Upload
rianfathurrohim
View
221
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
l
Citation preview
6.KLASIFIKASI TANAHBerbagai usaha telah dilakukan untuk memperoleh klasifikasi umum yang dapat
membantu dalam memprediksi perilaku tanah ketika mengalami pembebanan.
Metode yang telah dibuat didasarkan pada pengalaman yang diperoleh dalam
perancangan fondasi dan riset. Dari sini, tanah fondasi yang ditinjau menurut
klasifikasi tertentu dapat diprediksi perilakunya, yaitu didasarkan pada pengalaman
di lokasi lain, namun memiliki tipe tanah yang sama.
Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis
tanah yang berbeda-beda tapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam
kelompok-kelompok dan sub kelompok-sub kelompok berdasarkan
pemakaiannya.
Sistem klasifikasi memberikan bahasa yang mudah untuk menjelaskan
secara singkat sifat-sifat tanah yang bervariasi tanpa penjelasan yang terinci.
Dalam perancangan fondasi, klasifikasi tanah berguna sebagai petunjuk awal
dalam memprediksi kelakuan tanah.
7. Sistem Klasifikasi USCS
Dalam sistem klasifikasi tersebut secara garis besar tanah dibagi dalam 2
kelompok : kelompok tanah berbutir kasar dan tanah berbutir halus yang didasarkan
material yang lolos saringan nomor 200 (diameter 0,075 mm). Huruf pertama pada
pemberian nama kelompoknya, adalah merupakan singakatan dari jenis-jenis tanah
berikut :
G = kerikil (gravel)
S = pasir (sand)
M = lanau (silt, hurf M singkatan dari MO, bahasa Skandinavia)
C = lempung (clay)
O = organik (organic)
Pt = gambut (peat)
Huruf-huruf kedua dari klasifikasi dinyatakan dalam istilah-istilah :
W = gradasi baik (well graded)
P = gradasi buruk (poor graded)
L = plastisitas rendah (low plasticity)
H = plastisitas tinggi (high pasticity)
Tanah 1 :
LL = 28% ; PL = 25% ; maka PI = LL – PL = 3%. PI sangat rendah, kemungkinan
besar tanahnya adalah lanau sedikit kohesif. Kadar air di lapangan Wn = 21%, lebih
kecil dari w = e/Gs = 0,63/2,65 = 0,24 = 24%, maka tanah di lapangan dalam kondisi
tidak jenuh dengan kadar air di lapangan lebih rendah dari pada PL (karena kadar air
oada batas plastis PL = 0,66/2,65 = 25%)
Tanah 2 :
WN = 38%, sedikit lebih besar dari pada PL maksimum = 36%, jadi tanah di
lapangan dalam keadaan plastis. Dari nilai LL = 52% dan PI yang berkisar antara (52
– 36)% = 16% dan (52 – 26)% = 26%, menurut grafik plastisitas, tanah termasuk
lanau anorganik berkompresibilitas tinggi (MH) (jika tanahnya anorganik). Dari variasi
PI yang bertambah dengan kedalamannya, dapat diperkirakan kuat geser tanah ini
bertambah jika kedalaman bertambah. Yaitu dengan mengingat korelasi antara kuat
geser undrained (tak-terdrainasi) dan PI, cu/po’ = 0,11 + 0,0037(PI), yang disarankan
oleh Skempton (1957) dengan po’ = tekanan overburden efektif).
Tanah 3 :
LL = 38% dan PI = 25%, maka PL = (38 – 25)% = 13%. Dari nilai-nilai LL dan PI,
maka diperkirakan tanah termasuk lempung anorganik berplastisitas sedang (CI).
Nilai kadar air di lapangan WN = 21%, jadi tanah masih dalam daerah plastis. Dari
angka pori e = 0,56, maka tanah dalam kondisi jenuh, karena w = 0,56/2,65 = 21% =
WN.
Tanah 4 :
Dari LL = 19% dan PI = 30%, sedangkan dari kenampakan mata tanah adalah
pasir halus, hasil-hasil pengujian laboratorium tersebut harus ditinjau kembali, karena
tanah pasir tidak akan mempunyai PI = 30%. Tanah di lapangan mungkin dalam
kondisi sangat basah, karena WN = e/Gs = 0,52/2,65 = 19,6 > LL = 19%. Jadi, tanah
di lapangan pada kedudukan kadar air yang melebihi batas cairnya.
Tanah 5 :
Dari angka pori pada kedudukan batas plastis e = 0,85 = w/Gs, diperoleh kadar
air pada batas plastis PL = 0,85/2,65 = 32%. Kadar air di lapangan WN = 35%, lebih
besar dari bats plastisnya maka tanah dalam kondisi plastis.
PI = LL – PL = (62 – 32)% = 30%. Jika PI dan LL diplot pada grafik plastisitas,
maka akan jatuh di dekat batas antara lanau kompresibilitas tinggi (MH) dan
lempung plastisitas tinggi (CH). Untuk perancangan fondasi, maka perlu dilakukan
uiji konsolidasi.
(a) Tanah SC :
Kurva ini memperlihatkan tanah dengan kira-kira 25% berupa kerikil. Kuravanya
banyak berada pada daerah pasir dengan sedikit kandungan lanau (kira-kira 6%)
dan kandungan lempung 15%. Campuran pasir dan lempung yang demikian dapat
saling mengikat dan dapat dipadatkan dengan baik.
(b) Tanah CH
Terdiri dari material lempung sebanyak 60%. Pada umumnya, jika tanah semakin
halus, kurvanya akan semakin ke kanan. Walaupun 40% lebih kasar dari butiran
lempung, tanah nampak bersifat sebagai tanah lempung. Pada kenyataannya, tanah
dengan 30% lebih butiran lempung, diharapkan berperilaku seperti lempung. Karena
konsentrasi butiran halusnya tinggi, maka tanah ini berplastisitas tinggi.
(c) Tanah ML
Kira-kira 70% dari material ini berada pada tanah pasir, terutama pada daerah
pasir halus. Material sisanya adalah ukuran lanau. Tanah ini dapat dikatakan sebagai
pasir berlanau atau pasir halus berlanau, karena kurva tercuram pada bagian pasir
halus.
(d) Tanah SF
Tanah ini berada pada interval pasir dan lanau. Kira-kira 60% terdiri dari pasir
halus, lanau, dan lempung, dengan kira-kira 30% berupa lempung. Tanah ini berupa
pasir yang banyak mengandung butiran halus, jadi dapat dinyatakan sebagai pasir
berlempung.
(e) Tanah GP :
Kira-kira 75& dari berat material terdiri dari butiran yang lebih besar 6 mm.
Kurvanya menurun tajam, menunjukkan banyaknya butiran berukuran lebih besar
dari 6 mm. Sebaliknya, pada kurva selanjutnya, kemiringan kurva kelihatan landai
yang berarti kekurangan butiran-butiran pada ukuran tersebut. Tanah ini termasuk
tanah berbutir kasar dan dapat dinyatakan sebagai kerikil berpasir.
8. PENGERTIAN ALIRAN AIR DALAM TANAHTanah adalah merupakan susunan butiran padat dan pori-pori yang saling
berhubungan satu sama lain sehingga air dapat mengelir dari satu titik yang
mempunyai energi lebih tinggi ke titik yang mempunyai energi lebih rendah. Studi
mengenai aliran air melalui pori-pori tanah diperlikan dalam mekanika tanah karena
hal ini sangat berguna dalam :
- memperkirakan jumlah rembesan air dalam tanah
- menyelidiki masalah-masalah yang menyangkut pemompaan air untuk
konstruksi di bawah tanah
- menganalisis kestabilan suatu bendungan tanah dan konstruksi dinding
penahan tanah yang terkena gaya rembesan.
9. GRADIEN HIDROLIKMenurut persamaan Bernoulli :
dimana :
h = tinggi energi total
p = tekanan
v = kecepatan
g = percepatan disebabkan oleh gravitasi
γw = berat volume air
Karena kecepatan rembesan air di dalam tanah adalah sangat kecil, maka
bagian dari persamaan yang mengandung tinggi kecepatan dapat diabaikan.
Bilamana gradien hidrolik bertambah besar secara perlahan-lahan, aliran di zona
I akan tetap laminar, dan kecepatan v akan mempunyai gradien hidrolik . Pada
gradien hidrolik yang lebih tinggi, aliran menjadi turbulen (zona III). Bilamana gradien
hidrolik berkurang , keadaan aliran laminar akan terjadi di zona I saja. Pada
kebanyakan tanah , aliran air melalui ruang pori dapat dianggap sebagai aliran
laminar sehingga :
V ≈ i
10. HUKUM DARCYPada tahun 1856, Darcy memperkenalkan suatu persamaan sederhana yang
digunakan untuk menghitung kecepatan aliran air yang mengalir dalam tanah jenuh,
dinyatakan sbagai berikut :
dimana :
v = kecepatan aliran,
k = koefisien rembesan
Koefisien rembesan (coefficient of permeability) tergantung pada beberapa
factor , yaitu kekentalan cairan, distribusi ukuran butir pori, distribusi ukuran butir,
angka pori, kekasaran permukaan butiran tanah, dan derajat kejenuhan tanah. Pada
tanah berlempung struktur tanah memegang peranan penting dalam dalam
menentukan koefisien rembesan. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi sifat
rembesan tanah lempung adalah konsentrsi ion dan ketebalan lapisan air yang
menempel pada butiran lempung.
11. TINGGI ENERGI DAN ALIRAN SATU DIMENSI
Pada awal modul ini telah diterangkan bahwa ada tiga macam tinggi energi yang
dihubungkan dengan persamaan Bernoulli, dimana tinggi energi total adalah jumlah
dari tinggi tekanan dan tinggi elevasi , atau