35
DAFTAR ISI I. KATA PENGANTAR ………………………………………………. ...1 1.1. LATAR BELAKANG………………………………………….. ..2 2.1 PRINSIP PENGELASAN…………………………………….......3 2.2 SKEMA PENGELASAN………………………………………....4 2.2.1. GAS SHIELDED FLUX CORED ARC WELDING………5 2.2.2. SELF SHIELDED FLUX CORED ARC WELDING……...7 2.3 PENGARUH VARIABEL LAS LISTRIK………………………..9 2.4 JENIS PEMILIHAN ELEKTRODA ATAU FILLER……………11 2.4.1. KLASIFIKASI KAWAT ELEKTRODA………………….11 2.4.2. PEMILIHAN KAWAT ELEKTRODA…………………...14 2.4.3. STICKOUT………………………………………………...16 II. DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….17 1

Makalah+Pengelasan+FCAW

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah+Pengelasan+FCAW

Citation preview

Page 1: Makalah+Pengelasan+FCAW

DAFTAR ISI

I. KATA PENGANTAR ………………………………………………. ...1

1.1. LATAR BELAKANG………………………………………….. ..2

2.1 PRINSIP PENGELASAN…………………………………….......3

2.2 SKEMA PENGELASAN………………………………………....4

2.2.1. GAS SHIELDED FLUX CORED ARC WELDING………5

2.2.2. SELF SHIELDED FLUX CORED ARC WELDING……...7

2.3 PENGARUH VARIABEL LAS LISTRIK………………………..9

2.4 JENIS PEMILIHAN ELEKTRODA ATAU FILLER……………11

2.4.1. KLASIFIKASI KAWAT ELEKTRODA………………….11

2.4.2. PEMILIHAN KAWAT ELEKTRODA…………………...14

2.4.3. STICKOUT………………………………………………...16

II. DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….17

1

Page 2: Makalah+Pengelasan+FCAW

KATA PENGANTAR

Segala  puji  hanya  milik  Allah SWT.  Shalawat  dan  salam 

selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat  limpahan  dan

rahmat-Nya penyusun  mampu  menyelesaikan  tugas  makalah ini guna

memenuhi tugas  mata kuliah Teknologi Pengelasan dan Fabrikasi.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan

yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam

penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan

orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang

kaitan Etos Kerja Bangsa Jepang dan Islam, yang kami sajikan

berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan

berita. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan.

Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar.

Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah

akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas

dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para

mahasiswa Universitas Mercu Buana. Saya sadar bahwa makalah ini

masih banyak kekurangan dan jau dari sempurna. Untuk itu,  kepada 

dosen  pembimbing  saya  meminta  masukannya  demi  perbaikan 

pembuatan  makalah  saya  di  masa  yang  akan  datang dan

mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Surabaya, 29 Juli 2015

2

Page 3: Makalah+Pengelasan+FCAW

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju

tidak dapat dipisahkan dari pengelasan karena mempunyai peranan penting

dalam rekayasa dan reparasi logam. Pembangunan konstruksi dengan

logam pada masa sekarang ini banyak melibatkan unsur pengelasan

khususnya bidang rancang bangun karena sambungan las merupakan salah

satu.

Pembuatan sambungan yang secara teknis memerlukan

ketrampilan yang tinggi bagi pengelasnya agar diperoleh sambungan

dengan kualitas baik. Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam

konstruksi sangat luas meliputi perkapalan, jembatan, rangka baja, bejana

tekan, sarana transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya. Faktor

yang mempengaruhi las adalah prosedur pengelasan yaitu suatu

perencanaan untuk pelaksanaan penelitian yang meliputi cara

pembuatan konstruksi las yang sesuai rencana dan spesifikasi dengan

menentukan semua hal yang diperlukan dalam pelaksanaan tersebut.

Faktor produksi pengelasan adalah jadwal pembuatan, proses

pembuatan, alat dan bahan yang diperlukan, urutan pelaksanaan,

persiapan pengelasan (meliputi: pemilihan mesin las, penunjukan juru las,

pemilihan elektroda, penggunaan jenis kampuh). Pengelasan berdasarkan

klasifikasi cara kerja dapat dibagi dalam tiga kelompok yaitu pengelasan

cair, pengelasan tekan dan pematrian.

Pengelasan cair adalah suatu cara pengelasan dimana benda yang

akan disambung dipanaskan sampai mencair dengan sumber energi

panas. Proses pengelasan yang paling simpel saat ini yang banyak

3

Page 4: Makalah+Pengelasan+FCAW

digunakan adalah proses pengelasan FCAW (Flux Cored Arc Welding)

karena tidak perlu mengganti filler metal saat mengelas alur yang cukup

panjang. Mesin las FCAW menurut arusnya dibedakan menjadi tiga

macam yaitu mesin las arus searah atau Direct Current (DC), mesin las

arus bolak- balik atau Alternating Current (AC) dan mesin las arus ganda

yang merupakan mesin las yang dapat digunakan untuk pengelasan

dengan arus searah (DC) dan pengelasan dengan arus bolak-balik (AC).

Mesin Las arus DC dapat digunakan dengan dua cara yaitu polaritas lurus

dan polaritas terbalik. Pilihan ketika menggunakan DC polaritas negatif

atau positif adalah terutama ditentukan elektroda yang digunakan.

Beberapa filler FCAW didesain untuk digunakan hanya DC- atau

DC+. Filler lain dapat menggunakan keduanya DC- dan DC+. Filler E

70T-1 dapat digunakan pada DC polaritas terbalik (DC+) [1]. Pengelasan

ini menggunakan elektroda E 70T-1 dengan diameter 1,2 mm, maka arus

yang digunakan berkisar antara 150-200 Amper. Dengan interval arus

tersebut, pengelasan yang dihasilkan akan berbeda-beda . Tidak semua

logam memiliki sifat mampu las yang baik. Bahan yang mempunyai sifat

mampu las yang baik diantaranya adalah baja karbon rendah. Penyetelan

kuat arus pengelasan akan mempengaruhi hasil las. Bila arus yang

diguanakan terlalu rendah akan menyebabkan sukarnya penyalaan busur

listrik. Busur listrik yang terjadi menjadi tidak stabil. Panas yang terjadi

tidak cukup untuk melelehkan elektroda dan bahan dasar sehingga

hasilnya merupakan rigirigi las yang kecil dan tidak rata serta

penembusan kurang dalam. Sebaliknya bila arus terlalu tinggi maka

elektroda akan mencair terlalu cepat dan akan menghasilkan permukaan

las yang lebih lebar dan penembusan yang dalam sehingga menghasilkan

kekuatan tarik yang rendah dan menambah kerapuhan dari hasil

pengelasan.

4

Page 5: Makalah+Pengelasan+FCAW

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PRINSIP PENGELASAN

Flux Cored Arc Welding (FCAW) atau yang dalam bahasa

indonesia disebut Las busur listrik fluk inti tengah, Merupakan kombinasi

antara proses SMAW, GMAW dan SAW. Sumber energi pengelasan

menggunakan arus listrik AC atau DC dari pembangkit listrik atau melalui

trafo dan atau rectifier. Dalam hal ini dapat menggunakan DCRP atau

DCSP.

Flux Cored Arc Welding atau las busur berinti flux menggunakan

elektroda solid dan tubular yang diumpankan secara kontinyu dari sebuah

gulungan. Elektrodadiumpankan melalui gun atau torch sambil menjaga

busur yang terbentuk diantara ujung elektroda dengan base metal.  FCAW

menggunakan elektroda dimana terdapat serbuk flux di dalam batangnya.

Butiran-butiran dalam inti kawat ini menghasilkan sebagian atau semua

shielding gas yang diperlukan. Jadi berlawanan dengan GMAW, dimana

seluruh gas pelindung berasal dari sumber luar. FCAW bisa juga

menggunakan gas pelindung tambahan, tergantung dari jenis elektroda,

logam yang dilas, dan sifat dari pengelasan yang dikerjakan.

5

Page 6: Makalah+Pengelasan+FCAW

2.2 SKEMA PROSES PENGELASAN

Adapun rangkaian pada proses pengelasan FCAW terlihat pada gambar

2.1. berikut ini.

Gambar 2.1 Proses pengelasan FCAW

Sumber : hima-tl.ppns.ac.id

Ada dua jenis variasi FCAW yang memiliki kegunaan berbeda-

beda tergantung dari metode gas pelindung.

Gas Shielded (FCAW-G).

Self-shielded (FCAW-SS).

Proses (FCAW-G) atau berpelindung gas memerlukan shielding gas yang

berasal dari sumber luar (biasanya CO2 atau campuran argon-CO2). Proses

(FCAW-SS) memiliki pelindung sendiri misalnya Lincoln Innershield,

FCAW dapat dikerjakan secara otomatis atau semi-otomatis, tetapi yang

paling banyak dipakai adalah proses semi-otomatis.

2.2.1 Gas Shielded Flux Cored Arc Welding

Elektroda FCAW-G dapat digunakan untuk mengelas carbon

steel, low alloy steel dan stainless steel. Berpedoman pada AWS,

elektroda-elektroda yang digunakan pada pengelasan FCAW

6

Page 7: Makalah+Pengelasan+FCAW

dibicarakan pada pasal 1.3.3. Pada pengelasan carbon steel dan low

alloy steel, elektroda berinti flux yang banyak dipakai adalah dari

jenis T-1 (acid slag), T-2 (single pass welding) dan T-5 (basic slag).

Elektroda T-1 memiliki sifat-sifat pengelasan bagus, tetapi

acid slag tidak membantu menjaga logam las menjadi rendah

hydrogen kecuali bila dibuat secara khusus. Hanya sejumlah tertentu

elektroda berinti flux yang memenuhi syarat low hydrogen (kurang

dari 10 ml/100 g logam las), dan ini adalah yang paling banyak

tersedia dari jenis T-1. Elektroda tipe T-1 bisa digunakan baik

dengan gas pelindung CO2 ataupun campuran argon-CO2. Elektroda

T-1 akan memiliki busur lebih halus dan percikan las lebih sedikit

bila menggunakan gas pelindung argon-CO2, meskipun logam las

mempunyai unsur Mn dan Si sedikit lebih tinggi. Elektroda EX0T-1

didisain hanya untuk mengelas pada posisi datar dan horizontal saja.

Elektroda EX1T-1 dibuat untuk pengelasan semua posisi dengan

diameter hingga 1/16 inch. Pengelasan posisi vertikal umumnya

dikerjakan dengan arah las naik.

Elektroda tipe T-2 dirancang untuk pengelasan single pass

pada logam-logam berkarat, dan mempunyai deoxidizer Mn dan Si

lebih tinggi. Elektroda T-2 ini jangan sekali-kali digunakan untuk

pengelasan multipass karena peningkatan unsur Mn dan Si

menyebabkan tensile strength logam las yang tidak terlarut akan

bertambah besar (lebih dari 100 ksi), sehingga menimbulkan masalah

retak ketika sedang dilas atau pada kondisi pemakaian sour service.

Elektroda tipe T-5 mempunyai basic slag dengan kandungan hydrogen

logam las lebih rendah dan memperbesar impact properties dan daya tahan

terhadap retak yang memuaskan. Meskipun demikian, elektroda ini juga

mempunyai sifat-sifat pengelasan lebih buruk dibandingkan dengan

elektroda T-1. Saat ini elektroda T-1 terbaru sudah dikembangkan yang

7

Page 8: Makalah+Pengelasan+FCAW

menggabungkan dua jenis elektroda yang paling baik, sehingga elektroda

T-5 menjadi jarang dipakai lagi. Adapun rangkaian pada proses

pengelasan FCAW-G terlihat pada Gambar 2.2 berikut ini.

Gambar 2.2 Skema proses pengelasan FCAW-G

Sumber : www.pengelasan.com

2.2.2 Self Shielded Flux Cored Arc Welding

Elektroda EX1T-8 adalah elektroda FCAW-SS (Lincoln

Innershield) untuk pengelasan carbon steel dan low alloy steel yang

mendapat perhatian besar dari beberapa perusahaan. Elektroda ini

bisa dipakai untuk pengelasan semua posisi, notch toughness bagus

dan pada umumnya mempunyai kandungan hydrogen rendah

(kurang dari 10 ml/100 logam las). Elektroda-elektroda ini

digunakan dengan berbagai diameter mulai dari 0,068 hingga 3/32

inch. Pengelasan semua posisi dilakukan dengan elektroda diameter

5/64 inch atau lebih kecil, sementara elektroda dengan ukuran lebih

besar hanya digunakan untuk pengelasan posisi datar dan horizontal

saja. Las turun umumnya tidak dilakukan kecuali bila menggunakan

elektroda khusus yang dirancang untuk pengelasan pipe line.

Elektroda self-shielded mempunyai denitrifiers guna menghindarkan

8

Page 9: Makalah+Pengelasan+FCAW

porosity karena tangkapan nitrogen selama proses pengelasan. Pada

umumnya aluminum dipakai sebagai denitrifyng las, karena deposit

las dengan kandungan aluminum hingga 1% dianggap tidak

berbahaya.

Pengelasan dengan proses FCAW-SS pada pekerjaan-

pekerjaan yang kritikal seperti sambungan T-Y-K dan kombinasinya

pada anjungan lepas pantai, membutuhkan juru las yang dilatih

secara khusus dan mematuhi prosedur las yang sudah dibuat dengan

ketat, seperti elektroda, lebar ayunan, tebal lapisan dan pemanasan

awal. Adapun rangkaian pada proses pengelasan FCAW-SS terlihat

pada Gambar 2.3 berikut ini

Gambar 2.3 Skema proses pengelasan FCAW-SS

Sumber : www.pengelasan.com

9

Page 10: Makalah+Pengelasan+FCAW

2.3 PENGARUH VARIABEL LAS LISTRIK

Las listrik adalah salah satu proses sambungan las yang banyak

digunakan dalam industri otomotif. Penggunaan parameter las listrik yang

tidak tepat akan mengakibatkan kerusakan dalam bentuk patah, retak,

perubahan bentuk atau perubahan sifat mekanisnya. Telah dilakukan

penelitian terhadap pengaruh parameter las listrik terhadap sifat mekanik

sambungan las baja karbon rendah, agar diketahui kombinasi variabel las

yang paling tepat untuk mendapatkan hasil las yang baik.

Untuk tebal plat 1 mm :

Arus yang digunakan : 2 kA, 4 kA, 6 kA, 8 kA dan 10 kA

Gaya elektroda : 2 kN, 2,4 kN, 2,8 kN, 3,2 kN dan 3,6 kN

Waktu las : 20 detik, 30 detik, 35 detik, 40 detik dan 45

detik

Untuk tebal plat 3 mm :

Arus yang digunakan : 8 kA, 9 kA, 10 kA, 11 kA dan 12 kA

Gaya elektroda : 2 kN , 2,4 kN, 2,6 kN 3,2 kN dan 3,6 kN

Waktu las : 20 detik, 30 detik, 40 detik, 50 detik dan 57

detik.

Pengujian sifat mekanik yang dilakukan meliputi pengujian

kekerasan dengan metode Vickers, pengujian kekuatan geser sambungan

dengan metode uji tarik, sedangkan pengujian metalografi dilakukan

dengan menggunakan mikroskop optik.

Dari hasil uji tarik memperlihatkan untuk tebal plat 1 mm, apabila

arus di bawah 4 kA tidak terjadi sambungan las, jika arus di atas 6 kA

kekuatan geser sambungan las mulai turun. Untuk tebal plat 3 mm, jika

arus di bawah 8 kA tidak terjadi sambungan las, tetapi jika arus di atas 10

kA kekuatan geser sambungan las mulai turun. Demikian juga waktu las

dan gaya elektroda, apabila semakin tinggi dapat menurunkan kekuatan

geser sambungan las, hal ini diduga karena arus listrik, waktu las dan gaya

elektroda yang tinggi dapat menimbulkan rekristalisasi dan perubahan

10

Page 11: Makalah+Pengelasan+FCAW

butir yang dapat menurunkan kekuatan sambungan las logam. Hasil uji

kekerasan memperlihatkan, bahwa semakin besar arus listrik, waktu las

dan gaya elektroda, maka kekerasan logam makin besar, hal ini terjadi

karena jika parameter las makin besar akan mengakibatkan rekristalisasi

dan perubahan fasa pada logam, kejadian ini akan mengakibatkan

kenaikan kekerasan logam. Hasil pengujian struktur mikro

memperlihatkan bahwa material mempunyai ferit, perlit dan martensit.

Dengan demikian dari penelitian ini didapat hasil untuk pelat tebal 1 mm

kombinasi yang terbaik adalah arus 6 kA, waktu las 30 detik dan gaya

elektroda 2 kN. Untuk tebal plat 3 mm arus 10 kA, waktu las 20 detik,

gaya elektroda 3,6 kN.

11

Page 12: Makalah+Pengelasan+FCAW

2.4 JENIS PEMILIHAN ELEKTRODA ATAU FILLER

2.4.1 Klasifikasi Kawat Elektroda

FCAW adalah proses las yang menggunakan kawat elektroda

kontinyu, di mana inti fluksi akan melindungi cairan las dan

kemudian membentuk terak ( tipis ) setelah cairan las beku, seperti

proses las busur manual.

Beberapa tipe kawat elektroda dapat melindungi secara

keseluruhan proses tersebut, artinya fluksinya dapat melindungi

cairan las dari kontaminasi udara luar pada saat proses las

berlangsung dan membentuk terak pelindung saat pembekuan.

Namun ada tipe kawat elektroda yang membutuhkan gas pelindung

tambahan ( kedua ), seperti gas Carbon Dioksida ( CO2 ) atau

campuran gas Argon / CO2.

Kawat elektroda berinti fluksi ( flux-core electrode wire )

diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal, antara lain :

Bahan yang dilas

Gas pelindung yang digunakan

Posisi pengelasan

Jenis arus yang dipakai

Bentuk konstruksi

Sistem penulisan pada pengklasifikasian kawa elektroda

dibagi tiga kelompok, dimana tiap kelompok terdiri dari huruf dan

angka yang akan menunjukkan arti dari klasifikasi kawat tersebut.

Ada beberapa sistem klasifikasi elektroda yang dipakai saat ini,

12

Page 13: Makalah+Pengelasan+FCAW

antara lain menurut sistem klasifikasi American Welding Society

(AWS), Australian Standard (AS), JIS, DIN, dll.

Berikut ini adalah salah satu contoh sistem klasifikasi

elektroda las flux core yakni berdasarkan Australian Standard AS

2203.

E T X X G XX W XX X X X H1

Keterangan :

Kelompok Pertama : Desain dan Posisi Pengelasan

E = Elektroda

T = desain elektroda berongga/pipa/tubular (disambung atau tidak)

D = posisi pengelasan : horizontal pada sambungan sudut ( fillet )

atau fIlat

P = cocok untuk semua posisi

S = hanya cocok untuk jalur tunggal

Contoh :

13

Elektroda

disain elektroda

posisi pengelasan

jalur tunggal (jika memungkinkan)

gas pelindung

jenis gas pelindung

bahan las

0,1 x tegangan tarik minimum

kondisi perlakuan panas

no. tingkat tegangan tekan

komposisi kimia bahan

controlled hydrogen

Page 14: Makalah+Pengelasan+FCAW

1. Elektroda dengan label ETD artinya hanya dapat dipakai untuk

pengelasan pada posisi flat dan sambungan sudut posisi

horizontal.

2. Elektroda dengan label ETP artinya dapat dipakai untuk semua

posisi.

Kelompok Kedua : Jenis Gas Pelindung dan Arus Las

G = pengelasan membutuhkan gas pelindung tambahan/ kedua

N = tidak membutuhkan gas pelindung ( tambahan )

C = gas pelindung : CO2

M = gas pelindung campuran

Kemudian huruf N, C atau M akan diikuti oleh huruf kecil yang

akan menunjukkan jenis arus yang dipakai.

n = DC elektroda negatif ( DC - ), potensial konstan

p = DC elektroda positif ( DC + ) , potensial konstan

a = AC atau DC , arus konstan atau potensial konstan

Contoh :

ETP-GCp artinya proses pengelasan memerlukan gas pelindung

CO2 dan jenis arus yang dipakai adalah DC +

Kelompok Ketiga : Sifat Mekanik dan Komposisi Kimia

Pada kelompok ketiga ini dimulai dengan huruf W ( weld metal )

yang kemudian diikuti oleh dua digit untuk menunjukkan tegangan

tarik minimum ( dalam MPa ) dan digit ketiga adalah nomor

tingkat ( grade ) tegangan tekan.

14

Page 15: Makalah+Pengelasan+FCAW

Setelah digit ketiga diikuti oleh huruf dan angka yang

menunjukkan kondisi perlakuan panas, komposisi kimia bahan dan

kontrol hydrogen.

Contoh :

ETD-GMp-W769A.K3H5 artinya :

ETD = Elektroda tubular untuk pengelasan posisi flat atau posisi

horizontal untuk sambungan sudut

GMp = Jenis gas pelindung campuran Argon/CO2 , menggunakan

arus DC +

W769A.K3H5

W = Bahan las ( weld metal )

76 = 0,1 x tegangan tarik minimum = 760 MPa.

9 = no. tingkat tegangan tekan ( lihat AS 2203 )

A = dilakukan perlakuan panas ( lihat AS 2203 )

K3 = kandungan kimia ( lihat AS 2203 )

H5 = hydrogen controlled dengan konten kurang dari 5

mL/100 g.

2.4.2 Pemilihan Kawat Elektroda

Jenis elektroda yang akan digunakan pada suatu pengelasan

sangat ditentukan oleh keperluan pengelasan itu sendiri. Secara

umum jenis kawat elektroda untuk FCAW adalah : rutile, hydrogen

controlled, serbuk besi ( metal cored ) dan self-shieding yang

penggunaannya adalah sebagai berikut :

1. Rutile

15

Page 16: Makalah+Pengelasan+FCAW

Kawat elektroda rutile digunakan untuk pengelasan sambungan

tumpul (butt) dan sudut (fillet) jalur tunggal atau bertumpuk

(multiple) pada baja tegangan rendah atau medium untuk posisi

flat, vertikal dan di atas kepala.

2. Basic ( Hydrogen Controlled )

Kawat elektroda jenis ini digunakan untuk pengelasan kualitas

tinggi, sehingga susuai untuk mengelas baja tegangan tinggi atau

untuk penggunaan di mana dibutuhkan sifat mekanik yang baik.

Secara umum kawat elektroda hydrogen controlled cocok untuk

pengelasan semua posisi.

3. Serbuk Besi ( Metal Cored )

Kawat elektroda jenis ini dibuat dengan menambahkan serbuk

besi, bahan-bahan paduan dan sedikit stabiliser arus. Proses

pengelasan menggunakan DC + dan gas pelindung adalah Argon-

mix. Menghasilkan pengisian/ jalur las yang baik pada

penggunaan arus tinggi dan volume yang banyak dengan terak

yang tipis.

4. Self-Shielding

Jenis kawat elektroda ini tidak membutuhkan gas pelindung

tambahan, artinya kebutuhan gas pelindung sudah tercukupi oleh

fluksi yang ada pada inti kawat.

Kelebihan kawat las self-shielding :

Biaya pengoperasian lebih murah, karena tidak memerlukan

gas pelindung, regulator, dan flow meter.

Dapat digunakan pada pengelasan di daerah terbuka, di mana

tiupan angin menjadi masalah.

16

Page 17: Makalah+Pengelasan+FCAW

Harga tang las dan biaya perawatan lebih murah.

Jenis kawat las lebih bervariasi (untuk jalur bertumpuk, root,

paduan, dan untuk konstruksi berat).

Kelemahan kawat las self-shielding :

Sensitif terhadap kondisi pengelasan (hasil tidak maksimal

jika teknik las dan penanganan atau setting tidak sesuai).

Asap las sangat banyak, sehingga memerlukan sistem

pengisap jika mengelas dalam ruangan (tempat) tertutup

2.4.3 Stickout

Stickout adalah panjang kawat elektroda yang keluar dari

ujung nozzle (Gambar1.4). Untuk mendapatkan hasil yang terbaik,

maka pengaturan stickout harus sesuai dengan jenis pekerjaan dan

diameter kawat, namun secara umum adalah lebih panjang bila

dibandingkan dengan penggunaan pada GMAW, yaitu antara 10 mm

untuk kawat diameter kecil sampai 30 mm untuk kawat diameter

besar.

Biasanya tiap fabrik pembuat kawat las flux cored

merekomendasikan panjang stickout yang sesuai untuk memperoleh

hasil las yang optimum, yakni dengan mengacu pada :

o Jenis gas pelindung ( jika tipe kawat non self-shielding )

o Diameter kawat

o Posisi pengelasan

o Pengkutuban.

17

Page 18: Makalah+Pengelasan+FCAW

Gambar 1.4 Stickout

Sumber : http://yedimaulanariskyalvi.blogspot.com.

DAFTAR PUSTAKA

Himatl (2015). FCAW (Flux Cored Arc Welding).Dalam http://hima-

tl.ppns.ac.id/?p=130. 17 Juni 2015

Nugroho, Bagus (2013). Proses pengelasan FCAW.Dalam

http://yedimaulanariskyalvi.blogspot.com. 17 Juni 2015

Risky (2015). Pengertian Pengelasan FCAW (Flux Cored Arc Welding).Dalam

http://www.pengelasan.com/2015/04/pengertian-pengelasan-fcaw-flux-

cored.html. 18 Juni 2015

18

Page 19: Makalah+Pengelasan+FCAW

KESIMPULAN

Setelah kami membaca dari semua referensi yang di dapatkan

dandari penyusunan makalah ini maka kami dapat menyimpulkan

bahwa, pada akhirnya kami mengetahui pengertian las FCAW, alat-

alat yang digunakan dalam proses pengelasan FCAW, posisi

pengelasan FCAW tingkat kesusahan dalam pengelasan las FCAW,

serta prosedur yang benar dalam proses pengelasan FCAW. Hal-hal

tersebut harus diperhatikan dalam melakukan proses pengelasan,

Pengaruh variable las listrik dalam proses pengelasan FCAW

termasuk juga dalam pemilihan filler (elektroda) dalam pengelasan

FCAW sehingga kita bisa mendapatkan hasil pengelasan sesuai yang

kita inginkan.

19

Page 20: Makalah+Pengelasan+FCAW

Pertanyaan :

2. Kenapa FCAW semi-automatis lebih menguntungkan dari pada FCAW

automatis?

Jawab: 1. Produktivitas yang kontinu dari pasokan elektroda las

2. Sifat metalurgy las yang dapat dikontrol dari pemilihan fluks

3. Pembentukan manik las yang cair dapat ditopang oleh slag yang tebal

dan kuat.

3. Jika pada pengelasan FCAW terdapat cacat bagaimana cara mengurangi cacat

tersebut?

Jawab: 1. Oksidasi

Pencegahannya antara lain sebagai berikut:

a. pencegahan oksidasi dengan menggunakan Flux

flux adalah serbuk yang berisi campuran bahan kimia yang diramu

20

Page 21: Makalah+Pengelasan+FCAW

sedemikian rupa agar dapat melindungi logam las dari oksidasi pada

waktu mencair, karena flux ini masa jenis nya rendah maka pada

waktu terjadinya proses pengelasan flux ini akan mencair bersamaan

dengan logam las yang lain dengan mengapung diatas logam las

membentuk terak (slug), sehingga dapat menjadi pelindung dari

pengaruh udara luar. selain menjadi terak (slug), flux juga dapat

membentuk gas pelindung (shielding gas).

penggunaan flux ini biasanya digunakan pada proses pengelasan

berbasis las listrik khususnya pada SMAW, SAW dan FCAW.

pada proses SMAW flux berada dibagian luar kawat inti menyelubungi

logam elektrodanya. Pada proses FCAW flux berada di tengah2 kawat

las yang menjadi intinya kebalikan dari SMAW. sedangkan pada

proses SAW, flux hanya ditaburkan pada waktu terjadinya proses

pengelasan dengan menutupi busur listrik yang terjadi.

b. pencegahan oksidasi dengan menggunakan gas pelindung

(shielding gas)

hal ini biasanya terjadi pada proses pengelasan GTAW, GMAW dan

FCAW, biasanya gas yang digunakan untuk mencegah terjadinya

oksidasi adalah gas inert (helium, argon) maupun gas CO2

pada saat terjadinya proses pengelasan, gas pelindung ini akan keluar

secara bersamaan selama terjadinya proses pengelasan guna mencegah

terjadinya proses oksidasi antara logam las dan udara luar.

Argon (Ar) adalah gas inert monoatomik dgn berat molekul 40 yg

didapatkan dgn mencairkan udara. digunakan untuk pengelasan,

merupakan gas argon murni (minimum 99,95%), utk metal yg lebih

reaktif dan tahan panas tingkat kemurniannya hrs lebih tinggi

(99,97%)

Helium (He) adalah gas inert yang monoatomik dan sangat ringan

memiliki berat atom 4, jika digunakan untuk pengelasan hars

dimurnikan menjadi 99,99% kadang-kadang argon dan helium di

campurkan. argon yg mempunya berat 10x helium, krn beratnya begitu

21

Page 22: Makalah+Pengelasan+FCAW

keluar dari nozle obor argon akan langsung menyelimuti jalur las,

sedangkan helium yg beratnya lebih ringan akan naik ke atas

menghalangi penetrasi udara akan masuk kedalam proses pengelasan.

Sehingga gabungan atau campuran dua gas ini akan menghasilkan

hasil yang optimal dalam pencegahan oksidasi.

2. Deformasi

Deformasi atau metal upset atau pengkerutan logam yg disebabkan oleh

masukan panas pada proses pengelasan yang mengubah bentuk awal

komponen yang dilas.

karenanya metal upset mengakibatkan perubahan pada penyetelan semula

sehingga disebut sbg salah satu musuh las.

makin besar masukan panas, makin besar pula pengkerutan metal sewaktu

las mendingin, jika metal tidak diikat akan terdistorsi, sebaliknya jika

diikat justru akan menimbulkan tegangan thermal.

kekuatan tegangan ini dapat meretakkan metal apabila di awali dengan

keberdaan takik (notch), penggetasan, atau serangan karat.

metal upset dapat dicegah dengan ;

1. mengatur heat input yg proporsional sesuai kebutuhan, tidak kurang dan

tidak lebih sesuai WPS.

2. penyetelan material yg akan dilas setepat mungkin..

3. pengikatan penyetelan dgn clammping kemudian di tack dengan

welding

4. urut-urutan pengelasan yang baik

5. penggunaan metal dengan koefisiensi muai rendah. dari sekian banyak

cara pencegahan deformasi, yang paling sering dilupakan orang adalah

urut-urutan pengelasan.

3. Cacat Las

22

Page 23: Makalah+Pengelasan+FCAW

cacat las dapat dibagi dalam 3 kelompok  :

a. kelompok cacat las Visual. (cacat2 las lansung tampak oleh mata kita,

yg berada di permukaan)

seperti ; spatter, porosity, pin hole, crack, cold lap, undercut, underfill,

excessive reinforcement, high low.. dll

b. kelompok cacat nonvisual (cacat2 las yg berada di permukaan namun

berada disisi lain)

seperti; porosity root, undercut root, root crack, excessive penetration, IP,

blow hole.

c. kelompok cacat internal (cacat2 las yg berada di dalam logam las)

seperti; slag inclusion, porosity,slag line, crack, worm hole, hollow bead,

tungsten inclusion, IP (incomplete fusion), cold lap..

mengapa cacat las disebut salah satu musuh dari pengelasan?

karena cacat las merupakan sesuatu yg dapat mengurangi kekuatan

mekanik dari suatu lassan..

seperti contoh :

undercut, pada cacat ini permukaan akan membentuk takik, sehingga akan

menyebabkan terjadinya konsentrasi tegangan, dengan adanya konsentrasi

tegangan pada area tersebut akan menyebabkan terjadi nya awal dari

pembentukan crack (retak) dan crack akan berlanjut atau menjalar yg

mengakibatkan kan terjadinya gagal konstruksi.

4. Klasifikasi apa yang harus dipenuhi oleh seorang welder agar bisa

mengoperasikan FCAW?

23

Page 24: Makalah+Pengelasan+FCAW

Jawab:

WQR Essential Variable

Explanation

With or without backing.

Generally it is easier to execute a weld if it is backed. Performing the test without backing qualifies the welder for either.

P number of base material and pipe diameter (if the coupon is a pipe)

Base metals are assigned P numbers. QW-424 lists combinations of metals and the ranges qualified by P number. Different pipe diameters qualify the welder for ranges of diameter and for flat plates.

Use of filler metal or autogenous, F number of filler metal, and thickness of weld deposited.

Filler metals are assigned F numbers. QW-433 lists combinations of filler metals and ranges qualified. The WPS will often limit these further, so correct combinations of filler and base metals are used. Up to 0.5” the welder qualifies from the thickness of weld deposited to two times that thickness.

Position, 1G through 6G and vertical up or down.

The position of the weld and the progression are important parameters in welder performance. From easiest to perform 1G (flat) to hardest 6G (on a 45 degree angle) with an upward progression. Performing the test to 6G with an upward progression qualifies the welder for all positions.

Type of inert backing gas.

This variable will be specified in the WPS for a FCAW process.

Current of polarity.This variable will be specified in the WPS for a FCAW process.

24