53
1 Psikologi Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pendidikan merupakan hal yang sangat kompleks, yang didalamnya terlibat banyak unsur yang saling terkait, mulai dari guru, siswa, sarana, metode, strategi, media dan lain-lain. Pendidikan bukan saja bicara tentang hasil, tapi lebih kompleks lagi, sebenarnya pendidikan berkaitan dengan bagaimana proses untuk mencapai hasil. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kretif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dari sini terlihat bahwa ada banyak tujuan yang ingin dicapai dengan berlangsungnya proses pendidikan yang diwujudkan dari pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran di kelas melibatkan guru sebagai pengajar dan siswa sebagai pelajar. Seiring dengan pesatnya perkembangan pendidikan, pendidikan Indonesia saat ini menginginkan pembelajaran yang menempatkan guru

Maklalah Teori Belajar Perspektif Psikologi

  • Upload
    na

  • View
    261

  • Download
    5

Embed Size (px)

DESCRIPTION

psikolodi belajar dalam model pembelajaran

Citation preview

Page 1: Maklalah Teori Belajar Perspektif Psikologi

1Psikologi Pendidikan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

  Proses pendidikan merupakan hal yang sangat kompleks, yang didalamnya

terlibat banyak unsur yang saling terkait, mulai dari guru, siswa, sarana, metode,

strategi, media dan lain-lain.  Pendidikan bukan saja bicara tentang hasil, tapi lebih

kompleks lagi, sebenarnya pendidikan berkaitan dengan bagaimana proses untuk

mencapai hasil. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, bahwa pendidikan nasional

bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kretif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung

jawab. Dari sini terlihat bahwa ada banyak tujuan yang ingin dicapai dengan

berlangsungnya proses pendidikan yang diwujudkan dari pembelajaran di kelas.

Proses pembelajaran di kelas melibatkan guru sebagai pengajar dan siswa

sebagai pelajar. Seiring dengan pesatnya perkembangan pendidikan, pendidikan

Indonesia saat ini menginginkan pembelajaran yang menempatkan guru tidak lagi

sepenuhnya sebagai sumber dari segala sumber belajar, namun guru diharapkan

menjadi fasilitator bagi proses belajar siswa. Siswa tidak lagi mencawan akan apa

yang disampaikan guru, tapi sebaliknya siswa sebagai individu aktif.

Siswa berasal dari latar belakang yang berbeda-beda, baik dari segi kemampuan

/intelegensi, suku/ras, agama,  kehidupan ekonomi dan social, latar belakang

keluarga, dan lain-lain. Perbedaan ini tidak seharusnya menjadi jurang perkembangan

siswa di sekolah, namun sebaliknya perbedaan ini membutuhkan penanganan khusus

dari guru baik secara klasikal, maupun individual. Guru diharapkan mampu

menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif, yang memungkinkan siswa

Page 2: Maklalah Teori Belajar Perspektif Psikologi

2Psikologi Pendidikan

untuk bisa mengembangkan seluruh kemampuan/potensi  yang ada dalam dirinya,

baik dari segi kemampuan intelegensi (IQ), emosional (EQ)siswa, dan spriritual (SQ)

Guru sebagai seorang pemimpin kelas, yang memiliki hak prerogative untuk

mengatur pembelajaran, memegang peran penting serta tugas dan tanggung jawab

yang berat. Bukanlah perkara mudah untuk mengatur seseorang bertindak sesuai

dengan yang kita inginkan, karena perbedaan yang kita miliki. Guru tidak bisa

sepenuhnya mengarahkan siswa, mengelola kelas untuk bertindak sesuai dengan

arahan guru. Ada siswa yang patuh, yang mau mengikuti petunjuk guru, dan

sebaliknya ada beberapa siswa (yang mungkin dalam jumlah kecil dari anggota kelas)

yang tidak mau mendengarkan/peduli dengan arahan guru dan tidak serius dalam

belajar. Hal-hal semacam ini tentu menjadi masalah bagi guru. Karena itulah sesuai

dengan amanah undang-undang, setiap guru hendaknya memiliki empat kompetensi,

keempat kompetensi inilah yang akan menjadi modal bagi guru untuk mengelola dan

melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Empat kompetensi tersebut adalah

kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian dan kompetensi

professional.

Penguasaan secara penuh empat kompetensi tersebut, bukanlah hal yang

mudah, ini menuntut guru untuk terus berkembang dan belajar agar bisa menghadapi

berbagai persoalan yang ditemui guru di lapangan, terutama bagi pendidik. Seorang

pendidik diharapkan mampu menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif dan

menjadi fasilitator yang baik bagi proses pembelajaran di sekolah.

Mengingat begitu banyaknya keanekaragaman pada siswa, baik dari latar

belakang keluarga, social, ekonomi, motivasi, kemampuan/intelgensi dan lain-lain,

maka seorang guru memerlukan trik dan cara khusus untuk menghadapi dan

membantu siswa belajar. Salah satunya adalah dengan mengetahui berbagai model,

pendekatan dan teori-teori belajar. Maka pertanyaannya adalah apakah guru-guru kita

saat ini, terutama guru dengan label pendidik professional, benar-benar sudah

menguasai ini dalam melaksanakan pelajaran dan mendidik siswanya.

Page 3: Maklalah Teori Belajar Perspektif Psikologi

3Psikologi Pendidikan

Berdasarkan fenomena dan masalah-masalah ini, seorang pendidik seharusnya

memiliki pengetahuan lebih tentang berbagai cara yang dapat membantu siswa

belajar. Sesuai dengan perannnya sebagai fasilitator, seharusnya pendidik mengetahui

dan memfasilitasi cara yang mempermudah siswa untuk belajar, salah satunya dengan

memanfaatkan teori belajar.  Dengan mengetahui teori belajar diharapkan dapat

membantu guru untuk mengembangkan potensi siswa, dan memberikan cara-cara

yang tepat untuk mengatasi perbedaan/keanekaragaman kemampuan, sifat dan

perilaku siswa dalam proses belajar. Oleh karena itu, mengingat begitu pentingnya

teori belajar bagi guru dalam pembelajaran, maka kami membuat makalah ini dengan

judul “Teori-teori Belajar dalam Perspektif Psikologi”

Dengan adanya teori belajar dan pembelajaran guru bisa memanfaatkan teori

belajar dan pembelajaran untuk menjadi guru yang professional.  Misalnya dalam

merumuskan tujuan pembelajaran yang tepat, memilih strategi yang sesuai,

memberikan bimbingan atau konseling, memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta

didik, menciptakan iklim belajar yang kondusif, berinteraksi dengan siswa secara

tepat dan memberi penilaian secara adil terhadap hasil pembelajaran.

B. Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penulisan makalah ini secara

umum adalah untuk menjelaskan Teori-teori Belajar dalam Perspektif Psikologi.

Sedangkan tujuan khususnya adalah :

1. Menguraikan Prinsip Dasar dan Konsep Psikologi Behaviorisme

2. Menguraikan Prinsip Dasar dan Konsep Psikologi Kognitifisme

3. Menguraikan Prinsip Dasar dan Konsep Psikologi Humanisme

4. Menguraikan Prinsip Dasar dan Konsep Psikologi Konstruktivisme

5. Merumuskan aplikasi Teori Psikologi Behaviorisme, Kognitifisme,

Humanisme, dan Pendekatan Konstruktivisme dalam Belajar Pembelajaran

Page 4: Maklalah Teori Belajar Perspektif Psikologi

4Psikologi Pendidikan

C. Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini bersifat deskriptif. Bahan-bahan yang diperoleh

melalui kajian dari berbagai sumber yang relevan diolah dan dideskripsikan kembali

untuk menjelaskan tujuan penulisan makalah ini sebagaimana yang tertuang pada

tujuan umum dan tujuan khusus di atas.

D. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah memahami makalah ini, maka dikembangkan dalam

sistematika sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan, metode dan

sistematika penulisan

Bab II Pembahasan sebagai inti makalah disusun sebagai berikut:

1. Prinsip Dasar dan Konsep Psikologi Behaviorisme serta Aplikasinya

dalam Belajar Pembelajaran

2. Prinsip Dasar dan Konsep Psikologi Kognitifisme serta Aplikasinya

dalam Belajar Pembelajaran

3. Prinsip Dasar dan Konsep Psikologi Humanisme serta Aplikasinya

dalam Belajar Pembelajaran

4. Prinsip Dasar dan Konsep Psikologi Konstruktivisme serta

Aplikasinya dalam Belajar Pembelajaran

Bab III Penutup yang berisi kesimpulan hasil pembahasan pada BAB II.

Page 5: Maklalah Teori Belajar Perspektif Psikologi

5Psikologi Pendidikan

BAB II

PEMBAHASAN

A. TEORI BEHAVIORISME

1. Konsep dan Asumsi Dasar

Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang pertama kali

dicetuskan oleh Gage dan Berliner yang selanjutnya dipopulerkan oleh Jhon B.

Waston pada tahun 1913.1 Dalam perkembangannya muncullah beberapa ahli lain

yang mendukung teori ini, seperti: Thorndike,  Skinner, Clark Hull, Edwin Guthrie.

Teori behaviorisme yang pada awalnya merupakan salah satu aliran dalam psikologi

selanjutnya berkembang dan berpengaruh dalam dunia pendidikan dan pembelajaran.

Berdasarkan susunan katanya, behaviorisme terdiri dari dua kata “Behave” yang

berarti berperilaku dan “Isme” yang berarti aliran, sehingga jelas bahwa

penekanannya pada tingkah laku.

Walaupun teori ini didukung oleh beberapa ahli dengan teorinya masing-

masing, namun secara umum terdapat prinsip-prinsip dan asumsi dasar yang sama,

khususnya terkait dengan belajar. Pertama, aliran ini menekankan pada terbentuknya

perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Seseorang dikatakan belajar jika terjadi

perubahan tingkah laku. Kedua, teori ini dalam memandang manusia hanya pada sisi

jasmaniah saja, sehingga mengabaikan aspek-aspek mental rohaniah seperti

kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam belajar. 2 Ketiga, teori ini

dikenal dengan model hubungan antara Stimulus (S) dan Respon (R) dalam belajar.

Maksudnya belajar merupakan akibat adanya interaksi antara Stimulus dan Respon

(Slavin, 2000)3. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang

1 Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd., Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h.192 Ratna Yudhawati, S.Psi., M.Psi.,Teori-teori Dasar Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Prestasi Pustakarya, 2011), h. 413 Slavin, Robert E, Educational Psychology, Theory and Practice, (Massachusets: Allyn & Bacon Publishers), h. 44

Page 6: Maklalah Teori Belajar Perspektif Psikologi

6Psikologi Pendidikan

berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang

diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon merupakan rekasi atau tanggapan

siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara

stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan

tidak dapat diukur. Keempat, teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran

merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah

laku tersebut.

2. Tokoh-tokoh dalam Teori Belajar Behaviorisme

Ada beberapa tokoh yang telah menghasilkan teori-teori dalam aliran

behaviorisme antara lain adalah: Tordinke dengan teori Connectionism, Ivan Pavlov

dengan teori Classical Conditioning, dan B.F Skinner dengan teori Operant

Conditioning. Berikut ini akan diuraikan masing-masing teori tersebut yang merujuk

pada buku Teori-teori Dasar Psikologi Pendidikan4 sebagai rujukan utama dan buku-

buku lainnya sebagai penunjang.

a. Teori Connectionism : S-R menurut Thorndike (1874-1949)

Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi

antara stimulus (S) dengan respon (R). Stimulus adalah suatu perubahan dari

lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk

beraksi atau berbuat, sedangkan respon adalah tingkah laku yang dimunculkan karena

adanya perangsang. Untuk menguji teorinya, Thorndike melakukan ekserimen pada

kucing. Dari eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar (puzzle box)

tersebut diketahui bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respons,

perlu adanya kemampuan untuk memilih respons yang tepat serta melalui usaha-

usaha atau percobaan-percobaan (trials) dan kegagalan-kegagalan (error) terlebih

dahulu. Bentuk paling dasar dari belajar adalah “trial and error learning atau

selecting and connecting learning” dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu.

Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut

dengan teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi.4 Ratna Yudhawati, S.Psi., M.Psi., Opcit.

Page 7: Maklalah Teori Belajar Perspektif Psikologi

7Psikologi Pendidikan

Dari percobaan ini Thorndike menemukan hukum-hukum belajar sebagai berikut:

1) Hukum Kesiapan (law of readiness), yaitu semakin siap suatu organisme

memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku

tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung

diperkuat.

2) Hukum Latihan (law of exercise), yaitu semakin sering tingkah laku diulang/

dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat. Prinsip law of

exercise adalah koneksi antara kondisi (yang merupakan perangsang) dengan

tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan-latihan, tetapi akan melemah

bila koneksi antara keduanya tidak dilanjutkan atau dihentikan. Sehingga prinsip

dari hukum ini menunjukkan bahwa prinsip utama dalam belajar adalah ulangan.

Makin sering diulangi, materi pelajaran akan semakin dikuasai.

3) Hukum akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung

diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika

akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin

lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat

menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya,

suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan

dan tidak akan diulangi.

b. Teori Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov (1849-1936)

Classic conditioning (pengkondisian) adalah proses yang ditemukan Pavlov

melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral

dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan

reaksi yang diinginkan. Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain

tampaknya sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala

kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya.

Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-

rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang

Page 8: Maklalah Teori Belajar Perspektif Psikologi

8Psikologi Pendidikan

diinginkan. Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan

binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan

manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki manusia

berbeda dengan binatang.

Ia mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi pipi pada seekor

anjing. Sehingga kelihatan kelenjar air liurnya dari luar. Apabila diperlihatkan

sesuatu makanan, maka akan keluarlah air liur anjing tersebut. Kini sebelum makanan

diperlihatkan, maka yang diperlihatkan adalah sinar merah terlebih dahulu, baru

makanan. Dengan sendirinya air liurpun akan keluar pula. Apabila perbuatan yang

demikian dilakukan berulang-ulang, maka pada suatu ketika dengan hanya

memperlihatkan sinar merah saja tanpa makanan maka air liurpun akan keluar pula.

Makanan adalah rangsangan wajar, sedang sinar merah adalah rangsangan

buatan. Ternyata kalau perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang,

rangsangan buatan ini akan menimbulkan syarat (kondisi) untuk timbulnya air liur

pada anjing tersebut. Peristiwa ini disebut: Reflek Bersyarat atau Conditioned

Respons.

Pavlov berpendapat, bahwa kelenjar-kelenjar yang lain pun dapat dilatih.

Bectrev murid Pavlov menggunakan prinsip-prinsip tersebut dilakukan pada manusia,

yang ternyata diketemukan banyak reflek bersyarat yang timbul tidak disadari

manusia.

Melalui eksperimen tersebut Pavlov menunjukkan bahwa belajar dapat

mempengaruhi perilaku seseorang menghasilkan hokum-hukum belajar, diantaranya :

1) Law Of Respondent Conditioning yakni hokum pembiasaan yang dituntut. Jika

dua macam stimulus dihadirkan secara simutan (yang salah satunya berfungsi

sebagai reinforcer), maka refleks stimulus lainnya meningkat.

2) Law Of Respondent Extinction yakni hokum pemusnahan yang dituntut. Jika

refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent Conditioning itu didatangkan

kembali tanpa menghadirkan reinforce, maka kekuatannya akan menurun.

Page 9: Maklalah Teori Belajar Perspektif Psikologi

9Psikologi Pendidikan

c. Teori Operant Conditioning menurut Burrhus Frederic Skinner (1904-

1990)

Konsep-konsep yang dikemukakan oleh Skinner tentang belajar mampu

mengungguli konsep-konsep lain yang dikemukakan oleh para tokoh sebelumnya. Ia

mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana dan dapat menunjukkan

konsepnya tentang belajar secara komprehensif. Menurut Skinner, hubungan antara

stimulus dan respons yang terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya, yang

kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang

digambarkan oleh para tokoh sebelumnya.

Oleh sebab itu, untuk memahami tingkah laku seseorang secara benar perlu

terlebih dahulu memahami hubungan antara stimulus satu dengan lainnya, serta

memahami respons yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang

mungkin akan timbul sebagai akibat dari respons tersebut. Skinner juga

mengemukakan bahwa, dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai

alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah.

Sebab, setiap alat yang dipergunakan perlu penjelasan lagi,

demikian  seterusnya. Dari semua pendukung Teori behavioristik, Teori Skinnerlah

yang paling besar pengaruhnya. Program-program pembelajaran seperti Teaching

Machine, Pembelajaran berpogram, modul, dan program-program pembelajaran lain

yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-

faktor penguat (reinforcement), merupakan program-program pembelajaran yang

menerpkan teori belajar yang dikemukakan oleh Skinner. Dari eksperimen yang

dilakukan B.F Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati

menghasilkan hokum-hukum belajar, diantaranya :

1) Law Of Operant Conditioning yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan

stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.

2) Law Of Operant Extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah

diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka

kekuatan perilaku tersebut akan turun bahkan musnah.

Page 10: Maklalah Teori Belajar Perspektif Psikologi

10Psikologi Pendidikan

3. Pengaplikasian dalam Belajar Pembelajaran

Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari

beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik

pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang

dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan

adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi,

sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah

memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau

pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag

sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna

yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur

pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama

terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau

guru itulah yang harus dipahami oleh murid.

Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif

yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu,

para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan

standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para

pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-

hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang

dijangkau dalam proses evaluasi.

Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang

memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi,

bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem

pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan

respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar

kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.

Page 11: Maklalah Teori Belajar Perspektif Psikologi

11Psikologi Pendidikan

Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur

rapi dan teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada

aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan

disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak

dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam

penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan

keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang

pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu

keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku

sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang

berada di luar diri pebelajar.

Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan

biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut

jawaban yang benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara “benar” sesuai

dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan

tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari

kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran.

Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pebelajar secara individual.

B. TEORI KOGNITIF

1. Konsep dan Asumi Dasar

Menjelang berakhirnya tahun 1950-an banyak kritik yang muncul terhadap

behaviorisme. Kognitivisme tidak seluruhnya menolak gagasan behaviorisme, namun

lebih cenderung pada perluasannya. Pakar psikologi kognitif modern berpendapat

bahwa belajar melibatkan proses mental yang kompleks, termasuk memori, perhatian,

bahasa, pembentukan konsep, dan pemecahan masalah.

Teori kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan proses belajar.

Kognisi adalah kemampuan psikis atau mental manusia yang berupa mengamati,

Page 12: Maklalah Teori Belajar Perspektif Psikologi

12Psikologi Pendidikan

melihat, menyangka, memperhatikan, menduga dan menilai. Dengan kata lain,

kognisi menunjuk pada konsep tentang pengenalan. Teori kognitif menyatakan bahwa

proses belajar terjadi karena ada varasziabel penghalang pada aspek-aspek kognisi

seseorang.

Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil

belajar itu sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan

respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.

Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan

pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati.

Teori Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang

hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan

psikolog perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan,

yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan

dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada

kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata-skema

tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya dalam tahapan-tahapan

perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan

informasi secara mental.

Prinsip kognitif banyak dipakai di dunia pendidikan, khususnya terlihat pada

perancangan suatu sistem instruksional, prinsip-prinsip tersebut antara lain:

1. Seseorang yang belajar akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu

apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu

2. Penyusunan materi pelajaran harus dari sederhana ke kompleks

3. Belajar dengan memahami akan jauh lebih baik daripada dengan hanya

menghafal tanpa pengertian penyajian

2. Tokoh-tokoh dalam Teori Belajar Kognitivisme

a. Jean Piaget (1975)

Page 13: Maklalah Teori Belajar Perspektif Psikologi

13Psikologi Pendidikan

Menurut Jean Piaget salah seorang penganut aliran kognitif yang kuat, bahwa

proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakni: 1) asimilasi, 2) akomodasi,

dan 3) equilibrasi (penyeimbangan).5 Proses asimilasi adalah proses penyatuan

(pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam bentuk

siswa. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam benak siswa.

Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru.

Sedangkan equilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan

akomodasi. Tanpa adanya proses asimilasi, akomodasi dan equilibrasi ini,

perkembangan kognitif seseorang akan tersendat dan berjalan tak teratur.

Menurut Piaget, proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan

kognitif yang dilalui siswa, yang dalam hal ini Piaget membaginya menjadi empat

tahap, yaitu: tahap sensori-motor (ketika anak berumur 1,5 sampai 2 tahun), tahap

pra-operasional (2-7 tahun), tahap operasional konkret (7-14 tahun), tahap

operasional formal (14 tahun lebih).6

Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensori-motor tentu lain

dengan yang dialami seorang anak yang sudah mencapai tahap kedua

(praoperasional) dan lain lagi yang dialami siswa lain yang telah sampai ke tahap

yang lebih tinggi (operasional kongkret dan operasioanl formal). Secara umum,

semakin tinggi tingkat kognitif seseorang semakin teratur (dan juga semakin abstrak)

cara berpikirnya. Dalam kaitan ini seorang guru seyogyanya memahami tahap-tahap

perkembangan anak didiknya ini, serta memberikan materi belajar dalam jumlah dan

jenis yang sesuai dengan tahap-tahap tersebut.

b. Ausubel (1968)

Menurut Ausubel, siswa akan belajar dengan baik jika apa yang disebut

”pengatur kemajuan (belajar)” (Advance Organizers) didefinisikan dan

dipresentasikan dengan baik dan tepat kepda siswa.7 Pengatur kemajuan belajar 5 Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd., Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Sinar Grafika offset, 2008), h. 106 Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd., Ibid, h. 117 Degeng I Nyoman Sudana, Ilmu Pengajaran Taksonomi Variabel, (Jakarta: Proyek P2T Dirjen Dikti, 1989), h. 115

Page 14: Maklalah Teori Belajar Perspektif Psikologi

14Psikologi Pendidikan

adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi (mancangkup) semua isi

pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa.

Ausubel percaya bahwa ” Advance Organizers” dapat memberikan tiga macam

manfaat, yakni:

1) Dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi belajar yang

akan dipelajari oleh siswa

2) Dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara apa yang

sedang dipelajari siswa ”saat ini” dengan apa yang ”akan” dipelajari siswa

sedemikian rupa sehingga

3) Mampu membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih

mudah.

Oleh karena itu, pengetahuan guru terhadap isi mata pelajaran harus sangat

baik. Hanya dengan demikian seorang guru akan mampu menemukan informasi ,

yang menurut Ausubel ”sangat abstrak, umum dan inklusif”, yang mewadahi apa

yang akan diajarkan. Selain itu, logika berpikir guru juga dituntut sebaik mungkin.

Tanpa memiliki logika berpikir yang baik, maka guru akan kesulitan memilah-milah

materi pelajaran, merumuskannya dalam rumusan yang singkat dan padat, serta

mengurutkan meteri demi materi ke dalam struktur urutan yang logis dan mudah

dipahami.8

c. Brunner (1960)

Bruner mengusulkan teorinya yang disebut free discovery learning. Menurut

teori ini, proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberi

kesempatan kepada siswa untuk menemukan sutau aturan (termasuk konsep, teori,

definisi dan sebagainya) melalui contoh-contoh yang menggambarkan (mewakili)

aturan yang menjadi sumbernya.9 Dengan kata lain siswa dibimbing secara induktif

untuk memahami sutau kebenaran umum. Untuk memahami konsep kejujuran,

misalnya siswa pertama-tama tidak menghafal definisi kata kejujuran, tetapi

8 Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd., Ibid, h. 129 Degeng I Nyoman Sudana, Ibid, h. 115

Page 15: Maklalah Teori Belajar Perspektif Psikologi

15Psikologi Pendidikan

memperlajari contoh-contoh konkret tentang kejujuran. Dari contoh-contoh itulah

siswa dibimbing untuk mendefinisikan kata ”kejujuran”.

Disamping itu, Bruner mengemukakan perlunya ada teori pembelajaran yang

akan menjelaskan asas-asas untuk merancang pembelajaran yang efektif di kelas.

Menurut pandangan Bruner, bahwa teori belajar itu bersifat deskriptif, sedangkan

teori pembelajaran itu bersifat perskriptif. Misalnya, teori belajar memprediksikan

berapa usia maksimum seseorang anak untuk belajar penjumlahan, sedangkan teori

pembelajaran menguraikan bagaimana cara-cara mengajarkan penjumlahan.

3. Pengaplikasian dalam Belajar Pembelajaran

Dalam teori kognitivisme, belajar merupakan keterlibatan penguasaan atau

penataan kembali struktur kognitif dimana seseorang memproses dan menyimpan

informasi. Belajar juga merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan,

pengolahan informasi, emosi, dan aspek kejiwaan lainnya dimana pengetahuan yang

diterima disesuaikan dengan struktur kogniitf yang sudah dimiliki seseorang

berdasarkan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. Teori ini lebih mementingkan

proses belajar dari pada hasil belajar.

Dengan memahami konsep belajar demikian, maka evaluasi yang dilakukan

pun berbeda dengan behaviorisme. Dalam behavioristme evaluasi dilakukan setelah

pembelajaran selesai dan bersifat individu, namun dalam kognitivisme ini evaluasi

dilakukan tidak harus menunggu materi pembelajaran selesai dengan kata lain

ditengah-tengah kegiatan pembelajaran guru sudah bisa melakukan proses evaluasi.

Jawaban yang dibutuhkan pun tidak terbatas pada satu jawaban pasti akan tetapi

siswa dapat lebih kreatif menjabarkan pengetahuan yang dimilikinya selama ini.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:18) “belajar merupakan hal yang

kompleks. Kekompakan tersebut dapat dipandang dari dua subyek yaitu siswa dan

guru”. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses. Siswa mengalami proses

mental dalam menghadapi bahan belajar. Dari segi guru, proses belajar tersebut

Page 16: Maklalah Teori Belajar Perspektif Psikologi

16Psikologi Pendidikan

tampak sebagai perilaku belajar tentang suatu hal. Siswa adalah penentu terjadinya

atau tidaknya proses belajar.

Konsekuensinya proses pembelajaran harus lebih memberi ruang yang luas

agar siswa mengembangkan kualitas intelektualnya. Secara umum proses

pembelajaran harus didasarkan atas asumsi umum:

a. Proses pembelajaran adalah suatu realitas sistem. Artinya, keberhasilan

pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh satu aspek/faktor saja, tetapi lebih

ditentukan secara simultan dan komprehensif dari berbagai faktor yang ada.

b. Proses pembelajaran adalah realitas kultural/natural. Yaitu dalam proses

pembelajaran tidak diperlukan adanya berbagai paksaan dengan dalih

membentuk kedisiplinan.

c. Pengembangan materi harus benar-benar dilakukan secara kontekstual dan

relevan dengan realitas kehidupan peserta didik. Proses belajar tidak harus di

dalam ruang atau gedung. Wilayah pembelajaran bisa dimana saja selama

peserta didik mampu melaksanakan proses untuk mengembangkan daya

analisis terhadap realitas.

d. Metode pembelajaran tidak dilakukan secara monoton, metode yang

bervariasi merupakan tuntutan mutlak dalam proses pembelajaran.

e. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena

dengan mengaktifkan siswa, maka proses asimilasi dan akomodasi

pengetahuan dan pengalamandapat terjadi dengan baik.

f. Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal. Agar

bermakna, informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan

pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Tugas guru adalah menunjukkan

hubungan antara apa yang sedang dipelajari dengan apa yang telah diketahui

siswa.

g. Pembelajaran harus memperhatikan perbedaan individual siswa, faktor ini

sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut misalnya

Page 17: Maklalah Teori Belajar Perspektif Psikologi

17Psikologi Pendidikan

pada motivasi, persepsi, kemampuan berfikir, pengetahuan awal dan

sebagainya.

C. TEORI HUMANISTIK

1. Konsep dan Asumi Dasar

Pada teori Humanistik ini, proses belajar harus berhulu dan bermuara pada

manusia itu sendiri. Dari beberapa teori belajar, teori inilah yang paling abstrak dan

mendekati dengan dunia filsafat daripada dunia pendidikan.10

Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya “isi” dari proses belajar,

dalam kenyataanya teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses

belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain teori ini lebih tertarik

pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa

adanya, seperti apa yang kita amati dalam dunia keseharian.

Belajar harus berhulu dan bermuara  pada manusia itu sendiri. Meskipun teori

ini sangat menekankan pentingya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini

lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang

paling ideal. Dengan  kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam

bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang

bisa kita amati dalam dunia keseharian.

Teori belajar humanisme dalam pendidikan lebih menekankan pada

perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk

mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan

kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode

untuk pengembangan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati

keberadaan hidup dan juga masyarakat. Keterampilan atau kemampuan membangun

diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya

dengan keberhasilan akademik. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar

10 Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd., Ibid, h. 13

Page 18: Maklalah Teori Belajar Perspektif Psikologi

18Psikologi Pendidikan

lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar

ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari

sudut pandang pengamatnya dan bias dikatakan memanusiakan manusia.

2. Tokoh-tokoh Utama

a. Arthur Combs

Arthur Combs et al. (1974) menjelaskan bagaimana perserpsi ahli-ahli

psikologi dalam memandang tingkah laku. Untuk mengerti tingkah laku manusia,

yang terpenting adalah mengerti bagaimana dunia ini dilihat dati sudut

pandangannya11.

Salah satu dari pandangan Humanistik adalah perasaan, persepsi, kepercayaan,

dan tujuan tingkah laku inner (dari dalam) yang membuat orang berbeda dari orang

lain. Untuk mengerti orang lain, adalah melihat dunia sebagai dia lihat, dan untuk

menentukan bagaimana orang berpikir, merasa tentang dia atau tentang dunianya.

Combs menyatakan bahwa tingkah laku menyimpang adalah “akibat yang tidak ingin

dilakukan, tetapi dia tahu bahwa dia harus me;akukan”

b. Maslow

Maslow (1968) berpendapat bahwa ada hierarki kebutuhan manusia. Kenutuhan

untuk tingkat yang paling rendah, yaitu untuk bisa survive atau mempertahankan

hidup dan rasa aman, dan ini adalah kebutuhan yang paling penting. Tetapi, jika

manusia secara fisik terpenuhi kebutuhannya dan merasa aman, ,ereka akan distimuli

untuk kebutuhan yang lebih tinggi lagi, yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dicintai

dan kebutuhan akan harga diri dalam kelompok itu terpenuhi orang akan kembali

mencari kebutuhan yang lebih tinggi lagi, prestasi intelektua;, penghargaan estetis

dan akhirnya self-actualization.

c. Rogers

Rogers (1969,1983) adalah ahi psikologi humanistik yang mempunyai ide-ide

yang mempengaruhi pendidikan dan penerapannya. Melalui bukunya yang sangat

populer Freedom to Learn and Freedom to Learn for the 80’s, dia menganjurkan

11 Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikollogi Pendidikan,(Jakarta, 2006), h. 181-182.

Page 19: Maklalah Teori Belajar Perspektif Psikologi

19Psikologi Pendidikan

pendekatan pendidikan sebaiknya mencoba membuat belajar dan mengajar lebih

manusiawi, lebih personal, dan berarti.

Pendekatan Rogers dapat dimengerti dari prinsip-prinsip penting belajar

Humanistik yang diidentifikasikan sebagai sentral dan filsafat pendidikannya.

1) Keinginan untuk belajar (The Desire to Learn)

Rogers percaya manusia secara wajar mempunyai keinginan untuk belajar,

keinginan ini dapat dilihar dengan keingintahuan yang sangat dari seorang anak

ketika dia menjelajahi (meng-explore) lingkungannya. Keingintahuan anak yang

sudah melekat atau sudah menjadi sifatnya untuk belajar adalah asumsi dasar yang

penting untuk pendidikan humanistik.dalam pandangan humanistik, anak diberi

kebebasan untuk memuaskan keingintahuan merek, untuk menemukan diri mereka

sendiri, serta apa yang penting dan berarti tentang dunia yang mengelilingi mereka12.

Orientasi ini sangat berlawanan dengan kelas tradisonal, di mana guru atau

kurikulum menentukan apa yang harus siswa pelajari.

2) Belajar secara signifikan (Significant Learning)

Jenis belajar ini tidak sulit ditemukan. Pikiran siswa yang belajar dengan cepat

untuk menggunakan komputer agar bisa menikmati permainan, atay siswa yang cepat

belajar untuk menghitung uang kembaliannya ketika membeli sesuatu. Kedua conto

tadi menunjukkan bahwa belajar mempunyai tujuan dan kenyataannya dimotivasi

oleh kebutuhan untuk tahu.

3) Belajar tanpa ancaman (Learning without Threat)

Bahwa belajar yang paling baik adalah memperoleh dan menguasai suatu

lingkungan yang bebas dari ancaman. Proses belajar dipertinggi ketika siswa sapat

menguji kemampuan mereka, mencoba pengalaman baru, bahkan membuat kesalahan

tanpa mengalami rasa sakit hati karena kritik dan celaan.

4) Belajar atas inisiatif sendiri (Self-initiated Learning)

Untuk Teori Humanistik, belajar akan paling signifikan dan meresap ketika

belajar itu atas inisiatifnya sendiri, dan ketika belajar melibatkan perasaan dan pikiran

12 Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikollogi Pendidikan,(Jakarta, 2006), h. 183-184.

Page 20: Maklalah Teori Belajar Perspektif Psikologi

20Psikologi Pendidikan

si pelajar sendiri. Dengan memilih pengarahan dari orang yang sedang belajar sendiri,

akan memberi motivasi tinggi dan kesempata kepada siswa untuk belajar bagaimana

balajar. penguasaan mata pelajaran tidak diragukan lagi pentingnya, tetapi tidak lebih

penting daripada kemampuan untuk menentukan sumber, merumuska masalah,

menguji hipotesis dan menilai hasil belajar. Belajar atas inisiatif sendiri dengan

memusatkam perhatian siswa pada program belajar hasilnya amat baik.

5) Belajar dan berubah (Learning and Change)

Prinsip akhir bahwa Rogers telah mengidentifikasi bahwa belajar yang paling

bermanfaat adalah belajar tentang proses belajar. Rogers mencatat bahwa siswa pada

masa lalu belajar satu set fakta ilmu statistic dan ide-ide. Dunia menjadi lambat untuk

berubah dan apa yang dipelajari di sekolah cukup untuk memenuhi tuntutan waktu.

Sekarang, perubahan adalah fakta hidup13.

Pengetahuan berada dalam keadaan yang terus berubah secara konsistan.

Belajar seperti waktu yang lalu tidak cukup lama untuk memungkinkan seseorang

akan sukse dalam dunia modern. Apa yang dibutuhkan sekarang, menuut Rogers,

adalah individu yang mampu belajar dan lingkungan yang berubah.

c. Pengaplikasian dalam Belajar Pembelajaran

Satu strategi yang disarankan rogers adalah memberi siswa dengan berbagai

macam sumber yang dapat mendukung dan membimbing pengalaman belajar mereka.

Sumber-sumber meliputi materi pengajaran yang biasam seperti buku, bimbingan

referensi dan alat-alat bantu listrik (misalnya kalkulator, komputer). Sumber dapat

juga meliputi oran, seperti anggota masyarakat yang mempunyai suatu bidang minat

atau ahli yang bersedia mengungkapkan pengalaman-pengalaman kepada siswa.

Guru-guru dapat juga sebagai sumber dengan pengetahuan dan pengalaman

keterampilang yang tersedia yntuk siswa jika diperlukan.

Strategi lain yang disarankan adalah perr-tutoring siswa yang mengajar siswa

lain. Banyak bukti yang menunjukkan bhwa pengalaman ini berguna untuk

keduanya, siswa yang mengajar maupun yang diajar.

13 Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikollogi Pendidikan,(Jakarta, 2006), h. 184-186

Page 21: Maklalah Teori Belajar Perspektif Psikologi

21Psikologi Pendidikan

Akhirnya, Rogers adalah pengajur yang kuat pada penemuan dan

penyelidikan, di mana siswa mencari jawaban terhadappertanyaan yang riil, mrmbuat

penemuan autonomus (bebas), dan menjadi pencetus dalam belajar atas inisiatifnya

sendiri.

Psikologi Humanistik dan Pengajaran

1) Pendidikan setara (Confluent education)

George Brown(1971) mengembangkan pusat pendidikan di Universitas

California, Santa Barbara, di mana guru belajar mengintegrasikan pengalaman afektif

fengan belajar kognitif di kelas. Brown menyebutkn pendidikan setara (confluent

education) ini cara menarik untuk melibatkan diri siswa dalam mata pelajaran.

Contoh dari ini adalah pengajaran Inggris pada siswa umur 12 tahun tentang buku

yang berjudul Red Badge Of Courage14.

Guru mengembangkan latihan ini, siswanya mendapatkan pengertian mendalam

tentang novel itu, tetapi memperoleh kesadaran antarpribadi yang lebih besar dengan

mendiskusikan konsep tentang keberanian, keteguhan hati, dan kerakutan mereka

sendiri. Beberapa dari latihan dikembangkan untuk satu unit seperti di bawah ini.

a. Mewawancari seseorang yang tahu tentang perang,

b. Mendengarkan lagu-lagu perang, menulus secara bebas hubungan pikiran dan

perasaan yang membangkitkan kenangan, dan kemudian mengungkapkan

kepada kelompoknya,

c. Mendiskusikan apakah perang itu tak terelakkan, dan

d. Membandingkan perang sipil dengan Perang Dunia II.

Novel ini mengambil arti pribadi ketika siswa mulai berpikir bagaimana mereka

harus bereaksi terhadap suatu situasi yang sama.

2) Pendidikan terbuka (Open education)

Karena bingung akan apa yang terjadi sebenernya terlibat dalam pendidikan

terbuka, Welberg dan Thomas (1972) meninjau kepustakaan yang relevan pada

pendidikan terbuka, memecahnya ke dalam empat komponen, dan menudian

14 Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikollogi Pendidikan,(Jakarta, 2006), h. 181-182

Page 22: Maklalah Teori Belajar Perspektif Psikologi

22Psikologi Pendidikan

mencari sumber lain ke berbagai pendidikan terbuka yang terkemuka. Mereka

membuat delapan tema sebagai berikut.

1) Syarat-syarat belajar (Provisions for Learning)

Memanipulasi persediaan bahan perlajaran untuj memenuhi

keanekaragaman dan luasnya mata pelajaran. Anak-anak bergerak bebas

dikelas. Mendorong untuk bercakap-cakap. Tidak dipisahkan ke dalam

kelompok dengan menggunakan skor tes.

2) Manusiawi, hormat, terbuka, dan hangat (Humanness, Respect, Opennes, and

Warmth)

Menggunakan bahan pelajaran yang dibuat siswa. Guru berhadapan

dengan tingkah laku siswa yang berrmasalah dengan berkomunikasi dengan

anak tanpa melibatkan kelompok.

3) Mendiagnosis kejadian selama pelajaran

Siswa mengoreksi pekerjaan mereka sendiri. Guru nengobservasi dan

menanyakan pertanyaan. Secara individual. Tidak ada tes atau buku tugas15.

4) Pengajaran. Secara individual. Tidak ada tes atau buku tugas.

5) Penilaian

Guru mengambil catatan. Secara individual. Beberapa tes formal

6) Mencari kesempatan untuk menumbuhkan profesionalisme (Search for

Opportunitiess for Propessional Growth)

Guru menggunakan bantuan orang lain. Guru bekerja dengan teman

sejawat

7) Presepsi guru tentang dirinya (Self-Perception of Taecher)

Guru mencoba untuk menyompan semua presepsi tentang anak-anak di

dalam pengamatannya dan memonitor pekerjaan mereka.

8) Mengasumsikan anak-anak dan proses belajar (Assumption about children and

the Learning Process)

Suasana kelas hangat dan diterima. Anak-anak terlihat dengan apa yang

sedang mereka kerjakan

15 Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikollogi Pendidikan,(Jakarta, 2006), h. 188-189

Page 23: Maklalah Teori Belajar Perspektif Psikologi

23Psikologi Pendidikan

Walberg dan Thombs (1972) menemukan kelas terbuka berbeda dengan kelas

tradisonal pada empat dari delapan kriteria : syarat-syarat belajar, manusiawi,

diagnosis, pengajaran, dan penilaian16.

D. TEORI KONSTRUKTIVISME

1. Konsep dan Asumi Dasar

Konstruktivisme sebagai filsafat belajar pertama kali sudah terungkap dalam

tulisan ahli filsafat (Giambatista Visco, 1710) yang mengemukakan bahwa orang

hanya dapat benar-benar memahami apa yang dikonstruksikannya sendiri. Namun

yang pertama mengembangkan dan mempopulerkan filsafat ini dalam pembelajaran

adalah Jean Piaget.17

Ide dasar lahirnya filsafat belajar konstruktivisme merupakan kritik terhadap

teori belajar Behaviorisme yang sangat mendominasi pada waktu itu. Secara umum

menurut teori Behaviorisme, orang yang belajar adalah orang yang belum memiliki

pengetahuan tentang sesuatu, oleh sebab itu para pengajar harus dapat mentransfer

pengetahuan kepada orang yang belajar. Namun, dari beberapa hasil penelitian

pendidikan sains pada tahun-tahun terakhir telah mengungkapkan bahwa pengetahuan

itu dibangun dalam pikiran seseorang. Pandangan terakhir inilah yang dianut oleh

konstruktivisme. Maka proses pendidikan dalam pandangan ini perlu membangun

kemandirian anak untuk mengelola pola pikir secara terarah.

Asumsi dasar teori konstruktivisme tentang belajar adalah bahwa setiap orang

pada dasarnya sudah memiliki pengetahuan atau bekal awal tentang sesuatu yang

akan dipelajari. Pembelajaran pada intinya adalah bagaimana mengembangkan atau

mengkonstruksi (membangun) pengetahuan atau bekal awal yang sudah dimiliki

tersebut menjadi sebuah pengetahuan baru dan utuh. Hal ini sejalan dengan pendapat

Yatim Riyanto yang mengatakan bahwa tujuan pembelajaran konstruktivisme

ditentukan pada bagaimana belajar, yaitu menciptakan pemahaman baru yang

16 Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikollogi Pendidikan,(Jakarta, 2006), h. 189-19017 Prof. Dr. H. Yatim Riyanto, M.Pd., Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 142

Page 24: Maklalah Teori Belajar Perspektif Psikologi

24Psikologi Pendidikan

menuntut aktivitas kreatif produktif dalam konteks nyata yang mendorong si belajar

untuk berfikir dan berfikir ulang lalu mendemostrasikannya.18

Asumsi-asumsi dasar dari kontruktivisme seperti yang diungkap oleh Merril

(1991) adalah sebagai berikut :

1. Pengetahun di kontruktiviskan oleh pengalaman

2. Belajar adalah penafsiran personal tentang dunia nyata

3. Belajar adalah sebuah proses aktif, dimana makna dikembangkan berdasarkan

pengalaman.

4. Pertumbuhan konseptual berasal dari negosiasi makna, saling berbagi tentang

prespektif ganda dan perubahan refresantasi mental melalui pembelajaran

kolaboratif

5. Belajar dapat dilakukan dalam setting nyata, ujian dapat diintegrasikan dengan

tugas-tugas dan tidak merupakan aktivitas yang terpisah (penilaiaan autentitik)

Sementara itu Driver and Bell dalam Hamzah (2008) mengemukakan

karakteristik pembeljaran kontruktivisme, (i) siswa tidak dipandang sebagai sesuatu

yang pasif melainkan memiliki tujuan, (ii) belajar harus mempertimbangkan

seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa, (iii) pemngetahuan bukan sesuatu yang

datang dari luasr merupakan dikonstruksi melalui personal, (iv) pembelajaran

bukanlah transmisi pengetahuan melainkan melibatkan situasi lingkungan belajar, (v)

kurikulum bukanlah sesuatu hal yang dipelajari, melainkan seperangkat materi dan

sumber.

Ada sejumlah prinsip-prinsip pemandu dalam konstruktivisme :

1. Belajar merupakan pencarian makna. Oleh sebab itu pembelajaran harus dimulai

dengan isu-isu yang mengakomodasi siswa untuk secara aktif mengkonstruk

makna.

2. Pemaknaan memerlukan pemahaman bahwa keseluruhan (Wholes) itu sama

pentingnya seperti bagian-bagiannya. Sedangkan bagian-bagian harus dipahami

18 Prof. Dr. H. Yatim Riyanto, M.Pd., Ibid, h. 144

Page 25: Maklalah Teori Belajar Perspektif Psikologi

25Psikologi Pendidikan

dalam konteks keseluruhan. Oleh karena itu, proses pembelajaran berfokus

terutama pada konsep-konsep primer dan bukan kepada fakta-faktanya.

3. Supaya dapat mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model mental

yang dipergunakan siswa terkait bagaimana cara pandang mereka tentang dunia

serta asumsi-asumsi yang disusun yang menunjang model mental tersebut.

4. Tujuan pembelajaran adalah bagaimana setiap individu mengkonstruksi makna,

tidak sekedar mengingat jawaban apa yang benar dan menolak makna orang lain.

Karena pendidikan pada fitrahnya memang antar disiplin, satu-satunya cara yang

meyakinkan untuk mengukur hasil pembelajaran adalah melakukan penilaian

terhadap bagian-bagain proses pembelajaran, menjamin bahwa setiap siswa akan

memperoleh informasi tentang kualitas pembelajarannya.

Seringkali konsep ini dianggap perkembangan dari konsep kognitivisme,

sehingga banyak sumber yang menganggap hanya ada dua varian pokok teori

perkembangan atau teori psikologi yang mempengaruhi teori belajar, yaitu

behaviorisme dan konstruktivisme. Banyak ahli yang telah berkecimpung dalam

aliran konstruktivisme ini, dan boleh dikatakan aliran atau pandangan ini banyak

mewarnai pandangan tentang pembelajaran, metode-metodenya, filsafat-filsafatnya,

dan konsep-konsep lainnya yang berkembang pesat sejak tahun 1980-an sampai saat

ini.

Konstruktivisme adalah sebuah filosofi pembelajaran yang dilandasi premis

bahwa dengan merefleksikan pengalaman, kita membangun, mengkonstruksi

pengetahuan pemahaman kita tentang dunia tempat kita hidup. Setiap kita akan

menciptakan hukum dan model mental kita sendiri, yang kita pergunakan untuk

menafsirkan dan menerjemahkan pengalaman. Belajar, dengan demikian semata-

mata sebagai suatu proses pengaturan model mental seseorang untuk mengakomodasi

pengalaman-pengalaman baru.

Kontutivisme melandasi pemikirannya bahwa pengetahuan bukanlah sesuatu

yang (given) dari alam karena hasil kontak manusia dengan alam, tetapi pengetahuan

merupakan hasil dari kontrukvisme (bentukan) aktif manusia itu sendiri. Pengetuan

Page 26: Maklalah Teori Belajar Perspektif Psikologi

26Psikologi Pendidikan

bukanlah suatu tiruan dari kenyataan (realitas). Pengetuan bukanlah gamabran dari

dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu kontruksi

kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Ia membnetuk skema, kategori,

konsep, dan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan (Bettencourt,

1989, dalam Suparno, 1997:18).

Konstruktivis percaya bahwa pembelajar mengkontstuk sendiri realitasnya

atau paling tidak menerjemahknnya berlandaskan prespsi tentang pengalmannya,

sehingga pengetahuan individu adalah sebuah fungsi dari pengalman sebelumnya,

juga struktur mentalnya, yang kemudian digunaknnya untuk menerjemahkan objek-

objek serta kejadian-kejadian baru. Para ahli yang berkecimpung pada aliran ini

adalah. Brunner, Ullrick, Neissel, Goodman, Kant, Kuhn, Dewey dan Habermas.

Akan tetapi yang berperan besar, yaitu karya dari Jean Piaget, yan gkemudian

diterejmahkan dan dikembangkan oleh Ernste Von Glasserfeld. Sebelum

pengembangan oleh si Von tadi, buah karya Piaget ini belum banyak dikenal di

Amerika Utara.

2. Tokoh-tokoh Utama

Istilah konstruktivisme sendiri sebenarnya sudah dapat dilacak dalam karya

Bartlett (1932), kemudian juga Mark Baldwin yang secara lebih rinci diperdalam oleh

Jean Piaget, kemudian konsep belajar ini disebarluaskandi Amerika Utara (meliputi

Amerika Serikat dan Kanada) oleh Ernest Von Glasersfeld. Namun, konsep terkait

dengan konstruktivisme (walau saat itu belum mempergunakan istilah

konstruktivisme) bahkan sudah diungkap oleh Giambattista Vico pada tahun 1710,

yang mengatakan bahwa ”mengetahui berarti mengetahui bagaimana membuat

sesuatu” . Ini berarti bahwa seseorang itu dapat dikatakan mengetahui sesuatu, baru

jika ia dapat menjelaskan unsur-unsur apa yang membangun sesuatu itu, mungkin

beberapa kali da nada penerimaan dalam struktur kognitifnya, sebagai hasil proses

berpikirnya (proses of mind) tentang apa sesungguhnya sesuatu itu. Jadi sesuatu itu

telah diketahuinya karena telah dikonstruksikan dalam pikirannya. Sementara itu

sejumlah ahli lain berpendapat bahwa kontrktivisme sebagai salah satu bentuk

Page 27: Maklalah Teori Belajar Perspektif Psikologi

27Psikologi Pendidikan

pragmatisme, oleh sebab itu dapat dima’lumi jika tokoh pragmatism, John Dewey

yang terkenal dengna konsep belajar dengna melakukan ( learning by doing),

dikategorikan sebagai ahli pendukung kontruktivisme.

3. Pengaplikasian dalam Belajar Pembelajaran

Dalam teorinya, konstruktivisme menuntut peran guru agar mampu

menyediakan suasana dimana para siswa mendisain dan mengarahkan kegiatan

belajar itu lebih banyak dari pada mengiginkan siswa agar benar-benar memahami

dan dapat menerapkan pengetahuan. Oleh sebab itu harus dapat diupayakan

bagaimana siswa dapat bekerja memecahkan masalah, menentukan segala sesuatu

untuk dirinya sendiri, serta berusaha dengan ide-ide. Salah satu peran penting guru

dalam mengajar adalah bagaimana memberikan siswa anak tangga yang membawa

siswa kepemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri harus memanjat

anak tangga tersebut.19

Dengan demikian, mengajar bukanlah memindahkan pengetahuan dari pendidik

ke peserta didik, tetapi suatu kegiatan yang memungkinkan peserta didik membangun

sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti berpartisipasi dengan peserta didik dalam

membentuk pengetahuan, membuat makna, mempertanyakan kejelasan, bersikap

kritis, mengadakan justifikasi. Jadi mengajar adalah suatu bentuk belajar sendiri.

Menurut prinsip konstruktivisme, seorang pendidik mempunyai peran sebagai

mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar peserta didik berjalan

dengan baik. Maka tekanan diletakkan pada peserta didik yang belajar dan bukan

pada pendidik yang mengajar. Fungsi sebagai mediator dan fasilitaor ini dapat

dijabarkan dalam beberapa tugas antara lain sebagai berikut: (Suparno, 1997: 65-

66):20

a. Menyediakan pengalaman belajar, yang memungkinakan pesrta didik ikut

bertanggungjawab dalam membuat disain, proses dan penelitian. Maka

19 Prof. Dr. H. Yatim Riyanto, M.Pd., Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 14520 Sutarjo Adisusilo, J.R., Pembelajaran Nilai Karakter, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2012), h. 187

Page 28: Maklalah Teori Belajar Perspektif Psikologi

28Psikologi Pendidikan

menjadi jelas bahwa mengajar model ceramah bukanlah tugas utama

seorang pendidik.

b. Pendidik menyediakan pertanyaan-pertanyaan atau memberikan kegiatan-

kegiatan yang merangsang keingintahuan peserta didik, membantu mereka

untuk mencari, membentuk pengetahuan, mengekspresikan gagasan,

pendapat, sikap mereka dan mengkomunikasikan ide ilmiahnya.

Menyediakan sarana yang merangsang berfikir peserta didik secara

produktif. Menyediakan kesempatan dan pengalaman yang mendukung

belajar peserta didik. Pendidik hendaknya menyemangati peserta didik dan

bukan sebaliknya. Pendidik perlu menyediakan pengalaman konflik.

Pengalaman konflik ini dapat berwujud pengalaman anomaly yang

bertentangan dengan pemikiran atau pengalaman awal peserta didik.

Pengalaman seperti ini akan menantang peserta didik untuk berpikir secara

mendalam.

c. Memonitor, mengevaluasi dan menunjukan apakah pemikiran peserta didik

itu berjalan atau tidak. Pendidik menunjukan dan mempertanyakan apakah

pengetahuan peserta didik berlaku untuk menghadapi persoalan baru yang

berkaitan dengannya. Pendidik membantu dalam mengevaluasi hipotesis

dan kesimpulan peserta didik.

Karena itulah diperlukan keahlian seorang pendidik yang mampu menyelam

kehidupan dan dunia peserta didik. Dalam Kuantum Teaching dinyatakan bahwa

setiap interaksi dengan siswa setiap rancangan kurikulum, dan setiap metode

instruksional dibangun di atas prinsip “bawalah dunia mereka ke dunia kita” dan

“hantarkan dunia kita ke dunia mereka” (Bobbi De Porter). Melalui pendekatan

anatar guru dan siswa, maka pesan pembelajaran akan dengan mudah

ditransformasikan ke benak siswa.21

21 Prof. Dr. H. Yatim Riyanto, M.Pd., Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 153

Page 29: Maklalah Teori Belajar Perspektif Psikologi

29Psikologi Pendidikan

Secara umum perbedaan antara pembelajaran tradisonal dengan pembelajaran

yang berdasarkan teori konstruktivisme dapat dilihat pada table berikut ini.22

PEMBELAJARAN TRADISIONAL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME

1. Kurikulum diajarkan secara part to whole dengan penekanan pada basic skill

1. Disampaikan secara whole to part dengan penekanan pada big con-cept

2. Secara letak mengacu pada kurikulum untuk mencapai nilai yang tinggi

2. Mempengaruhi siswa untuk bertanya guna mencapai nilai yang tinggi

3. Aktivitas kurikulum menitikberatkan pada buku teks dan pekerjaan siswa

3. Aktivitas kurikulum menitikberatkan pada sumber data dan rekayasa materi

4. Siswa diperlakukan atau dipandang sebagai “kertas kosong” yang hanya diisi dengan informasi oleh guru-guru

4. Siswa diperlakukan sebagai pemikir dengan menampilkan teori-teori tentang dunia

5. Guru pada umumnya bertindak sebagai orang yang hanya memberi perintah dan penyebaran informasi kepada siswa

5. Guru bertindak sebagai orang yang mampu berinteraksi, sebagai moderator dengan lingkungannya terhadap siswa

6. Guru berusaha mengoreksi jawaban siswa yang benar untuk menerangkan pelajaran kepada siswa

6. Guru berusaha memperoleh pendapat atau pandangan siswa agar bisa memahami konsep-konsep yang disampaikan untuk digunakan sebagai pelajaran berikutnya.

7. Evaluasi belajar siswa dilakukan secara terpisah oleh guru dan secara keseluruhan dapat diuji hanya melalui tes

7. Evaluasi hasil belajar siswa adalah inter wofen (menjalin imajinasi dengan kebenaran) melalui usaha observasi oleh guru terhadap pekerjaan siswa

Dari tujuan tentang konstruktivisme dalam pembelajaran, pada dasarnya ada

beberapa tujuan yang ingin diwujudkan anatara lain:

a. Memotivasi siswa bahwa belajar adalah tanggungjawab siswa itu sendiri,

22 Prof. Dr. H. Yatim Riyanto, M.Pd., Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 146

Page 30: Maklalah Teori Belajar Perspektif Psikologi

30Psikologi Pendidikan

b. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari

sendiri jawabannya,

c. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian atau pemahaman konsep

secara lenkap.

d. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri

Konstruktivis bukan sebuah teori yang bersih dari kekurangan. Teori ini juga

terbatas pada ruang dan waktu dalam pengaplikasiannya. Ada beberapa kendala yang

mungkin timbul dalam penerapan teori ini.

a. Sulit mengubah keyakinan guru yang sudah terstruktur bertahun-tahun

menggunakan pendekatan tradisional

b. Guru konstruktivis dituntut lebih kreatif dalam merencenakan pelajaran dan

memilih atau menggunakan media

c. Pendekatan konstruktivis menuntut perubahan siswa yang mungkin belum

bisa diterima oleh otoritas pendidik dalam waktu dekat

d. Fleksibilitas kurikulum mungkin masih sulit diterima oleh guru yang

terbiasa dengan kurikulum yang terkontrol

e. Siswa dan orang tua mungkin imemerluykan waktu beradaptasi dengan

proses belajar dan mengajar yang baru

BAB III

PENUTUP

Rangkuman

Page 31: Maklalah Teori Belajar Perspektif Psikologi

31Psikologi Pendidikan

Secara umum terdapat prinsip-prinsip dalam teori belajar behaviorimse

Pertama, aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai

hasil belajar. Seseorang dikatakan belajar jika terjadi perubahan tingkah laku. Kedua,

teori ini dalam memandang manusia hanya pada sisi jasmaniah saja, sehingga

mengabaikan aspek-aspek mental rohaniah seperti kecerdasan, bakat, minat dan

perasaan individu dalam belajar. 23 Ketiga, teori ini dikenal dengan model hubungan

antara Stimulus (S) dan Respon (R) dalam belajar. Maksudnya belajar merupakan

akibat adanya interaksi antara Stimulus dan Respon (Slavin, 2000)24. Menurut teori

ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang

berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa,

sedangkan respon merupakan rekasi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang

diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak

penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur.

Keempat, teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu

hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.

Prinsip kognitif banyak dipakai di dunia pendidikan, khususnya terlihat pada

perancangan suatu sistem instruksional, prinsip-prinsip tersebut antara lain:

1. Seseorang yang belajar akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu

apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu

2. Penyusunan materi pelajaran harus dari sederhana ke kompleks

3. Belajar dengan memahami akan jauh lebih baik daripada dengan hanya

menghafal tanpa pengertian penyajian

Pada teori Humanistik ini, proses belajar harus berhulu dan bermuara pada

manusia itu sendiri. Dari beberapa teori belajar, teori inilah yang paling abstrak dan

mendekati dengan dunia filsafat daripada dunia pendidikan.25

23 Ratna Yudhawati, S.Psi., M.Psi.,Teori-teori Dasar Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Prestasi Pustakarya, 2011), h. 4124 Slavin, Robert E, Educational Psychology, Theory and Practice, (Massachusets: Allyn & Bacon Publishers), h. 4425 Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd., Ibid, h. 13

Page 32: Maklalah Teori Belajar Perspektif Psikologi

32Psikologi Pendidikan

Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya “isi” dari proses belajar,

dalam kenyataanya teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses

belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain teori ini lebih tertarik

pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa

adanya, seperti apa yang kita amati dalam dunia keseharian. Belajar harus berhulu

dan bermuara  pada manusia itu sendiri.

Ide dasar lahirnya filsafat belajar konstruktivisme merupakan kritik terhadap

teori belajar Behaviorisme yang sangat mendominasi pada waktu itu. Secara umum

menurut teori Behaviorisme, orang yang belajar adalah orang yang belum memiliki

pengetahuan tentang sesuatu, oleh sebab itu para pengajar harus dapat mentransfer

pengetahuan kepada orang yang belajar. Namun, dari beberapa hasil penelitian

pendidikan sains pada tahun-tahun terakhir telah mengungkapkan bahwa pengetahuan

itu dibangun dalam pikiran seseorang. Pandangan terakhir inilah yang dianut oleh

konstruktivisme. Maka proses pendidikan dalam pandangan ini perlu membangun

kemandirian anak untuk mengelola pola pikir secara terarah.

Asumsi dasar teori konstruktivisme tentang belajar adalah bahwa setiap orang

pada dasarnya sudah memiliki pengetahuan atau bekal awal tentang sesuatu yang

akan dipelajari. Pembelajaran pada intinya adalah bagaimana mengembangkan atau

mengkonstruksi (membangun) pengetahuan atau bekal awal yang sudah dimiliki

tersebut menjadi sebuah pengetahuan baru dan utuh. Hal ini sejalan dengan pendapat

Yatim Riyanto yang mengatakan bahwa tujuan pembelajaran konstruktivisme

ditentukan pada bagaimana belajar, yaitu menciptakan pemahaman baru yang

menuntut aktivitas kreatif produktif dalam konteks nyata yang mendorong si belajar

untuk berfikir dan berfikir ulang lalu mendemostrasikannya.26

26 Prof. Dr. H. Yatim Riyanto, M.Pd., Ibid, h. 144

Page 33: Maklalah Teori Belajar Perspektif Psikologi

33Psikologi Pendidikan

DAFTAR PUSTAKA

Ratna Yudhawati, S.Psi., M.Psi.,Teori-teori Dasar Psikologi Pendidikan,

PT Prestasi Pustakarya, Jakarta, 2011

Dra. Eveline Siregar, Mpd. Teori Belajar dan Pembelajaran, Ghalia

Indonesia, Bogor, 2011

Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd., Orientasi Baru dalam Psikologi

Pembelajaran, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2008

Page 34: Maklalah Teori Belajar Perspektif Psikologi

34Psikologi Pendidikan

Ratna Yudhawati, S.Psi., M.Psi.,Teori-teori Dasar Psikologi Pendidikan,

PT Prestasi Pustakarya, Jakarta, 2011

Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd., Orientasi Baru dalam Psikologi

Pembelajaran, Sinar Grafika Offset, Jakarta, 2008

Prof. Dr. H. Yatim Riyanto, M.Pd., Paradigma Baru Pembelajaran,

Kencana, Jakarta, 2009

Sutarjo Adisusilo, J.R., Pembelajaran Nilai Karakter, PT RajaGrafindo,

Jakarta, 2012

Dr. M. Sukardjo, Landasan pendidikan Konsep dan Aplikasinya, PT

RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2009