keragaman hayati Indonesia.

Koleksi biota laut di dalam sebuah koleksi referensi

(refference collection) merupakan salah satu bukti secara ilmiah

terhadap kekayaan keragaman jenis biota di suatu daerah.Umumnya

tujuan dari koleksi spesimen adalah untuk alasan taksonomi, yang

menjadikan spesimen koleksi sebagai rujukan, bukti atau

pembanding terhadap keberadaan suatu spesies dari daerah atau

lokasi tertentu. Deskripsi ilmiah suatu jenis biota membutuhkan

pengamatan, pengukuran dan dekripsi secara detail terhadap

spesimen tipe yang dijadikan rujukan utama atau sejumlah spesimen

yang disimpan, terdaftar dan terawat. Koleksi spesimen umumnya

disimpan di dalam sebuah museum zoologi atau institusi penelitian

dan pendidikan untuk jangka waktu yang lama serta dapat diakses

oleh pihak-pihak yang membutuhkannya. Prosedur dan metode

dalam pengelolaan koleksi spesimen ikan laut dibahas dengan detail

di bawah ini.

Page 140: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

130

Bab VI. Manajemen Koleksi Spesimen Ikan

Koleksi Spesimen

Spesimen ikan yang cocok untuk dijadikan sebagai

spesimen koleksi adalah spesimen yang masih dalam keadaan segar,

tidak cacat (kondisi sirip dan sisik masih lengkap), warnanya masih

cerah, serta isi perut yang belum membusuk. Oleh sebab itu,

spesimen koleksi sebaiknya berasal dari ikan-ikan yang baru

ditangkap, bahkan untuk ikan-ikan yang berukuran kecil lebih baik

apabila masih dalam keadaan hidup agar hasil pengawetannya

sempurna. Penanganan spesimen yang hati-hati dan sesuai prosedur

sangat diperlukan agar kondisi spesimen tetap baik dan tidak

rusak.Bagian-bagian tubuh yang penting untuk keperluan

identifikasi, seperti kelengkapan jumlah sirip, jumlah gurat sisi,

kelengkapan gigi dan insang, harus tetap dijaga kondisi dan

kelengkapannya karena merupakan kunci-kunci karakter dalam

mengidentifikasi jenis ikan. Bagian-bagian tubuh tersebut sangat

mudah rusak walaupun sudah dalam kondisi diawetkan.

Spesimen ikan dapat diperoleh melalui berbagai cara, baik

pengambilan secara langsung maupun tidak langsung. Pengambilan

spesimen secara langsung di lapangan dilakukan dengan

menggunakan beberapa alat penangkap ikan. Alat tangkap yang

digunakan untuk mengoleksi sampel ikan dibagi ke dalam dua

kategori, yaitu aktif dan pasif. Alat tangkap aktif adalah alat tangkap

yang pengoperasiannya dalam keadaan bergerak, baik yang

digerakkan oleh mesin maupun oleh tenaga manusia. Sedangkan alat

tangkap pasif merupakan alat tangkap yang pengoperasiannya secara

pasif atau tidak bergerak dan dipasang dalam periode waktu tertentu.

Page 141: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

131

Bab VI. Manajemen Koleksi Spesimen Ikan

Beberapa contoh alat tangkap yang dibagi berdasarkan kedua

kategori tersebut disajikan pada Tabel.1.

Tabel 1. Beberapa contoh alat tangkap untuk mengoleksi spesimen

ikan

Alat tangkap aktif Alat tangkap pasif

Trawl Bubu

Jaring insang hanyut Jaring insang tetap

Jaring pantai Bagan

Jaring lingkar Sero

Pancing rawai

Pancing tangan

Jala lempar

Seser

Penanganan Spesimen

Spesimen yang baru ditangkap dari lapangan apabila dalam

keadaan mati sebaiknya segera diproses dengan langkah-langkah

berikut.Spesimen yang baru tertangkap oleh alat tangkap segera

dibersihkan dan dikelompokkan berdasarkan jenisnya, kemudian

dimasukkan ke dalam plastik atau wadah tertentu dan diberi label.

Label berisikan informasi mengenai lokasi penangkapan (sertakan

posisi koordinatnya jika ada), kedalaman perairan, tipe substrat, alat

tangkap yang digunakan, tanggal dan stasiun pengambilan sampel

jika ada. Hindari penumpukan sampel terlalu banyak dalam satu

wadah yang dapat mengakibatkan kerusakan pada spesimen,

Page 142: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

132

Bab VI. Manajemen Koleksi Spesimen Ikan

terutama bagi spesimen yang berukuran kecil. Foto ikan dalam

keadaan segar sebaiknya diambil sehingga dapat diketahui warna

agar warna asli ikan sewaktu hidup walaupun ikan yang dikoleksi

sudah kehilangan warna dan coraknya setelah diawetkan. Apabila

posisi lapangan jauh dari tempat pemrosesan spesimen atau

laboratorium, hendaknya sampel disimpan di dalam kotak pendingin

yang diberi es batu agar kesegarannya tetap terjaga.

Ketika spesimen telah berada di laboratorium, maka

langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan

identifikasi jenis dan pengukuran morfologi ikan, yang terdiri dari

panjang total, panjang standar, panjangcagak (fork length) jikaada,

dan berat ikannya.Pengukuran panjang biasanya menggunakan

satuan milimeter (mm), sedangkan untuk pengukuran berat tubuh

menggunakan satuan gram (gr). Sertakan informasi tambahan

apabila ada ciri-ciri atau karakter khusus yang perlu disertakan untuk

mempermudah pengidentifikasian. Setiap spesimen ikan diberi label

yang terdiri dari nomor katalog/koleksi, nama ilmiah ikan, tanggal

koleksi, lokasi penangkapan, alat yang digunakan, dan nama

kolektor atau identifikator.

Setelah melakukan pengukuran dan pelabelan, ikan

dipersiapkan (diset) untuk diambil sampel genetika dan

gambarnya.Pengambilan sampel jaringan tubuh untuk genetika

dilakukan dengan mengambil jaringan otot atau sirip dada yang ada

di bagian sisi kanan tubuh ikan. Posisi standar untuk pengambilan

gambar ikan adalah dengan meletakkan ikan dalam posisi

menyamping dan menghadap ke arah kiri.Sirip-sirip ikan diatur

Page 143: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

133

Bab VI. Manajemen Koleksi Spesimen Ikan

dalam kondisi normal dan terbuka, sedangkan mulut dalam keadaan

tertutup (Gambar 6.1).

Gambar 6.1. Cara pengukuran panjang tubuh ikan (Sumber: PBC,

1997).

Page 144: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

134

Bab VI. Manajemen Koleksi Spesimen Ikan

Agar hasil gambar spesimen sempurna, letakkan ikan di atas

steroform dengan posisi menghadap ke kiri. Setiap sirip ikan

dikembangkan dan dibantu dengan menusukkan jarum (pin) di sirip-

sirip keras pertama. Oleskan larutan formalin tipis-tipis pada setiap

bagian sirip dengan menggunakan kuas halus agar sirip menjadi

kaku. Tunggu sekitar lima sampai sepuluh menit lalu lepaskan

jarum-jarum yang menancap di sirip-sirip tersebut. Letakkan

spesimen yang telah diset di alas foto, disertai dengan alat pengukur

(penggaris) dan label spesimen. Pengambilan foto harus dalam

posisi tegak lurus. Sebaiknya gunakan tripod agar hasil foto lebih

tajam dan tidak kabur.

Pengawetan Spesimen

Penanganan yang tepat dan prosedur pengawetan spesimen

yang benar baik di lapangan maupun di laboratorium, sangatlah

penting dalam mendapatkan sebuah spesimen koleksi yang

berkualitas dan tahan lama. Penanganan dan perawatan yang benar

terhadap suatu spesimen koleksi dapat memperpanjang umur dan

kegunaannya. Pengawetan suatu spesimen sangat tergantung dari

tujuan dan manfaatnya. Suatu spesimen koleksi yang digunakan

untuk jangka waktu yang lama dan dijadikan koleksi rujukan bagi

jenis biota tertentu di suatu daerah, biasanya disimpan di dalam

larutan alkohol 70% dan selalu diganti secara berkala. Sedangkan

koleksi spesimen yang dijadikan sebagai koleksi sementara dan

bertujuan untuk tetap mempertahankan warna dasar dari spesimen

tersebut, maka larutan formalin merupakan pilihan yang paling tepat.

Page 145: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

135

Bab VI. Manajemen Koleksi Spesimen Ikan

Formalin merupakan larutan fiksatif yang paling umum digunakan

dan tersedia hampir di seluruh daerah. Namun, penggunaan formalin

sebagai pengawet secara permanen tidak dianjurkan karena sifat

formalin yang asam dan sulit dalam penanganannya.Selain

berbahaya bagi manusia karena dapat menyebabkan kanker,

penggunaan formalin dengan waktu yang lama pada spesimen

koleksi akan merusak struktur tulang dari spesimen tersebut (proses

deosifikasi). Disarankan untuk menambahkan beberapa buah

kamper, serpihan kerang ataupun beberapa mililiter borax untuk

menetralisasi larutan formalin tersebut dan membuat pH larutan

menjadi normal.

Prosedur yang paling tepat dalam mengawetkan spesimen ikan

adalah sebagai berikut:

Siapkan wadah penyimpanan spesimen yang sesuai dengan

ukuran spesimen. Spesimen ikan yang memiliki ukuran

kurang dari 25 cm sangat cocok untuk disimpan dalam

wadah gelas seperti toples. Sedangkan untuk ukuran

spesimen di atas 25 cm dan memiliki bentuk tubuh yang

khusus, disarankan disimpan dalam kontainer kaca yang

berbentuk seperti akuarium;

Buat larutan formalin 10% (setara dengan 4%

Formaldehida) sebagai bahan pengawet spesimen.

Umumnya formalin yang dijual di pasaran memiliki

konsentrasi kurang dari 100% (setara dengan 40%

Formaldehida), yaitu hanya sekitar 37%. Sehingga tidak

jarang apabila kita membuat larutan formalin 10% dengan

Page 146: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

136

Bab VI. Manajemen Koleksi Spesimen Ikan

cara mencampurkan satu bagian formalin dengan sembilan

bagian air, konsentrasi formalin menjadi cenderung terlalu

rendah, sehingga proses pengawetan spesimen menjadi

tidak sempurna. Untuk itu, dalam melakukan pengenceran

larutan formalin, disarankan dengan mencampurkan satu

bagian formalin pekat (yang baru dibeli di toko kimia)

dengan lima bagian air. Komposisi tersebut terbukti cocok

untuk spesimen koleksi di daerah tropis (Gambar 6.2);

Spesimen ikan yang telah dipersiapkan untuk dijadikan

spesimen koleksi sebaiknya disuntik terlebih dahulu dengan

larutan formalin pekat di bagian abdomen dan bagian tubuh

lain yang relatif tebal (kepala, badan). Hal tersebut perlu

dilakukan terutama bagi spesimen ikan yang relatif tebal

untuk menghindari pembusukan organ bagian dalamnya;

Spesimen dimasukkan ke dalam toples atau kontainer

dengan hati-hati. Posisi kepala ikan dimasukkan terlebih

dahulu sehingga berada di bagian bawah toples. Sedangkan

apabila diletakkan di dalam kontainer, disesuaikan

posisinya dengan bentuk tubuh ikannya. Untuk ikan yang

berbentuk pipih, sebaiknya diberi tambahan penyangga

terbuat dari kaca, sedangkan untuk spesimen ikan yang

berbentukgepeng (depress), dapattangsungdiletakkan di

dasar kontainer. Gunakan sarung tangan karet dan masker

serta kacamata sebagai prosedur keselamatan;

Masukan label yang berisi keterangan lengkap mengenai

spesimen ke dalam toples. Label sebaiknya dibuat dari

Page 147: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

137

Bab VI. Manajemen Koleksi Spesimen Ikan

bahan yang tahan air dan bebas asam. Untuk label yang

berisi nama spesimen dan nomor katalog dapat dibuat

dalam kertas kecil atau kain yang diikatkan pada spesimen.

Bagian luar toples atau kontainer sebaiknya juga ditempeli

label yang berisi nomor botol dan nomor katalog;

Isi toples atau kontainer dengan larutan formalin yang

sudah disiapkan dengan hati-hati agar tidak ada larutan

formalin yang tumpah atau mengenai badan. usahakan

seluruh bagian tubuh spesimen terendam oleh larutan

formalin. Apabila spesimen terlalu ringan sehingga

mengambang, masukkan secarik kain katun di bagian

permukaan formalin sehingga seluruh bagian tubuh

spesimen yang mengambang menjadi ikut terendam atau

tertutup oleh kain yang lembab oleh larutan formalin;

Tutup bagian atas toples dengan rapat agar bau formalin

tidak tercium keluar. Celah antara tutup dan toples dapat

ditutup oleh selotip, lakban atau cairan lilin;

Simpan spesimen di rak koleksi sesuai dengan nomor

koleksi atau nomor botolnya.

Page 148: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

138

Bab VI. Manajemen Koleksi Spesimen Ikan

Gambar 6.2. Cara membuat larutan pengawet yang ideal antara

formalin dengan air (Sumber: AMNH, 2007).

Pemeliharaan Spesimen

Spesimen ikan yang diawetkan dan disimpan dalam suatu

koleksi rujukan di museum, instansi penelitian maupun perguruan

tinggi, dapat menjadi pusat informasi dalam menjelaskan keragaman

hayati perairan Indonesia dari waktu ke waktu. Keberadaan

spesimen koleksi tersebut mungkin tidak dapat tergantikan lagi oleh

spesimen baru dari jenis yang sama karena bisa jadi keberadaan jenis

dari spesimen tersebut di alam telah punah karena kerusakan habitat

atau faktor-faktor lainnya. Mengingat pentingnya nilai spesimen

Page 149: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

139

Bab VI. Manajemen Koleksi Spesimen Ikan

koleksi tersebut, maka pemeliharaan spesimen koleksi menjadi

mutlak adanya.

Spesimen yang akan disimpan dalam jangka waktu yang

lama, hendaknya disimpan di dalam larutan alkohol (ethanol 70%

atau isopropyl alkohol 50%). Untuk memindahkan spesimen dari

larutan formalin ke dalam larutan alkohol diperlukan langkah-

langkah sebagai berikut:

Spesimen disimpan di dalam larutan formalin setidaknya

selama satu minggu (untuk spesimen kecil) hingga tiga minggu

(untuk spesimen berukuran besar atau berbadan dan berkulit

tebal);

Setelah spesimen menjadi awet, keluarkan spesimen dari

larutan formalin dan rendam dengan air selama kurang lebih

satu hari. Cara lain adalah dengan merendam spesimen dalam

air dan setiap satu jam air diganti dengan yang baru hingga bau

formalin hilang dari tubuh spesimen;

Cuci toples atau kontainer tempat spesimen hingga larutan

formalin benar-benar hilang, kemudian tiriskan hingga kering.

Masukkan spesimen yang sudah direndam air ke dalam toples

atau kontainer beserta labelnya. Beri label tambahan yang

berisikan tanggal penggantian larutan pengawet;

Isi toples atau kontainer dengan larutan alkohol hingga

keseluruhan bagian tubuh spesimen terendam, tutup dan

rapatkan agar alkohol tidak mudah menguap.

Periksa kadar alkohol setiap tiga bulan atau satu tahun sekali;

Page 150: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

140

Bab VI. Manajemen Koleksi Spesimen Ikan

Apabila larutan alkohol berubah warna dan menjadi keruh,

segera periksa kadar alkoholnya dan ganti dengan larutan

alkohol baru;

Simpan spesimen di tempat yang sejuk dan kering (minimal

20oC) serta hindari paparan langsung sinar matahari. Untuk

spesimen yang berharga, sebaiknya disimpan dalam ruang

gelap atau ditutup dengan kain gelap agar kondisi spesimen

tetap terjaga.

Penataan Koleksi

Spesimen yang disimpan di dalam ruang koleksi sebaiknya

ditata dengan baik untuk memudahkan pemeliharaan. Ada beberapa

cara pengaturan penyimpanan koleksi rujukan yang dapat diterapkan

sesuai dengan keperluannya. Apabila spesimen ikan yang dimiliki

cukup banyak dan beragam, penyimpanan dapat dilakukan dengan

membuat urutan sesuai tingkatan taksanya. Sebagai contoh,

spesimen dapat disimpan di dalam rak penyimpanan dan

dikelompokkan berdasarkan sukunya. Cara lain adalah

penyimpanan yang disesuaikan dengan urutan nomor botol atau

nomor katalog spesimennya. Kedua cara ini lebih mudah dilakukan,

namun apabila kita ingin mencari spesimen jenis tertentu, harus

melihat daftar katalog atau database koleksi rujukan untuk

mengetahui nomor katalog dan di bagian mana spesimen tersebut

disimpan. Kunci utama dari penataan koleksi rujukan tersebut adalah

adanya keteraturan dan kemudahan untuk memelihara dan

mengakses spesimen koleksi yang kita miliki.

Page 151: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

141

Bab VI. Manajemen Koleksi Spesimen Ikan

Pengiriman Spesimen

Spesimen koleksi yang bernilai penting dalam bidang

taksonomi (khususnya spesimen tipe) kadang kala dipinjam oleh

taksonom lain baik di dalam maupun luar negeri dengan tujuan

melakukan eksaminasi atau pengecekan secara morfologi dan

meristik untuk dibandingkan dengan spesimen yang mereka miliki.

Untuk itu, prosedur pengiriman spesimen juga harus diperhatikan

agar spesimen tidak menjadi rusak di dalam perjalanan.

Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengeluarkan

spesimen dari dalam toples atau kontainer dengan hati-hati. Apabila

spesimen masih berada di dalam larutan formalin, maka spesimen

harus direndam dahulu dengan air semalaman untuk menghilangkan

bekas-bekas formalinnya. Sedangkan untuk spesimen yang sudah

diawetkan dalam larutan alkohol dapat langsung dipersiapkan untuk

pengiriman.

Siapkan kain katun (bahan kaos) yang sudah dibasahi oleh

air dan diperas sehingga kondisinya menjadi lembab. Bungkus

spesimen dan labelnya dengan hati-hati oleh kain tersebut, kemudian

bungkus kembali dengan plastik sebanyak dua atau tiga lapis

(Gambar 6.3). Rapatkan dengan menggunakan selotip atau lakban.

Untuk keperluan pengiriman, bungkus kembali spesimen tadi

dengan plastik bubble, masukan ke dalam kotak karton atau kardus

yang seukuran dan bungkus dengan rapi. Kirimkan spesimen yang

dilengkapi dengan dokumen dan surat-surat pendukung untuk

keperluan pengiriman, sebaiknya meminta surat rekomendasi dari

Page 152: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

142

Bab VI. Manajemen Koleksi Spesimen Ikan

lembaga otoritas keilmuan seperti LIPI dan bagian karantina hewan

apabila dikirimkan ke luar negeri.

Gambar 6.3. Teknik pengepakan spesimen koleksi yang akandikirimkan (Sumber AMNH, 2007).

Page 153: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

143

Bab VI. Manajemen Koleksi Spesimen Ikan

Daftar Pustaka

American National Museum of History (AMNH). 2007. MethodsHow To Preserve Fish Specimens for Long-Term Storageor Shipment. .http://research.amnh.org/vz/ichthyology/congo/other05.html. Diakses tanggal 11 April 2013.

Hart, P.J. and Reynolds, J.D. 2002. Handbook of Fish Biology andFisheries.Vol.1, Fish Biology. Blackwell PublishingCompany, USA. 390p.

Lim, K.P. and Sivasothi, N. 1994. A guide to methods of preservinganimal specimens in liquid preservatives.Source:http://preserve.sivasothi.com/. Diakses tanggal 11 April2013.

Nelson, J.S. 2006.Fishes of The world.4th edition. John Wiley &Sons Inc., New Jersey. 601 p.

Province of British Columbia. 1997. Fish Collection Methods andStadards. Resource InventoryCommitte.http://archive.ilmb.gov.bc.ca/risc/pubs/aquatic/fishcol/index.htm. Diakses tanggal 11 April 2013.

Page 154: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

144

Bab VII. Manajemen Koleksi Sampel Karang Batu dan Spons

Bab VII

MANAJEMEN KOLEKSI SAMPELKARANG BATU DAN SPONS

Tri Aryono Hadi

Pendahuluan

Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang paling

komplek dan mempunyai produktivitas paling tinggi di perairan. Ekosistem

ini dibentuk oleh biota-biota yang mampu menghasilkan zat kapur, yang

paling utama adalah karang batu (Scleractinia), dan biota-biota lainnya yang

berasosiasi, salah diantaranya adalah spons (Porifera), gorgonian dan karang

lunak. Kedua jenis biota tersebut mempunyai peranan dan fungsi masing-

masing dalam membentuk ekosistem terumbu karang. Pada tulisan kali ini

akan dibahas mengenai pengetahuan umum tentang karang batu dan spons

terutama dalam penanganan untuk koleksi rujukan.

A. Karang Batu (Scleractinia)

Struktur

Karang merupakan binatang yang menyerupai anemon dan mampu

menghasilkan skeleton (Veron, 2000). Bentuknya sederhana yaitu

mempunyai satu lubang yang berfungsi sebagai mulut dan anus. Lubang

tersebut dikelilingi oleh tentakel yang berfungsi sebagai penangkap

makanan. Makanan masuk melalui mulut kemudian dilanjutkan ke

tenggorokan dan akhirnya akan dicerna di dalam rongga mesentrium. Untuk

tegaknya jaringan, polip didukung oleh kerangka kapur sebagai penyangga

(Suharsono, 2008). Kerangka kapur untuk tiap polip disebut koralit yang

Page 155: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

145

Bab VII. Manajemen Koleksi Sampel Karang Batu dan Spons

merupakan sebuah tabung yang terdiri dari lempeng-lempeng vertikal

tersusun secara radial. Tabung-tabung merupakan dinding koralit dan

lempeng-lempengnya disebut sebagai septo-costae.Tabung-tabung tersebut

terkoneksi satu sama lain oleh lempeng-lempeng horizontal dan struktur

yang lain, secara kolektif keduanya disebut coenosteum (Veron, 2000)

(Gambar 7.1).

Gambar 7.1. Struktur polip dan kerangka karang (Veron, 2000).

Dinding polip karang terdiri dari tiga lapisan yaitu ektodermis,

mesoglea dan endodermis/gastrodermis. Ektoderma merupakan jaringan

terluar yang terdiri dari berbagai jenis sel yang antara lain sel mucus dan sel

Page 156: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

146

Bab VII. Manajemen Koleksi Sampel Karang Batu dan Spons

penyengat (nematocyst). Mesoglea merupakan jaringan yang di tengah

berupa lapisan seperti jelly. Di dalam lapisan jelly terdapat fibril-fibril,

sedangkan di lapisan luar terdapat semacam sel otot. Jaringan

endodermis/gastrodermis berada di bagian dalam yang sebagian besar

selnya berisi sel algae yang merupakan simbion karang (Suharsono, 2008).

Karang juga mempunyai jaringan otot dan syaraf yang sederhana.

Jaringan syaraf tersebar baik di ektodermis maupun endodermis serta

mesoglea yang dikoordinasikan oleh sel junction. Sel ini bertanggung jawab

memberi respon baik mekanis maupun khemis terhadap stimuli cahaya.

Sedangkan Jaringan otot terdapat diantara jaringan mesoglea yang

bertanggung jawab atas gerakan polip untuk mengembang atau mengkerut

sebagai respon dari perintah syaraf. Sinyal dari jaringan ini tidak hanya di

dalam satu polip, tetapi juga diteruskan ke polip yang lain (Suharsono,

2008).

Reproduksi

Karang bereproduksi baik secara seksual maupun aseksual.

Koloni-koloni tumbuh dengan dua tipe pembelahan aseksual dari polip,

yaitu dari satu koralit kemudian membelah menjadi dua (intratentakuler)

maupun koralit baru muncul di luar dari koralit dewasa (extratentakuler).

Bentuk lain dari reproduksi secara aseksual yaitu polip karang yang stres

meninggalkan kerangka kapur yang ditempatiya untuk pindah ke tempat

lain dengan melayang mengikuti arus kemudian menempel pada substrat

dan berkembang menjadi koloni baru (polyp bailout). Beberapa karang juga

membentuk tunas kecil yang berbentuk seperti koloni asli dan pada

akhirnya akan terpisah membentuk koloni-koloni baru (satellite), seperti

Page 157: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

147

Bab VII. Manajemen Koleksi Sampel Karang Batu dan Spons

Goniopora stokessi. Untuk reproduksi secara seksual, karang mempunyai

beberapa variasi. Beberapa karang bersifat hermaprodit, sedangkan lainnya

mempunyai alat perkembangbiakan yang terpisah. Fertilisasi dapat terjadi

secara internal maupun eksternal. Hasil dari kedua fertilisasi tersebut adalah

larva (planulae) yang bersilia dan mempunyai kemampuan bertahan hidup

hingga beberapa bulan sebelum akhirnya menempel di substrat untuk

tumbuh menjadi individu baru (Colin & Arneson, 1995).

Sistematika

Karang batu dimasukkan ke dalam phylum Cnidaria (cnida =

jelatang). Keluarga besar ini misalnya hydroid, ubur-ubur, kipas laut,

pentacula, karang lunak dan anemon. Keluarga besar jelatang dalam sejarah

evolusinya adalah biota-biota laut yang dapat menghasilkan kerangka kapur

di dalam jaringan tubuhnya. Dalam perkembangan terakhir yang dimaksud

Cnidaria adalah biota-biota penghasil kapur saja (Suharsono, 2008).

Cnidaria dibagi menjadi dua kelas yaitu Hydrozoa dan Anthozoa

yang merupakan biota-biota yang mempunyai skeleton dalam tubuhnya.

Hydrozoa terdiri dari Millepora (mille = seribu, pora= lubang) dan

Stylasterina (Style=paku, aster=bintang). Sedangkan yang termasuk dalam

kelompok Anthozoa yang umum dikenal adalah Stolonifera, Ctenothecalia

dan Scleractinia. Karang batu yang merupakan jenis-jenis karang penyusun

terumbu dimasukkan ke dalam Scleractinia (Suharsono, 2008).

Dalam sistenatika, karang batu (Scleractinia) merupakan hewan

dari anggota Phylum Cnidaria, Class Anthozoa dan Ordo Scleractinia.

Lebih lanjut, Karang batu terbagi ke dalam 15 famili, yaitu: Acroporidae,

Agracidae, Astercoeniidae,Caryophyllidae, Dendrophyllidae, Faviidae,

Page 158: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

148

Bab VII. Manajemen Koleksi Sampel Karang Batu dan Spons

Fungiidae, Merulinidae, Mussidae, Oculinidae, Pectiniidae, Pocilloporidae,

Poritidae, Siderastreidae dan Trachyphyllidae.

B. Spons

Struktur

Spons merupakan hewan multiseluler yang paling primitif. Hal ini

ditandai dari tidak dimilikinya jaringan maupun organ. Untuk seluruh

proses fisiologisnya hanya mengandalkan pada sel-sel yang mempunyai

fungsi yang berbeda-beda. Beberapa fungsi sel-sel tersebut diantaranya

adalah menyaring air untuk memperoleh makanan, membentuk skeleton

dari kolagen dan mineral dan untuk reproduksi (Cheng et. al., 2008).

Bagian terluar spons terdiri atas sebuah lapisan tipis dari sel-sel

pinacocyte, lapisan ini disebut pinacodermis. Sedangkan sel-sel porocyte

merupakan sel penyusun pori-pori kecil (ostium) yang berbentuk seperti

tabung. Lapisan dalam merupakan substansi yang mirip jelly yang terbuat

dari kolagen dan diperkuat oleh serat-serat fiber yang rapat. Lapisan

mesohyl merupakan tempat untuk pembentukan berbagai jenis sel. Sel

lophocyte di dalam mesohyl berfungsi memproduksi serat-serat kolagen. Sel

oocytes atau spermatocytes berfungsi dalam reproduksi seksual. Sel

sclerocytes memproduksi spikula yang akan membentuk kerangka spons

dan pada beberapa spesies memberikan pertahanan melawan pemangsa. Sel

archaeocyte merupakan sel yang menyerupai amoeba dan bersifat totipoten

atau mampu bertransformasi menjadi tipe-tipe sel yang lain (Brusca &

Brusca, 1990). Spons mempunyai sel-sel choanocyte, yang berfungsi

mengatur aliran air yang masuk ke dalam tubuh spons yaitu melalui flagella

yang memiliki banyak mikrovilar. Jutaan flagella ini bergerak mencambuk

air di dalam kanal dengan pola yang sama. Hal ini memicu aliran air dari

Page 159: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

149

Bab VII. Manajemen Koleksi Sampel Karang Batu dan Spons

luar tubuh spons masuk ke dalam. Ketika air bergerak ke dalam, mikrovilar

bekerja menyaring dan mengambil makanan. Sistem aliran air yang

sederhana ini juga berfungsi dalam pertukaran gas, pembuangan sisa

metabolisme serta pelepasan sel sperma dan larva (Cheng et al., 2008)

(Gambar 7.2).

Gambar 7.2. Struktur spons secara umum (Mather & Benneth, 1994).

Sistem aliran air

Spons secara aktif memompa air masuk dan keluar dari tubuhnya

melalui perbedaan tekanan air antara di luar dan di dalam tubuh spons.

Page 160: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

150

Bab VII. Manajemen Koleksi Sampel Karang Batu dan Spons

Tekanan air lingkungan lebih besar daripada tekanan air di dalam tubuh

spons. Hal ini memungkinkan air untuk masuk ke dalam tubuh spons. Air

masuk melauli ostium dan akan dipompa ke luar tubuh spons melalui

oskulum. Hal ini akan berlangsung terus menerus, namun adakalanya spons

menghentikan aliran air yang masuk pada beberapa bagian tubuhnya. Hal

ini untuk menghindari partikel-partikel maupun senyawa berbahaya masuk

ke dalam tubuh spons (Levi et al., 1998). Spons mampu menyaring air 10

kali volume tubuhnya untuk tiap jam. Hal ini menjadikan mereka filter

feeder paling efisien saat ini (Hooper, 2000).

Ada tiga macam bentuk struktur tubuh spons yaitu asconoid,

syconoid dan leuconoid. Struktur asconoid adalah bentuk yang paling

sederhana. Strukturnya sangat tipis tanpa lipatan tubuh dan dimiliki oleh

Kelas Calcare dan sebagian kecil Demospongia. Struktur syconoid

mempunyai lipatan pada kedua sisi eksterior dan interior sehingga terbentuk

choanocyte chamber yang letaknya berdekatan dengan pinacoderm.

Choanocyte chamber secara langsung menghadap ke arah sentral atrium.

Syconoid banyak dimiliki oleh Kelas Calcarea. Leuconoid merupakan

struktur yang kompleks. Struktur ini mempunyai banyak celah-celah kecil

yang menuju maupun keluar dari choanocyte chamber yang berbentuk oval.

Struktur leuconoid banyak dimiliki oleh sebagian besar Kelas Demospongia

dan seluruh Hexatinellida (Mather & Bennet, 1994).

Reproduksi

Semua spons mampu melakukan perkembangbiakan baik secara

seksual maupun aseksual. Spons umumnya bersifat hermaprodit dan mereka

melepaskan sel sperma dan telur dalam waktu yang berbeda. Sel sperma

akan dikeluarkan ke perairan melalui oskulum, dan peristiwa ini

Page 161: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

151

Bab VII. Manajemen Koleksi Sampel Karang Batu dan Spons

tersinkronisasi dalam satu populasi atau terbatas pada individu-individu

tertentu saja. Kemudian sel sperma akan ditangkap dari spesies yang sama

melalui ostium sebelum akhirnya masuk ke mesohyl untuk melebur

bersama sel telur. Embrio yang dihasilkan akan segera dilepaskan atau

ditahan di lapisan mesohyl untuk berkembang terlebih dahulu. Embrio yang

telah dilepaskan pada dasarnya adalah larva yang motile. Larva tersebut

dapat menempel secara langsung pada substrat atau akan berenang untuk

beberapa jam atau hari sebelum akhirnya menempel pada substrat yang

sesuai. Secara umum, spons yang berada di daerah pasang surut melepaskan

larva planktonic, sementara pada spons yang berada di daerah subtidal akan

melepaskan larva yang mampu menempel langsung atau mampu berpindah-

pindah di dasar perairan untuk beberapa hari sebelum akhirnya menetap.

Reproduksi secara aseksual menitik beratkan pada kemampuan dari

fragment untuk tumbuh dan berkembang menjadi individu baru. Selain hal

itu, reproduksi aseksual juga dapat melibatkan pembentukan tunas ataupun

gemmule. (Brusca & Brusca, 1990).

Sistematika

Spons dimasukkan ke dalam phylum Porifera karena struktur

tubuhnya yang berpori. Saat ini spons dibagi menjadi empat kelas

berdasarkan komposisi kimia dan kerangka mineralnya. Kelas Calcarea

mempunyai spikula yang terbuat dari kalsium karbonat dan tersusun sebagai

calcite. Elemen kerangkanya tidak dibedakan menjadi megaskleres taupun

mikroskleres. Struktur tubuhnya meliputi asconoid, synconoid dan

leuconoid. Semua Calcarea hidup di laut. Kelas Hexatinellida atau disebut

spons gelas mempunyai spikula silikat dan pada umumnya mempunyai

enam percabangan, tidak mempunyai serat-serat spongin dalam

Page 162: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

152

Bab VII. Manajemen Koleksi Sampel Karang Batu dan Spons

kerangkanya. Semua Hexactinellida hidup di laut, dan kebanyakan

mendiami laut dalam. Kelas Demospongia merupakan kelas yang paling

banyak dijumpai di perairan laut, payau maupun perairan tawar, dan

ditemukan di semua kedalaman perairan. Pada Kelas Demospongiae,

spikula tersusun dari komponen silikat dan mempunyai jaringan kolagen

(spongin) yang menyusun kerangkanya. Bentuk spikulanya dibendakan

menjadi megaskleres dan mikroskleres Kelas Homoscleromorpha

mempunyai komponen skeleton yang tersusun atas spikula silikat dan

spikulanya hanya terbatas pada bentuk monaxonic dan tertraxonic. Kelas ini

hanya terdiri 2 famili ( Brusca & Brusca, 1990; van Soest et. al., 2013).

Tabel 7.1. Hirarki phylum Porifera (Spons)

Kingdom Phylum Class Order

Animalia Porifera Calcarea Baerida

Lecosolenida

Lithonida

Clathrinida

Murrayonida

Hexactinellida Amphidiscosida

Aulocalycoida

Hexactinosida

Lychniscosida

Lyssacinosida

Demospongiae Agelasida

Astrophorida

Chondrosida

Page 163: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

153

Bab VII. Manajemen Koleksi Sampel Karang Batu dan Spons

Demospongiae incertae sedis

Dendroceratida

Dictyoceratida

Hadromerida

Halichondrida

Haplosclerida

Lithistida

Poecilosclerida

Spirophorida

Verongida

Homoscleromorpha Homoscleromorphorida

I. TEKNIK SAMPLING

A. Karang Batu

Karang paling banyak ditemukan di rataan terumbu dan daerah

tubir. Pada rataan terumbu, umumnya karang dapat dijumpai pada

kedalaman 50 cm dari surut terendah, sehingga teknik samplingnya relatif

lebih mudah karena tidak perlu menyelam. Sedangkan di daerah tubir, perlu

dilakukan penyelaman dengan peralatan SCUBA untuk mengambil sampel

karang. Beberapa peralatan perlu dipersiapkan sebelum melakukan

sampling. Pahat besi dan palu digunakan untuk membelah atau memotong

karang. Keranjang sampel untuk mengangkut sampel karang. Kertas label

dan pengaitnya untuk memberikan informasi terkait dengan sampel karang

yang diambil, seperti lokasi, tanggal, kolektor, kedalaman dan nama spesies

apabila langsung bisa dikenali. Kamera underwater juga sangat diperlukan

untuk memotret karang yang akan dijadikan sampel, sehingga dapat

Page 164: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

154

Bab VII. Manajemen Koleksi Sampel Karang Batu dan Spons

diketahui kondisi sebenarnya di habitat aslinya. Sebelum sampel diambil,

pastikan untuk memotret seluruh bagian dari sampel. Hal ini dilakukan

untuk mengetahui kondisi sampel di habitat asli, seperti bentuk morfologi,

warna, tentakel, substrat dan kondisi lingkungan sekitarnya.

Pada saat pelaksanaan sampling, hal yang perlu diperhatikan

adalah ukuran sampel. Apabila sampel terlalu besar, maka dipilih dari jenis

yang sama dengan ukuran yang lebih kecil. Apabila terdapat karakter

khusus, misalnya adanya adaptasi morfologi atau adanya penyakit, maka

sampel dapat diambil secara keseluruhan. Namun apabila tidak terdapat

karakter khusus dan ukurannya terlalu besar, maka perlu dilakukan

pemotongan dengan menggunakan pahat untuk mengambil sebagian dari

koloni sampel. Hal ini dilakukan untuk menjaga kelestarian dari biota yang

diambil.

Pemberian label underwater juga sebaiknya dilakukan pada saat

pengambilan. Label dapat dibuat sendiri dengan menuliskan beberapa

informasi seperti tanggal, lokasi, kolektor, kedalaman dan kode foto. Untuk

lebih mempermudah, tanggal, lokasi dan kolektor diisi terlebih dahulu

sebelum menyelam, sehingga pada saat mengambil sampel, tinggal

menuliskan kedalaman dan kode foto. Pemberian nama ilmiah dapat

dilakukan pada saat pengambilan sampel di bawah air jika langsung dapat

dikenali, jika tidak maka diidentifikasi setelah di laboratorium.

Sampel setelah diambil dari laut, segera mungkin direndam dalam

air tawar. Bila memungkinkian dapat ditambah Natrium Hipoklorit untuk

mempercepat proses pembusukan dari jaringan karang. Rendam selama

kurang lebih satu hari agar karang mudah dibersihkan dengan hanya

menyemprotkan air saja. Setelah bersih, karang kemudian dijemur selama

kurang lebih satu hari sampai kering.

Page 165: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

155

Bab VII. Manajemen Koleksi Sampel Karang Batu dan Spons

B. Spons

Spons umumnya ditemukan mulai dari daerah intertidal hingga

perairan dalam. Pengambilan sampel spons di daerah sub tidal ataupun tubir

maka perlu menggunakan peralatan SCUBA. Meskipun habitatnya berbeda-

beda, namun dalam pengambilan sampel spons hampir semuanya

menggunakan metode yang sama. Metode yang dipakai hampir sama

dengan karang khususnya ukuran sampel. Apabila ukuran terlalu besar,

maka sebaiknya dipilih ukuran yang lebih kecil dari spesies yang sama.

Apabila ada karakter-karakter khusus (adaptasi morfologi), maka dapat

diambil keseluruhan. Namun apabila tidak ada karakter khusus dan

ukurannya terlalu besar, maka harus dilakukan pemotongan namun

mencakup semua bagian sampel, dari bawah hingga atas.

Sebelum sampel diambil, perlu dilakukan pemotretan. Hal ini

untuk merekam kondisi sampel di habitat aslinya, sehingga dapat diketahui

warna, bentuk morfologi dan substratnya. Sampel spons sangat cepat

berubah warna, oleh sebab itu sangat diperlukan suatu foto underwater

untuk memudahkan dalam proses identifikasi.

Pada saat di dalam air, tepatnya saat mengambil sampel, spons

yang diambil sebaiknya langsung dimasukkan ke dalam kantong plastik

diikuti dengan label underwater yang dapat dibuat sendiri sebelumnya.

Tempatkan satu sampel spons dalam satu kantong plastik yaitu untuk

menghindari terjadinya percampuran spikula spons yang berbeda jenis.

Pada saat di darat yaitu setelah mengambil sampel, sebaiknya

perlu dilakukan proses preservasi awal yaitu dengan memberi alkohol 96 %

ke masing-masing sampel. Namun sebelumnya, air laut yang masuk ke

dalam kantong plastik perlu dibuang terlebih dahulu sehingga tidak

mengencerkan alkohol yang diberi. Selanjutnya, sampel-sampel tersebut

Page 166: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

156

Bab VII. Manajemen Koleksi Sampel Karang Batu dan Spons

dapat dimasukkan ke dalam container kedap udara untuk dikirim ke

laboratorium.

II. PRESERVASI

Preservasi karang tidaklah begitu sukar dilakukan. Karang yang

sudah kering harus dibungkus rapih dengan plastik agar tidak mudah kotor

dan berdebu. Kemudian diletakkan dalam box plastik transparan yang

ukurannya disesuaikan dengan ukuran karang. Label lama yang dibuat di

lapangan harus diganti label baru yang berlogo institusi (Gambar 7.3a).

Preservasi spons juga mudah dilakukan. Sampel spons dapat

langsung dimasukkan ke dalam botol sampel kedap udara yang terbuat dari

gelas atau plastik yang ukurannya disesuaikan dengan ukuran sampel.

Selanjutnya botol diisi dengan alkohol 96% hingga merendam seluruh

bagian spons. Penggunaan botol kedap udara dimaksudkan untuk

mengurangi proses penguapan yang terjadi. Label berlogo institusi

dimasukkan untuk memberikan informasi sampel (Gambar 7.3b).

a b

Gambar 7.3. a. Preservasi karang; b. Preservasi spons. Foto: T. A. Hadi.

Page 167: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

157

Bab VII. Manajemen Koleksi Sampel Karang Batu dan Spons

III. REGISTRASI DAN PENATAAN SAMPEL

Agar sampel yang sudah dikoleksi tertata dengan baik, maka perlu

suatu manajemen sistem yang mampu mengelola hal tersebut. Setelah

preservasi, sampel baik karang maupun spons diregistrasi ke dalam suatu

log book yang mencakup nomor katalog sampel, nama ilmiah, famili,

tanggal ditemukan, lokasi, kolektor, kedalaman, orang yang

mengidentifikasi dan tanggal identifikasi, serta catatan khusus. Untuk

pemberian nomor katalog mengikuti kode dari taksa-taksa yang ada dan

nomor urut registrasi. Sebagai contoh nomor katalog CC001, menandakan

bahwa CC adalah “Coral Collections” dan 001 artinya nomor urut “1”. Hal

ini dimaksudkan agar sampel mudah langsung diketahui dengan memanggil

nomor katalognya saja.

Sampel yang sudah diregistrasi, selanjutnya ditempatkan pada rak

yang disusun secara rapih berdasarkan nomor urut katalog atau famili. Hal

ini untuk memudahkan dalam mencari spesimen, sehingga tidak perlu

memeriksa secara keselurahan dari koleksi spesimen yang ada (Gambar

7.4). Selain itu, untuk memudahkan dalam mengetahui sejauh mana koleksi

sampel yang dimiliki apakah sudah bisa mewakili keseluruhan spesies

karang ataupun spons yang ada di Indonesia.

Page 168: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

158

Bab VII. Manajemen Koleksi Sampel Karang Batu dan Spons

a b

Gambar 7.4. Penempatan sampel dalam rak: a. Sampel karang; b. Sampelspons. Foto: T.A.Hadi.

Daftar Pustaka

Brusca, R. C dan G. J. Brusca 1990. Invertebrates. Courier Vestford Inc,Massachusetts: 922 hal.

Cheng, L. S. , N. De Voogd dan T. K. Siang 2008. A Guide to Sponge ofSingapore. Science Center, Singapore: 173 hal.

Colin, P. L. dan C. Arneson 1995. Tropical Pacific Invertebrates. CoralReefs Press, California: 296 hal.

Hooper, J. N. A. 2000. “Spongeuide”.Guide to Sponge Collection andIdentification.(http://www.qm.qld.gov.au/organisation/sections/SessileMarineInvertebrates/spong.pdf. Accessed on 18 Juli 2009).

Levi, C., P. Laboutte, G. Bargibant and J.L. Menou 1998. Sponge of TheNew Caledonian Lagoon. Ostrum editions, Paris: 214 hal.

Mather, P. and I. Bennet 1994. A Coral Reef Handbook. Surrey Beatty andSons Pty Limited, Australia: 263 hal.

Suharsono. 2008. Jenis-jenis karang di Indonesia. COREMAP, Jakarta.

Page 169: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

159

Bab VII. Manajemen Koleksi Sampel Karang Batu dan Spons

Van Soest, R.W.M, N. Boury-Esnault, J. N. A. Hooper, K. Rützler, N. J. deVoogd, B. A. de Glasby, E. Hajdu, A. B. Pisera, R. Manconi, C.Schoenberg, D. Janussen, K. R. Tabachnick, M. Klautau, B.Picton, M. Kelly, J. Vacelet, M. Dohrmann and M. C. Díaz.2013. World Porifera Database.(http://www.marinespecies.org/porifera Accessed on 03-January-2013).

Veron J.E.N. 2000. Corals of the world 1st edition. Australian Institute ofMarine Science, Townsville, Australia. 463 hal.

Page 170: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

160

Bab VIII Panduan Koleksi Herbarium Lamun

Bab VIII

Panduan Koleksi Herbarium Lamun

Susi Rahmawati

Pendahuluan

Lamun adalah tumbuhan angiospermae (berbunga) yang mampu

tumbuh dan berkembang di lingkungan laut. Adapatasi lamun terhadap

lingkungan bersalinitas menurut Green dan Short (2003) dan Hemminga

dan Duarte (2000) dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:

a. Mampu tumbuh di bawah permukaan air laut.

b. Berdaptasi dan bertahan pada perairan bersalinitas tinggi atau

bervariasi.

c. Sistem perakaran dan rimpang yang luas, semua jenis mejadi

clonal (klon) dan tumbuhan berimpang, untuk bertahan terhadap

pergerakan air (gelombang dan arus), yaitu.

d. Mekanisme polinasi di bawah permukaan air laut.

e. Kemampuan untuk berkompetisi dengan jenis lainnya di dalam

lingkungan laut.

Lamun tersebar di seluruh dunia, kecuali di Antartika dengan

perkiraan luas 164.000 Km2. Di Indonesia, lamun diperkirakan tersebar

seluas 30.000 Km2 yang membentuk vegetasi tunggal atau campuran.

Namun dekimian, luasan total lamun diduga melebihi nilai yang sudah

tercatat (Green and Short, 2003).

Keanekaragaman jenis lamun di Indonesia relatif tinggi dan

distribusinya melingkupi hampir seluruh wilayah pesisir (Gambar 8.1). Dari

60 jenis lamun tercatat di dunia, Indonesia memiliki 13 jenis yang meliputi

2 suku, 5 marga, dan 13 jenis (Tabel 8.1, Gambar 8.2).

Page 171: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

161

Bab VIII Panduan Koleksi Herbarium Lamun

Gambar 8.1. Keanekaragaman dan distribusi lamun secara global. Warnahijau menunjukkan jumlah jenis per area, titik biru danpoligon menunjukkan dokumentasi kehadiran lamun (UNEP-WCMC, 2005 dalam Short et al., 2007).

Tabel 8.1. Suku, marga, dan jenis lamun di Indonesia.

Suku Marga JenisCymodoceaceae Halodule Halodule pinifolia (Miki) Hartog

Halodule uninervis (Forssk.) Boiss.Cymodocea Cymodocea serrulata (R.Br.) Asch. &

MagnusCymodocea rotundata Asch. & Schweinf.Syringodium isoetifolium (Asch.) DandyThalassodendron ciliatum (Forssk.) Hartog

Hydrocharitaceae Enhalus Enhalus acoroides (L.f.) RoyleThalassia Thalassia hemprichii (Ehrenb. ex Solms)

Asch.Halophila Halophila ovalis (R.Br.) Hook.f.

Halophila minor (Zoll.) HartogHalophila decipiens Ostenf.Halophila spinulosa R.Br.) Asch.Halophila sulawesii J. Kuo

Page 172: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

162

Bab VIII Panduan Koleksi Herbarium Lamun

(a) Halodule pinifolia (b) Halophila sp.

(c) Enhalus acoroides (d) Thalassodendrom ciliatum

Gambar 8.2. Beberapa jenis lamun di Indonesia. Foto: S. Rahmawati

Distribusi lamun yang luas di Indonesia memungkinkan terdapatnya

perbedaan karakteristik lamun yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan

seperti sedimen, nutrisi, dan arus. Lamun biasanya ditemukan di perairan

yang relatif tertutup, namun di beberapa wilayah terbuka dan berenergi

gelombang tinggi tercatat juga adanya padang lamun seperti di pesisir

Gunungkidul, Yogyakarta dan Pameumpeuk, Garut, Jawa Barat.

Dalam dunia ilmu pengetahuan, keberadaan koleksi herbarium

sangat penting menurut Huisman dan Parker (2005) karena beberapa faktor,

yaitu:

Page 173: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

163

Bab VIII Panduan Koleksi Herbarium Lamun

1. Bersifat permanen, merupakan referensi keanekaragaman hayati,

distribusi biogeografi, serta variasi struktur dan ekologi yang dapat

diverifikasi.

2. Spesimen herbarium merupakan indikasi dari indentitas tumbuhan

yang berdasarkan penelitian, sehingga dapat digunakan sebagai

rujukan jenis tumbuhan pada suatu lokasi.

3. Spesimen herbarium juga berperan sebagai acuan dalam identifikasi

karena klasifikasi tumbuhan yang dinamis dan perubahan konsep yang

sering terjadi akibat tersedianya bukti-bukti baru.

Koleksi herbarium di Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI dimulai

sejak tahun 1984. Saat ini, terdapat total 926 spesimen, 12 jenis lamun yang

berasal dari hampir seluruh periaran Indonesia.

Metode koleksi herbarium

Metode koleksi herbarium berikut ini umumnya mengacu pada buku

How to collect and document marine plants (Huisman dan Parker, 2005).

Koleksi spesimen lamun, sebaiknya bersifat kering dan disimpan bersama

dengan informasi koleksi. Preparasi spesimen yang adalah tepat terlindung

dari kerusakan serangga dan kerusakan fisik sehingga spesimen herbarium

dapat bertahan hingga ratusan tahun.

A. Koleksi sampel di lapangan

1. Kriteria pencuplikan spesimen

Spesimen lamun dapat dikoleksi dari zona intertidal dan subtidal.

Koleksi spesimen di zona intertidal relatif lebih mudah dilakukan yaitu

pada saat surut, sedangkan di zona subtidal pengambilan sampel dapat

dilakukan dengan snorkelling atau menggunakan peralatan menyelam

Page 174: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

164

Bab VIII Panduan Koleksi Herbarium Lamun

SCUBA (Self-Contained Underwater Breathing Apparatus). Selain itu,

spesimen juga dapat dikoleksi dari serasah segar yang melayang di pantai.

Spesimen koleksi herbarium sebaiknya merepresentasikan

keseluruhan populasi. Spesimen terdiri dari keseluruhan bagian tumbuhan,

yaitu: daun, rimpang, akar, dan organ reproduksi (jantan dan betina), serta

buah apabila tersedia). Pilih spesimen yang baik, misalnya tidak terdapat

tanda aktivitas herbivori seperti gigitan ikan pada daun.

2. Teknik Koleksi

Jumlah spesimen setiap jenis dicuplik sesuai ukurannya, jenis lamun

yang berukuran kecil dicuplik sejumlah 2-3 tegakan, sedangkan yang

berukuran besar cukup satu tegakan lamun. Spesimen diambil dengan

menggunakan pisau selam atau sekop. Kemudian, spesimen disimpan di

dalam kantong plastik berisi air laut dan diberi label (tanggal, lokasi, jenis,

dan kolektor). Jangan biarkan lamun kekeringan atau kepanasan karena

dapat menghilangkan warna lamun.

Proses herbarium sampel lamun sebaiknya dilakukan sesegera

mungkin (kurang dari 2 jam). Apabila spesimen tidak dikeringkan dengan

segera, spesimen dapat dimasukan ke dalam lemari pendingin untuk

mencegah dekomposisi (tidak lebih dari 2 hari) atau ditambahkan

formalin/air laut 5%. Spesimen sebaiknya disimpan di tempat gelap untuk

mencegah pemudaran warna.

Sampel lamun dicuci dengan air tawar bersih, kemudian lamun

dibersihkan dari kotoran, epifit, dan partikel sedimen dengan hati-hati.

Identifikasi lamun dapat dilakukan berdasarkan bentuk hidup vegetatifnya

(daun dan rimpang) sehingga memungkinkan identifikasi lamun secara

langsung di lapangan.

Page 175: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

165

Bab VIII Panduan Koleksi Herbarium Lamun

Spesimen untuk koleksi analisis DNA dipreservasi dengan cara yang

berbeda, yaitu dengan memotong bagian tumbuhan lamun (± 2 cm),

selanjutnya dikeringkan dan ditambah silika gel. Spesimen dapat juga

dipreservasi dalam alkohol lebih dari 90% di lemari pembeku, atau di

simpan dalam lemari pendingin.

3. Pemberian label

Spesimen yang dikoleksi diberi label dengan mencantumkan nama

(singkatan/initial) dan nomor koleksi, contoh “Budi23” (Budi = nama dan

23 = nomor koleksi). Koleksi jenis lamun yang sama pada waktu dan lokasi

yang sama dapat dianggap sebagai satu koleksi dan diberikan nomor yang

sama. Spesimen dikoleksi kembali dengan jenis yang sama pada waktu

yang berbeda diberi nomor yang baru. Spesimen jenis yang sama dikoleksi

pada lokasi yang berbeda diberi nomor yang berbeda.

Tabel 8.2. Contoh pemberian nomor koleksi

No label Lokasi Waktu Jenis1 Pulau Pari 01 Agustus 2013 Thalassia hemprichii

Pulau Pari 01 Agustus 2013 Thalassia hemprichii2 Pulau Pari 10 Agustus 2013 Thalassia hemprichii3 Pulau Pramuka 12 Agustus 2013 Thalassia hemprichii

4. Pencatatan rona lingkungan

Sebuah spesimen memiliki nilai ilmiah dengan catatan yang lengkap

pada saat koleksi sehingga pencatatan rona lingkungan perlu dilakukan,

seperti habitat, kedalaman, komunitas asosiasi kemudian di catat di buku

lapangan dan lembar data.

Page 176: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

166

Bab VIII Panduan Koleksi Herbarium Lamun

5. Lembar data lapangan

Pencatatan informasi sebaiknya menggunakan lembar data karena

memiliki beberapa keunggulan seperti penyerapan informasi yang lebih

banyak dan konsistensi pengumpulan data. Selain informasi utama seperti

nama jenis, tanggal koleksi, dan nama kolektor, variasi morfologis,

misalnya warna, tinggi, atau tahap reproduksi yang berbeda perlu dicatat

sebagai informasi tambahan. Deskripsi dari habitat, kedalaman, dan

komunitas asosiasi pada lokasi spesimen ditemukan, serta koordinat sangat

diperlukan untuk kelengkapan informasi herbarium. Contoh lembar data

adalah seperti gambar 8.3.

B. Pengeringan dan persiapan herbarium

Herbarium merupakan metode yang paling baik untuk membuat

koleksi tumbuhan laut karena bersifat permanen, efektif dan informatif

dalam menampilkan data (Gambar 8.4). Hapus, diganti Presevasi yang

benar dan tepat dalam pembuatan herbarium akan menghasilkan koleksi

herbarium yang dapat bertahan hingga ratusan tahun. Namun, herbarium

memiliki kerugian yaitu sangat sulit mengamati struktur anatomi tumbuhan

karena jenis pengawetan yang kering.

Page 177: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

167

Bab VIII Panduan Koleksi Herbarium Lamun

Gambar 8.3. Contoh lembar data di lapangan(Huisman dan Parker, 2005)

Page 178: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

168

Bab VIII Panduan Koleksi Herbarium Lamun

(a) Sumber: Koleksi herbarium lamun, Pusat Penelitian Oseanografi, LIPI

(b) Sumber : Seagrasswatch.org (c) Sumber : Atlas of Florida vascularplants: Institute for systematicbotany

Gambar 8.4. Contoh koleksi herbarium lamun. Foto: S. Rahmawati

Pembuat koleksi herbarium yang paling baik adalah pada saat

sampel yang masih segar dibandingkan sampel yang sudah diawetkan.

Tumbuhan laut biasanya dikeringkan pada saat basah dengan cara

pengepresan di atas kertas yang kaku, misalnya karton (berukuran 42x26

cm2) atau kertas gambar A3.

Page 179: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

169

Bab VIII Panduan Koleksi Herbarium Lamun

Spesimen lamun diletakan di atas kertas. Lebarkan daun lamun

dan akar sehingga setiap bagiannya dapat dibedakan. Beri label pada sisi

kanan bagian bawah dengan informasi sbb.:

1. Nama jenis lamun (ilmiah dan umum/lokal)

2. Nomor katalog

3. Lokasi koleksi dan koordinat

4. Nama kolektor dan pengidentifikasi

5. Tanggal koleksi

6. Habitat

Selanjutnya, selembar kain kasa atau selembar kertas putih lainnya

diletakan di atas spesimen lamun. Selanjutnya, sampel dilapisi dengan

beberapa lembar kertas koran, dan kertas kardus pada kedua sisi (atas dan

bawah). Selanjutnya, susun sampel menjadi suatu bundel dan ditempatkan

diantara dua buku yang berat atau alat pengepres (Gambar 8.6). Spesimen

dikeringkan di tempat yang kering, gelap, dan hangat minimum selama dua

minggu. Kertas koran diganti setelah 2-3 hari.

Gambar 8.5. Bahan dan susunan herbarium lamun (a) dan pengepresanspesimen (b) (Huisman dan Parker, 2005).

(a) (b)

Page 180: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

170

Bab VIII Panduan Koleksi Herbarium Lamun

C. Penyimpanan

Koleksi herbarium disimpan di lemari yang kering, gelap, dan bebas

dari hama, misalnya serangga dan tikus.

Gambar 8.6. Lemari Penyimpanan Herbarium, Ruang Referensi Koleksi,P2O LIPI . Foto: Hadiyanto

United States National Herbarium, Smithsonian

Gambar 8.7. Contoh ruang penyimpanan koleksi herbarium tumbuhan laut(Krupnick, 2013)

Page 181: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

171

Bab VIII Panduan Koleksi Herbarium Lamun

D. Pencatatan data base

Koleksi herbarium dicatat dalam buku katalog dengan

mencantumkan nomor referensi sesuai dengan urutan pengambilan sampel.

Buku katalog mengadung informasi sbb.:

1. Nomor katalog 8. Tanggal sampling2. Nomor spesimen 9. Pengidentifikasi3. Nama kelas 10. Tanggal identifikasi4. Nama suku 11. Tanggal penerimaan spesimen5. Nama jenis 12. Keterangan habitat6. Lokasi 13. Catatan tambahan7. Pengkoleksi

Daftar Pustaka

Green, E. P. & F. T. Short, 2003, World Atlas of Seagrasses, University ofCalifornia Press. 310 pp.

Hemminga, M. A. and C. M. Duarte. 2000. Seagrass Ecology. CambrigeUniversiti Press. Cambrige, UK. 298 pp.

Huisman, J. dan C. Parker. 2005. How to collect and document marineplants. Western Australian Herbarium. Australia. 18 pp.

Krupnick, G. 2013. 10 botanical treasures exemplify herbarium dalamSmithsonian: Nationaal Museum of Natural History. The PlantPress. http://nmnh.typepad.com/

Short, F., T. Carruthers, W. Dennison, M. Waycott. 2007. Global seagrassdistribution and diversity: A bioregional model. Journal ofExperimental Marine Ecology, 350: 3-20.

Page 182: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

172

Bab IX Cara Koleksi dan Pengawetan Rumput Laut

Bab IX

Cara Koleksi dan PengawetanRumput Laut/ Makroalgae / Seaweed

Tri Handayani

PENDAHULUAN

Makroalgae atau yang lebih umum disebut sebagai rumput laut ini

termasuk ke dalam golongan Thalophyta, yaitu organisme yang tidak dapat

dibedakan antara akar, batang dan daun. Seluruh bagian tubuhnya disebut

sebagai thalus. Makroalgae dikelompokkan menjadi tiga kelas yaitu

Chlorophyceae (makroalgae hijau), Phaeophyceae (makroalgae coklat) dan

Rhodophyceae (makroalgae merah).

Pengelompokkan makroalgae menjadi tiga kelas ini berdasarkan

kandungan pigmen dominan yang terkandung di dalam thalus. Phycoeritrin

dan phycosianin dominan pada makroalgae merah, fucoxantin dominan

pada makroalgae coklat dan klorofil b dominan pada makroalgae hijau.

Berbeda halnya dengan makroalgae coklat yang umumnya di lapangan

berwarna coklat dan makroalgae hijau berwarna hijau. Di alam, makroalgae

merah tidak selalu memperlihatkan warna merah, melainkan menampakkan

berbagai warna lain, seperti hijau, coklat, kuning atau kadang-kadang

berwarna kombinasi dari warna-warna tersebut. Untuk mengetahui bahwa,

makroalgae tersebut merupakan makroalgae merah indikasinya adalah

apabila makroalgae tersebut mengalami kekeringan maka warnanya akan

berubah menjadi warna merah atau keungu-unguan (Atmadja & Wijaya,

1996).

Page 183: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

173

Bab IX Cara Koleksi dan Pengawetan Rumput Laut

Selain pengelompokkan makroalgae berdasarkan warna, ada juga

pengelompokkan berdasarkan kandungan kimianya yaitu agarofit, alginofit

dan karaginofit. Agarofit adalah sebutan untuk makroalgae penghasil agar-

agar, seperti Gracilaria, Gelidiella. Alginofit adalah sebutan untuk

makroalgae penghasil alginat, seperti Sargassunm, Turbinaria. Sedangkan

karaginofit adalah sebutan untuk makroalgae penghasil karaginan, seperti

Eucheuma, Kappaphycus (Atmadja & Wijaya, 1996). Pengelompokkan lain

adalah berdasarkan tempat menempelnya yang disebut juga sebagai bentuk

hidup (life form). Dalam Zakaria et al. (2006), makroalgae dikelompokkan

dalam lima kategori bentuk hidup (life form) yaitu (1) makroalgae

rhizophitik/apipelik, tumbuh menancap pada substrat lumpur dan pasir, (2)

makroalgae lithophitik/epilitik, hidup pada substrat batu, karang hidup dan

karang mati, (3) makroalgae epipithik, tumbuh menempel pada daun, batang

dan rhizoma lamun serta hidup pada makroalgae lainnya, (4) makroalgae

epizoik, menempel pada cangkang moluska, tabung polikaeta dan (5)

makroalgae drift (loose-lying), tumbuh melayang bebas.

CARA PENGAMBILAN SAMPEL MAKROALGAE

Rumput laut atau makroalgae bentik dapat kita temukan di hampir

seluruh perairan pantai Indonesia. Makroalgae di alam bebas hidup

menempel pada substrat baik berupa pasir, lumpur, batu masif, karang

maupun menempel pada lamun atau makroalgae yang lebih besar. Sehingga

cara pengambilan sampel makroalgae di alam bebas berbeda dengan

pengambilan panen rumput laut.

Pengambilan contoh untuk kebutuhan taksonomi (identifikasi)

memerlukan aturan-aturan khusus agar berhasil baik dalam pengawetannya

sebagai material acuan. Persiapan untuk keperluan koleksi makroalgae

Page 184: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

174

Bab IX Cara Koleksi dan Pengawetan Rumput Laut

antara lain: pisau atau alat pemotong, alat tulis (pencil), kertas tahan air dan

alas tulis), kertas tahan air, marker dan snorkel, karung waring yang dapat

diikat pada bagian atasnya untuk menyimpan koleksi yang sudah terkumpul

sehingga mudah membawanya, dan sepatu lapangan (Atmadja & Wijaya,

1996).

Koleksi dapat dilakukan diberbagai tempat di perairan terumbu

(Gambar 9.1). Biasanya dilakukan di daerah rataan terumbu (reef flat),

daerah parit (moat), pinggir luar rataan (outer reef edge), di pinggir goba

(lagoon) dan di padang lamun (seagrass bed). Pertumbuhan makroalgae

umumnya lebih banyak terdapat di daerah bersubstrat dasar batu misalnya

di daerah parit (moat) yang umumnya masih terendam walaupun pada saat

surut terendah. Pengambilan sampel makroalgae dapat dilakukan dengan

cara berjalan kaki di daerah paparan terumbu pada saat air surut terendah.

Pada perairan yang agak dalam (2-3 meter), pengambilan sampel

makroalgae dapat dilakukan dengan snorkeling, sedangkan di perairan yang

dalam dilakukan dengan “scuba diving” (Atmadja & Wijaya, 1996).

Gambar 9.1. Diagramatik penampakan umum topografi terumbu (APT =air pasang tinggi, ASR = air surut rendah) (Atmadja &Wijaya, 1996).

Page 185: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

175

Bab IX Cara Koleksi dan Pengawetan Rumput Laut

METODE SURVEI RUMPUT LAUT

Transek merupakan metode atau alat ekologi yang dipergunakan

untuk kuantifikasi kepadatan relatif dari suatu organisme dalam suatu area.

Transek adalah jalur sempit melintang lahan yang akan dipelajari/ diselidiki

yang bertujuan untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan

perubahan lingkungannya atau untuk mengetahui jenis vegetasi yang ada di

suatu lahan secara cepat. Menurut Oosting (1956), menyatakan bahwa

transek merupakan garis sampling yang ditarik menyilang pada sebuah

bentukan atau beberapa bentukan. Transek dapat juga digunakan untuk studi

altitude dan mengetahui perubahan komunitas yang ada. Ukuran dari

transek tergantung pada beberapa kondisi. Transek pada komunitas yang

kecil penarikan garis menyilang hanya beberapa meter panjangnya.

Menurut English et. al (1994) terdapat beberapa metode transek

yang dapat digunakan dalam menggambarkan kondisi makroalgae di suatu

perairan, yaitu:

1. Metode Transek Garis

Transek garis digunakan untuk menggambarkan struktur

komunitas makroalgae dengan melihat tutupan makroalgae, bentuk

substrat (pasir, lumpur), dan keberadaan biota lain. Spesifikasi

makroalgae yang dicatat adalah berupa bentuk tumbuh rumput laut

(life form) dan dibolehkan bagi peneliti yang telah memiliki

keahlian untuk mencatat rumput laut hingga tingkat genus atau

spesies.

Peralatan yang dibutuhkan dalam survei ini adalah rol

meter, peralatan scuba, alat tulis bawah air, tas nilon, pisau untuk

mengambil sampel rumput laut yang belum bisa diidentifikasi, dan

Page 186: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

176

Bab IX Cara Koleksi dan Pengawetan Rumput Laut

kapal. Garis transek dimulai dari kedalaman dimana masih

ditemukan makroalgae (± 15 m) sampai di daerah pantai mengikuti

pola kedalaman garis kontur. Panjang transek yang digunakan

disesuaikan lebar pantai yang penempatannya sejajar dengan garis

pantai.

Pengukuran dilakukan dengan tingkat ketelitian

mendekati centimeter. Dalam penelitian ini satu klon dianggap

satu individu. Jika satu klon dari jenis yang sama dipisahkan oleh

satu atau beberapa bagian yang mati maka tiap bagian yang hidup

dianggap sebagai satu individu tersendiri. Jika dua klon atau lebih

tumbuh di atas klon yang lain, maka masing-masing klon tetap

dihitung sebagai klon yang terpisah. Panjang tumpang tindih klon

dicatat yang nantinya akan digunakan untuk menganalisa

kelimpahan jenis. Metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan,

seperti tercantum dalam Tabel 9.1.

2. Metode Transek Kwadrat

Metode transek kuadrat digunakan untuk memantau

komunitas makrobentik di suatu perairan. Pada survei makroalgae,

pengamatan biasanya meliputi kondisi biologi, pertumbuhan, dan

substrat dasar. Survei biasanya dimonitoring secara rutin.

Pengamatan didukung dengan pengambilan underwater photo

sesuai dengan ukuran kuadrat yang ditetapkan sebelumnya.

Peralatan yang dibutuhkan adalah kapal kecil, peralatan

scuba, tanda kuadrat 1 m x 1 m dan sudah dibagi setiap 25 cm,

kaliper, GPS dan underwater camera. Data yang diperoleh dengan

Page 187: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

177

Bab IX Cara Koleksi dan Pengawetan Rumput Laut

metoda ini adalah persentase tutupan relatif, jumlah klon, frekuensi

relatif dan keanekaragaman jenis.

Tabel 9.1. Kelebihan dan kekurangan penggunaan metode transek garis.

Kelebihan Kekurangan

Akurasi data dapat diperoleh

dengan baik

Data yang diperoleh juga jauh

lebih baik dan lebih banyak

Penyahian struktur komunitas

seperti persentase tutupan

rumput laut, kekayaan jenis,

dominasi, frekuensi kehadiran,

ukuran klon dan

keanekaragaman jenis dapat

disajikan secara lebih

menyeluruh

Struktur komunitas biota yang

berasosiasi dengan makroalgae

juga dapat disajikan dengan

baik

Membutuhkan tenaga peneliti

yang banyak

Survei membutuhkan waktu

yang lama

Dituntut keahlian peneliti

dalam identifikasi rumput

laut, minimal life form dan

sebaliknya genus atau spesies

Peneliti dituntut sebagai

penyelam yang baik

Biaya yang dibutuhkan juga

relatif lebih besar

Page 188: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

178

Bab IX Cara Koleksi dan Pengawetan Rumput Laut

Tabel 9.2. Kelebihan dan kekurangan penggunaan metode transek kwadrat.

Kelebihan Kelemahan

Data yang diperoleh lengkap

dengan mengambar posisi

biota yang ditemukan pada

kuadrat, dengan bantuan

underwater photo

Sumber informasi yang bagus

dalam pemantauan laju

pertumbuhan, tingkat

kematian

Proses kerjanya lambat dan

membutuhkan waktu lebih

lama.

Peralatan yang digunakan tidak

praktis dan susah bekerja pada

lokasi yang berarus

Metode ini cocok hanya pada

luasan perairan yang kecil

Sedimen trap tidak bisa

ditinggal dalam waktu lama dan

tidak efektif pada daerah yang

berarus

Metode yang umum digunakan dalam pengambilan data untuk

makroalgae adalah metode transek kwadrat. Perkiraan visual dalam kuadrat:

tempatkan kuadrat di sepanjang titik yang telah ditentukan sepanjang garis

transek, estimasi dan rekam (catat) berapa persen setiap sampel yang

diambil dalam frame (berukuran 1x1 M) (misalnya 75% spesies A, 25%

spesies B). Kuadrat divisi juga dapat digunakan untuk memperkirakan apa

yang ada di masing-masing kotak yang lebih kecil (misalnya 12 kotak

spesies A, 5 kotak spesies B, 0,5 kotak spesies C, dll). Organisme yang

sedikit di daerah pengambilan sampel dapat dicatat sebagai <1% atau

<0,5% dari kotak. Penggunaan metode kwadrat ini membutuhkan waktu

lebih lama, tetapi kita akan mendapatkan data biomassa dari makroalgae.

Page 189: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

179

Bab IX Cara Koleksi dan Pengawetan Rumput Laut

Metode lain yang dapat digunakan adalah photoquadrat. kita dapat

membandingkan dua metode kuadrat dengan menggunakan photoquadrat:

foto-foto daerah dari lokasi penelitian harus seukuran agar sesuai dengan

kuadrat bingkai. Metode ini dapat digunakan pada lokasi pengambilan

sampel di perairan dalam dan memungkinkan untuk dikerjakan lebih cepat.

Namun dalam metode ini, kita akan mengalami kendala dalam identifikasi

makroalgae dan juga kita tidak akan mendapatkan data biomassa, hal ini

disebabkan karena data yang diperoleh hanya berupa foto.

Cara Pengawetan Sampel Makroalgae

Pengawetan makroalgae pada dasarnya hampir sama dengan

pengawetan biota laut lainnya. Pengawetan makroalgae dapat dilakukan

melalui dua cara yaitu pengawetan basah dan pengawetan kering.

Pengawetan kering dapat berupa herbarium maupun makroalgae yang

dikeringkan dengan sinar matahari secara langsung. Membuat awetan

makroalgae kering sangat sederhana yaitu dengan cara mengeringkan

dibawah cahaya matahari secara langsung maupun dengan cara dikeringkan

dengan oven. Namun dedimikian, cara pengawetan contoh makroalgae

untuk herbarium memerlukan beberapa tahapan untuk mendapatkan hasil

yang baik. Tahapan pembuatan herbarium dimulai dari pemilihan

makroalgae yang akan dibuat herbarium, pemilihan kertas herbarium yang

dipakai sampai teknik pembuatan herbarium. Sedangkan awetan

makroalgae basah dapat dilakukan dengan merendam dalam larutan

pengawet yaitu alkohol maupun formalin.

Page 190: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

180

Bab IX Cara Koleksi dan Pengawetan Rumput Laut

Cara Pembuatan Herbarium Makroalgae

Dalam membuat herbarium, diperlukan persiapan bahan dan alat

yang akan dipergunakan, yaitu: presan herbarium dari kayu atau besi, kertas

herbarium (kertas khusus untuk herbarium), kertas isap, kertas koran, kain

kasa dan amplop atau map folio. Sampel makroalgae untuk herbarium

sebaiknya digunakan sampel makroalgae yang masih baru dan segar karena

memiliki daya lekat yang lebih kuat. Rumput laut yang sudah lama (lebih

dari 1 hari) akan menghasilkan herbarium yang kurang baik. Hal tersebut

dikarenakan makroalgae sudah layu dan agak kering sehingga akan

mengurangi daya rekat makroalgae saat dipres menjadi herbarium dan

hasilnya herbarium akan mudah lepas (Atmadja & Wijaya, 1996).

Makroalgae yang akan dibuat herbarium harus bebas dari kotoran,

sehingga sampel yang diperoleh dari perairan perlu untuk dibersihkan dari

kotoran berupa lumpur dan pasir. Pembersihan kotoran ini bertujuan untuk

mendapatkan herbarium yang lebih bersih, selain itu kotoran dan lumpur

akan mengurangi daya rekat makroalgae sehingga herbarium yang diperoleh

akan mudah lepas. Selain dibersihkan dari kotoran, harus bersih juga dari

makroalgae lain yang menempel. Hal ini bertujuan untuk membuat

herbarium dengan spesimen yang murni tanpa ada penempelan oleh spesies

lainnya.

Tahapan selanjutnya adalah penataan spesimen pada kertas

herbarium. Penataan ini bertujuan untuk membuat spesimen menempel pada

kertas herbarium dalam keaadaan utuh, tidak saling bertumpukan, dan

morfologi thalus masih terlihat seperti aslinya. Setelah semua spesimen

diatur pada kertas herbarium, herbarium siap untuk dipress. Penataan kertas

herbarium sebelum dipress sangat penting. Kertas herbarium yang diatasnya

telah terdapat sampel yang akan dipress, ditata dengan susunan kertas

Page 191: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

181

Bab IX Cara Koleksi dan Pengawetan Rumput Laut

herbarium, sampel, kain kasa, kertas isap, dan terakhir kertas koran.

Penyusunan ini dilakukan secara berulang-ulang sampai sampel yang akan

dibuat herbarium habis. Setelah itu dilakukan pengepressan dengan alat

press. Herbarium dapat dikeluarkan dari alat press minimal satu hari

pengepressan atau sampai herbarium kering dan menempel pada kertas

herbarium.

Beberapa jenis makroalgae apabila dipress sering terjadi

penumpukan di salah satu tempat atau bagian tertentu. Hal ini disebabkan

oleh percabangan yang terlalu banyak. Untuk menghindari hal ini, maka

perlu dilakukan pengurangan percabangan sebalum dipress. Beberapa jenis

makroalgae yang memiliki banyak percabangan antara lain: Amphiroa,

Acanthophora, Laurencia, Gracilaria, Caulerpa (Atmadja & Wijaya,

1996).

Herbarium yang baru dikeluarkan dari alat press sebaiknya tidak

langsung disimpan, sebaiknya diangin-anginkan dahulu dengan tujuan

diperoleh herbarium yang benar-benar kering. Harbarium yang masih basah

akan mudah terserang jamur dan akan merusak herbarium. Herbarium yang

baru diambil dari alat press juga tidak boleh terkena sinar matahari

langsung. Sinar matahari dapat membuat herbarium menjadi bergelombang

atau mengkerut sehingga makroalgae yang telah menempel akan mudah

terlepas kembali (Atmadja & Wijaya, 1996).

Cara Penyimpanan dan Perawatan Herbarium

Herbarium makroalgae sebaiknya sebelum dimasukkan ke dalam

amplop atau map, dimasukkan terlebuh dahulu ke dalam plastik bening

tembus pandang atau ke dalam amplop kertas, kemudian disimpan di dalam

rak khusus yang ditempatkan di dalam ruangan sejuk (ruangan AC).

Page 192: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

182

Bab IX Cara Koleksi dan Pengawetan Rumput Laut

Ruangan yang memiliki AC dapat mencegah munculnya jamur yang dapat

merusak herbarium. Cara penyimpanan herbarium sebaiknya disesuaikan

menurut klasifikasi dan penomoran, misalnya khusus untuk Chlorophyta

(makroalgae hijau), Phaeophyta (makroalgae coklat) dan Rhodophyta

(makroalgae merah) (Atmadja & Wijaya, 1996).

Dengan cara penyimpanan herbarium yang teratur, baik dan aman

akan mempermudah kita dalam mencarinya pada saat diperlukan (Atmadja

& Wijaya, 1996). Perawatan herbarium juga harus diperhatikan, dengan

tujuan herbarium yang tersimpan tetap baik dan bagus tanpa munculnya

jamur maupun kerusakan fisik lainnya. Perawatan herbarium dapat

dilakukan dengan membersihkan herbarium secara teratur dan dapat

dilakukan juga dengan pemberian anti jamur pada tempat penyimpanan

herbarium.

Cara Pembuatan Awetan Basah Makroalgae

Pengawetan basah makroalgae dapat dilakukan dengan merendam

sampel dalam larutan alkohol 70% atau formalin 4%. Material yang

diawetkan biasanya akan berubah warna dalam jangka waktu lama.

Perubahan warna ini disebabkan karena terlarutnya pigmen ke dalam

pelarut seperti alkohol dan formalin. Hilangnya pigmen pada awetan basah

tidak menjadi masalah besar karena warna thalus sudah dicatat pada saat

koleksi. Tujuan utama pengawetan basah ini adalah untuk mempertahankan

bentuk morfologinya dalam identifikasi (Atmadja & Wijaya, 1996).

Cara Penyimpanan dan Perawatan Awetan Basah Makroalgae

Cara penyimpanan dan perawatan awetan basah sudah pasti

berbeda dengan herbarium, namun demikian prinsipnya sama. Makroalgae

Page 193: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

183

Bab IX Cara Koleksi dan Pengawetan Rumput Laut

dimasukkan dalam botol kaca bening dan direndam dalam larutan alkohol

70% atau formalin 4%. Botol-botol tersebut ditempatkan di rak khusus di

dalam ruangan dingin (ruangan AC). Cara penyimpanan awetan basah ini

sama dengan herbarium, yaitu disesuaikan menurut klasifikasi dan

penomoran, misalnya khusus untuk Chlorophyta (makroalgae hijau),

Phaeophyta (makroalgae coklat) dan Rhodophyta (makroalgae merah).

Perawatan awetan basah makroalgae dapat dilakukan dengan mengganti

atau menambah alkohol 70% atau formalin 4% secara teratur, dengan tujuan

sampel tidak rusak dan tetap terjaga kualitasnya.

Daftar Pustaka

Atmadja W.S. & Widjaya. 1996. Cara koleksi dan pengawetan rumput laut.Dalam: Pengenalan Jenis-jenis Rumput Laut di Indonesia(Atmadja WS, Kadi A, Sulistijo, Rachmaniar, Eds). PusatPenelitian dan Pengembangan Oseanologi-Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia. Jakarta.

English S., C. Wilkinson & V. Baker. 1994. Survey manual for tropicalmarine resources. ASEAN-Australia Marine Science Project:Living Coastal Resources.

Zakaria, M.H., J.P. Bujang, R. Amit, S.A. Awing & H. Ogawa. 2006.Marine macrophyte: macroalgae species and life form from GoldenBeach, Similajau National park, Bintulu, Serawak, Malaysia.Coastal marine science 30 (1): 243-246.

Page 194: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

184

Bab X Pengertian Mangrove Dan Pegangan Koleksi Spesimen

Bab XPengertian Mangrove Dan Pegangan

Koleksi Spesimen.

Pramudji

Pendahuluan

1. Pengertian mangrove

Pada awalnya, pengertian hutan mangrove dikenal hanya

dikalangan ilmuwan saja, khususnya yang tertarik pada kawasan pesisir,

namun saat ini sudah banyak peneliti maupun mahasiswa yang tertarik

pada bidang tersebut. Allen (1973) mengetengahkan bahwa hutan

mangrove dikenal sebagai coastal woodland atau hutan bakau atau rawa

garaman atau “intertidal zone”. Beberapa pakar mangrove, telah

mendefinisikan hutan mangrove secara berbeda-beda, namun demikian

memiliki maksud yang sama. Misalnya Seanger et al. (1983),

mendefinisikan hutan mangrove sebagai formasi dari tumbuhan daerah

litoral yang khas di kawasan pesisir tropik dan subtropik. Snedaker

(1978) memberikan pengertian bahwa hutan mangrove merupakan suatu

kelompok jenis tumbuhan berkayu yang tumbuh di sepanjang garis

pantai tropika dan subtropika yang selalu terlindung dari hempasan

ombak, serta memiliki bentuk lahan pantai yang landai dengan tipe tanah

anaerob. Hutan mangrove merupakan sekumpulan hutan halofil yang

umumnya tumbuh pada daerah intertidal dikawasan tropik dan subtropik

yang membentuk hamparan rawa yang selalu dipengaruhi oleh air

pasang-surut (Moore, 1977). Sedangkan menurut Tomlinson (1986)

Page 195: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

185

Bab X Pengertian Mangrove Dan Pegangan Koleksi Spesimen

mangrove adalah sebagai tumbuhan yang terdapat di daerah pasang-

surut, maupun sebagai komunitas. Namun demikian, pada intinya

pengertian hutan mangrove adalah suatu formasi hutan yang mampu

tumbuh dan berkembang di daerah tropik dan subtropik pada lingkungan

pesisir yang berkadar garam sangat ekstrim, jenuh air, kondisi tanah

yang tidak stabil dan anaerob yang selalu dipengaruhi pasang-surut.

2. Habitat dan Daya Adaptasi Mangrove

Seperti yang disebutkan di atas, bahwa secara umum mangrove

tumbuh pada daerah intertidal dan supratidal yang selalu dipengaruhi

oleh aliran air tawar, serta terlindung dari pukulan ombak. Oleh karena

itu, mangrove banyak tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir teluk

yang dialiri sungai dan pulau-pulau kecil. Untuk mempertahankan

eksistensinya, mangrove memiliki daya adaptasi physiologi yang tinggi

terhadap lingkungan pesisir yang sangat ekstrim. Mangrove sangat

cocok tumbuh pada kawasan yang terlindung dan memiliki lingkungan

yang memungkinkan terjadinya endapan (sedimen), misalnya daerah

muara sungai atau delta. Secara umum, mangrove dicirikan tumbuh pada

substrat yang memiliki kadar garam (salinitas) dan suhu yang tinggi,

kadar oksigen yang rendah, serta substrat tanah berlumpur yang

mengandung sisa-sisa bahan organik.

Secara rinci tentang kemampuan tumbuhan mangrove beradaptasi

terhadap lingkungan tersebut, antara lain adalah sebagai berikut:

a. Adaptasi terhadap salinitas dan suhu yang tinggi: Untuk

mensiasati hidup pada lingkungan dengan salinitas yang tinggi,

Page 196: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

186

Bab X Pengertian Mangrove Dan Pegangan Koleksi Spesimen

maka beberapa jenis mangrove (Rhizophora sp., Bruguiera sp., dan

Sonneratia sp.), memiliki daun yang tebal dan kuat yang berfungsi

untuk mengatur keseimbangan garam. Pada daun terdapat sel

khusus yang berfungsi untuk menyimpan garam, serta struktur

stomata yang berfungsi untuk membantu mengurangi penguapan.

b. Adaptasi terhadap kadar oksigen yang rendah: Dengan kondisi

hutan mangrove yang memiliki kandungan oksigen yang rendah,

maka untuk memperoleh oksigen dari udara, beberapa jenis

mangrove memiliki akar nafas (aerial root) dengan bentuk perakaran

yang khas. Lenti sel berfungsi sebagai jalan masuknya udara yang

berguna untuk persediaan dalam daun, batang maupun pada akar.

Selain itu, kebutuhan oksigen juga ditopang oleh adanya lubang-

lubang tanah yang dibuat oleh berbagai biota, seperti kepiting,

moluska dan hewan lainnya (Ewuise, 1980).

c. Adaptasi terhadap substrat: Terkait dengan tempat tumbuhnya,

jenis mangrove memiliki adapatasi morfologi dengan struktur

perakaran yang unik selain berfungsi untuk memperkokoh batang,

mengambil hara atau nutrien, akar tersebut juga mampu untuk

menahan dan mengendapkan sedimen yang terbawa oleh arus

sungai atau laut, sehingga dapat membantu dalam proses

pembentukan teras-teras pantai (Bird, 1977; Bird & Barson, 1979).

3. Struktur, Fungsi dan Peran Mangrove

Struktur dalam ekosistem mangrove memiliki dua komponen,

yakni komponen abiotik dan komponen biotik. Komponen abiotik

terdiri dari substansi anorganik dan substansi organik. Selain itu, bagian

Page 197: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

187

Bab X Pengertian Mangrove Dan Pegangan Koleksi Spesimen

komponen abiotik yang juga sangat penting adalah kondisi iklim seperti

hujan, suhu, serta kelembaman. Komponen biotik, terdiri dari 3

kelompok sesuai dengan fungsinya dalam suatu ekosistem, antara lain

adalah kelompok organisme produser, kelompok organisme konsumer

(herbivora, karnivora, omnivora dan kelompok pemakan detritus), serta

kelompok organisme dekomposer (kelompok pengurai).

Ekosistem hutan mangrove adalah salah satu ekosistem pesisir

yang merupakan peralihan antara darat dan laut yang memiliki peran dan

fungsi yang sangat besar, karena secara biologis hutan mangrove ikut

berperan dalam mengatur perputaran mata rantai makanan di suatu

perairan. Serasah mangrove yang jatuh ke lantai hutan akan menjadi

habitat yang baik bagi mikroorganisme (bakteri dan fungi), sekaligus

membantu dalam proses dekomposisi, dimana pada akhirnya menjadi

sumber makanan bagi Amphiphoda, Mysidaceae dan pemakan detritus

lainnya dan selanjutnya menjadi makanan bagi larva ikan, kepiting dan

udang (Heald & Odum, 1972).

Terkait dengan gugur serasah mangrove, maka perlu diketahui

bahwa selama terjadi proses dekomposisi serasah mangrove akan

semakin diperkaya oleh protein. Selanjutnya, dari proses dekomposisi

tersebut menjadi sumber pakan dari berbagai organisme, misalnya

kepiting, moluska, polychaeta, udang dan ikan. Proses dekomposisi

serasah mangrove tersebut, menurut hasil penelitian yang dilakukan

oleh Pramudji (2001a; 2001b) di kawasan pesisir Teluk Un, Maluku

Tenggara, bahwa serasah jenis Bruguiera gymnorrhiza akan terurai habis

dalam waktu kurang lebih sekitar 13 bulan. Kemudian untuk jenis

Rhizophora sp., proses dekomposisinya memerlukan waktu sekitar 12

Page 198: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

188

Bab X Pengertian Mangrove Dan Pegangan Koleksi Spesimen

bulan (Pramudji, 2003). Sedangkan untuk jenis Avicennia officinalis,

penguraiannya membutuhkan waktu sekitar 8 bulan (Wafar et al., 1999

). Perbedaan laju dekomposisi tersebut adalah berkaitan dengan

kandungan unsur nitrogen dan karbon dalam serasah mangrove. Semakin

tinggi kandungan karbonnya, maka proses dekomposisi serasah

mangrove akan semakin lama. Selain itu, perbedaan laju penguraian

serasah mangrove tersebut, juga dipengaruhi beberapa faktor antara lain,

oksigen terlarut, pH tanah, kehadiran mikroorganisme, pasang-surut,

lama penggenangan dan kadar garam atau salinitas air.

Berdasarkan aspek ekologinya, hutan mangrove memiliki

peranan dan fungsi yang cukup penting, baik terhadap fauna maupun

ekosistem kawasan pesisir secara luas, antara lain adalah sebagai

sumber nutrisi, karena didalamnya terjadi proses biologi yang

dimanfaatkan oleh biota laut. Odum (1971), menyebutkan bahwa serasah

mangrove yang jatuh di lantai hutan menghasilkan antara 35-60% unsur

hara yang terlarut pada ekosistem mangrove. Mangrove juga dapat

berperan sebagai tempat memijah, pembesaran, mencari makan, tempat

berlindung dan habitat dari berbagai biota laut.

Demikian juga apabila dilihat dari aspek ekonomi, hutan

mangrove memiliki fungsi yang sangat besar bagi kehidupan

masyarakat, khususnya masyarakat pesisir yang berdomisili disekitar

hutan mangrove. Peran hutan mangrove tersebut antara lain adalah

sebagai penyedia keperluan rumah tangga, misalnya sebagai kayu

bangunan, kayu bakar dan arang; Sebagai areal untuk budidaya atau

pertambakan udang dan ikan; Sebagai bahan keperluan industri,

misalnya sebagai bahan baku kertas, bahan baku penyamak kulit dan

Page 199: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

189

Bab X Pengertian Mangrove Dan Pegangan Koleksi Spesimen

juga sebagai bahan baku kayu lapis; Sebagai tempat penghasil bibit

ikan, udang, kepiting dan kerang; dan Sebagai daerah ekowisata

(ecotourism), lokasi pendidikan bagi pelajar, mahasiswa maupun sebagai

tempat penelitian.

4. Jenis Tumbuhan Mangrove

Sejauh ini, di Indonesia tercatat setidaknya 203 jenis tumbuhan

mangrove yang melipuri 89 jenis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis

pemanjat, 44 jenis herba tanah, 44 jenis epifit dan 2 jenis paku. Dari 203

jenis tersebut, 43 jenis ditemukan sebagai magrove sejati (true

mangrove). Sementara jenis lain yang ditemukan disekitar mangrove

dikenal sebagai jenis mangrove yang hidup berasosiasi dengan mangrove

(asociate mangrove). Di seluruh dunia, Saenger, et al. (1983) mencatat

sebanyak 60 jenis tumbuhan mengrove sejati. Dengan demikian terlihat

bahwa Indonesia memiliki keragaman jenis yang paling tinggi.

Di Indonesia sendiri, terdapat perbedaan dalam hal keragaman

jenis mangrove antara satu pulau degan pulau lainnya. Dari 203 jenis

tumbuhan mangrove yang telah diketahui, 166 jenis terdapat di Jawa,

157 jenis di Sumatera, 150 jenis di Kalimantan, 142 jenis di Irian, 135

jenis di Sulawesi, 133 jenis di Maluku dan 120 jenis di Kepulauan Sunda

Kecil. Jenis tumbuhan mangrove yang sering ditemukan diberbagai

tempat di Indonesia termasuk dalam kelompok sebagai berikut (Noor,

dkk.1999):

Page 200: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

190

Bab X Pengertian Mangrove Dan Pegangan Koleksi Spesimen

Mangrove Sejati (true mangrove).

1. Suku Acanthaceae meliputi marga Acanthus.

2. Suku Areceae meliputi marga Nypa.

3. Suku Asclepiadaceae meliptui marga Gymnanthera,

Sarcolobus.

4. Suku Euphorbiaceae meliputi marga Excoecaria.

5. Suku Bombacaceae meliputi marga Camptostemon.

6. Suku Combretaceae meliputi marga Lumnitzera.

7. Suku Pteridaceae meliputi marga Acrostichum.

8. Suku Lythraceae meliputi marga Phempis.

9. Suku Meliaceae meliputi marga Xylocarpus.

10. Suku Myrtaceae meliputi marga Osbornia.

11. Suku Myrsinaceae meliputi marga Aegiceras.

12. Suku Rhizophoraceae meliputi marga Rhiziphora,

Bruguiera, Ceriops dan Kandelia.

13. Suku Rubiaceae meliputi marga Scyphiphora.

14. Suku Sonneratiaceae meliputi marga Sonneratia.

15. Suku Sterculiaceae meliputi marga Heritiera.

16. Suku Verbenaceae (Avicenniaceae) meliputi marga

Avicennia.

Tumbuhan yang Berasosiasi Dengan Mangrove (asociate mangrove).

1. Suku Aizoaceae meliputi marga Sesuvium.

2. Suku Asclepiadaceae meliputi marga Calotropis.

3. Suku Apocynaceae meliputi marga Cerbera.

4. Suku Asteraceae meliputi marga Wedelia.

Page 201: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

191

Bab X Pengertian Mangrove Dan Pegangan Koleksi Spesimen

5. Suku Clusiaceae meliputi marga Calophyllum.

6. Suku Combretaceae meliputi marga Terminalia.

7. Suku Convolvulaceae meliputi marga Ipomoea.

8. Suku Euphorbiaceae meliputi marga Ricinus.

9. Suku Fabaceae meliputi marga Derris, Pongamia.

10. Suku Goodeniaceae meliputi marga Scaevola.

11. Suku Lecythidaceae meliputi marga Barringtonia.

12. Suku Malvaceae meliputi marga Hibiscus, Thespesia.

13. Suku Melastomataceae meliputi marga Melastoma.

14. Suku Pandanaceae meliputi marga Pandanus.

15. Suku Passifloraceae melipuri marga Passiflora.

16. Suku Rubiaceae meliputi marga Morinda.

17. Suku Verbenaceae meliputi marga Stachytarpheta.

5. Sistematika

a. Karakterisasi

Tumbuhan mangrove memiliki keanekaragaman jenis

tumbuhan yang tinggi serta memilki habitus pohon dan perdu, sehingga

dalam penyusunan kunci perlu kita batasi dan perlu prioritas sesuai

dengan jenis yang ditemukan (Pramudji & Suhardjono, 2008). Pada

umumnya penyusunan kunci identifikasi di hutan mangrove diutamakan

jenis-jenis pohon. Jenis-jenis pohon tumbuhan mangrove memiliki ciri

yang dapat membantu dalam identifikasi jenis, antara lain sebagai

berikut:

Page 202: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

192

Bab X Pengertian Mangrove Dan Pegangan Koleksi Spesimen

Habitus

- Pohon meliputi marga Aegiceras, Avicennia, Bruguiera,

Ceriops, Excoecaria, Heritiera, Lumnitzera, Osbornia,

Pemphis, Rhizophora, Scyphiphora, Sonneratia, Xylocarpus,

Barringtonia, Calophyllum, Cerbera, Hibiscus, Pandanus,

Pongamia, Terminalia, Thespesia.

- Perdu meliputi marga Aegiceras, Avicennia, Ceriops,

Lumnitzera, Osbornia, Pemphis, Scyphiphora, Calotropis,

Clerodendrum, Hibiscus, Scaevola, Vitex.

Sistem Perakaran

- Akar tunjang (still root) ditemukan pada marga Rhizophora.

- Akar lutut (knee roots) ditemukan pada marga Bruguiera,

Ceriops.

- Akar nafas (pneumatophores) ditemukan pada marga

Avicennia, Lumnitzera, Sonneratia.

- Akar papan (plank roots) ditemukan pada marga Xylocarpus.

- Banir (buttress) ditemukan pada marga Bruguiera, Ceriops,

Heritiera, Lumnitzera, Xylocarpus.

Komposisi Daun

- Tunggal meliputi marga Aegiceras, Avicennia, Bruguiera,

Ceriops, Excoecaria, Heritiera, Lumnitzera, Osbornia,

Pemphis, Rhizophora, Scyphiphora, Sonneratia, Barringtonia,

Calophyllum, Cerbera, Hibiscus, Pandanus, Pongamia,

Terminalia, Thespesia.

- Majemuk meliputi marga Xylocarpus.

Page 203: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

193

Bab X Pengertian Mangrove Dan Pegangan Koleksi Spesimen

b. Klasifikasi

Berdasarkan buku Hsuan Keng 1978. Orders and Families ofMalayan Seed Plants. Singapore University Press 437 Halaman,kebanyakan tumbuhan mangrove masuk dalam:

Divisio : SpermatophytaSub Divisio : AngiospermaeClassis : DicotyledoneaeOrder : MyrtalesFamily : Rhizophoraceae

CombretaceaeMyrtaceaeLecythidaceaeLythraceaeMelastomataceae

Divisio : SpermatophytaSub Divisio : AngiospermaeClassis : DicotyledoneaeOrder : PalmalesFamily : Arecaceae/Palmae

c. Contoh Kunci Identifikasi

Identifikasi jenis tumbuhan adalah suatu kegiatan untuk

penentuan nama yang benar dari suatu jenis dan penempatannya dalam

sistem klasifikasi tumbuhan (Pramudji & Suhardjono, 2008).

Identifikasi dengan bantuan kunci dilakukan secara bertahap, yaitu dari

Divisi, Clasisi, Subclasisi, Familia, Genus dan Species. Kunci

identifikasi sering dikenal dengan kunci dikotom yang pada prinsipnya

terdiri dari sederet bait atau penuntun.

Page 204: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

194

Bab X Pengertian Mangrove Dan Pegangan Koleksi Spesimen

1a. Tumbuhan paku-pakuan, berspora............................... Achostichum1b. Tumbuhan berbiji .......................................................................... 2

2a. Biji berkeping satu, batang seperti palm, pendek..................... Nypa2b. Biji berkeping dua .......................................................................... 3

3a. Daun majemuk menyirip ............................................................... 43b. Daun tunggal.................................................................................. 7

4a. Buah besar, memiliki diameter 10-25 cm, batang umumnyaberlubang .................................................................... Xylocarpus

4b. Buah kecil, diameter kurang dari 10 cm....................................... 5

5a. Bunga kupu-kupu, buah polong ........................................... Derris5b. Bunga berbentu lain ....................................................................... 6

6a. Bunga majemuk di ketiak daun atau batang, buah polong, memilikistamen 10 atau lebih ...........................................................Cynometra

6b. Bunga majemuk, posisi di ujung,besar, memanjang (30-70 mm),stamen 4..........................................................................Dolichandrone

7a. Batang bergetah............................................................................ 87b. Batang tidak bergetah................................................................... 9

8a. Bunga biseksual .............................................................. Cerbera8b. Bunga uniseksual ....................................................... Excoecaria

9a. Daun duduk (sessilis), bulat telur terbalik, lanset, ujung dan pangkalmembulat, tepi rata, buah persegi empat, warna coklat .................................................................................................. Baringtonia

9b. Daun bertangkai, susunan bervariasi......................................... 10

10a. Daun berhadapan (oposite) ...................................................... 1110b. Daun tersebar atau alternate ..................................................... 17

11a. Daun bergifgi dan berduri, bunga zigomorf ................ Acanthus11b. Daun tidak bergigi, bunga aktinomorf ..................................... 12

Page 205: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

195

Bab X Pengertian Mangrove Dan Pegangan Koleksi Spesimen

12a. Tumbuhan dengan akar nafas, permukaan daun berwarna sepertiperak ........................................................................................ 13

12b. Tumbuhan dengan akar banir, akar lutut, permukaan daun tidakperak ........................................................................................ 14

13a. Permukaan bawah daun berwarna perak, abu-abu atau coklat, bungakecil, ungu kekuningan, buah kapsul, ablique ...............Avicennia

13b. Permukaan bawah tidak berwarna perak, bunga warna merah,bunga beryy, globosa ................................................. Sonneratia

14a. Buah berdiameter lebih kecil 1 cm, daun dengan kelenjar minyakberupa titik .......................................................................Osbornea

14b. Buah berdiameter 1 cm atau lebih, daun tidak berkelenjar ..... 15

15a. Buah turbinate aau corong, akar papan atau lutut, memiliki tajukkelopak 8-15................................................................. Bruguiera

15b. Buah berbentuk peer, tajuk berkelopak 4-5 ........................... 16

16a. Kelopak bertaju 4, hipokotil tebal, silindris, tinggi akar 1 m,permukaan bawah daun berbintik coklat .................. Rhizophora

16b. Kelopak bertaju 5, hipokotil langsing, akar jangkar dekat batang,tinggi maksimum 12 m, jumlah benang sari 10, permukaan bawahdaun tidak berbintik ........................................................ Ceriops

17a. Susunan bunga panikel/malai, panjang 18 cm, daun bunganbersisik, obovate, eleptik(10 - 31) x (5-15) cm ..................................................... Heritiera

17b. Susunan bunga payung, bulir, daun dan bunga tidakbersisik.................................................................................... 18

18a. Buah melengkung seperti pisang, bunga payung, daunobovate.......................................................................... Aegiceras

18b. Buah langsing, daun obovate-elips ........................... Lumnitzera

Page 206: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

196

Bab X Pengertian Mangrove Dan Pegangan Koleksi Spesimen

6. Metode Koleksi

a. Metode aktif

Dalam bidang taksonomi, koleksi spesimen merupakan langkah

yang paling awal. Beberapa metode koleksi spesimen yang lazim

digunakan selama ini adalah metode aktif dan metode pasif, namun

untuk spesimen tumbuh-tumbuhan tidak menggunakan metode pasif

(Pramudji & Suhardjono, 2008). Metode aktif biasanya digunakan untuk

mengkoleksi spesimen yang sifatnya non-mobil atau statis, contohnya

adalah koleksi tumbuh-tumbuhan. Inventarisasi atau koleksi jenis

tumbuhan mangrove biasanya dilakukan dengan bebas, yakni menyusur

seluruh hutan mangrove mulai dari garis pantai hingga ke perbatasan

antara hutan manrove dengan hutan darat. Area untuk koleksi spesimen

tersebut diupayakan seluas mungkin, sesuai dengan kemampuan si

kolektor.

Pengambilan contoh tumbuhan mangrove dilakukan secara aktif

dengan mengambil seluruh tumbuhan secara lengkap, yakni termasuk

daun, bunga dan buahnya. Contoh yang berbuah biasanya tidak bergitu

bernilai bila dibandingkan dengan contoh-contoh yang sedang berbunga,

karena lebih sulit mengenalnya. Moto yang perlu dipahami adalah “

lebih baik mengumpulkan sedikit, tapi lengkap daripada mengumpulkan

banyak tapi tidak lengkap” Satu hal yang perlu dicamkan dalam koleksi

adalah tidak boleh mencampur-baurkan contoh-contoh atau bagian-

bagian dari beberapa tumbuhan yang berlainan, atau yang diambil dari

tempat yang berbeda atau yang dikumpulkan pada hari yang berlainan.

Dalam beberapa kelompok tumbuhan, untuk mengenalnya perlu

diketahui ciri khas dari struktur tumbuhan tersebut. Daftar bagian-bagian

Page 207: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

197

Bab X Pengertian Mangrove Dan Pegangan Koleksi Spesimen

tumbuhan yang diperlukan untuk dapat mengenalinya, antara lain

sebagai berikut :

Acanthaceae: Bunga-bunganya cepat layu setelah dipetik,

buah-buahnya penting.

Arecaceae/Palmae (yang tegak): satu susunan daun lengkap

dengan pelepah; pelepah dari inflorescense, bunga-bunga dan

bauh-buah serta sketsa untuk kelopak bunganya, permukaan

batang dan catatan perkiraan ukurannya penting (yang

menjalar): ujung batang beserta 2 buku-bukunya dan daun

lengkap dengan pelepah serta flagellumnya; juga buah penting.

Struktur inflorescens sangat penting. Kalau catatan lengkap

tentang struktur sudah dibuat, bahan-bahan dapat dipotong-

potong dan dibentuk dalam ukuran lebih kecil.

Asclepiadaceae: contoh yang sedang berbuah tidak berguna.

Convolvulaceae: buah-buah yang masak penting.

Euphorbiaceae: tumbuhan berumah dua; yang dikehendaki

adalah contoh contoh dengan buah-buah yang masak.

Fabaceae/Leguminosae: bunga dan bila mungkin buah

kacang-kacangannya.

Loranthaceae: tumbuhan yang sedang berbuah dan yang

mandul biasanya tidak berguna; tumbuhan induknya perlu perlu

dicatat.

Malvaceae: contoh yang sedang berbuah sangat penting.

Page 208: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

198

Bab X Pengertian Mangrove Dan Pegangan Koleksi Spesimen

Melastomataceae: contoh yang mandul tidak berguna;

diperlukan contoh-contoh yang sedang berbuah.

Meliaceae: contoh yang mandul tidak berguna.

Myrsinaceae: contoh yang sedang berbuah dan yang mandul

tidak berguna.

Myrtaceae: buahnya penting, contoh yang mandul tidak

berguna.

Pandanaceae: Tumbuhan berumah dua, buah yang masak lebih

penting daripada bunganya; sketsa bentuk tumbuh; lebar batang

dan ujung daunnya juga penting.

Pteridophyta: contoh yang subur (pembawa spora) penting dan

daun-daunnya sebaiknya jangan dipisahkan dari rangkaian akar-

akarnya; daun-daunnya dimorphous; bagi tumbuhanpaku-

pakuan diperlukan sekali tangkai daunnya yang lengkap.

Rubiaceae: bahan yang mandul biasanya tidak berguna;

contoh-contoh yang sedang berbuah sangat penting.

b. Keterangan lapangan yang penting adalah:

Morfologi : tinggi dan diameter, bagian-bagian dalam tanah, ujud

hidup, warna bunga dan buah, dimensi

bagian-bagian berdaging, bau bunga-bunga, rasa buah dan

cairan sari buahnya, atau hal-hal lain

yang akan hilang setelah tumbuhan dikeringkan.

Manfaat setempat: misalnya umbi, buah atau tunas dapat dimakan,

tumbuhan sebagai makanan ternak, tumbuhan sebagai

Page 209: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

199

Bab X Pengertian Mangrove Dan Pegangan Koleksi Spesimen

ramuan obat-obatan, atau manfaat lain sebagai pencegah

erosi, dsb.

Nama setempat: cantumkan pula dalam catatatan anda: bahasa atau

logat setempat, kadang-kadang nama daerah hanya

dikenal di daerah yang bersangkutan saja dan tidak

bernilai ilmiah.

Habitat: tempat tumbuh, misalnya ditepi sungai, tepi kolam, dilapangan

yang tidak terpelihara, di tempat-tempat berlumpur, di

tempat teduh atau terpat terbuka; jenis vegetasi yang

terbanyak terdapat disekitranya dan jenis tanah, bila anda

kenal betul sebaiknya dicatat.

Altitude: tinggi letak dari permukaan laut.

Lokasi: Sebutkan dengan tepat provinsi, distrik, atau desa mana

anda temukan tumbuhan tersebut, misalnya di Lereng

Gunung Gede 2 Km sebelah timur Cibodas. Lokasi itu

harus dengan mudah dapat ditentukan dalam peta dunia.

Koordinasi pada garis lintang dan garis bujur juga

berguna dicatat.

Tanggal koleksi: kapan tanggal koleksi dilakukan Nama pengeumpul:

(Kolektor).

Nomor koleksi: setiap tumbuhan yang dikumpulkan harus diberi nomor

urut. Setiap Kolektor (Pengumpul) hanya boleh

memakai satu seri (urutan) nomor saja; jangan sesekali

memakai nomor yang sama untuk beberapa tumbuhan

yang berbeda-beda, setiap nomor hanya dipakai satu kali

saja. Berilah contohnya

Page 210: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

200

Bab X Pengertian Mangrove Dan Pegangan Koleksi Spesimen

c. Prosesing Spesimen

1. Cara mengawetkan tumbuhan

Perlengkapan yang diperlukan adalah koran-koran tua, karton

bergelombang (dapat diperoleh dari potongan berkas kotak karton) dan

penekan herbarium (press) dari anyaman bambu atau kayu. Contoh-

contoh yang sudah diberi nomor diletakkan dalam lipatan koran.

Lipatan koran disusun menjadi sebuah susunan, di antara dua lipatan

koran diletakkan sehelai karton bergelombang. Susunan tadi dijepit di

antara sepasang penekan herbarium (press) lalu diikat dengan tali atau

kawat. Kemudian susunan tersebut dikeringkan dalam oven pengering

atau dalam panas matahari. Kertas-kertas koran harus diganti dengan

teratur agar pengeringan lebih cepat; kertas koran dipakai sebagai

penyerap cairan. Dalam sebuah perjalanan yang pendek kita dapat

membawa koran, karton, dan press ke lapangan. Persiapan- persaiapan

dapat dilakukan setempat (di lapangan) dan pengeringan dilakukan

dalam laboratorium atau tempat lain yang mempunyai sarana untuk itu.

Bila perjalanan yang akan ditempuh cukup panjang (lebih dari

satu minggu) dan di lapangan tidak ada saran untuk mengeringkan atau

cuaca sangat basah, metode seperti tersebut di atas kurang tepat. Kalau

contoh-contoh disimpan begitu saja dalam lipatan koran tanpa

dikeringkan, contoh-contoh itu cepat membusuk, berjamur dan rusak.

Untuk menghindari hal tersebut digunakan metoda basah, yang lebih

menguntungkan dalam keadaan seperti diterangkan tadi.

Perlengkapan untuk metoda basah adalah : kontong-kantong

plastik besar, kertas koran, tali dan ethyl alkohol 96%. Contoh-contoh

yang telah diberi nomor dibungkus dengan kertas koran lalu diikat

Page 211: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

201

Bab X Pengertian Mangrove Dan Pegangan Koleksi Spesimen

dengan tali. Bungkusan-bungkusan ini diletakkan di dalam sebuah

kantong palstik yang besar, kemudian alkohol dituangkan ke dalam

kantong plastik tadi sehingga bungkusan-bungkusan di dalamnya basah

semua. Kantong-kantong plastik yang sudah penuh harus ditutup baik-

baik serapat mungkin. Contoh-contoh tumbuhan yang disimpan dengan

cari ini tidak cepat menjadi busuk, berjamur dan rusak dan tahan sampai

kira-kira lebih dari 1 bulan. Persiapan contoh-contoh herbarium dan

pengeringan dikerjakan di dalam laboratorium setelah perjalanan koleksi

selesai.

2. Keuntungan Metoda Basah: menghemat waktu; bersih dan cepat

contoh-contoh aman, terutama bila harus sering dipindahkan

dari satu tempat ke tempat yang lain

contoh-contoh dapat dibongkar dan dikeringkan dengan cermat

di laboratorium; contoh-contoh yang masih basah, misalnya

bunga, buah atau bagian tumbuhan yang lain dapat selanjutnya

diawetkan dalam cairan

alkohol segera mematikan contoh tumbuhan dan membuatnya

tetap utuh. Metoda kering seperti yang diuraikan sebelumnya

menyebabkan daun-daun, tunas-tunas dan bunga-bunga gugur,

seperti pada Santalaceae, beberapa Euphorbiaceae, Araliaceae

dan Leguminosae/Fabaceae.

Pengeringan contoh-contoh tumbuhan dapat dilakukan dalam oven

dengan bahan bakar listrik, arang, minyak tanah atau gas. Pengeringan

Page 212: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

202

Bab X Pengertian Mangrove Dan Pegangan Koleksi Spesimen

perlahan-lahan menghasilkan contoh herbarium yang lebih baik daripada

pengeringan yang terlalu cepat.

Daftar Pustaka

Allen, J.R.L. 1973. Physical processes of sedimentation. Earth Science

Series 1. George Allen and Unwin Ltd., London. 248

hal.

Bird, E.C.F. 1972. Mangrove and coastal morphology in North

Queensland. Journal Trop. Geogr. 32: 32-16.

Bird, E.C.F. and M.M. Barson. 1982. Stability of mangrove system In:

Mangrove ecosystem in Australia: Structure, function

and management. Proc. Aust. Mangrove Workshop. 265-

274.

Coulter, D. F and W. G. Allaway. 1979. Litter fall and decomposition

in mangrove stand Avicennia maria (Forsh) Vierh in

Middle Harbour, Sydney. Austr. J. Mar. Fresh. Res. 30:

27-37.

Dorenbosch, M. 2006. Conectivity between fish assemblages of seagrass

beds, mangroves and coral reefs evidence from the

Carribean and the western Indian Ocean. Published by

the university Library, Radboud University Nijmegen,

The Netherlands. pp 216.

Ewuise, J.Y. 1980. Specialized ecosystem within the tropical forest and

along the sea coast. Element of Tropical Ecology : 155-

166.

Page 213: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

203

Bab X Pengertian Mangrove Dan Pegangan Koleksi Spesimen

Heald, E.J. and W.E. Odum 1972. The contribituon of mangrove

swamps to Florida fisheries. In: Gulf and Caribian

fisheries Institute Proceedings, 22nd. Sess.: 130-135

Kasri, A. 1982. Pengelolaan hutan DAS Rokan – hutan mangrove

Kabupaten Bengkalis dan kemunduran perikanan di

Bagansiapi-api dan sekitarnya. Dalam: Proseding

Seminar II Ekosistm mangrove, Baturaden: 41-49.

Martosubroto, P. and N. Naamin 1977. Relationship between tidal forest

(mangrove) and commercial shrimp production in

Indonesia. Mar. Res. Indonesia 18: 81-86.

Martosubroto, P. and Sudradjat. 1974. Study on some ecological aspects

and fisheries of Segara Anakan in Indonesia. Fish. Res.

Inst. LPPL 1/73: 63-74.

Moore, W.G. 1977. A dictionary of geography. Penguin Book,

Hardmonds-worth. 246 hal.

Odum, E.P. 1971. Fundamental of ecology. 3rd edn. W.B. Sounders,

Philadelphia, Pennsylvania USA.

Pramudji 2001a. Produktivitas dan dekomposisi serasah Bruguiera

gymnorrhyza (L.) Lamk. di pesisir Teluk Un, Tual,

Maluku Tenggara. TORANI, Vol. 1 (11): 32-38.

Pramudji. 2001b. Potensi dan produktivitas hutan mangrove di Teluk

Kotania, Seram Barat, Propinsi Maluku. Perairan dan

Pantai Indonesia. Puslitbang Oseanologi-LIPI, Jakarta

Vol 6 (2): 9-18.

Page 214: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

204

Bab X Pengertian Mangrove Dan Pegangan Koleksi Spesimen

Pramudji 2003. Studi produktivitas dan laju dekomposisi serasah

mangrove di pesisir Pelita Jaya, Piru, Seram Barat.

TORANI, Vol 13, No. 2: 95-101.

Pramudji dan Suhardjono. 2008. Pelatihan Taksonomi Indonesia. Pusat

Penelitian Oseanografi LIPI, Jakarta (tidak diterbitkan).

Seanger, P., E.J. Hegerl and J.D.S. Davie. 1983. Global status of

mangrove ecosystems. IUCN Commision on Ecology

Papers No. 3. pp 88.

Snedaker, S. C. 1978. Mangrove: Their values and perpetuation.

National Resources 14: 6-80.

Sukardjo. S. 1999. Mangrove untuk pembangunan nasional – Dalil siap

pakai. Orasi Ilmiah Pengukuhan Ahli Peneliti Utama.

Pusat Penelitian Oseanografi LIPI. 97 hal.

Tomlinson, P.B. 1986. The botany of mangrove. Cambridge University

Press, Cambridge, UK. 419 hal.

Trorhaug, A. and C.B. Austin 1986. Restoration of seagrass with

economic analysis. Envir. Conserv. 3 (4) : 259-267.

Wafar, S., A.G. Untawale and M. Wafar. 1977. Litter fall and energy

flux in a mangrove ecosystem. Estuarine, Coastal and

Shelf Science 44: 111-124.

Page 215: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

205

Bab X Pengertian Mangrove Dan Pegangan Koleksi Spesimen

Lampiran gambar Mangrove.

Foto: Pramudji

Acanthus ilicifolius L.

Family: Acanthaceae

Acrostichum aureum Linn.

Family: Pteridaceae

Page 216: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

206

Bab X Pengertian Mangrove Dan Pegangan Koleksi Spesimen

Family: Myrsinaceae

Avicennia marina (Forsk.) Vierh.

Family: Aviceniaceae

Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lamk

Bruguiera sexangula

Page 217: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

207

Bab X Pengertian Mangrove Dan Pegangan Koleksi Spesimen

Ceriops tagal (Perr.) C.B. Rob.

Marga: Rhizophoraceae

Bunga

Excoecaria agallocha L.

Marga: Euphorbiaceaerga : Sterculiaceae

Family : SterculliaceaeHeritiera littoralis Dryand. Ex W. Ait.

Page 218: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

208

Bab X Pengertian Mangrove Dan Pegangan Koleksi Spesimen

Page 219: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

209

Bab X Pengertian Mangrove Dan Pegangan Koleksi Spesimen

Lumnitzera littorea (Jack) VoigtMarga: Combretaceae

Nypa fruticans (Turb.) Wurb.

Marga: Palmae

Pemphis acidula Forst.

Marga: Lythraceae

Page 220: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

210

Bab X Pengertian Mangrove Dan Pegangan Koleksi Spesimen

Rhizophora apiculata BL.

Marga : Rhizophoraceae

Rhizophora mucronata Griff.

Marga: Rhizophoraceae

Page 221: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

211

Bab X Pengertian Mangrove Dan Pegangan Koleksi Spesimen

Scyphiphora hydrophyllacea Gaerth.

Family: Rubiaceae

Sonneratia alba J.E. Smith

Marga: Sonneratiaceae

Page 222: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

212

Bab X Pengertian Mangrove Dan Pegangan Koleksi Spesimen

Marga : Sonneratiaceae

Xylocarpus moluccensis.

Family: Meliaceae

Sonneratia casiolaris (L.) Engl.

Page 223: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen

213

Bab X Pengertian Mangrove Dan Pegangan Koleksi Spesimen

Daun

Hibiscus tiliaceus L.

Marga: Malvaceae

Daun dan kuncup bunga

Ipomea pes-caprae (L.) Sweet

Marga: Convolvulaceae

Page 224: MANAJEMEN KOLEKSI SPESIMEN Manajemen Koleksi... · 2017. 6. 9. · echinodermata, moluska, ikan, karang, spons, gorgonian, lamun, algae, mangrove. Buku Manajemen Koleksi Spesimen