Makin Profesional Lewat Penelitian 13 One-shot Case Study

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/7/2019 Makin Profesional Lewat Penelitian 13 One-shot Case Study

    1/2

    The one-shot case study

    Leo Sutrisno

    Seorang pembaca meminta dikomentari tentang penelitian yang dilakukannya. Pembaca ini seorang ibu

    guru. Beliau mencoba menerapkan PAKEM di kelasnya, kelas III SD selama tiga bulan. Hasilnya?!

    Mengagumkan! Nilai anak didiknya meningkat semua. Disarankan agar para guru, semua saja, menerapkanPAKEM dalam pembelajaran.

    Sebelum memberikan komentar tentang penelitian ini, ada baiknya kepada pembaca diingatkan kembali

    bahwa PAKEM itu singkatan dari Pembelajaran (yang) Aktif, Kretatif, Efektif, (dan akibatnya)

    Menyenangkan. PAKEM merupakan salah satu bentuk pembelajaran dalam tradisi konstruktivisme.

    Dalam tradisi konstruktivisme pembelajaran berfokus pada siswa. Tidak berfokus pada guru. Artinya,

    segala daya upaya diarahkan pada keberhasilan siswa. Karena itu, belajar didefinisikan sebagai suatu proses

    aktif siswa. Para guru mengakui otonomi siswa. Para guru menyadari bahwa setiap siswa memilikikehendak dan tujuan sendiri.

    Para guru juga memberi motivasi pada siswa-siswinya. Para murid didorong agar memiliki keinginan

    selalu mencari tahu, agar selalu berusaha untuk menyelidiki sesuatu. Mereka juga didorong agar

    mengembngkan insiatifnya masing-masing.

    Para guru juga mengakui bahwa setiap muridnya memiliki kepercayaan sendiri. Para guru juga menerima

    kanyataan bahwa setiap siswa memiliki sikap tertentu terhadap pelajaran yang diikuti. Para guru juga

    mengakui bahwa setiap siswa mempunyai konsepsi sendiri tentang bahan yang sedang dipelajarai.

    Pendek kata, PAKEM merupakan pembelajaran yang membuat siswa menjadi aktif belajar. PAKEM juga

    memberi ruang agar para siswa mengembangkan kreativitasnya. Dan, akhirnya, para siswa merasa senang

    terlibat pada kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti.

    Kembali kepada pokok soal. Ibu guru ini selama tiga bulan menerapkan PAKEM dalam kegiatan di

    kelasnya. Hasilnya, nilai semua muridnya meningkat. (Tentu tidak berlaku bagi mereka yang sebelumnya

    telah mendapat nilai 10, ya?). Karena itu, Ibu guru ini menyarankan agar semua teman sejawat, para guru,

    melaksanakan PAKEM.

    Sebelum para guru menerima anjuran ibu guru ini mari kita telaah lebih dahulu tentang penelitian yang ia

    lakukan. Model penelitian seperti itu dalam istilah penelitian disebut The one-shot case study. Dalam

    penelitian semacam ini, peneliti secara sengaja melakukan sesuatu untuk beberapa waktu. Kemudian,

    dilihat akibatnya. Perubahan yang terjadi dianggap sebagai akibat. Dan, sesuatu yang telah dilakukannya

    itu dianggap sebagai sebab.

    Dalam contoh penelitian ibu guru ini yang menjadi akibat adalah nilai murid-muridnya meningkat semua.

    Sedangkan penyebabnya adalah penerapan PAKEM. Dengan kata lain penerapan PAKEM menyebabkan

    nilai semua murid meningkat.

    Mari kita cermati dengan seksama penelitian ini. Kita dapat mengajukan pertanyaan Betulkah kesimpulan

    itu? Betulkah bahwa penerapan PAKEM membuat nilai semua murid meningkat?. Pertanyaan semacamini dalam penelitian menyangkut validitas internal dari sebuah penelitian.

    Validitas internal suatu penelitian menjawab pertanyaan apakah temuan itu sungguh sama dengan yang

    terjadi di lapangan. Dalam konteks ibu guru ini, apakah peningkatan nilai semua siswa sungguh disebabkan

    PAKEM yang diterapkannya.

  • 8/7/2019 Makin Profesional Lewat Penelitian 13 One-shot Case Study

    2/2

    Untuk menjawab pertanyaan ini ada beberapa hal yang dapat dipikirkan. Yang pertama berkaitan dengan

    peristiwa tertentu yang terjadi selama percobaan dilangsungkan. Jika peristiwa itu berpengaruh secara

    signifikan pada subjek yang berpartisipasi dalam penelitian maka juga akan menyebabkan perubahan.

    Hal seperti ini disebut faktor history. Dari pembicaraan per telpon untuk mengklarifikasi yang dilakukanterungkap bahwa di akhir aktivitas PAKEM ibu guru tadi menyediakan hadiah, bagi mereka yang nilainya

    berada pada lima urutan teratas. Nah, tentu, penyediaan hadiah ini mendorong setiap siswa berlombauntuk memperoleh nilai tertinggi. Dengan demikian, menjadi wajar jika, nilai setiap siswa meningkat.

    Hal yang kedua berhubungan perubahan yang terjadi pada subjek yang terlibat dalam percobaan. Secara

    alamiah, selama percobaan berlangsung dalam jangka waktu tertentu, emosi subjek yang terlibat juga

    berubah, mungkin mnjadi semakin antusias, semakin senang, semakin merasa puas atau justru sebaliknya,

    semakin bosan.

    Perubahan yang terjadi dalam diri subjek selama penelitian berlangsung disebut faktor maturation.

    PAKEM menjadikan murid sebagai fokus kegiatan pembelajaran. Karena itu, semua daya upaya diarahkan

    pada para murid itu. Karena itu, para murid menjadi semakin senang. Akibatnya, tentu semakin senang juga

    untuk belajar lebih giat. Nah, tidak heran jika nilai mereka meningkat.

    Hal yang ketiga berhubungan dengan perubahan jumlah siswa yang turut kegiatan ini. Dalam istilah

    penelitian disebut mortality. Secara alamiah, dalam suatu percobaan yang memakan waktu cukup lamatentu ada subjek yang tidak dapat terlibat terus-menerus. Ada yang mengundurkan diri dari kegiatan itu.

    Dari klarifikasi dengan ibu guru ini diketahui bahwa ada tiga orang siswa di kelas itu yang pindah ke

    sekolah lain karena mengikuti perpindahan orang tuanya. Secara kebetulan, ketiga siswa itu tergolong yang

    nakal dan agak tertinggal. Nah, apa yang mungkin terjadi dengan nilai ketiga murid ini jika tidak pindah?

    Mungkin tidak meningkat secara signifikan.

    Tiga faktor ini: history, maturation dan mortality, ternyata dapat mempengaruhi nilai para siswa yang

    mengikuti pembelajaran PAKEM. Karena itu, kita tidak dapat tergesa-gesa menyimpulkan bahwa

    peningkatan nilai semua murid kelas itu disebabkan oleh penerapan PAKEM.

    Inilah komentar kita tentang penelitian yang ibu guru lakukan itu. Sudah baik dilakukan, namun,

    kesimpulan yang ditarik masih perlu direnungkan dengan cermat. Ibu tentu dapat memperbaiki lagi. Bagipembaca yang lain jika menggunakan model penelitian yang mirip dengan yang dilakukan ibu guru ini

    sebaiknya faktor: history, maturation dan mortality diikutkan dalam pembahasannya. Semoga!