Upload
others
View
23
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MAKNA TOLERANSI AGAMA DALAM FILM BAJRANGI BHAIJAAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Devi Feria Artika
NIM: 1112051000059
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/ 2016 M
MAKNA TOLERANSI AGAMA DALAM FILM BAJRANGI BHAIJAAN
SkripsiDiajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleht Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Devi Feria ArtikaNIM: 1112051000059
Di Bawah Bimbingan
----/)," /\/,/ 4Y'A'*' / .".-
Drs. Jumroni. M.SiNIP: 196305 l5 199203 I 006
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1437 Ht 2016M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satur di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2, Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlal<r.r di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
meneriman sanksi yangn berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
lakar1La. 11 Jurii 2016
Devi Feria Artika
PENGESAIiAI{ PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul MAKNA TOLERANSI AGAMA DALAM FILM
IJA.IRANGI BHAIJAAN oleh Devi Feria Artika NIM: 1112051000059, telai,
c{iuiikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakrvah dan Ilmu I(omunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarla pada tanggal 17 Juni 2016. Skripsi ini telah
iliterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sariana Komunikasi Islam
(S. Korn. I) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Sidang Munaqasl'ah
Jaltarta, l7 Juni 2016
Ketr,ra Meralgkap Anggota Sekretaris i\4erangkap Anggota
Decii EasLruddin, \4Jke!sNIP: 1 979120820141 1 1001
Pcirgu ji II
,{a^,,o"^,.XSiti Nurbava. M.Si
ir ll): I 97908232009122002
PernL,inrlrirrg
Drs. Jumror.ri. M.SiNIP: 1963051 5 1 992031006
NIP:19580910
11 97208072003 12 1003
i
ABSTRAK
DEVI FERIA ARTIKA
MAKNA TOLERANSI AGAMA DALAM FILM BAJRANGI BHAIJAAN
Film merupakan salah satu media massa yang dapat memberikan pengaruh
yang sangat besar pada jiwa khalayak. Film yang baik seharusnya tidak hanya
memberikan hiburan semata, tetapi juga harus membawa pesan untuk
penontonnya. Mengangkat tema tentang kemanusiaan dan toleransi film Bajrangi
Bahijaan membawakan cerita yang sarat akan pesan dan juga pelajaran. Berkat
cerita dan penyutradaraan serta akting yang mumpuni film Bajrangi Bhaijaan
banyak mendulang prestasi sejak diluncurkan pada bulan Juli tahun 2015 lalu.
Berdasarakan konteks di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab
pertanyaan bagaimana makna toleransi agama secara denotasi, konotasi, dan mitos
dalam film Bajrangi Bhaijaan karya Kabir Khan?
Makna denotasi dari objek yang diteliti menampilkan bagaimana
perjuangan yang dilakukan karakter Pawan dalam mencari kedua orang tua Muni.
Makna konotasi adalah toleransi yang ditampilkan dalam setiap adegan berupa
bagaimana berhubungan sosial dan menyikapi perbedaan dengan non muslim.
Sedangkan makna mitosnya adalah adanya perbedaan latar belakang seseorang
harus dapat disikapi dengan toleransi sehingga dapat mengantarkan setiap
manusia kepada kedamaian dan kemaslahatan.
Teori yang digunakan adalah konsep semiotik Roland Barthes yang
dikenal dengan Dua Tatanan Pertandaan (Two Order of Signification). Roland
Barthes mengembangkan dua tingkatan pertandaan yang memungkinkan untuk
dihasilkannya makna yang juga bertingkat-tingkat, yaitu tingkat denotasi dan
konotasi (Sobur, 2009: 172). Secara umum makna denotasi adalah makna pada
apa yang tampak paling nyata dari sebuah tanda. Sedangkan makna konotasi
berkaitan dengan berbagai aspek psikologis, seperti perasaan, emosi, atau
keyakinan penuturnya. Pada saat yang sama konotasi juga mengandung aspek
realitas yang atau gejala alam yang disebut dengan mitos.
Toleransi agama yang ditampilkan dalam adegan dan dialog film Bajrangi
Bhaijaan diantaranya berupa menghargai dan menerima perbedaan, bersikap adil
tanpa melihat latar belakang seseorang, dan memberikan hak kepada siapapun
termasuk non muslim. Film Bajrangi Bhaijaan menunjukkan bahwa dalam hal
berbuat kebaikan tidak melihat latar belakang seseorang termasuk bertoleransi.
Implikasi dari sikap toleran adalah terwujudnya sebuah kemaslahatan yang dapat
dirasakan oleh semua pihak.
Kata kunci: Toleransi Agama, Semiotika, dan Film.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim..
Assalamualaikum Warohmatulahi Wabarokatuh..
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat, kasih
sayang, dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam semoga selalu Allah curahkan kepada Nabi besar, Nabi
agung tauladan manusia, Nabi Muhammad SAW semoga kita termasuk umatnya
yang mendapatkan syafaatnya kelak di hari kiamat.
Alhamdulillah, berkat usaha dan do’a skripsi yang berjudul “Makna
Toleransi Agama dalam Film Bajrangi Bhaijaan” ini dapat penulis selesaikan.
Beribu-ribu ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang
telah membantu, mendukung, dan membimbing penulis selama proses
penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis ucapkan sedalam-dalamnya
kepada yang terhormat:
1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D selaku wakil Dekan I Bidang
Akademik, Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku wakil Dekan II Bidang
Administrasi Umum, serta Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III
Bidang Kemahasiswaan.
2. Drs. Masran, MA dan Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Ketua dan
Sekretaris jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
3. Drs. Hamdani, MA selaku Dosen Pembimbing Akademik.
iii
4. Drs. Jumroni, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
membimbing dan banyak memberikan masukan serta saran kepada penulis
selama proses penulisan skripsi ini berlangsung.
5. Segenap Bapak/ Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
terima kasih atas keikhlasannya telah mengajari dan memberikan ilmu
kepada penulis. Penulis memohon maaf apabila dalam proses perkuliahan,
ada sikap atau sifat penulis yang kurang berkenan di hati Bapak/ Ibu.
Penulis sangat harapkan doa dari Bapak/ Ibu, semoga ilmu yang telah
Bapak/ Ibu berikan barokah dan bermanfaat baik bagi penulis maupun
orang lain.
6. Seluruh karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta
pengelola perpustakaan Fakultas dan perpustakaan Umum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, terima kasih atas layanan dan kerja samanya.
Semoga pelayanan kepada mahasiswa menjadi lebih baik lagi kedepannya.
7. Bapak Warsito dan Ibu Runi serta Adik Yuda Dwi Alif Saputra, terima
kasih untuk berbait-bait do’a yang tak pernah berhenti terucap untuk
penulis. Terima kasih juga untuk motivasi, semangat dan dukungannya
selama ini.
8. IKAMARU (Ikatan Keluarga Alumni Madrasah Raudlatul Ulum) Jakarta
dan Sekitarnya yang telah banyak memberikan penulis pelajaran dan
pengalaman.
9. Teman-teman KPI B angkatan 2012, KKN Lebah 2015 dan teman-teman
yang selalu menjadi penyemangat Harir, Nunu, Pipit, Keke, Dita, Satrio,
iv
Panji, tika, Kiki-Chan, Ica, Mbak Fia, Ka Nia dan yang lainnya. Terima
kasih, You were ROCK!!
Dengan segala kekurangan dan keterbatasan penulis, dengan lapang dada
penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga segala apa
yang telah penulis lakukan dan hasilkan dapat membuahkan manfaat serta
memberikan nilai kebaikan baik untuk penulis maupun para pembaca sekalian.
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
Jakarta, 07 Juni 2016
Devi Feria Artika
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ......................................... 4
C. Tujuan Penelitian .............................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................ 5
E. Metodologi Penelitian ....................................................... 6
F. Tinjauan Penelitian............................................................ 9
G. Sistematika Penulisan ....................................................... 10
BAB II KERANGKA TEORI ........................................................... 12
A. Tinjauan Tentang Semiotika ............................................. 12
1. Pengertian Semiotika ................................................. 12
2. Semiotika Roland Barthes .......................................... 15
B. Tinjauan Toleransi Agama ............................................... 18
1. Pengertian Toleransi .................................................. 18
2. Unsur-Unsur Toleransi Agama .................................. 19
3. Toleransi Agama dalam Pandangan Islam ................. 21
4. Toleransi Agama dalam Pandangan Hindu ................ 26
C. Tinjauan Tentang Film ...................................................... 28
1. Pengertian Film .......................................................... 28
2. Film sebagai Media Komunikasi Massa .................... 29
3. Sejarah Perkembangan Film ...................................... 30
4. Unsur-unsur Pembentukan Film ................................ 34
5. Klasifikasi Film .......................................................... 37
BAB III GAMBARAN UMUM .......................................................... 41
A. Sekilas Tentang Film Bajrangi Bhaijaan........................... 41
B. Sinopsis Film Bajrangi Bhaijaan ....................................... 43
C. Profil Sutradara Film Bajrangi Bhaijaan ........................... 46
D. Tim Produksi Film Bajrangi Bhaijaan .............................. 47
E. Profil Pemain Film Bajrangi Bhaijaan .............................. 48
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA ...................................... 57
A. Scene 1 .............................................................................. 57
1. Makna Denotasi ............................................................ 59
2. Makna Konotasi ........................................................... 60
3. Makna Mitos ................................................................. 61
B. Scene 2 .............................................................................. 62
1. Makna Denotasi ............................................................ 64
2. Makna Konotasi ........................................................... 64
3. Makna Mitos ................................................................. 65
C. Scene 3 .............................................................................. 66
1. Makna Denotasi ............................................................ 67
2. Makna Konotasi ........................................................... 67
3. Makna Mitos ................................................................. 68
D. Scene 4 .............................................................................. 69
1. Makna Denotasi ............................................................ 69
2. Makna Konotasi ........................................................... 70
3. Makna Mitos ................................................................. 71
E. Scene 5 .............................................................................. 72
1. Makna Denotasi ............................................................ 73
2. Makna Konotasi ........................................................... 73
3. Makna Mitos ................................................................. 74
F. Scene 6 .............................................................................. 75
1. Makna Denotasi ............................................................ 75
2. Makna Konotasi ........................................................... 75
3. Makna Mitos ................................................................. 76
G. Scene 7 .............................................................................. 77
1. Makna Denotasi ............................................................ 78
2. Makna Konotasi ........................................................... 78
3. Makna Mitos ................................................................. 79
H. Scene 8 .............................................................................. 80
1. Makna Denotasi ............................................................ 82
2. Makna Konotasi ........................................................... 82
3. Makna Mitos ................................................................. 83
I. Scene 9 .............................................................................. 84
1. Makna Denotasi ............................................................ 85
2. Makna Konotasi ........................................................... 86
3. Makna Mitos ................................................................. 87
BAB V PENUTUP .............................................................................. 88
A. Kesimpulan ....................................................................... 88
B. Saran .................................................................................. 90
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang memiliki
kapasitas untuk memuat pesan yang sama secara serempak dan mempunyai
sasaran yang beragam dari agama, etnis, status, umur, dan tempat tinggal
dapat memainkan peranan sebagai saluran penarik untuk pesan-pesan
tertentu dari dan untuk manusia. Dengan melihat film kita dapat
memperoleh informasi dan gambar tentang realitas tertentu.1
Film sebagai media massa merupakan bagian dari respon terhadap
penemuan waktu luang, waktu libur dari kerja, dan sebuah jawaban atas
tuntutan untuk cara menghabiskan waktu luang keluarga yang sifatnya
terjangkau dan (biasanya) terhormat. Film mampu menjangkau populasi
dalam jumlah besar dan cepat, bahkan di wilayah pedesaan.2
Sebagai suatu karya teknologi, film dapat dipandang dalam dua hal
yaitu dari segi fisik dan non fisik. Secara fisik, film banyak dipengaruhi oleh
penemuan dan kemajuan dari perpaduan teknologi saat ini. Hal ini tampak
pada wujud teknologi perekaman maupun penyajiannya. Sedangkan dari
segi non fisik atau sisi cerita, film lebih banyak dipegaruhi oleh faktor
perkembangan budaya.3
1 Asep S Muhtadi dan Sri Handayani, Dakwah Kontemporer: Pola Alternatif Dakwah
Melalui TV (Bandung:Pusdai Press, 2000), h. 95. 2 Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa (Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2011),
h. 35. 3 Estu Miyarso, Pengembangan Multimedia Interaktif unutk Pembelajaran Sinematografi
(Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2009), h. 1.
2
Pada pertengah Juli 2015 lalu , perfilman India meluncurkan salah
satu film yang berjudul Bajrangi Bhaijaan. Bergenre drama-komedi, Film
Bajrangi Bhaijaan dibintangi oleh artis Salman Khan, Kareena Kapoor,
Nawazuddin Siddiqui, serta Harshaali Malhotra. Cerita film Bajrangi
Bhaijaan ditulis oleh Vijayendra Prassad dan disutradarai oleh Kabir Khan.
Film dengan durasi dua jam tiga puluh sembilan menit ini
mengisahkan tentang perjuangan Pawan (Salman Khan), pria penganut
Dewa Hanuman asal India yang menyelamatkan seorang gadis kecil
tunawicara asal Pakistan yang tersesat di India, Shahida/ Muni yang
diperankan oleh Harshaali Malhotra. Pawan berniat untuk mengantarkan
Shahida kembali ke keluarganya di Pakistan. Namun perjuangan Pawan
untuk mengantarkan Shahida tidaklah mudah, Pawan harus melewati
banyak rintangan.
Peran karakter si gadis tunawicara yang tersesat adalah sebagai
sebab terjadinya konflik dalam film tersebut. Konflik dalam film ini sudah
dimulai sejak karakter Pawan bertemu dengan Shahida. Konflik pun
berlanjut saat Pawan membantu Shahida kembali ke Pakistan.
Melewati negara yang sedang mengalami konflik dan adanya
perbedaan agama antara Pawan dengan Shahida membuat konflik dalam
film ini semakin rumit. Munculnya karakter Chand Nawab (Nawazuddin
Shiddiqui) yang membantu perjuangan Pawan mengantarkan Shahida
menjadikan tema yang sebenarnya sangat sensitif berubah menjadi
menyenangkan serta mengharukan.
3
Dengan mengedepankan isu sosial sebagai bahan dalam memperkuat
ceritanya, film Bajrangi Bhaijaan banyak meraih pendapatan luar biasa
hingga disebut sebagai film India terlaris di tahun 2015. Sejak dirilis pada
17 Juli 2015, film yang disutradarai Kabir Khan ini telah menghasilkan
lebih dari Rs 300 crore atau lebih dari Rp 639.000.000.000.00.4 Hal ini
membuktikan bahwa usaha Kabir Khan telah berhasil dalam mengangkat isu
“berat” namun dapat diterima oleh kalangan luas.
Prestasi yang diraih oleh film Bajrangi Bhaijaan pun terus mengalir.
Selain sebagai film terlaris 2015, film ini juga mendapatkan banyak
penghargaan di ajang Sansui Stardust Awards 2015. Penghargaan yang
diraih Bajrangi Bhaijaan diantaranya sebagai Film terbaik, Sutradara
Terbaik, aktor Pembantu terbaik, dan Artis Cilik Terbaik.5 Dari film ini pula
Salman Khan mendapatkan penghargaan Nasional dari pemerintah India.6
Menurut Effendy, film dapat memberikan pengaruh yang sangat
besar sekali pada jiwa manusia (penonton). Dalam suatu proses menonton
sebuah film, terjadi suatu gejala yang disebut oleh ilmu jiwa sosial sebagai
identifikasi psikologi7. Cerita film Bajrangi Bhaijaan yang mengangkat isu
agama dan keadaan politik di negara India dan Pakistan dikemas oleh sang
sutradara menjadi kisah yang ringan namun sarat akan makna. Hal ini
4 Liputan 6.com, “Salman Khan Penonton Adalah Sebuah Penghargaan Bagiku”,
dari http://showbiz.liputan6.com/read/2292087/salman-khan-penonton-adalah-sebuah-
penghargaan-bagiku, artikel ini diakses pada 23 Maret 216. 5 Liputan 6.com, “ Berjaya, Bajrangi Bhaijaan Menang Besar di Stardust Awards”,
dari: http://www.kapanlagi.com/showbiz/bollywood/berjaya-bajrangi-bhaijaan-menang-
besar-di-stardust-awards, artikel ini diakses pada 23 Maret 2106. 6 Liputan 6.com, “Salman Khan Penonton Adalah Sebuah Penghargaan Bagiku”,
dari http://showbiz.liputan6.com/read/2292087/salman-khan-penonton-adalah-sebuah-
penghargaan-bagiku, artikel ini diakses pada 23 Maret 216 7 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT Citra
Aditya Bakti, 2003), h. 207.
4
ditujukan agar isu yang sebenarnya sangat sensitif dapat diterima oleh
penonton tanpa terkesan untuk menggurui atau pun memihak. Sehingga
pesan yang disampaikan dalam setiap adegan-adegan film diharapkan dapat
membekas dalam jiwa penonton.
Film Bajrangi Bhaijaan tidak hanya menyoroti keadaan hubungan
negara India dan Pakistan, tetapi juga memfokuskan tentang toleransi
agama yang terjadi di kedua negara tersebut. Toleransi yang selalu diajarkan
dalam Islam adalah memberi dan menerima orang-orang dalam berbagai
keyakinan. Hal ini juga seolah menjawab stigma negatif orang-orang yang
anti terhadap agama Islam selama ini.
Tak hanya itu, dalam film ini juga terdapat adegan perihal kasta
yang masih berlaku di India. Sebagai negara dengan mayoritas pemeluk
agama Hindu, India masih memberlakukan struktur sosial berdasarkan
kasta, hal inilah yang menjadi jurang pemisah tak hanya dengan pemeluk
agama lain bahkan dengan sesama pemeluk agama Hindu sendiri. Dari latar
belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk menyusun
skripsi ini dengan judul: Makna Toleransi Agama dalam Film Bajrangi
Bhaijaan.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti sengaja memberikan batasan untuk
memfokuskan penelitian yaitu hanya pada adegan dan dialog yang
dianggap memiliki makna nilai-nilai toleransi antar agama.
5
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimana makna toleransi antar agama secara denotasi dalam film
Bajrangi Bhaijaan karya Kabir Khan?
b. Bagaimana makna toleransi antar agama secara konotasi dalam film
Bajrangi Bhaijaan karya Kabir Khan?
c. Bagaimana makna toleransi antar agama secara mitos dalam film
Bajrangi Bhaijaan karya Kabir Khan?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui arti denotasi simbol toleransi antar agama yang
terdapat dalam film Bajrangi Bhaijaan karya Kabir Khan.
2. Untuk mengetahui arti konotasi simbol toleransi antar agama yang
terdapat dalam film Bajrangi Bhaijaan karya Kabir Khan.
3. Untuk mengetahui arti mitos simbol toleransi antar agama yang terdapat
dalam film Bajrangi Bhaijaan karya Kabir Khan.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yaitu:
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan
gambaran mengenai dunia perfilman kepada mahasiswa jurusan
komunikasi maupun masyarakat umum yang mempunyai minat pada
6
film. Serta dapat berkontribusi pada pengembangan keilmuan
komunikasi, khususnya bagi penelitian analisis dan kajian semiotika.
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis penelitian ini untuk diharapkan dapat
memberikan deskripsi dalam membaca makna yang terkandung di
dalam adegan-adegan sebuah film melalui metode analisis semiotik.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor, penelitian kualitatif
adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang yang diamati.8 Menurut
Crasswell, beberapa asumsi dalam pendekatan kualitatif yaitu pertama,
peneliti kualitatif lebih memperhatikan proses daripada hasil. Kedua,
peneliti kualitatif lebih memerhatikan interpretasi.9 Ketiga, peneliti
kualitatif merupakan alat utama dalam mengumpulkan data dan analisis
data serta peneliti kualitatif harus terjun langsung ke lapangan,
melakukan observasi pertisipasi lapangan. Keempat, peneliti kualitatif
mengambarkan bahwa peneliti terlibat dalam proses penelitian,
8 Indiwan Seto Wahyu Wobowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi
Penelitian dan Skripsi Komunikasi Edisi 2, (Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2013), h.
34. 9 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. III, h. 303.
7
interpretasi data, dan pencapaian pemahaman melalui kata atau
gambar.10
Penelitian ini berpedoman pada pendekatan kualitatif, dengan
menggunakan analisis semiotik. Penelitian ini bersifat deskriptif karena
data yang diteliti berupa gambar, kata-kata, dan bukan angka-angka
(dialog)11
dalam sebuah film. Kemudian analisis yang digunakan adalah
analisis semiotik. Semiotika merupakan analisis untuk mengkaji
tanda.12
Penelitian ini membahas mengenai arti dari toleransi agama
dalam sebuah film. Oleh sebab itu, peneliti memilih analisis Two Order
of Signification Roland Barthes untuk menganalisis makna toleransi
yang terdapat dalam film Bajrangi Bhaijaan.
2. Objek dan Subjek Penelitian
Objek penelitian yaitu film Bajrangi Bhaijaan karya Kabir Khan
dan subjeknya adalah potongan gambar atau visual serta dialog yang
terdapat dalam film Bajrangi Bhaijaan yang berkaitan dengan rumusan
masalah yang telah dipaparkan.
3. Sumber Data Penelitian
Sumber data merupakan sesuatu hal yang sangat penting untuk
digunakan dalam penelitian guna menjelaskan valid atau tidaknya suatu
penelitian tersebut. Dalam hal ini penulis menggunakan:
10
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. III, h. 303. 11
Indiwan Seto Wahyu Wobowo, Semiotika Komunikasi – Aplikasi Praktis Bagi
Penelitian dan Skripsi Komunikasi Edisi 2, h. 35. 12
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: Rosdakarya, 2009), h.15.
8
a. Data Primer
Data penelitian merupakan data yang diperoleh secara
langsung dari objek peneliti perorangan, kelompok, dan
organisasi.13
Dalam hal ini data primer yaitu rekaman video film
Bajrangi Bhaijaan terutama pada adegan yang mengandung nilai-
nila toleransi antar agama.
b. Data Sekunder
Memperoleh data dalam bentuk yang sudah jadi (tersedia)
melalui publikasi dan informasi yang dikeluarkan di berbagai
organisasi atau perusahaan, termasuk majalah dan jurnal.
4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini terdiri atas dua,
yaitu:
a. Observasi, peneliti melakukan pengamatan secara langsung dan
tidak terikat objek penelitian dan unit analisis mengamati dialog-
dialog dengan teliti, serta adegan-adegan dalam film Bajrangi
Bhaijaan. Kemudian, menganalisis adegan yang telah ditentukan
sesuai dengan teori yang telah digunakan.
b. Studi Kepustakaan (Library Research), peneliti mengumpulkan dan
mempelajari data melalui literatur dan sumber bacaan, seperti buku-
buku yang relevan dengan masalah yang dibahas dan pendukung
penelitian.
13
Rosady Ruslan, Metodologi Penelitian Publik Relation dan Komunikasi
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 29.
9
5. Teknik Analisis Data
Setelah data primer dan data sekunder terkumpul, peneliti
melakukan analisis data menggunakan teknik analisis Roland Barthes.
Barthes mengembangkan semiotika dalam beberapa tahap yaitu
denotasi dan konotasi yang di dalamnya terkadung pula makna mitos.
Semiotik Roland Barthes menghasilkan makna secara objektif untuk
memahami makna secara tersirat dalam film Bajrangi Bhaijaan yang
menjadi objek penelitian ini.
6. Teknik Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku
“Pedoman Penulisan karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, dan Disertasi” yang
diterbitkan oleh CeQDA Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
F. Tinjauan Penelitian
Tinjauan pustaka yang menjadi rujukan penulis yaitu:
1) “Representasi Islam dalam Film Pk” karya Nurleli 1111051000104
mahasiswa UIN Jakarta Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Dalam skripsi ini peneliti sebelumnya menganalisis representasi Islam
dalam Film Pk. Persamaannya dengan skripsi ini yaitu sama-sama
meneliti film bollywood sebagai objek penelitian. Perbedaanya yaitu
pada subjek yang diteliti, peneliti sebelumnya fokus pada representasi
Islam yang terdapat pada film Pk, sedangkan peneliti meneliti tentang
toleransi agama dalam film Bajrangi Bhaijaan.
10
2) “Analisis Semiotik Film Negeri 5 Menara” karya Amin Rois,
108051000036 mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Persamaan dalam penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan analisis
semiotik Roland Barthes. Sedangkan perbedaannya pada subjek
penelitiannya, subjek penelitian sebelumnya memfokuskan pada makna
ukhuwah islamiyah.
3) “Analisis Semiotika Film A Mighty Heart” Oleh Rizky Akmalsyah,
106051101939, mahasiswa konsentrasi Jurnalistik jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
UIN Jakarta. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu peneliti sebelumnya
meneliti adegan-adegan yang mewakili jurnalis, intelijen bekerjan, dan
budaya orang-orang di pakistan. Persamaannya pada konsep teori
semiotika yang digunakan, yaitu teori semiotika Roland Barthes.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembaca dalam melihat gambaran dan uraian
mengenai pembahasan-pembahasan tertentu di dalam penelitian ini, maka
dari itu, peneliti menyusun sistematika penulisan ini ke dalam lima bab.
Dalam bab-bab tersebut mengandung beberapa sub bab yang akan
dipaparkan secara terperinci, adapun sistematika penulisan dapat dilihat
sebagai berikut:
11
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, batassan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Bab ini menguraikan teori yang dipakai dalam penelitian ini
yang terdiri dari konsep semiotik, konsep semiotik menurut Roland
Barthes, pengertian film, dan sejarah film di Indonesia.
BAB III GAMBARAN UMUM FILM BAJRANGI BHAIJAAN
Bab ini membahas orang-orang dibalik layar film Bahrangi
Bhaijaan terdiri dari sekilas tentang film, sinopsis film, profil
sutradara serta karya-karyanya, dan para pemain film Bajrangi
Bhaijaan.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini fokus pada data temuan dalam film Bajrangi Bhaijaan
dan hasil penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menguraikan secara singkat kesimpulan dari penelitian
ini dan saran atas permasalahan yang telah diteliti. Selain itu, dalam
bab ini juga dilengkapi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
12
BAB II
KERANGKA TEORITIS DAN KERANGKA KONSEP
A. Tinjauan Tentang Semiotik
1. Pengertian Semiotik
Istilah semeiotics diperkenalkan oleh Hipocrates (460-377SM),
semiotika berasal dari kata Yunani semeion yang berarti “penunjuk”
(mark) atau “tanda” (sign).1 Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai
suatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya dapat
dianggap mewakili sesuatu yang lain. Tanda pada awalnya dimaknai
sebagai suatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain.2
Secara terminologis, semiotika dapat diidentifikasikan sebagai
ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa,
seluruh kebudayaan sebagai tanda.3 Semiotika juga dapat dipahami
sebagai ilmu tentang tanda-tanda, semiotika mempelajari sistem,
aturan-aturan, dan konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda
tersebut mempunyai arti.4
Semiotik menjadi salah satu kajian yang bahkan menjadi tradisi
dalam teori komunikasi. Tradisi semiotik terdiri atas sekumpulan teori
1 Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan
teori Komunikasi (Yogyakarta: Jalasutra, 2004), h. 6. 2 Alex Sobur, Analisis Teks Media- Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: Rosdakarya, 2009), h. 95. 3 Alex Sobur, Analisis Teks Media- Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, h. 95. 4 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2007), h.
262.
13
tentang bagaimana tanda-tanda merepresentasikan benda, ide, keadaan,
situasi, perasaan dan kondisi di luar tanda-tanda itu sendiri.5
Van Zoest dalam Sobur mengartikan semiotika sebagai “ ilmu
tanda (sign) dan segala yang berhubungan dengannya: cara
berfungsinya, hubungannya yang mempergunakannya”6 Preminger
mengemukakan bahwa semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu
ini menganggap bahwa fenomena sosial/masyarakat dan kebudayaan itu
merupakan tanda-tanda. Semiotika itu mempelajari sistem-sistem,
aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda
tersebut mempunyai arti.7
Menurut Lechte, semiotika adalah teori tentang tanda dan
penandaan. Lebih jelasnya, semiotika adalah suatu disiplin yang
menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan sarana signs
„tanda-tanda‟ dan berdasarkan pada sign system (code) „sistem tanda‟.8
Sedangkan menurut Morissan, semiotika adalah studi mengenai
tanda (signs) dan simbol yang merupakan tradisi penting dalam
pemikiran tradisi komunikasi. Tradisi semiotik mencakup teori
terutama mengenal bagaimana tanda mewakili objek, ide, situasi,
keadaan, perasaan dan sebagainya yang berada di luar diri. Studi
mengenai tanda tidak saja memberikan jalan atau cara dalam
mempelajari komunikasi tetapi juga memiliki efek besar pada hampir
5 Stephen W Littlejohn, Teori Komunikasi Theories of Human Communication Edisi
9 (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), hal. 53. 6Alex Sobur, Analisis Teks Media- Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, h. 95. 7 Alex Sobur, Analisis Teks Media- Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, h. 96. 8 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 16.
14
setiap aspek (perspektif) yang digunakan dalam teori komunikasi.9
Beberapa tokoh yang menjadi pencetus kajian teori semiotik antara lain:
a. Charles Saunders Pierce
Charles Saunders Pierce merupakan ahli filsafat pada abad
kesembilan belas, yang dianggap sebagai pendiri semiotika
modern. Ia mendefinisikan semiotika sebagai suatu hubungan
antara tanda (simbol), objek, dan makna. Tanda mewakili objek
(refenant) yang ada di dalam pikiran orang yang
menginterpreasikannya (interpreter). Pierce menyatakan bahwa
representasi dari suatu objek disebut interpretant.10
b. Ferdinand de Saussure
Ferdinand de Saussure seorang ahli linguistik Swiss yang
terkenal dengan konsep semiotik signifier (penanda) dan signified
(petanda). Dalam konteks semiotik Saussure, penanda merupakan
bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna (aspek material),
yaitu apa yang ditulis, dikatakan, atau dibaca. Petanda merupakan
gambaran mental yaitu pikiran atau konsep (aspek mental) dari
bahasa.11
c. Roland Barthes
Konsep pemikiran Barthes terhadap semiotik terkenal
dengan konsep mythologies atau mitos. Sebagai penerus dari
9 Morissan, Teori Komunikasi: Individu hingga massa (Jakarta: Kencana
Premedia Group, 2014), h.33.
10
Morissan, Teori Komunikasi: Individu hingga massa (Jakarta: Kencana
Premedia Group, 2014), h.33.
11
Naomi Srie Kusumastutie & Faturochman, Semiotika untuk Analisis Gender
pada Iklan Televisi, Buletin Psikologi, Tahun XII, No. 2, 2004. h. 106.
15
pemikiran Saussure, Roland Barthes menekankan interaksi antara
teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya,
interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami
dan diharapkan oleh penggunanya.12
Konsep pemikiran Barthes
dikenal dengan Dua Tatanan Pertandaan (Two Order
of Signification).
2. Semiotika Roland Barthes
Roland Barthes (1915 – 1980) merupakan ahli semiotika yang
mengembangkan kajian yang sebelumnya punya warna kental
strukturalisme kepada semiotika teks.13
Konsep teori semiotika Roland
Barthes merupakan hasil pengembangan dari semiologi Saussure yang
berhenti pada penandaan dalam tataran denotatif.
Dalam konsep Barthes yang menyempurnakan semiologi
Saussure yaitu tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan
namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi
keberadaannya.14
Roland Barthes membuat sebuah model sistematis
dalam menganalisis makna dari tanda-tanda. Fokus perhatian Roland
Barthes lebih tertuju kepada gagasan tetang signifikasi dua tahap (two
order of signication).15
Roland Barthes mengembangkan dua tingkatan pertandaan yang
memungkinkan untuk dihasilkannya makna yang juga bertingkat-
12
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 268. 13
Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna
(Yogyakarta: Jalasutra, 2003), h. 256. 14
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 69. 15
Alex Sobur, Analisis Teks Media- Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, h. 127.
16
tingkat, yaitu tingkat denotasi dan konotasi.16
Denotasi yaitu tingkat
pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda,
atau antara tanda dan rujukannya pada realitas yang menghasilkan
makna yang eksplisit, langsung dan pasti. Makna denotasi dalam hal ini
adalah makna pada apa yang tampak.17
Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan
antara penanda dan petanda, yang di dalamnya beroperasi makna yang
tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak dalam arti terbuka dalam
berbagai kemungkinan. Konotasi menciptakan makna-makna lapis dua
yang terbentuk ketika penanda dikaitkan dengan berbagai aspek
psikologis, seperti perasaan, emosi, atau keyakinan.18
Secara umum konotasi bertujuan untuk membongkar makna
yang terselubung. Konotasi berkaitan dengan pengalaman pribadi
penuturnya. Tingkatan tanda dan makna Roland Barthes ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1.1 : Skema analisis Roland Barthes19
16
Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna,
h. 261. 17
Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna,
h. 261. 18
Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna,
h. 261 19
Arif Budi Prasetya, Penonjolan Tokoh Antagonis dalam Film The Dark Night,
Jurnal Ilmu Komunikasi I Makna Vol. 2 No. 2, Agustus 2011- Januari 2012, h. 75.
17
Signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier
dan signified di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes
menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna yang paling nyata dari
tanda. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk
menunjukkan signifikasi tahap dua. Hal ini menggambarkan interaksi
yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari
pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaannya. Konotasi mempunyai
makna yang subjektif atau paling tidak intersubjektif. Dengan kata lain
denotasi adalah apa yang digambarkan terhadap sebuah objek;
sedangkan konotasi adalah bagaimana menggambarkannya.20
Pada signifikasi tahap dua yang berhubungan dengan isi, tanda
bekerja melalui mitos. Mitos adalah bagaimana kebudayaan
menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala
alam. Mitos merupakan produk kelas sosial yang sudah mempunyai
suatu dominasi.21
Mitos dalam pemahaman Roland Barthes, yaitu
pengkodean makna dan nilai-nilai sosial sebagai sesuatu yang dianggap
alamiah.22
20
Alex Sobur, Analisis Teks Media- Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, h. 69. 21
Alex Sobur, Analisis Teks Media- Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, h. 128 22
Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna,
h. 261.
18
B. Toleransi Agama
1. Pengertian Toleransi
Istilah toleransi berasal dari bahasa Latin, yaitu tolerare, yang
berarti membiarkan mereka yang berpikiran lain atau berpandangan lain
tanpa dihalang-halangi.23
Secara etimologis, istilah toleransi juga
dikenal baik di Eropa, terutama pada Revolusi Perancis. Hal itu sangat
terkait dengan slogan kebebasan, persamaan, dan persaudaraan yang
menjadi inti revolusi di Perancis.24
Menurut Webster‟s New American Dictionary arti Tolerance
adalah liberty toward the opinions of others, patience with others. yang
kalau diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia artinya adalah
memberi kebebasan (membiarkan) pendapat orang lain, dan berlaku
sabar menghadapi orang lain.25
Pengertian toleransi secara luas yaitu
suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak menyimpang dari aturan,
dimana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang
orang lain lakukan.26
Sikap toleransi berarti membolehkan atau membiarkan
ketidaksepakatan dan tidak menolak pendapat, sikap, ataupu gaya hidup
yang berbeda dengan pendapat, sikap dan gaya hidup kita sendiri. Sikap
toleran dalam implementasinya tidak hanya dilakukan terhadap hal
23
Andreas A. Yewangoe, Merayakan Kebebasan Beragama: Regulasi Toleransi dan
Plurarisme Agama di Indonesia (Jakarta:ICRP, 2009), h. 80. 24
Zuhairi Misrawi, Al-Quran Kitab Toleransi (Jakarta: Pustaka Oasis, 2007), 161. 25
Mohammad Daud Ali, Islam untuk Disiplin Ilmu Hukum, Sosial dan Politik
(Jakarta: Wirabuana, 1986), h. 81. 26
Julianti, Internalisasi Nilai Toleransi Melalui Model Telling Story pada
Pembelajaran PKN untuk Mengatasi Masalah Tawuran, Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 14
No. 1, April 2013, h. 3.
19
spiritual dan moral yang berbeda saja, tetapi juga bisa dalam hal
ideologi dan politik.27
Dengan demikian, toleransi dapat diartikan suatu sikap untuk
membatasi kebencian, kekerasan, dan sikap fanatisme berlebihan.
Toleransi juga ditujukan agar dapat menumbuhkan rasa saling
menghormati, saling mengerti, dan saling menerima perbedaan yang
ada.
2. Unsur-unsur Toleransi Agama
Toleransi dalam kehidupan umat beragama bukanlah toleransi
dalam masalah-masalah keagamaan, melainkan perwujudan sikap
keberagaman antara pemeluk agama satu dengan agama yang lain.
Sikap keberagaman di sini adalah sikap saling menghormati dalam
masalah kemasyarakatan atau kemaslahatan umum. Menurut Masykuri
Abdullah, paling tidak ada empat unsur toleransi. Adapun unsur-unsur
tersebut adalah:
1) Memberikan kebebasan atau kemerdekaan
Setiap manusia diberikan kebebasan untuk berbuat,
bergerak maupun berkehendak menurut dirinya sendiri dan
juga di dalam memilih suatu agama atau kepercayaan.
Kebebasan tersebut diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa
sejak manusia lahir hingga ia meninggal tanpa bisa diganti
27
Ngainun Naim, Membangun Toleransi dalam Masyarakat Majemuk Telaah
Pemikiran Nurcholis Madjid, Harmoni, Jurnal Multikultural dan Makna Vol. 12 I No. 2 Mei-
Agustus 2013, h. 32.
20
ataupun direbut oleh orang lain.28
Dengan memberikan
kebebasan maka secara tidak langsung juga mengakui adanya
keberagaman.
2) Mengakui Hak Setiap Orang
Suatu sikap mental yang mengakui hak setiap orang di
dalam menentukan perilaku dan nasibnya masing-masing.
Tentu saja sikap atau perilaku yang dijalankan itu tidak
melanggar hak orang lain, karena kalau demikian, kehidupan di
dalam masyarakat akan kacau.29
3) Menghormati Keyakinan Orang Lain
Salah satu sikap yang dapat membawa pada tolerensi
adalah menghormati dan membiarkan setiap pemeluk agama
untuk melaksanakan ibadah mereka menurut ajaran dan
ketentuan agama masing-masing yang diyakini tanpa ada yang
mengganggu atau memaksakan baik dari orang lain maupun
dar keluarganya sekalipun.30
Toleransi agama dipahami sebagai
bentuk pengakuan kita terhadap adanya agama-agama selain
agama yang kita yakini. Pengakuan yang dimaksud yaitu
segala bentuk sistem dan tata cara peribadatannya dan
28
Masykuri Abdullah, Plurarisme Agama dan Kerukunan dalam Keragaman (Jakarta:
Penerbit Buku Kompas, 2001), 13. 29
Masykuri Abdullah, Plurarisme Agama dan Kerukunan dalam Keragaman (Jakarta:
Penerbit Buku Kompas, 2001), 13. 30
Masykuri Abdullah, Plurarisme Agama dan Kerukunan dalam Keragaman (Jakarta:
Penerbit Buku Kompas, 2001), 13.
21
memberikan kebebasan untuk menjalankan keyakinan agama
masing-masing.31
4) Saling mengerti
Sikap penuh pengertian kepada orang lain diperlukan agar
masyarakat tidak menjadi monolitik. Apalagi pluralitas
masyarakat sudah menjadi dekrit Allah dan design-Nya untuk
umat manusia. Jadi tidak ada masyarakat yang tunggal,
monolitik, sama, dan sebangun dalam segala segi. Dalam sikap
saling mengerti juga didukung dengan adanya sikap
keterbukaan yaitu kerendahan hati untuk tidak merasa selalu
benar, kemudian kesediaan mendengar pendapat orang lain
untuk diambil dan diikuti mana yang terbaik.32
Hakikat dari toleransi agama adalah adanya pengakuan kebebasan
setiap warga untuk memeluk agama yang menjadi keyakinannya dan
kebebasan menjalankan ibadahnya. Toleransi beragama meminta
kejujuran, kebesaran jiwa, kebijaksaaan dan tanggung jawab, sehingga
menumbuhkan perasaan solidaitas dan mengeliminir egoistis
golongan.33
3. Toleransi Beragama dalam Pandangan Islam
Dalam Islam menegaskan bahwa tidak boleh ada pemaksaan
dalam memeluk agama, sebagaimana juga tidak boleh ada larangan bagi
31
Muhammad Yasir, Makna Toleransi Dalam Al-Qur‟an, Jurnal Ushuluddin Vol.
XXII No. 2, Juli 2014, h. 172. 32
Ngainun Naim, Membangun Toleransi dalam Masyarakat Majemuk Telaah
Pemikiran Nurcholis Madjid, Harmoni, Jurnal Multikultural dan Makna Vol. 12 I No. 2 Mei-
Agustus 2013, h. 37. 33
Said Agil Husain Al Munawar, Fikih Hubungan Antar Agama (Jakarta: PT. Ciputat
Press, 2005), h. 17.
22
seseorang dalam menjalankan ajaran agamanya. Karena salah satu
tujuan Islam adalah memberikan ketenangan jiwa bagi mereka yang
menganut ajarannya dengan jaminan kebebasan masing-masing dan
melakukan ibadahnya dengan aman dan tenang.34
Semua orang harus
bebas dan aman dalam menjalankan agamanya masing-masing.
Sebagai seorang muslim hendaknya meyakini bahwa perbedaan
manusia dalam beragama merupakan kehendak Allah SWT. Allah
menciptakan manusia memang untuk berbeda-beda. Karena itu, Allah
memberikan akal pikiran untuk memilih jalan masing-masing, seperti
dalam firman-Nya surat Huud ayat 118-119.
1) Surat Huud ayat 118-119
Artinya: “Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan
manusia umat yang satu, tetapi mereka Senantiasa berselisih
pendapat. Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh
Tuhanmu. dan untuk Itulah Allah menciptakan mereka. kalimat
Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan: Sesungguhnya aku
akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang
durhaka) semuanya.” (Q.S. Huud ayat 118-119).35
34
Nurcholis Madjid, dkk, Fiqih Lintas Agama (Jakarta: Paramadina, 2004), h. 112. 35
Al-„Alim Al-Qur‟an dan Terjemahannya Edisi Ilmu Pengetahuan Cetakan ke-10
(Bandung: Mizan Media Utama, 2011), h. 236.
23
2) Surat Yunus Ayat 99-100
Artinya: “Dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman
semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu
(hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang
yang beriman semuanya? Dan tidak ada seorangpun akan
beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan
kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan
akalnya.” (Q.S. Yunus ayat 99-100).36
Allah mengutus para Rasul untuk menyampaikan agama-Nya
yang menerangkan kepada manusia mana yang baik dilakukan dan
mana yang terlarang dilakuakan. Manusia dengan akal, pikiran, dan
perasaan yang dianugerahkan Allah kepadanya dapat menilai apa yang
disampaikan para Rasul. Tidak ada paksaan bagi manusia dalam
menentukan pilihannya, baik atau buruk. Dan manusia dihukum
berdasarkan pilihannya itu.
Toleransi agama harus dimaknai sebagai sikap untuk hidup
berdampingan dengan agama lain dan memberikan kebebasan untuk
setiap pemeluk agama agar dapat menjalankan prinsip-prinsip
keagamaan masing-masing. Dalam ajaran Islam, toleransi tidak hanya
diterapkan pada segi keagaaman saja, tetapi juga dalam segi bahasa,
budaya, suku, ras, dan bangsa. Seperti dijelaskan di dalam firman Allah:
36
Al-„Alim Al-Qur‟an dan Terjemahannya Edisi Ilmu Pengetahuan Cetakan ke-10
(Bandung: Mizan Media Utama, 2011), h. 221.
24
3) Surat Al-Hujuraat ayat 13:
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara
kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”
(Q.S Al-Hujuraat ayat 13).37
Semua manusia sama dari segi kemanusiaannya; jenis kelamin,
suku ras, dan keturunan buakn faktor pembeda kemanusiaan. Tujuan
perbedaan adalah untuk saling mengenal dalam rangka bantu membantu
dan saling melengkapi. Karena itu, semakin kuat pengenalan satu pihak
kepada selainnya, semakin terbuka peluang untuk saling memberi
manfaat.38
Kebiasaan orang memandang kemuliaan itu selalu ada
sangkut-pautnya dengan kebangsaan dan kekayaan. Padahal kemulyaan
manusia tidak diukur berdasarkan keturunan atau kekayaannya,
melainkan diukur berdasarkan ketaqwaan kepada Allah.
4) Surat Al-Mumtahanah ayat 8-9
37
Al-„Alim Al-Qur‟an dan Terjemahannya Edisi Ilmu Pengetahuan Cetakan ke-10
(Bandung: Mizan Media Utama, 2011), h. 516. 38
Quraish Shihab, Al-Lubab (Tangerang: Lentera Hati, 2012), h. 14.
25
Artinya: “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan
Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu
karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil.
Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai
kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan
mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk
mengusirmu. dan Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan,
Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.” (Q.S. Al-
Mumtahanah ayat 8-9).39
Ayat-ayat di atas menggariskan prinsip dasar hubungan interaksi
antara kaum muslimin dan non muslim. Dalam ayat tersebut
mengizinkan menjalin hubungan dengan non muslim selama tidak
membawa dampak negatif pada orang Islam. Allah tidak melarang
kamu berbuat baik dalam bentuk apapun kepada mereka (orang kafir)
dan tidak pula melarang kamu berlaku adil kepada mereka.40
Islam
sebagai agama yang damai dan penuh cinta, Islam bertujuan untuk
melindungi seluruh alam dengan kedamaian. Kedamaian dalam Islam
menunjukkan bahwa semua manusia dihimpun dari Panji Ilahi dalam
kedudukan sebagai saudara-saudara yang saling kenal mengenal dan
cinta mencintai.
Islam tidak datang hanya bertujuan mempertahankan
eksistensinya sebagai agama, tetap juga mengakui eksistensi agama-
agama lain, dan memberinya hak untuk hidup berdampingan sambil
menghormati pemeluk-pemeluk agama lain.41
Dengan kata lain agama
39
Al-„Alim Al-Qur‟an dan Terjemahannya Edisi Ilmu Pengetahuan Cetakan ke-10
(Bandung: Mizan Media Utama, 2011), h. 551. 40
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Cetakan VIII (Tangerang: Lentera Hati, 2007),
h.170. 41
M. Quraish Shihab, Wawasan Alquran (Bandung: Mizan, 2005), h. 379.
26
Islam telah memberikan toleransi antar pemeluk agama yang ada di
dunia ini.
4. Toleransi Beragama dalam Pandangan Hindu
Manusia ditakdirkan sebagai makhluk sosial yang membutuhkan
hubungan dan interaksi sosial dengan sesama manusia. Sebagai
makhluk sosial, manusia memerlukan kerja sama dengan orang lain
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan material,
kebutuhan spiritual, maupun kebutuhan akan rasa aman.
Dalam berbagai pustaka suci Hindu juga banyak terdapat sloka-
sloka yang mencerminkan toleransi dan sikap yang adil. Umat Hindu
menghormati kebenaran dari mana pun datangnya dan menganggap
bahwa hakikat semua agama bertujuan sama, yaitu menuju Tuhan,
namun dengan berbagai sudut pandang dan cara pelaksanaan yang
berbeda. Hal itu diuraikan sebagai berikut:
Samo „ham sarvabhutesa, na medewsyo „sti na priyah, ye bhajanti tu
mam bhaktya, mayite besu ca‟pyaham, (Bhagavadgita IX.29).
Artinya: “Aku tidak pernah iri dan selalu bersikap adil terhadap semua
mahluk, bagi-Ku tidak ada yang paling Aku benci dan tidak ada yang
paling Aku kasihi, tetapi yang berbakti kepadaku, Dia berada pada-Ku
dan Aku bersamanya.”42
samo „ha sarva-bhūteu na me dveyo „sti na priyah
ye bhajanti tu mā bhaktyā mayi te teu cāpy aham | (Bhagawadgita,
IX:29)
Artinya:”Aku tidak pernah iri dan selalu bersikap adil terhadap semua
makhluk.Bagi-Ku tidak ada yang paling Ku-benci dan tidak ada yang
42
“Kerukunan dan Toleransi Agama Hindu”, artikel diakses pada tanggal 1 Juni 2016
dari: http://dharmagupta.blogspot.co.id/2012/12/kerukunan-dan-toleransi-umat-
beragama.html
27
paling Aku kasihi. Tetapi yang berbakti kepada-Ku, dia berada pada-
Ku dan Aku bersamanya pula”.43
Ye yathā mām prapadyante tāms tathaiva bhajāmy aham,
mama vartmānuvartante manusyāh pārtha sarvaśah | (Bhagawadgita,
4:11)
Artinya: “Jalan mana pun yang ditempuh seseorang kepada-Ku,
Aku memberinya anugerah setimpal. Semua orang mencari-Ku
dengan berbagai jalan, wahai putera Partha (Arjuna).”44
Dari beberapa kutipan tersebu dapat ditarik kesimpulan bahwa
semua manusia diperintahkan untuk hidup rukun dan hidup saling
hormat mengormati, karena didalam diri manusia terdapat dzat hidup
yang merupakan percikan Tuhan yaitu Atma. Atman Brahman Aikiam
yang artinya setiap orang mempunyai inti dari percikan suci yang sama
yaitu Brahman (Tuhan Yang Maha Esa).45
Sehingga setiap orang harus
memperlakukan orang lain tidak perduli suku, ras, kebangsaan,
kepercayaan, agamanya sama seperti ia memperlakukan dirinya sendiri.
Karena semua mahluk hidup berasal dari Dzat yang sama, maka semua
mahluk adalah satu keluarga.
C. Tinjauan Tentang Film
1. Pengertian Film
Menurut KBBI, film adalah lakon (cerita) gambar hidup;
gambar hidup dengan suara; gambar hidup tidak bersuara; gambar
43
“Toleransi dalam Agama Hindu” Artikel diakses pada tanggal 7 Juni 2016 dari:
https://paduarsana.com/2012/05/23/toleransi-dalam-agama-hindu/ 44 “Toleransi dalam Agama Hindu” Artikel diakses pada tanggal 7 Juni 2016 dari:
https://paduarsana.com/2012/05/23/toleransi-dalam-agama-hindu/ 45
Artikel diakses pada tanggal 1 Juni 2016 dari:
http://dharmagupta.blogspot.co.id/2012/12/kerukunan-dan-toleransi-umat-
beragama.html
28
hidup yang diberi berwarna.46
Effendy mendefinisikan film sebagai
gambar yang bergerak secara mekanik yaitu berbentuk gambar-gambar
yang terbuat dari seluloid yang transparan dalam jumlah yang banyak
apabila digerakkan melalui cahaya yang kuat, maka gambar tersebut
akan tampak seperti gambar hidup.47
Film ditemukan dari hasil
pengembangan pinsip-prinsip fotografi dan proyektor. Kemudian dari
proses tersebut muncullah sebuah gambar gerak yang membentuk cerita
dan menarik untuk ditonton.48
Sedangkan menurut UU 8/1992, film adalah karya cipta seni
dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar
yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita
seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan
teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses
kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa
suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem
proyeksi mekanik, elektronik, dan/atau lainnya;49
Menurut McQuail (1993: 13) film berperan sebagai sarana baru
yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi
kebiasaan terdahulu, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama,
lawak dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum.
46
W.J.S. Poerwadarminta, KBBI (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 330. 47
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 2003), h. 178. 48
Arif Budi Prasetyo, Penonjolan Tokoh Antagonis dalam Film The Dark Knight
(Studi Semiotik Tokoh Joker dalam Film the Dark Knight), h. 73. 49
Heru Effendy, Mari Membuat Film (Yogyakarta: Panduan, 2006), h. 22.
29
2. Film sebagai Media Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah proses penciptaan makna bersama
antara media massa dan khalayaknya.50
Ciri utama media massa adalah
bahwa media massa dirancang untuk menjangkau banyak orang.51
Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada
komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan
menggunakan media.52
Media yang dimaksud diantaranya adalah surat
kabar, televisi, film, iklan, dan radio. Media yang telah disebutkan di
atas mempunyai kesamaan yaitu sama-sama dapat menjangkau
khalayak yang luas dengan waktu yang hampir bersamaan.
Sifat film yang audiovisual gerak mampu memiliki daya
resistensi lebih kuat dibandingkan bentuk-bentuk informasi lainnya.
Dengan format tayangan dan bentuk saluran penyajiannya, film mampu
membangun opini publik pola pikir masyarakat juga dapat diubah atau
bahkan sengaja diciptakan melalui media ini.53
Film bermula pada akhir abad ke-19 sebagai teknologi baru,
tetapi konten dan fungsi yang ditawarkan masih sangat jarang. Film
kemudian berubah menjadi alat presentasi dan distribusi dari tradisi
hiburan yang lebih tua, menawarkan cerita, panggung, musik, drama,
humor, dan trik teknis bagi konsumsi populer.54
Film mampu
menjangkau populasi dalam jumlah besar dengan cepat, bahkan di
50
Stanley J. Baran, Pengantar Komunikasi Massa (Jakarta: Erlangga, 2008), h. 7. 51
Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa Edisi 6 Buku 1, (Jakarta: Salemba
Humanika, 2011), h. 61. 52
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 80. 53
Estu Miyarso, Pengembangan Multimedia Interaktif untuk Pembelajaran
Sinematografi, Thesis (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2009), h. 2. 54
Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa Edisi 6 Buku 1, h. 35.
30
wilayah pedesaan. Sebagai media massa film berperan sebagai sarana
komunikasi yang digunakan untuk penyebaran hiburan, menyajikan
cerita, peristiwa, musik, drama, dan sajian teknis lainnya.
Terdapat tiga elemen penting dalam sejarah film. Pertama,
penggunaan film untuk propaganda sangatlah signifikan, terutama jika
ditujukan untuk nasional atau kebangsaan, berdasarkan jangkauannya
yang luas, sifatnya yang riil, dampak emosional, dan popularitas. Dua
elemen lainnya adalah sejarah film yaitu munculnya sekolah film dan
munculnnya gerakan film dokumenter. 55
3. Sejarah Perkembangan Film
Film yang dibuat oleh Thomas Edison dan Lumiere bersaudara
masih berupa gambar yang diambil dalam frame (bingkai) yang statis
(kamera tidak bergerak sama sekali) dan tidak ada penyuntingan. Pada
awal kemunculan film, hal itu sudah lebih dari cukup untuk penonton
pada saat itu. Namun seiring berjalannya waktu, penonton
menginginkan hal lebih untuk uang yang telah mereka keluarkan.
Seorang pembuat film Goerge Melies, mulai membuat cerita
gambar bergerak, yaitu suatu film yang bercerita. Melies sering kali
disebut “artis pertama dalam dunia cinema” karena ia telah membawa
cerita narasi pada medium dalam bentuk kisah imajinatif seperti “A
Trip to the Moon” (1902). Film “A Trip to the Moon” sampai ke
Amerika pada tahun 1903, dan para pembuat film di Amerika tidak
55
Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa Edisi 6 Buku 1, h. 35.
31
hanya meminjam ide untuk menggunakan film dalam menyampaikan
cerita, tetapi juga mengembangkannya.
Edwin S. Porter, seorang juru kamera Edison Company, melihat
bahwa film dapat menjadi alat penyampai cerita yang jauh lebih baik
dengan penggunaan dan penempatan kamera secara artistik yang
disertai dengan penyuntingan. Film berdurasi 12 menit karyanya, yang
berjudul “The great Train Robbery” (1903), adalah film pertama yang
menggunakan penyuntingan, gabungan potongan-potongan antara
adegan, dan sebuah kamera bergerak untuk menceritakan sebuah kisah
yang relatif kompleks.56
Film “The Great Train Robbery” dianggap sebagai film cerita
pertama karena teknik pembuatannya yang benar-benar mengagumkan
pada waktu itu.57
Teknik pembuatan film yang digunakan oleh Porter
adalah montase yaitu penggabungan dua gambar yang terpisah, tetapi
berkaitan dengan suatu cara yang memunculkan makna baru yang telah
dipadukan.58
Pada tahun 1913, D.W Griffith seorang penulis, aktor dan juru
kamera yang juga terkenal sebagai sutradara yang brilian, membuat
film berjudul “Birth of a Nation” dan pada tahun 1916, film
“Intolerance”, yang kedua-duanya berlangsung masing-masing
berdurasi selama kurang lebih tiga jam.59
56
Stanley J. Baran, Pengantar Komunikasi Massa, h. 215. 57
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 202. 58
Stanley J. Baran, Pengantar Komunikasi Massa, h 216. 59
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 202.
32
Griffith merupakan orang pertama yang memperkenalkan
inovasi seperti latihan terjadwal dan produksi yang didasari dengan
naskah film. Griffith juga tidak mengabaikan aspek penampilan seperti
pencahayaan dan kostum, menggunakan close-up dan sudut kamera
dramatis lainnya untuk mentransmisikan emosi.60
Apabila Porter sudah
menggunakan montase untuk menyampaikan suatu cerita, maka Griffith
menggunakannya untuk menciptakan hasrat, menggerakkan emosi, dan
meningkatkan ketagangan.
Teknik perfilman hasil pemiiran Griffith kemudian
dikembangkan lagi oleh dua orang bangsa rusia yaiut Vsevold
Poduvskon dan Sergei Eisenstein. Sebuah sequance dari film karya
eisenstein yang berjudul “Kapar Tempur Potemkin” yang berlangsung
selama enam menit. Film tersebut diakui sebagai sequence yang paling
berpengaruh dalam sejarah film. Sequence tersebut menggambarkan
penduduk Odessa simpatisan pemberontakan kapal Potemkin yang
dibunuh secara kejam oleh pasukan kerajaan.61
Film tersebut adalah film bisu, tetapi cukup mempesona dan
berpengaruh dalam jiwa penonton. Pada tahun 1927 di Broadway
Amerika Serikat muncullah film bicara yang pertama walaupun dalam
keadaan yang belum sesempurna sekarang. Sejak saat itu terus
dilakukan pengembangan teknologi dan usaha untuk menyemurnakan
60
Stanley J. Baran, Pengantar Komunikasi Massa, h 216. 61
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 203.
33
film bicara. Kemudian film bicara mencapai kesempurnaan pada tahun
1935.62
Setelah itu, pengembangan film selanjutnya fokus pada film
berwarna. Pengembangan film berwarna juga berhasil pada saat itu,
namun sesudah perang Dunia II muncul TV yang kemudian menjadi
ancaman besar bagi film. Sejak rumah-rumah sudah memasang pesawat
TV, pengunjung bioskop baik di Amerika maupun negara lain
mengalami kemerosotan.
Pada tahun 1952-1953 para pegiat film banyak menemukan
teknologi film yang baru. Diantaranya, “Cinerama” yaitu sebuah layar
yang besarnya enam kali lebih besar dari pada layar film biasa.
Cinerama ditemukan oleh Fred Waller ini tidak dapat digunakan secara
umum karena karena mahalnya biaya dan kesukaran tekniknya dalam
pemutaran film-film di biskop.
Temuan selanjutnya adalah “3 Dimensi” (1953) yaitu suatu
sistem yang benar-benar menimbulkan kesan mendalam karena yang
dilihat penonton tidak lagi rata melainkan menonjol ke luar seolah-olah
yang disaksikan penonton adalah nyata. Kesukaran teknik pada “3
Dimensi” juga menjadi alasan sistem ini tidak bisa disajikan kepada
publik.
Pada tahun yang sama, diperkenalkan pula “Cinemascope”
layarnya yang besar namun dapat disajikan kepada publik. Publik yang
sebelumnya terpesona dengan TV pun kembali berbondong-bondong
62
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h.203.
34
untuk menyakiskan film di bioskop. Cinematoscope diperkenalkan oleh
perusahaan film 20th Century Fox. Selain itu, perusahaan film
Paramount juga memperkenalkan “Vista Vision” yaitu layar film yang
dapat menampilkan gambar-gambar yang tajam.
4. Unsur-unsur Pembentukan Film
Menurut Himawan (2008: 2), film terbagi atas dua unsur yaitu
unsur naratif dan unsur sinemantik. Unsur naratif adalah bahan (materi)
yang akan diolah, berhubungan dengan aspek cerita atau tema film.
Unsur naratif terdiri dari tokoh, masalah, lokasi, dan waktu. sedangkan
unsur sinematik merupakan aspek-aspek pembuatan film. Elemen-
elemen unsur sinematik antara lain:
a. Mise-en-scene, yaitu segala hal yang berada di depan kamera yang
akan diambil gambarnya dalam sebuah produki film. Mise-en-
scene terdiri atas empat aspek utama dalam sebuah produksi film.
Aspek-aspek tersebut adalah: setting (latar), kostum dan make up
(tata rias), lighting (pencahayaan), dan acting (pelakonan).63
b. Editing, yaitu transisi sebuah gambar ke gambar lainnya. Tahap
editng dimulai dengan pemilihan shot-shot yang telah diambil,
kemudian diolah dan dirangkai sehingga mennjadi suatu film yang
utuh.64
c. Sounds (Suara), yakni segala hal dalam film yang mampu kita
tangkap melalui indera pendengaran. Sounds merupakan aspek
sistematis yang tidak kalah pentingnya dengan aspek yang lain.
63
Marselli Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film (Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2005), 49. 64
Himawan Pratista, Memahami Film (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 123.
35
Melalui sound, adegan yang terekam dalam kamera akan terasa
lebih hidup dan nyata. Sound memiliki beberapa aspek yaitu
dialog, musik, dan efek suara.65
d. Sinematografi, yaitu perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta
hubungan kamera dengan objek yang diambil. Dalam sebuah
produksi film ketika seluruh aspek mise-en-scene telah tersedia dan
sebuah adegan telah siap diambil gambarnya, pada saat ini lah
unsur sinematografi mulai berperan. Secara umum sinematogafi
dibagi menjadi tiga aspek, yakni kamera dan film framing, serta
durasi gambar.
Kamera dan film mencakup teknik-teknik yang dapat dilakukan
melalui kamera dan stok filmnya, seperti warna, penggunaan lensa,
kecepatan gerak gambar, dan sebagainya. Framing adalah hubungan
kamera dengan objek yang akan diambil, seperti batasan wilayah
gambar atau frame, jarak, ketinggian, pergerakan kamera dan
seterusnya. Sementara durasi gambar mencakup lamanya sebuah objek
diambil gambarnya oleh kamera.
Berikut ini adalah salah satu aspek framing yang terdapat dalam
sinematografi, yakni jarak terhadap objek (type of shot). Menurut
Thompson & Bowen (2009) terdapat sembilan teknik shot kamera,
dimana setiap teknik memiliki fungsi dan makna yang berbeda, yaitu:66
65
Marselli Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film, h. 272. 66
Ari Novitasari, Grammar of Film , Artikel diakses tanggal 29 April 2016 dari:
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-Artikel%20Jurnal%20-
%20Ari%20Novitasari%20070810657%20(AB).doc
36
a) Long shoot/Wide Shot (LS/WS): Dengan teknik ini bisa diketahui
siapa, dimana dan kapan berkaitan dengan subjek. Selain itu, juga
bisa diketahui gendernya, kostum, gerakan subjek, dan ekspresi
wajah.
b) Medium shots (MS): Dengan teknik ini bisa diketahui siapa, dimana
dan kapan berkaitan dengan subjek. Selain itu, juga bisa diketahui
gendernya, kostum, gerakan subjek, dan ekspresi wajah.
c) Close-up (CU): Disebut juga intimate shot. Untuk menghasilkan
gambaran orang, objek, atau tindakan yang terlihat besar, sehingga
bisa mendapatkan informasi yang detail tentang objek, serta bisa
menunjukkan ekspresi seseorang.
d) Extreme Long Shot (XLS): Digunakan untuk menunjukkan
lingkungan urban, suburban, rural, pegunungan, gurun, laut, dan
lain-lain. Juga digunakan untuk menunjukkan siang, malam,musim
dingin, musim panas, dll.
e) Very Long Shot (VSL): Memperlihatkan lebih jelas lagi tentang
siapa dan dimana subjek berada.
f) Medium Close Up (MCU: Memberi informasi tentang cara bicara,
cara mendengarkan atau tindakan dari karakter Ekspresi wajah,
arah pandang, emosi, warna rambut, make-up tampak jelas.
g) Big Close Up (BCU): Lebih untuk memperlihatkan bagian wajah,
terutama hidung, mata dan mulut. Untuk memperlihatkan siapa
subjek itu, dan bagaimana ekspresinya (marah, sedih, terharu, dll).
37
h) Extreme Close Up (ECU): Gambar ini biasanya digunakan untuk
film dokumenter, berkaitan dengan medis atau ilmu alam, bisa juga
digunakan untuk film naratif fiksi, atau film art.
Film umumnya dibangun dengan tanda. Tanda-tanda itu
termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik dalam
upaya mencapai efek yang diharapkan. Sistem semiotika yang lebih
penting lagi dalam film adalah digunakannya tanda-tanda ikonis, yakni
tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu.67
Dalam setiap gambar yang
telah diambil oleh sutradara baik itu dari segi sudut pandang
pengambilan, pencahayaan, tipe lensa, ataupun yang lainnya semuanya
mempunyai arti tersendiri.68
5. Klasifikasi Film
Klasifikasi film dapat dibagimenjadi beberapa klasifikasi, yaitu
menurut jenis film, menurut genre film, dan menurut umur
penontonnya.
a. Klasifikasi Film Menurut Jenis Film
Klasifikasi film menurut jenisnya dibagi menjadi beberapa
jenis yaitu terdiri dari film cerita, film berita, film dokumenter, dan
film kartun. Berikut penjelasan dari jenis-jenis film tersebut:
1) Film Cerita (Story Film), yaitu jenis film yang menceritakan
kepada publik sebuah cerita. Sebagai cerita harus mengandung
unsur-unsur yang dapat menyentuh rasa manusia.69
Film cerita
67
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 128 68
Sri Wahyuningsih, Kearifan Budaya Lokal Madura sebagai Media Persuasif, Sosio
Didaktika: Vol. 1, No. 2 Desember 2014, h. 177 69
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 210.
38
merupakan film yang biasa dipertunjukkan di bioskop-bioskop.
Pada jenis film ini, Marcel Danesi menyebutnya sebagai film
fitur, yaitu karya fiksi yang strukturnya selalu berupa narasi
dan dalam proses pembuatannya melalui tiga tahap, tahap pra
produksi, tahap produksi, dan tahap post-produksi atau yang
biasa disebut editing.
2) Film berita (Newsreel), yaitu film mengenai fakta, peristiwa
yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film
yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai bertia
(news value).70
3) Film Dokumenter (Documentary Film). Film dokumenter yaitu
film nonfiksi yang menggambrkan situasi kehidupan nyata
dengan setiap individu menggambarkan perasaannya dan
pengalamannya dalam situai yang apa adanya, tanpa persiapan,
langsung pada kamera atau pewawancara.71
4) Film Kartun atau Film Animasi. Animasi adalah teknik
pemakaian film untuk menciptakan ilusi gerakan dan
serangkaian gambaran benda dua atau tiga dimensi. Penciptaan
tradisional dari animasi gambar-bergerak selalu diawali hampir
bersamaan dengan penyusunan storyboard, yaitu serangkaian
sketsa yang menggambarkan bagian penting dari cerita.72
70
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h.212. 71
Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media (Yogyakarta: Jalasutra,
2010), h. 133. 72
Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, h. 133.
39
b. Klasifikasi Film Menurut Tema Film (Genre)
Klasifikasi bedasarkan genre yaitu klasifikasi dari sekelompok
film yang emiliki karakter atau pola sama (khas)73
, berikut beberapa
klasifikasi film menurut genre-nya:
1) Drama, tema drama lebih menekankan sisi human interest yang
bertujuan untuk mengajak penonton ikut merasakan kejadian yang
dialami tokohnya, sehingga penonton merasa seakan-akan berada
di dalam film tersebut. Tidak jarang penonton merasakan sedih,
senang, kecewa, bahkan ikut marah.
2) Action, tema action menyajikan adegan-adegan perkelahian,
pertempuran dengan senjata antara tokoh protagonis dan tokoh
antagonis. Hal ini ditujukan agar penonton merasakan ketegangan,
takut, was-was seperti yang terjadi di dalam film.
3) Komedi, genre komedi menyajikan adegan-adegan lucu yang
bertujuan untuk membuat penonton tersenyum atau tertawa.
4) Tragedi, film tragedi umumnya bercerita tentang kondisi atau nasib
yang dialami oleh tkoh utama pada film tersebut. Nasib yang
dialami biasanya membuat enonton merasa kasihan atau prihatin.
5) Horor, genre horor menampilkan adegan-adegan yang
menyeramkan sehingga membuat penontonnya merinding karena
perasaan takutnya. Biasanya film horor berkaitan dengan dunia
gaib/magis, yang dibuat dengan special effect, animasi, atau
langsung dari tokoh-tokoh dalam film tersebut.
73
Himawan Pratista, Memahami Film, h. 4.
40
c. Klasifikasi Film Menurut Usia Penonton Film
Adapun klasifikasi film menurut umur penotonnya, sebagai
berikut74
:
a. “G” (General) :film untuk semua umur
b. “PG” (Parental Guidance) :film yang dianjurkan didampingi
orang tua
c. “PG-13” :film di bawah 13 tahun dan
didampingi orang tua
d. “R” (Restriced) :film dibawah 17 tahun, didampingi
orang dewasa
e. “X” :film untuk 17 tahun ke atas.
74
Yoyon Mudjiono, Kajian Semiotika dalam Film, Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 1,
No. 1, April 2011, h, 136.
41
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Sekilas Tentang Film Bajrangi Bhaijaan
Film Bajrangi Bhaijaan merupakan film kedua hasil kerja sama
antara Salman Khan dan Kabir Khan. Film dengan genre drama-komedi ini
bercerita mengenai konflik India-Pakistan dan kehidupan beragama di
kedua negara tersebut. Ide cerita yang diangkat dalam film ini termasuk ide
cerita yang berat. Namun Kabir Khan berusaha membuat cerita dalam film
Bajrangi Bhaijaan menjadi cerita yang ringan dan mudah dicerna oleh
penonton.
Film yang disutradarai Kabir Khan menjadi film terlaris di tahun
2015 dengan raihan angka Rs 250 crore atau senilai Rp 525,7 miliar dalam
dua minggu. Angka tersebut bahkan mengalahkan film laris Amir Khan, Pk,
dalam penanyangan dua minggu pertama.1
Keuntungan yang diraih oleh film Bajrangi Bhaijaan ternyata
menyumbangkan sebagian keuntungannya untuk petani miskin India.
Dikutip dari Liputan6.com, melalui pernyataan salah satu anggota partai
BJP, Shaina NC, mengatakan bahwa pembuat film Bajrangi Bhaijaan
menawarkan untuk menyumbangkan keuntungan film kepada petani di
India.2
1 Liputan 6.com, “Mampukah Film Ajay Devgn Mengimbangi Bajrangi Bhaijaan”, artikel
ini diakses pada 23 Maret 216 dari http://showbiz.liputan6.com/read/2281077/mampukah-film-
drishyam-ajay-devgn-mengimbangi-bajrangi-bhaijaan . 2 Liputan 6.com, “Salman Khan Akan Donasikan Keuntungan Film untuk Petani”, artikel
ini diakses pada 23 Maret 2016 dari http://showbiz.liputan6.com/read/2277985/salman-khan-
akan-donasikan-keuntungan-filmnya-untuk-petani
42
Karakter Chand Nawab yang diperankan oleh Nawazuddin Siddiqui
merupakan karakter nyata yang terinspirasi dari seorang jurnalis dan
pembawa berita Pakistan, Chand Nawab. Sedangkan adegan ketika Chand
Nawab sedang meliput keadaan di sekitar stasiun kereta api dan banyak
orang yang berlalu lalang di depan kamera juga kejadian nyata yang
dilakukan Chand Nawab dan videonya pernah menjadi viral di youtube pada
tahun 2008.
Pada saat syuting klimaks film Bajrangi Bhaijaan, para kru film harus
berjalan selama satu jam untuk sampai di lokasi melewati salju setiap pagi.
Pada akhir film, dikerahkan sekitar 7000 orang yang diangkut dengan bus
kemudian berjalan kaki menuju lokasi yang berada di ketinggian 10.000
kaki di bawah permukaan laut.
Dikutip dari laman twitter Kabir Khan (@kabirkhankk), beberapa
penghargaan yang telah diterima oleh film Bajrangi Bhaijaan antara lain:
1. TOIFA Dubai Awards 2016 sebagai The Best Film
2. IBNLive Movie Awards 2016 kategori Best Director dan Supporting
Actor 2015
3. Indian Television Academy Awards 2015 kategori Popular Director
dan Best Child Artist
4. Zee Cine Awards 2016 kategori The Best Film dan The Best Actor
5. Starscreen Awards 2016 Kategori The Best Film, The Best Director,
The Best Supporting Actor, The best Child Actor
6. Guild Awards 2015 Kategori The Best Film 2015
43
7. Sansui Colors Stardust Awards 2015 kategori The Best Film, The Best
Director, The Best Supporting Actor, dan The best Child Actor
8. Selain itu, film Bajrangi Bhaijaan juga menjadi film pembuka dalam
International Film Festival pertama untuk penyandang disabilitas di
India.
B. Sinopsis Film Bajrangi Bhaijaan
Setelah terpisah dengan ibunya saat akan kembali ke Pakistan,
Shahida/Muni (Harshaali Malhotra) bertemu dengan Pawan
Chaturvedi/Bajrangi (Salman Khan) seorang pria penganut Dewa
Bajrangbali (Dewa Hanuman) yang baik hati. Tak tega melihat gadis kecil
yang bisu dan sendirian, Pawan berusaha untuk menolong gadis kecil
tersebut. akhirnya Pawan membawa serta Shahida kembali ke rumahnya.
Karena tidak mengetahui namanya, Pawan pun memanggil gadis tersebut
dengan nama Muni.
Ketika diketahui ternyata Muni Berasal dari Pakistan, calon mertua
Pawan tidak menghendaki Muni tinggal di rumah mereka. Pawan tidak
mempunyai pilihan lain selain mengantarkan Muni kembali ke
kekeluarganya di Pakistan. Pawan nekat mengantarkan Muni melewati jalur
ilegal dengan menyeberangi perbatasan Pakistan dan India tanpa membawa
passport dan visa. Hal itu ia terpaksa lakukan karena sebelumnya terjadi
demo di keduataan Pakistan di India yang membuat kedutaan Pakistan
ditutup untuk sementara waktu.
44
Sebagai penganut Bajrangbali, Pawan tidak mau melakukan
kebohongan di dalam hidupnya. Sifat jujur pawan ternyata malah
membuatnya berhadapan dengan polisi Pakistan dan dituduh sebagai mata-
mata. Seorang wartawan lokal, Chand Nawab yang juga mengira bahwa
pawan adalah mata-mata malah balik membantu Pawan mencari orang tua
muni setelah tau pawan bukanlah mata-mata India.
Ditengah perjuangan mereka mencari orang tua muni, mereka
dipertemukan dengan seorang ustadz, Maulana Sahab. Kepada Maulana
Sahab, pawan menceritakan maksud kedatangannya ke Pakistan. Maulana
Shahab pun kemudian membantu Pawan untuk mengelabui para polisi yang
sedang mencarinya. Ketika bertemu dengan Maulana Sahab, Pawan pun
mendapat banyak pelajaran mengenai agama Islam. Tentang bagaimana
Islam memperlakukan dan menghormati orang agama lain tanpa membeda-
bedakan, tidak seperti yang ia bayangkan selama ini.
Perjuangan Pawan, Muni, dan Chand Nawab untuk mencari kedua
orang tua Muni masih terus berlanjut. Sampai pada akhirnya Pawan berniat
untuk menyerahkan diri ke polisi, dengan begitu polisi akan mencari kedua
orang tua muni. Namun Chand Nawab melarang pawan untuk melakukan
hal tersebut. Karena yang mungkin terjadi adalah Pawan akan dipenjara
tanpa seorang pun yang tahu keberadaannya dan Muni tidak akan
menemukan orang tuanya.
Ketika melihat berita di TV, Chand Nawab mendapatkan ide untuk
menyiarkan kisah muni di televisi. Chand Nawab kemudian menghubungi
45
beberapa stasiun televisi yang ia kenal, namun sayang semua stasiun TV
yang ia hubungi menolak untuk menyiarkan berita tersebut. Mereka
mengatakan bahwa berita tersebut murahan dan tidak menarik.
Chand Nawab tidak kehilangan akal, berbekal kamera yang ia punya
Chand Nawab membuat sebuah video yang kemudian ia unggah ke youtube.
Dalam video tersebut Chand Nawab menjelaskan bahwa Pawan bukanlah
mata-mata India, kedatangannya ke Pakistan hanya mengantarkan Muni
kembali ke keluarganya. Dengan mengunggah video tersebut ke youtube
Chand Nawab berharap agar orang-orang yang melihat video tersebut dapat
membantu menemukan kedua orang tua muni.
Berkat video itulah mereka menemukan tempat tinggal muni.
Namun ketika mereka menuju tempat tinggal muni, terjadi pemeriksaan bus
yang dilakukan polisi untuk mencari Pawan. Chand Nawab dan Muni
berhasil melarikan diri dan bertemu dengan orang tua Muni. Sedangkan
pawan yang mengalihkan perhatian para polisi ditahan di penjara Pakistan.
Setelah ditahan polisi, Pawan disiksa agar mengaku bahwa dirinya
adalah mata-mata India. Namun setelah diselidiki oleh polisi Pakistan,
ternyata Pawan bukanlah mata-mata. Para polisi yang sudah mengetahui
bahwa pawan bukanlah mata-mata India kemudian membebaskan Pawan
karena tidak ingin melukai kesucian negaranya.
46
C. Profil Sutradara Film Bajrangi Bhaijaan
Gambar 2.1. : Kabir Khan
Kabir Khan adalah seorang sutradara, penulis latar, senimatografer,
dan saat ini menjadi filmmaker Bollywood tersukses di India. Dia
merupakan lulusan University Kirori Mal College, Delhi. Setelah lulus dari
sekolah film, ia menjadi asisten jurnalis sekaligus filmmaker, Saeed Naqvi
dan berkeliling lebih dari 60 negara.3 Kabir Khan memulai karirnya dengan
membuat film-film dokumenter dan dikenal karena kemampuan
sinematografinya yang hebat. Debut filmnya sebagai sinematografer yaitu
“Beyond the Himalayas”. Sedangkan film “The Forgotten Army” (1999)
adalah debut pertamanya sebagai sutradara. Pada tahun 2001, Kabir Khan
kembali membuat film yang hebat lainnya seperti seperti “ Taliban Years
and Beyond” dan The Titanic Sinks in Kabul”. Pada tahun 2006, Kabir
Khan membuat film "Kabul Express" dan film “New York” pada tahun
2009.4
Film Bajrangi Bhaijaan merupakan kerja sama yang dilakukan Kabir
Khan dengan Salman Khan untuk kali kedua. Sebelumnya mereka bekerja
sama di film Ek Tha Tiger yang rilis pada tahun tahun 2012. Prestasi film
3“Bollywood Legends: India trough the Lens of Director Kabir Khan” dari:
www.greavesindia.com/blog/posts/2015/october/bollywood-legends-india-trough-the-lens-of-
director-kabir-khan artikel diakses pada tanggal 5 Mei 2016 pukul: 15.00 WIB 4 Imdb, “Kabir Khan”, dari: http://www.imdb.com/name/nm1203138/bio?ref_=nm_ql_1
artikel diakses pada tanggal 29 April 2016
47
Bajrangi Bhaijaan yang ia garap ternyata diluar perkiraan. Karena
sebelumnya naskah Bajrangi Bhaijaan ditolak oleh beberapa sutradara dan
aktor. Namun dengan tangan dinginnya Bajarangi Bhaijaan bisa meraih
sukses yang luar biasa. Penghargaan yang telah diterima oleh Kabir Khan
antara lain:
1. IBNLive Movie Awards 2016 kategori Best Director
2. Indian Television Academy Awards 2015 kategori Popular Director
3. Starscreen Awards 2016 Kategori The Best Director
4. Sansui Colors Stardust Awards 2015 kategori The Best Film Director
5. Zee Cine Awards 2013 Special Award (Power Club - Box Office
Award) untuk film Ek Tha Tiger (2013)
6. Asian First Film Festival 2007 Kategori Best Director (Kabul Express)
(2006)
7. Film South Asia 1999 kategori Jury Award (The Forgotten Army)
(1999)
D. Tim Produksi Film Bajrangi Bhaijaan
Sutradara : Kabir Khan
Screenplay : Kabir Khan, Parveez Shaikh,
V. Vijayendra Prasad
Dialog : Kabir Khan
Cast : Salman Khan
Kareena Kapoor Khan
Harshaali Malhotra
48
Nawazuddin Siddiqui
Om Puri
Executive Producer : Rajaan Kapoor
Co-Producer : Amar Butala
Director of Photography : Asees Mishra
Associate Producers : Garima Mehta, Rajeesh Bhat
Produced by : Salma Khan, Salman Khan, dan
Rockline Venkatesh
Productions Designers : Rajnaish Hedoo, Sumit Basu, dan
Snigdha Basu
Casting Director : Mukesh Chabra
Sound Designers : Julius Packiam
Action Director : Sham Kaushal
Editor : Rameshwar S. Bhagat
Musik : Pritam
E. Profil Pemain Film Bajrangi Bhaijaan
1. Salman Khan
Gambar 2.2. : Salman Khan
49
Salman Khan bernama asli Abdul Rashid Salim Salman Khan,
dia dilahirkan di Indore, Madhya Pradesh, India pada tanggal 27
Desember 1965. Salman Khan merupakan putra dari penulis terkenal,
Salim Khan. Salman Khan mulai berkenalan dengan dunia akting lewat
perannya di film Biwi Ho To Aisi yang dirilis pada tahun 1988.5 Peran
kecil dalam film ini berlanjut dengan dipercayanya dia untuk menjadi
pemeran utama film Maine Pyar Kiya satu tahun berikutnya.
Maine Pyar Kiya ini ternyata cukup sukse di pasaran dan
membuat popularitas Salman Khan makin bersinar. Setelah peran
tersebut, Salman Khan mulai banyak tawaran untuk menjadi pemeran
utama di film-film yang ia bintangi. Dalam film, Salman tak pernah
terpaku pada satu karakter saja. Ia bisa menjadi tokoh yang sensitif,
lucu, bahkan agresif. Kepiawaian Salman berakting pun sering
mendapat pujian dari para kritikus film.6 Sejak memulai debut
pertamanya pada tahun 1988, Salman khan terhitung sudah berperan
lebih dari 90 film. Beberapa penghargaan yang pernah diraih Salman
Khan antara lain:7
a. Zee Cine Awards 2016 kategori The Best Actor
b. Star Box Office India Awards 2014 kategori Mr. Money Bags (
Male lead who clocked the maximum cumulative collections during
the year).
5 Kapan lagi, “Salman Khan”, artikel ini diakses pada tanggal 29 Maret 2016
dari http://www.kapanlagi.com/bollywood/s/salman_khan/
6 IMDb, “Salman Khan”, artikel ini diakses pada tanggal 29 Maret 2016.
http://www.imdb.com/name/nm0006795/awards?ref_=nm_ql_2
7 “Salman Khan Awards” Artikel diakses pada tanggal 28 Maret 2016 dari:
http://www.imdb.com/name/nm0006795/awards?ref_=nm_ql_2
50
c. Zee Cine Awards 2013 Kategori Best Actor (Dabangg 2), Best Use
of Social Media (Ek Tha Tiger, Dabangg 2)
d. The Ghanta Awards 2013 Kategori Worst Actor (Ek Tha Tiger,
Dabangg 2)
e. The Ghanta Awards 2012 Kategori Worst Actor (Bodyguard,
Ready)
f. People Choice Awards India 2012 kategori Favorite Movie Actor
(Ek Tha Tiger), Favorite Action Movie Star (Ek Tha Tiger).
g. Stardust Awards India 2012 kategori Star of the Year- Male
(Ready, Bodyguard)
h. Screen Weakly Awards 2011 kategori Best Actor (Dabangg)
i. Awards of the International Indian Film Academy 2010 kategori
Habitat Humanity Ambassadorship Award
j. Filmfare Awards 1999 kategori Best Supporting Actor (Kuch Kuch
Hota Hai).
2. Kareena Kapoor Khan
Gambar 2.3. : Kareena Kapoor
Kareena Kapoor lahir pada tanggal 21 September, 1980.
Kareena mulai mengasah bakat aktingnya di sekolah akting di Mumbai
51
dibawah pengawasan Kishore Namit Kapoor, yang merupakan bagian
dari Institut Film dan Televisi India (FTII). Kareena Kapoor merupakan
anak terakhir dari pasangan artis Randhir Kapoor dan Babita. Kakak
perempuannya adalah artis Karisma Kapoor yang juga salah satu artis
terkenal di India. Suaminya adalah aktor berbakat, Saif Ali Khan.8
Debut film pertamanya yaitu pada tahun 2000, Refugee yang
dibintang dengan anak amitabh Bachchan, Abhishek. Aktingnya dalam
film Refugee mendapatkan pujian dari para pengkritik film. Kareena
Kapoor sudah berperan lebih dari 56 film sejak debut pertamanya dan
mendapatkan lebih dari 12 penghargaan dari 28 nominasi selama ia
berkarir. Penghargaan yang pernah diraih Kareena Kapoor antara lain:9
a. Filmfare Awards 2011 Kategori Best Supporting Actress (We Are
family)
b. Awards of The Film India Academy 2010 kategori Best Actress in
Leading Role (3 Idiots)
c. Screen Weakly Awards 2008 Kategori Best Actress (Jab We Met)
d. Apsara Film Producers Guild Awards 2008 Kategori Best Actress
(Jab We Met)
e. Filmfare Awards 2008 Kategori Best Actress (Jab We Met), Best
Actress Critics (Omkara)
f. HT Cafe Film Awards 2007 Kategori Best Actress (Jab We Met)
8“Kareena Kapoor” artikel diakses pada tanggal 22 April 2016 pukul 16.52 WIB
http://www.filmyfolks.com/celebrity/bollywood/kareena-kapoor.shtml 9 “Kareena Kapoor Awards” artikel diakses pada tanggal 29 Maret 2016
http://www.imdb.com/name/nm0004626/awards?ref_=nm_ql_2
52
g. Filmfare Awards 2005 Kategori Best Actress Critics (Dev)
h. Filmfare Awards 2004 for her performance (Chameli)
i. Awards of The Film India Academy 2004 kategori Samsung Diva
j. Zee Cine Awards 2002 as Queen of Hearts Awards
k. Awards of The Film India Academy 2001 kategori Best Female
Debut (Refugee)
l. Filmfare Awards 2001 Kategori Best Newcomer Female (Refugee)
3. Harshaali Malhotra
Gambar 2.4 : Harshaali Malhotra
Harshaali Malhotra lahir pada tanggal 6 Maret 2008 di Mumbai,
Maharashtra, India. Film Bajrangi Bhaijaan merupakan film pertama
Harshali sejak ia memulai karirnya pada tahun 2014. Debut film
pertamanya ini ternyata membawa Harshaali mendapatkan penghargaan
sebagai Artis Cilik Terbaik dalam ajang Stardust Awards 2015, Indian
Television Academy Awards, dan Starscreen Awards 2016.
Harshaali Malhotra harus bersaing dengan lebih dari 5000 anak
yang mengikuti audisi pemeran tokoh Shahida. Sebelumnya Harshaali
berperan di serial TV Qubool Hai (Zee TV) dan Laut Aoo Trisha ( Life
OK TV).
53
4. Nawazuddin Siddiqui
Gambar 2.5 : Nawazuddin Siddiqui
Nawazuddin Siddiqui lahir pada 19 Mei 1974 di Budhana, Uttar
Pradesh, India. Sebelum menjadi aktor, Nawazuddin Siddiqui pernah
menjadi satpam di salah satu perusahaan di Delhi. Pada tahun 1996,
Nawazuddin lulus dari Sekolah Drama Nasional, New Delhi. Kemudian
ia bergabung dengan Grup Teater Sakshi dan ia pun pernah bekerja
dengan beberapa aktor seperti, Manoj Bajpai dan Saurabh Shukla.10
Nawazuddin Siddiqui memulai debut pertamanya pada tahun
1999 dengan peran kecil di film “Sarfarosh”. Dia membuat film pendek
“The Bypass” pada tahun 2003, saat itu dia muncul bersama aktor
Irrfan Khan. Kemunculannya di “Black Friday”, 2004 menjadi jalan
pembuka untuk peran yang lebih besar di film-film setelahnya. Filmya
yang berjudul Patang yang rilis di Amerika Serikat dan Kanada telah
menyita banyak perhatian dari New York Times, Los Angeles Times, dan
Roger Ebert.
10
“Nawazuddin Siddiqui” artikel diakses pada tanggal 22 April 2016 pukul 16.55
WIB dari: http://www.filmyfolks.com/celebrity/bollywood/nawazuddin-siddiqui.php
54
Sejak debutnya pada tahun 1999 Nawazuddin Siddiqui telah
memerankan sekitar 49 karakter film. Penghargaan yang pernah diraih
Nawazuddin Siddiqui antara lain:11
a. Starscreen Awards 2016 Kategori The Best Supporting Actor.
b. IBNLive Movie Awards 2016 kategori The Best Supporting Actor
2015
c. Sansui Colors Stardust Awards 2015 kategori The Best Supporting
Actor
d. Apsara Film Producers guild Awards 2014 as Best Actor in
Suporting Role (Dabba)
e. Filmfare Awards 2014 as Best Supporting Actor (Dabba)
f. Asia-Pasific Flm Festival 2013 as Best Supporting Actor (Dabba)
g. Asian Film Awards 2013 as Best Supporting Actor (Talaash)
h. National Film Awards India 2013 as special jury Award (Kahaani,
Gangs of Wasseypur, Dekh Indian Sircus, Talaash)
i. Stardust Awards 2013 as Best Supporting Actor (Kahaani)
j. Zee Cine Awards 2013 as Best Supporting Role (Talaash)
k. GQ Awards India 2012 as Breaktrough Personality of The Year
11
“Nawazuddin Sidduiqui Awards” artikel diakses pada tanggal 29 Maret 2016 dari:
http://www.imdb.com/name/nm1596350/awards?ref_=nm_ql_2
55
5. Om Puri
Gambar 2.6 : Om Puri
Om Puri lahir di Ambala, India pada tanggal 18 Oktober 1948.
Istrinya bernama Nandita dan mereka mempunyai satu orang anak laki-
laki, Nandita Puri adalah seorang kolumnis. Om Puri belajar di Sekolah
Drama Nasional di New Delhi dan Institut Film di Pune.
Om Puri merupakan salah satu aktor yang paling dihormati dan
mempunyai banyak karya. Ia sudah banyak bekerja di film-film India.
Pada tahun 1976 dia membuat debutnya di film Ghashiram Kotwal.
Dia sudah bermain lebih dari 140 film selama karirnya. Film-film
tersebut termasuk film yang diproduksi di Inggris dan Amerika
Serikat.12
Pada pertengahan tahun 1980 membuat dua kesuksesan film
Punjabi, yakni “Chan Pardesi” dan “Long Da Lishkara”. Setelah 19
tahun, Om Puri kembali bermain film punjabi yang berjudul “Baghi”
12
Filmbeat, “ Om Puri” dari:http://www.filmibeat.com/celebs/om-puri/biography.html.
Artikel di akses pada tangal 1 Juni 2016 pukul 15.00 WIB.
56
pada tahun 2005. Ia juga membintangi film “Gurdas Mann's Yaariyan”
pada tahun 2008.
Om Puri mendapatkan banyak pujian dari penampilannya di
banyak peran di luar kebiasaannya, seperti film Aakrosh (1980),
manager Jimmy di “Disco Dancer” (1982), Inspektur Polisi di “Ardh
Satya” (1982), dan masih banyak lagi. Om Puri mulai dikenal secara
internasional sejak ia berperan di film “My Son the Fanatic” (1997) ),
“East is East” (1999), dan “The Parole Officer” (2001).13
Beberapa film Hollywood yang pernah diperankan Om Puri
diantaranya “City of Joy” (1992), Wolf (1994), “The Ghost and the
Darkness” (1996). Pada tahun 2007, ia berperan sebagai Jenderal Zia-
Ul-Haq di film “Charlie Wilson's War” yang dibintangi Tom Hanks dan
Julia Roberts.
13
Filmibeat, “ Om Puri” dari: http://www.filmibeat.com/celebs/om-puri/biography.html.
Artikel di akses pada tangal 1 Juni 2016 pukul 15.00 WIB
57
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Makna Denotasi, Konotasi, dan Mitos
Sejak awal perkembangnnya, film sudah menjadi media yang efektif
dalam menyampaikan pesan lewat cerita yang terkandung di dalamnya. Pesan
yang terkandung dalam film disampaikan melalui adegan-adegan yang
diperankan oleh para aktor. Namun hal itu juga didukung dengan unsur-unsur
lainnya, seperti penyuguhan gambar, ide cerita, skenario, audi-visual, dan
masih ada beberapa proses yang harus dilalui sampai akhirnya film dapat
dinikmati oleh para penonton.
Dalam film Bajrangi Bhaijaan terdapat beberapa adegan yang
mengandung makna toleransi agama. Adapun makna toleransi agama yang
disampaikan dalam film tersebut berupa Berikut adalah analisis peneliti
dalam film Bajrangi Bhaijaan. Dengan menggunakan analisis semiotik
Roland Barthes pada film Bajrangi Bhaijaan ditemukan bebarapa makna
denotasi, konotasi, dan mitos toleransi agama.
A. Scene 1
Visual Dialog Type of Shot
(Tidak ada dialog)
(Tidak ada dialog)
Medium Close Up:
Objek diambil dari
jarak dekat hanya
separuh badan.
Long Shot: Gambar
diambil dari jarak jauh,
sehingga objek dan
58
latar belakangnya
nampak jelas.
Pawan: Munni, dia itu
orang Islam. Apa kau
perhatikan cara dia
makan ayam tadi
malam? Di dalam sana
di menutup kepalanya
dengan selendang dan
berdoa.
Medium Close Up:
Objek diambil dari
jarak dekat hanya
separuh badan.
Rasika: Pawan, di
mana Munni sekarang? Medium Close Up:
Objek diambil dari
jarak dekat hanya
separuh badan.
Pawan: Apa kata
ayahmu nanti? Dia
menipu kita.
Medium Close Up:
Objek diambil dari
jarak dekat hanya
separuh badan
Rasika: Menipu? Dia
hanya anak umur enam
tahun, jauh dari orang
rumah. Jauh dari orang
tua. Anak malang itu
tidak bisa bicara.
Pawan: Bagaimana
dengan ayahmu? Dia
orang Islam
Rasika: Pawan jangan
bersikap bodoh. Kau tau
aku mencintaimu?
Karena hatimu yang
baik. Soal kasta dan
agama itu semuanya
omong kosong. Jangan
buang waktumu untuk
urusan sepele. Aku tak
bisa jelaskan ini pada
Medium Close Up:
Objek diambil dari
jarak dekat hanya
separuh badan.
Medium Close Up: Objek diambil dari
jarak dekat hanya
separuh badan.
Medium Close Up: objek diambil dari jarak
dekat hanya separuh
badan.
59
ayah, tapi setidaknya
aku bisa jelaskan
padamu. Ayo Muni
sendirian di dalam.
(tidak ada dialog)
Pawan: Munii!
(Tidak ada dialog)
(Tidak ada dialog)
Medium Long Shot:
gambar diambil
setengah badan dari
jarak jauh, namun objek
tetap terlihat jelas
beserta latar
belakangnya.
Long Shot: Gambar
diambil dari jarak jauh,
sehingga objek dan
latar belakangnya
nampak jelas.
Medium Close Up:
objek diambil dari jarak
dekat hanya separuh
badan.
Medium Long Shot:
Gambar diambil
setengah badan dari
jarak jauh, namun objek
tetap terlihat jelas
beserta latar
belakangnya.
1. Denotasi
Pada gambar pertama, Pawan mengintip dari balik lubang dinding
pembatas masjid. Gambar kedua, Muni sedang berdoa dengan
mengadahkan kedua tangannya dan menggunakan selendang sedagai
jilbabnya. Gambar ketiga, menampilkan Pawan dengan raut muka yang
60
ketakutan sedang berbicara kepada Rasika dengan masjid sebagai latar
belakangnya.
Gambar keempat, menampilkan Rasika yang sedang bertanya
kepada Pawan dengan wajah yang serius dengan latar belakang kuil Dewa
Bajrangbali. Gambar kelima, keenam, ketujuh dan kedelapan, masih
menampilkan Pawan dan Rasika terlibat percakapan yang serius dengan
masjid sebagai latar belakang Pawan dan kuil Dewa Bajrangbali sebagai
latar belakang Rasika. Gambar kesembilan, Pawan mencari Muni di area
masjid. Gambar selanjutnya, terlihat Muni yang sedang memeluk Pawan
dengan wajah tersenyum, dan gambar terakhir menampilkan Rasika berada
di samping Pawan yang sedang memeluk Muni.
Makna denotasi dari adegan ini adalah adanya toleransi dalam segi
kebebasan atau kemerdekaan dalam beragama hal ini dibuktikan
memperlihatkan masjid dan kuil yang berhadap-hadapan sebagai latarnya.
Kemudian sikap saling mengerti yang ditunjukkan dialog Rasika serta
adegan Pawan yang memeluk Muni pada adegan terakhir.
2. Konotasi
Adegan di atas menampilkan Pawan yang ketakutan setelah
mengetahui bahwa Muni adalah orang Islam dan merasa bahwa Muni telah
menipu dirinya. Pawan menyadari jika Muni beragama Islam saat melihat
cara Muni menggunakan selendang sebagai penutup kepala serta cara
berdoa Muni yang mengadahkan kedua tangannya di dalam masjid.
61
Rasika sangat marah saat mendengar perkataan Pawan bahwa Muni
telah menipu mereka. Menurut Rasika, Muni hanyalah gadis kecil yang
malang karena terpisah dari keluarganya di tempat yang sama sekali tidak
ia kenal. Rasika tidak melihat Muni sebagai orang lain yang berbeda
agama dengan dia, tetapi sebagai anak kecil yang tersesat dan
membutuhkan pertolongannya. Hal ini dibuktikan dengan dialog Rasika
yang mengatakan “Menipu? Dia hanya anak umur enam tahun, jauh dari
orang rumah. Jauh dari orang tua. Anak malang itu tidak bisa bicara”.
Pada gambar terakhir menampilkan Pawan yang memeluk Muni
sedangkan Rasika tersenyum di sampingnya. Hal ini menunjukkan bahwa
walau pada awalnya Pawan takut dan khawatir namun akhirnya Pawan
dapat mengerti dan bisa menerima latar belakang Muni. Saat memeluk
Muni, Pawan seolah mengatakan pada dirinya sendiri jika Muni tidak bisa
disalahkan dengan latar belakangnya yang beragama Islam, karena saat ini
Muni tetaplah anak kecil yang membutuhkan pertolongannya.
Sedangkan makna konotasi dari dua tempat ibadah dalam satu area
menunjukkan bahwa adanya kebebasan dalam memilih keyakinan bagi
setiap orang tanpa adanya paksaan maupun tekanan dari siapapun. Selain
itu, perbedaan agama dapat hidup berdampingan dan antar umat saling
menghormati dalam hak-hak beragama.
3. Mitos
Hidup dalam keberagaman membuat manusia mempunyai pilihan
masing-masing di dalam kehidupannya. Untuk itu setiap orang harus
62
memberikan kebebasan dan adanya saling pengertian agar dapat menerima
perbedaan tersebut. Dengan memberikan kebebasan beragama berarti
menjamin keamanan dan kedamaian hidup antar umat bergama. Perbedaan
seharusnya disyukuri dan dijadikan sarana untuk melatih diri untuk
menjadi lebih rendah hati. Berbeda latar belakang tidak menghalangi
seseorang untuk berbuat kebaikan termasuk tolong-menolong.
Sikap saling tolong-menolong tanpa mempersoalkan perbedaan
keyakinan merupakan salah satu ciri toleransi. Tolong-menolong sebagai
bagian dari inti toleransi, menjadi prinsip yang sangat kuat di dalam Islam.
Sikap tolong menolong didasarkan pada rasa kemanusiaan. Oleh sebab itu
ketika berat menolong seseorang karena sebuah perbedaan, maka
setidaknya kita bisa menolong orang tersebut sebagai sesama manusia
yang membutuhkan pertolongan. Jika perbedaan yang ada disikapi dengan
bijak maka akan membawa kedamaian dan kerukunan untuk semua pihak.
B. Scene 2
Visual Dialog Type of Shot
(Tidak ada dialog) Medium Close Up: Dari jarak yang dekat
objek diambil hanya
separuh badan.
Tentara: kau tidak
mempedulikan dirimu,
tapi setidaknya pikirkan
dia Pawan: Pak, aku
bisa saja pergi sebelum
anda kembali, tapi aku
pengikut Bajrangbali
Full Shot:
Pengambilan gambar
objek secara penuh dari
kepala hingga kaki.
63
Tentara 2: Ya paham,
kau itu orang yang jujur
dan kau sudah
bersumpah. Tapi kau
terus-terusan di sini.
Medium Long Shot:
Gambar diambil
setengah badan dari
jarak jauh, namun
objek tetap terlihat jelas
beserta latar
belakangnya.
Pawan: Aku sudah
berjanji padamu, aku
akan kembali ke India
saat sudah kutemukan
orang tua Munni. Tapi
Pak, kumohon beri aku
ijin.
Tentara: sudah
kubilang pergilah,
kenapa kau tak
mengerti?
Pawan: itu bukan izin
pak, itu tetap
menyelinap.
Medium Long Shot:
Gambar diambil
setengah badan dari
jarak jauh, namun
objek tetap terlihat jelas
beserta latar
belakangnya.
Medium Long Shot:
Gambar diambil
setengah badan dari
jarak jauh, namun
objek tetap terlihat jelas
beserta latar
belakangnya.
(tidak ada dialog)
Tentara: Baiklah
pergilah. Jika kau benar
pengikut Bajrangbali,
kau pasti akan kembali.
Medium Close Up: Dari jarak yang dekat
objek diambil hanya
separuh badan.
Long Shot: Gambar
diambil dari jarak jauh
sehingga objek dan
latar belakangnya
nampak jelas.
Pawan: Aku janji Pak. Long Shot: Gambar
diambil dari jarak jauh
sehingga objek dan
latar belakangnya
nampak jelas.
Pawan: Jai Sri Ram Long Shot: Gambar
diambil dari jarak jauh
sehingga objek dan
latar belakangnya
nampak jelas.
64
1. Denotasi
Gambar 1, di kanan dan kiri Pawan ada dua senjata tentara.
Gambar 2, Pawan berhadapan dengan para tentara Pakistan yang siap
untuk menembaknya dengan latar gurun pasir. Gambar ketiga,
menampilkan seorang tentara yang sedang berbicara kepada Pawan dengan
menodongkan senjata. Gambar keempat dan kelima Pawan sedang
berbicara dengan kepala tentara sedangkan tentara yang lainnya siap untuk
menembak Pawan. Gambar keenam, menampilkan Muni yang memegang
lengan Pawan. Gambar ketujuh, Pawan terlihat meninggalkan
segerombolan tentara dan gambar kedelapan, kepala tentara mengingatkan
Pawan untuk menepati janjinya, dan gambar terakhir, Pawan dan Muni
membungkuk mengucapkan terima kasih kepada tentara.
2. Konotasi
Sebagai penganut dewa Hanuman yang selalu mengutamakan
kejujuran, Pawan tidak mau menyelinap memasuki negara lain sehingga
bersikukuh untuk meminta izin kepada tentara Pakistan yang menjaga
perbatasan. Walaupun tidak mudah, Pawan terus meyakinkan para tentara
Pakistan tersebut agar diberikn kesempatan untuk mengantarkan Muni
kembali ke keluarganya. Pawan berjanji untuk segera kembali ke India
setelah menemukan keluarga Muni. Melihat kesungguhan dan niat baik
Pawan untuk menyatukan Muni dengan keluarganya, akhirnya kepala
tentara itu pun mengizinkan Pawan untuk ke Pakistan dengan syarat ia
harus menepati janjinya.
65
Dari adegan di atas menunjukkan bahwa toleransi yang diberikan
oleh kepala tentara Pakistan kepada Pawan karena niat baik Pawan untuk
mencari kedua orang tua Muni. Niat baik Pawan tentunya membawa pada
kemaslahatan, yaitu Muni bisa berkumpul lagi dengan keluarganya karena
alasan itulah kepala tentara mengizinkan Pawan untuk memasuki negara
Pakistan. Kepala tentara menyadari bahwa Pawan telah melakukan
tindakan ilegal yaitu memasuki perbatasan tanpa mempunyai surat-surat
resmi. Namun, hal itu dilakukan Pawan karena keadaan Pawan yang tidak
mempunyai pilihan selain menyelamatkan Muni kembali ke keluarganya.
3. Mitos
Toleransi beragama bukan hanya sekedar hidup berdampingan
yang pasif saja akan tetapi lebih dari itu yaitu berbuat baik dan berlaku adil
antara satu sama lain. Bagi umat Islam maupun agama lainnya seharusnya
perbedaan agama atau latar belakang lainnya tidak menghalangi untuk
berbuat baik dan berlaku adil terhadap sesama manusia tanpa diskriminasi
agama dan kepercayaan.1 Dalam agama islam diperbolehkan untuk berbuat
baik dengan non-muslim selama non-muslim tersebut juga berbuat baik
terhadap orang-orang Islam. Hal ini dijelaskan dalam surat Al-
Mumtahanah ayat 8 :
1 Said Agil Husain Al Munawar, Fiqih Hubungan Antar Agama ( Tangerang: Ciputat Press, 2005),
h. 16.
66
Artinya: “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan
Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena
agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil.” (Q.S. Al-
Mumtahanah ayat 8).
Sebuah kebaikan harus disambut dengan baik karena kebaikan bisa
datang dari siapapun tanpa memandang latar belakang. Kebaikan yang
terjalin antara muslim dan non-muslim dapat mengantarkan pada
harmonisasi antara kehidupan beragama dan bermasyarakat.
C. Scene 3
Visual Dialog Type of Shot
Pawan: Dia dari
pakistan. Entah
bagaimana ia tersesat di
India sendirian. Dia
mungkin terpisah dari
orang tuanya. Dia tidak
dapat bicara, tapi dia
tau tempat ini. Aku
yakin dia dari daerah
ini. (sambil
menunjukkan gambar
pegunungan di
kalender).
Medium Close Up:
gambar diambil dari
jarak dekat objek
diambil hanya separuh
badan.
Kondektur: Kau dari
India?
Pawan: Ya
Kondektur: Kok bisa?
Medium Close Up:
gambar diambil dari
jarak dekat objek
diambil hanya separuh
badan.
Pawan: Kau tau
perbatasan itu?
Pagarnya aku
merangkak di
bawahnya. Tapi aku
sudah meminta izin.
Medium Close Up:
gambar diambil dari
jarak dekat objek
diambil hanya separuh
badan.
Kondektur: Jauh-jauh
dari India ke Pakistan
hanya untuk mencai
orang tuanya?
Pawan: Ya. Kenapa?
Medium Close Up:
gambar diambil dari
jarak dekat objek
diambil hanya separuh
badan.
67
Kondektur: itu luar
biasa. Jika banyak
orang sepertimu di
negara kita berdua pasti
sangat luar biasa. Coba
kulihat gambarnya.
Kondektur: ada yang
tau tempat ini?
Long Shot: Gambar
diambil dari jarak jauh,
sehingga objek dan
latar belakangnya
nampak jelas.
1. Denotasi
Pada gambar pertama menampilkan Pawan dan Muni yang sedang
duduk di dalam bus, Pawan bertanya kepada kondektur bus tempat yang
ada di dalam gambar yang ditunjukkan Pawan. Gambar kedua, kondektur
bus bertanya balik kepada Pawan dari mana asalnya.
Gambar ketiga, Muni melarang Pawan untuk menjawab pertanyaan
kondektur bus, tetapi Pawan menggeleng dan akhirnya menjawab
pertanyaan kondektur bus. Gambar keempat, menampilkan ekspresi
kagum kondektur bus terhadap keberanian Pawan. Pada gambar terakhir
terlihat kondektur bus membantu Pawan dengan menunjukkan gambar
pegunungan kepada seluruh penumpang bus yang lain.
2. Konotasi
Di tengah perjalanan Chand Nawab menyadari bahwa Pawan
bukanlah mata-mata India setelah mendengar penjelasan Pawan kepada
kondektur bus. Pawan mengatakan bahwa ia datang ke Pakistan dengan
tujuan untuk mengantarkan Muni kembali ke keluarganya. Setelah tahu
68
Pawan berasal dari negara India dan cara Pawan masuk ke negara Pakistan
kondektur bus tersebut tidak langsung menghakimi bahwa Pawan adalah
seorang penjahat. Bahkan kondektur bus itu kagum dengan perjuangan
Pawan yang datang jauh-jauh dari India hanya untuk mengantarkan gadis
kecil ke keluarganya. Sang kondektur bus memuji keberanian dan
kabaikan Pawan yang rela mengorbankan dirinya demi seorang anak kecil.
3. Mitos
Setiap pribadi manusia berharga sebagai makhluk Tuhan yang
bertanggung jawab langsung kepada-Nya, tidak seorang pun yang
dibenarkan mengingkari hak-hak asasi pribadi yang lain.2 Memberikan
kesempatan untuk menyampaikan pendapat maupun suatu pemikiran
merupakan hak setiap manusia. Karena setiap orang mempunyai hak untuk
didengar dan menyatakan pikirannya. Islam sendiri merupakan agama
yang menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Ajaran kemanusiaan yang suci membawa kita untuk melihat
sesama manusia secara optimal dan positif dengan menerapkan prasangka
baik, bukan prasangka buruk kecuali untuk keperluan kewaspadaan
seperlunya.3 Sebagai manusia, kita harus memandang setiap orang
memiliki potensi untuk menjadi benar dan baik. Dengan konsep pemikiran
seperti ini dapat menumbuhkan rasa penghormatan dan adanya saling
2 Nurcholish Madjid, Islam, Doktrin, dan Peradaban, Membangun Makna dan Relevansi
Doktrin Islam dalam Sejarah (Jakarta: Paramadina, 2005), h. 103. 3 Ngainun Naim, Membangun Toleransi Masyarakat Majemuk: Telaah Pemikiran
Nurcholis Madjid, Jurnal Multikultural & Multireligius Vol 12, h. 2.
69
menghargai antar sesama baik dalam kehidupan perorangan maupun
bermasyarakat.
D. Scene 4
Visual Dialog Type of Shot
Maulana Sahab:
Assalamualaikum. Ada
apa nak? Kau baik-baik
saja? Tampaknya kau ada
masalah.
Medium Close Up:
gambar diambil dari
jarak dekat objek
diambil hanya separuh
badan.
Pawan: kenapa
denganku? Aku baik-baik
saja.
Medium Close Up:
gambar diambil dari
jarak dekat objek
diambil hanya separuh
badan.
Maulana Sahab: kenapa
berdiri di sini? Ayo
masuk.
Medium Close Up:
gambar diambil dari
jarak dekat objek
diambil hanya separuh
badan.
Pawan: Aku tidak bisa
masuk. Aku bukan orang
Islam.
Medium Close Up:
gambar diambil dari
jarak dekat objek
diambil hanya separuh
badan.
Maulana Sahab: Terus
kenapa saudaraku?
Tempat ini terbuka bagi
semua orang. Itu
sebabnya, kami tidak
pernah mengunci masjid
kami, ayo.
Medium Close Up:
gambar diambil dari
jarak dekat objek
diambil hanya separuh
badan.
1. Denotasi
Pada gambar pertama, menampilkan Maulana Sahab sedang
menyapa Pawan yang duduk di luar di luar masjid. Pada gambar kedua
menampilkan Pawan yang sedang duduk di depan masjid dengan latar
70
belakang sebuah tulisan nama masjid “Jamiatul Huda”. Gambar ketiga,
Pawan sedang bercakap-cakap dengan Maulana Sahab. Maulana Sahab
mempersilahkan Pawan untuk memasuki masjid.
Gambar keempat. Menampilkan Pawan yang berdiri di depan
masjid, Pawan menolak ajakan Maulana Sahab karena ia bukan orang
Islam. Gambar kelima menampilkan Maulana Sahab yang tersenyum
mendengar jawaban Pawan, Maulana Sahab kemudian menjelaskan bahwa
masjid terbuka untuk semua orang dan gambar terakhir memperlihatkan
ekspresi Pawan saat mendengarkan penjelasan Maulana Sahab.
2. Konotasi
Dalam adegan ini, Maulana shaab mempersilahkan Pawan untuk
memasuki Masjid. Namun sebagai penganut Dewa Bajrangbali, Pawan
menolak dan mengatakan bahwa ia bukanlah orang Islam. Dengan
tersenyum bijaksana, Maulana Sahab menjelaskan bahwa masjid terbuka
untuk siapapun tidak ada peraturan bahwa orang non-muslim dilarang
memasuki masjid.
Dalam adegan ini pula Maulana Sahab memanggil Pawan dengan
sebutan “saudaraku”. Maulana Sahab menganggap Pawan sebagai saudara
sesama makhluk Tuhan, tanpa membeda-bedakan agama. Karena seluruh
manusia adalah makhluk dan keluarga Allah SWT, seperti dalam sebuah
hadits Nabi yang mengatakan “seluruh manusia itu keluarga Allah, dan
71
Allah paling mencintai mereka yang paling banyak memberi manfaat
kepada yang lain”.4
Dengan adanya kesadaran persamaan setiap orang akan
menciptakan hubungan kekeluargaan antar manusia yang kemudian dapat
menumbuhkan kasih sayang dan kecintaan antar sesama yang tentu lebih
luhur dari sikap toleran dan kerukunan hidup beragama.
3. Mitos
Rumah ibadat merupakan tempat suci atau tempat sakral bagi umat
beragama. Setiap agama mempunyai rumah ibadatnya masing-masing dan
mempunyai sebutan berbeda untuk rumah ibadat mereka. Masjid untuk
agama Islam, kuil untuk agama Hindu, gereja untuk agama Kristen dan
Katolik, dan masih banyak lagi. Pada dasarnya semua rumah ibadat adalah
sama ia dibangun sebagai tempat pengabdian kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
Dalam Islam terdapat ketentuan untuk non-muslim memasuki
masjid. Jika ada di antara non-muslim yang memasuki masjid dengan
tujuan menodai atau merusak masjid, maka larangan tidak boleh memasuki
masjid dapat diberlakukan.5 Sebaliknya, jika non-muslim yang memasuki
dengan niat yang baik dan tidak mengancam ketenangan dan keamanan
umat Islam, maka non-muslim tersebut diperbolehkan memasuki masjid.
4 Muhammad Hasan Qadrdan Qaramaliki, Al-Qur’an dan Pluralisme Agama (Jakarta: Sadra Press,
2011), h. 88. 5 Nurcholis Madjid, dkk, Fikih Lintas Agama (Jakarta: Paramadina, 2004), h.120.
72
Untuk itu, dalam adegan ini Maulana Sahab mengatakan bahwa masjid
terbuka untuk siapa pun.
Sedangkan bagi umat Islam sendiri tidak ada kendala teologis
masuk ke rumah ibadah agama lain. Karena dalam ajaran Islam semua
permukaan bumi ini, asalkan suci dari najis, dijadikan Allah untuk tempat
sujud dan menyembah kepada-Nya.6
E. Scene 5
Visual Dialog Type of Shot
Maulana Sahab:
Berhenti di situ!
Kumohon letakkan
senjatamu kalian dulu.
Medium Long Shot:
Gambar diambil
setengah badan dari
jarak jauh, namun objek
tetap terlihat jelas
beserta latar
belakangnya.
Polisi: Apa anda
melihat orang asing di
sekita sini, maulana
sahab?
Medium Long Shot:
Gambar diambil
setengah badan dari
jarak jauh, namun objek
tetap terlihat jelas
beserta latar
belakangnya.
Maulana Sahab: Tak
ada orang asing di
tempat ibadah.
Medium Long Shot:
Gambar diambil
setengah badan dari
jarak jauh, namun objek
tetap terlihat jelas
beserta latar
belakangnya.
Polisi: Orang-orang ini
berbahaya. Seorang
mata-mata India.
Medium Long Shot:
Gambar diambil
setengah badan dari
jarak jauh, namun objek
tetap terlihat jelas
beserta latar
belakangnya.
6 Nurcholis Madjid, dkk, Fikih Lintas Agama, h.121.
73
Maulana Sahab:
Menurutmu dia akan
kemari untuk mencuri
formula bom atom?
Polisi: Segeralah
hubungi kami jika anda
melihat orang itu di
sekitar sini.
Medium Long Shot:
Gambar diambil
setengah badan dari
jarak jauh, namun objek
tetap terlihat jelas
beserta latar
belakangnya.
1. Denotasi
Gambar pertama menampilkan Maulana Sahab yang keluar dari
dalam masjid, Maulana Sahab menghentikan para polisi yang berusaha
untuk menggeledah masjid. Gambar kedua, menampilkan beberapa polisi
yang menanyakan apakah Maulana Sahab melihat ada orang asing di
sekitar masjid dengan latar belakang jalan raya.
Pada gambar ketiga, dengan tenang Maulana Sahab menjawab
tidak ada orang asing di rumah ibadah dengan latar belakang pintu masjid.
Gambar keempat, para polisi itu sedang meykinkan Maulana Sahab
bahwa orang asing tersebut merupakan mata-mata India yang berbahaya.
Pada gambar terakhir, Maulana Sahab tersenyum, lalu bertanya “apakah
orang tersebut akan kemari (masjid) untuk mencuri formula bom atom?”.
2. Konotasi
Beberapa polisi mendatangi masjid untuk mencari Pawan, Chand
Nawab, dan Muni. Namun, Maulana Sahab mencegah para polisi tersebut
dengan mangatakan bahwa tidak ada orang asing di tempat ibadah.
Maulana Sahab juga mengatakan agar mereka menurunkan senjatanya
demi menghormati tempat ibadah yang ia datangi.
74
Pada adegan di atas menampilkan Maulana Sahab yang melindungi
Pawan dari kejaran polisi. Maulana Sahab melakukan hal tersebut karena
sebelumnya terjadi kesalahpahaman antara polisi yang menuduh bahwa
Pawan adalah seorang mata-mata India. Padahal tujuannya datang ke
Pakistan adalah baik, yaitu mengantarkan Muni kembali ke keluarganya.
Dari adegan di atas menunjukkan toleransi yang dilakukan oleh
Maulana Sahab. Maulana Sahab yang mengetahui tujuan Pawan yang
sebenarnya, melindungi Pawan dari kejaran polisi. Sehingga Pawan bisa
melanjutkan niat baknya untuk mengembalikan Muni ke kedua orang
tuanya.
3. Mitos
Tidak dibenarkan untuk menghakimi seseorang sebagai seorang
penjahat hanya karena berbeda latar belakangnya. Adanya konflik antar
negara tidak serta merta bahwa orang yang berasal dari negara yang
sedang berkonflik dengan negara kita adalah penjahat. Diperlukan
penjelasan dan juga bukti-bukti untuk menetapkan seseorang sebagai
tersangka kejahatan. Padahal bisa saja kedatangan orang tersebut ke
negara lawannya untuk niat yang baik. Maka dari itu, memberikan
kesempatan untuk menjelaskan maksud dan tujuan sangat diperlukan demi
menghindari kesalahpahaman yang fatal.
75
F. Scene 6
Visual Dialog Type of Shot
Maulana Sahab: akan
ada banyak polisi di
jalan ini. Kalian lewat
saja ladang ini kalian
akan sampai di
Khanewal
Medium Close Up:
Gambar diambil dari
jarak dekat objek
diambil hanya separuh
badan.
Pawan: terima kasih Medium Long Shot:
Gambar diambil
setengah badan dari
jarak jauh, namun objek
tetap terlihat jelas
beserata latar
belakangnya.
Maulana Sahab: Kau
melakukan tugas mulia.
Aku berdoa pada Allah
agar orang tuanya
segera ditemukan.
Medium Close Up:
gambar diambil dari
jarak dekat objek
diambil hanya separuh
badan.
1. Denotasi
Pada gambar pertama, menampilkan Pawan yang memakai cadar
sedang memperhatikan penjelasan Maulana Sahab dengan latar belakang
kebun yang gersang. Gambar kedua, Pawan mengulurkan tangannya untuk
mengucapkan terima kasih kepada Maulana Sahab karena telah banyak
membantunya. Gambar ketiga, Maulana Sahab tidak menerima uluran
tangan Pawan, tapi memeluk Pawan.
2. Konotasi
Maulana Sahab menolong Pawan, Chand Nawab, dan Muni untuk
mengelabui polisi. Karena banyak polisi yang sedang mencari mereka,
76
akhirnya Maulana Sahab mengusulkan agar mereka memakai cadar
kemudian Maulana Sahab mengantarkan mereka ke tempat yang aman
dari polisi. Sehingga mereka bisa melanjutkan perjalanan untuk mencari
orang tua Muni. Maulana Sahab kemudian mengantarkan mereka sampai
di sebuah kebun dan menyuruh mereka melewati kebun itu saja menuju
jalan raya agar aman dari kejaran polisi.
Sebelum pergi, Pawan hendak menyalami Maulana Sahab sebagai
ucapan terima kasih karena telah banyak menolongya. Namun, Maulana
Sahab tidak menerima uluran tangan Pawan, tetapi langsung memeluk
Pawan. Maulana Sahab mengatakan bahwa Pawan telah melakukan tugas
yang mulia. Maulana Sahab kemudian berdoa kepada Allah agar Pawan
segera menemukan kedua orang tua Munni.
3. Mitos
Doa adalah cara yang dilakukan manusia untuk berkomunikasi
dengan Tuhan. Doa adalah cara untuk mengingat Tuhan dan memohon
pertolongan kepada-Nya. Dalam Islam doa adalah “Seruan, permintaan,
dan permohonan pertolongan, dan ibadah kepada Allah SWT supaya
terhindar dari bahaya dan mendapatka manfaat”7
Terkait dengan mendoakan non-muslim, dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Bukhari melalui Abu Hurairoh dan Jabir ibn Abdillah
memberitahukan kita bahwa Nabi Muhammad memberi tahu kematian
Raja Negus, Raja Etiopia, kepada para sahabat pada hari wafatnya dan
7Nurcholis Madjid, dkk, Fiqih Lintas Agama (Jakarta: Paramadina, 2004), h. 93.
77
beliau pergi keluar bersama mereka menyalatkan Raja itu dengan empat
takbir8
Boleh atau larangan berdoa untuk orang-orang non-muslim dalam
al-Qur‟an dan hadits-hadits, semuanya demi tujuan syariah yaitu sebuah
kemaslahatan.9 Bentuk dari kemaslahatan selalu berkaitan dengan konteks
kultural dan sosial.
G. Scene 7
Visual Dialog Type of Shot
Maulana Sahab:
Assalamualaikum.
Pawan: (tidak
menjawab).
Medium Long Shot:
Gambar diambil
setengah badan dari
jarak jauh, namun
objek tetap terlihat
jelas beserta latar
belakangnya.
Maulana Sahab:
bagaimana caramu
mengatakannya?
Medium Close Up:
gambar diambil dari
jarak dekat objek
diambil hanya separuh
badan.
Chand nawab: Jai Sri
Ram, bukan?
Pawan: Jai Sri Ram
Medium Long Shot:
Gambar diambil
setengah badan dari
jarak jauh, namun
objek tetap terlihat
jelas beserata latar
belakangnya.
Maulana Sahab: Jai Sri
Ram
Full Shot:
Pengambilan gambar
objek secara penuh
dari kepala hingga
kaki.
8 Nurcholis Madjid, dkk, Fiqih Lintas Agama, h. 101.
9 Nurcholis Madjid, dkk, Fiqih Lintas Agama, h. 102.
78
(Tidak ada dialog)
Medium Long Shot:
Gambar diambil
setengah badan dari
jarak jauh, namun
objek tetap terlihat
jelas beserta latar
belakangnya.
1. Denotasi
Pada gambar pertama, menampilkan Pawan yang menggunakan
sedang menangkupkan kedua tangannya untuk mengucapkan salam.
Gambar kedua, Maulana Sahab bertanya kepada Pawan bagaimana ia biasa
mengucapkan salam? Gambar ketiga, menampilkan Pawan, Chand Nawab
dan Maulana Sahab. Pawan menangkupkan kedua tangannya dan berkata
“Jai Sri Ram”. Gambar keempat, Maulana Sahab mengangkat tangannya
dan mengucapkan “Jai Sri Ram” sebelum ia pergi. Gambar terakhir,
Pawan yang masih menangkupkan kedua tangannya dan memandang
Maulana Sahab yang pergi.
2. Konotasi
Sebelum berpisah, Maulana Sahab mengucapkan salam
“Asalamualaikum” kepada Pawan, Chand Nawab, dan Muni. Namun
Pawan ragu dan tidak menjawab salam Maulana Sahab. Maulana Sahab
kemudian bertanya bagaimana biasanya dia mengucapkan salam, Pawan
menjawab “Jai Sri Ram” maulana Sahab mengucapkan “Jai Sri Ram”
kemudian pergi meninggalkan Pawan, Chand Nawab dan Munni.
79
3. Mitos
Artinya: “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah)
orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila
orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang
mengandung) keselamatan.” (Q.S. Al-Furqaan ayat 63).10
Ayat ini menyatakan dengan tegas bahwa mengucapkan salam
kepada orang-orang non-muslim, meskipun kata-kata mereka tidak sopan ,
adalah ciri-ciri hamba Allah yang taat. Ayat ini menampilkan wajah Islam
yang ramah dan lembut.11
Ini menunjukkan bahwa agama Islam
mengajarkan kedamaian, persaudaraan, dan keramahan.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim melalui
Abdullah ibn Amru menceritakan bahwa seorang laki-laki bertanya kepada
Rasulullah SAW tentang Islam yang mana yang terbaik. Nabi menjawab:
“Memberikan makanan dan membaca salam kepada siapa yang engkau
kenal dan siapa yang tidak engkau kenal”.12
Dari hadits tersebut dapat
dipahami bahwa hendaklah mengucapkan salam dan memberi rasa aman
dan keselamatan bagi siapa saja yang ditemuinya baik orang yang kenal
ataupun tidak dikenal.13
Ada beberapa pendapat mengenai mengucapkan salam kepada
orang non muslim, ada pendapat yang memperbolehkan ada pula yang
10
Al-„Alim Al-Qur‟an dan Terjemahannya Edisi Ilmu Pengetahuan Cetakan ke-10
(Bandung: Mizan Media Utama, 2011), h. 366. 11
Nurcholish Madjid, dkk, Fiqih Lintas Agama ( Jakarta: Paramadina, 2004), h. 77. 12
Nurcholish Madjid, dkk, Fiqih Lintas Agama ( Jakarta: Paramadina, 2004), h. 72. 13
Nurcholish Madjid, dkk, Fiqih Lintas Agama, h. 73.
80
melarang. Adanya hukum memperbolehkan maupun larangan
mengucapkan salam ini mempunyai beberapa ketentuan, jika salam yang
diucapkan dengan memahami dan menghayati ucapan tersebut maka
mengucapkan salam itu dilarang. Sedangkan jika mengucapkan salam
untuk pergaulan dalam bermasyarakat seperti “selamat pagi” maka itu
diperbolehkan.14
Adanya perbedaan hukum tersebut keduanya ditujukan untuk suatu
kemaslahatan. Yang dimaksud kemaslahatan di sini adalah menghindari
penghinaan yang dilakukan oleh orang non muslim. Misalnya, saat
mengucapkan salam kepada orang-orang yang memusuhi Islam. Jika
salam yang yang diberikan kepada orang non-muslim mendapat balasan
caci maki, maka mengucapkan salam kepada non-muslim tersebut
dilarang. Sedangkan pendapat yang memperbolehkan mengucapkan salam
kepada orang non-muslim yaitu untuk menumbuhkan persaudaraan dan
kerukunan antara non-muslim yang mempunyai hubungan baik dan
bersahabat dengan orang-orang Islam.
H. Scene 8
Visual Dialog Type of Shot
Chand Nawab: Pawan
Kumar Caturvedi alias
Bajrangi Bhaijaan
adalah orang India yang
mengorbankan
hidupnya untuk mencari
orang tua gadis cilik
dari Pakistan. Kenapa
Medium Long Shot:
Gambar diambil
setengah badan dari
jarak jauh, namun
objek tetap terlihat jelas
beserta latar
belakangnya.
14
Nurcholis Madjid, dkk, Fiqih Lintas Agama, h. 84.
81
dia melakukan ini?
Demi uang? Demi
ketenaran? Demi
kekayaan? Bukan! Dia
melakukannya karena
hatinya yang mulia. Dia
melakukan ini karena
dia tak memandang
Shahida sebagai orang
Pakistan, melainkan
seorang manusia biasa.
Sayangnya, dia terjebak
karena permusuhan
anatara dua negara.
Permusuhan ini
menyebabkan Bajrangi
di penjara di Pakistan
sekarang. Ayo kita
akhiri permusuhan ini.
Dan kita harus lakukan
ini. Kita rakyat dari
kedua negara yang ingin
membesarkan anak kita
dengan penuh cinta
bukan kebencian. Jadi
ayo semua kita akhiri
kebencian dan
permusuhan ini
bersama. Besok pagi,
kita semua pergi ke pos
perbatasan Narowal.
Biarkan jutaan orang
dari kedua negara
memastikan takkan ada
yang mengehentikan
Bajrangi Bhaijaan untuk
menyeberang
perbatasan.
Knee Shot: Pengambilan gambar
objek dari kepala
hingga lutut.
Medium Long Shot:
Gambar diambil
setengah badan dari
jarak jauh, namun
objek tetap terlihat jelas
beserta latar
belakangnya.
Medium Close Up:
gambar diambil dari
jarak dekat objek
diambil hanya separuh
badan.
Medium Close Up:
gambar diambil dari
jarak dekat objek
diambil hanya separuh
badan.
Medium Close Up:
gambar diambil dari
jarak dekat objek
diambil hanya separuh
badan.
Medium Long Shot:
Gambar diambil
setengah badan dari
jarak jauh, namun
objek tetap terlihat jelas
beserta latar
belakangnya.
82
1. Denotasi
Pada gambar pertama menampilkan Chand Nawab yang berada di
dalam sebuah viedo di televisi. Gambar kedua, keluarga Rasika sedang
menonton video Chad Nawab yang disiarkan di televisi di dalam rumah
mereka. Terlihat Rasika sedang menangis saat menyaksikan video
tersebut. Gambar ketiga menampilkan seorang agen perjalanan dengan
tangannya yang terluka karena dihajar oleh Pawan. Gambar keempat
menampilkan tiga orang, salah satunya merupakan pegawai di kedutaan
Pakistan yang dulu pernah menolak membantu Pawan memulangkan Muni
ke Pakistan.
Pada gambar keempat, terlihat Chand Nawab dalam sebuah video
di televisi. Gambar kelima, memperlihatkan kepala tentara yang sedang
duduk dan mencukur jenggotnya. Dia merupakan kepala tentara yang dulu
mengizinkan Pawan untuk menyeberangi perbatasan Pakistan. Gambar
terakhir menampilkan tiga polisi yang sedang berdiri, mereka merupakan
polisi yang dulu menangkap Pawan dan menuduh Pawan sebagai mata-
mata India.
2. Konotasi
Chand Nawab mengunggah sebuah video ke youtube untuk
menuntut keadilan bagi Pawan. Dalam video tersebut Chand Nawab
memberitahukan kepada seluruh masyarakat Pakistan maupun India bahwa
Pawan bukanlah mata-mata India. Video itu berisi tentang perjalanan yang
dilalui Pawan dan Muni dalam mencari kedua orang tua Muni.
83
Video tersebut ditonton oleh seluruh rakyat Pakistan dan India
termasuk orang-orang yang menyaksikan langsung perjuangan Pawan. Di
video Chand Nawab mengatakan siapa Pawan sebenarnya dan apa
tujuannya ke Pakistan. Sebagai orang yang menyaksikan langsung
perjuangan Pawan, Chand Nawab sengaja mengunggah video tersebut
untuk membantu Pawan agar mendapatkan keadilan, karena saat itu ia
ditahan oleh polisi Pakistan. Di video itu juga Chand Nawab mengajak
masyarakat Pakistan untuk mengantarkan Pawan kembali ke India.
Pada adegan di atas video yang diunggah Chand Nawab
membukakan mata orang-orang ynag dulu salah sangka terhadap Pawan.
Hal ini terbukti dengan gambar terakhir yang menampilkan polisi yang
dulu menuduh Pawan sebagai mata-mata hanya karena Pawan berasal dari
negara India.
3. Mitos
Seorang muslim harus meyakini, bahwa keadilan Allah SWT bagi
seluruh hamba-hamba-Nya, baik muslim maupun non-muslim seperti
firman Allah dalam surat Al-Maaidah ayat 8:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi
orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah,
menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu
84
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil.
Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan.” (Q.S Al-Maaidah ayat 8).15
Semua perbuatan hamba-Nya akan ditimbang dengan neraca
keadilan. Perbuatan buruk akan dibalas dengan balasan yang setimpal dan
perbuatan baik akan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda. Dengan
demikian, seorang muslim tidak dibenarkan untuk berbuat tidak adil
kepada siapapun, termasuk orang yang dibencinya. Seorang muslim
hendaknya memberikan hak kepada yang memilikinya dan juga harus
selalu membela kebenaran tanpa membeda-bedakan dari segi apapun.
I. Scene 9
Visual Dialog Type of Shot
Rakyat Pakistan: “
Bajrangi Bhaijaan!!”
Extra long Shot:
Gambar diambil dari
jarak yang sangat jauh
sehinga objek terlihat
kecil dan latar terlihat
sangat jelas.
Tentara: Saya
ditugaskan untuk
memberhentikan anda
Pak.
Polisi: jika pria ini
mengorbankan hidupnya
untuk menemukan
putrimu yang hilang kau
masih tak mau buka
gerbangnya?
Tentara: Anda tau kalau
saya tidak bisa
membuka gerbangnya
ini.
Polisi: kau dengar suara
Extra Long Shot:
Gambar diambil dari
jarak yang sangat jauh
sehinga objek terlihat
kecil dan latar terlihat
sangat jelas.
Long Shot: gambar
15
Al-„Alim Al-Qur‟an dan Terjemahannya Edisi Ilmu Pengetahuan Cetakan ke-10 (Bandung:
Mizan Media Utama, 2011), h. 109.
85
itu? Itu suara rakyat
Pakistan. Jika dia bisa
membedakan mana yang
benar dan mana yang
salah, lalu kenapa kau
tak bisa? Kau itu
seorang tentara!
diambil dari jarak jauh,
sehingga objek dan
latar belakangnya
terlihat jelas.
(Tidak ada dialog)
(Tidak ada dialog)
(Tidak ada dialog)
Extra Long Shot:
Gambar diambil dari
jarak yang sangat jauh
sehinga objek terlihat
kecil dan latar terlihat
sangat jelas.
Medium Long Shot:
gambar diambil
setengah badan dari
jarak yang jauh, namun
objek tetap terlihat
jelas.
Medium Long Shot:
gambar diambil
setengah badan dari
jarak yang jauh, namun
objek tetap terlihat
jelas beserta latar
belakangnya.
Munni: Jai Sri Ram,
Paman!
Medium Long Shot:
gambar diambil
setengah badan dari
jarak yang jauh, naum
objek tetap terlihat
jelas beserta latar
belakangnya.
1. Denotasi
Gambar pertama menampilkan ribuan rakyat India dibalik pagar
perbatasan India dan Pakistan. Gambar kedua menampilkan beberepa
tentara yang menjaga perbatasan dan ribuan rakyat Pakistan yang
mendatangi perbatasan Narowal untuk mengantarkan Pawan, latar
belakang dalam gambar tersebut adalah pegunungan salju. Gambar ketiga
86
adalah menampilkan kepala polisis yang meminta tentara untuk membuka
pintu gerbang dengan berlatar belakang ribuan rakyat Pakistan.
Gambar keempat, kelima, dan kelima menampilkan Pawan yang
sedang mengucapkan salam di depan rakyat Pakistan. Gambar ketujuh,
menampilkan Muni yang berada dibalik gerbang perbatasan, mengangkat
tangannya dan mengucapkan salam “ Jai Sri Ram” kepada Pawan.
2. Konotasi
Ribuan orang datang ke perbatasan Narowal untuk mengantarkan
Pawan kembali ke India. Pawan datang dengan muka yang babak belur
karena sebelumnya ia dipaksa untuk mengakui sebagai mata-mata India.
Para polisi yang tahu bahwa Pawan tidak bersalah dan bukan mata-mata
India kemudian membebaskan Pawan dari penjara. Masyarakat Paskitan
juga turut mengantarkan kepulangan Pawan. Seruan “Bajrangi Bhaijaan”
mengiri langkah Pawan kembali ke negaranya, India.
Namun, para tentara yang menjaga perbatasan mengatakan bahwa
mereka telah diperintahkan untuk mencegah Pawan. Kepala polisi
kemudian, mengatakan bahwa Pawan tidak bersalah. Sebelum kembali ke
India, Pawan mengucapkan salam kepada masyarakat Pakistan sebagai
bentuk terima kasih karena telah mempercayainya bahwa ia bukanlah
mata-mata India sehingga ia mendapatkan keadilan. Pada saat sudah
berada di tengah sungai, Muni tiba-tiba berteriak mengucapkan salam “
Paman, Jai Sri Ram” kepada Pawan.
87
3. Mitos
Dalam menetapkan suatu hukum prinsip-prinsip tentang keadilan
menegakkan hukum dan peradilan harus selalu ditegakkan tanpa memihak
siapapun. Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah Al-Qur‟an Surat
An-Nisa ayat 105:
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu
dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia
dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah
kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena
(membela) orang-orang yang khianat”.(Q.S. An-Nisaa Ayat 105).16
Sikap toleran dalam implementasinya tidak hanya dilakukan
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan aspek spiritual dan moral yang
berbeda, tetapi juga harus dilakukan terhadap aspek yang luas, termasuk
aspek ideologi dan politik yang berbeda.17
16
Al-„Alim Al-Qur‟an dan Terjemahannya Edisi Ilmu Pengetahuan Cetakan ke-10
(Bandung: Mizan Media Utama, 2011), h. 96. 17
Muhammad Ali, Teologi Pluralis-Multikultural: Menghargai Kemajemukan, Menjalin
Kebersamaan (Jakarta: Kompas, 2003), h. 147.
88
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini merupakan hasil dari pengamatan dan
juga analisis data pada bab sebelumnya dengan mengacu pada permasalahan
yang ada. Toleransi agama dalam film Bajrangi Bhaijaan disampaikan
melalui adegan, dialog, dan karakter yang diperankan para tokoh dalam film
tersebut. Adapun kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Makna Denotasi
Analisis makna toleransi agama dalam film Bajrangi Baijhaan
jika dilihat dari makna denotasi adalah sebagai film yang
menggambarkan bagaimana perjuangan karakter Pawan penganut Dewa
Bajrangbali yang taat dalam menolong Muni untuk kembali ke
keluarganya. Perjuangan Pawan dalam mencari orang tua Muni
mendapatkan banyak bantuan dari orang-orang Pakistan. Tak hanya
bantuan, Pawan juga mendapatkan dukungan dan perlindungan.
Di sisi lain, bantuan yang diterimanya membuat Pawan
merasakan tingginya toleransi agama Islam terhadap non-Islam. Ia
mendapatkan dukungan, perlindungan, pertolongan, juga keadilan atas
niat baiknya mengembalikan Muni ke kedua orang tuanya. Pawan juga
mendapatkan banyak pelajaran tentang bagaimana menyikapi perbedaan
dari orang-orang yang telah membantunya. Sebagai orang asing di negara
89
Pakistan, ternyata banyak orang yang membantu Pawan tanpa melihat
latar belakangnya. Dari situ Pawan belajar bagaimana bersikap dengan
orang yang tidak seagama dengan dia. Dari adegan-adegan yang
ditampilkan dalam film Bajrangi Bhaijaan menunjukkan bahwa agama
Islam adalah agama yang membawa kedamaian.
2. Makna Konotasi
Makna konotasi yang terkandung dalam film Bajrangi Bhaijaan
adalah menggambarkan sikap toleransi muslim maupun penganut agama
Hindu terhadap orang-orang non-agama mereka. Sikap penganut agama
Hindu di India yang masih mengedepankan kasta dan adanya fanatisme
agama, namun dalam menghadapi hal kemanusiaan mereka dapat
melunak.
Sedangkan makna konotasi toleransi agama dari sudut pandang
agama Islam adalah sikap muslim terhadap non-muslim yang
digambarkan mempunyai toleransi yang tinggi. Sikap toleransi yang
terhadap non muslim tersebut antara lain berlaku adil kepada semua
orang, menghormati dan menghargai orang non muslim yang juga berbua
baik kepada orang-orang muslim.
Film Bajrangi Bhaijaan menunjukkan bahwa Islam adalah agama
yang memiliki toleransi yang tinggi dalam menghadapi perbedaan.
Perbedaan agama maupun perbedaan bangsa bukanlah sebuah alasan
untuk seseorang melupakan sisi kemanusiaan. Menghormati dan
“memanusiakan manusia” adalah hal yang utama yang selalu diajarkan
90
agama Islam dalam menjalin hubungan dengan sesama makhluk Allah
SWT.
3. Makna Mitos
Makna mitos yang terkandung dalam film Bajrangi Bhaijaan ialah
Islam mengajarkan bagaimana cara untuk menjalin hubungan sosial
dengan orang-orang non-muslim. Sikap toleransi yang tinggi sangat
diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Munculnya sikap toleransi
diawali dengan adanya sikap mengakui perbedaan.
Dalam Islam sendiri mengajarkan agar setiap orang dapat
menerima perbedaan. Sikap toleran dapat diterapkan baik itu toleran dari
segi agama, politik maupun ideologi. Tujuan dari adanya sikap toleransi
adalah untuk membuka pintu kemaslahatan yaitu kedamaian dan
kerukunan dalam bermasyarakat.
B. SARAN
Saran untuk sutradara adalah untuk lebih banyak membuat film-
film dengan tema serupa, sebagai bentuk salah satu persuasi untuk
membantu meredakan konflik India dan Pakistan. Dengan adanya film-
film seperti film Bajrangi Bhaijaan diharapkan dapat menyampaikan pesan
perdamaian untuk kedua negara tersebut.
Sedangkan saran untuk para penonton adalah agar dapat bersikap
kritis dalam menonton film. Penonton harus mengetahui maksud dan
tujuan dibuatnya sebuah film, sehingga penonton dapat memahami isi dan
91
makna yang disampaikan dalam film tersebut. Dengan begitu, penonton
dapat mengambil pesan yang disampaikan secara efektif.
92
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Masykuri. (2001). Plurarisme Agama dan Kerukunan dalam
Keberagaman. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Al Munawar, Said Agil Husain. (2005). Fikih Hubungan Antar Agama.
Tangerang: Ciputat Press.
Ali, Mohammad Daud. (1986). Islam untuk Disiplin Ilmu Hukum, Sosial dan
Politik. Jakarta: Wirabuana.
Al-'Alim Al-Qur'an dan Terjemahannya Edisi Ilmu Pengetahuan Cetakan ke 10.
(2011). Bandung: Al-Mizan Publishing House.
Baran, Stanley J. (2008). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga.
Bungin, Burhan. (2008). Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus
Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana.
Danesi, Marcel. (2010). Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta:
Jalasutra.
Effendy, Heru. (2006). Mari Membuat Film. Yogyakarta: Panduan.
Effendy, Onong Uchjana. (2003). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung:
Citra Aditya Bakti.
Kriyantono, Rahmat. (2007). Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana.
Littejohn, Stephen W. (2009). Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika.
Madjid, Nurcholish. dkk. (2004). Fiqih Lintas Agama. Jakarta: Paramadina.
McQuail, Denis. (2011). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Salemba Humanika.
Misrawi, Zuhairi. (2007). Al-Qur'an Kitab Toleransi. Jakarta: Pustaka Oasis.
Morrisan. (2014). Teori Komunikasi: Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana
Premedia group.
Muhtadi, Asep S. dan Sri Handayani. (2000). Dakwah Kontemporer: Pola
Alternatif Dakwah Melalui TV. Bandung: Pusdai Press.
93
Piliang, Yasraf A. (2003). Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya
Makna. Yogyakarta: Jalasutra.
Pratista, Himawan. (2008). Memahami Film. Yogyakarta: Homeian Pustaka.
Purwadinata, W. J. S. (2003). KBBI. Jakarta: Balai Pustaka.
Qaramaliki, Muhammad Hasan Qadrdan. (2011). Al-Qur'an dan Pluralisme
Agama. Jakarta: Sandra Press.
Shihab, Quraish. (2005). Wawasan Al-Qur'an. Bandung: Mizan.
Shihab, Quraish. (2007). Tafsir Al-Misbah Cetakan VIII. Tangerang: Lentera Hati.
Shihab, Quraish. (2012). Al-Lubab. Tangerang: Lentera Hati.
Sobur, Alex. (2009). Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing. Bandung: Rosdakarya.
Sobur, Alex. (2009). Semiotika Komunikasi. Bandung: Rosdakarya.
Sumarno, Marselli. (2005). Dasar-Dasar Apresiasi Film. Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Wibowo, Indiwan S. (2013). Semiotika Komunikasi- Alikasi Praktis Bagi
Penelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Yewangoe, Andreas A. (2009). Merayakan Kebebasan Beragama: Regulasi
Toleransi dan Plurarisme Agama di Indonesia. Jakarta: ICRP.
Jurnal dan Penelitian
Naim, Ngainun. (2013). Membangun Toleransi Masyarakat Majemuk: Telaah
Pemikiran Nurcholis Madjid. Jurnal Multikural & Multireligius Vol 12, 2.
Julianti. (2013). Internalisasi Nilai Toleransi Melalui Model Telling Story pada
Pembelajaran PKN untuk Mengatasi Masalah Tawuran, Jurnal Penelitian
Pendidikan Vol. 14 No. 1, 3.
Kusumastutie, Naomi Srie dan Faturochman. (2004). Semiotika untuk Analisis
Gender pada Iklan Televisi. Buletin Psikologi Tahun XII, No. 2, 106.
Miyarso, Estu. (2009). Pengembangan Multimedia Interaktif untuk Pembelajaran
Sinematografi. Thesis: Universitas Negeri Yogyakarta.
94
Mudjiono, Yoyon. (2011). Kajian Semiotika dalam Film. Jurnal Ilmu Komunikasi
, 136.
Prasetya, Arif Budi. (2012). Penonjolan Tokoh Antagonis dalam Film The Dark
Night, Jurnal Ilmu Komunikasi I Makna Vol. 2 No. 2, 75.
Yasir, Muhammad. (2014). Makna Toleransi Dalam Al-Qur’an. Jurnal
Ushuluddin Vol. XXII No. 2, 172.
Wahyuningsih, Sri. (2014). Kearifan Budaya Lokal Madura sebagai Media
Persuasif, Sosio Didaktika: Vol. 1, No. 2, 177.
Sumber Lain
Greavesindia. Bollywood Legends: India trough the Lens of Director Kabir Khan.
Artikel diakses pada tanggal 5 Mei 2016 pukul: 15.00 WIB dari:
www.greavesindia.com/blog/posts/2015/october/bollywood-legends-india-trough-
the-lens-of-director-kabir-khan.
Imdb. Kabir Khan. Artikel diakses pada tanggal 29 April 2016 dari:
http://www.imdb.com/name/nm1203138/bio?ref_=nm_ql_1.
Imdb. Salman Khan. Artikel ini diakses pada tanggal 29 Maret 2016.
http://www.imdb.com/name/nm0006795/awards?ref_=nm_ql_2.
Imdb. Salman Khan Awards. Artikel diakses pada tanggal 28 Maret 2016 dari:
http://www.imdb.com/name/nm0006795/awards?ref_=nm_ql_2.
Filmyfolks. Kareena Kapoor. Artikel diakses pada tanggal 22 April 2016 pukul
16.52 WIB http://www.filmyfolks.com/celebrity/bollywood/kareena-
kapoor.shtml.
Imdb. Kareena Kapoor Awards. Artikel diakses pada tanggal 29 Maret 2016
http://www.imdb.com/name/nm0004626/awards?ref_=nm_ql_2.
Filmyfolks. Nawazuddin Siddiqui. Artikel diakses pada tanggal 22 April 2016
pukul 16.55 WIB dari:
http://www.filmyfolks.com/celebrity/bollywood/nawazuddin-siddiqui.php.
Imdb. Nawazuddin Sidduiqui Awards. Artikel diakses pada tanggal 29 Maret 2016
dari: http://www.imdb.com/name/nm1596350/awards?ref_=nm_ql_2.
95
Kapan lagi. Salman Khan. Artikel ini diakses pada tanggal 29 Maret 2016 dari:
http://www.kapanlagi.com/bollywood/s/salman_khan/
Liputan 6.com. Mampukah Film Ajay Devgn Mengimbangi Bajrangi Bhaijaan.
Artikel ini diakses pada 23 Maret 216 dari
http://showbiz.liputan6.com/read/2281077/mampukah-film-drishyam-ajay-devgn-
mengimbangi-bajrangi-bhaijaan.
Liputan 6.com. Salman Khan Akan Donasikan Keuntungan Film untuk Petani.
Artikel ini diakses pada 23 Maret 2016 dari
http://showbiz.liputan6.com/read/2277985/salman-khan-akan-donasikan-
keuntungan-filmnya-untuk-petani.
Liputan 6.com. Salman Khan Penonton Adalah Sebuah Penghargaan Bagiku.
Artikel ini diakses pada 23 Maret 216 dari
http://showbiz.liputan6.com/read/2292087/salman-khan-penonton-adalah-sebuah-
penghargaan-bagiku.
Liputan 6.com. Berjaya, Bajrangi Bhaijaan Menang Besar di Stardust Awards.
Artikel ini diakses pada 23 Maret 2106 dari:
http://www.kapanlagi.com/showbiz/bollywood/berjaya-bajrangi-bhaijaan-
menang-besar-di-stardust-awards-2015-588385.html.
Liputan 6.com. Salman Khan Penonton Adalah Sebuah Penghargaan Bagiku.
Artikel ini diakses pada 23 Maret 216 dari:
http://showbiz.liputan6.com/read/2292087/salman-khan-penonton-adalah-sebuah-
penghargaan-bagiku.
Novitasari, Ari. Grammar of Film. Artikel diakses tanggal 29 April 2016 dari:
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-Artikel%20Jurnal%20-
%20Ari%20Novitasari%20070810657%20(AB).doc.
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
F'AKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
Jl. lr. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 IndonesiaWebsite : www.fdkuiniakarta.ac.id
Telp./Fax : (62-21) 74327281 74703580Email: [email protected]
Nomor : Un.O1/F5/PP.00 .9 17 1 5 1201 6Lamp : 1 (satu) bundelHal : Bimbingan Skripsi
NamaNomor PokokJurusan/Konsentrasi
SemesterTelp.Judul Skripsi
Devi Feria Artikal l 1205 10000s9Komunikasi dan Penyiaran IslamVIII (Delapan)082227170620Makna Toleransi Agama dalam Film Bajrangi Bhaiiaan.
lakarta, 14 Maret 201 6
Kepada Yth.Drs. Jumroni, M,Si.Dosen Fakultas IImu Dakwah dan Ilmu KomunikasiUIN Syarif Hidayatullah Jakafia
A s salamu' alaikum 14 r. ll b.
Bersama ini kami sampaikan outline dan naskah proposal skipsi yang diajukan olehmahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakartasebagai bedkut,
Kami mohon kesediaannya untuk membimbing mahasiswa tersebut dalampenyusunan dan penyelesaian skripsinya selama 6 (enam) bulan dari tanggal l4 Maret 2016s.d. 14 September 2016.
Demikian, atas perhatian dan kesediaannya kami sampaikan terima kasih.
Wassal am u' a lai kum Wr. lYb.
an.Dekan,Wakil Dekan Bidang Akademik
Tembusan :
L Dekan2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
x{.Ed, Ph.D 10330 199803 \
PROPOSAL SKRIPSI 4,4/fla
MAKNA T,LERANSI AGAMA DALAM ,,,/* I*,*NGI BIIAIJAAN
Universitas lslam NegeriSYARIF H I DAYATU LLAH JAKARTA
Disusun oleh:
DeviFeriaArtika (1112051000059)
FAKIILTAS ILMU DAI(WAH DAN ILMU KOMUNIKASI
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
TINIVERSTTAS ISLAM NEGERI ST'ARIF HIDAYATITLLAH JAKARTA
I TIL\III I
2016
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
Jl. k H. JuandaNo.95 Ciputat 15412 IndonesiaWebsite : wwwfdkuinjakarta.ac.id
Telp./Far : (62-21) 7432728/ 74703580Email: [email protected]
NomorLampiranHal
: un.o1lFs/PP.oo.s 760 2016: 1(satu) Berkas Skripsi: Ujian Skripsi
Kepada Yth. :
1. Dr. Hj. Roudhonah, MA2. Dedi Fakhrudin, M.lkom3. H. Zakaria, MA4. Siti Nurbaya, M.Si5. Drs. Jumroni, lt4.SidiJakarta
Jakarta, Juni 2016
Assal amu' al a i kunt Wr. Wb.
Dekan Fakultas llmu Dakwah dan llmu Komunikasi UIN Syarif HidayatullahJakarta menunjuk Bapak/lbu sebagai Tim Penguji Skripsi mahasiswa/i di FakultasIlmu Dakwah dan llmu Komunikasi,
: Devi Feria Artika: Pati, 23 Desember 1994: 1 1 12051000059: Komunikasi dan Penyiaran lslam (KPl): Makna Toleransi Agama dalam Film BajrangiBhaijaan.
Ujian tersebut akan dilaksanakan pada :
Ketua/PengujiSekretarisPengujiPengujiPembimbing
NamaTempat Tanggal lahirNIMJurusanJudul Skripsi
Hari/TanggalWaktuTempat
Tembusan1. Dekan2. Kasubbag. UmumFakuitas llmu Dakwah dan llmu Komunikasi
Ajkd/MI
: Jum'at, 17 Juni 2016: Pk. 10.00 s.d. 1 1.00 WIB: Ruang Munaqasyah Lt 78
Untuk menunjang kelancaran ujian dimaksud, bersama ini kami kirimkan
naskah skripsi yang akan diuiikan, guna dipelajari/diteliti sebagaimana mestinya
Demikian penunjukan ini disampaikan. Alas perhatian Bapak/lbu, kami
ucapkan terima kasih
Wassalam,
a.n,Dekan,