Upload
lamtu
View
223
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
Journal of Business and Entrepreneurship
28 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 2, No. 2; Mei 2014
Manajemen Inventori Bahan Baku Rutin
dan Langsung: Studi Kasus PT YYZ
Christian Haposan Pangaribuan
Fakultas Bisnis Universitas Siswa Bangsa Internasional (USBI)
PT YYZ is a ceramic tableware manufacturing company. In Indonesia, it is the market
leader in the middle-low tableware market. Currently, PT YYZ is in tight competition
with competitors from China. Hence, the company needs to maintain its competitive
edge by being efficient and effective in its daily operations, which includes the
management of its inventory of raw materials. An overstocked inventory is one problem
that creates inefficiency for the company, because it leads to high inventory investment.
The objective of this writing is to find solutions that will help the company to manage its
inventory at the desired level of three-month coverage, so that it can utilize a minimum
inventory investment.The analysis is based on the concept of Operations Consulting
Tool, which entails Problem Definition, Data Gathering, Data Analysis dan Solution
Development, Cost Impact dan Payoff Analysis, and Implementation. It used tools such
as issue trees, the five forces analysis, plant tours using RPA questionnaire and RPA
rating sheet, flowchart, and thereby discovered that the overstock problem is caused by
unintegrated inventory planning, lack of monitoring and warning systems for
management, and absence of a purchasing plan. From data analysis it was concluded
that the problems originated in various entities such as Marketing, Purchasing,
Management, and Supplier. To seek solutions to these problems, a new flowchart is
proposed in order to integrate inventory planning between related departments and a
monitoring and warning system, namely a Process Dashboard, for higher levels in the
company. This new system of inventory planning and control will help the company to
monitor the inventory and reduce the inventory overstock, thus enabling the company
to maintain the inventory at the desired three months level of coverage.
Keywords: Overstocked Inventory, Inventory Planning, Process Dashboard
Manajemen Inventori Bahan Baku Rutin
dan Langsung: Studi Kasus PT YYZ
LATAR BELAKANG
Globalisasi tidak dapat dihindari oleh
perusahaan mana pun sehingga
menciptakan persaingan yang ketat.
Perusahaan tidak hanya bersaing secara
lokal, tetapi juga regional, bahkan global.
Untuk bertahan hidup di era globalisasi ini,
setiap perusahaan perlu dikelola secara
efisien dan efektif.
Bagi perusahaan manufaktur,
perhatian khusus perlu diberikan terhadap
Journal of Business and Entrepreneurship
ISSN: 2302 - 4119 Vol. 2, No. 2; Mei 2014 29
semua proses manajemen untuk
mempertahankan daya saing dan memenuhi
visi dan misi secara keseluruhan. Untuk
membuktikan hal ini, dilakukan sebuah
penelitian terhadap perusahaan manufaktur
lokal yaitu PT YYZ.
PT YYZ adalah perusahaan
manufaktur peralatan makan keramik yang
sebagian besar memproduksi mangkuk dan
piring. Perusahaan ini memimpin
penjualan peralatan makan menengah ke
bawah di Indonesia dengan pangsa pasar
lebih dari 80%. Berliku-liku jalan yang
ditempuh untuk menjadi pemimpin pasar
untuk PT YYZ . Persaingan menjadi
semakin ketat terutama karena pemain dari
Cina. Untuk menjaga posisi dominan
terhadap ancaman produk dari Cina, maka
PT YYZ harus ekstra kompetitif sambil
menghasilkan kualitas peralatan makan
yang lebih baik dengan harga rendah dan
terjangkau bagi pelanggan.
Dalam persaingan yang ketat dengan
produk Cina, PT YYZ harus efisien dan
efektif dalam kegiatan operasional sehari-
hari, termasuk pengelolaan persediaan
bahan baku. Untuk perusahaan manufaktur,
bahan baku sangat penting karena
kekurangannya akan mengganggu proses
produksi. Itulah sebabnya mengapa
perusahaan harus terus-menerus
memastikan bahan bakunya tersedia dalam
jumlah yang optimal untuk memenuhi
persyaratan produksi. Perusahaan perlu
untuk memastikan bahwa tidak akan ada
kelebihan bahan baku pada waktu tertentu
di gudang, maka menyeimbangkan dua
kendala ini merupakan tantangan besar
bagi PT YYZ.
Dari data per Desember 2012, ada
sekitar 2.000 item bahan baku yang
disimpan di gudang. PT YYZ
mengkategorikan bahan baku ke dalam dua
kategori utama: Penggunaan dan Jenis.
Dari kategori pertama, ada empat jenis
bahan baku berdasarkan Penggunaan:
bahan baku rutin (routine), non-rutin (non-
routine), kritis (critical), dan usang
(obsolete).
Bahan baku “Rutin” adalah material
yang digunakan secara teratur untuk proses
produksi atau kebutuhan operasional
sehari-hari. Perusahaan harus selalu
menjaga barang-barang rutin tersedia di
gudang untuk menjamin produksi tidak
akan terganggu. Jumlah barang untuk
penggunaan ini menyumbang 47,1% dan
total nilainya adalah 81,3%.
Untuk kategori kedua, ada enam
variasi dalam kategori “Jenis” ini: bahan
baku langsung, tidak langsung, suku
cadang, umum, dan aset tetap. Bahan baku
“Langsung” adalah yang digunakan
langsung dalam proses produksi dan
menjadi bagian dari produk itu sendiri.
Contoh untuk bahan baku langsung adalah
tanah liat, feldspar, silika, dan kotak
kemasan. Jenis bahan baku “Langsung” ini
hanya 9% dari total keseluruhan namun
nilainya menyumbang 68,7%.
TUJUAN PENELITIAN
Bagi PTYYZ, manajemen persediaan
sangat penting untuk tetap kompetitif dan
mempertahankan posisinya sebagai
pemimpin pasar. Tapi saat ini, persediaan
bahan baku tidak dikelola secara efektif
karena material yang menimbun di gudang
sehingga menyebabkan inefisiensi
manajemen. Jadi, tujuan dari penulisan ini
adalah:
1. Untuk mendapatkan solusi yang akan
membantu perusahaan untuk
meningkatkan efisiensi dan daya
saing dengan memanfaatkan investasi
persediaan minimal.
2. Untuk memungkinkan perusahaan
mengelola persediaan pada tingkat
yang diinginkan (tiga bulan cakupan).
Journal of Business and Entrepreneurship
30 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 2, No. 2; Mei 2014
3. Mengusulkan perencanaan per-
sediaan dan pengendalian sistem yang
akan membantu perusahaan untuk
mengontrol persediaan dan
mengurangi overstock persediaan.
Ringkasan Masalah
Menurut data tahun 2013, persediaan
atau stok barang di pabrik PT YYZ lebih
tinggi dari yang diharapkan. Walaupun
perusahaan berusaha mempertahankan
persediaan barang untuk rata-rata tiga
bulan, tetapi kenyataannya menunjukkan
bahwa pada tahun 2013 rata-rata
penggunaan adalah untuk 4,11 bulan.
Persediaan barang yang tertimbun
atau overstocked inventory adalah salah
satu masalah yang menciptakan
inefisiensi bagi perusahaan yang
menyebabkan peningkatan investasi
keuangan dan mempengaruhi arus kas
perusahaan, sehingga meningkatkan biaya
untuk menjaga persediaan, pemborosan
akibat usia pakai material, dan
mempersempit ruang di dalam gudang.
Ringkasnya, masalah di PT YYZ adalah
“persediaan barang yang tertimbun
menyebabkan investasi inventori tinggi
dan mengakibatkan inefisiensi
perusahaan.”
TINJAUAN TEORI
“Setiap bahan baku yang dimiliki
untuk digunakan di masa depan dapat
dianggap sebagai persediaan” (Martinich,
1997, p.661). Disebutkan empat alasan
untuk menahan persediaan, yakni untuk
meningkatkan efisiensi operasional,
memberikan respon yang cepat kepada
pelanggan, memberikan keamanan
terhadap ketidakpastian bisnis, dan
memanfaatkan fluktuasi harga yang tidak
menentu atau memberikan perlindungan
terhadap risiko usaha yang tidak teratur.
“Bahan baku, barang-barang dalam
proses produksi, dan barang jadi
merupakan contoh dari persediaan atau
inventori. Setiap perusahaan memiliki
banyak jenis pemantauan sistem dan
perencanaan persediaan.” (Zulfikarijah,
2005: 2) Manajemen barang dan
pengendalian persediaan termasuk dalam
fungsi manajemen operasional.
Manajemen persediaan sangat penting
karena membutuhkan modal dan
mempengaruhi pengiriman barang ke
pelanggan. Manajemen persediaan
mempengaruhi fungsi bisnis seperti divisi
operasional, keuangan, dan pemasaran.
Untuk mengelola persediaan secara
efisien dan efektif, perusahaan dapat
melakukan upaya-upaya seperti
perencanaan dan forecasting (prediksi
permintaan) dan memproduksi jumlah
optimal yang dapat dijual di pasar. Sebuah
manajemen persediaan yang efisien
mengharuskan perusahaan untuk memiliki
perencanaan tingkat persediaan yang tepat,
menjaga persediaan yang cukup pada level
yang optimal dengan biaya persediaan
seminimal mungkin.
Menurut karya tulis ‘Inventory
Management Delivering Profits through
Stock Management,’ “Sistem Manajemen
Inventori memberikan informasi untuk
secara efisien mengelola aliran bahan,
secara efektif memanfaatkan sumber daya
manusia dan peralatan, dan
mengkoordinasikan kegiatan internal dan
berkomunikasi dengan pelanggan”
(Deveshwar, Aarti dan Modi, Dhawal,
2011: 7-9). Manajemen persediaan
memberikan informasi penting untuk para
manajer untuk membuat keputusan yang
lebih akurat dan tepat waktu dalam
mengelola kegiatan operasional
perusahaan.
Journal of Business and Entrepreneurship
ISSN: 2302 - 4119 Vol. 2, No. 2; Mei 2014 31
“Forecasting merupakan awal dari
sebuah perencanaan” (Arnold, JR Tony,
1991: 188). Prakiraan ini sangat penting
dilakukan sebelum membuat dan
mengembangkan rencana untuk memenuhi
permintaan di masa mendatang. Produsen
harus mengantisipasi permintaan di masa
mendatang bagi produk atau jasa mereka
dan melakukan rencana untuk
menyediakan kapasitas dan sumber daya
untuk memenuhi permintaan tersebut. Jadi,
forecasting sangat penting bagi rencana
strategis bisnis, rencana produksi, dan
jadwal induk produksi.
Tidak ada prakiraan prediksi yang
memiliki akurasi 100%. Forecast akan
selalu menyimpang dari yang sebenarnya.
Perbedaan antara prakiraan dan data aktual
disebut sebagai kesalahan forecast. Jika
tingkat kesalahan tersebut tinggi, hal ini
dapat menunjukkan bahwa baik teknik
peramalan yang digunakan tidak efektif
atau teknik tersebut perlu disesuaikan
dengan mengubah beberapa parameter
(Taylor, Bernard W, III, 2013: 723).
Menurut J. R. Tony Arnold (1996),
ada lima tingkatan utama dalam Sistem
Perencanaan dan Pengendalian
Manufaktur (Manufacturing Planning and
Control/MPC): 1) rencana bisnis strategis
, 2) rencana produksi (rencana penjualan
dan pengendalian), 3) jadwal induk
produksi, 4) rencana persyaratan material,
5) pengendalian pembelian dan kegiatan
produksi
Menurut Richard B. Chase dkk (2001:
330-8), Operations Consulting Tool Kit
dapat digunakan sebagai pelengkap
konsultasi manajemen operasi. Tahapan-
tahapannya adalah: Definisi Masalah,
Pengumpulan Data, Analisis Data dan
Pengembangan Solusi, Dampak Biaya dan
Analisis Hasil, dan Implementasi.
Alat untuk penentuan masalah adalah
issue trees dan five forces model. Untuk
pengumpulan data, perlu dilakukan
kunjungan ke pabrik, membuat flowchart
dan struktur organisasi. Alat untuk
melakukan analisis masalah adalah
diagram fishbone dan forecasting. Alat
untuk analisis dampak biaya dan hasil
adalah Process Dashboards . Untuk
implementasi, Gantt chart dapat digunakan
untuk menyajikan sebuah proyeksi.
METODOLOGI
Metodologi penelitian yang
digunakan dalam karya tulis ini adalah
kombinasi dari penelitian lapangan (field
research) dan penelitian kepustakaan (desk
research). Dari penelitian lapangan, data
primer diperoleh melalui wawancara
dengan kepala dan pengawas gudang dan
pabrik. Selain itu, ada pertemuan dengan
Direktur Keuangan, Akuntansi dan IT
(yang juga salah satu pemilik perusahaan),
Direktur Pembelian, dan Manager Finance
dan Accounting. Dari wawancara tersebut,
dokumen-dokumen terkait dikumpulkan –
baik softcopy maupun hardcopy – sebagai
bagian dari pengumpulan data.
Yang termasuk dalam penelitian
kepustakaan ini adalah studi literatur dan
penelitian internet. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengumpulkan data
sekunder terkait yang akan mendukung
data primer.
Dalam tulisan ini, analisis didasarkan
pada konsep Operations Consulting Tool,
terdiri dari Problem Definition, Data
Gathering, Data Analysis dan Solution
Development, Cost Impact dan Payoff
Analysis, dan Implementation.
Pemodelan dan simulasi adalah alat
yang digunakan untuk mengukur proses
bisnis. Proses bisnis saat ini di perusahaan
dan proses bisnis yang diusulkan dapat
dibandingkan untuk menentukan
signifikansi hasilnya.
Journal of Business and Entrepreneurship
32 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 2, No. 2; Mei 2014
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Definisi Permasalahan
Issue Trees
Dikembangkan oleh McKinsey
(Rasiel, EM, 1998: 12), Issue Tree dimulai
Masalah mungkin disebabkan oleh
faktor internal dan eksternal. Masalah-
masalah seperti harga dan fluktuasi nilai
tukar, faktor musiman, dan kebijakan order
minimum adalah faktor eksternal yang
berada di luar kendali perusahaan.
Salah satu solusi untuk mengatasi
masalah ini adalah dengan menggunakan
sistem kontrak dengan pemasok.
Melakukan kontrak dengan pemasok akan
menjamin pasokan bahan baku dengan
harga yang telah ditentukan. Dengan cara
ini, perusahaan tidak memiliki kewajiban
dengan masalah umum melalui lapisan
demi lapisan sampai sumber masalah dapat
teridentifikasi. Gambar berikut menunjuk-
kan Issue Tree dari perusahaan:
Figure 1. Issue Tree PT YYZ
terhadap ketersediaan material dan
fluktuasi biaya. Namun, sistem kontrak
tetap saja tidak dapat memecahkan masalah
yang disebabkan oleh fluktuasi nilai tukar
dan kebijakan order/pemesanan minimal.
Sedangkan masalah lainnya, seperti
perencanaan persediaan yang tidak
terintegrasi, lemahnya pemantauan dan
sistem peringatan untuk manajemen, dan
tidak adanya rencana pembelian,
disebabkan oleh faktor internal dan
karenanya dapat diselesaikan oleh
perusahaan itu sendiri. Jadi, analisis ini
Journal of Business and Entrepreneurship
ISSN: 2302 - 4119 Vol. 2, No. 2; Mei 2014 33
berfokus pada solusi untuk masalah yang
disebabkan oleh faktor internal.
Five Forces Model
Kita mengenal suatu teori dari
Michael Porter saat menganalisis
persaingan atau competition analysis atau
yang lebih dikenal dengan istilah Porter’s
Five Forces Model (Gamble, John E.,
Thompson, Jr, Arthur A., dan Peteraf,
Margaret A., 2013, p.41). Michael Porter
menilai bahwa perusahaan tidak hanya
bersaing secara nyata dengan perusahaan
yang ada dalam industri saat ini. Yang biasa
digunakan sebuah perusahaan adalah
analisis mengenai siapa pesaing langsung
perusahaan tersebut, malah mereka
terjebak dalam ”competitor oriented” dan
akibatnya mereka tidak mempunyai visi
pasar yang jelas. Dalam five forces
model dijelaskan bahwa kita bersaing
dengan pesaing potensial kita: mereka yang
akan masuk, para pemasok (supplier), para
pembeli atau konsumen, dan produsen
produk-produk pengganti. Maka, dalam hal
ini, terdapat lima kekuatan yg menentukan
karakteristik suatu industri, antara lain: 1)
intensitas persaingan antar pemain saat ini,
2) ancaman masuk para pendatang baru,
3) kekuatan tawar-menawar pemasok, 4)
kekuatan tawar-menawar pembeli, dan 5)
ancaman dari produk pengganti.
Menurut Olivier Furrer dan Howard
Thomas (2000: 619-37), yang menentukan
potensi profitabilitas industri adalah,
antara lain, interaksi antara pemasok,
pembeli, persaingan kompetitif di antara
perusahaan-perusahaan saat ini, pengganti
produk, dan pemain baru yang berpotensi
di dalam industri.
Figure 2. Porter’s Five Forces Analysis PT YYZ
Journal of Business and Entrepreneurship
34 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 2, No. 2; Mei 2014
Dari analisis Five Forces tersebut,
dapat dilihat bahwa PT YYZ memiliki
posisi yang kuat terhadap pembeli, posisi
yang cukup terhadap saingan industri
lainnya dan produk pengganti, namun
memiliki posisi yang lemah terhadap
pemasok dan para pendatang baru. Karena
kebijakan BMAD (Bea Masuk Anti
Dumping) hanya berlaku sampai tahun
2017, atau hanya 3 tahun ke depan, PT
YYZ perlu mempersiapkan dan
meningkatkan efisiensi dan daya saing
setiap saat sebelum ancaman tersebut
mendapatkan momentumnya di masa
depan.
PENGUMPULAN DATA
Kunjungan ke Pabrik
Untuk memahami proses produksi,
kunjungan pabrik di Tangerang dilakukan.
Dalam kegiatan ini, dilakukan penilaian
tentang kondisi pabrik dengan
menggunakan Rapid Plant Assessment
(RPA) yang terdiri dari Kuesioner RPA dan
Lembar Penilaian RPA. (Goodson, R.
Eugene, 2002: 108-9)
Dari Kuesioner RPA dan Lembar
Penilaian RPA dapat disimpulkan bahwa
pabrik berada dalam kondisi yang baik, di
atas rata-rata, meskipun ada beberapa
kategori yang perlu perhatian lebih, seperti
penggunaan ruang, pergerakan material/
bahan baku, dan integrasi aliran produk
dan rantai pasokan
Hasil penggunaan ruang yang tidak
efisien, pergerakan material, dan aliran
produk adalah overstock persediaan dan
kurangnya ruang fisik untuk
mempertahankan persediaan. Beberapa
barang yang disimpan di ruang terbuka
sehingga menyebabkan kerusakan dan
kerugian karena hujan atau angin. Ruang
di gudang tidak mencukupi, bahkan untuk
bahan seperti kotak kemasan, bahkan
terkadang tidak dapat digunakan lagi
karena sudah terlalu lama tersimpan di
gudang.
Penyebab tidak efisiennya integrasi
rantai pasokan adalah kurangnya
koordinasi sehingga menghasilkan
pertukaran informasi yang buruk antar
departemen. Sampai dengan saat ini, PT
YYZ tidak memiliki sistem terpadu yang
mengkoordinasikan departemen dalam
perusahaan. Setiap departemen melakukan
perencanaan dan kegiatan sendiri, tanpa
sistem yang memudahkan pertukaran
informasi antar departeme. Pada akhirnya,
hal ini menciptakan alur kerja yang tidak
efisien di perusahaan.
Flowchart
Saat ini, PT YYZ tidak memiliki
perencanaan persediaan yang telah
terintegrasi. Rencana dibuat secara manual
oleh masing-masing departemen dan tidak
ada integrasi dan koordinasi antar
departemen.
Journal of Business and Entrepreneurship
ISSN: 2302 - 4119 Vol. 2, No. 2; Mei 2014 35
Melihat dari flowchart tersebut dan
meninjau langkah-langkah perencanaan
saat ini, dua kelemahan dapat dideteksi: 1)
departemen pembelian (purchasing) tidak
terlibat dalam tahap perencanaan sama
sekali. Divisi pembelian hanya terlibat
dalam tahap eksekusi setelah menerima
permintaan dari divisi Production untuk
membeli bahan baku, 2) manajemen hanya
terlibat dalam tahap perencanaan ketika
menyetujui rencana penjualan. Setelah
rencana tersebut dijalankan, tidak ada
kontrol lebih lanjut dari tingkat manajemen
yang lebih tinggi di perusahaan.
Figure 3. Flowchart Perencanaan PT YYZ Sekarang
Analisis Data dan Pengembangan Solusi
Analisis Data
Analisis berdasarkan data yang
dikumpulkan dari perusahaan adalah
sebagai berikut:
a) Analisis Finansial
Menurut data dari Neraca Saldo (Trial
Balance), tertanggal 31 Desember
2012, total aktiva lancar sebesar Rp
114.425.859.282 sedangkan total
inventori adalah sebesar Rp
Journal of Business and Entrepreneurship
36 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 2, No. 2; Mei 2014
80463913038. Rasio investasi dalam
persediaan dibandingkan dengan
aktiva lancar adalah 70,32%. Rasio ini
menunjukkan inefisiensi investasi di
PT YYZ. Inefisiensi mempengaruhi
arus kas perusahaan karena keuangan
yang dihabiskan untuk material
berlebih seharusnya dapat
diinvestasikan secara lebih
menguntungkan.
b) Analisis Bahan Baku Langsung
dan Rutin
Dari data yang menunjukkan
hubungan antara harga dan jumlah
barang yang dipesan pada tahun 2013,
PT YYZ membeli 501.173 kg
Dolomite lokal pada harga Rp 290/
kg. Jumlah tersebut kemudian turun
ke 166.345 kg ketika harga naik
menjadi Rp 360/kg.
Dari data yang menunjukkan adanya
hubungan antara perubahan nilai
tukar pada tahun 2013 dan jumlah
barang yang dipesan, perusahaan
membeli 120 kg Medium 63/682
Johnson Matthey dengan harga USD
17.00/kg dengan nilai tukar Rp 9.749
per USD. Perusahaan hanya membeli
60 kg ketika nilai tukar mencapai Rp
10.270 per USD.
Perusahaan cenderung untuk
membeli material dalam jumlah besar
ketika harganya lebih murah atau nilai
tukar yang lebih rendah.
c) Analisis Kecenderungan Pem-
belian
Data pembelian pada tahun 2013
berdasarkan musim dianalisis dan
bahan seperti feldspar dan pasir sulit
didapatkan selama musim kemarau.
Jadi, PT YYZ akan membeli lebih
banyak di musim hujan untuk
mengakomodasi kekurangan pasokan
di musim berikutnya. Berbeda dengan
feldspar dan pasir, tanah liat dapat
tersedia dengan mudah saat musim
kemarau tapi sulit pada saat musim
hujan.
Pada musim hujan, pembelian
feldspar dan pasir sekitar dua kali
banyaknya pada musim kemarau. Di
sisi lain, perusahaan membeli tanah
liat 16,5% lebih di musim kemarau
(18,3 juta kg) dibandingkan dengan
musim hujan (15,7 juta kg).
Figure 4. Tren Berdasarkan Musim
untuk Tiga Bahan Baku PT YYZ
a) Analisis Rencana Penjualan
Saat ini, departemen pemasaran hanya
menyiapkan forecasting jangka
pendek (perencanaan satu bulan).
Ketika rencana penjualan pada tahun
2013 dibandingkan dengan penjualan
aktual, ada perbedaan sebanyak
739.135 lusin antara rencana dan
penjualan aktual. Menggunakan data
yang sama, medium-range forecast
(prediksi jangka menengah) dapat
dilakukan kemudian dan dibandingkan
dengan rencana penjualan saat ini.
b) Material dengan Minimum Order
Analysis (Analisis Pemesanan
Minimal)
Beberapa pemasok menentukan order
minimal yang akan dibeli oleh PT
Journal of Business and Entrepreneurship
ISSN: 2302 - 4119 Vol. 2, No. 2; Mei 2014 37
YYZ. Mengamati beberapa contoh
material dengan pemesanan minimal,
jika penggunaan material ini
dianalisis, maka akan terlihat bahwa
material tersebut dapat digunakan
untuk jangka waktu terbatas.
Pada 2013, penggunaan Cordierite
Powder 30 Mesh Type H hanya
22.000 kg/tahun atau 1.833 kg/bulan
rata-rata. Tapi batas pemesanan
minimal adalah 40.000 kg atau
sebesar 21,8 bulan pemakaian.
Meskipun perusahaan menargetkan
cakupan 3 bulan, PT YYZ harus
membeli material pada jumlah
tersebut karena kebijakan order
minimal dari pemasok.
Hal yang sama terjadi dengan Kawat
Saringan Monel 4 Mesh. Penggunaan
bahan ini hanya 25 MT/tahun namun
karena faktor kuantitas pesanan
minimal 20 MT perlu dibeli, yakni
sama dengan penggunaan hampir satu
tahun.
c) Analisis Cakupan Persediaan
Menurut data inventori per 31
Desember 2012, ada banyak routine
and direct raw materials (bahan baku
rutin dan langsung) yang memiliki
berbagai ketersediaan lebih dari 90
hari. Nilai bahan baku rutin dan
langsung yang memiliki cakupan
persediaan lebih dari tiga bulan adalah
Rp 16.169.206.110. Jumlah ini adalah
87% dari total nilai bahan baku rutin
dan langsung yaitu Rp
18.580.648.005.
Hal ini terjadi karena manajemen tidak
melakukan pemantauan apa pun
terhadap cakupan inventori. Meskipun
data tersedia dalam database, saat ini
tidak ada alat bagi manajemen untuk
memonitor selisih cakupan inventori.
Figure 5. Diagram Fishbone dari Analisis Data PT YYZ
Journal of Business and Entrepreneurship
38 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 2, No. 2; Mei 2014
Analisis Proses
Setelah menganalisis data dan
mengembangkan fishbone diagram,
gambaran yang jelas tentang masalah dapat
diperoleh. Akar masalahnya adalah karena
kurangnya perencanaan persediaan yang
terintegrasi antar departemen terkait dan
tidak adanya kontrol dari tingkat yang lebih
tinggi di perusahaan.
Berdasarkan pengamatan ini,
hubungan alur bisnis yang baru diusulkan
seperti di gambar berikut.
Figure 6. Flowchart Perencanaan PT YYZ yang Diusulkan
Journal of Business and Entrepreneurship
ISSN: 2302 - 4119 Vol. 2, No. 2; Mei 2014 39
Forecasting
Sampai saat ini, departemen
pemasaran hanya membuat forecast
(perkiraan/prediksi) penjualan bulanan
berdasarkan data historis dan kondisi pasar.
Data untuk jangka menengah atau jauh
tidak dipergunakan. Jadi, forecast jangka
menengah (1 tahun) untuk PT YYZ tetap
dibuat, kemudian dibandingkan dengan
hasil terhadap penjualan aktual. Metode
yang digunakan untuk forecasting adalah:
1. Moving Average (3 bulan and 5 bulan)
2. Exponential Smoothing:
• Simple exponential smoothing (α =
0.3 dan α = 0.5)
• Adjusted exponential smoothing (α= 0.5 dan β = 0.3)
Setelah mendapatkan hasil
forecasting, maka analisis akurasi
menggunakan metode Mean Absolute
Deviation (MAD) dan Mean Absolute
Percent Deviation (MAPD) dapat
dilakukan.
Nilai MAD dan MAPD yang lebih
rendah berarti membuktikan bahwa metode
forecasting ini lebih akurat. Dari analisis
ini, maka dapat diketahui bahwa
setidaknya MAD adalah hasil forecasting
dengan simple exponential smoothing (α= 0,3). Jadi, dapat disimpulkan bahwa
dengan metode simple exponential
smoothing (α = 0,3) adalah yang paling
cocok untuk forecasting di perusahaan ini.
Mencermati hasil dari perbandingan
antara penjualan aktual tahun 2013,
rencana penjualan dari divisi pemasaran,
dan forecasting menggunakan metode
simple exponential smoothing (α = 0,3),
jelas bahwa deviasi antara garis tren
penjualan aktual dan garis tren forecast
penjualan lebih sedikit dibandingkan
dengan deviasi antara garis tren penjualan
aktual dan garis tren rencana penjualan.
Hal ini menunjukkan bahwa data forecast
penjualan lebih akurat daripada rencana
penjualan saat ini yang dibuat oleh divisi
Pemasaran.
Cost Impact dan Payoff Analysis
Tulisan ini mencoba untuk
merancang Process Dashboard sebagai
alat untuk manajemen perusahaan dalam
memfasilitasi pemantauan persediaan
bahan baku secara seluruhan, bukan hanya
bahan rutin dan langsung saja. Process
Dashboard secara berkala menampilkan
dalam ringkasan, informasi peringatan
ketika indikator-indikator tertentu
mendekati tingkat masalah. Berikut di
bawah ini adalah rancangan yang
diusulkan:
Figure 7. Information Dashboard PT YYZ
Journal of Business and Entrepreneurship
40 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 2, No. 2; Mei 2014
Seperti yang dapat dilihat pada
Process Dashboard, informasi tersebut
hanya ditampilkan dalam bentuk
ringkasan. Jika manajemen perlu
menyelidiki lebih jauh, data dapat
diperoleh dengan mengklik bar informasi
masing-masing. Dashboard menggambar-
kan dua speedocharts (grafik yang
ditampilkan dalam bentuk speedometer)
yang mengungkapkan status masing-
masing indikator (hijau = aman, kuning =
membutuhkan perhatian, merah =
berbahaya). Sebelum mengembangkan
Process Dashboard, manajemen perlu
menentukan indikator mana yang perlu
dipantau.
Implementasi
Sebagai pedoman dalam pelaksanaan
solusi, maka Gantt chart atau grafik Gantt
diajukan. Gantt chart adalah jenis bar chart
yang menggambarkan jadwal rencana
terinci dari sebuah proyek.
Figure 8. Gantt Chart Proyek PT YYZ
Diperkirakan bahwa keseluruhan
proyek ini membutuhkan waktu empat
bulan sebelum pelaksanaan dan satu bulan
lagi untuk pemantauan dan pemeliharaan.
Jika proyek ini dimulai pada awal April
2014, maka implementasinya dapat
berjalan mulai Agustus 2014, sehingga
sudah terlihat berjalan di bulan September
2014.
Karena PT YYZ telah memiliki
sistem, maka server dan klien saat ini dapat
dimanfaatkan dalam penerapannya. Oleh
karena itu, perusahaan tidak memerlukan
hardware tambahan untuk sistem baru ini.
Untuk perangkat lunak, biaya diperkirakan
sebesar Rp 70 juta, yang meliputi gaji satu
IT supervisor dengan 2 orang pengembang
(developer) selama 5 bulan, ditambah Rp
5,6 juta untuk program pelatihan selama
dua hari.
Jumlah potensi uang yang dapat
dihemat oleh perusahaan untuk semua
persediaan bahan baku rutin dan bahan
baku langsung di tahun 2014 akan sama
dengan Rp 4.214.167.589. Sementara
untuk semua bahan baku dalam persediaan
pada tahun 2014, perusahaan dapat
menghemat hingga Rp 6.349.180.094.
Journal of Business and Entrepreneurship
ISSN: 2302 - 4119 Vol. 2, No. 2; Mei 2014 41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Untuk mendapatkan efisiensi,
perusahaan membutuhkan suatu sistem
informasi yang terintegrasi. Dalam sistem
tersebut, departemen pemasaran
mempersiapkan rencana penjualan satu
tahun di muka, diikuti dengan rencana
penjualan per kuartal. Divisi pemasaran
kemudian mengusulkan rencana ini kepada
manajemen untuk mendapatkan
persetujuan. Untuk memperoleh
persetujuan, divisi pemasaran melanjutkan
dengan membuat detail dari rencana,
mendefinisikan jumlah barang yang harus
diproduksi setiap bulan dalam setahun.
Hal ini akan melibatkan departemen
lain seperti Produksi, Pembelian,
Keuangan, dan Manajemen. Seluruh
proses ini akan memerlukan sistem
pengaturan baru terhadap perencanaan
persediaan dan pengendalian. Sistem baru
terhadap perencanaan persediaan dan
pengendalian, akan membantu perusahaan
untuk memantau persediaan, dan
mengurangi kelebihan persediaan,
sehingga persediaan pada tingkat yang
diinginkan dapat memenuhi cakupan tiga
bulan. Ini adalah solusi yang
direkomendasikan untuk membantu PT
YYZ meningkatkan efisiensi dan
mempertahankan daya saingnya.
Saran
Beberapa hal penting dari hasil
analisis dan solusi yang diusulkan:
Pertama, sistem terintegrasi dengan
bantuan teknologi informasi. Meman-
faatkan sistem yang terintegrasi dengan
bantuan teknologi informasi sehingga
setiap departemen memiliki akses ke
database terpadu dan menghasilkan
laporan yang obyektif dan akurat.
Kedua, analisis obyektif dan akurat
dari proses perencanaan Kebutuhan untuk
analisis yang lebih obyektif dan akurat dari
proses perencanaan. Hal ini dapat
dilakukan dengan analisis flowchart dan
peninjauan langkah-langkah perencanaan
saat ini, yang akan mengungkapkan
kelemahan-kelemahan yang selama ini
dijalankan. Sebuah flowchart baru pun
perlu dirancang untuk memperbaiki proses
yang ada.
Ketiga, forecasting penjualan jangka
menengah untuk departemen pemasaran.
Prediksi bulanan jangka pendek dapat
digunakan untuk rencana jangka pendek.
Untuk perencanaan tahunan yang lebih
terintegrasi, perusahaan perlu melakukan
forecasting jangka menengah. Prediksi ini
harus mencakup pencapaian rencana
pemasaran/penjualan dan memperhitung-
kan kebutuhan respon yang tepat terhadap
perubahan pasar. Divisi penjualan juga
perlu menguraikan target penjualan
mereka.
Keempat, analisis permintaan
pelanggan secara obyektif. Setiap tahun
penjualan selalu menurun selama liburan
hari raya Idul Fitri. Analisis tren penjualan
harus dilakukan. Perusahaan dapat
menyesuaikan forecasting berdasarkan
tren ini. Permintaan pelanggan
menentukan situasi pasar dan hasil
penjualan. Fakta ini dapat digunakan
untuk menentukan manajemen persediaan
bagi perusahaan.
Kelima, penataan ulang material di
gudang. Untuk mengatasi masalah bahan
baku yang terbuang akibat pemeraman atau
disimpan terlalu lama, terutama untuk
kotak kemasan, gudang dapat dirancang
untuk menggunakan tata letak FIFO (First
In, First Out) dengan menata ulang-bahan
berdasarkan tanggal penerimaan. Bahan
yang diterima lebih awal harus diatur
secara blok untuk memudahkan akses.
Journal of Business and Entrepreneurship
42 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 2, No. 2; Mei 2014
DAFTAR PUSTAKA
Arnold, J. R. Tony. (1991). Introduction
to Materials Management, Second
edition. Prentice Hall, New Jersey.
Candra, Kartika. (2010). Produsen
Keramik Raksasa Lirik Asia
Tenggara untuk Relokasi Pabrik.
Retrieved July 30th, 2013, from http:/
/www.tempo.co/read/news/2010/05/
07/090246386/Produsen-Keramik-
Raksasa-Lirik-Asia-Tenggara-untuk-
Relokasi-Pabrik
Chase, Richard B., Jacobs, F. Robert,
Aquilano, Nicholas J. (2004).
Operations Management for
Competitive Advantage, tenth edition,
The McGraw-Hill Companies, Inc,
New York.
Deveshwar, Aarti, dan Modi, Dhawal.
(2011). Inventory Management
Delivering Profits through Stock
Management, University of Science
and Technology, Haryana, India.
Furrer, O. dan Thomas, H. (2000). The
Rivalry Matrix: Understanding
Rivalry and Competitive Dynamics.
European Management Journal,
18(6), 619-37.
Gamble, John E., Thompson, Jr., ArthurA.,
Peteraf, Margaret A. (2013).
Essentials of Strategic Management
3rd edition. The McGraw-Hill
Companies, Inc, New York.
Goodson, R. E. (2002). Read A Plant Fast.
Harvard Business Review, 80, no.5,
105-13.
Ilie, Gheorghe dan Ciocoiu, Carmen
Nadia. (2010). Application of
fishbone diagram to determine the
risk of an event with multiple causes.
Management research and practice.
Vol.2 Issue 1, 1-20.
Martinich, Joseph S. (1997). Production
and Operation Management, an
Applied Modern Approach. John
Wiley dan Sons, Inc, Canada.
Maryati. (2012). Keramik Impor dari
China dikenai BMAD. Retrieved July
30 th, 2013, from http://
www.antaranews.com/berita/313061/
keramik-impor-dari-china-dikenai-
bmad
Rasiel, E. M. (1998). The McKinsey Way:
Using the Technique of the World’s
Top Strategic Consultants to Help You
and Your Busines, Second edition.
McGraw-Hill, New York.
Taylor, Bernard W., III. (2013).
Introduction to Management Science,
Eleventh edition. Pearson Education
Limited, England.
Watson, G. (2004). The Legacy Of
Ishikawa. Quality Progress 37(4), 54-
7.
Wilson, James M. (2002). Gantt charts: A
centenary appreciation. European
Journal of Operational Research,
435.
Zulfikarijah, Fien. (2005). Manajemen
Persediaan. Muhammadiyah
University, Malang.