Mal Prak Tek

  • Upload
    metides

  • View
    29

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

yo

Citation preview

  • 5/28/2018 Mal Prak Tek

    1/39

    KATA PENGANTAR

    KEPALA BADAN PENELITIAN

    DAN PENGEMBANGAN HAM

    DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM RI

    Buku Pedoman Hak Asasi Manusia Dokter

    dan Pasien Dalam Mencegah MalpraktekKedokteran ini disusun oleh tim dari Badan

    Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusiabersama Prof. DR. Dr. Agus Purwadianto, Sp.F, SH

    dari Departemen Kesehatan, Sriyana, SH, LLM,

    DFM dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dan

    Moch. Sentot dari Lembaga Bantuan Hukum

    Kesehatan sebagai narasumber.

    Adapun tujuan dari buku ini adalah sebagaiacuan untuk meningkatkan pengetahuan dan

    pemahaman bagi dokter dan pasien akan hak-hakdan kewajibannya sehingga dapat dihindari

    terjadinya malpraktek kedokteran.Kami menyadari adanya kekurangan dalam

    penyusunan buku ini, oleh karena itu saran danmasukan dari berbagai pihak untuk perbaikan dan

    penyempurnaan buku ini sangat kami harapkan.

    Selanjutnya tidak lupa kami mengucapkan

    terima kasih dan menyampaikan penghargaan

    kepada semua pihak yang telah berpartisipasi

    memberikan kontribusi sehingga terwujudnya bukupedoman ini.

    Demikian semoga bermanfaat dan menjadi

    pedoman bagi semua pihak khususnya dokter dan

    pasien dalam rangka penghormatan dan

    perlindungan Hak Asasi Manusia.

    Jakarta, 2008Kepala Badan

    Penelitian dan Pengembangan HAM

    Prof. Dr. Hafid Abbas

  • 5/28/2018 Mal Prak Tek

    2/39

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTARDAFTAR ISI

    BAB I : PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang

    1.2. Dasar Hukum1.3. Tujuan

    1.4. Sasaran

    1.5. Ruang Lingkup

    1.6. Pengertian-Pengertian

    BAB II : MALPRAKTEK KEDOKTERANDAN HAK ASASI MANUSIA

    2.1.Definisi MalpraktekKedokteran

    2.2.Aspek Hukum MalpraktekKedokteran di Indonesia

    2.3.Hak Asasi Manusia danHak Atas Kesehatan

    BAB III : PELAKSANAAN

    3.1.Kewenangan, Kewajiban danHak Dokter Dalam Pelayanan

    Medis3.2.Kewajiban dan Hak Pasien

    Dalam Pelayanan Medis

    3.3.Persetujuan TindakanKedokteran Sebagai Pra

    Tindakan Medis

    3.4.Rekam Medis SebagaiDokumen Hukum

    3.5.Perbedaan Antara KecelakaanMedis, Resiko Medis,

    Kesalahan Medis dan KelalaianMedis

    3.6.Malpraktek Kedokteran danPenyelesaiannya

    BAB IV : PENUTUP

    SUSUNAN TIM PENYUSUN

    DAFTAR PUSTAKA

  • 5/28/2018 Mal Prak Tek

    3/39

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. LATAR BELAKANG

    Pembangunan bidang kesehatanpada dasarnya ditujukan untuk

    meningkatkan kesadaran, kemauan dankemampuan hidup sehat bagi setiap orang

    untuk mewujudkan derajat kesehatan yangoptimal sebagai salah satu unsur

    kesejahteraan sebagaimana diamanatkan

    oleh pembukaan Undang-Undang Dasar

    Republik Indonesia 1945. Kesehatan

    sebagai hak asasi manusia (HAM) harus

    diwujudkan dalam bentuk pemberianberbagai upaya kesehatan kepada seluruh

    masyarakat melalui penyelenggaraanpembangunan kesehatan yang berkualitas

    dan terjangkau oleh masyarakat.Hak atas kesehatan merupakan

    kebutuhan yang penting bagi kehidupanmanusia, karena dengan jiwa yang sehat,

    maka akan dapat berpikir secara sehat.

    Pentingnya hak atas kesehatan tersebut

    secara tegas dijamin di dalam Pasal 12

    Kovenan Internasional Hak Ekonomi, Sosial

    dan Budaya yang telah diratifikasi melaluiUndang-Undang Nomor 11 Tahun 2005,

    yang intinya mengakui hak setiap orang

    untuk menikmati standar tertinggi yang

    dapat dicapai dalam hal kesehatan fisik dan

    mental.

    Dokter sebagai salah satu komponen

    utama pemberi pelayanan kesehatan kepadamasyarakat mempunyai peranan yangsangat penting karena terkait langsung

    dengan pemberian pelayanan kesehatan danmutu kesehatan yang diberikan. Landasan

    utama bagi dokter untuk dapat melakukantindakan medik terhadap orang lain adalah

    ilmu pengetahuan, teknologi dan

    kompetensi yang dimiliki yang diperoleh

    melalui pendidikan dan pelatihan. Dokter

    dengan perangkat keilmuan yang

    dimilikinya mempunyai karakteristik yangkhas, kekhasannya ini terlihat dari

    pembenaran yang diberikan oleh hukumyaitu diperkenankannya melakukan

    tindakan medik terhadap tubuh manusiadalam upaya memelihara dan meningkatkan

    derajat kesehatan. Walaupun demikiandokter tidak boleh melakukan tindakan

    medik selain untuk mengusahakan

    kesembuhan bagi pasien. Pasal 7 Undang-

    Undang Nomor 12 Tahun 2005 Tentang

    Pengesahan Kovenan Internasional Hak-

    Hak Sipil dan Politik, menegaskan, ...padakhususnya, tidak seorangpun dapat

    dijadikan objek eskperimen medis atau

  • 5/28/2018 Mal Prak Tek

    4/39

    ilmiah tanpa persetujuan yang diberikan

    secara bebas.

    Pada awal peradaban manusia,

    hubungan dokter dengan pasiennya bersifat

    peternalistik, dimana posisi dokter sangatdominan terhadap pasiennya. Padahubungan ini apapun yang dilakukan oleh

    dokter selalu dipercaya oleh pasien. Bahkansegala hal yang dilakukan dokter, dianggap

    sebagai upaya terbaik bagi pasien sehinggapasien jarang mempertanyakan hasil

    pengobatan yang dilakukan oleh dokternya.

    Sifat hubungan paternalistik ini kemudian

    dinilai mengabaikan hak pasien untuk turut

    menentukan keputusan sehingga mulai

    tahun 1970-an dikembangkan hubungankontraktual.

    Hubungan kontraktual munculakibat kebangkitan kesadaran akan HAM

    dalam bidang kesehatan di negara-negaraEropa dan Amerika Serikat serta semakin

    tingginya pengetahuan pasien terhadapberbagai masalah kesehatan. Di negara-

    negara tersebut hak-hak pasien berkembang

    dengan baik. Hal ini terjadi akibat

    kesadaran akan HAM khususnya terkait hak

    atas informasi yang dimiliki pasien tentang

    penyakitnya sebagaimana tertuang dalamDeclaration of Lisbon (1981) dan Patiens

    Bill of Rights (American Hospital

    Association, 1972) yang pada intinya

    menyatakan pasien mempunyai hak

    menerima dan menolak pengobatan dan hak

    untuk menerima informasi dari dokternya

    sebelum memberikan persetujuan tindakanmedik

    Namun ternyata, hak pasien masih

    merupakan sesuatu hal yang bagi sebagiannegara masih sesuatu hal yang mewah,

    sebab masih banyak negara yang tidak ataubelum mengatur hal-hal yang berkaitan

    dengan hak pasien. Pengaturan tentang hak

    pasien belumlah merata, ada sebagian

    negara yang telah lama sibuk dengan

    pengaturan tentang hak pasien dalam

    peraturan perundang-undangan dan ada juganegara yang belum mengatur hak pasien di

    dalam peraturan perundang-undangan.Di Indonesia hubungan antara dokter

    dan pasien dapat dilihat pada Kode EtikKedokteran Indonesia (KODEKI). Dalam

    mukadimah KODEKI dijelaskan bahwa,sejak permulaan sejarah mengenai umat

    manusia sudah dikenal hubungan

    kepercayaan antara dua insan, yaitu sang

    pengobat dan penderita (pasien). Dalam

    zaman modern, hubungan itu disebut

    sebagai hubungan (transaksi) terapeutikantara dokter dan penderita (pasien) yang

    dilakukan dalam suasana saling percaya

  • 5/28/2018 Mal Prak Tek

    5/39

    mempercayai serta senantiasa diliputi oleh

    segala emosi, harapan dan kekhawatiran

    makhluk insani. Hubungan antara dokter

    dan pasien juga diatur dalam Bab II

    Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004Tentang Praktek Kedokteran, kususnyaPasal 2 yang menegaskan Praktik

    kedokteran dilaksanakan berazaskan

    Pancasila dan didasarkan pada nilai ilmiah,

    manfaat, keadilan, kemanusiaan,

    keseimbangan serta perlindungan dan

    keselamatan pasien

    Di Indonesia, kebutuhan akan

    perlindungan atas hak pasien terasa semakin

    meningkat, sehingga dalam salah satu pasal

    dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992tentang Kesehatan di dalam Pasal 53, diatur

    tentang kewajiban dari tenaga kesehatanuntuk menghormati hak pasien. Bahkan

    dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun2004 Tentang Praktek Kedokteran, di dalam

    Pasal 52, diatur tentang Hak-Hak Pasien.Namun dalam tataran impementasi,

    terjadinya keseimbangan antara pelaksanaan

    hak-hak dan kewajiban-kewajiban dokter

    dan pasien seringkali mengalami hambatan.

    Pemahaman terhadap hak dan

    kewajiban tersebut menjadi sangat pentingkarena pada kenyataannya perselisihan yang

    timbul sebenarnya disebabkan karena

    kurangnya pemahaman akan hak dan

    kewajiban masing-masing pihak. Di satu

    sisi, pihak pasien seringkali seperti mencari-

    cari kesalahan atau kelemahan dokter untuk

    kemudian digunakan sebagai dasarmenuntut dan di sisi lain pihak dokterterkesan berusaha menghindar dari

    tanggung jawab yang seharusnya dipikuldan tidak jarang perselisihan itu semakin

    rumit akibat campur tangan pihak ketigayang juga tidak memahami sama sekali

    tentang hak dan kewajiban dokter dan

    pasien.

    Berdasarkan latar belakang tersebut,

    Pusat Penelitian dan Pengembangan Hak-

    Hak Sipil dan Politik, Badan Penelitian danPengembangan Hak Asasi Manusia

    Departemen Hukum dan HAM RImemandang perlu untuk menyusun Buku

    Pedoman Hak Asasi Manusia Bagi

    Dokter dan Pasien Untuk Mencegah

    Malpraktek Kedokteran, sehingga dokterdan pasien masing-masing dapat lebih

    memahami akan hak-hak dan kewajibannya.

    1.2. DASAR HUKUM

    1. Undang-Undang Dasar 1945 hasilamandemen;

    2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981Tentang Kitab Undang-Undang Hukum

  • 5/28/2018 Mal Prak Tek

    6/39

    Acara Pidana (Lembaran Negara

    Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor

    176);

    3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992Tentang Kesehatan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1992 Nomor100);

    4. Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999Tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 1999Nomor 165);

    5. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004Tentang Praktek Kedokteran (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 2004

    Nomor 116);

    6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005Tentang Pengesahan Kovenan

    Internasional Hak-Hak Ekonomi Sosialdan Budaya (Lembaran Negara

    Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor118);

    7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005Tentang Pengesahan Kovenan

    Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik

    (Lembaran Negara Republik Indonesia

    Tahun 2005 Nomor 119);

    8. Peraturan pemerintah Nomor 32 Tahun1996 Tentang Tenaga Kesehatan;

    9. Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun1995 Tentang Majelis Disiplin Tenaga

    Kesehatan;

    10.Peraturan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia Nomor 1419/Menkes/Per/X/2005 Tentang Penyelenggaraan PraktikDokter dan Dokter Gigi;

    11.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor512/Menkes/Per/IV/2007 Tentang Izin

    Praktek dan Pelaksanaan PraktekKedokteran;

    12.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor290 Tahun 2008 Tentang Persetujuan

    Tindakan Kedokteran;

    13.Peraturan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia Nomor269/MENKES/PER/III/2008 Tentang

    Rekam Medis;14.Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

    (KUHP);15.Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;16.Kitab Undang-Undang Hukum Acara

    Perdata.

    1.3. TUJUAN

    Tujuan dari buku pedoman iniadalah sebagai acuan untuk meningkatkanpengetahuan dan pemahaman bagi dokterdan pasien akan hak-hak dan kewajibannya

  • 5/28/2018 Mal Prak Tek

    7/39

    sehingga dapat dihindari terjadinya

    malpraktek kedokteran.

    1.4. SASARAN

    Sasaran buku pedoman ini adalah

    dokter dan pasien serta masyarakat yang

    melakukan konsultasi dan memperoleh

    pelayanan kesehatan.

    1.5. Ruang lingkupBuku pedoman hak asasi manusia bagi

    dokter dan pasien mempunyai ruang lingkupsebagai berikut :

    1. Pedoman bagi dokter dan dokter gigidalam melaksanakan tugas praktekkedokteraan ;

    2. Pedoman bagi pasien yang melakukankonsultasi dan pelayanan kesehatan.

    1.6. Pengertian pengertian1. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat

    hak yang melekat pada hakikat dan

    keberadaan manusia sebagai makhluk

    Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan

    anugerah-Nya yang wajib dihormati,dijunjung tinggi dan dilindungi oleh

    negara, hukum dan pemerintah dansetiap orang demi kehormatan serta

    perlindungan harkat dan martabat

    manusia;

    2. Kewajiban dasar manusia adalahseperangkat kewajiban yang apabila

    tidak dilaksanakan tidak memungkinkanterlaksana dan tegaknya hak asasimanusia;

    3. Pelanggaran hak asasi manusia adalahsetiap perbuatan seseorang atau

    sekelompok orang termasuk aparatnegara baik sengaja maupun tidak

    disengaja atau kelalaiannya yang secara

    melawan hukum mengurangi,

    menghalangi, membatasi dan atau

    mencabut hak asasi manusia seseorang

    atau kelompok orang yang dijamin olehundang-undang dan tidak mendapatkan

    atau dikhawatirkan tidak akanmemperoleh penyelesaian hukum yang

    adil dan benar berdasarkan hukum yangberlaku;

    4. Praktik Kedokteran adalah rangkaiankegiatan yang dilakukan oleh dokter dan

    dokter gigi terhadap pasien dalam

    melaksanakan upaya kesehatan secara

    profesional.

    5. Dokter dan dokter gigi adalah, dokterspesialis, dokter gigi dan dokter gigispesialis lulusan pendidikan kedokteran

    gigi baik di dalam maupun di luar negeri

  • 5/28/2018 Mal Prak Tek

    8/39

    yang diakui oleh pemerintah Republik

    Indonesia sesuai dengan peraturan

    perundang-undangan.

    6. Pasien adalah setiap orang yangmelakukan konsultasi masalahkesehatannya untuk memperolehpelayanan kesehatan yang diperlukan

    baik secara langsung maupun tidaklangsung kepada dokter atau dokter gigi;

    7. Sarana pelayanan kesehatan adalahtempat penyelenggaraan upaya

    pelayanan kesehatan yang dapat

    digunakan untuk praktik kedokteran atau

    kedokteran gigi.

    8. Profesi kedokteran atau kedokteran gigiadalah suatu pekerjaan kedokteran ataukedokteran gigi yang dilaksanakan

    berdasarkan suatu keilmuan, kompetensiyang diperoleh melalui pendidikan yang

    berjenjang dan kode etik yang bersifatmelayani masyarakat.

    9. Organisasi profesi adalah Ikatan DokterIndonesia untuk dokter dan Persatuan

    Dokter Gigi Indonesia untuk dokter gigi.

    10.Kode etik kedokteran Indonesia adalahnorma yang berlaku bagi dokter dan

    dokter gigi dalam menjalankan

    profesinya sebagaimana tercantumdalam kode etik masing-masing yang

    telah ditetapkan oleh Menteri kesehatan.

    11.Konsil Kedokteran Indonesia adalahsuatu badan otonom, mandiri,

    nonstruktural dan bersifat independen

    yang terdiri atas konsil kedokteran dan

    Konsil Kedokteran Gigi;12.Majelis Kehormatan Disiplin

    Kedokteran Indonesia adalah lembaga

    yang berwenang untuk menentukan adatidaknya kesalahan yang dilakukan

    dokter dan dokter gigi dalam penerapandisiplin ilmu kedokteran dan kedokteran

    gigi dan menerapkan sanksi;

    13.Sertifikat kompetensi adalah surat tandapengakuan terhadap kemampuan

    seorang dokter atau dokter gigi untuk

    menjalankan praktek kedokteran diseluruh Indonesia setelah lulus uji

    kompetensi;14.Registrasi adalah pencatatan resmi

    terhadap dokter dan dokter gigi yangtelah memiliki sertifikat kompetensi dan

    telah mempunyai kualifikasi tertentulainnya serta diakui secara hukum untuk

    melakukan tindakan profesinya;

    15.Surat Tanda Registrasi dokter dandokter gigi adalah bukti tertulis yang

    diberikan oleh Konsil Kedokteran

    Indonesia kepada dokter dan dokter gigiyang telah diregistrasi;

  • 5/28/2018 Mal Prak Tek

    9/39

    16.Persetujuan Tindakan Kedokteranadalah persetujuan yang diberikan oleh

    pasien atau keluarga terdekat setelah

    mendapatkan penjelasan secara lengkap

    mengenai tindakan kedokteran ataukedokteran gigi yang dilakukan terhadappasien;

    17.Keluarga terdekat adalah suami atauisteri, ayah atau ibu kandung, anak-anak

    kandung, saudara-saudara kandung ataupengampunya;

    18.Tindakan kedokteran atau kedokterangigi adalah suatu tindakan medis berupa

    preventif, diagnostik, terapeutik atau

    rehabilitatif yang dilakukan oleh dokter

    atau dokter gigi terhadap pasien;19.Tindakan invasif adalah tindakan medik

    yang langsung dapat mempengaruhikeutuhan jaringan tubuh;

    20.Tindakan kedokteran yang mengandungresiko tingi adalah tindakan medis yang

    berdasarkan tingkat probabilitas tertentudapat mengakibatkan kematian atau

    kecacatan;

    21.Rekam Medis adalah berkas yang berisicatatan dan dokumen tentang identitas

    pasien, pemeriksaan, pengobatan,

    tindakan dan pelayanan lain yang telahdiberikan kepada pasien.

    22.Malpraktek kedokteran adalahkegagalan dokter untuk memenuhi

    standar pengobatan dan perawatan

    terhadap pasien atau adanya kekurangan

    keterampilan atau kelalaian dalampengobatan dan perawatan yangmenimbulkan cedera pada pasien.

    BAB II

    MALPRAKTEK KEDOKTERAN

    DAN HAK ASASI MANUSIA

    2.1. Definisi Malpraktek Kedokteran

    World Medical Association (WMA)

    pada tahun 1992 mendefiniskan malpraktiksebagai kegagalan dokter untuk memenuhi

    standar pengobatan dan perawatan terhadappasien atau adanya kekurangan

    keterampilan atau kelalaian dalampengobatan dan perawatan yang

    menimbulkan cedera pada pasien. WMAjuga mengingatkan bahwa tidak semua

    kegagalan medis disebabkan oleh

    malpraktek kedokteran. Suatu peristiwa

    buruk yang tidak dapat diduga sebelumnya

    dan terjadi di saat dilakukan tindakan medis

    yang sudah sesuai dengan standar tidaktermasuk dalam pengertian malpraktek.

    Peristiwa lain yang tidak termasuk dalam

  • 5/28/2018 Mal Prak Tek

    10/39

    pengertian malpraktek adalah perjalanan

    penyakit yang semakin berat, reaksi tubuh

    yang tidak dapat diramalkan, komplikasi

    penyakit dan penyakit-penyakit yang terjadi

    secara bersamaan.Sesuatu perbuatan atau sikap medis

    dianggap lalai apabila memenuhi empat

    unsur 4 D, yaitu :1. Duty. Ada kewajiban medis untuk

    melakukan tindakan medis tertentuterhadap pasien tertentu pada situasi

    dan kondisi tertentu.

    2. Derelection of that duty. Adanyapenyimpangan kewajiban tersebut.

    3. Damage. Segala sesuatu yangdirasakan oleh pasien sebagai kerugianakibat dari layanan kesehatan

    kedokteran yang diberikan.4. Direct causal relationship. Dapat

    dibuktikan adanya hubungan sebabakibat yang nyata antara

    penyimpangan kewajiban dengankerugian.

    2.2. Aspek Hukum Malpraktek Kedokteran

    di Indonesia

    2.2.1. Peraturan Non HukumPeraturan non hukum yang mengatur

    tentang kegiatan praktek kedokteran adalah

    Kode Etik Kedokteran Indonesia

    (KODEKI). KODEKI semula merupakan

    peraturan non hukum karena peraturan ini

    telah menjadi petunjuk perilaku atau etika

    seorang dokter dalam menjalankan

    profesinya.Dalam KODEKI diatur tentang

    kewajiban dokter terhadap pasien yang di

    dicantumkan di dalam Pasal 10 sampaidengan Pasal 14, yaitu :

    Pasal 10 KODEKI tertulis Setiapdokter harus senantiasa mengingat akan

    kewajibannya melindungi makhluk insani.

    Pasal 11 KODEKI mengatakan

    bahwa setiap dokter wajib bersikap tulus

    ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan

    keterampilannya untuk kepentinganpenderita. Dalam hal ia tidak mampu

    melakukan suatu pemeriksaan ataupengobatan, maka ia wajib merujuk

    penderita kepada dokter lain yangmempunyai keahlian dalam bidang penyakit

    tersebut.Pasal 13 KODEKI, setiap dokter

    wajib merahasiakan segala sesuatu yang

    diketahuinya tentang penderita, bahkan juga

    setelah penderita itu meninggal dunia.

    Pasal 14 KODEKI menyebutkan

    bahwa setiap dokter wajib melakukanpertolongan darurat sebagai suatu tugas

    perikemanusiaan, kecuali ia yakin ada orang

  • 5/28/2018 Mal Prak Tek

    11/39

    lain yang bersedia dan lebih mampu

    memberikan pertolongan darurat terhadap

    pasien yang membutuhkannya, padahal ia

    mampu dapat terkena sasaran tuntutan

    malpraktek juga.

    2.2.2. Peraturan Hukum

    1) Kitab Undang-Undang Hukum

    Pidana

    Pasal-pasal di dalam KitabUndang-Undang Hukum Pidana

    (KUHP) yang terkait dengan malpraktikmedik, yaitu :

    a. Pasal 263 dan 267 KUHP (MembuatSurat Keterangan Palsu);b. Pasal 290 KUHP (Melakukan

    Pelanggaran Kesopanan);

    c. Pasal 299 KUHP (Mengobatiseorang wanita dengan

    memberitahukan atau menimbulkan

    harapan bahwa kandungannya dapat

    digugurkan);d. Pasal 322 KUHP (Membuka

    Rahasia);

    e. Pasal 304 KUHP (Pembiaran/Penelantaran);

    f. Pasal 306 KUHP (Apabila tindakanpenelantaran tersebut mengakibatkankematian);

    g. Pasal 322 KUHP (Membocorkanrahasia profesi);

    h. Pasal 333 KUHP (Dengan sengajadan tanpa hak telah merampas

    kemerdekaan seseorang);i. Pasal 344 KUHP (Euthanasia);j. Pasal 347 KUHP (Sengaja

    melakukan abortus tanpa persetujuanwanita yang bersangkutan;

    k. Pasal 348 KUHP (Sengajamelakukan abortus dengan

    persetujuan);

    l. Pasal 349 KUHP (Membantu ataumelakukan tindakan AbortusProvocatus

    Criminalis);m. Pasal 359 KUHP (Kelalaian yang

    Menyebabkan Kematian);n. Pasal 360 KUHP (Kelalaian yang

    Menyebabkan Luka/ Cacat);o. Pasal 361 KUHP (Kelalaian dalam

    menjalankan pekerjaannya);p. Pasal 386 KUHP (Memberi atau

    Menjual Obat Palsu);

    q. Pasal 531 KUHP (Tidak MemberiPertolongan pada Orang yang

    Berada dalam Keadaan Bahaya.

    Pemberlakukan hukum pidana

    dalam kasus-kasus kelalaian medis yang

  • 5/28/2018 Mal Prak Tek

    12/39

    terjadi di dalam penyelenggaraan

    praktek kedokteran haruslah sebagaiultimum remidiumartinya hukum pidana

    sebagai alternatif terakhir apabila upaya-

    upaya non litigasi sudah tidak bisa lagiberhasil untuk mengatasi permasalahanyang timbul. Selain itu juga karena

    praktek kedokteran merupakan profesiyang sangat mulia dan luhur yang

    diperlukan oleh banyak orang danprakek kedokteran dijamin

    pelaksanaannya oleh undang-undang.

    2) Kitab Undang-Undang Hukum

    PerdataPasal-pasal di dalam Kitab

    Undang-Undang Hukum Perdata

    (KUHPerdata) yang terkait dengan

    malpraktik medik, yaitu :

    a. Pasal 1239 KUH Perdata(Melakukan wanprestasi atau cidera

    janji);b. Pasal 1365 KUH Perdata

    (Melakukan perbuatan melawanhukum);

    c. Pasal 1366 KUH Perdata(Melakukan Kelalaian sehinggamenimbulkan kerugian);

    d. Pasal 1367 KUH Perdata(Bertanggung jawab atas kelalaian

    yang dilakukan oleh bawahannya).

    3) Undang-Undang Nomor 23 tahun1992 Tentang Kesehatan

    Terbentuknya Undang-Undang

    Nomor 23 tahun 1992 sebagai salah satuupaya pembangunan kesehatan nasional

    diarahkan guna tercapainya kesadaran,kemauan dan kemampuan untuk hidup

    sehat bagi setiap penduduk agar dapat

    mewujudkan derajat kesehatan yang

    optimal. Upaya dibentuknya Undang-

    Undang Nomor 23 Tahun 1992

    merupakan suatu usaha pemerintahuntuk memberikan pelayanan kesehatan

    melalui tenaga medis kepada pasien. Diantara isi Undang-Undang Nomor 23

    tahun 1992, mempunyai peraturan yangmengatur tentang sanksi yang diberikan

    terhadap tenaga kesehatan yangmelakukan kesalahan atau kelalaian

    dalam melakukan tindakan medik, yaitu:

    a. Pasal 54 ayat 1 Undang-UndangNomor 23 Tahun 1992 (Kesalahan

    atau kelalaian yang dilakukan tenaga

    kesehatan);b. Pasal 80 (1) Undang-Undang Nomor

    23 Tahun 1992 (Sengaja melakukan

  • 5/28/2018 Mal Prak Tek

    13/39

    tindakan medis tidak sesuai dengan

    Standart Operational Prosedure

    pada ibu hamil);

    c. Pasal 80 (3) Undang-Undang Nomor23 Tahun 1992 (Sengaja MelakukanTransplantasi Organ Tubuh untukTujuan Komersil);

    d. Pasal 81(1) Undang-Undang Nomor23 Tahun 1992 (Tanpa Keahlian

    Sengaja Melakukan Transplantasi,Implan Alat kesehatan, Bedah

    Plastik);

    e. Pasal 81(2a) Undang-UndangNomor 23 Tahun 1992 (Sengaja

    Mengambil Organ Tanpa

    memperhatikan Kesehatan danPersetujuan Pendonor/ Ahli Waris)

    4) Undang-Undang Nomor 29

    Tahun 2004 Tentang Praktek

    KedokteranPembentukan UU Nomor 29

    Tahun 2004 Tentang PraktekKedokteran dimaksudkan untuk

    memberikan perlindungan menyeluruhkepada masyarakat sebagai penerima

    pelayanan, dan dokter dan dokter gigi.Hal tersebut ditegaskan dalam

    konsideran menimbang point (d)

    undang-undang tersebut yang berbunyi

    bahwa untuk memberikan perlindungan

    dan kepastian hukum kepada penerima

    pelayanan kesehatan, dokter dan dokter

    gigi diperlukan pengaturan mengenai

    penyelenggaraan praktek kedokteran.Pasal 3 Undang-Undang Nomor 29

    Tahun 2004 menegaskan bahwa

    pengaturan praktek kedokteran bertujuanuntuk, pertama memberikan

    perlindungan kepada pasien, Kedua,mempertahankan dan meningkatkan

    mutu pelayanan medis yang diberikan

    oleh dokter dan dokter gigi dan ketiga

    memberikan kepastian hukum kepada

    masyarakat, dokter dan dokter gigi.

    Bahkan dalam Undang-Undangtersebut juga dibentuk suatu Konsil

    Kedokteran Indonesia yang mempunyaitanggung jawab untuk melindungi

    masyarakat penerima jasa pelayanankesehatan dan meningkatkan mutu

    pelayanan kesehatan dari dokter dandokter gigi.

    Untuk lebih meningkatkan mutu

    dan pelayanan dokter kepada pasien,

    Undang-Undang Praktek Kedokeran

    mensyaratkan tentang standar

    pendidikan profesi kedokeran dankedokteran gigi, pemberian pendidikan

    dan pelatihan kedokteran dan kedokteran

  • 5/28/2018 Mal Prak Tek

    14/39

    gigi serta mewajibkan setiap dokter dan

    dokter gigi yang melakukan praktik

    kedokteran di Indonesia wajib memiliki

    surat registrasi dokter dan surat tanda

    registrasi dokter gigi.Pasal 44 Undang-Undang Nomor

    29 tahun 2004 mensyaratkan kepada

    setiap dokter dan dokter gigi dalammemberikan pelayanan haruslah

    mempunyai standar pelayanan. Standarpelayanan di sini adalah pedoman yang

    harus diikuti oleh dokter atau dokter gigi

    dalam menyelenggarakan praktik

    kedokteran.

    Undang-Undang Nomor 29 tahun

    2004 juga mengatur tentang MajelisKehormatan Disiplin Kedokteran

    Indonesia (MKDKI) yang dibentukdalam rangka terselenggaranya praktek

    kedokteran yang bermutu danmelindungi masyarakat sesuai dengan

    ketentuan undang-undang. MKDKIberwenang menerima pengaduan dari

    orang yang mengetahui atau

    kepentingannya dirugikan atas tindakan

    dokter atau dokter gigi dalam

    menjalankan praktik kedokteran,

    selanjutnya berdasarkan pengaduantersebut MKDKI berwenang melakukan

    pemeriksaan dan apabila ditemukan

    pelanggaran etika meneruskan

    pengaduan kepada organisasi profesi.

    Selain itu MKDKI juga berwenang

    mengeluarkan keputusan berupa

    pernyataan tidak bersalah ataupemberian sanksi disiplin yang berupapertama, pemberian peringatan, kedua

    rekomendasi pencabutan surat tandaregistrasi atau surat izin praktik dan

    ketiga kewajiban mengikuti pendidikanatau pelatihan di institusi pendidikan

    kedokteran dan dokter gigi.

    Pada UU No: 29 tahun 2004 pada

    Pasal 75 dan 76 juga mensyaratkan

    setiap dokter harus mempunyai surat

    registrasi yang ditandatangani olehkonsil kedokteran. Sedangkan surat izin

    praktek kedokteran ditandatangani o lehpejabat kesehatan yang berwenang di

    kabupaten/ kota tempat praktekkedokteran atau dokter gigi

    dilaksanakan. Kedua persyaratantersebut menjadi suatu hal yang mutlak

    dimiliki oleh seorang dokter. Apabila

    dokter tidak mempunyai surat registrasi

    dan surat izin praktek, maka selain

    dokter tersebut tidak sah, masyarakat

    juga tidak berani di diagnosa olehdokter tersebut, karena takut terjadi

    malpraktek.

  • 5/28/2018 Mal Prak Tek

    15/39

    5) Peraturan Pemerintah Nomor 32

    Tahun 1996 Tentang Tenaga

    Kesehatan

    Pasal-pasal di dalam PeraturanPemerintah Nomor 32 Tahun 1996Tentang Tenaga Kesehatan yang terkait

    dengan malpraktek kedokteran, yaitu :

    Pasal 23

    (1)Pasien berhak atas ganti rugiapabila dalam pelayanankesehatan yang diberikan oleh

    tenaga kesehatan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 22

    mengakibatkan terganggunyakesehatan, cacat atau kematian

    yang terjadi karena kesehatanatau kelalaian;

    Bila tenaga kesehatan tidakmelakukan kewajibannya, maka pasien

    dapat menuntut ganti rugi. Hal itu

    disebabkan bahwa pasien yang datang

    ke rumah sakit atau ke dokterseharusnya mendapatkan pelayanan

    kesehatan sesuai dengan kebutuhanmedisnya. Karena hubungan antara

    dokter dengan pasien termasuk ke dalam

    perjanjian sebagaimana dimaksud di

    dalam Pasal 1320 KHUPerdata.

    Menurut Pasal 1320 KHUPerdata untuk

    sahnya perjanjian harus dipenuhi unsur-

    unsur sebagai berikut :1. Adanya kesepakatan dari mereka

    yang saling mengikatkan dirinya;

    2. Adanya kecakapan untuk membuatsuatu perikatan;

    3. Mengenai suatu hal tertentu;4. Untuk suatu sebab yang halal.

    Untuk keabsahan kesepakatan para

    pihak yang mengikatkan dirinya, maka

    kesepakatan ini harus memenuhi kriteria

    pasal 1321 KUHPerdata yang berbunyi :Tiada sepakat yang sah apabila sepakat

    itu diberikan karena kehilafan, ataudiperolehnya dengan paksaan atau

    penipuan. Sepakat ini merupakanpersetujuan yang dilakukan oleh kedua

    belah pihak dimana kedua belah pihakmempunyai persesuaian kehendak.

    Dalam hubungan antara dokter dan

    pasien, persesuaian kehendak dapat

    ditemukan yaitu pasien setuju untuk

    diobati oleh dokter dan dokter setuju

    untuk mengobati pasiennya. Agarkesepakatan ini sah menurut hukum,

    maka di dalam kesepakatan antara

  • 5/28/2018 Mal Prak Tek

    16/39

    dokter dan pasien tidak boleh ada

    paksaan dari salah satu pihak dan tidak

    ada penipuan di dalamnya. Untuk itu

    diperlukan adanya persetujuan tindakan

    medik (informed consent)

    .Untuk syarat kedua, adanya suatu

    kecakapan untuk membuat suatu

    perikatan. Dalam hubungan pasien dandokter hal ini diatur di dalam Peraturan

    Menteri Kesehatan Nomor 520 Tahun2008 Tentang Persetujuan Tindakan

    Medis. Pasal 2 Peraturan Menteri

    kesehatan tersebut menyebutkan bahwa

    yang dimaksud dewasa adalah mereka

    yang berumur 21 tahun atau telah

    menikah. Jadi bagi seorang yang berusiadi bawah 21 tahun dan belum menikah,

    maka perjanjian terapeutik harus ditandatangani oleh orang tua atau walinya

    yang merupakan pihak yang berhakmemberikan persetujuan.

    Syarat ketiga dan keempat, objekyang diperjanjikan terdiri dari suatu hal

    tertentu dan harus suatu sebab yang

    halal untuk diperjanjikan. Dalam

    perjanjian terapeutik, mengenai hal

    tertentu yang diperjanjikan atau objek

    perjanjian adalah upaya penyembuhanterhadap penyakit yang tidak dilarang

    undang-undang.

    Dalam perikatan sebagaimana

    diatur di dalam KUHPerdata dikenal

    adanya dua macam perjanjian, yaitu :

    1. Inspanningsverbintenis, yakniperjanjian upaya, artinya keduabelah pihak yang berjanji berdayaupaya secara maksimal untuk

    mewujudkan apa yang diperjanjikan;2. Resultaatbintennis, yakni perjanjian

    bahwa pihak yang berjanji akanmemberikan result, yaitu sesuatu

    hasil yang nyata sesuai dengan apa

    yang diperjanjikan.

    2.3. Hak Asasi Manusia dan Hak AtasKesehatanHak Asasi Manusia secara

    substansial telah diatur di dalam Konstitusi

    Negara Republik Indonesia. Salah satu hak

    asasi manusia yang diatur adalah hak ataskesehatan. Pasal 28 H butir 1 : Setiap

    orang berhak hidup sejahtera lahir dan

    batin, bertempat tinggal, dan mendapat

    lingkungan hidup yang baik dan sehat serta

    berhak memperoleh pelayanan kesehatan,

    Dengan masuknya hak kesehatan ke dalamkonstitusi, maka hak atas kesehatan secararesmi merupakan hak hukum positif yang

    dilindungi oleh pemerintah dan pemerintah

  • 5/28/2018 Mal Prak Tek

    17/39

    wajib untuk memenuhi hak kesehatan warga

    negaranya melalui usaha-usaha yang nyata.

    Beberapa hak pasien sebelumnya

    telah juga masuk dalam Undang-Undang

    seperti Undang-Undang Nomor 23 Tahun1992 tentang Kesehatan, Undang-UndangNomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

    Konsumen. Disusul dengan Undang-UndangNomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik

    Kedokteran.Hak Kesehatan juga dilindungi dan

    diatur di dalam berbagai instumen hak asasi

    manusia Internasional. Deklarasi Universal

    HAM pasal 25 ayat 1, menyatakan Setiap

    orang berhak atas taraf hidup yang

    menjamin kesehatan dan kesejahteraanuntuk dirinya dan keluarganya, termasuk

    pangan, pakaian, perumahan dan perawatankesehatannya serta pelayanan sosial yang

    diperlukan. Kovenan Internasional Hak-HakEkonomi Sosial dan Budaya yang telah

    diratifikasi oleh pemerintah Indonesiadengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun

    2005 juga mengatur tentang hak atas

    kesehatan. Pasal 12 Kovenan Internasional

    Hak-Hak Ekonomi Sosial dan Budaya

    mengatur, Negara pihak pada Kovenan inimengakui hak setiap orang untuk menikmatistandar tertinggi yang dapat dicapai atas

    kesehatan fisik dan mental.

    Pada Pembukaan Konstitusi

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO-1946)

    antara lain dinyatakan bahwa negara

    mengakui hak setiap orang, untuk

    menikmati standar tertinggi yang dapatdicapai atas kesehatan fisik dan mental.Caranya dengan mengupayakan agar latar

    belakang penentu (underlying determinants)kesehatan diarahkan untuk membuat orang

    menjadi sehat. Teknisnya sepertipengurangan tingkat kelahiran, mati dan

    kematian anak serta perkembangan anak

    yang sehat, melalui perbaikan semua aspek

    kesehatan lingkungan perumahan dan

    industri. Juga dengan melakukan

    pencegahan, pengobatan, dan pengendaliansegala penyakit menular/endemik, dan

    penyakit lain terkait pekerjaan, gaya hidupatau tindakan sosial dan budaya

    kemasyarakatan.

  • 5/28/2018 Mal Prak Tek

    18/39

    BAB III

    PELAKSANAAN

    3.1 Kewenangan, Kewajiban, dan HakDokter Dalam Pelayanan Kesehatan

    1). Kewenangan Dokter

    1. Dokter dan dokter gigi yang telahmemiliki Surat Tanda Registrasi dari

    Konsil Kedokteran Indonesiaberwenang untuk mewawancarai

    pasien, memeriksa fisik dan mental,

    menentukan pemeriksaan penunjang

    serta menegakkan diagnosis tentang

    penyakit yang diderita si pasien ;

    2. Dokter dan dokter gigi yang telah

    memiliki Surat Tanda Registrasi dari

    Konsil Kedokteran Indonesia

    berwenang untuk menentukan

    penatalaksanaan dan pengobatan

    pasien serta melakukan tindakan

    kedokteran atau kedokteran gigi;

    3. Dokter dan dokter gigi yang telahmemiliki Surat Tanda Registrasi dariKonsil Kedokteran Indonesia

    berwenang untuk menulis resep obatdan alat kesehatan serta menulis

    surat keterangan dokter atau doktergigi;

    4. Dokter dan dokter gigi yang telahmemiliki Surat Tanda Registrasi dari

    Konsil Kedokteran Indonesia

    berwenang untuk menyimpan obatdan alat kesehatan dalam jumlah dan

    jenis yang diijinkan serta meracik

    dan menyerahkan obat kepada

    pasien bagi yang praktik di daerah

    terpencil dan tidak ada apotik;

    2). Kewajiban Dokter1. Dokter dan Dokter Gigi dalam

    menjalankan pelayanan kesehatan

    wajib mematuhi peraturan rumahsakit sesuai hubungan hukum antaradokter tersebut dengan rumah sakit.

  • 5/28/2018 Mal Prak Tek

    19/39

    2. Dokter dan Dokter Gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatan

    wajib Memberikan pelayanan medis

    sesuai dengan standar profesi dan

    standar prosedur operasional sertakebutuhan medis pasien yg sesuaidengan jenis dan strata sarana

    pelayanan kesehatan;

    3. Dokter dan Dokter Gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatanwajib merujuk pasien ke dokter

    lain/rumah sakit lain yang memilikikeahlian atau kemampuan yang lebih

    baik, apabila ia tidak mampu

    melakukan suatu pemeriksaan atau

    pengobatan;

    4. Dokter dan Dokter Gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatan

    wajib memberikan kesempatan

    kepada pasien agar senantiasa dapatberhubungan dengan keluarga dan

    dapat menjalankan ibadah sesuaidengan keyakinanya;

    5. Dokter dan Dokter Gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatanwajib merahasiakan segala sesuatuyang diketahui tentang pasien

    (menjaga kerahasiaan pasien)

    bahkan setelah pasien meninggal

    dunia;

    6. Dokter dan Dokter Gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatan

    wajib melakukan pertolongandarurat atas dasar perikemanusiaan,kecuali ia yakin ada orang lain yang

    bertugas & mampu melaksanakan;

    7. Dokter dan Dokter Gigi DalamMenjalankan Pelayanan kesehatanwajib meminta persetujuan pasien

    atau keluarganya ketika hendakmelakukan tindakan

    kedokteran/kedokteran gigi;

    8. Dokter dan Dokter Gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatanwajib membuat catatan rekam medis

    yang baik secara berkesinambungan

    berkaitan dengan keadaan pasien;

    9. Dokter dan Dokter Gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatan

    wajib menambah ilmu pengetahuandan mengikuti perkembangan ilmu

    kedokteran/kedokteran gigi;

    10.Dokter dan Dokter Gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatanwajib memenuhi hal-hal yang telah

  • 5/28/2018 Mal Prak Tek

    20/39

    disepakati/perjanjian yang telah

    dibuatnya;

    11.Dokter dan Dokter Gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatan

    wajib Bekerjasama dengan profesidan pihak lain yang terkait secaratimbal balik dalam memberikan

    pelayanan kepada pasien;

    12.Dokter dan Dokter Gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatanwajib Dalam melakukan praktik

    kedokteran di Indonesia wajibmemiliki surat izin praktik dokter /

    dokter gigi;

    13.Dokter dan Dokter Gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatan diIndonesia wajib memiliki surat tanda

    registrasi dokter dan surat tanda

    registrasi dokter gigi;

    14.Dokter atau dokter gigi yangberhalangan menyelenggarakan

    praktik kedokteran harus membuatpemberitahuan atau menunjuk

    dokter atau dokter gigi pengganti;

    15.Dokter dan Dokter Gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatanwajib menyelenggarakan kendali

    mutu dan kendali biaya dalam

    memberikan pelayanan kesehatan;

    16.Dokter dan dokter gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatan

    wajib menjunjung tinggi,menghayati dan mengamalkanSumpah Dokter dan Kode Etik

    Kedokteran Indonesia.

    3) Hak Dokter

    1. Dokter dan Dokter Gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatanberhak pemperoleh perlindungan hukum

    sepanjang melaksanakan Tugas sesuai

    dengan standar profesi dan standarprosedur operasional.

    2. Dokter dan Dokter Gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatanberhak memberikan pelayanan medis

    menurut standar profesi dan standar

    prosedur operasional serta berdasarkan

    hak otonomi dan kebutuhan medispasien yg sesuai dengan jenis dan strata

    sarana pelayanan kesehatan.

    3. Dokter dan Dokter Gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatanberhak untuk menolak keinginan pasien

  • 5/28/2018 Mal Prak Tek

    21/39

    yang bertentangan dengan peraturan

    perundang-undangan, profesi dan etika.

    4. Dokter dan Dokter Gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatan

    berhak untuk mengakhiri/menghentikanjasa profesionalnya kepada pasienapabila hubungan dengan pasien sudah

    berkembang begitu buruk sehinggakerjasama yang baik tidak mungkin

    diteruskan lagi dan wajib menyerahkanpasien kepada dokter lain, kecuali untuk

    pasien gawat darurat.

    5. Dokter dan Dokter Gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatan

    berhak atas 'privacy (berhak menuntutapabila nama baiknya dicemarkan oleh

    pasien dengan ucapan atau tindakan

    yang melecehkan atau memalukan).

    6. Dokter dan Dokter Gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatanberhak memperoleh informasi yang

    lengkap & jujur dari pasien ataukeluarganya.

    7. Dokter dan Dokter Gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatanberhak atas informasi ataupemberitahuan pertama dalam

    menghadapi pasien yang tidak puasterhadap pelayanannya.

    8. Dokter dan Dokter Gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatan

    berhak untuk diperlakukan adil dan

    jujur, baik oleh rumah sakit maupun

    oleh pasien.9. Dokter dan Dokter Gigi dalam

    menjalankan pelayanan kesehatan

    berhak mendapatkan imbalan jasaprofesi yang diberikan berdasarkan

    perjanjian dan atau ketentuan/peraturanyang berlaku di rumah sakit.

    3.2. Kewajiban dan Hak Pasien DalamPelayanan Medis1) Kewajiban Pasien

    1. Pasien dalam pelayanan medisberkewajiban untuk memberikan

    informasi yang lengkap dan jujurtentang masalah kesehatannya

    kepada dokter yang merawat;

    2. Pasien dalam pelayanan medisberkewajiban untuk mematuhinasihat dan petunjuk dokter atau

    dokter gigi dan perawat dalampengobatanya;

    3. Pasien dalam pelayanan medisberkewajiban untuk mematuhi

  • 5/28/2018 Mal Prak Tek

    22/39

    ketentuan/peraturan dan tata-tertib

    yang berlaku di sarana layanan

    kesehatan;

    4. Pasien dalam pelayanan medisberkewajiban untuk emberikanimbalan jasa atas pelayanan yangditerima;

    5. Pasien dalam pelayanan medisberkewajiban untuk menyimpan

    rahasia pribadi dokter yangdiketahuinya.

    2) Hak Pasien

    1. Pasien dalam pelayanan medisberhak memperoleh informasi

    mengenai tata tertib dan peraturanyang berlaku di rumah sakit.

    2. Pasien dalam pelayanan medisberhak untuk mendapatkan

    pelayanan medis yang bermutusesuai dengan standar profesi

    kedokteran/kedokteran gigi dan

    tanpa diskriminasi;

    3. Pasien dalam pelayanan medisberhak untuk memperoleh asuhan

    keperawatan sesuai dengan standar

    profesi keperawatan.

    4. Pasien dalam pelayanan medisberhak untuk memilih dokter dan

    kelas perawatan sesuai dengan

    keinginannya dan sesuai dengan

    peraturan yang berlaku di rumahsakit.

    5. Pasien dalam pelayanan medisberhak berhak dirawat oleh dokteryang secara bebas menentukan

    pendapat klinik dan pendapat etisnyatanpa campur tangan dari pihak luar.

    6. Pasien dalam pelayanan medisberhak atas 'second opinion' /

    meminta pendapat dokter atau dokter

    gigi lain.7. Pasien dalam pelayanan medis

    berhak atas privacy dan

    kerahasiaan penyakit yang diderita

    termasuk data-data medisnya kecuali

    apabila ditentukan berbeda menurutperaturan yang berlaku.

    8. Pasien dalam pelayanan medisberhak untuk memperoleh informasi

    /penjelasan secara lengkap tentang

    tindakan medik yg akan dilakukanthd dirinya.

    9. Pasien dalam pelayanan medisberhak untuk memberikan

  • 5/28/2018 Mal Prak Tek

    23/39

    persetujuan atas tindakan yang akan

    dilakukan oleh dokter sehubungan

    dengan penyakit yang dideritanya.

    10.Pasien dalam pelayanan medisberhak untuk menolak tindakan yanghendak dilakukan terhadap dirinyadan mengakhiri pengobatan serta

    perawatan atas tanggung jawabsendiri sesudah memperoleh

    informasi yang jelas tentangpenyakitnya.

    11.Pasien dalam pelayanan medisberhak didampingi keluarga dan atau

    penasehatnya dalam beribad dan

    atau masalah lainya (dalam keadaankritis atau menjelang kematian).

    12.Pasien dalam pelayanan medisberhak untuk beribadat menurut

    agama dan kepercayaannya selama

    tidak mengganggu ketertiban danketenangan umum/pasien lainya.

    13.Pasien dalam pelayanan medisberhak atas keamanan dan

    keselamatan selama dalam

    perawatan di rumah sakit.

    14.Pasien dalam pelayanan medisberhak untuk mengajukan usul,

    saran, perbaikan atas pelayanan

    rumah sakit terhadap dirinya.

    15.Pasien dalam pelayanan medisberhak menerima atau menolak

    bimbingan moril maupun spiritual.

    16.Pasien dalam pelayanan medisberhak atas transparansi biaya

    pengobatan/tindakan medis yangakan dilakukan terhadap dirinya

    (memeriksa dan mendapatkanpenjelasan pembayaran).

    17.Pasien dalam pelayanan medisberhak atas akses /'inzage' kepada

    rekam medis/ hak atas kandungan

    ISI rekam medis miliknya

    3.3. Persetujuan Tindakan Kedokteran

    Sebagai Pra Tindakan Medis

    1) Apakah Persetujuan TindakanKedokteran

    Persetujuan Tindakan Kedokteran

    adalah persetujuan yang diberikan oleh

    pasien atau keluarga terdekat setelah

    mendapat penjelasan secara lengkapmengenai tindakan kedokteran atau

    kedokteran gigi yang dilakukan terhadappasien.

  • 5/28/2018 Mal Prak Tek

    24/39

    2) Informasi apa saja yang harusdiberikan dokter kepada pasien :

    a. Diagnosis dan tata cara tindakankedokteran, meliputi : Temuan klinis dari hasil

    pemeriksaan medis ing saattersebut;

    Diagnosis penyakit; atau dalamhal belum dapat ditegakan maka

    sekurang-kurangnya diagnosis

    kerja dan diagnosis banding;

    Indikasi atau keadaan klinispasien yang membutuhkan

    dilakukannya tindakankedokteran;

    Prognosis apabila dilakukantindakan dan apabila tidak

    dilakukan tindakanb. Tujuan tindakan kedokteran yang

    dilakukan, meliputi

    Tujuan tindakan kedokteranyang dapat berupa tujuan

    preventif, diagnostik, terapeutikataupun rehabilitatif;

    Tata cara pelaksanaan tindakanapa yang akan dialami pasienselama dan sesudah tindakan

    serta efek samping atau ketidaknyamanan yang mungkin terjadi;

    Risiko dan komplikasi yangmungkin terjadi pada masing-

    masing alternatif tindakan;

    Perluasan tindakan yangmungkin dilakukan untukmengatasi keadaan darurat akibat

    resiko dan komplikasi tersebutatau keadaan tak terduga lainnya

    c. Alternatif tindakan lain danresikonya;

    d. Resiko dan komplikasi yangmungkin terjadi;

    Risiko dan komplikasi yang sudahmenjadi pengetahuan umum;

    Risiko dan komplikasi yang sangatjarang terjadi atau dampaknyasangat ringan;

    Risiko dan komplikasi yang tidakdapat dibayangkan sebelumnya.

    e. Prognosis terhadap tindakan yangdilakukan, meliputi :

    Prognosis tentang hidup-matinya; Prognosis tentang fungsinya; Prognosis tentang kesembuhan.

    f.

    Perkiraan pembiayaan.

    3) Kapan Persetujuan Tindakan Medis

    dilakukan:

  • 5/28/2018 Mal Prak Tek

    25/39

    Dalam setiap tindakan kedokteranyang akan dilakukan terhadap

    pasien;

    Setiap tindakan kedokteran yangmengandung risiko tinggi;

    Dalam hal terdapat indikasikemungkinan perluasan tindakan

    kedokteran yang tidak terdapatindikasi sebelumnya untuk

    menyelamatkan jiwa pasien;

    4) Siapa yang berhak memberikanpersetujuan

    Pasien yang kompeten ataukeluarga terdekat suami atau isteri, ayah

    atau ibu kandung, anak-anak kandung,saudara-saudara kandung atau

    pengampunya.

    5) Tata Cara Pemberian Persetujuan Semua tindakan kedokteran yang

    akan dilakukan terhadap pasien

    harus mendapat persetujuan secara

    tertulis atau lisan dan diberikansetelah pasien mendapat penjelasanyang diperlukan tentang perlunya

    tindakan kedokteran yang dilakukan;

    Setiap tindakan kedokteran yangmengandung risiko tinggi harus

    memperoleh persetujuan tertulisyang tertuang dalam formulir khusus

    yang ditanda tangani oleh yangberhak memberikan persetujuan;

    Dalam keadaan gawat darurat untukmenyelamatkan jiwa pasien dan/atau

    mencegah kecacatan tidak

    diperlukan persetujuan tindakan

    kedokteran;

    Tindakan penghentian/penundaanbantuan hidup pada seorang pasien

    harus mendapat persetujuan keluarga

    terdekat pasien setelah mendapat

    penjelasan dari tim dokter yangbersangkutan;

    Persetujuan tindakan kedokterandapat dibatalkan atau ditarik kembalioleh yang memberi persetujuan

    secara tertulis sebelum dimulainya

    tindakan.

    6) Penolakan Tindakan Kedokteran Penolakan tindakan kedokteran

    dapat dilakukan oleh pasien dan ataukeluarga terdekatnya setelah

    menerima penjelasan tentang

    tindakan kedokteran yang akan

    dilakukan. Penolakan tindakan

  • 5/28/2018 Mal Prak Tek

    26/39

    kedokteran tersebut dilakukan secara

    tertulis;

    Akibat penolakan tindakankedokteran menjadi tanggung jawab

    pasien;

    Penolakan tindakan tindakankedokteran tidak memutuskanhubungan dokter dan pasien.

    7) Tanggung Jawab Pelaksanaan tindakan kedokteran

    yang telah mendapatkan persetujuan

    menjadi tanggung jawab dokter ataudokter gigi yang melakukan tindakan

    kedokteran;

    Sarana pelayanan kesehatanbertanggung jawab atas pelaksanaanpersetujuan tindakan kedokteran;

    Skema Pelaksanaan

    Persetujuan Tindakan Medis.

    Pasien Dokter

    Keterangan :

    1. Pasien pergi ke dokter/ rumah sakit;2. Dokter/ rumah sakit memeriksa pasien,

    menegakkan diagnosa untuk kemudianmenetapkan terapinya (misalnya : pasien

    harus dibedah karena menderitaappendicitis);

    3. Dokter memberikan informasi/ penjelasan

    tentang :

    - Diagnosis dan tata cara tindakanmedis;

    - Tujuan tindakan medis yangdilakukan;

    - Alternatif tindakan lain dan resikonya;

    Informasi

    Mempertimbangkan

    /memutuskan

    SETUJU MENOLAK

    Penandatangan

    Form persetujuan

    Penandatangan

    Form penolakan

  • 5/28/2018 Mal Prak Tek

    27/39

    - Resiko dan komplikasi yang mungkinterjadi; dan

    - Prognosa3.Pasien sesudah mendengar informasi

    dokter lalu mempertimbangkan danmemutuskan;4.Jika setuju, menandatangani formulir

    konsen murni5.Jika tidak setuju, diminta

    menandatangani surat penolakan, jikatidak mau menandatangani beri catatan

    medis bahwa pasien menolak walaupun

    sebelumnya sudah diberitahukan

    informasi.

    3.3. Rekam Medik sebagai Dokumen Hukum1) Apa itu Rekam Medis

    Rekam Medik adalah berkas yangberisikan catatan dan dokumen tentang

    identitas pasien, pemeriksaan. pengobatan,

    tindakan dan pelayanan lain yang telah

    diberikan kepada pasien (Permenkes. No.

    269/ Menkes/Per/III/2008).

    2) Apa Saja Isi Rekam Medis

    a. Isi rekam medis untuk pasien rawatjalan sekurang-kurangnya memuat :

    - Identitas pasien;- Tanggal dan waktu;-

    Hasil amnesis mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan rieayatpenyakit;

    - Hasil pemeriksaan fisik danpenunjang medik;

    - Rencanan penatalaksanaan;- Pengobatan dan/atau tindakan;- Pelayanan lain yang telah diberikan

    kepada pasien;

    - Untuk pasien kasus gigi dilengkapidengan odontogram klinik dan;

    - Persetujuan tindakan bila diperlukan.b. Isi rekam medis untuk pasien rawatinap sekurang-kurangnya memuat :

    - Identitas pasien;- Tanggal dan waktu;- Hasil amnesis mencakup sekurang-

    kurangnya keluhan dan rieayatpenyakit;

    - Hasil pemeriksaan fisik danpenunjang medik;

    - Diagnosis;- Rencanan penatalaksanaan;- Pengobatan dan/atau tindakan;- Persetujuan tindakan bila

    diperlukan;

  • 5/28/2018 Mal Prak Tek

    28/39

    - Catatan observasi klinis dan hasilpengobatan;

    - Ringkasan pulang;- Nama dan tanda tangan dokter,

    dokter gigi atau tenaga kesehatantertentu yang memberikan pelayanankesehatan;

    - Pelayanan lain yang dilakukan olehtenaga kesehatan tertentu;

    - Untuk pasien kasus gigi dilengkapidengan odontogram klinik dan;

    c. Isi rekam medis untuk pasien gawatdarurat sekurang-kurangnya memuat :

    - Identitas pasien;- Kondisi saat pasien tiba di saranapelayanan kesehatan;

    - Identitas pengantar pasien;- Tanggal dan waktu;- Hasil amnesis mencakup sekurang-

    kurangnya keluhan dan riwayatpenyakit;

    - Hasil pemeriksaan fisik danpenunjang medik;

    - Diagnosis- Pengobatan dan/atau tindakan;- Ringkasan kondisi pasien sebelum

    meninggalkan pelayanan unit gawatdaurat dan rencana tindak lanjut;

    - Nama dan tanda tangan dokter,dokter gigi atau tenaga kesehatan

    tertentu yang memberikan pelayanan

    kesehatan;

    - Sarana transportasi yang digunakanpasien yang akan dipindahkkan ke

    sarana pelayanan kesehatan lain;- Pelayanan lain yang telah diberikan

    kepada pasien.

    3. Tata Cara Penyelenggaraan Rekam

    Medis1.Setiap dokter atau dokter gigi dalam

    menjalankan praktik kedokteran wajib

    membuat rekam medis dengan segera

    dan dilengkapi setelah pasien menerima

    pelayanan;

    2.Pembuatan rekam medis dilaksanakanmelalui pencatatan danpendokumentasian hasil pemeriksaan,pengobatan, tindakan dan pelayanan

    lain yang telah diberikan kepada pasien;

    3.Setiap pencatatan ke dalam rekammedis harus dibubuhi nama, waktu dan

    tanda tangan dokter, dokter gigi atau

    tenaga kesehatan tertentu yang

    memberikan pelayanan kesehatan

    secara langsung.4.Dalam hal terjadi kesalahan dalam

    melakukan pencatatan pada rekam

    medis dapat dilakukan pembetulan dan

  • 5/28/2018 Mal Prak Tek

    29/39

    hanya dapat dilakukan dengan cara

    pencoretan tanpa menghilangkan

    catatan yang dibetulkan dan dibubuhi

    paraf dokter, dokter gigi atau tenaga

    kesehatan yang bersangkutan.5.Dokter dan dokter gigi dan atau tenagakesehatan tertentu bertanggung jawab

    atas catatan dan/atau dokumen yangdibuat pada rekam medis;

    6.Sarana pelayanan kesehatan wajibmenyediakan fasilitas yang diperlukan

    dalam rangka penyelenggaraan rekam

    medis.

    4. Penyimpanan, Pemusnahan dan

    Kerahasiaan Rekam Medis1. Rekam medis pasien rawat inap di

    rumah sakit wajib disimpansekurang-kurangnya untuk jangka

    waktu 5 (lima) tahun terhitung daritanggal terakhir pasien berobat atau

    dipulangkan dan setelah batas waktuterlampaui rekam medis dapat

    dimusnahkan kecuali ringkasan

    pulang dan persetujuan tindakan

    medis;

    2. Ringkasan pulang dan persetujuantindakan medis harus disimpanuntuk jangka waktu 10 (sepuluh)

    tahun terhitung dari tanggal

    dibuatnya ringkasan tersebut;

    3. Penyimpanan rekam medis danringkasan pulang dilaksanakan oleh

    petugas yang ditunjuk oleh pimpinansarana pelayanan kesehatan.4. Rekam medis pada sarana kesehatan

    non rumah sakit wajib disimpanuntuk jangka waktu 2 (dua) tahun

    terhitung dari tanggal terakhir pasienberobat dan setelah itu dapat

    dimusnahkan.

    5. Informasi tentang identitas,diagnosis, riwayat penyakit, riwayat

    pemeriksaan dan riwayat pengobatan

    pasien harus dijaga kerahasiaannyaoleh dokter, dokter gigi, tenaga

    kesehatan tertentu, petugaspengelola dan pimpinan sarana

    pelayanan kesehatan;6. Informasi tentang identitas,

    diagnosis, riwayat penyakit, riwayatpemeriksaan dan riwayat pengobatan

    dapat dibuka dengan permintaan

    secara tertulis kepada pimpinan

    sarana pelayanan kesehatan, dalam

    hal :a. untuk kepentingan kesehatan

    pasien;

  • 5/28/2018 Mal Prak Tek

    30/39

    b. memenuhi permintaan aparaturpenegak hukum dalam rangka

    penegakan hukum atas

    permintaan pengadilan;

    c.

    Permintaan dan atau persetujuanpasien sendiri;d. Permintaan institusi/ lembaga

    berdasarkan ketentuan peraturanperundang-undangan;

    e. Untuk kepentingan penelitian,pendidikan dan audit medis

    sepanjang tidak menyebutkan

    identitas pasien;

    7. Penjelasan isi rekam medis hanyaboleh dilakukan oleh dokter atau

    dokter gigi yang merawat pasiendengan izin tertulis pasien atau

    berdasarkan peraturan perundang-undangan;

    8. Pimpinan sarana pelayanankesehatan dapat menjelaskan isi

    rekam medis secara tertulis ataulangsung kepada pemohon tanpa izin

    pasien berdasarkan peraturan

    perundang-undangan.

    5. Kepemilikan, Pemanfaatan danTanggung Jawab dalam Pelaksanaan

    Rekam Medis.

    1. Berkas rekam medis milik saranapelayanan kesehatan;

    2. Isi rekam medis dalam bentukringkasan rekam medis merupakan

    milik pasien;

    Gambar :

    3. Ringkasan rekam medis dapatdiberikan, dicatat atau dicopy oleh

    pasien atau orang yang diberi kuasaatau atas persetujuan tertulis pasien

    atau keluarga pasien yang berhakuntuk itu;

    Gambar :

    MILIK SAYA

  • 5/28/2018 Mal Prak Tek

    31/39

    3.5. Perbedaan antara Kecelakaan Medis,Resiko Medis, Kesalahan Medis dan

    Kelalaian Medis

    1) Kecelakaan Medis (Medical

    Misadventure)

    Kecelakaan Medis merupakan

    suatu keadaan yang tidak terduga,

    tindakan yang tidak disengaja (OxfordIllustrated Dictionary; 1975) sehingga

    mengakibatkan kerugian bagi pasien.Kecelakaan medis sangat berbeda dengan

    kelalaian medis, kalau kelalaian medisperbuatan yang dilakukan dapat

    dipersalahkan sedangkan kecelakaanmedis tidak dapat dipersalahkan, asalkan

    kecelakaan medis tersebut merupakan

    kecelakaan murni dan dilakukan tidak

    dengan disengaja. Tegasnya dalam

    kecelakaan medis mengandung tiga unsur

    yaitu tidak dapat dipersalahkan(verwijtbaarheid) , tidak dapat dicegah

    (vermijdbaarheid) , dan terjadinya tidak

    dapat diduga sebelumnya(voorzienbaarheid).

    2) Resiko Medis (Medical Risk)Resiko Medis adalah resiko yang

    timbul sebagai akibat dari proses tindakanmedis yang dilakukan kepada pasien.

    Apabila dalam praktek, dokter sudah

    melakukan tindakan medis secara hati-hati

    dan teliti menurut standart profesi medis

    maka dokter yang bersangkutan tidak

    dapat dipersalahkan. Resiko yang dapatditerima sebagai resiko medis adalah

    sebagai berikut :a. Risiko yang derajat probabilitas dan

    keparahannya cukup kecil, dapatdiantisipasi, diperhitungkan atau dapat

    dikendalikan, misalnya efek sampingobat, perdarahan dan infeksi pada

    pembedahan, dan lain-lain.

    b. Risiko yang derajat probabilitas dan

    keparahannya besar pada keadaan

    tertentu, yaitu apabila tindakan medisyang berisiko tersebut harus dilakukankarena merupakan satu-satunya cara

    yang harus ditempuh (the only way),

  • 5/28/2018 Mal Prak Tek

    32/39

    terutama dalam keadaan gawat

    darurat.

    3) Kesalahan Medis (Medical Mistake)Kesalahan Medis adalah

    Kesalahan yang terjadi dalam prosesasuhan medis yang mengakibatkan atau

    berpotensi mengakibatkan cedera padapasien. Kesalahan termasuk gagal

    melaksanakan sepenuhnya suatu rencanaatau menggunakan rencana yang salah

    untuk mencapai tujuannya. Dapat sebagai

    akibat melaksanakan suatu tindakan

    (commission) atau tidak mengambil

    tindakan yang seharusnya diambil

    (omission).

    4) Kelalaian Medis (Medical Negligence)Kelalaian adalah kegagalan

    seorang dokter untuk bersikap hati-hatiyang umumnya seorang dokter lain pada

    keadaan wajar dan berhati-hati akanmelakukan di dalam keadaan tersebut

    sehingga menimbulkan kerugian bagi

    pasien.

    Untuk menentukan adanya

    kelalaian dokter harus terpenuhi unsur 4-D, yaitu : apakah dokter dan dokter gigimenjalankan sesuai tugasnya (duty),

    apakah ada penyimpangan terhadap

    tugasnya (derelictionof duty), apakah ada

    kerugian (damage), dan apakah ada

    hubungan sebab-akibat antara tindakan

    dan kerugian yang ditimbulkan (directcaution)

    3.6. Malpraktik Medis dan Penyelesaiaannya1) Apakah Malpraktik Medik

    Malpraktik medik adalahkegagalan dokter untuk memenuhi standar

    pengobatan dan perawatan terhadap

    pasien atau adanya kekurangan

    keterampilan atau kelalaian dalam

    pengobatan dan perawatan yang

    menimbulkan cedera pada pasien.

    2) Bagaimana Penyelesaian Kasus

    Malpraktik Medis

    Penyelesaian kasus malpraktikmedik dapat dilakukan melalui dua jalur

    yaitu litigasi (pengadilan) dan non litigasi(mediasi), dalam jalur litigasi pihak yang

    dirugikan dapat menempuh upaya hukum

    pidana maupun perdata, sedangkan dalam

    jalur non litigasi pihak yang dirugikan

    dapat menempuh upaya konsiliasi,negosiasi, mediasi ataupun upayapenyelesaian sengketa lainnya yang

    dipilih oleh pihak yang berperkara. UU

  • 5/28/2018 Mal Prak Tek

    33/39

    No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik

    Kedokteran menyatakan bahwa

    penyelesaian sengketa medis antara pasien

    dan dokter diputuskan oleh MajelisKehormatan Disiplin Kedokteran

    Indonesia (MKDKI) namun upayatersebut tidak secara serta merta

    merelatifkan upaya dari pihak yangdirugikan untuk melakukan upaya hukum

    pidana atau perdata.Dalam hal tuntutan hukum tersebut

    diajukan melalui proses hukum pidana,

    maka pasien cukup melaporkannya

    kepada penyidik dengan menunjukkan

    bukti-bukti permulaan atau alasan-

    alasannya. Selanjutnya penyidiklah yangakan melakukan penyidikan dengan

    melakukan tindakan-tindakan kepolisian,seperti pemeriksaan para saksi dan

    tersangka, pemeriksaan dokumen (rekammedis di satu sisi, standar dan petunjuk di

    sisi lainnya), serta pemeriksaan saksi ahli.Visum et repertum mungkin saja

    dibutuhkan penyidik. Berkas hasil

    pemeriksaan penyidik disampaikan

    kepada jaksa penuntut umum untuk dapat

    disusun tuntutannya. Dalam hal penyidiktidak menemukan bukti yang cukup makaakan dipikirkan untuk diterbitkannya SP3

    atau penghentian penyidikan.

    Sedangkan dalam hal gugatan

    secara perdata, pihak yang dirugikan

    cukup mengajukan gugatan di wilayah

    pengadilan negeri tergugat. Dalam prosespengadilan umumnya ingin dicapai suatu

    putusan tentang kebenaran suatu gugatanberdasarkan bukti-bukti yang sah (right-

    based) dan kemudian putusan tentangjumlah uang ganti rugi yang "layak"

    dibayar oleh tergugat kepada penggugat.Dalam menentukan putusan benar-

    salahnya suatu perbuatan, hakim akan

    membandingkan perbuatan yang

    dilakukan dengan suatu norma tertentu,

    standar, ataupun suatu kepatutan tertentu,

    sedangkan dalam memutus besarnya gantirugi hakim akan mempertimbangkan

    kedudukan sosial-ekonomi kedua pihak(pasal 1370-1371 KUH Perdata).

    Apabila dipilih proses di luarpengadilan (Alternative Dispute

    Resolution), maka kedua pihak berupayauntuk mencari kesepakatan tentang

    penyelesaian sengketa (mufakat).

    Permufakatan tersebut dapat dicapai

    dengan pembicaraan kedua belah pihak

    secara langsung (konsiliasi ataunegosiasi), ataupun melalui fasilitasi,mediasi, dan arbitrase, atau cara-cara

    kombinasi. Fasilitator dan mediator tidak

  • 5/28/2018 Mal Prak Tek

    34/39

    membuat putusan, sedangkan arbitrator

    dapat membuat putusan yang harus

    dipatuhi kedua pihak. Dalam proses

    mufakat ini diupayakan mencari carapenyelesaian yang cenderung berdasarkan

    pemahaman kepentingan kedua pihak(interest-based, win-win solution), dan

    bukan right-based. Hakim pengadilanperdata umumnya menawarkan

    perdamaian sebelum dimulainyapersidangan, bahkan akhir-akhir ini hakim

    memfasilitasi dilakukannya mediasi oleh

    mediator tertentu.

    Adapun skema penyelesaian kasus

    malpraktek sebagai berikut :

    Pasien Rumah Sakit PerawatanBAB IV

    PENUTUP

    Cacat/ meninggal;

    diduga malpraktik medik

    Mediasi;bertemu dengan dokter atau

    Komite Hukum/ Medik RS

    Tidak Puas

    MKDKI Upaya

    Hukum

    ADR; Melalui

    BANI

    Pidana Perdata

    Bantuan Pihak Ketiga;Pengacara, LBH

    Puas

    Selesai

    Lapor ke

    PolisiGugatan ke

    Pengadilan

  • 5/28/2018 Mal Prak Tek

    35/39

    Demikian buku pedoman Hak Asasi Manusia

    bagi Dokter dan Pasien Dalam Mencegah

    Malpraktek Kedokteran ini dibuat bagi dokter dan

    pasien dalam menjalankan hak dan kewajiban

    dalam pelayanan Medis serta dalam rangka

    perlindungan, pemajuan, penegakan danpenghormatan hak asasi manusia.

    Buku ini diharapkan dapat berguna dan

    bermanfaat bagi Dokter dan Pasien dalam

    mencegah malpraktek kedokteran maupun dalam

    kerangka peningkatan pelayanan profesi medis dan

    perlindungan HAM Pasien.

    SUSUNAN TIM BUKU PEDOMAN

    HAK ASASI MANUSIA

    BAGI PASIEN DAN DOKTER UNTUK

    MENCEGAH MALPRAKTEK

    1. Prof. Dr. Hafid Abbas (Pengarah).2.L.S. Allagan (Penanggung Jawab)3.Yuri Parmiono, SH, MM (Ketua).4.Sujatmiko, SH, M.Si (Sekretaris).5.Prof. Dr. Agus Purwadianto, Sp.F,SH,MSi

    ( Nara Sumber )

    6.Sriyana,SH,LLM,DFM ( Nara Sumber )7.Moch Sentot, SH. ( Nara Sumber )8.Dr.Doris Simorangkir ( Anggota )9.Drg. Dessy Aries Santy, Msi ( Anggota )10.Dra. Yati Nurhayati Rusli, MSi ( Anggota )

    11. Erni Nurheyanti MT, SH. ( Anggota )

    12. Maryati, SPd. ( Anggota )

    13. Ellya Rebuani, SH. ( Anggota )

    14. Norma Doryana, SH. ( Anggota )

    DAFTAR PUSTAKA

  • 5/28/2018 Mal Prak Tek

    36/39

    BUKU-BUKU

    Achadiat, Crisdiono. Dinamika Etika dan HukumKedokteran Dalam Tantangan Jaman.

    Jakarta : EGC, 2006.

    Ameln, Fred. Kapita Selekta Hukum Kedokteran.Jakarta : Grafikatama Jaya, 1991.

    Amir, Amri. Bunga Rampai Hukum Kesehatan.

    Jakarta : Widya Medika, 1997.

    Anonim.Himpunan Etika Profesi Berbagai KodeEtik Asosiasi di Indonesia. Yogyakarta :

    Pustaka Yudistira, 2006

    Arinanto, Satya. Hak Asasi Manusia DalamTransisi Politik di Indonesia. Jakarta : Pusat

    Studi Hukum Tata Negara UniversitasIndonesia, 2003.

    Azwar, Bahar. Buku Pintar Sang Dokter. Bekasi :

    Kesaint Blanc, 2002.

    Donnelly, Jack. Konsep Mengenai Hak-Hak Asasi

    Manusia. Dalam Fransc Ceufin. Hak-HakAsasi Manusia Pendasaran Dalam Filsafat

    Hukum dan Filsafat Politik. Penerbit

    Ledalero : Maumere, 2004.

    Feinberg, Joel. Hak Asasi Manusi. Dalam Fransc

    Ceufin. Hak-Hak Asasi Manusia

    Pendasaran Dalam Filsafat Hukum dan

    Filsafat Politik. Penerbit Ledalero :

    Maumere, 2004.

    Fuady, Munir. Sumpah Hipprocrates (AspekHukum Malpraktek Dokter). Jakarta : Citra

    Aditya Bakti, 2005.

    Fleiner, Thomas. What Are Human Rights.

    Melbourne : The Federation Press, 1999.

    Gosita, Arief. Masalah Korban Kejahatan

    (Kumpulan Karangan). Jakarta : PT.Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia,

    2004.

    Guwandi. Hukum Medik (Medical Law). Jakarta :Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,

    2004.

    ______.Medical Error dan Hukum Medis. Jakarta :

    Balai Penerbit Fakultas Kedokteran

    Universitas Indonesia, 2005.

    Haryanto, Ignatius dkk. Kovenan InternasionalHak-Hak Sipil dan Politik Panduan Bagi

    Jurnalis. Jakarta : Lembaga Studi Pers dan

    Pembangunan dan Asia Foundation, 2000.

  • 5/28/2018 Mal Prak Tek

    37/39

    Isfandyarie, Anny. Malpraktek Dan Resiko MedikDalam Kajian Hukum Pidana. Jakarta :

    Pustaka Publisher, 2005.

    _____________. Tanggung Jawab Hukum danSanksi Bagi Dokter (Buku I). Malang :

    Prestasi Pustaka Publisher, 2006.

    ______________dan Afandi, Fachrizal. Tanggung

    Jawab Hukum dan Sanksi Bagi Dokter

    (Buku II). Malang : Prestasi Pustaka

    Publisher, 2006.

    Johan Nasution, Bahder. Hukum Kesehatan

    Pertanggungjawaban Dokter. Jakarta :Rineka Cipta, 2005.

    Kaligis, OC. Perlindungan Hukum Atas Hak Asasi

    Tersangka, Terdakwa dan Terpidana.Bandung : Alumni, 2006

    Kasim, Ifdhal dan Johanes da Masenus Arus (ed).

    Hak-Hak Ekonomi Sosial dan Budaya

    Esei-Esei Pilihan (buku 2). Jakarta :

    Elsam, 2001.

    Koeswadji, Hermin Hadiati. Hukum Kedokteran(Studi Tentang Hubungan Hukum Dalam

    Mana Dokter Sebagai Salah satu Pihak.

    Bandung : Citra Aditya Bhakti, 1998.

    Komalawati, D. Veronica.Hukum dan Etika DalamPraktek Kedokteran. Jakarta : Pustaka Sinar

    Harapan, 1989

    Mertokusumo, Sudikno. Hukum Acara PerdataIndonesia (Edisi ketujuh). Yogyakarta:

    Liberty, 2002_________________. Mengenal Hukum Suatu

    Pengantar. Yogyakarta : Liberty, 2003.

    Soekanto, Soerjono. Faktor-Faktor YangMempengaruhi Penegakan Hukum (Cet

    Kelima). Jakarta : PT. Grafindo Persada,2004.

    Soewono, Hendrojono. Perlindungan Hak-Hak

    Pasien Dalam Transaksi Terapeutik Suatu

    Tinjauan Yuridis Setelah Berlakunya

    Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004

    Tentang Praktek Kedokteran. Srikandi :

    Surabaya, 2006.

    Sunggono, Bambang. Metode Penelitian Hukum.

    Jakarta : PT. Grafindo, 1996.

    Suprapti, Ratna. Etika Kedokteran Indonesia.

    Yayasan Bina Pustaka : Jakarta, 2001

  • 5/28/2018 Mal Prak Tek

    38/39

    Supriadi, Wila Chandrawila. Hukum Kedokteran.

    Bandung : Mandar Maju, 2001.

    Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia.Pusat Pembinaan dan Pengembangan

    Bahasa. Jakarta : Balai Pustaka, 1989.

    Hasil Penelitian

    Adi Nugroho, Harimurti dan Aditya Poetry. Jalan

    Tengah Penyelesaian Kasus Dugaan

    Malpraktek Medis Antara MKDKI dan

    Peradilan Umum. Jakarta : LIPI, 2005.

    Meila, Witri Budi Utama. Perlindungan Saksi dan

    Korban di Indonesia ditinjau dari PerspektifHAM. Tesis Program Pascasarjana FakultasHukum Universitas Indonesia. Jakarta,

    2006.

    Pardemean, Charlie. Pertanggung Jawaban PidanaProfesi Dokter Dalam Kasus Malpraktek

    Telaah Terhadap Undang-Undang Nomor

    29 Tahun 2004 Tentang Praktek

    Kedokteran. Program Pasca SarjanaFakultas Hukum Universitas Indonesia.

    Jakarta, 2006.

    Jurnal

    R, Soeharto. Hubungan Dokter-Pasien dan

    Informed Consent Suatu Kajian Menurut

    Hukum Perdata. Jurnal Masalah-Masalah

    Hukum. No. 10. Fakultas HukumUniversitas Diponogoro. Semarang, 1993.

    Makalah

    Dedi Afandi dan Djaja Surya Admaja. Tata

    Laksana Persetujuan Tindakan Medis

    (PTM)/Informed Consent di Rumah Sakit

    dan Aspek Medikolegalnya. Makalah,

    Simposium Sehari Tentang Trilogi Rahasia

    Kedokteran, Malpraktek dan Peran

    Asuransi. Jakarta : Hotel Borobudur, 2004.

    Djaja Surya Admadja. Malpraktek Medis,

    Pembuktian dan Pencegahannya,Makalah, Simposium Sehari Tentang

    Trilogi Rahasia Kedokteran. Malpraktekdan Peran Asuransi, Jakarta : Hotel

    Borobudur, 2004.

    Internet

  • 5/28/2018 Mal Prak Tek

    39/39

    Anonim. Perkembangan Rumah sakit dan Komite

    Etik Dalam Upaya Mencegah Krisis

    Malpraktek. www.waspadaonline.com, 2006.

    ______. MKDKI berwenang Tangani Kasus

    Malpraktek. www.tempointeraktif.com, 2005.

    Ardianingtyas dan Tambubolon, M. Charles.Kesalahan Diagnosis Dokter Tergolong

    Malpraktek atau Kelalaian Medik-Kah.www.hukumonline.com

    Simanjuntak Josmar. Undang-Undang Nomor 29Tahun 2004, Peringatan Bagi Dokter Agar

    Lebih Berhati-Hati.www.sibononline.com .

    Peraturan Perundang-Undangan

    Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang

    Perlindungan Saksi dan Korban

    Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 TentangPengesahan Kovenan Internasional Hak-

    Hak Ekonomi Sosial dan Budaya

    Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang

    Kekuasaan Kehakiman

    Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 TentangPaktek Kedokteran

    Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang

    Hak Asasi Manusia

    Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang

    Kesehatan

    Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996

    Tentang Tenaga Kesehatan

    Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 585 Tahun

    1989 Tentang Persetujuan Tindakan Medis

    Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

    Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

    Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata