11
Gangguan Tidur pada Lanjut Usia Annisza (102010201/D-1) Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No. 6 - Jakarta Barat 11470 Email: [email protected] Pendahuluan Setiap makluk hidup didunia ini membutuhkan waktu untuk beristirahat. Manusia,hewan dan tumbuhan membutuhkan waktu untuk berhenti beraktivitas agar bisa memulihkan tenagayang telah digunakan untuk melakukan aktifitas dengan tidur. Insomnia umumnya merupakan kondisi sementara atau jangka pendek. Dalam beberapa kasus, insomnia dapat menjadi kronis Tidur bagi manusia adalah hal yang sangat penting karena tidur mengendalikan irama kehidupan sehari-hari. Jika kekurangan tidur ataw mengalami gangguan dalam tidur, maka hari-hari akan menjadi lambat. Sebanyak 95% orang Amerika telah melaporkan sebuah episode dari insomnia pada beberapa waktu selama hidup mereka. Di Indonesia, pada tahun 2010 terdapat 11,7% penduduk mengalami insomnia. Insomnia sering menetap meskipun telah dilakukan pengobatan kondisi medis atau kejiwaan yang mendasari, bahkan insomnia dapat meningkatkan resiko kekambuhan penyakit primernya. Dalam hal ini, dokter perlu memahami bahwa insomnia adalah suatu kondisi tersendiri yang membutuhkan 1

Makalah Tumbuh Kembang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Tumbuh Kembang

Gangguan Tidur pada Lanjut Usia

Annisza (102010201/D-1)

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No. 6 - Jakarta Barat 11470

Email: [email protected]

Pendahuluan

Setiap makluk hidup didunia ini membutuhkan waktu untuk beristirahat.

Manusia,hewan dan tumbuhan membutuhkan waktu untuk berhenti beraktivitas agar bisa

memulihkan tenagayang telah digunakan untuk melakukan aktifitas dengan tidur. Insomnia

umumnya merupakan kondisi sementara atau jangka pendek. Dalam beberapa kasus,

insomnia dapat menjadi kronis Tidur bagi manusia adalah hal yang sangat penting karena

tidur mengendalikan irama kehidupan sehari-hari. Jika kekurangan tidur ataw mengalami

gangguan dalam tidur, maka hari-hari akan menjadi lambat. Sebanyak 95% orang Amerika

telah melaporkan sebuah episode dari insomnia pada beberapa waktu selama hidup mereka. Di

Indonesia, pada tahun 2010 terdapat 11,7% penduduk mengalami insomnia. Insomnia sering

menetap meskipun telah dilakukan pengobatan kondisi medis atau kejiwaan yang mendasari,

bahkan insomnia dapat meningkatkan resiko kekambuhan penyakit primernya. Dalam hal ini,

dokter perlu memahami bahwa insomnia adalah suatu kondisi tersendiri yang membutuhkan

pengakuan dan pengobatan untuk mencegah morbiditas dan meningkatkan kualitas hidup bagi

pasien mereka.1

Anamnesis

Jenis anamnesis yang dapat dilakukan ialah autoanamnesis Pada setiap anamnesis selalu

dinyatakan identitas pasien terlebih dahulu.Identitas pasien meliputi nama,tanggal

lahir,umur,suku,agama,alamat,pendidikan,dan pekerjaan.Setelah itu dapat dinyatakan pada

pasien apa keluhan utama dia datang. Riwayat keluarga dan kerabat yang berhubungan juga

1

Page 2: Makalah Tumbuh Kembang

perlu ditanyakan untuk menguatkan dugaan. Jika data-data dari pasien sudah lengkap untuk

anamnesis,maka dapat dilakukan pemeriksaan fisik untuk menunjang anamnesis tadi.1

Defenisi

Insomnia adalah gejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang untuk tidur atau

mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk itu.1 Gejala tersebut biasanya diikuti

gangguan fungsional saat bangun dan beraktivitas di siang hari, Insomnia umumnya merupakan

kondisi sementara atau jangka pendek dalam beberapa kasus, insomnia dapat menjadi kronis. Hal

ini sering disebut sebagai gangguan penyesuaian tidur karena paling sering terjadi dalam konteks

situasional stres akut, seperti pekerjaan baru atau menjelang ujian. Insomnia ini biasanya hilang

ketika stressor hilang atau individu telah beradaptasi dengan stressor. Namun, insomnia

sementara sering berulang ketika tegangan baru atau serupa muncul dalam kehidupan

pasien.2Insomnia jangka pendek berlangsung selama 1-6 bulan hal ini biasanya berhubungan

dengan faktor-faktor stres. Meskipun kurang tidur, banyak pasien dengan insomnia tidak

mengeluh mengantuk di siang hari. Namun, mereka mengeluhkan rasa lelah dan letih, dengan

konsentrasi yang buruk. Insomnia merupakan salah satu faktor risiko depresi dan gejala dari

sejumlah gangguan medis, psikiatris, dan tidur. Bahkan, insomnia tampaknya menjadi prediksi

sejumlah gangguan, termasuk depresi, dan kecemasan.2

Klasifikasi Insomnia3

Insomnia Primer3

Insomnia primer ini mempunyai faktor penyebab yang jelas. insomnia atau susah tidur ini dapat

mempengaruhi sekitar 3 dari 10 orang yang menderita insomnia. Pola tidur, kebiasaan sebelum

tidur dan lingkungan tempat tidur seringkali menjadi penyebab dari jenis insomnia primer ini.3

Insomnia Sekunder3

Insomnia sekunder biasanya terjadi akibat efek dari hal lain, misalnya kondisi medis. Masalah

psikologi seperti perasaan bersedih, depresi dan dementia dapat menyebabkan terjadinya

insomnia sekunder ini pada 5 dari 10 orang. Selain itu masalah fisik seperti penyakit arthritis,

diabetes dan rasa nyeri juga dapat menyebabkan terjadinya insomnia sekunder ini dan biasanya

2

Page 3: Makalah Tumbuh Kembang

mempengaruhi 1 dari 10 orang yang menderita insomnia atau susah tidur. Insomnia sekunder

juga dapat disebabkan oleh efek samping dari obat-obatan yang diminum untuk suatu penyakit

tertentu, penggunaan obat-obatan yang terlarang ataupun penyalahgunaan alkohol.3

Tanda dan Gejala Insomnia4

Kesulitan untuk memulai tidur pada malam hari

Sering terbangun pada malam hari

Bangun tidur terlalu awal

Kelelahan atau mengantuk pada siang hari

Konsentrasi dan perhatian berkurang

Peningkatan kesalahan dan kecelakaan

Ketegangan dan sakit kepala

Etiologi Insomnia5,6

• Stres. Kekhawatiran tentang pekerjaan, kesehatan sekolah, atau keluarga dapat membuat

pikiran menjadi aktif di malam hari, sehingga sulit untuk tidur. Peristiwa kehidupan yang

penuh stres, seperti kematian atau penyakit dari orang yang dicintai, perceraian atau

kehilangan pekerjaan, dapat menyebabkan insomnia.

• Kecemasan dan depresi. Hal ini mungkin disebabkan ketidakseimbangan kimia dalam otak

atau karena kekhawatiran yang menyertai depresi.

• Obat-obatan. Beberapa resep obat dapat mempengaruhi proses tidur, termasuk beberapa

antidepresan, obat jantung dan tekanan darah, obat alergi, stimulan (seperti Ritalin) dan

kortikosteroid.

• Kafein, nikotin dan alkohol. Kopi, teh, cola dan minuman yang mengandung kafein adalah

stimulan yang terkenal. Nikotin merupakan stimulan yang dapat menyebabkan insomnia.

Alkohol adalah obat penenang yang dapat membantu seseorang jatuh tertidur, tetapi

mencegah tahap lebih dalam tidur dan sering menyebabkan terbangun di tengah malam.

• Kondisi Medis. Jika seseorang memiliki gejala nyeri kronis, kesulitan bernapas dan sering

buang air kecil, kemungkinan mereka untuk mengalami insomnia lebih besar dibandingkan

mereka yang tanpa gejala tersebut. Kondisi ini dikaitkan dengan insomnia akibat artritis,

3

Page 4: Makalah Tumbuh Kembang

kanker, gagal jantung, penyakit paru-paru, gastroesophageal reflux disease (GERD), stroke,

penyakit Parkinson dan penyakit Alzheimer.

• Perubahan lingkungan atau jadwal kerja. Kelelahan akibat perjalanan jauh atau pergeseran

waktu kerja dapat menyebabkan terganggunya irama sirkadian tubuh, sehingga sulit untuk

tidur. Ritme sirkadian bertindak sebagai jam internal, mengatur siklus tidur-bangun,

metabolisme, dan suhu tubuh.

Faktor Resiko Insomnia1,4

Hampir setiap orang memiliki kesulitan untuk tidur pada malam hari tetapi resiko insomnia

meningkat jika terjadi pada:

Perempuan lebih mungkin mengalami insomnia. Perubahan hormon selama siklus

menstruasi dan menopause mungkin memainkan peran. Selama menopause, sering

berkeringat pada malam hari dan hot flashes sering mengganggu tidur.

Usia lebih dari 60 tahun. Karena terjadi perubahan dalam pola tidur, insomnia meningkat

sejalan dengan usia.

Memiliki gangguan kesehatan mental. Banyak gangguan, termasuk depresi, kecemasan,

gangguan bipolar dan post-traumatic stress disorder, mengganggu tidur.

Stres dapat menyebabkan insomnia sementara, stress jangka panjang seperti kematian orang

yang dikasihi atau perceraian, dapat menyebabkan insomnia kronis. Menjadi miskin atau

pengangguran juga meningkatkan risiko terjadinya insomnia.

Perjalanan jauh (Jet lag) dan Perubahan jadwal kerja. Bekerja di malam hari sering

meningkatkan resiko insomnia.1,4

Diagnosis7

Untuk mendiagnosis insomnia, dilakukan penilaian terhadap:

Pola tidur penderita.

Pemakaian obat-obatan, alkohol, atau obat terlarang.

Tingkatan stres psikis.

Riwayat medis.

Aktivitas fisik

4

Page 5: Makalah Tumbuh Kembang

Sebagai tambahannya, dokter akan melengkapi kuisioner untuk menentukan pola tidur dan

tingkat kebutuhan tidur selama 1 hari. Jika tidak dilakukan pengisian kuisioner, untuk mencapai

tujuan yang sama Anda bisa mencatat waktu tidur Anda selama 2 minggu.

Pemeriksaan fisik akan dilakukan untuk menemukan adanya suatu permasalahan yang bisa

menyebabkan insomnia. Ada kalanya pemeriksaan darah juga dilakukan untuk menemukan

masalah pada tyroid atau pada hal lain yang bisa menyebabkan insomnia.

Jika penyebab dari insomnia tidak ditemukan, akan dilakukan pemantauan dan pencatatan

selama tidur yang mencangkup gelombang otak, pernapasan, nadi, gerakan mata, dan gerakan

tubuh.7

Faktor-faktor penyebab insomnia antara lain :

1. Faktor Biologis

Kurang berolahraga, pola makan yang tidak teratur,sering mengkonsumsi kopi,mengonsmsi

kopi,mengonsumsi minuman beralcohol, merokok, penyakit fisik.

2. Faktor Psikologis

Perasaan takut akan hal-hal tertentu,perasaan khawatir akan sesuatu,kecenderungan depresi,

menunggu sesuatu yang tidak menyenangkan, stress.

3. Faktor Lingkungan

Suara berisik,terlalu sering menggunakan computer,suhu yang ekstrim, sering berkumpul dengan

teman-teman pada malam hari

Non Farmakoterapi3,5

a. Terapi Tingkah Laku

Terapi tingkah laku bertujuan untuk mengatur pola tidur yang baru dan mengajarkan cara untuk

menyamankan suasana tidur,terapi tingkah laku meliputi :

- Teknik Relaksasi.

Meliputi merelaksasikan otot secara progresif latihan pernapasan. Cara ini dapat

membantu mengurangi kecemasan saat tidur. Strategi ini dapat membantu Anda

mengontrol pernapasan, nadi, tonus otot, dan mood.

- Terapi kognitif.

5

Page 6: Makalah Tumbuh Kembang

Meliputi merubah pola pikir dari kekhawatiran tidak tidur dengan pemikiran yang

positif. Terapi kognitif dapat dilakukan pada konseling tatap muka atau dalam grup.

- Kontrol stimulus

Terapi ini dimaksudakan untuk membatasi waktu yang dihabiskan untuk beraktivitas.

b. Gaya hidup dan pengobatan di rumah

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia :

Mengatur jadwal tidur yang konsisten termasuk pada hari libur

Olahraga dan tetap aktif, seperti olahraga selama 20 hingga 30 menit setiap hari

sekitar lima hingga enam jam sebelum tidur.

Menghindari kafein, alkohol, dan nikotin

Menghindari makan besar sebelum tidur

2. Farmakologi

Pengobatan insomnia secara farmakologi dibagi menjadi dua golongan yaitu benzodiazepine dan

non-benzodiazepine.

a. Benzodiazepine (Nitrazepam,Trizolam,dan Estazolam)

b. Non benzodiazepine (Chloral-hydrate, Phenobarbital)

Pengaturan Dosis

- Pemberian tunggal dosis anjuran 15 sampai 30 menit sebelum pergi tidur.

- Pada usia lanjut, dosis harus lebih kecil dan peningkatan dosis lebih perlahan-lahan,

untuk menghindari oversedation

Komplikasi

Tidur sama pentingnya dengan makanan yang sehat dan olahraga yang teratur. Insomnia dapat

mengganggu kesehatan mental dan fisik

6

Page 7: Makalah Tumbuh Kembang

Gambar 1. Pengaruh kompilikasi pada insomnia

Kesimpulan

Insomnia merupalan kesulitan untuk masuk tidur, kesulitan dalam mempertahankan tidur, atau

tidak cukup tidur. Insomnia merupakan gangguan fisiologis yang cukup serius, dimana apabila

tidak ditangani dengan baik dapat mempengaruhi kinerja dan kehidupan sehari-hari.

Insomnia dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti stres,pengaruh makanan dan obat-obatan,

perubahan lingkungan, dan kondisi medis. Insomnia didiagnosis dengan melakukan penilaian

terhadap pola tidur penderita, pemakaian obat-obatan, alkohol, atau obat terlarang. Insomnia

dapat ditatalaksana dengan cara farmakologi dan non farmakologi, bergantung pada jenis dan

penyebab insomnia. Obat-obatan yang biasanya digunakan untuk mengatasi insomnia dapat

berupa golongan benzodiazepin (Nitrazepam, Trizolam, dan Estazolam), dan non benzodiazepine

(Chloral-hydrate, Phenobarbital). Tatalaksana insomnia secara non farmakologis dapat berupa

terapi tingkah laku dan pengaturan gaya hidup dan pengobatan di rumah seperti mengatur jadwal

tidur.

7

Page 8: Makalah Tumbuh Kembang

Daftar Pustaka

1. Kaplan HI, Sadock BJ. Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri. Tangerang: Bina Rupa

Aksara Publisher;2010.

2. Anonim. Insomnia. Februari 2007. Diunduh dari http://www.emedicinehealth.com, 12

Februari 2007.

3. Zeidler MR, Insomnia. Juli 2011. Diunduh dari

http://www.emedicina.medscape.com/article/1187829.com,8 Juli 2011.

4. Tomb, David A. Buku saku psikiatri. Edisi 6. Jakarta; EGC

5. Nevid J, Rathus. Psikologi abnormal. Edisi 5. Jakarta: Erlangga;2003

6. Maslim, Rusdi. Buku saku gangguang diagnosis jiwa rujukan. Jakarta: Ilmu Kedokteran

Jiwa FK-Unika Atmajaya;2001.

7. Maslim, Rusdi. Panduan praktis penggunaan klinis obat psikotropik. Jakarta: Ilmu

Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya;2001.

8