12
Makam Imogiri, Komplek Makam Raja-Raja Mataram Makam Imogiri merupakan komplek makam bagi raja-raja Mataram dan keluarganya. Kompleks ini berada di Ginirejo Imogiri. Makam ini didirikan oleh Sultan Agung antara tahun 1632 - 1640M mer bangunan milik keraton kasultanan. Raja Mataram yang pertama dimakamkan di Imogiri yaitu Sultan Agung Hanyokrokusumo. Beliau yang memutuskan bahwa Imogiri menjadi makamnya kelak setelah beliau wafat. Hingga saat ini Raja Kasultanan Yogyakarta dan Surakarta yang wafat dimakamkan di sini. Musim liburan banyak wisataw lokal berkunjung ke Makam Imogiri selain berziarah sambil menikmati pemandangan yang indah pegunungan selatan Yogyakarta. Pada bulan Soro menurut kalender jawa dilaksanakan upacara pembersihan "nguras" Padasan Kong Enceh. Komplek Makam Imogiri ini terdapat berbagai bangunan dan benda-benda keramat hingga saat ini ma terawat. Kontruksi bangunan aslinya terbuat dari batubata. Bangunan - bangunan yang ada di komp makam lmogiri adalah : Masjid, Masjid ini terdapat di dalam komplek makam , merupakan masjid tradisional yang di bangu kira pada masa Sultan Agung . secara umum bangunanya masih asli hanya pada bagian serambinya saja yang mengalami perubahan yaitu pada bagian lantainya. Masjidnya beratap sirap , tetapi kin atasnya dilapisi seng. sehingga atap, sirap hanya bisa dilihat dart dalam masjid saja. Unsur ke lain pada masjid ini adalah pawestren dan kolam di halaman depan . Pada serambi masjid terdapat (Bedeng), besar dengan diameter 99 cm, panjang 146 cm. Menurut juru kunci makam tabuh ini di bu semasa dengan masjid. Unsur asli yang lain adalah saka guru dari kayu jati yang di sangga umpak persegi dari batu kali. Mihrap berupa relung pada dinding barat, dan mimbar berhias ukir-ukiran diantaranya ada yang manyerupai kala. Gapura, Di Komplek makam im terdapat empat buah pintu gerbang: Kori supit urang , berbentuk gap bentar yaitu gapura yang berbentuk seperti candi terbelah, tanpa atap dan tanpa daun pintu. uku panjang 220 cm. lebar 150 cm, dan terbuat dan batu bata . Pada bagian kaki terdapat hiasan giom

Makam Imogiri

Embed Size (px)

Citation preview

Makam Imogiri, Komplek Makam Raja-Raja MataramMakam Imogiri merupakan komplek makam bagi raja-raja Mataram dan keluarganya. Kompleks ini berada di Ginirejo Imogiri. Makam ini didirikan oleh Sultan Agung antara tahun 1632 - 1640M merupakan bangunan milik keraton kasultanan.

Raja Mataram yang pertama dimakamkan di Imogiri yaitu Sultan Agung Hanyokrokusumo. Beliau yang memutuskan bahwa Imogiri menjadi makamnya kelak setelah beliau wafat. Hingga saat ini Raja Kasultanan Yogyakarta dan Surakarta yang wafat dimakamkan di sini. Musim liburan banyak wisatawan lokal berkunjung ke Makam Imogiri selain berziarah sambil menikmati pemandangan yang indah pegunungan selatan Yogyakarta. Pada bulan Soro menurut kalender jawa dilaksanakan upacara pembersihan "nguras" Padasan Kong Enceh.

Komplek Makam Imogiri ini terdapat berbagai bangunan dan benda-benda keramat hingga saat ini masih terawat. Kontruksi bangunan aslinya terbuat dari batubata. Bangunan - bangunan yang ada di komplek makam lmogiri adalah : Masjid, Masjid ini terdapat di dalam komplek makam , merupakan masjid tradisional yang di bangun kirakira pada masa Sultan Agung . secara umum bangunanya masih asli hanya pada bagian serambinya saja yang mengalami perubahan yaitu pada bagian lantainya. Masjidnya beratap sirap , tetapi kini bagian atasnya dilapisi seng. sehingga atap, sirap hanya bisa dilihat dart dalam masjid saja. Unsur kekunoan lain pada masjid ini adalah pawestren dan kolam di halaman depan . Pada serambi masjid terdapat tubuh (Bedeng), besar dengan diameter 99 cm, panjang 146 cm. Menurut juru kunci makam tabuh ini di buat semasa dengan masjid. Unsur asli yang lain adalah saka guru dari kayu jati yang di sangga umpak persegi dari batu kali. Mihrap berupa relung pada dinding barat, dan mimbar berhias ukir-ukiran diantaranya ada yang manyerupai kala. Gapura, Di Komplek makam im terdapat empat buah pintu gerbang: Kori supit urang , berbentuk gapura bentar yaitu gapura yang berbentuk seperti candi terbelah, tanpa atap dan tanpa daun pintu. ukuran panjang 220 cm. lebar 150 cm, dan terbuat dan batu bata . Pada bagian kaki terdapat hiasan giometris.

Di sebelah menyebelah kori supit urang ada dua padhasan, dengan lapik berhias tumpal. Regol Sri Manganti I, berbentuk paduraksa yaitu gapura yang mempunyai atap dan daun pintu Biasanya gapura seperti ini merupakan gerbang untuk memasuki halaman yang dinilai sakral. Terbuat dari batu putih,tetapi sekarang dilapisi semen.tangganya berukuran 12,70 x 3,60 m dibuat dari Pasangan bata. Daun pintu dan kayu jati dihias dengan dua bidang besar berbentuk belah ketupat, berisi ukiran bermotif tumbuh-tumbuhan. Di bawah ambang atas pintu ada Latiyu (ambang atas pintu yang berundak-undak), bertingkat lima terbuat dari kayu. Dibelakangya terdapat angka-angka jawa. Regol Sri Manganti II, berbentuk paduraksa, akan tetapi pada gerbang ini intensitas pola hiasanya berkurang ( lebih sedikit ), terdapat Latiyu bertingkat tujuh dan berhias pola bunga-bungaan di bagian tengahnya. Di balik Latiyu terdapat angka-angka Jawa. Gapura Papak, merupakan gerbang menuju ke makam Sultan Agung yang terletak di halaman terakhir / halaman 1V. Didekat gapura im terdapat susunan batu yang disebut pelenggahan yang digunakan Sultan Agung untuk memandang laut selatan. Kelir, Yaitu sebuah bangunan pagar tembok yang berfungsi sebagal kelir atau aling-aling pintu gerbang.Disini terdapat empat kelir yaitu: Kelir gapura supit urang, panjangnya 4,40m,lebar O,60m, terbuatdari batu bata dan batu yang disusun tanpa semen Kelir Regol Sri Manganti I, berukuran 4,3 5 x 0,40 m juga dibangun dari dari bata tanpa semen Bagian atapnya polos, sedang bagian bawah dialasi dengan 17 bidang berbentuk segi empat dan Segi enam. Kelir Regol Sri Manganti II, dibuat dari bata berukuran 4 x 0,20 m, hiasanya berupa bidang bidang berukiran pola Geometris yang diselingi pola tumbuhan. Kelir Gapura Papak, terdiri dari susunan batu putih berbentuk huruf L. Kelir ini samasekali tidak berhias. Padasan, Padasan merupakan tempat berwudlu / bersuci. Disini terdapat 6 buah padasan yaitu, 2 buah terdapat di luar gerbang supit urang dan 4 buah terdapat dihalaman Kamandhungan dan biasanya disebut enceh atau Kong. Dua buah enceh yang berada di timur tangga regol Sri Manganti 1 dinamai Kyai Mendhung dan Nyai Siyem. Kedua enceh ini merupakan persembahan dari raja Ngerum (Turki) dan Siyem (Thailand). Sedang yang berada, di sebelah barat tangga bernama Kyai Danumaya dan Nyai Danumurti, berasal dari Aceh dan Palembang. Enceh-enceh ini diisi setahun sekali pada hari Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon yang pertama di bulan Suro dengan upacara tradisi khusus. Nisan, Nisan sama artinya dengan makam . Bahan pembuat nisan di komplek makam ini antara lain adalah batu andesit, bata, dan batu pualam . Nisan untuk wanita biasanya bagian atasnya tumpul atau membulat , nisan untuk pria bagian atasnya runcing. Nisan-nisan di komplek makam ini di bagi dalam 8 (delapan) kelompok makam. Kolam, Kolam ini terletak di halaman depan masjid , tepatnya di depan gapura supit urang.Pengisian kolam diperoleh dari mata air.

Permakaman ImogiriDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Langsung ke: navigasi, cari

Gerbang Permakaman Imogiri

Peta Permakaman Imogiri Permakaman Imogiri, Pasarean Imogiri atau Pajimatan Girirejo Imogiri merupakan kompleks permakaman yang berlokasi di Imogiri, Imogiri, Bantul, DI Yogyakarta. Permakaman ini dianggap suci dan kramat karena yang dimakamkan disini merupakan raja-raja dan keluarga raja dari Kesultanan Mataram. Permakaman Imogiri merupakan salah satu objek wisata di Bantul. Makam Imogiri dibangun pada tahun 1632 oleh Sultan Mataram III Prabu Hanyokrokusumo yang merupakan keturunan dari Panembahan Senopati Raja Mataram I. Makam ini terletak di atas perbukitan yang juga masih satu gugusan dengan Pegunungan Seribu.

Daftar isi

1 Sejarah 2 Jadwal Pembukaan Makam Sultan Agung Untuk Umum 3 Tata Cara Berpakaian o 3.1 Pengunjung Wanita o 3.2 Pengunjung Pria

4 Bagian-bagian Makam Imogiri o 4.1 Tangga Permakaman Imogiri 4.1.1 Penghianat Kerajaan o 4.2 Areal Makam Raja 4.2.1 Istana Kasultan Agung 4.2.2 Wilayah Makam Raja Surakarta Hadiningrat 4.2.3 Wilayah Makam Raja Yogyakarta Hadiningrat 5 Peninggalan Sultan Agung o 5.1 Air Suci dari Empat Tempayan o 5.2 Cincin Kayu o 5.3 Daun Tujuh Macam 6 Referensi

SejarahPermakaman Imogiri pada tahun 1890 Pintu Masuk ke Makam Sultan Agung pada tahun 1890 Ketika Sinuhun Hanyokrowati (Sinuhun Sedo Krapyak) meninggal, maka puteranya Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom pada waktu sedo itu sedang pergi tirakat ke pegunungan Selatan. Sehingga sebagai wakil pemegang pemerintahan ialah Gusti Pangeran Martopuro. Sesudah setahun lamanya ia bertirakat, maka ia pulang dari pegunungan tersebut sebab sudah sedikit lama dicari-cari oleh penghulu Katangan, tapi sebelum menjadi penghulu. Pada tahun 1627, ia masuk ke kerajaan dan pemegang kekuasaan Mataram saat itu ialah Prabu Hanyokrokusumo. Sesudah itu Pangeran Martopuro pergi meninggalkan kerajaan menuju Ponorogo. Atas permintaan rakyat maka wakil dari Pangeran Adipati Anom, yaitu Pangeran Purboyo memerintahkan penghulu Ketegan untuk mencari Pangeran Adipati Anom. Akhirnya terdapatlah Pangeran Adipati Anom sedang bertapa di Gunung Kidul, kemudian ia dibawa pulang ke kerajaan. Sesudah itu, Pangeran Adipati Anom diangkat menjadi Raja Kerajaan Mataram. Ia adalah raja yang cerdik dan pandai sehingga rakyatnya maupun makhluk halus serta jin takluk dan tunduk atas kekuasaannya dan Negeri Mataram terkenal sebagai pelindung penyakit. Karena bijaksananya, maka setiap hari Jum'at, ia dapat pergi sujud ke Mekkah dengan secepat kilat. Sesudah 5 tahun ia memerintah, kerajaannya dipindahkan ke Kerta-Plered dan selanjutnya Kanjeng Sultan ingin memulai membuat makam di Pegunungan Girilaya yang terletak di sebelah Timur Laut Imogiri yang dipergunakan sebagai makam raja. Tetapi sebelum makam itu selesai, pamannya yaitu Gusti Pangeran Juminah lebih dulu mengajukan permintaan. Kemudian Sinuhun merasa kecewa.

Tidak lama kemudian, pamannya meninggal seketika. Sesudah pamannya meninggal, Kanjeng Sultan Agung melemparkan pasir yang berasal dari Mekkah yang akhirnya pasir tersebut jatuh di Pegunungan Merak dan seterusnya Sinuhun segera membuat makam raja di pegunungan yang besar dan tinggi tersebut.

Jadwal Pembukaan Makam Sultan Agung Untuk Umum

Makam Imogiri dibuka setiap:

Hari Jum'at, Mulai pukul 13.00 Hari Senin, Mulai pukul 10.00 Hari Minggu, Mulai pukul 10.00 Tanggal 1 dan 8 Syawal, Mulai pukul 10.00 Tanggal 10 Besar, Mulai pukul 10.00

Hari-hari Puasa dan Hari Besar Agama Islam, Makam Imogiri ditutup untuk umum

Tata Cara BerpakaianAda tata cara berpakaian tertentu yang harus dilakukan ketika ingin memasuki makam Sultan Agung.

Pengunjung WanitaPengunjung wanita yang ingin memasuki makam Sultan Agung harus memakai kain panjang, kemben dan melepas semua perhiasan.

Pengunjung PriaPengunjung pria yang ingin memasuki makam Sultan Agung harus memakai kain panjang, beskap, blangkon, sabuk, timang dan samir. Jika pengunjung tidak menaati aturan tersebut, maka pengunjung hanya diperbolehkan sampai pintu gerbang pertama saja.

Bagian-bagian Makam ImogiriTangga Permakaman Imogiri

Tangga Permakaman Imogiri dilihat dari bawah

Tangga Permakaman Imogiri dilihat dari atas Sebelum memasuki makam raja, terdapat banyak anak tangga yang lebarnya sekitar 4 meter dengahn kemiringan 45 derajat yang menghubungkan pemukiman dengan makam. Anak tangga di Permakaman Imogiri berjumlah 409 anak tangga. Menurut mitos yang dipercayai oleh sebagian masyarakat, jika pengunjung berhasil menghitung jumlah anak tangga dengan benar, maka semua keinginannya akan terkabul. Sebagian anak tangga memiliki arti tertentu, yaitu:

Anak tangga dari pemukiman menuju daerah dekat masjid berjumlah 32 anak tangga. Jumlah anak tangga ini melambangkan bahwa makam Imogiri dibangun pada tahun 1632. Anak tangga dari daerah dekat masjid menuju pekarangan masjid berjumlah 13 anak tangga. Jumlah anak tangga ini melambangkan bahwa Sultan Agung diangkat sebagai raja Mataram pada tahun 1613. Anak tangga dari pekarangan masjid menuju tangga terpanjang berjumlah 45 anak tangga. Jumlah anak tangga ini melambangkan bahwa Sultan Agung wafat pada tahun 1645. Anak tangga terpanjang berjumlah 346 anak tangga. Jumlah anak tangga ini melambangkan bahwa makam Imogiri dibangun selama 346 tahun. Anak tangga di sekitar kolam berjumlah 9 anak tangga. Jumlah anak tangga ini melambangkan Walisongo.

Penghianat Kerajaan

Anak tangga yang tidak rata merupakan makam dari tubuh Tumenggung Endranatalah Pada saat Kerajaan Mataram ingin menguasai Jayakarta, ada seorang penghianat yang bernama Tumenggung Endranatalah memberitahukan kepada Belanda bahwa Kerajaan Mataram ingin menguasai Jayakarta dan memberitahukan keberadaan lumbung-lumbung pangan prajurit Kerajaan Mataram. Mengetahui penghianatan tersebut, Tumenggung Endranatalah ditangkap dan dipenggal kepalanya. Jasadnya dibagi menjadi 3 bagian dan dikubur di areal Permakaman Imogiri secara terpisah, yaitu:

Kepalanya dikubur di tengah-tengah Gapura Supit Urang Badannya dikubur di bawah tangga dekat Gapura Supit Urang (Anak tangga yang permukaannya tidak rata) Kakinya dikubur di tengah kolam

Hal ini dilakukan oleh Sultan Agung agar setiap orang yang ingin mengunjungi makam pasti menginjak salah satu dari bagian-bagian jasadnya dan untuk mengenang sekaligus memperingatkan rakyatnya agar penghianatan tidak terjadi lagi.

Areal Makam Raja

Gapura Supit Urang

Pendopo Supit Urang

Gerbang ke 2 dari Makam Sultan Agung

Sebelum memasuki areal permakaman terdapat Gapura Supit Urang, Pendopo Supit Urang, Tempat Juru Kunci dan 4 Tempayan Suci. Areal makam raja dibagi menjadi 2 daerah, yaitu: Istana Kasultan Agung Disini dimakamkan Sultan Agung, Sri Ratu Batang, Sri Paduka Hamangkurat Amral dan Sri Paduka Hamangkurat Mas. Sebelum memasuki makam Sultan Agung terdapat 3 gapura yang melambangkan 3 tahapan hidup manusia, yaitu:

Alam Rahim Alam Duniawi Alam Kubur

Gerbang pertama bercorak bangunan hindu yang terbuat dari susunan batu bata merah tanpa semen dengan bentuk Candi Bentar dan diberinama Gapura Supit Urang. Di bagian dalam gerbang pertama terdapat dua buah pendopo yang berada di sisi Barat dan Timur gerbang. Wilayah Makam Raja Surakarta Hadiningrat Wilayah makam raja Surakarta Hadiningrat dibagi menjadi 4 hastana dan disini dimakamkan raja-raja dari Kerajaan Surakarta Hadiningrat, yaitu: - Paku Buwana

Sri Paduka Paku Buwana I Sri Paduka Hamangkurat Jawa Sri Paduka Paku Buwana II

- Kasuwargaan Surakarta

Sri Paduka Paku Buwana III Sri Paduka Paku Buwana IV Sri Paduka Paku Buwana V

- Kapingsangan Surakarta

Sri Paduka Paku Buwana VI Sri Paduka Paku Buwana VII Sri Paduka Paku Buwana VIII Sri Paduka Paku Buwana IX

- Grimulya Surakarta

Sri Paduka Paku Buwana X Sri Paduka Paku Buwana XI Sri Paduka Paku Buwana XII

Wilayah Makam Raja Yogyakarta Hadiningrat

Wilayah makam raja Yogyakarta Hadiningrat dibagi menjadi 3 hastana dan disini dimakamkan raja-raja dari Kerajaan Yogyakarta Hadiningrat, yaitu: - Kasuwargaan Yogyakarta

Sri Paduka Hamangku Buwana I Sri Paduka Hamangku Buwana II dimakamkan di Permakaman Kota Gede Sri Paduka Hamangku Buwana III

- Besiyaran Yogyakarta

Sri Paduka Hamangku Buwana IV Sri Paduka Hamangku Buwana V Sri Paduka Hamangku Buwana VI

- Saptorenggo Yogyakarta

Sri Paduka Hamangku Buwana VII Sri Paduka Hamangku Buwana VIII Sri Paduka Hamangku Buwana IX

Peninggalan Sultan Agung

Tempayan Nyai Danumurti

Tempayan Kyai Danumaya

Tempayan Kyai Mendung Di Permakaman Imogiri ini juga terdapat peninggalan-peninggalan Sultan Agung yang bertuah dan menarik wisatawan untuk datang ke tepat ini. Peninggalan-peninggalan tersebut, yaitu:

Air Suci dari Empat Tempayan Cincin Kayu yang terbuat dari tongkat Sultan Agung Daun Tujuh Macam

Air Suci dari Empat TempayanSebelum memasuki areal makam Sultan Agung, terdapat empat buah tempayan yang berada di atas gerbang kedua. Tempayan-tempayan ini merupakan pemberian dari empat kerajaan kepada Sultan Agung.

Tempayan pertama yang terletak di sisi Barat merupakan pemberian dari Kerajaan Sriwijaya (Palembang) yang diberi nama Nyai Danumurti. Tempayan kedua merupakan pemberian dari Kerajaan Samudera Pasai (Aceh) yang diberi nama Kyai Danumaya. Tempayan ketiga merupakan pemberian dari Kerajaan Ngerum (Turki) yang diberi nama Kyai Mendung'. Tempayan keempat merupakan pemberian dari Kerajaan Syam (Thailand) yang diberi nama Nyai Syiem.

Oleh Sultan Agung, keempat tempayan ini diisi air yang dipergunakan untuk berwudhu. Air dari keempat tempayan tersebut disebut air suci dan memiliki khasiat yang dapat memberi kekuatan dan sarana pengobatan. Pada awalnya tidak sembarang orang yang dapat meminum air dari tempayan-tempayan tersebut. Saat terjadinya Serangan Umum 1 Maret di Yogyakarta, Presiden Soekarno mengirimkan surat kepada Sri Sultan Hamengkubuwana IX agar prajurit TNI yang

bertempur di Yogyakarta diperbolehkan untuk meminum air suci tempayan tersebut. Sultan memperbolehkan para prajurit untuk meminum air tersebut. Usai meminum air tersebut, kekuatan prajurit bertambah sehingga dapat memenangkat pertempuran melawan Belanda. Saat ini, masyarakat umum dapat diperbolehkan meminum air suci dari tempayan tersebut melalui juru kunci makam. Air ini bisa diambil selama masih ada air yang tersisa di dalam tempayan tersebut, karena tidak sembarang hari tempayan-tempayan ini dapat diisi air. Upacara khusus untuk mengisi keempat tempayan ini dengan air yang dilakukan setahun sekali dinamakan Nguras Enceh. Upacara ini dilaksanakan setiap Jumat Kliwon di bulan Suro (Muharam). Jika dibulan Suro tidak ada Jumat Kliwon, maka upacara pengisian air ini dapat dilaksanakan pada hari Selasa kliwon. Bagi yang mempunyai kepercayaan (percaya), air tersebut dapat menjadi sarana tolak bala serta dapat digunakan sebagai perantara untuk mengobati berbagai penyakit. Bagi pengunjung yang ingin mengambil air suci dan membawanya pulang, diperbolehan dengan beberapa syarat. Syarat-syarat tersebut, yaitu:

Pertama, yang memebawa air tersebut harus menyimpannya dengan baik. Kedua, sebelum diminum harus membaca Surah Al-Fatihah dan Surah Al-Ikhlas masingmasing tiga kali untuk [[Sultan Agung dari Mataram|Sultan Agung]. Ketiga, jika ingin membawanya pulang, pengunjung diminta memberikan sumbangan seikhlasnya (Uang sumbangan ini digunakan untuk membantu pembiayaan upacara Nguras Enceh).

Air suci tersebut jika dibawa pulang, khasiatnya dapat bertahan selama satu tahun, terhitung sejak diambil dari tempayan. Air suci tersebut dapat dicampur, namun harus menggunakan air mentah. Karena, jika dicampur dengan air yang sudah dimasak, khasiat dari air suci ini akan hilang.

Cincin KayuKayu berbentuk cincin tersebut berasal dari tongkat Sultan Agung yang ditanam lalu berubah menjadi pohon yang besar. Pohon itu ditebang dan kayunya dibuat menjadi cincin. Jika ingin membawa pulang cincin tersebut, pengunjung harus dites terlebih dahulu, apakah kayu tersebut mau mengikuti pengunjung yang ingin membawa pulang cincin tersebut atau tidak. Kayu berbentuk cincin tersebut akan ditaruh di air. Jika tenggelam, maka pertanda bahwa cincin tersebut mau mengikuti pengunjung. Kayu ini, konon sangat berkhasiat bagi pemiliknya.

Daun Tujuh MacamDaun ini bisa digunakan sebagai pengobatan bagi suami-istri yang sudah lama menikah namun tidak punya anak.

Referensi