40
BAB I PENDAHULUAN Pelayanan kesehatan masyarakat sektor pemerintah terdiri dari pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan rujukan. Puskesmas merupakan unit pelaksana pembangunan kesehatan yang mandiri yang terdepan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kota yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu dan merata dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan IPTEK tepat guna dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan dana masyarakat melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM), unit ini mempunyai wilayah kerja satu kecamatan. Salah satu hal penting dalam pelayanan kesehatan adalah pengelolahan dan pembiayaan obat. Gudang farmasi kabupaten/kota adalah tempat dimana semua obat yang datang disimpan untuk didistribusikan ke puskesmas. Salah satu tugas gudang obat adalah melakukan 1

Managemen Obat a20 Campurejo Fixx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dfwergr

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

Pelayanan kesehatan masyarakat sektor pemerintah terdiri dari pelayanan

kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan rujukan. Puskesmas merupakan unit

pelaksana pembangunan kesehatan yang mandiri yang terdepan dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Kota yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang

bersifat menyeluruh, terpadu dan merata dapat diterima dan terjangkau oleh

masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan IPTEK tepat guna dengan

biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan dana masyarakat melalui Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM), unit ini mempunyai wilayah kerja

satu kecamatan.

Salah satu hal penting dalam pelayanan kesehatan adalah pengelolahan

dan pembiayaan obat. Gudang farmasi kabupaten/kota adalah tempat dimana

semua obat yang datang disimpan untuk didistribusikan ke puskesmas. Salah satu

tugas gudang obat adalah melakukan pendistribusian rutin setiap tahunnya ke

seluruh puskesmas ataupun pada saat puskesmas mendapatkan kekosongan pada

obat tertentu sehingga peran gudang obat sangatlah penting, mengingat gudang

farmasi merupakan tempat semua obat yang datang langsung dari pusat.

Menurut Quik dkk (2008), bahwa di negara berkembang anggaran belanja

obat merupakan anggaran kedua terbesar setelah gaji, yaitu sekitar 40% dari

seluruh anggaran unit pelayanan kesehatan. Menurut Departemen Kesehatan RI

(2006), secara nasional biaya untuk obat sekitar 40-50% dari seluruh biaya

1

operasional kesehatan. Sehingga ketidakefisienan dalam pengelolaan obat akan

berdampak negatif baik secara medis.

Penyimpanan obat juga merupakan faktor yang penting dalam

pengelolahan obat di puskesmas karena dengan penyimpanan yang baik dan benar

akan dengan rmudah dalam pengambilan obat dan lebih efektif. Kegiatan utama

dalam permintaan dalam pengadaan obat puskesmas adalah menyusun daftar

permintaan obat-obatan yang sesuai dengan kebutuhan, mengajukan permintaan

kebutuhan obat kepada dinkes kota/kabupaten dan GFK (gudang farmasi

kabupaten/kota) dengan menggunakan LPLPO, penerimaan dan pengecekan jenis

dan jumlah obat. Adapun fungsi daftar permintaan tersebut adalah menghindari

gejala penyimpangan pengelolaan obat dari yang seharusnya, optimasi

pengelolaan persediaan obat melalui prosedur pengadaan/permintaan yang baik,

dan indikator untuk memilih ketepatan pengelolaan obat di puskesmas (Apriyanti,

2011).

1.2 Tujuan

Menambah wawasan dokter muda tentang manajemen obat dan alat

kesehatan di puskesmas

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi Dokter Muda

Memperluas wawasan tentang manajemen obat dan alat kesehatan di

puskesmas

1.3.2 Bagi Puskesmas Campurejo, Kediri

Sebagai masukan untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang lebih baik

khususnya di bidang pelayanan obat Puskesmas Campurejo, Kediri.

2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Identifikasi Kebutuhan Obat untuk 5 Penyakit Terbanyak di Puskesmas

Campurejo bulan Maret tahun 2015

Identifikasi kebutuhan obat untuk 5 penyakit terbanyak diperlukan untuk

mengetahui apakah pemenuhan ketersediaan obat di Puskesmas Campurejo

tercukupi sesuai kebutuhan berdasarkan penyakit terbanyak di daerah tersebut.

Dari 2.248 kunjungan pasien selama bulan Maret tahun 2015, terdapat lima

penyakit terbanyak di Puskesmas Campurejo berdasarkan data kunjungan sakit

dan kunjungan resep pada bulan Maret tahun 2015 adalah sebagai berikut (untuk

lebih lengkapnya dapat dilihat di lembar lampiran 1) :

Tabel 2.1. Data Kunjungan Sakit

No Urut

Penyakit

Terbanyak

Kode

ICD

Nama Penyakit Jumlah

1. J 06.9 ISPA 830

2. I 10 Hipertensi 347

3. M 06 Rhematik Arthitis lain 218

4. J 02 Pharingitis 203

5. R 50 Demam tidak diketahui penyebabnya 179

Daftar kebutuhan obat pilihan dari 5 penyakit terbanyak berdasarkan data

kunjungan resep bulan Maret tahun 2015 :

1. ISPA

Antibiotik:

a) Amoksisilin kapsul 250 mg dan 500mg

b) Amoksisilin sirup 125mg/5ml

Antipiretik, analgetik:

a) Paracetamol tablet 500mg

b) Paracetamol sirup 120mg/5ml

3

c) Ibuprofen tablet 400 mg

d) Ibuprofen tablet 200 mg

e) Asam mefenamat 500 mg

Ekspektoran :

a) Gliseril guaiakolat tablet 100 mg

b) OBH Sirup

Antitusif :

a) Dekstrometorpan tablet 15 mg

b) Dekstrometorpan sirup 10 mg/5ml

Dekongestan

a) Efedrin HCl

Antihistamin

a) Chlorfeniramin maleat tablet 4 mg

Anti inflamasi

a) Deksametason tablet 0,5 mg

b) Prednison tablet 5 mg

Vitamin

c) Vitamin B complex

2. Hipertensi

Antihipertensi :

a) Captopril tablet 25 mg

b) Captopril tablet 12,5 mg

c) Captopril tablet 50 mg

d) Amlodipin 5 mg

e) Nifedipin 10 mg

f) Nifedipin 5 mg

3. Rhematik Arthitis lain

Antipiretik

a) Paracetamol 500mg

b) Paracetamol sirup 120mg/5ml

c) Ibuprofen tablet 400 mg

4

d) Ibuprofen tablet 200 mg

Anti inflamasi

a) Deksametason tablet 0,5 mg

b) Prednison tablet 5 mg

Analgesik

a) Ibuprofen tablet 400 mg

b) Asam mefenamat 500mg

e) Ibuprofen tablet 200 mg

4. Pharingitis

Antibiotik:

a) Amoksisilin kapsul 250 mg dan 500 mg

b) Amoksisilin sirup 125mg/5ml

Antipiretik, analgetik:

a) Paracetamol tablet 500mg

b) Paracetamol sirup 120mg/5ml

c) Ibuprofen tablet 400 mg

d) Ibuprofen tablet 200 mg

e) Asam mefenamat 500 mg

Anti inflamasi

d) Deksametason tablet 0,5 mg

e) Prednison tablet 5 mg

Vitamin

a) Vitamin B complex

5. Demam yang tidak diketahui penyebabnya

Antibiotik:

a) Amoksisilin kapsul 250 mg dan 500mg

b) Amoksisilin sirup 125mg/5ml

Antipiretik, analgetik:

f) Paracetamol tablet 500mg

g) Paracetamol sirup 120mg/5ml

h) Ibuprofen tablet 400 mg

5

i) Ibuprofen tablet 200 mg

j) Asam mefenamat 500 mg

Jumlah keperluan obat berdasarkan data jumlah penderita selama bulan

Maret tahun 2015 dari 5 penyakit terbanyak diatas : (Lampiran 1)

Analisa jumlah keperluan obat berdasarkan data jumlah penderita dalam

bulan Maret tahun 2015 :

Contohnya: obat Paracetamol untuk penyakit ISPA. Pemberian

Paracetamol pada tiap kasus ISPA sesuai kunjungan resep yaitu rata-rata 3 kali

sehari selama 3 hari. Jadi rata-rata pasien mendapat obat 10 biji. Jadi bila jumlah

kasus ISPA selama 1 bulan sejumlah 432 berarti pemakaian obat paracetamol

kurang lebih 4.320 biji.

► Jumlah pemberian obat pada tiap kasus =

{∑ obat sekali minum x frekuensi minum perhari} x ∑ hari minum obat

Jumlah pemakaian paracetamol = { 1 biji x 3 kali } x 3 hari = 10 biji

► Jumlah keperluan paracetamol berdasarkan jumlah kasus ISPA dalam 1 bulan

= 10 x 432 = 4.320 biji.

Pada lampiran 1 tertulis bahwa jumlah pemakaian paracetamol tablet 500

mg selama 1 bulan sebesar 11986 biji sedangkan menurut hasil analisa kebutuhan

diperkirakan sebesar 4.320 biji. Hal ini menunjukkan bahwa pemakaian obat

paracetamol tablet 500 mg lebih besar dibandingkan hasil analisa. Hal tersebut

bisa dikarenakan penggunaan paracetamol tidak hanya digunakan untuk jenis

penyakit ISPA saja tetapi bisa digunakan untuk penyakit lainnya. Penyediaan obat

di puskesmas Campurejo sudah memenuhi jumlah kebutuhan dalam satu bulan.

Hal ini menunjukkan keberhasilan dari faktor seperti perencanaan,

pendistribusian, penggunaan, dan pelayanan obat di unit-unit pelayanan kesehatan

b.2 Harga untuk Pengadaan Obat

Pengadaan obat di puskesmas Campurejo berasal dari 1 macam yaitu obat

yang berasal dari pemerintah (DINKES). Obat yang berasal dari pemerintah

dibiayai melalui beberapa sumber biaya seperti dana BPJS, bantuan impress,

transmigrasi, APBD tingkat I dan II, serta sumber – sumber lainnya. Pengelolaan

biaya tersebut dilaksanakan oleh berbagai instansi baik di tingkat pusat maupun di

6

tingkat daerah. Obat yang dipasok oleh DINKES disediakan untuk kebutuhan

selama 1 bulan. Apabila suatu saat persediaan obat tersebut kurang dari jumlah

yang dibutuhkan, maka pihak Puskesmas dapat mengajukan permohonan

pengadaan obat ke DINKES sewaktu – waktu tanpa harus menunggu waktu jatuh

tempo 1 bulan tersebut.

b.3 Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas di Puskesmas untuk Tim

Obat dan Alat Kesehatan

Pada puskesmas Campurejo, tidak terdapat tim khusus yang menangani

manajemen obat dan alat kesehatan yaitu tim pengadaan, tim pemeriksa,

bendahara barang, dengan kepala puskesmas sebagai penanggung jawab. Tetapi

yang ada hanya apoteker dan asisten apoteker. Seharusnya sebuah puskesmas

harus memiliki tim khusus diantaranya Tim pengadaan terdiri dari ketua,

sekretaris, dan anggota masing – masing 1 orang. Tim pengadaan ini bertugas

untuk mengelola perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, dan

pemantauan obat. Dalam pelaksanaannya, manajemen obat tersebut dipegang oleh

1 orang yang merupakan anggota dari tim pengadaan. Tim pemeriksa terdiri dari

ketua dan 1 orang anggota. Tim pemeriksa bertugas untuk memeriksa obat dan

alat kesehatan yang sudah diterima untuk memastikan kecocokan antara

LPLPO/faktur penjualan dengan obat dan alat kesehatan yang diterima.

Bendahara barang terdiri dari ketua dan anggota masing – masing 1 orang yang

bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan perbaikan alat kesehatan. Bendahara

barang di sini menerima alat kesehatan yang telah diadakan oleh tim pengadaan.

Dalam hal ini struktur organisasi dan pembagian tugas untuk tim obat dan

alat kesehatan di puskesmas Campurejo masih kurang terstruktur dengan baik,

karena dalam pelaksanaan tugas, manajemen obat tersebut dipegang oleh 1 orang

yang merupakan anggota dari tim pengadaan juga sekaligus anggota dari tim

pemeriksa.

7

Kepala Puskemas

Koordinator Tim Manajemen Mutu Kepala Tata Usaha

Kepegawaian dan UmumBendahara SP2TP

Koordinator Upaya Kesehatan Masyarakat (Pemberdayaan)Koordinator Upaya Kesehatan Masyarakat (Surveilans dan Pengendalian Penyakit)

Penanggung JawabPerkesmasKIA – KBUKS, UKGS dan ARUPerbaikan GiziKesehatan JiwaKesehatan KerjaPromkes dan Pemberdayaan MasyarakatKeslingKesehatan InderaBattraKesehatan UsilaKesehatan Olah Raga

Penanggung JawabImunisasiP2 DBDP2 DiareP2 TBP2 KustaP2 ISPASurveilans KLBBencanaNapzaKes Jemaah HajiPTM

Koordinator Upaya Kesehatan Perorangan

Penanggung JawabPoli Umum Poli KIA – KBPoli GigiKlinik GiziUGDLaboratoriumKamar Obat dan Gudang ObatAmbulanPusline

PolindesKoordinator Puskesmas PembantuKoordinasi Ponkesdes

Polindes

Bagan 2.1. Struktur organisasi manajemen obat dan alat kesehatan

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Puskesmas Rawat Jalan Keterangan:

Garis pertanggungjawabanPolindes sebagai UKBM tetapi bertanggung jawab langsung kepada

Kepala Puskesmas

8

Untuk kepala puskesmas mempunyai tanggung jawab tentang pengelolaan

dan pencatatan pelaporan obat dan perbekalan kesehatan di puskesmas. Dan juga

mempunyai tugas seperti:

a) Membina petugas pengelola obat

b) Menyampaikan laporan bulanan pemakaian obat kepada kepala Dinas

Kesehatan kabupaten/ kota setempat

c) Melaporkan dan mengirimkan kembali semua obat yang rusak atau

kadaluarsa dan atau obat yang tidak dibutuhkan kepada kepala Dinkes

kabupaten

d) Melaporkan obat hilang kepada Kepala Dinkes kabupaten

e) Mengajukan permintaan obat dan perbekalan kesehatan kepada kepala

Dinkes kabupaten

Dan untuk Petugas gudang obat di puskesmas mempunyai tugas melaksanakan:

a) Mempunyai tugas yaitu penerimaan, penyimpanan, pendistribusian obat dan

pembekalan kesehatan dari dinas kesehatan kabupaten atau kota ke unit

pelayanan dan berkoordinasi dengan lintas program terkait.

b) Pengendalian pengunaaan persediaan dan pencatatan pelaporan.

c) Menjaga mutu dan keamanan obat serta perbekalan kesehtan dan kebersihan

ruangan

d) Menyusun rencana kebutuhan obat dan kegiatan distribusi obat berdasarkan

data program puskesmas

9

e) Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan di bidang tugasnya sebagai

bahan informasi dan pertanggung jawaban kepada kepala puskesmas

f) Melaksanakan stok opname obat minimal 1 tahun sekali

g) Melakukan evaluasi hasil kegiatan gudan obat secara keseluruhan

h) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala puskesmas

Petugas kamar obat puskesmas mempunyai tugas seperti:

a) kepala puskesmas menyusun perencanaan upaya pengelolahan dan pelayanan

kefarmasian

b) Menyusun rencana kegiatan pelayanan obat di kamar obat berdasarkan data

program pelayanan kesehatan dasar puskesmas

c) Melaksanakan upaya pelayanan kefarmasian dengan penuh tanggung jawab

sesuai keahlian dan kewenangannya

d) Melaksanakan upaya pelayanan kefarmasian sesuai SOP, SPM,tata kerja dan

kebijakan yang telah ditetapkan oleh apoteker dan kepala puskesmas

e) Menyerahkan obat sesuai resep ke pasien

f) Memberikan informasi tentang pemakaian dan penyimpanan obat kepada

pasien

g) Menyimpan, memelihara dan mencatat mutasi obat dan perbekalan kesehatan

yang dikeluarkan maupun yang diterima oleh kamar obat dalam bentuk buku

catatan mutasi obat

h) Melaksanakan pengelolahan obat termasuk pencatatan dan pelaporan secara

baik, lengkap serta dapat dipertanggung jawabkan

i) Membuat pencatatan dan laporan pemakaian dan permintaan obat serta

perbekalan kesehatan sebagai bahan informasi dan pertanggung jawaban

kepada kepala puskesmas, pencatatan dan pelaporan penggunaan obat secara

rasional serta penggunaan obat generic

j) Melakukan evaluasi hasil kegiatan pelayanan obat dimakar obat

k) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kelapa puskesmas

10

Petugas Lapangan Puskesmas Keliling mempunyai tugas :

a) Setiap kali melaksanakan kegiatan lapangan mengajukan permintaan obat

yang diperlukan kepada Kepala Puskesmas

b) Mencatat pemakaian dan sisa obat serta perbekalan kesehatan

c) Setelah selesai dengan kegiatan lapangannya, segera mengembalikan sisa

obat kepada Kepala Puskesmas melalui petugas gudang obat

Petugas lapangan posyandu mempunyai tugas:

a) Setiap kali melaksanakan kegiatan lapangan mengajukan permintaan obat

yang diperlukan kepada kepala puskesmas

b) Mencatat pemakaian dan sisa obat sertaperbekalan kesehatan

c) Setelah selesai dengan kegiatan lapangan, segera mengembalikan sisa obat

kepada kepala puskesmas melalui petugas gudang obat

Petugas obat puskesmas pembantu mempunyai tugas:

a) Menyimpan, memelihara dan mencatat mutasi obat yang dikelurkan maupun

yang diterima oleh puskesmas pembantu dalam bentuk kartu stok/ buku

b) Setipa awal bulan membuat laporan pemakaian dan mengajukan permintaan

obat kepada kepala puskesmas

c) Menyerahkan kembali obat rusak / kadaluarsa kepada kepala puskesmas

melalui petugas gudang obat

Bidan desa mempunyai tugas seperi berikut:

a) Menyimpan, memelihara dan mencatat mutasi obat yang dikelurkan maupun

yang diterima oleh puskesmas pembantu dalam bentuk kartu stok/ buku

b) Setipa awal bulan membuat laporan pemakaian dan mengajukan permintaan

obat kepada kepala puskesmas

c) Menyerahkan kembali obat rusak / kadaluarsa kepada kepala puskesmas

melalui petugas gudang obat

Pendistribusian obat adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat

secara merata dan teratur dari gudang puskesmas untuk memenuhi kebutuhan sub

unit di lingkungan puskesmas maupun unit pelayanan kesehatan lainnya.

Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan sub unit di lingkungan maupun sub

unit pelayanan kesehatan lainnya yang ada di wilayah kerja puskesmas dengan

11

jenis, jumlah, dan waktu yang tepat. Berikut adalah alur distribusi obat dan alat

kesehatan di Puskesmas Campurejo.

Bagan 2.2. Alur distribusi obat dan alat kesehatan di Puskesmas Campurejo

Obat yang telah diterima dari DINKES (GFK) masuk ke gudang obat

puskesmas induk. Setelah diperiksa oleh apoteker lalu obat-obatan didistribusikan

ke kamar obat, unit – unit seperti poli, KIA, laboratorium,kesehatan lingkungan

dan pustu – pustu..

Untuk PUSTU obat – obat yang telah keluar direkap untuk laporan

pengeluaran obat dan alat kesehatan. Bila stok obat habis, bagian tersebut berhak

mengadakan permintaan obat dan alat kesehatan ke gudang obat.

2.4 Perencanaan Kebutuhan Obat dan Alat Kesehatan

Perencanaan obat di Puskesmas dimaksudkan agar ketersediaan obat di

unit pelayanan dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan dana yang tersedia

secara efektif dan efisien, sehingga dapat dihindari tumpang tindih penggunaan

anggaran perencanaan obat dan mengurangi kemungkinan menumpuknya suatu

jenis obat tertentu.

Dasar yang digunakan dalam menetapkan perencanaan kebutuhan obat

dan alat kesehatan di puskesmas adalah berdasarkan pemakaian 1 bulan terakhir

(dari 5 penyakit terbanyak, jumlah kunjungan pasien, dan permintaan dari hasil

pelayananan di klinik di polindes, pustu, dan apotik). Berdasarkan sistem

perencanaan tersebut, puskesmas Campurejo tidak menerapkan prinsip preventive

12

management. Hal itu dapat dilihat dengan permintaan obat hanya sesuai dengan

kebutuhan.

2.5 Pengadaan Obat dan Alat Kesehatan

Pengadaan atau permintaan obat di puskesmas dilakukan untuk

memperoleh jenis dan jumlah obat, obat dengan mutu yang tinggi, menjamin

tersedianya obat dengan cepat dan tepat waktu. Oleh karena itu pengadaan atau

permintaan obat harus memperhatikan dan mempertimbangkan bahwa obat yang

diminta atau diadakan sesuai dengan jenis dan jumlah obat yang telah

direncanakan.

Pengadaan atau permintaan obat di puskesmas, baik yang melalui Dinas

Kesehatan Kabupaten/GFK dilakukan dengan mengajukan Laporan Pemakaian

dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). LPLPO untuk obat DINKES ini dibuat

tiap 1 bulan sekali atau bila ada KLB atau obat habis bisa meminta sewaktu –

waktu ke GFK (DINKES) tanpa harus menunggu jatuh tempo 1 bulan, sedangkan

alat kesehatan dilakukan setahun sekali sesuai dengan jadwal yang telah

ditetapkan setiap akhir tahun. Obat dipesan melalui gudang obat farmasi.

2.6 Penyimpanan Obat dan Alat Kesehatan

Penyimpanan obat merupakan salah satu rangkaian kegiatan pengelolaan

obat untuk menjamin mutu dan keamanan obat dalam persediaan. Penyimpanan

obat ditujukan untuk memelihara mutu obat sedemikian rupa sehingga obat yang

diberikan kepada pasien sesuai dengan yang diharapkan.

Setelah obat diterima dari DINKES/GFK dengan jenis dan jumlah yang

sesuai dengan dokumen pengiriman obat dari DINKES, maka setiap jenis obat

harus segera dicatat dalam kartu persediaan obat di puskesmas (kartu stok).

Selanjutnya semua obat tersebut dilakukan kegiatan penyimpanan obat yaitu

disimpan di ruangan khusus (gudang obat), yang disusun di rak besi dan kayu

(tanpa kaca).

Pada saat obat sampai digudang, obat dipisahkan dari semua obat yang

berbahaya dari obat lainnya yang ada di dalam gudang dan disimpan di tempat

khusus yang terkunci baik. Obat – obat yang termasuk kategori vital seperti

vaksin, antidot, dan obat life saving di tempatkan di tempat yang terpisah dari

13

obat lainnya. Obat – obat tersebut di tempatkan di lemari atau rak yang mudah di

jangkau dan beri tanda khusus, agar dapat dipantau keadaan stoknya, sehingga

menghindari kemungkinan terjadinya kekosongan obat. Obat lainnya disusun di

rak tersendiri, dan disusun dengan alfabet (lihat lampiran 2).

Obat yang disusun di dalam rak atau lemari dilakukan dengan sistem

FIFO, dimana obat yang lebih lama di letakkan di bagian depan, sedangkan obat

yang baru datang diletakkan di belakang. Untuk obat yang mempunyai batas

kedaluarsanya lebih dekat, diletakkan di depan, sedangkan yang kedaluarsanya

masih jauh diletakkan di belakang.

Untuk penyusunan obat di Puskesmas Campurejo, sudah sesuai dengan

sistem alfabet maupun FIFO, akan tetapi ada kekurangan dalam hal kerapian,

sehingga kadang menyulitkan petugas dalam mencari obat yang dicari.

Obat DINKES yang terdapat di kamar obat/apotik disusun di almari kaca

dan untuk membedakannya puskesmas menyediakan rak terpisah. Untuk

penyimpanan obat di Puskesmas Campurejo sudah sesuai, obat di lemari es tertata

rapi dan suhu sesuai dengan persyaratan penyimpanan obat.

Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam penyimpanan yang dapat

mempengaruhi efektivitas obat:

- rak/lemari Obat,

- pendingin ruangan ( AC ),

- lemari pendingin,

- lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika,

- lemari penyimpanan Obat khusus,

- pengukur suhu, dan kartu suhu.

- Menutup obat dengan baik agar tidak terjadi kerusakan obat karen

kelembapan

- Tidak terkena sinar matahari langsung, karena kebanyakan larutan injeksi

mudah rusak jika terkena sinar matahari

- Disimpan dalam suhu kamar, obat-obat tertentu dapat rusak karena pengaruh

panas. Misalnya : salep, supposutoria.

14

- Obat tertentu yang membutuhkan suhu dingin diletakkan dalam lemari

pendingin

- Tidak menumpuk dus obat terlalu tinggi dan tidak meletakkan dus berdekatan

dengan benda-benda tajam karena dapat merusak fisik obat

- Menutup wadah obat dengan rapat karena apabila wadah terbuka, obat mudah

tercemar oleh bakteri atau fungi. Sediaan yang terkontaminasi dapat

menimbulkan kematian bagi yang menggunakannya

- Menjaga kebersihan ruangan karena ruangan yang kotor dapat mengundang

tikus yang dapat merusak obat. Selain itu etiket menjadi kotor sehingga tidak

bisa di baca.

Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dengan

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. bentuk dan jenis sediaan

b. stabil itas (suhu, cahaya, kelembaban)

c. mudah atau tidaknya meledak/terbakar

d. narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus

2.7 Pemantauan Obat dan Alat Kesehatan

Pemantauan obat meliputi pencatatan dan pelaporan data obat dan data

kesakitan. Hal ini bertujuan agar menjamin tersedianya informasi untuk

pengendalian persediaan, perencanaan, pengadaan, perencanaan distribusi baik di

puskesmas maupun di DINKES/GFK, sehingga dapat dipenuhi jumlah, jenis dan

ketepatan waktu penyediaan obat di Puskesmas serta unit pelayanan kesehatan

lainnya untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Untuk melakukan pencatatan dan pelaporan data puskesmas menyediakan

buku khusus untuk mencatat keluar masuk obat dan alat kesehatan. Untuk obat-

obatan disimpan terlebih dahulu di gudang obat (kecuali obat untuk imunisasi

disimpan di lemari pendingin di ruangan imunisasi), sedangkan untuk alat

kesehatan disimpan sementara di puskesmas kemudian didistribusikan langsung

pada tiap – tiap unit yang memerlukan.

Mekanisme keluar masuknya obat berdasarkan prinsip ”frist in – first out,

serta berdasarkan tanggal kadaluwarsa. Obat yang baru datang, disimpan dalam

15

gudang dan diletakkan di belakang stok obat lama. Untuk mencocokkan dengan

buku keluar masuk, maka masing-masing obat diberikan kartu data keluar-masuk.

Pencatatan obat pada kartu stok dilakukan setiap kali ada obat yang masuk

maupun keluar di gudang obat (tanpa jadwal yang tetap). Untuk obat-obat yang

telah kadaluwarsa dicatat dalam bentuk berita acara yang kemudian dikembalikan

ke gudang farmasi untuk dihanguskan.

Di Puskesmas Campurejo, pemantauan obat dan alat kesehatan dilakukan

oleh 1 orang yang sama dengan pengelola manajemen obat dan alat kesehatan.

Pemantauan obat dilakukan sebulan sekali, sedangkan alat kesehatan dilakukan

setahun sekali. Pemantauan (khususnya obat) mencakup laporan dari masing –

masing unit kerja (polindes, pustu, apotik). Kemudian pada masing-masing

periode pelaporan diserahkan kepada kepala puskesmas sebagai penanggung

jawab untuk dipantau lebih lanjut.

Bagan 2.3. Alur Pelaporan Obat dan Alat Kesehatan di Puskesmas

Campurejo

Jaminan kualitas obat tidak dapat diketahui secara pasti oleh karena

pengadaan obat-obatan tersebut dari pusat, dimana yang bertanggungjawab atas

16

Kamar Obat

Unit-Unit Pustu, Posyandu, Polindes

Gudang Obat

PuskesmasKepala

Puskesmas

DINKES

kualitas obat dalam hal ini adalah Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Dari segi keamanan, dengan sistem manajemen obat di Puskesmas Campurejo

sudah dapat terjamin keamanannya. Bila ada perubahan fisik dari obat, maka obat

disingkirkan dan dianggap sebagai obat keluar, kemudian obat dijadikan satu

untuk dilaporkan mengenai langkah pemusnahannya kepada DINKES.

Dalam hal ketersediaan obat, tidak ditemukan masalah yang cukup berarti.

Untuk obat – obatan yang sangat essensial dan biasa terpakai, maka pasti tersedia.

Sedangkan untuk obat dalam bentuk sirup, terkadang tidak mencukupi kebutuhan

di puskesmas, sehingga dibuat perencanaan dan kerja sama antar petugas

pengelola obat dan tenaga kesehatan untuk membuat variasi resep.

2.8 Mekanisme Pemeliharaan dan Perbaikan Alat Kesehatan

Tanggung jawab pemeliharaan alat kesehatan dilakukan oleh masing –

masing ruangan (Poli Umum, KIA, Poli Lansia, instalasi gizi, laboratorium, poli

gigi). Bila ada kerusakan pada alat kesehatan, laporan ditujukan pada bendahara

barang, kemudian dilaporkan kepada kepala puskesmas sebagai penanggung

jawab. Lalu, untuk perbaikannya tergantung dari tingkat kerusakan alat kesehatan

tersebut. Bila ringan dan memungkinkan, alat kesehatan tersebut diperbaiki oleh

petugas alat kesehatan, namun bila kerusakan cukup berat dan membutuhkan

anggaran yang besar maka dilaporkan kepada kepala puskesmas.

Sistem pemeliharaan alat kesehatan di Puskesmas Campurejo bersifat

aktif atau pasif. Aktif pada pemeliharaan oleh masing-masing unit kerja atau unit

kesehatan lainnya di luar puskesmas (polindes, pustu), biasanya kerusakan

bersifat ringan. Sedangkan pasif dilakukan pada saat terdapat pelaporan

kerusakan dari masing-masing unit kerja dan unit kesehatan lainnya (pustu,

polindes) kepada Kepala Puskesmas dan biasaya kerusakannya berat. Pelaporan

alat kesehatan diberikan kepada kepala puskesmas sebagai penanggungjawab alat

kesehatan.

2.9 Form yang Digunakan di Puskesmas Campurejo

Form yang digunakan di puskesmas Campurejo terdiri dari :

a) Kartu stok gudang obat puskesmas

17

Kartu stok adalah kartu yang dipergunakan untuk mencatat mutasi obat

(penerimaan dan pengeluaran) dan harus berada di gudang obat puskesmas.

Fungsinya dari kartu stok gudang puskesmas adalah :

- Untuk mencatat mutasi obat (penerimaan dan pengeluaran).

- Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan pemakaian obat

dengan format Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat

(LPLPO/LB2) dan sebagai data pembanding terhadap keadaan fisik obat

dalam tempat penyimpanan.

Form ini mencatat tanggal transaksi, pihak pemberi (gudang farmasi obat)

atau penerima obat (Polindes/Pustu/Apotik), jumlah obat yang diterima dari

pihak pemberi dan jumlah obat yang dikeluarkan untuk pihak penerima obat,

sisa stok obat pada gudang puskesmas, tanggal kadaluarsa. Informasi dan

manfaat kartu stok :

o Informasi

Jumlah obat yang tersedia (sisa stok)

Jumlah obat yang diterima selama 1 bulan/1 periode

Jumlah obat yang keluar selama 1 bulan/1 periode

Jangka waktu/lama kekosongan obat

Neraca pemasukan dan pengeluaran obat

o Manfaat

Untuk pengisian LPLPO/LB2

Menentukan jenis dan jumlah permintaan obat

Mengawasi neraca pemasukan dan pengeluaran obat.

Gambar 1. Kartu Stock Gudang Obat Puskesmas

18

19

Di puskesmas Campurejo, Kartu stok gudang obat puskesmas sudah

digunakan sesuai dengan fungsinya dan sudah dicatat dengan baik oleh

petugas apotek.

b. Laporan pemakaian dan lembar permintaan obat dinas kesehatan

Digunakan untuk mencatat jumlah penerimaan, pemakaian, stok awal dan

sisa stok obat dan alat kesehatan habis pakai yang ada di puskesmas, tujuan

pemberian obat (PKD/ASKES/APBD/lain-lain). Pencatatannya dilakukan

setiap bulan oleh kepala gudang obat.

20

Gambar 3. Laporan Pemakaian dan Lembar Obat (LPLPO)

c. Laporan inventaris peralatan kesehatan puskesmas

Digunakan untuk mencatat jumlah alat kesehatan pada masing-masing unit

(ruangan-ruangan di puskesmas, pustu, polindes), keadaan alat kesehatan,

kebutuhan, pengadaan sendiri, permintaan serta penerimaan alkes. Pencatatan

pada form ini dilakukan setiap tahun.

21

BAB III

PEMBAHASAN

1. Berdasarkan data internal 5 penyakit terbanyak puskesmas Campurejo

pada bulan Februari tahun 2015 adalah (1) Infeksi Pernapasan AKut; (2)

Hipertensi, (3) Rhematoid Artritis (4) Pharingitis, (5) demam tidak

diketahui penyebabnya

2. ISPA menempati urutan pertama dengan pilihan terapi pilihannya yaitu

antibiotik (Amoxicillin), antipiretik-analgesik (Parasetamol, ibuprofen,

asam mefenamat), ekspektoran (GG, OBH sirup), antitusif

(Dextrometorphan), dekongestan (Efedrin), antihistamin (Chlorpheniramin

Maleat), antiinflamasi (Deksametason, prednisom), dan Vitamin (Vitamin

B complex).

3. Pemakaian obat paracetamol tablet 500 mg lebih besar dibandingkan hasil

analisa. Pemakaian sebulan sebesar 11986, sedangkan untuk ispa saja 4320

biji. Jadi paracetamol untuk kasus selain ISPA sebanyak 7666 biji. Hal

tersebut bisa dikarenakan penggunaan paracetamol tidak hanya digunakan

untuk jenis penyakit ISPA saja tetapi bisa digunakan untuk penyakit

lainnya.

4. Harga untuk pengadaan obat sudah sesuai yaitu berasal dari pemerintah

(Dinkes). Disediakan dalam waktu 1 bulan, apabila persediaan obat

tersebut kurang dari jumlah yang dibutuhkan, maka pihak puskesmas dapat

mengajukan permohonan pengadaan obat ke dinkes sewaktu waktu tanpa

menunggu waktu jatuh tempo satu bulan.

5. Pada Puskesmas Campurejo tidak terdapat tim khusus yang menangani

management obat dan alat kesehatan seperti tim pengadaan, tim

pemeriksa, bendahara barang. Puskesmas ini hanya terdapat apoteker dan

asisten apoteker yang menangani management obat. Sehingga tugas

mereka merangkap dalam bagian tertentu. 1 apoteker bisa menangani

pelayanan obat, kamar obat, alat kesehatan. Management obat di

22

puskesmas campurejo tidak memiliki bendahara obat. Hal ini dikarenakan

tidak ada dana pribadi dalam pemasokan stok obat. Semua besaral dari

DINKES.

6. Peran petugas kamar dan gudang obat sudah sesuai dengan standart

puskesmas.

7. Peran petugas lapangan posyandu, pustu, dan bidan desa sudah sesuai

dengan standart puskesmas.

8. Penyimpanan obat di puskesmas Campurejo sesuai dengan syarat

penyimpanan yang sesuai standart, antara lain yaitu alas untuk tempat

obat, suhu penyimpanan yang sesuai, dan penumpukan kardus tersusun

rapi.

9. Penyediaan obat di puskesmas Campurejo sudah memenuhi jumlah

kebutuhan dalam satu bulan. Hal ini menunjukkan keberhasilan dari faktor

seperti perencanaan, pendistribusian, penggunaan, dan pelayanan obat di

unit-unit pelayanan kesehatan.

10. Setiap susunan obat terdapat kartu stok yang menginformasikan obat

keluar masuknya dari gudang obat.

11. Pada puskesmas campurejo tidak terdpat persedian obat injeksi, obat

narkotik, dan psikotropika. Alat kesehatan berupa infus dan alat bedah

minor tidak ada.

23

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

1. Penyediaan obat puskesmas Campurejo sudah memenuhi jumlah kebutuhan

dalam satu bulan. Berdasarkan hasil analisa jumlah keperluan obat. Hal ini

menunjukkan keberhasilan dari faktor seperti perencanaan, pendistribusian,

penggunaan obat dan pelayanan di unit unit pelayanan kesehatan.

2. Penyimpanan obat di puskesmas campurejo sudah sesuai dengan syarat

penyimpanan sesuai standart dan sudah tertata rapi.

3. Peran petugas kamar dan gudang obat sudah sesuai dengan standart

puskesmas.

4. Peran petugas lapangan posyandu, pustu, dan bidan desa sudah sesuai

dengan standart puskesmas.

Saran

1. Penambahan tim khusus untuk tugas management obat dan alat kesehatan

dalam hal pengadaan, pemeriksaan, bendahara, perencanaan, pelaporan,

pemantauan secara terorganisasi baik dan penambahan petugas seingga

pendataan dan pelaporan menjadi informatif, terpercaya, dan menghindari

penyalahgunaan

2. Penambahan obat injeksi, narkotik dan psikotropika, dan alat kesehatan

seperti bedah minor.

3. Untuk pengadaan jenis jenis obat harap di tambah jenisnya dan stok yang

kosong harap diajukan ke dinkes

24

LAMPIRAN 2

Gambar 1. Kartu stok

25

Gambar 2. Lemari obat pelayanan

Gambar 3. Tempat rak gudang obat

26

Gambar. Lemari tempat obat untuk pelayanan

Gambar. Rak gudang obat

27

Gambar. Tempat penyimpanan dokumen

Gambar. Lemari kulkas untuk imunisasi

28