Upload
metides
View
29
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
yo
Citation preview
5/28/2018 Mal Prak Tek
1/39
KATA PENGANTAR
KEPALA BADAN PENELITIAN
DAN PENGEMBANGAN HAM
DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM RI
Buku Pedoman Hak Asasi Manusia Dokter
dan Pasien Dalam Mencegah MalpraktekKedokteran ini disusun oleh tim dari Badan
Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusiabersama Prof. DR. Dr. Agus Purwadianto, Sp.F, SH
dari Departemen Kesehatan, Sriyana, SH, LLM,
DFM dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dan
Moch. Sentot dari Lembaga Bantuan Hukum
Kesehatan sebagai narasumber.
Adapun tujuan dari buku ini adalah sebagaiacuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman bagi dokter dan pasien akan hak-hakdan kewajibannya sehingga dapat dihindari
terjadinya malpraktek kedokteran.Kami menyadari adanya kekurangan dalam
penyusunan buku ini, oleh karena itu saran danmasukan dari berbagai pihak untuk perbaikan dan
penyempurnaan buku ini sangat kami harapkan.
Selanjutnya tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih dan menyampaikan penghargaan
kepada semua pihak yang telah berpartisipasi
memberikan kontribusi sehingga terwujudnya bukupedoman ini.
Demikian semoga bermanfaat dan menjadi
pedoman bagi semua pihak khususnya dokter dan
pasien dalam rangka penghormatan dan
perlindungan Hak Asasi Manusia.
Jakarta, 2008Kepala Badan
Penelitian dan Pengembangan HAM
Prof. Dr. Hafid Abbas
5/28/2018 Mal Prak Tek
2/39
DAFTAR ISI
KATA PENGANTARDAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang
1.2. Dasar Hukum1.3. Tujuan
1.4. Sasaran
1.5. Ruang Lingkup
1.6. Pengertian-Pengertian
BAB II : MALPRAKTEK KEDOKTERANDAN HAK ASASI MANUSIA
2.1.Definisi MalpraktekKedokteran
2.2.Aspek Hukum MalpraktekKedokteran di Indonesia
2.3.Hak Asasi Manusia danHak Atas Kesehatan
BAB III : PELAKSANAAN
3.1.Kewenangan, Kewajiban danHak Dokter Dalam Pelayanan
Medis3.2.Kewajiban dan Hak Pasien
Dalam Pelayanan Medis
3.3.Persetujuan TindakanKedokteran Sebagai Pra
Tindakan Medis
3.4.Rekam Medis SebagaiDokumen Hukum
3.5.Perbedaan Antara KecelakaanMedis, Resiko Medis,
Kesalahan Medis dan KelalaianMedis
3.6.Malpraktek Kedokteran danPenyelesaiannya
BAB IV : PENUTUP
SUSUNAN TIM PENYUSUN
DAFTAR PUSTAKA
5/28/2018 Mal Prak Tek
3/39
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pembangunan bidang kesehatanpada dasarnya ditujukan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dankemampuan hidup sehat bagi setiap orang
untuk mewujudkan derajat kesehatan yangoptimal sebagai salah satu unsur
kesejahteraan sebagaimana diamanatkan
oleh pembukaan Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia 1945. Kesehatan
sebagai hak asasi manusia (HAM) harus
diwujudkan dalam bentuk pemberianberbagai upaya kesehatan kepada seluruh
masyarakat melalui penyelenggaraanpembangunan kesehatan yang berkualitas
dan terjangkau oleh masyarakat.Hak atas kesehatan merupakan
kebutuhan yang penting bagi kehidupanmanusia, karena dengan jiwa yang sehat,
maka akan dapat berpikir secara sehat.
Pentingnya hak atas kesehatan tersebut
secara tegas dijamin di dalam Pasal 12
Kovenan Internasional Hak Ekonomi, Sosial
dan Budaya yang telah diratifikasi melaluiUndang-Undang Nomor 11 Tahun 2005,
yang intinya mengakui hak setiap orang
untuk menikmati standar tertinggi yang
dapat dicapai dalam hal kesehatan fisik dan
mental.
Dokter sebagai salah satu komponen
utama pemberi pelayanan kesehatan kepadamasyarakat mempunyai peranan yangsangat penting karena terkait langsung
dengan pemberian pelayanan kesehatan danmutu kesehatan yang diberikan. Landasan
utama bagi dokter untuk dapat melakukantindakan medik terhadap orang lain adalah
ilmu pengetahuan, teknologi dan
kompetensi yang dimiliki yang diperoleh
melalui pendidikan dan pelatihan. Dokter
dengan perangkat keilmuan yang
dimilikinya mempunyai karakteristik yangkhas, kekhasannya ini terlihat dari
pembenaran yang diberikan oleh hukumyaitu diperkenankannya melakukan
tindakan medik terhadap tubuh manusiadalam upaya memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan. Walaupun demikiandokter tidak boleh melakukan tindakan
medik selain untuk mengusahakan
kesembuhan bagi pasien. Pasal 7 Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2005 Tentang
Pengesahan Kovenan Internasional Hak-
Hak Sipil dan Politik, menegaskan, ...padakhususnya, tidak seorangpun dapat
dijadikan objek eskperimen medis atau
5/28/2018 Mal Prak Tek
4/39
ilmiah tanpa persetujuan yang diberikan
secara bebas.
Pada awal peradaban manusia,
hubungan dokter dengan pasiennya bersifat
peternalistik, dimana posisi dokter sangatdominan terhadap pasiennya. Padahubungan ini apapun yang dilakukan oleh
dokter selalu dipercaya oleh pasien. Bahkansegala hal yang dilakukan dokter, dianggap
sebagai upaya terbaik bagi pasien sehinggapasien jarang mempertanyakan hasil
pengobatan yang dilakukan oleh dokternya.
Sifat hubungan paternalistik ini kemudian
dinilai mengabaikan hak pasien untuk turut
menentukan keputusan sehingga mulai
tahun 1970-an dikembangkan hubungankontraktual.
Hubungan kontraktual munculakibat kebangkitan kesadaran akan HAM
dalam bidang kesehatan di negara-negaraEropa dan Amerika Serikat serta semakin
tingginya pengetahuan pasien terhadapberbagai masalah kesehatan. Di negara-
negara tersebut hak-hak pasien berkembang
dengan baik. Hal ini terjadi akibat
kesadaran akan HAM khususnya terkait hak
atas informasi yang dimiliki pasien tentang
penyakitnya sebagaimana tertuang dalamDeclaration of Lisbon (1981) dan Patiens
Bill of Rights (American Hospital
Association, 1972) yang pada intinya
menyatakan pasien mempunyai hak
menerima dan menolak pengobatan dan hak
untuk menerima informasi dari dokternya
sebelum memberikan persetujuan tindakanmedik
Namun ternyata, hak pasien masih
merupakan sesuatu hal yang bagi sebagiannegara masih sesuatu hal yang mewah,
sebab masih banyak negara yang tidak ataubelum mengatur hal-hal yang berkaitan
dengan hak pasien. Pengaturan tentang hak
pasien belumlah merata, ada sebagian
negara yang telah lama sibuk dengan
pengaturan tentang hak pasien dalam
peraturan perundang-undangan dan ada juganegara yang belum mengatur hak pasien di
dalam peraturan perundang-undangan.Di Indonesia hubungan antara dokter
dan pasien dapat dilihat pada Kode EtikKedokteran Indonesia (KODEKI). Dalam
mukadimah KODEKI dijelaskan bahwa,sejak permulaan sejarah mengenai umat
manusia sudah dikenal hubungan
kepercayaan antara dua insan, yaitu sang
pengobat dan penderita (pasien). Dalam
zaman modern, hubungan itu disebut
sebagai hubungan (transaksi) terapeutikantara dokter dan penderita (pasien) yang
dilakukan dalam suasana saling percaya
5/28/2018 Mal Prak Tek
5/39
mempercayai serta senantiasa diliputi oleh
segala emosi, harapan dan kekhawatiran
makhluk insani. Hubungan antara dokter
dan pasien juga diatur dalam Bab II
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004Tentang Praktek Kedokteran, kususnyaPasal 2 yang menegaskan Praktik
kedokteran dilaksanakan berazaskan
Pancasila dan didasarkan pada nilai ilmiah,
manfaat, keadilan, kemanusiaan,
keseimbangan serta perlindungan dan
keselamatan pasien
Di Indonesia, kebutuhan akan
perlindungan atas hak pasien terasa semakin
meningkat, sehingga dalam salah satu pasal
dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992tentang Kesehatan di dalam Pasal 53, diatur
tentang kewajiban dari tenaga kesehatanuntuk menghormati hak pasien. Bahkan
dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun2004 Tentang Praktek Kedokteran, di dalam
Pasal 52, diatur tentang Hak-Hak Pasien.Namun dalam tataran impementasi,
terjadinya keseimbangan antara pelaksanaan
hak-hak dan kewajiban-kewajiban dokter
dan pasien seringkali mengalami hambatan.
Pemahaman terhadap hak dan
kewajiban tersebut menjadi sangat pentingkarena pada kenyataannya perselisihan yang
timbul sebenarnya disebabkan karena
kurangnya pemahaman akan hak dan
kewajiban masing-masing pihak. Di satu
sisi, pihak pasien seringkali seperti mencari-
cari kesalahan atau kelemahan dokter untuk
kemudian digunakan sebagai dasarmenuntut dan di sisi lain pihak dokterterkesan berusaha menghindar dari
tanggung jawab yang seharusnya dipikuldan tidak jarang perselisihan itu semakin
rumit akibat campur tangan pihak ketigayang juga tidak memahami sama sekali
tentang hak dan kewajiban dokter dan
pasien.
Berdasarkan latar belakang tersebut,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hak-
Hak Sipil dan Politik, Badan Penelitian danPengembangan Hak Asasi Manusia
Departemen Hukum dan HAM RImemandang perlu untuk menyusun Buku
Pedoman Hak Asasi Manusia Bagi
Dokter dan Pasien Untuk Mencegah
Malpraktek Kedokteran, sehingga dokterdan pasien masing-masing dapat lebih
memahami akan hak-hak dan kewajibannya.
1.2. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Dasar 1945 hasilamandemen;
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981Tentang Kitab Undang-Undang Hukum
5/28/2018 Mal Prak Tek
6/39
Acara Pidana (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor
176);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992Tentang Kesehatan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1992 Nomor100);
4. Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999Tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999Nomor 165);
5. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004Tentang Praktek Kedokteran (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 116);
6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005Tentang Pengesahan Kovenan
Internasional Hak-Hak Ekonomi Sosialdan Budaya (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor118);
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005Tentang Pengesahan Kovenan
Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 119);
8. Peraturan pemerintah Nomor 32 Tahun1996 Tentang Tenaga Kesehatan;
9. Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun1995 Tentang Majelis Disiplin Tenaga
Kesehatan;
10.Peraturan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia Nomor 1419/Menkes/Per/X/2005 Tentang Penyelenggaraan PraktikDokter dan Dokter Gigi;
11.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor512/Menkes/Per/IV/2007 Tentang Izin
Praktek dan Pelaksanaan PraktekKedokteran;
12.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor290 Tahun 2008 Tentang Persetujuan
Tindakan Kedokteran;
13.Peraturan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia Nomor269/MENKES/PER/III/2008 Tentang
Rekam Medis;14.Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP);15.Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;16.Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Perdata.
1.3. TUJUAN
Tujuan dari buku pedoman iniadalah sebagai acuan untuk meningkatkanpengetahuan dan pemahaman bagi dokterdan pasien akan hak-hak dan kewajibannya
5/28/2018 Mal Prak Tek
7/39
sehingga dapat dihindari terjadinya
malpraktek kedokteran.
1.4. SASARAN
Sasaran buku pedoman ini adalah
dokter dan pasien serta masyarakat yang
melakukan konsultasi dan memperoleh
pelayanan kesehatan.
1.5. Ruang lingkupBuku pedoman hak asasi manusia bagi
dokter dan pasien mempunyai ruang lingkupsebagai berikut :
1. Pedoman bagi dokter dan dokter gigidalam melaksanakan tugas praktekkedokteraan ;
2. Pedoman bagi pasien yang melakukankonsultasi dan pelayanan kesehatan.
1.6. Pengertian pengertian1. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat
hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati,dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
negara, hukum dan pemerintah dansetiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat
manusia;
2. Kewajiban dasar manusia adalahseperangkat kewajiban yang apabila
tidak dilaksanakan tidak memungkinkanterlaksana dan tegaknya hak asasimanusia;
3. Pelanggaran hak asasi manusia adalahsetiap perbuatan seseorang atau
sekelompok orang termasuk aparatnegara baik sengaja maupun tidak
disengaja atau kelalaiannya yang secara
melawan hukum mengurangi,
menghalangi, membatasi dan atau
mencabut hak asasi manusia seseorang
atau kelompok orang yang dijamin olehundang-undang dan tidak mendapatkan
atau dikhawatirkan tidak akanmemperoleh penyelesaian hukum yang
adil dan benar berdasarkan hukum yangberlaku;
4. Praktik Kedokteran adalah rangkaiankegiatan yang dilakukan oleh dokter dan
dokter gigi terhadap pasien dalam
melaksanakan upaya kesehatan secara
profesional.
5. Dokter dan dokter gigi adalah, dokterspesialis, dokter gigi dan dokter gigispesialis lulusan pendidikan kedokteran
gigi baik di dalam maupun di luar negeri
5/28/2018 Mal Prak Tek
8/39
yang diakui oleh pemerintah Republik
Indonesia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
6. Pasien adalah setiap orang yangmelakukan konsultasi masalahkesehatannya untuk memperolehpelayanan kesehatan yang diperlukan
baik secara langsung maupun tidaklangsung kepada dokter atau dokter gigi;
7. Sarana pelayanan kesehatan adalahtempat penyelenggaraan upaya
pelayanan kesehatan yang dapat
digunakan untuk praktik kedokteran atau
kedokteran gigi.
8. Profesi kedokteran atau kedokteran gigiadalah suatu pekerjaan kedokteran ataukedokteran gigi yang dilaksanakan
berdasarkan suatu keilmuan, kompetensiyang diperoleh melalui pendidikan yang
berjenjang dan kode etik yang bersifatmelayani masyarakat.
9. Organisasi profesi adalah Ikatan DokterIndonesia untuk dokter dan Persatuan
Dokter Gigi Indonesia untuk dokter gigi.
10.Kode etik kedokteran Indonesia adalahnorma yang berlaku bagi dokter dan
dokter gigi dalam menjalankan
profesinya sebagaimana tercantumdalam kode etik masing-masing yang
telah ditetapkan oleh Menteri kesehatan.
11.Konsil Kedokteran Indonesia adalahsuatu badan otonom, mandiri,
nonstruktural dan bersifat independen
yang terdiri atas konsil kedokteran dan
Konsil Kedokteran Gigi;12.Majelis Kehormatan Disiplin
Kedokteran Indonesia adalah lembaga
yang berwenang untuk menentukan adatidaknya kesalahan yang dilakukan
dokter dan dokter gigi dalam penerapandisiplin ilmu kedokteran dan kedokteran
gigi dan menerapkan sanksi;
13.Sertifikat kompetensi adalah surat tandapengakuan terhadap kemampuan
seorang dokter atau dokter gigi untuk
menjalankan praktek kedokteran diseluruh Indonesia setelah lulus uji
kompetensi;14.Registrasi adalah pencatatan resmi
terhadap dokter dan dokter gigi yangtelah memiliki sertifikat kompetensi dan
telah mempunyai kualifikasi tertentulainnya serta diakui secara hukum untuk
melakukan tindakan profesinya;
15.Surat Tanda Registrasi dokter dandokter gigi adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh Konsil Kedokteran
Indonesia kepada dokter dan dokter gigiyang telah diregistrasi;
5/28/2018 Mal Prak Tek
9/39
16.Persetujuan Tindakan Kedokteranadalah persetujuan yang diberikan oleh
pasien atau keluarga terdekat setelah
mendapatkan penjelasan secara lengkap
mengenai tindakan kedokteran ataukedokteran gigi yang dilakukan terhadappasien;
17.Keluarga terdekat adalah suami atauisteri, ayah atau ibu kandung, anak-anak
kandung, saudara-saudara kandung ataupengampunya;
18.Tindakan kedokteran atau kedokterangigi adalah suatu tindakan medis berupa
preventif, diagnostik, terapeutik atau
rehabilitatif yang dilakukan oleh dokter
atau dokter gigi terhadap pasien;19.Tindakan invasif adalah tindakan medik
yang langsung dapat mempengaruhikeutuhan jaringan tubuh;
20.Tindakan kedokteran yang mengandungresiko tingi adalah tindakan medis yang
berdasarkan tingkat probabilitas tertentudapat mengakibatkan kematian atau
kecacatan;
21.Rekam Medis adalah berkas yang berisicatatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan,
tindakan dan pelayanan lain yang telahdiberikan kepada pasien.
22.Malpraktek kedokteran adalahkegagalan dokter untuk memenuhi
standar pengobatan dan perawatan
terhadap pasien atau adanya kekurangan
keterampilan atau kelalaian dalampengobatan dan perawatan yangmenimbulkan cedera pada pasien.
BAB II
MALPRAKTEK KEDOKTERAN
DAN HAK ASASI MANUSIA
2.1. Definisi Malpraktek Kedokteran
World Medical Association (WMA)
pada tahun 1992 mendefiniskan malpraktiksebagai kegagalan dokter untuk memenuhi
standar pengobatan dan perawatan terhadappasien atau adanya kekurangan
keterampilan atau kelalaian dalampengobatan dan perawatan yang
menimbulkan cedera pada pasien. WMAjuga mengingatkan bahwa tidak semua
kegagalan medis disebabkan oleh
malpraktek kedokteran. Suatu peristiwa
buruk yang tidak dapat diduga sebelumnya
dan terjadi di saat dilakukan tindakan medis
yang sudah sesuai dengan standar tidaktermasuk dalam pengertian malpraktek.
Peristiwa lain yang tidak termasuk dalam
5/28/2018 Mal Prak Tek
10/39
pengertian malpraktek adalah perjalanan
penyakit yang semakin berat, reaksi tubuh
yang tidak dapat diramalkan, komplikasi
penyakit dan penyakit-penyakit yang terjadi
secara bersamaan.Sesuatu perbuatan atau sikap medis
dianggap lalai apabila memenuhi empat
unsur 4 D, yaitu :1. Duty. Ada kewajiban medis untuk
melakukan tindakan medis tertentuterhadap pasien tertentu pada situasi
dan kondisi tertentu.
2. Derelection of that duty. Adanyapenyimpangan kewajiban tersebut.
3. Damage. Segala sesuatu yangdirasakan oleh pasien sebagai kerugianakibat dari layanan kesehatan
kedokteran yang diberikan.4. Direct causal relationship. Dapat
dibuktikan adanya hubungan sebabakibat yang nyata antara
penyimpangan kewajiban dengankerugian.
2.2. Aspek Hukum Malpraktek Kedokteran
di Indonesia
2.2.1. Peraturan Non HukumPeraturan non hukum yang mengatur
tentang kegiatan praktek kedokteran adalah
Kode Etik Kedokteran Indonesia
(KODEKI). KODEKI semula merupakan
peraturan non hukum karena peraturan ini
telah menjadi petunjuk perilaku atau etika
seorang dokter dalam menjalankan
profesinya.Dalam KODEKI diatur tentang
kewajiban dokter terhadap pasien yang di
dicantumkan di dalam Pasal 10 sampaidengan Pasal 14, yaitu :
Pasal 10 KODEKI tertulis Setiapdokter harus senantiasa mengingat akan
kewajibannya melindungi makhluk insani.
Pasal 11 KODEKI mengatakan
bahwa setiap dokter wajib bersikap tulus
ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
keterampilannya untuk kepentinganpenderita. Dalam hal ia tidak mampu
melakukan suatu pemeriksaan ataupengobatan, maka ia wajib merujuk
penderita kepada dokter lain yangmempunyai keahlian dalam bidang penyakit
tersebut.Pasal 13 KODEKI, setiap dokter
wajib merahasiakan segala sesuatu yang
diketahuinya tentang penderita, bahkan juga
setelah penderita itu meninggal dunia.
Pasal 14 KODEKI menyebutkan
bahwa setiap dokter wajib melakukanpertolongan darurat sebagai suatu tugas
perikemanusiaan, kecuali ia yakin ada orang
5/28/2018 Mal Prak Tek
11/39
lain yang bersedia dan lebih mampu
memberikan pertolongan darurat terhadap
pasien yang membutuhkannya, padahal ia
mampu dapat terkena sasaran tuntutan
malpraktek juga.
2.2.2. Peraturan Hukum
1) Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana
Pasal-pasal di dalam KitabUndang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) yang terkait dengan malpraktikmedik, yaitu :
a. Pasal 263 dan 267 KUHP (MembuatSurat Keterangan Palsu);b. Pasal 290 KUHP (Melakukan
Pelanggaran Kesopanan);
c. Pasal 299 KUHP (Mengobatiseorang wanita dengan
memberitahukan atau menimbulkan
harapan bahwa kandungannya dapat
digugurkan);d. Pasal 322 KUHP (Membuka
Rahasia);
e. Pasal 304 KUHP (Pembiaran/Penelantaran);
f. Pasal 306 KUHP (Apabila tindakanpenelantaran tersebut mengakibatkankematian);
g. Pasal 322 KUHP (Membocorkanrahasia profesi);
h. Pasal 333 KUHP (Dengan sengajadan tanpa hak telah merampas
kemerdekaan seseorang);i. Pasal 344 KUHP (Euthanasia);j. Pasal 347 KUHP (Sengaja
melakukan abortus tanpa persetujuanwanita yang bersangkutan;
k. Pasal 348 KUHP (Sengajamelakukan abortus dengan
persetujuan);
l. Pasal 349 KUHP (Membantu ataumelakukan tindakan AbortusProvocatus
Criminalis);m. Pasal 359 KUHP (Kelalaian yang
Menyebabkan Kematian);n. Pasal 360 KUHP (Kelalaian yang
Menyebabkan Luka/ Cacat);o. Pasal 361 KUHP (Kelalaian dalam
menjalankan pekerjaannya);p. Pasal 386 KUHP (Memberi atau
Menjual Obat Palsu);
q. Pasal 531 KUHP (Tidak MemberiPertolongan pada Orang yang
Berada dalam Keadaan Bahaya.
Pemberlakukan hukum pidana
dalam kasus-kasus kelalaian medis yang
5/28/2018 Mal Prak Tek
12/39
terjadi di dalam penyelenggaraan
praktek kedokteran haruslah sebagaiultimum remidiumartinya hukum pidana
sebagai alternatif terakhir apabila upaya-
upaya non litigasi sudah tidak bisa lagiberhasil untuk mengatasi permasalahanyang timbul. Selain itu juga karena
praktek kedokteran merupakan profesiyang sangat mulia dan luhur yang
diperlukan oleh banyak orang danprakek kedokteran dijamin
pelaksanaannya oleh undang-undang.
2) Kitab Undang-Undang Hukum
PerdataPasal-pasal di dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata) yang terkait dengan
malpraktik medik, yaitu :
a. Pasal 1239 KUH Perdata(Melakukan wanprestasi atau cidera
janji);b. Pasal 1365 KUH Perdata
(Melakukan perbuatan melawanhukum);
c. Pasal 1366 KUH Perdata(Melakukan Kelalaian sehinggamenimbulkan kerugian);
d. Pasal 1367 KUH Perdata(Bertanggung jawab atas kelalaian
yang dilakukan oleh bawahannya).
3) Undang-Undang Nomor 23 tahun1992 Tentang Kesehatan
Terbentuknya Undang-Undang
Nomor 23 tahun 1992 sebagai salah satuupaya pembangunan kesehatan nasional
diarahkan guna tercapainya kesadaran,kemauan dan kemampuan untuk hidup
sehat bagi setiap penduduk agar dapat
mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal. Upaya dibentuknya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 1992
merupakan suatu usaha pemerintahuntuk memberikan pelayanan kesehatan
melalui tenaga medis kepada pasien. Diantara isi Undang-Undang Nomor 23
tahun 1992, mempunyai peraturan yangmengatur tentang sanksi yang diberikan
terhadap tenaga kesehatan yangmelakukan kesalahan atau kelalaian
dalam melakukan tindakan medik, yaitu:
a. Pasal 54 ayat 1 Undang-UndangNomor 23 Tahun 1992 (Kesalahan
atau kelalaian yang dilakukan tenaga
kesehatan);b. Pasal 80 (1) Undang-Undang Nomor
23 Tahun 1992 (Sengaja melakukan
5/28/2018 Mal Prak Tek
13/39
tindakan medis tidak sesuai dengan
Standart Operational Prosedure
pada ibu hamil);
c. Pasal 80 (3) Undang-Undang Nomor23 Tahun 1992 (Sengaja MelakukanTransplantasi Organ Tubuh untukTujuan Komersil);
d. Pasal 81(1) Undang-Undang Nomor23 Tahun 1992 (Tanpa Keahlian
Sengaja Melakukan Transplantasi,Implan Alat kesehatan, Bedah
Plastik);
e. Pasal 81(2a) Undang-UndangNomor 23 Tahun 1992 (Sengaja
Mengambil Organ Tanpa
memperhatikan Kesehatan danPersetujuan Pendonor/ Ahli Waris)
4) Undang-Undang Nomor 29
Tahun 2004 Tentang Praktek
KedokteranPembentukan UU Nomor 29
Tahun 2004 Tentang PraktekKedokteran dimaksudkan untuk
memberikan perlindungan menyeluruhkepada masyarakat sebagai penerima
pelayanan, dan dokter dan dokter gigi.Hal tersebut ditegaskan dalam
konsideran menimbang point (d)
undang-undang tersebut yang berbunyi
bahwa untuk memberikan perlindungan
dan kepastian hukum kepada penerima
pelayanan kesehatan, dokter dan dokter
gigi diperlukan pengaturan mengenai
penyelenggaraan praktek kedokteran.Pasal 3 Undang-Undang Nomor 29
Tahun 2004 menegaskan bahwa
pengaturan praktek kedokteran bertujuanuntuk, pertama memberikan
perlindungan kepada pasien, Kedua,mempertahankan dan meningkatkan
mutu pelayanan medis yang diberikan
oleh dokter dan dokter gigi dan ketiga
memberikan kepastian hukum kepada
masyarakat, dokter dan dokter gigi.
Bahkan dalam Undang-Undangtersebut juga dibentuk suatu Konsil
Kedokteran Indonesia yang mempunyaitanggung jawab untuk melindungi
masyarakat penerima jasa pelayanankesehatan dan meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan dari dokter dandokter gigi.
Untuk lebih meningkatkan mutu
dan pelayanan dokter kepada pasien,
Undang-Undang Praktek Kedokeran
mensyaratkan tentang standar
pendidikan profesi kedokeran dankedokteran gigi, pemberian pendidikan
dan pelatihan kedokteran dan kedokteran
5/28/2018 Mal Prak Tek
14/39
gigi serta mewajibkan setiap dokter dan
dokter gigi yang melakukan praktik
kedokteran di Indonesia wajib memiliki
surat registrasi dokter dan surat tanda
registrasi dokter gigi.Pasal 44 Undang-Undang Nomor
29 tahun 2004 mensyaratkan kepada
setiap dokter dan dokter gigi dalammemberikan pelayanan haruslah
mempunyai standar pelayanan. Standarpelayanan di sini adalah pedoman yang
harus diikuti oleh dokter atau dokter gigi
dalam menyelenggarakan praktik
kedokteran.
Undang-Undang Nomor 29 tahun
2004 juga mengatur tentang MajelisKehormatan Disiplin Kedokteran
Indonesia (MKDKI) yang dibentukdalam rangka terselenggaranya praktek
kedokteran yang bermutu danmelindungi masyarakat sesuai dengan
ketentuan undang-undang. MKDKIberwenang menerima pengaduan dari
orang yang mengetahui atau
kepentingannya dirugikan atas tindakan
dokter atau dokter gigi dalam
menjalankan praktik kedokteran,
selanjutnya berdasarkan pengaduantersebut MKDKI berwenang melakukan
pemeriksaan dan apabila ditemukan
pelanggaran etika meneruskan
pengaduan kepada organisasi profesi.
Selain itu MKDKI juga berwenang
mengeluarkan keputusan berupa
pernyataan tidak bersalah ataupemberian sanksi disiplin yang berupapertama, pemberian peringatan, kedua
rekomendasi pencabutan surat tandaregistrasi atau surat izin praktik dan
ketiga kewajiban mengikuti pendidikanatau pelatihan di institusi pendidikan
kedokteran dan dokter gigi.
Pada UU No: 29 tahun 2004 pada
Pasal 75 dan 76 juga mensyaratkan
setiap dokter harus mempunyai surat
registrasi yang ditandatangani olehkonsil kedokteran. Sedangkan surat izin
praktek kedokteran ditandatangani o lehpejabat kesehatan yang berwenang di
kabupaten/ kota tempat praktekkedokteran atau dokter gigi
dilaksanakan. Kedua persyaratantersebut menjadi suatu hal yang mutlak
dimiliki oleh seorang dokter. Apabila
dokter tidak mempunyai surat registrasi
dan surat izin praktek, maka selain
dokter tersebut tidak sah, masyarakat
juga tidak berani di diagnosa olehdokter tersebut, karena takut terjadi
malpraktek.
5/28/2018 Mal Prak Tek
15/39
5) Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 1996 Tentang Tenaga
Kesehatan
Pasal-pasal di dalam PeraturanPemerintah Nomor 32 Tahun 1996Tentang Tenaga Kesehatan yang terkait
dengan malpraktek kedokteran, yaitu :
Pasal 23
(1)Pasien berhak atas ganti rugiapabila dalam pelayanankesehatan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 22
mengakibatkan terganggunyakesehatan, cacat atau kematian
yang terjadi karena kesehatanatau kelalaian;
Bila tenaga kesehatan tidakmelakukan kewajibannya, maka pasien
dapat menuntut ganti rugi. Hal itu
disebabkan bahwa pasien yang datang
ke rumah sakit atau ke dokterseharusnya mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai dengan kebutuhanmedisnya. Karena hubungan antara
dokter dengan pasien termasuk ke dalam
perjanjian sebagaimana dimaksud di
dalam Pasal 1320 KHUPerdata.
Menurut Pasal 1320 KHUPerdata untuk
sahnya perjanjian harus dipenuhi unsur-
unsur sebagai berikut :1. Adanya kesepakatan dari mereka
yang saling mengikatkan dirinya;
2. Adanya kecakapan untuk membuatsuatu perikatan;
3. Mengenai suatu hal tertentu;4. Untuk suatu sebab yang halal.
Untuk keabsahan kesepakatan para
pihak yang mengikatkan dirinya, maka
kesepakatan ini harus memenuhi kriteria
pasal 1321 KUHPerdata yang berbunyi :Tiada sepakat yang sah apabila sepakat
itu diberikan karena kehilafan, ataudiperolehnya dengan paksaan atau
penipuan. Sepakat ini merupakanpersetujuan yang dilakukan oleh kedua
belah pihak dimana kedua belah pihakmempunyai persesuaian kehendak.
Dalam hubungan antara dokter dan
pasien, persesuaian kehendak dapat
ditemukan yaitu pasien setuju untuk
diobati oleh dokter dan dokter setuju
untuk mengobati pasiennya. Agarkesepakatan ini sah menurut hukum,
maka di dalam kesepakatan antara
5/28/2018 Mal Prak Tek
16/39
dokter dan pasien tidak boleh ada
paksaan dari salah satu pihak dan tidak
ada penipuan di dalamnya. Untuk itu
diperlukan adanya persetujuan tindakan
medik (informed consent)
.Untuk syarat kedua, adanya suatu
kecakapan untuk membuat suatu
perikatan. Dalam hubungan pasien dandokter hal ini diatur di dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 520 Tahun2008 Tentang Persetujuan Tindakan
Medis. Pasal 2 Peraturan Menteri
kesehatan tersebut menyebutkan bahwa
yang dimaksud dewasa adalah mereka
yang berumur 21 tahun atau telah
menikah. Jadi bagi seorang yang berusiadi bawah 21 tahun dan belum menikah,
maka perjanjian terapeutik harus ditandatangani oleh orang tua atau walinya
yang merupakan pihak yang berhakmemberikan persetujuan.
Syarat ketiga dan keempat, objekyang diperjanjikan terdiri dari suatu hal
tertentu dan harus suatu sebab yang
halal untuk diperjanjikan. Dalam
perjanjian terapeutik, mengenai hal
tertentu yang diperjanjikan atau objek
perjanjian adalah upaya penyembuhanterhadap penyakit yang tidak dilarang
undang-undang.
Dalam perikatan sebagaimana
diatur di dalam KUHPerdata dikenal
adanya dua macam perjanjian, yaitu :
1. Inspanningsverbintenis, yakniperjanjian upaya, artinya keduabelah pihak yang berjanji berdayaupaya secara maksimal untuk
mewujudkan apa yang diperjanjikan;2. Resultaatbintennis, yakni perjanjian
bahwa pihak yang berjanji akanmemberikan result, yaitu sesuatu
hasil yang nyata sesuai dengan apa
yang diperjanjikan.
2.3. Hak Asasi Manusia dan Hak AtasKesehatanHak Asasi Manusia secara
substansial telah diatur di dalam Konstitusi
Negara Republik Indonesia. Salah satu hak
asasi manusia yang diatur adalah hak ataskesehatan. Pasal 28 H butir 1 : Setiap
orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal, dan mendapat
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan,
Dengan masuknya hak kesehatan ke dalamkonstitusi, maka hak atas kesehatan secararesmi merupakan hak hukum positif yang
dilindungi oleh pemerintah dan pemerintah
5/28/2018 Mal Prak Tek
17/39
wajib untuk memenuhi hak kesehatan warga
negaranya melalui usaha-usaha yang nyata.
Beberapa hak pasien sebelumnya
telah juga masuk dalam Undang-Undang
seperti Undang-Undang Nomor 23 Tahun1992 tentang Kesehatan, Undang-UndangNomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen. Disusul dengan Undang-UndangNomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran.Hak Kesehatan juga dilindungi dan
diatur di dalam berbagai instumen hak asasi
manusia Internasional. Deklarasi Universal
HAM pasal 25 ayat 1, menyatakan Setiap
orang berhak atas taraf hidup yang
menjamin kesehatan dan kesejahteraanuntuk dirinya dan keluarganya, termasuk
pangan, pakaian, perumahan dan perawatankesehatannya serta pelayanan sosial yang
diperlukan. Kovenan Internasional Hak-HakEkonomi Sosial dan Budaya yang telah
diratifikasi oleh pemerintah Indonesiadengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2005 juga mengatur tentang hak atas
kesehatan. Pasal 12 Kovenan Internasional
Hak-Hak Ekonomi Sosial dan Budaya
mengatur, Negara pihak pada Kovenan inimengakui hak setiap orang untuk menikmatistandar tertinggi yang dapat dicapai atas
kesehatan fisik dan mental.
Pada Pembukaan Konstitusi
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO-1946)
antara lain dinyatakan bahwa negara
mengakui hak setiap orang, untuk
menikmati standar tertinggi yang dapatdicapai atas kesehatan fisik dan mental.Caranya dengan mengupayakan agar latar
belakang penentu (underlying determinants)kesehatan diarahkan untuk membuat orang
menjadi sehat. Teknisnya sepertipengurangan tingkat kelahiran, mati dan
kematian anak serta perkembangan anak
yang sehat, melalui perbaikan semua aspek
kesehatan lingkungan perumahan dan
industri. Juga dengan melakukan
pencegahan, pengobatan, dan pengendaliansegala penyakit menular/endemik, dan
penyakit lain terkait pekerjaan, gaya hidupatau tindakan sosial dan budaya
kemasyarakatan.
5/28/2018 Mal Prak Tek
18/39
BAB III
PELAKSANAAN
3.1 Kewenangan, Kewajiban, dan HakDokter Dalam Pelayanan Kesehatan
1). Kewenangan Dokter
1. Dokter dan dokter gigi yang telahmemiliki Surat Tanda Registrasi dari
Konsil Kedokteran Indonesiaberwenang untuk mewawancarai
pasien, memeriksa fisik dan mental,
menentukan pemeriksaan penunjang
serta menegakkan diagnosis tentang
penyakit yang diderita si pasien ;
2. Dokter dan dokter gigi yang telah
memiliki Surat Tanda Registrasi dari
Konsil Kedokteran Indonesia
berwenang untuk menentukan
penatalaksanaan dan pengobatan
pasien serta melakukan tindakan
kedokteran atau kedokteran gigi;
3. Dokter dan dokter gigi yang telahmemiliki Surat Tanda Registrasi dariKonsil Kedokteran Indonesia
berwenang untuk menulis resep obatdan alat kesehatan serta menulis
surat keterangan dokter atau doktergigi;
4. Dokter dan dokter gigi yang telahmemiliki Surat Tanda Registrasi dari
Konsil Kedokteran Indonesia
berwenang untuk menyimpan obatdan alat kesehatan dalam jumlah dan
jenis yang diijinkan serta meracik
dan menyerahkan obat kepada
pasien bagi yang praktik di daerah
terpencil dan tidak ada apotik;
2). Kewajiban Dokter1. Dokter dan Dokter Gigi dalam
menjalankan pelayanan kesehatan
wajib mematuhi peraturan rumahsakit sesuai hubungan hukum antaradokter tersebut dengan rumah sakit.
5/28/2018 Mal Prak Tek
19/39
2. Dokter dan Dokter Gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatan
wajib Memberikan pelayanan medis
sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional sertakebutuhan medis pasien yg sesuaidengan jenis dan strata sarana
pelayanan kesehatan;
3. Dokter dan Dokter Gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatanwajib merujuk pasien ke dokter
lain/rumah sakit lain yang memilikikeahlian atau kemampuan yang lebih
baik, apabila ia tidak mampu
melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan;
4. Dokter dan Dokter Gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatan
wajib memberikan kesempatan
kepada pasien agar senantiasa dapatberhubungan dengan keluarga dan
dapat menjalankan ibadah sesuaidengan keyakinanya;
5. Dokter dan Dokter Gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatanwajib merahasiakan segala sesuatuyang diketahui tentang pasien
(menjaga kerahasiaan pasien)
bahkan setelah pasien meninggal
dunia;
6. Dokter dan Dokter Gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatan
wajib melakukan pertolongandarurat atas dasar perikemanusiaan,kecuali ia yakin ada orang lain yang
bertugas & mampu melaksanakan;
7. Dokter dan Dokter Gigi DalamMenjalankan Pelayanan kesehatanwajib meminta persetujuan pasien
atau keluarganya ketika hendakmelakukan tindakan
kedokteran/kedokteran gigi;
8. Dokter dan Dokter Gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatanwajib membuat catatan rekam medis
yang baik secara berkesinambungan
berkaitan dengan keadaan pasien;
9. Dokter dan Dokter Gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatan
wajib menambah ilmu pengetahuandan mengikuti perkembangan ilmu
kedokteran/kedokteran gigi;
10.Dokter dan Dokter Gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatanwajib memenuhi hal-hal yang telah
5/28/2018 Mal Prak Tek
20/39
disepakati/perjanjian yang telah
dibuatnya;
11.Dokter dan Dokter Gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatan
wajib Bekerjasama dengan profesidan pihak lain yang terkait secaratimbal balik dalam memberikan
pelayanan kepada pasien;
12.Dokter dan Dokter Gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatanwajib Dalam melakukan praktik
kedokteran di Indonesia wajibmemiliki surat izin praktik dokter /
dokter gigi;
13.Dokter dan Dokter Gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatan diIndonesia wajib memiliki surat tanda
registrasi dokter dan surat tanda
registrasi dokter gigi;
14.Dokter atau dokter gigi yangberhalangan menyelenggarakan
praktik kedokteran harus membuatpemberitahuan atau menunjuk
dokter atau dokter gigi pengganti;
15.Dokter dan Dokter Gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatanwajib menyelenggarakan kendali
mutu dan kendali biaya dalam
memberikan pelayanan kesehatan;
16.Dokter dan dokter gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatan
wajib menjunjung tinggi,menghayati dan mengamalkanSumpah Dokter dan Kode Etik
Kedokteran Indonesia.
3) Hak Dokter
1. Dokter dan Dokter Gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatanberhak pemperoleh perlindungan hukum
sepanjang melaksanakan Tugas sesuai
dengan standar profesi dan standarprosedur operasional.
2. Dokter dan Dokter Gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatanberhak memberikan pelayanan medis
menurut standar profesi dan standar
prosedur operasional serta berdasarkan
hak otonomi dan kebutuhan medispasien yg sesuai dengan jenis dan strata
sarana pelayanan kesehatan.
3. Dokter dan Dokter Gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatanberhak untuk menolak keinginan pasien
5/28/2018 Mal Prak Tek
21/39
yang bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan, profesi dan etika.
4. Dokter dan Dokter Gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatan
berhak untuk mengakhiri/menghentikanjasa profesionalnya kepada pasienapabila hubungan dengan pasien sudah
berkembang begitu buruk sehinggakerjasama yang baik tidak mungkin
diteruskan lagi dan wajib menyerahkanpasien kepada dokter lain, kecuali untuk
pasien gawat darurat.
5. Dokter dan Dokter Gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatan
berhak atas 'privacy (berhak menuntutapabila nama baiknya dicemarkan oleh
pasien dengan ucapan atau tindakan
yang melecehkan atau memalukan).
6. Dokter dan Dokter Gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatanberhak memperoleh informasi yang
lengkap & jujur dari pasien ataukeluarganya.
7. Dokter dan Dokter Gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatanberhak atas informasi ataupemberitahuan pertama dalam
menghadapi pasien yang tidak puasterhadap pelayanannya.
8. Dokter dan Dokter Gigi dalammenjalankan pelayanan kesehatan
berhak untuk diperlakukan adil dan
jujur, baik oleh rumah sakit maupun
oleh pasien.9. Dokter dan Dokter Gigi dalam
menjalankan pelayanan kesehatan
berhak mendapatkan imbalan jasaprofesi yang diberikan berdasarkan
perjanjian dan atau ketentuan/peraturanyang berlaku di rumah sakit.
3.2. Kewajiban dan Hak Pasien DalamPelayanan Medis1) Kewajiban Pasien
1. Pasien dalam pelayanan medisberkewajiban untuk memberikan
informasi yang lengkap dan jujurtentang masalah kesehatannya
kepada dokter yang merawat;
2. Pasien dalam pelayanan medisberkewajiban untuk mematuhinasihat dan petunjuk dokter atau
dokter gigi dan perawat dalampengobatanya;
3. Pasien dalam pelayanan medisberkewajiban untuk mematuhi
5/28/2018 Mal Prak Tek
22/39
ketentuan/peraturan dan tata-tertib
yang berlaku di sarana layanan
kesehatan;
4. Pasien dalam pelayanan medisberkewajiban untuk emberikanimbalan jasa atas pelayanan yangditerima;
5. Pasien dalam pelayanan medisberkewajiban untuk menyimpan
rahasia pribadi dokter yangdiketahuinya.
2) Hak Pasien
1. Pasien dalam pelayanan medisberhak memperoleh informasi
mengenai tata tertib dan peraturanyang berlaku di rumah sakit.
2. Pasien dalam pelayanan medisberhak untuk mendapatkan
pelayanan medis yang bermutusesuai dengan standar profesi
kedokteran/kedokteran gigi dan
tanpa diskriminasi;
3. Pasien dalam pelayanan medisberhak untuk memperoleh asuhan
keperawatan sesuai dengan standar
profesi keperawatan.
4. Pasien dalam pelayanan medisberhak untuk memilih dokter dan
kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan sesuai dengan
peraturan yang berlaku di rumahsakit.
5. Pasien dalam pelayanan medisberhak berhak dirawat oleh dokteryang secara bebas menentukan
pendapat klinik dan pendapat etisnyatanpa campur tangan dari pihak luar.
6. Pasien dalam pelayanan medisberhak atas 'second opinion' /
meminta pendapat dokter atau dokter
gigi lain.7. Pasien dalam pelayanan medis
berhak atas privacy dan
kerahasiaan penyakit yang diderita
termasuk data-data medisnya kecuali
apabila ditentukan berbeda menurutperaturan yang berlaku.
8. Pasien dalam pelayanan medisberhak untuk memperoleh informasi
/penjelasan secara lengkap tentang
tindakan medik yg akan dilakukanthd dirinya.
9. Pasien dalam pelayanan medisberhak untuk memberikan
5/28/2018 Mal Prak Tek
23/39
persetujuan atas tindakan yang akan
dilakukan oleh dokter sehubungan
dengan penyakit yang dideritanya.
10.Pasien dalam pelayanan medisberhak untuk menolak tindakan yanghendak dilakukan terhadap dirinyadan mengakhiri pengobatan serta
perawatan atas tanggung jawabsendiri sesudah memperoleh
informasi yang jelas tentangpenyakitnya.
11.Pasien dalam pelayanan medisberhak didampingi keluarga dan atau
penasehatnya dalam beribad dan
atau masalah lainya (dalam keadaankritis atau menjelang kematian).
12.Pasien dalam pelayanan medisberhak untuk beribadat menurut
agama dan kepercayaannya selama
tidak mengganggu ketertiban danketenangan umum/pasien lainya.
13.Pasien dalam pelayanan medisberhak atas keamanan dan
keselamatan selama dalam
perawatan di rumah sakit.
14.Pasien dalam pelayanan medisberhak untuk mengajukan usul,
saran, perbaikan atas pelayanan
rumah sakit terhadap dirinya.
15.Pasien dalam pelayanan medisberhak menerima atau menolak
bimbingan moril maupun spiritual.
16.Pasien dalam pelayanan medisberhak atas transparansi biaya
pengobatan/tindakan medis yangakan dilakukan terhadap dirinya
(memeriksa dan mendapatkanpenjelasan pembayaran).
17.Pasien dalam pelayanan medisberhak atas akses /'inzage' kepada
rekam medis/ hak atas kandungan
ISI rekam medis miliknya
3.3. Persetujuan Tindakan Kedokteran
Sebagai Pra Tindakan Medis
1) Apakah Persetujuan TindakanKedokteran
Persetujuan Tindakan Kedokteran
adalah persetujuan yang diberikan oleh
pasien atau keluarga terdekat setelah
mendapat penjelasan secara lengkapmengenai tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi yang dilakukan terhadappasien.
5/28/2018 Mal Prak Tek
24/39
2) Informasi apa saja yang harusdiberikan dokter kepada pasien :
a. Diagnosis dan tata cara tindakankedokteran, meliputi : Temuan klinis dari hasil
pemeriksaan medis ing saattersebut;
Diagnosis penyakit; atau dalamhal belum dapat ditegakan maka
sekurang-kurangnya diagnosis
kerja dan diagnosis banding;
Indikasi atau keadaan klinispasien yang membutuhkan
dilakukannya tindakankedokteran;
Prognosis apabila dilakukantindakan dan apabila tidak
dilakukan tindakanb. Tujuan tindakan kedokteran yang
dilakukan, meliputi
Tujuan tindakan kedokteranyang dapat berupa tujuan
preventif, diagnostik, terapeutikataupun rehabilitatif;
Tata cara pelaksanaan tindakanapa yang akan dialami pasienselama dan sesudah tindakan
serta efek samping atau ketidaknyamanan yang mungkin terjadi;
Risiko dan komplikasi yangmungkin terjadi pada masing-
masing alternatif tindakan;
Perluasan tindakan yangmungkin dilakukan untukmengatasi keadaan darurat akibat
resiko dan komplikasi tersebutatau keadaan tak terduga lainnya
c. Alternatif tindakan lain danresikonya;
d. Resiko dan komplikasi yangmungkin terjadi;
Risiko dan komplikasi yang sudahmenjadi pengetahuan umum;
Risiko dan komplikasi yang sangatjarang terjadi atau dampaknyasangat ringan;
Risiko dan komplikasi yang tidakdapat dibayangkan sebelumnya.
e. Prognosis terhadap tindakan yangdilakukan, meliputi :
Prognosis tentang hidup-matinya; Prognosis tentang fungsinya; Prognosis tentang kesembuhan.
f.
Perkiraan pembiayaan.
3) Kapan Persetujuan Tindakan Medis
dilakukan:
5/28/2018 Mal Prak Tek
25/39
Dalam setiap tindakan kedokteranyang akan dilakukan terhadap
pasien;
Setiap tindakan kedokteran yangmengandung risiko tinggi;
Dalam hal terdapat indikasikemungkinan perluasan tindakan
kedokteran yang tidak terdapatindikasi sebelumnya untuk
menyelamatkan jiwa pasien;
4) Siapa yang berhak memberikanpersetujuan
Pasien yang kompeten ataukeluarga terdekat suami atau isteri, ayah
atau ibu kandung, anak-anak kandung,saudara-saudara kandung atau
pengampunya.
5) Tata Cara Pemberian Persetujuan Semua tindakan kedokteran yang
akan dilakukan terhadap pasien
harus mendapat persetujuan secara
tertulis atau lisan dan diberikansetelah pasien mendapat penjelasanyang diperlukan tentang perlunya
tindakan kedokteran yang dilakukan;
Setiap tindakan kedokteran yangmengandung risiko tinggi harus
memperoleh persetujuan tertulisyang tertuang dalam formulir khusus
yang ditanda tangani oleh yangberhak memberikan persetujuan;
Dalam keadaan gawat darurat untukmenyelamatkan jiwa pasien dan/atau
mencegah kecacatan tidak
diperlukan persetujuan tindakan
kedokteran;
Tindakan penghentian/penundaanbantuan hidup pada seorang pasien
harus mendapat persetujuan keluarga
terdekat pasien setelah mendapat
penjelasan dari tim dokter yangbersangkutan;
Persetujuan tindakan kedokterandapat dibatalkan atau ditarik kembalioleh yang memberi persetujuan
secara tertulis sebelum dimulainya
tindakan.
6) Penolakan Tindakan Kedokteran Penolakan tindakan kedokteran
dapat dilakukan oleh pasien dan ataukeluarga terdekatnya setelah
menerima penjelasan tentang
tindakan kedokteran yang akan
dilakukan. Penolakan tindakan
5/28/2018 Mal Prak Tek
26/39
kedokteran tersebut dilakukan secara
tertulis;
Akibat penolakan tindakankedokteran menjadi tanggung jawab
pasien;
Penolakan tindakan tindakankedokteran tidak memutuskanhubungan dokter dan pasien.
7) Tanggung Jawab Pelaksanaan tindakan kedokteran
yang telah mendapatkan persetujuan
menjadi tanggung jawab dokter ataudokter gigi yang melakukan tindakan
kedokteran;
Sarana pelayanan kesehatanbertanggung jawab atas pelaksanaanpersetujuan tindakan kedokteran;
Skema Pelaksanaan
Persetujuan Tindakan Medis.
Pasien Dokter
Keterangan :
1. Pasien pergi ke dokter/ rumah sakit;2. Dokter/ rumah sakit memeriksa pasien,
menegakkan diagnosa untuk kemudianmenetapkan terapinya (misalnya : pasien
harus dibedah karena menderitaappendicitis);
3. Dokter memberikan informasi/ penjelasan
tentang :
- Diagnosis dan tata cara tindakanmedis;
- Tujuan tindakan medis yangdilakukan;
- Alternatif tindakan lain dan resikonya;
Informasi
Mempertimbangkan
/memutuskan
SETUJU MENOLAK
Penandatangan
Form persetujuan
Penandatangan
Form penolakan
5/28/2018 Mal Prak Tek
27/39
- Resiko dan komplikasi yang mungkinterjadi; dan
- Prognosa3.Pasien sesudah mendengar informasi
dokter lalu mempertimbangkan danmemutuskan;4.Jika setuju, menandatangani formulir
konsen murni5.Jika tidak setuju, diminta
menandatangani surat penolakan, jikatidak mau menandatangani beri catatan
medis bahwa pasien menolak walaupun
sebelumnya sudah diberitahukan
informasi.
3.3. Rekam Medik sebagai Dokumen Hukum1) Apa itu Rekam Medis
Rekam Medik adalah berkas yangberisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan. pengobatan,
tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien (Permenkes. No.
269/ Menkes/Per/III/2008).
2) Apa Saja Isi Rekam Medis
a. Isi rekam medis untuk pasien rawatjalan sekurang-kurangnya memuat :
- Identitas pasien;- Tanggal dan waktu;-
Hasil amnesis mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan rieayatpenyakit;
- Hasil pemeriksaan fisik danpenunjang medik;
- Rencanan penatalaksanaan;- Pengobatan dan/atau tindakan;- Pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien;
- Untuk pasien kasus gigi dilengkapidengan odontogram klinik dan;
- Persetujuan tindakan bila diperlukan.b. Isi rekam medis untuk pasien rawatinap sekurang-kurangnya memuat :
- Identitas pasien;- Tanggal dan waktu;- Hasil amnesis mencakup sekurang-
kurangnya keluhan dan rieayatpenyakit;
- Hasil pemeriksaan fisik danpenunjang medik;
- Diagnosis;- Rencanan penatalaksanaan;- Pengobatan dan/atau tindakan;- Persetujuan tindakan bila
diperlukan;
5/28/2018 Mal Prak Tek
28/39
- Catatan observasi klinis dan hasilpengobatan;
- Ringkasan pulang;- Nama dan tanda tangan dokter,
dokter gigi atau tenaga kesehatantertentu yang memberikan pelayanankesehatan;
- Pelayanan lain yang dilakukan olehtenaga kesehatan tertentu;
- Untuk pasien kasus gigi dilengkapidengan odontogram klinik dan;
c. Isi rekam medis untuk pasien gawatdarurat sekurang-kurangnya memuat :
- Identitas pasien;- Kondisi saat pasien tiba di saranapelayanan kesehatan;
- Identitas pengantar pasien;- Tanggal dan waktu;- Hasil amnesis mencakup sekurang-
kurangnya keluhan dan riwayatpenyakit;
- Hasil pemeriksaan fisik danpenunjang medik;
- Diagnosis- Pengobatan dan/atau tindakan;- Ringkasan kondisi pasien sebelum
meninggalkan pelayanan unit gawatdaurat dan rencana tindak lanjut;
- Nama dan tanda tangan dokter,dokter gigi atau tenaga kesehatan
tertentu yang memberikan pelayanan
kesehatan;
- Sarana transportasi yang digunakanpasien yang akan dipindahkkan ke
sarana pelayanan kesehatan lain;- Pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien.
3. Tata Cara Penyelenggaraan Rekam
Medis1.Setiap dokter atau dokter gigi dalam
menjalankan praktik kedokteran wajib
membuat rekam medis dengan segera
dan dilengkapi setelah pasien menerima
pelayanan;
2.Pembuatan rekam medis dilaksanakanmelalui pencatatan danpendokumentasian hasil pemeriksaan,pengobatan, tindakan dan pelayanan
lain yang telah diberikan kepada pasien;
3.Setiap pencatatan ke dalam rekammedis harus dibubuhi nama, waktu dan
tanda tangan dokter, dokter gigi atau
tenaga kesehatan tertentu yang
memberikan pelayanan kesehatan
secara langsung.4.Dalam hal terjadi kesalahan dalam
melakukan pencatatan pada rekam
medis dapat dilakukan pembetulan dan
5/28/2018 Mal Prak Tek
29/39
hanya dapat dilakukan dengan cara
pencoretan tanpa menghilangkan
catatan yang dibetulkan dan dibubuhi
paraf dokter, dokter gigi atau tenaga
kesehatan yang bersangkutan.5.Dokter dan dokter gigi dan atau tenagakesehatan tertentu bertanggung jawab
atas catatan dan/atau dokumen yangdibuat pada rekam medis;
6.Sarana pelayanan kesehatan wajibmenyediakan fasilitas yang diperlukan
dalam rangka penyelenggaraan rekam
medis.
4. Penyimpanan, Pemusnahan dan
Kerahasiaan Rekam Medis1. Rekam medis pasien rawat inap di
rumah sakit wajib disimpansekurang-kurangnya untuk jangka
waktu 5 (lima) tahun terhitung daritanggal terakhir pasien berobat atau
dipulangkan dan setelah batas waktuterlampaui rekam medis dapat
dimusnahkan kecuali ringkasan
pulang dan persetujuan tindakan
medis;
2. Ringkasan pulang dan persetujuantindakan medis harus disimpanuntuk jangka waktu 10 (sepuluh)
tahun terhitung dari tanggal
dibuatnya ringkasan tersebut;
3. Penyimpanan rekam medis danringkasan pulang dilaksanakan oleh
petugas yang ditunjuk oleh pimpinansarana pelayanan kesehatan.4. Rekam medis pada sarana kesehatan
non rumah sakit wajib disimpanuntuk jangka waktu 2 (dua) tahun
terhitung dari tanggal terakhir pasienberobat dan setelah itu dapat
dimusnahkan.
5. Informasi tentang identitas,diagnosis, riwayat penyakit, riwayat
pemeriksaan dan riwayat pengobatan
pasien harus dijaga kerahasiaannyaoleh dokter, dokter gigi, tenaga
kesehatan tertentu, petugaspengelola dan pimpinan sarana
pelayanan kesehatan;6. Informasi tentang identitas,
diagnosis, riwayat penyakit, riwayatpemeriksaan dan riwayat pengobatan
dapat dibuka dengan permintaan
secara tertulis kepada pimpinan
sarana pelayanan kesehatan, dalam
hal :a. untuk kepentingan kesehatan
pasien;
5/28/2018 Mal Prak Tek
30/39
b. memenuhi permintaan aparaturpenegak hukum dalam rangka
penegakan hukum atas
permintaan pengadilan;
c.
Permintaan dan atau persetujuanpasien sendiri;d. Permintaan institusi/ lembaga
berdasarkan ketentuan peraturanperundang-undangan;
e. Untuk kepentingan penelitian,pendidikan dan audit medis
sepanjang tidak menyebutkan
identitas pasien;
7. Penjelasan isi rekam medis hanyaboleh dilakukan oleh dokter atau
dokter gigi yang merawat pasiendengan izin tertulis pasien atau
berdasarkan peraturan perundang-undangan;
8. Pimpinan sarana pelayanankesehatan dapat menjelaskan isi
rekam medis secara tertulis ataulangsung kepada pemohon tanpa izin
pasien berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
5. Kepemilikan, Pemanfaatan danTanggung Jawab dalam Pelaksanaan
Rekam Medis.
1. Berkas rekam medis milik saranapelayanan kesehatan;
2. Isi rekam medis dalam bentukringkasan rekam medis merupakan
milik pasien;
Gambar :
3. Ringkasan rekam medis dapatdiberikan, dicatat atau dicopy oleh
pasien atau orang yang diberi kuasaatau atas persetujuan tertulis pasien
atau keluarga pasien yang berhakuntuk itu;
Gambar :
MILIK SAYA
5/28/2018 Mal Prak Tek
31/39
3.5. Perbedaan antara Kecelakaan Medis,Resiko Medis, Kesalahan Medis dan
Kelalaian Medis
1) Kecelakaan Medis (Medical
Misadventure)
Kecelakaan Medis merupakan
suatu keadaan yang tidak terduga,
tindakan yang tidak disengaja (OxfordIllustrated Dictionary; 1975) sehingga
mengakibatkan kerugian bagi pasien.Kecelakaan medis sangat berbeda dengan
kelalaian medis, kalau kelalaian medisperbuatan yang dilakukan dapat
dipersalahkan sedangkan kecelakaanmedis tidak dapat dipersalahkan, asalkan
kecelakaan medis tersebut merupakan
kecelakaan murni dan dilakukan tidak
dengan disengaja. Tegasnya dalam
kecelakaan medis mengandung tiga unsur
yaitu tidak dapat dipersalahkan(verwijtbaarheid) , tidak dapat dicegah
(vermijdbaarheid) , dan terjadinya tidak
dapat diduga sebelumnya(voorzienbaarheid).
2) Resiko Medis (Medical Risk)Resiko Medis adalah resiko yang
timbul sebagai akibat dari proses tindakanmedis yang dilakukan kepada pasien.
Apabila dalam praktek, dokter sudah
melakukan tindakan medis secara hati-hati
dan teliti menurut standart profesi medis
maka dokter yang bersangkutan tidak
dapat dipersalahkan. Resiko yang dapatditerima sebagai resiko medis adalah
sebagai berikut :a. Risiko yang derajat probabilitas dan
keparahannya cukup kecil, dapatdiantisipasi, diperhitungkan atau dapat
dikendalikan, misalnya efek sampingobat, perdarahan dan infeksi pada
pembedahan, dan lain-lain.
b. Risiko yang derajat probabilitas dan
keparahannya besar pada keadaan
tertentu, yaitu apabila tindakan medisyang berisiko tersebut harus dilakukankarena merupakan satu-satunya cara
yang harus ditempuh (the only way),
5/28/2018 Mal Prak Tek
32/39
terutama dalam keadaan gawat
darurat.
3) Kesalahan Medis (Medical Mistake)Kesalahan Medis adalah
Kesalahan yang terjadi dalam prosesasuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera padapasien. Kesalahan termasuk gagal
melaksanakan sepenuhnya suatu rencanaatau menggunakan rencana yang salah
untuk mencapai tujuannya. Dapat sebagai
akibat melaksanakan suatu tindakan
(commission) atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil
(omission).
4) Kelalaian Medis (Medical Negligence)Kelalaian adalah kegagalan
seorang dokter untuk bersikap hati-hatiyang umumnya seorang dokter lain pada
keadaan wajar dan berhati-hati akanmelakukan di dalam keadaan tersebut
sehingga menimbulkan kerugian bagi
pasien.
Untuk menentukan adanya
kelalaian dokter harus terpenuhi unsur 4-D, yaitu : apakah dokter dan dokter gigimenjalankan sesuai tugasnya (duty),
apakah ada penyimpangan terhadap
tugasnya (derelictionof duty), apakah ada
kerugian (damage), dan apakah ada
hubungan sebab-akibat antara tindakan
dan kerugian yang ditimbulkan (directcaution)
3.6. Malpraktik Medis dan Penyelesaiaannya1) Apakah Malpraktik Medik
Malpraktik medik adalahkegagalan dokter untuk memenuhi standar
pengobatan dan perawatan terhadap
pasien atau adanya kekurangan
keterampilan atau kelalaian dalam
pengobatan dan perawatan yang
menimbulkan cedera pada pasien.
2) Bagaimana Penyelesaian Kasus
Malpraktik Medis
Penyelesaian kasus malpraktikmedik dapat dilakukan melalui dua jalur
yaitu litigasi (pengadilan) dan non litigasi(mediasi), dalam jalur litigasi pihak yang
dirugikan dapat menempuh upaya hukum
pidana maupun perdata, sedangkan dalam
jalur non litigasi pihak yang dirugikan
dapat menempuh upaya konsiliasi,negosiasi, mediasi ataupun upayapenyelesaian sengketa lainnya yang
dipilih oleh pihak yang berperkara. UU
5/28/2018 Mal Prak Tek
33/39
No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran menyatakan bahwa
penyelesaian sengketa medis antara pasien
dan dokter diputuskan oleh MajelisKehormatan Disiplin Kedokteran
Indonesia (MKDKI) namun upayatersebut tidak secara serta merta
merelatifkan upaya dari pihak yangdirugikan untuk melakukan upaya hukum
pidana atau perdata.Dalam hal tuntutan hukum tersebut
diajukan melalui proses hukum pidana,
maka pasien cukup melaporkannya
kepada penyidik dengan menunjukkan
bukti-bukti permulaan atau alasan-
alasannya. Selanjutnya penyidiklah yangakan melakukan penyidikan dengan
melakukan tindakan-tindakan kepolisian,seperti pemeriksaan para saksi dan
tersangka, pemeriksaan dokumen (rekammedis di satu sisi, standar dan petunjuk di
sisi lainnya), serta pemeriksaan saksi ahli.Visum et repertum mungkin saja
dibutuhkan penyidik. Berkas hasil
pemeriksaan penyidik disampaikan
kepada jaksa penuntut umum untuk dapat
disusun tuntutannya. Dalam hal penyidiktidak menemukan bukti yang cukup makaakan dipikirkan untuk diterbitkannya SP3
atau penghentian penyidikan.
Sedangkan dalam hal gugatan
secara perdata, pihak yang dirugikan
cukup mengajukan gugatan di wilayah
pengadilan negeri tergugat. Dalam prosespengadilan umumnya ingin dicapai suatu
putusan tentang kebenaran suatu gugatanberdasarkan bukti-bukti yang sah (right-
based) dan kemudian putusan tentangjumlah uang ganti rugi yang "layak"
dibayar oleh tergugat kepada penggugat.Dalam menentukan putusan benar-
salahnya suatu perbuatan, hakim akan
membandingkan perbuatan yang
dilakukan dengan suatu norma tertentu,
standar, ataupun suatu kepatutan tertentu,
sedangkan dalam memutus besarnya gantirugi hakim akan mempertimbangkan
kedudukan sosial-ekonomi kedua pihak(pasal 1370-1371 KUH Perdata).
Apabila dipilih proses di luarpengadilan (Alternative Dispute
Resolution), maka kedua pihak berupayauntuk mencari kesepakatan tentang
penyelesaian sengketa (mufakat).
Permufakatan tersebut dapat dicapai
dengan pembicaraan kedua belah pihak
secara langsung (konsiliasi ataunegosiasi), ataupun melalui fasilitasi,mediasi, dan arbitrase, atau cara-cara
kombinasi. Fasilitator dan mediator tidak
5/28/2018 Mal Prak Tek
34/39
membuat putusan, sedangkan arbitrator
dapat membuat putusan yang harus
dipatuhi kedua pihak. Dalam proses
mufakat ini diupayakan mencari carapenyelesaian yang cenderung berdasarkan
pemahaman kepentingan kedua pihak(interest-based, win-win solution), dan
bukan right-based. Hakim pengadilanperdata umumnya menawarkan
perdamaian sebelum dimulainyapersidangan, bahkan akhir-akhir ini hakim
memfasilitasi dilakukannya mediasi oleh
mediator tertentu.
Adapun skema penyelesaian kasus
malpraktek sebagai berikut :
Pasien Rumah Sakit PerawatanBAB IV
PENUTUP
Cacat/ meninggal;
diduga malpraktik medik
Mediasi;bertemu dengan dokter atau
Komite Hukum/ Medik RS
Tidak Puas
MKDKI Upaya
Hukum
ADR; Melalui
BANI
Pidana Perdata
Bantuan Pihak Ketiga;Pengacara, LBH
Puas
Selesai
Lapor ke
PolisiGugatan ke
Pengadilan
5/28/2018 Mal Prak Tek
35/39
Demikian buku pedoman Hak Asasi Manusia
bagi Dokter dan Pasien Dalam Mencegah
Malpraktek Kedokteran ini dibuat bagi dokter dan
pasien dalam menjalankan hak dan kewajiban
dalam pelayanan Medis serta dalam rangka
perlindungan, pemajuan, penegakan danpenghormatan hak asasi manusia.
Buku ini diharapkan dapat berguna dan
bermanfaat bagi Dokter dan Pasien dalam
mencegah malpraktek kedokteran maupun dalam
kerangka peningkatan pelayanan profesi medis dan
perlindungan HAM Pasien.
SUSUNAN TIM BUKU PEDOMAN
HAK ASASI MANUSIA
BAGI PASIEN DAN DOKTER UNTUK
MENCEGAH MALPRAKTEK
1. Prof. Dr. Hafid Abbas (Pengarah).2.L.S. Allagan (Penanggung Jawab)3.Yuri Parmiono, SH, MM (Ketua).4.Sujatmiko, SH, M.Si (Sekretaris).5.Prof. Dr. Agus Purwadianto, Sp.F,SH,MSi
( Nara Sumber )
6.Sriyana,SH,LLM,DFM ( Nara Sumber )7.Moch Sentot, SH. ( Nara Sumber )8.Dr.Doris Simorangkir ( Anggota )9.Drg. Dessy Aries Santy, Msi ( Anggota )10.Dra. Yati Nurhayati Rusli, MSi ( Anggota )
11. Erni Nurheyanti MT, SH. ( Anggota )
12. Maryati, SPd. ( Anggota )
13. Ellya Rebuani, SH. ( Anggota )
14. Norma Doryana, SH. ( Anggota )
DAFTAR PUSTAKA
5/28/2018 Mal Prak Tek
36/39
BUKU-BUKU
Achadiat, Crisdiono. Dinamika Etika dan HukumKedokteran Dalam Tantangan Jaman.
Jakarta : EGC, 2006.
Ameln, Fred. Kapita Selekta Hukum Kedokteran.Jakarta : Grafikatama Jaya, 1991.
Amir, Amri. Bunga Rampai Hukum Kesehatan.
Jakarta : Widya Medika, 1997.
Anonim.Himpunan Etika Profesi Berbagai KodeEtik Asosiasi di Indonesia. Yogyakarta :
Pustaka Yudistira, 2006
Arinanto, Satya. Hak Asasi Manusia DalamTransisi Politik di Indonesia. Jakarta : Pusat
Studi Hukum Tata Negara UniversitasIndonesia, 2003.
Azwar, Bahar. Buku Pintar Sang Dokter. Bekasi :
Kesaint Blanc, 2002.
Donnelly, Jack. Konsep Mengenai Hak-Hak Asasi
Manusia. Dalam Fransc Ceufin. Hak-HakAsasi Manusia Pendasaran Dalam Filsafat
Hukum dan Filsafat Politik. Penerbit
Ledalero : Maumere, 2004.
Feinberg, Joel. Hak Asasi Manusi. Dalam Fransc
Ceufin. Hak-Hak Asasi Manusia
Pendasaran Dalam Filsafat Hukum dan
Filsafat Politik. Penerbit Ledalero :
Maumere, 2004.
Fuady, Munir. Sumpah Hipprocrates (AspekHukum Malpraktek Dokter). Jakarta : Citra
Aditya Bakti, 2005.
Fleiner, Thomas. What Are Human Rights.
Melbourne : The Federation Press, 1999.
Gosita, Arief. Masalah Korban Kejahatan
(Kumpulan Karangan). Jakarta : PT.Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia,
2004.
Guwandi. Hukum Medik (Medical Law). Jakarta :Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
2004.
______.Medical Error dan Hukum Medis. Jakarta :
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 2005.
Haryanto, Ignatius dkk. Kovenan InternasionalHak-Hak Sipil dan Politik Panduan Bagi
Jurnalis. Jakarta : Lembaga Studi Pers dan
Pembangunan dan Asia Foundation, 2000.
5/28/2018 Mal Prak Tek
37/39
Isfandyarie, Anny. Malpraktek Dan Resiko MedikDalam Kajian Hukum Pidana. Jakarta :
Pustaka Publisher, 2005.
_____________. Tanggung Jawab Hukum danSanksi Bagi Dokter (Buku I). Malang :
Prestasi Pustaka Publisher, 2006.
______________dan Afandi, Fachrizal. Tanggung
Jawab Hukum dan Sanksi Bagi Dokter
(Buku II). Malang : Prestasi Pustaka
Publisher, 2006.
Johan Nasution, Bahder. Hukum Kesehatan
Pertanggungjawaban Dokter. Jakarta :Rineka Cipta, 2005.
Kaligis, OC. Perlindungan Hukum Atas Hak Asasi
Tersangka, Terdakwa dan Terpidana.Bandung : Alumni, 2006
Kasim, Ifdhal dan Johanes da Masenus Arus (ed).
Hak-Hak Ekonomi Sosial dan Budaya
Esei-Esei Pilihan (buku 2). Jakarta :
Elsam, 2001.
Koeswadji, Hermin Hadiati. Hukum Kedokteran(Studi Tentang Hubungan Hukum Dalam
Mana Dokter Sebagai Salah satu Pihak.
Bandung : Citra Aditya Bhakti, 1998.
Komalawati, D. Veronica.Hukum dan Etika DalamPraktek Kedokteran. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan, 1989
Mertokusumo, Sudikno. Hukum Acara PerdataIndonesia (Edisi ketujuh). Yogyakarta:
Liberty, 2002_________________. Mengenal Hukum Suatu
Pengantar. Yogyakarta : Liberty, 2003.
Soekanto, Soerjono. Faktor-Faktor YangMempengaruhi Penegakan Hukum (Cet
Kelima). Jakarta : PT. Grafindo Persada,2004.
Soewono, Hendrojono. Perlindungan Hak-Hak
Pasien Dalam Transaksi Terapeutik Suatu
Tinjauan Yuridis Setelah Berlakunya
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
Tentang Praktek Kedokteran. Srikandi :
Surabaya, 2006.
Sunggono, Bambang. Metode Penelitian Hukum.
Jakarta : PT. Grafindo, 1996.
Suprapti, Ratna. Etika Kedokteran Indonesia.
Yayasan Bina Pustaka : Jakarta, 2001
5/28/2018 Mal Prak Tek
38/39
Supriadi, Wila Chandrawila. Hukum Kedokteran.
Bandung : Mandar Maju, 2001.
Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia.Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa. Jakarta : Balai Pustaka, 1989.
Hasil Penelitian
Adi Nugroho, Harimurti dan Aditya Poetry. Jalan
Tengah Penyelesaian Kasus Dugaan
Malpraktek Medis Antara MKDKI dan
Peradilan Umum. Jakarta : LIPI, 2005.
Meila, Witri Budi Utama. Perlindungan Saksi dan
Korban di Indonesia ditinjau dari PerspektifHAM. Tesis Program Pascasarjana FakultasHukum Universitas Indonesia. Jakarta,
2006.
Pardemean, Charlie. Pertanggung Jawaban PidanaProfesi Dokter Dalam Kasus Malpraktek
Telaah Terhadap Undang-Undang Nomor
29 Tahun 2004 Tentang Praktek
Kedokteran. Program Pasca SarjanaFakultas Hukum Universitas Indonesia.
Jakarta, 2006.
Jurnal
R, Soeharto. Hubungan Dokter-Pasien dan
Informed Consent Suatu Kajian Menurut
Hukum Perdata. Jurnal Masalah-Masalah
Hukum. No. 10. Fakultas HukumUniversitas Diponogoro. Semarang, 1993.
Makalah
Dedi Afandi dan Djaja Surya Admaja. Tata
Laksana Persetujuan Tindakan Medis
(PTM)/Informed Consent di Rumah Sakit
dan Aspek Medikolegalnya. Makalah,
Simposium Sehari Tentang Trilogi Rahasia
Kedokteran, Malpraktek dan Peran
Asuransi. Jakarta : Hotel Borobudur, 2004.
Djaja Surya Admadja. Malpraktek Medis,
Pembuktian dan Pencegahannya,Makalah, Simposium Sehari Tentang
Trilogi Rahasia Kedokteran. Malpraktekdan Peran Asuransi, Jakarta : Hotel
Borobudur, 2004.
Internet
5/28/2018 Mal Prak Tek
39/39
Anonim. Perkembangan Rumah sakit dan Komite
Etik Dalam Upaya Mencegah Krisis
Malpraktek. www.waspadaonline.com, 2006.
______. MKDKI berwenang Tangani Kasus
Malpraktek. www.tempointeraktif.com, 2005.
Ardianingtyas dan Tambubolon, M. Charles.Kesalahan Diagnosis Dokter Tergolong
Malpraktek atau Kelalaian Medik-Kah.www.hukumonline.com
Simanjuntak Josmar. Undang-Undang Nomor 29Tahun 2004, Peringatan Bagi Dokter Agar
Lebih Berhati-Hati.www.sibononline.com .
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang
Perlindungan Saksi dan Korban
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 TentangPengesahan Kovenan Internasional Hak-
Hak Ekonomi Sosial dan Budaya
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang
Kekuasaan Kehakiman
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 TentangPaktek Kedokteran
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang
Hak Asasi Manusia
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang
Kesehatan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996
Tentang Tenaga Kesehatan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 585 Tahun
1989 Tentang Persetujuan Tindakan Medis
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata