27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa bayi dan anak adalah masa mereka mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cepat dan sangat penting, dimana nantinya merupakan landasan yang menentukan kualitas penerus generasi bangsa. Masa kritisa anak pada usia 6 sampai 24 bulan, karena kelompok umur merupakan saat periode pertumbuhan kritis dan kegagalan tumbuh mulai terlihat. Usia 0 sampai 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan yang sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak baik pada saat ini maupun masa selanjutnya. Pada dasarnya, perkembangan sejalan dengan maturasi neurologis dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun adalah merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tumbuh yang dikontrol oleh otak. Perkembangan setiap anak tidak bisa sama, tergantung proses kematangan masing-masing anak. Selama proses tumbuh kembang berlangsung, terdapat beberapa hal yang turut berpengaruh seperti misalnya status gizi, 1

makalah tk1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

TK JSJSKKLF

Citation preview

Page 1: makalah tk1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa bayi dan anak adalah masa mereka mengalami pertumbuhan dan perkembangan

yang cepat dan sangat penting, dimana nantinya merupakan landasan yang menentukan

kualitas penerus generasi bangsa. Masa kritisa anak pada usia 6 sampai 24 bulan, karena

kelompok umur merupakan saat periode pertumbuhan kritis dan kegagalan tumbuh mulai

terlihat.

Usia 0 sampai 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat

diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk

tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh

makanan yang sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode

kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak baik pada saat ini maupun

masa selanjutnya.

Pada dasarnya, perkembangan sejalan dengan maturasi neurologis dan otot anak.

Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun adalah merupakan hasil pola interaksi yang

kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tumbuh yang dikontrol oleh otak.

Perkembangan setiap anak tidak bisa sama, tergantung proses kematangan masing-masing

anak.

Selama proses tumbuh kembang berlangsung, terdapat beberapa hal yang turut

berpengaruh seperti misalnya status gizi, faktor sosial yaitu keluarga dan lingkungan sekitar,

serta imunisasi dasar dan ulangan. Apabila salah satu hal atau aspek tersebut mengalami

gangguan sehingga tidak dapat terpenuhi maka tumbuh kembang anak akan terganggu.

Terganggunya proses tumbuh kembang pada anak mengakibatkan kemunduran pada sang

anak baik secara fisik maupun mental. Selain itu segi kognitif dan emosional anak pun akan

menjadi tidak stabil bahkan dapat mengakibatkan kematian bagi sang anak.

1.2 Rumusan Masalah

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan imunisasi, vaksinasi dan KIPI

2. Jenis-jenis vaksin beserta dosis, lokasi dan cara peyuntikan

3. Pengaruh imunologi tubuh terhadap vaksinasi virus dan bakteri

4. Kontraindikasi dan efek samping dari vaksin

1

Page 2: makalah tk1

BAB II

LAPORAN KASUS

Seorang anak usia 6 bulan dibawa oleh orang tua nya ke puskesmas untuk imunisasi.

Karena anak sering batuk pilek dengan disertai demam yang tidak tinggi, orang tua tidak

berani membawanya untuk imunisasi seperti yang disarankan sebelumnya. Imunisasi yang

pernah didapatkan sebelumnya adalah Hepatitis 2x, BCG, DPT 1x, Polio 1x, HiB 1x.

2

Page 3: makalah tk1

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Terminologi

Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang

secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut

tidak akan sakit atau sakit ringan atau tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara

memasukkan vaksin ke dalam tubuh manusia, untuk mencegah penyakit.1

Vaksin itu sendiri adalah sediaan yang mengandung zat antigenik yang mampu

menimbulkan kekebalan aktif dan khas pada manusia sedangkan Vaksinasi adalah

pemberian vaksin ke dalam tubuh seseorang untuk

memberikan kekebalan terhadap penyakit tersebut.1

3.2 Masalah

Tidak berani membawa imunisasi saat anak batuk pilek demam tidak tinggi.

Terlambat imunisasi pada bulan ke 6;

- Hepatitis B terlambat 2 kali.

- DTP terlambat 2 kali.

- Polio terlambat 3 kali.

- Hib terlambat 2 kali.

- Rotravirus terlambat 3 kali.

3.3 Analisis masalah

Sang ibu memiliki persepsi yang sama terhapat kontra indikasi semua vaksinasi,

menurut persepsi ibu yang ia peroleh sebelumnya bahwa dalam keadaan batuk pilek dan

demam anak harus dilakukan penundaan imunisasi, pada kenyataannya setiap vaksinasi

memiliki kontra indikasi tersendiri dan tidak semuanya sama.

- kontra indikasi pada imunisasi BCG

Imunisasi BCG tidak dapat diberikan pada anak yang berpenyakit TB atau

menunjukan uji Mantoux positif atau pada anak yang mempunyai penyakit kulit

yang berat / menahun.

- Kontra indikasi pada imunisasi DPT

Imunisasi DPT tidak dapat diberikan pada anak-anak yang mempunyai penyakit

atau kelainan saraf, baik bersifat keturunan atau bukan, seperti epilepsi, menderita

3

Page 4: makalah tk1

kelainan saraf yang betul-betul berat atau habis dirawat karena infeksi otak, anak-

anak yang sedang demam atau sakit keras dan yang mudah mendapat kejang dan

mempunyai sifat alergi, seperti eksim atau asma

- Kontra indikasi imunisasi Polio

Sebaiknya pada anak dengan diare berat atau yang sedang sakit parah, seperti

demam tinggi (diatas 38C) ditangguhkan. Pada anak yang menderita penyakit

gangguan kekebalan tidak diberikan imunisasi polio. Demikian juga anak dengan

dengan penyakit HIV/AIDS, penyakit kanker atau keganasan, sedang menjalani

pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum, untuk tidak diberikan imunisasi

polio.

- Kontra indikasi imunisasi Hepatitis B

Tidak dapat diberikan pada anak yang mendrita sakit berat.

- Kontra indikasi imunisasi HiB

Anak dengan sindrom Guillain-Barre atau neuritis brakialis setelah dosis tetanus sebelumnya

3.4 Syarat-syarat imunisasi

Ada beberapa penyakit yang dianggap berbahaya bagi anak, yang pencegahannya

dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi dalam bentuk vaksin. Dapat dipahami bahwa

imunisasi hanya diberikan pada tubuh yang sehat. Berikut ini keadaan yang tidak boleh

menerima imunisasi yaitu: anak sakit keras, keadaan fisik lemah, sedang dalam pengobatan

yang menggunakan obat imunosupresif dan dalam masa tunas suatu penyakit.2

Dalam pemberian imunisasi terdapat beberapa syarat yang harus diperhatian, yaitu: di

berikan kepada bayi atau anak yang sehat, vaksin yang diberikan harus baik, disimpan di

dalam lemari es dan belum lewat masa berlakunya, pemberian imunisasi dengan teknik yang

tepat, mengetahui jadwal imunisasi dengan mengetahui umur dan jenis imunisasi yang telah

diterima, meneliti jenis vaksin yang diberikan, memberikan dosis yang akan diberikan,

memberikan informed consent kepada orangtua atau keluarga sebelum melakukan tindakan

imunisasi yang sebelumnya telah dijelaskan kepada orangtuanya tentang manfaat dan efek

samping atau kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang dapat timbul setelah pemberian

imunisasi.2

3.5 Penyelesaian masalah

4

Page 5: makalah tk1

1. Memenuhi syarat-syarat imunisasi

2. Pemberian imunisasi pada hari tersebut;

Imunisasi DPT (diphtheria, pertusis, tetanus)

a. Pengertian

Imunuisasi DPT merupakan imunisasi yang diberikan untuk

menimbulkan kekebalan aktif terhadap beberapa penyakit berikut ini:

- Penyakit difteri, yaitu radang tenggorokan yang sangat berbahaya karena

menimbulkan tenggorokan tersumbat dan kerusakan jantung yang

menyebabkan kematian dalam beberapa hari saja.

a) Penyakit pertusis, yaitu radang paru (pernapasan), yang disebut juga batuk

rejan atau batuk 100 hari. Karena sakitnya bisa mencapai 100 hari atau 3 bulan

lebih. Gejalanya sangat khas, yaitu batuk yang bertahap, panjang dan lama

disertai bunyi “whoop”/ berbunyi dan diakhiri dengan muntah, mata dapat

bengkak atau penderita dapat meninggal karena kesulitan bernapas.

b) Penyakit tetanus, yaitu penyakit kejang otot seluruh tubuh dengan mulut

terkunci / terkancing sehingga mulut tidak bisa membuka atau dibuka. b.

Pemberian Imunisasi dan usia pemberian Imunisasi Pemberian imunisasi 3

kali (paling sering dilakukan), yaitu pada usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan.

Namun, bisa juga ditambahkan 2 kali lagi, yaitu 1 kali di usia 18 bulan dan 1

kali di usia 5 tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun diberikan imunisasi TT.

b. Cara pemberian imunisasi

Melalui suntikan intra muskuler

c. efek samping imunisasi

Biasanya, hanya gejala-gejala ringan, seperti sedikit demam (sumeng)

saja dan rewel selama 1-2 hari, kemerahan, pembengkakan, agak nyeri atau

pegal-pegal pada tempat suntikan, yang akan hilang sendiri dalam beberapa

hari, atau bila masih demam dapat diberikan obat penurun panas bayi. Atau

bisa juga dengan memberikan minum cairan lebih banyak dan tidak

memakaikan pakaian terlalu banyak.

d. kontraindikasi

Imunisasi DPT tidak dapat diberikan pada anak-anak yang mempunyai

penyakit atau kelainan saraf, baik bersifat keturunan atau bukan, seperti

epilepsi, menderita kelainan saraf yang betul-betul berat atau habis dirawat

5

Page 6: makalah tk1

karena infeksi otak, anak-anak yang sedang demam atau sakit keras dan yang

mudah mendapat kejang dan mempunyai sifat alergi, seperti eksim atau asma

Imunisasi Hib

a. Pengertian

Vaksin bakterial ini ada dalam 2 bentuk, yaitu polisakarida murni dan

polosakarida konjugat. Vaksinasi bertujuan untuk mencegah terutama

meningitis dan pneumonia.

b. Cara pemberian imunisasi

Imunisasi diberikan secara intra muskular dengan dosis 0,5 ml

c. Efek samping imunisasi

Sakit, bengka, kemerahan ditempat suntikan 1-3 hari.

d. Kontra indikasi

Anak dengan sindrom Guillain-Barre atau neuritis brakialis setelah dosis

tetanus sebelumnya.

3. Pemberian imunisasi pada hari yang lain di bulan ke 6;

Imunisasi Polio

a. Pengertian

Imunisasi Polio adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan

kekebalan terhadap penyakit poliomyelitis, yaitu penyakit radang yang

menyerang saraf dan dapat mengakibatkan lumpuh kaki. Imunisasi Polio

adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit

poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. (Kandungan

vaksin polio adalah virus yang dilemahkan).

b. Pemberian Imunisasi

Bisa lebih dari jadwal yang telah ditentukan, mengingat adanya

imunisasi polio massal atau Pekan Imunisasi Nasional. Tetapi jumlah dosis

yang berlebihan tidak akan berdampak buruk, karena tidak ada istilah

overdosis dalam imunisasi.

c. Usia Pemberian Imunisasi

Waktu pemberian polio adalah pada umur bayi 0-11 bulan atau saat

lahir (0 bulan), dan berikutnya pada usia bayi 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan.

Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio selalu dibarengi dengan vaksin

DPT.

d. Cara Pemberian Imunisasi

6

Page 7: makalah tk1

Pemberian imunisasi polio melalui oral / mulut (Oral Poliomyelitis

vaccine/OPV). Di luar negeri, cara pemberian imunisasi polio ada yang

melalui suntikan (Inactivated Poliomyelitis Vaccine/ IPV)

e. Efek Samping Imunuisasi

Hampir tidak ada efek samping. Hanya sebagian kecil saja yang

mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot dan kasusnya biasanya jarang

terjadi.

f. Kontra – indikasi Imunisasi

Sebaiknya pada anak dengan diare berat atau yang sedang sakit parah,

seperti demam tinggi (diatas 38C) ditangguhkan. Pada anak yang menderita

penyakit gangguan kekebalan tidak diberikan imunisasi polio. Demikian juga

anak dengan dengan penyakit HIV/AIDS, penyakit kanker atau keganasan,

sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum, untuk

tidak diberikan imunisasi polio.3

Imunisasi Hepatitis B

a. Pengertian

Imunisasi Hepatitis B adalah imunisasi yang diberikan untuk

menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B, yaitu penyakit

infeksi yang dapat merusak hati.

Imunisasi Hepatitis B adalah imunisasi yang digunakan untuk

mencegah terjadinya penyakit hepatitis, yang kandungannya adalah HbsAg

dalam bentuk cair.

b. Pemberian Imunisasi

Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis B adalah 3 kali.

c. Usia Pemberian Imunisasi

Sebaiknya diberikan 12 jam setelah lahir. Dengan syarat kondisi bayi

dalam keadaan stabil, tidak ada gangguan pada paru-paru dan jantung.

Kemudian dilanjutkan pada saat bayi berusia 1 bulan, dan usia antara 3 – 6

bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap hepatitis B, selain imunisasi

yang diberikan kurang dari 12 jam setelah lahir, juga diberikan imunisasi

7

Page 8: makalah tk1

tambahan dengan immunoglobulin anti hepatitis B dalam waktu sebelum usia

24 jam.

d. Cara Pemberian Imunisasi

Cara pemberian imunisasi hepatitis B adalah dengan cara

intramuskuler (I.M atau i.m) di lengan deltoid atau paha anterolateral bayi

(antero : otot-otot dibagian depan, lateral : otot bagian luar). Penyuntikan

dibokong tidak dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin.

e. Efek Samping Imunisasi

Umumnya tidak terjadi. Jikapun terjadi (sangat jarang), berupa keluhan

nyeri pada tempat suntikan, yang disusul demam ringan dan pembengkakan.

Namun reaksi ini akan menghilang dalam waktu dua hari.

f. Tanda Keberhasilan

Tidak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan. Tetapi dapat

dilakukan pengukuran keberhasilan melalui pemeriksaan darah atau mengecek

kadar hepatitis B-nya setelah anak berusia setahun bila kadarnya diatas 1000,

berarti daya tahannya 8 tahun. Diatas 500 tahan selama 5 tahun. Diatas 200

tahan selama 3 tahun tetapi bila angkanya 100 maka dalam setahun akan

hilang. Sementara bila angka nol bayi harus disuntik ulang 3 kali lagi.

g. Kontra – Indikasi Imunisasi

Tidak dapat diberikan pada anak yang mendrita sakit berat.

h. Tingkat Kekebalan

Cukup tinggi,antara 94 – 96. Umumnya, setelah 3 kali suntikan,lebih

dari 95 % bayi mengalami respon imun yang cukup. 3

4. Hari berikutnya pada bulan ke 6:

Imunisasi rotravirus

a. Pengertian

Vaksin rotravirus merupakan live attenued vaccine, diberikan secara oral.

Seperti halnya vaksin hidup lain yang diberikan per oral, yaitu vaksin

tifoid hidup yang dilemahkan, vaksin ini juga tidak boleh diberikan

bersama OPV.

b. Cara pemberian imunisasi

Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, vaksin rotavirus pentavalen

diberikan 3 kali. Vaksin monovalen dosis 1 diberikan pada umur 6-14

8

Page 9: makalah tk1

minggu, dosis kedua diberikan minimal interval 4 minggu. Sebaiknya

vaksin rotavirus monovalen selesai diberikan sebelum umur 16 minggu

dan tidak melampaui umur 24 minggu. Vaksin pentavalen dosis 1

diberikan 6-14 minggu, interval dosis ke 2 dan ke 3 adalah 4-10 minggu.

Dosis ketiga diberikan pada umur kurang dari 32 minggu.

BAB IV

TINJAUAN PUSATAKA

4.1Terminologi

9

Page 10: makalah tk1

Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang

secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut

tidak akan sakit atau sakit ringan atau tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara

memasukkan vaksin ke dalam tubuh manusia, untuk mencegah penyakit.

Vaksin itu sendiri adalah sediaan yang mengandung zat antigenik yang mampu

menimbulkan kekebalan aktif dan khas pada manusia sedangkan Vaksinasi adalah

pemberian vaksin ke dalam tubuh seseorang untuk

memberikan kekebalan terhadap penyakit tersebut.

Terdapat dua jenis vaksin, yaitu vaksin virus dan vaksin bakteri:

1. Vaksin Virus untuk mencegah infeksi virus dapat menggunakan:

a) Live virus yang patogenisitasnya sudah dilemahkan (attenuated)

b) Killed virus, dimana virusnya diinaktivasi

c) Subunit vaccines, biasanya dalam bentuk protein virus yang dimurnikan.1

2. Vaksin Bakteri

a) Vaksin Polisakarida yang berasal dari bagian polisakarida kapsul bakteri yang

bukan protein

b) Vaksin Toxoid vaksin yang diperoleh dengan cara mengubah eksotoksin

bakteri, biasanya dengan menggunakan formaldehid.

c) Vaksin Bakteri Hidup yang Dilemahkan (Live, Attenuated Bacterial

Vaccines)

d) Vaksin untuk mencegah infeksi Mycobacterium tuberculosis, Salmonella

typhi, Francisella tularensis.

e) Killed Bacterial Vaccines berisi organisme utuh yang dimatikan, digunakan

untuk mencegah infeksi oleh bakteri Bordetella pertussis, Vibrio cholerae,

Yersinia pestis, Rickettsia rickettsiae, Coxiella burnetti

4.2 Respon imun terhadap vaksin virus

Umumnya live vaccines lebih dipilih dari pada killed vaccine, karena imunitas yang

ditimbulkan berlangsung lebih lama dan efektivitas perlindungan yang diberikan lebih besar.

Pada live vaccines, virus dapat memperbanyak diri dalam tubuh pejamu, memproduksi suatu

stimulus antigenik yang lama, dan menghasilkan baik igA maupun igG. Efek tersebut akan

10

Page 11: makalah tk1

didapat apabila vaksin itu dimasukin lewat jalur infeksi alamiahnya, seperti pada vaksin polio

oral yang diteteskan di mlut. Killled vaccines yang umumnya diberikan secara intramuskular

(IM), tidak merangsang respon igA yang jelas. Disamping itu, killedvaccines memiliki ciri

tidak menimbulkan respon T cytotoxic, karena virusnya tidak bereplikasi, sehingga tidak ada

epitop peptida yang dipresentasiakan berkaitan dengan molekul MHC kelas 1.

a. Respon imun nonspesifik terhadap infeksi virus.

Secara jelas terlihat bahwa respons imun yang terjadi adalah timbulnya interferon

dan sel natural killler (NK) dan antibodi yang spesifik terhadap virus tersebut.

Pengenalan dan pemusnahan sel yang terinfeksi virus sebelum terjadi replikasi sangat

bermanfaat bagi pejamu. Permukaan sel yang terinfeksi virus mengalami modifikasi,

terutama dalam struktur karbohidrat, menyebabkan sel menjadi target sel NK. Sel NK

mempunyai dua jenis reseptor permukaan. Reseptor pertama merupakan killer

activating receptors, yang terikat pada karbohidrat dan struktur lainnya yang

diekspresikan oleh semua sel. Reseptor lainnya adalah killer inhibitory receptors,

yang mengenali molekul MHC kelas I dan mendominasi signal dari reseptor aktivasi.

Oleh karena itu sensitivitas sel target tergantung pada ekspresi MHC kelas I. Sel yang

sensitif atau terinfeksi mempunyai MHC kelas I yang rendah, namun sel yang tidak

terinfeksi dengan molekul MHC kelas I yang normal akan terlindungi dari sel NK.

Produksi IFN-α selama infeksi virus akan mengaktivasi sel NK dan meregulasi

ekspresi MHC pada sel terdekat sehingga menjadi resisten terhadap infeksi virus. Sel

NK juga dapat berperan dalam ADCC bila antibodi terhadap protein virus terikat

pada sel yang terinfeksi.1

Beberapa mekanisme utama respons nonspesifik terhadap virus, yaitu :

1. Infeksi virus secara langsung yang akan merangsang produksi IFN oleh sel-sel

terinfeksi; IFN berfungsi menghambat replikasi virus.

2. Sel NK mampu membunuh virus yang berada di dalam sel, walaupun virus

menghambat presentasi antigen dan ekspresi MHC klas I. IFN tipe I akan

meningkatkan kemampuan sel NK untuk memusnahkan virus yang berada di dalam

sel. Selain itu, aktivasi komplemen dan fagositosis akan menghilangkan virus yang

datang dari ekstraseluler dan sirkulasi.

b. Respons imun spesifik terhadap infeksi virus.

Mekanisme respons imun spesifik ada dua jenis yaitu respons imunitas humoral dan

selular. Respons imun spesifik ini mempunyai peran penting yaitu :

11

Page 12: makalah tk1

1. Menetralkan antigen virus dengan berbagai cara antara lain menghambat

perlekatan virus pada reseptor yang terdapat pada permukaan sel sehingga virus

tidak dapat menembus membran sel, dan dengan cara mengaktifkan komplemen

yang menyebabkan agregasi virus sehingga mudah difagositosis

2. Melawan virus sitopatik yang dilepaskan dari sel yang lisis

Molekul antibodi dapat menetralisasi virus melalui berbagai cara. Antibodi dapat

menghambat kombinasi virus dengan reseptor pada sel, sehingga mencegah

penetrasi dan multiplikasi intraseluler, seperti pada virus influenza. Antibodi juga

dapat menghancurkan partikel virus bebas melalui aktivasi jalur klasik

komplemen atau produksi agregasi , meningkatkan fagositosis dan kematian

intraseluler.

Kadar konsentrasi antibodi yang relatif rendah juga dapat bermanfaat khususnya

pada infeksi virus yang mempunyai masa inkubasi lama, dengan melewati aliran

darah terlebih dahulu sebelum sampai ke organ target, seperti virus poliomielitis

yang masuk melalui saluran cerna, melalui aliran darah menuju ke sel otak. Di

dalam darah, virus akan dinetralisasi oleh antibodi spesifik dengan kadar yang

rendah, memberikan waktu tubuh untuk membentuk resposn imun sekunder

sebelum virus mencapai organ target.4

4.3 Respon imun terhadap vaksin bakteri

A. Bakteri ekstraseluler

Bakteri ekstraseluler dapat hidup diluar sel penjau misalnya dalam sirkulasi, jaringan

inkat dan rongga-rongga jaringa seperti lumen pernafasan dan saluran cerna.

1. Imunitas non spesifik

Imunitas non spesifik utama teradapa bakteri ekstraseluler adalah komplemen,

fagositosis dan respon inflamasi. Bakteri yang mengekspresikan manosa pada

permukaannya, dapat diikat lektin yang homolog dengan C1q, sehingga akan

mengaktifkan komplemen melalui jalur lektin, meningkatkan opsonisasi dan

fagositosis. Disamping itu MAC (membrane attack complex) dapat menghancurkan

membran bakteri. Produk samping aktivasi komplemen berperan dalam mengerahkan

dan mengaktifkan leukosit. Fagosit juga mengikat bakteri melalui berbagai reseptor

permukaan lain seperti toll like reseptoryang semuanya menngkatkan aktivasi

leukosit dan fagositosis. Fagosit yang diaktifkan juga melepas sitokin yang

12

Page 13: makalah tk1

menginduksi infiltrasi leukosit ke tempat infeksi. Sitokin juga menginduksi panas dan

sintesis APP (Acute Phase Protein).

2. Imunitas Spesifik

a. Humoral

Antibodi merupakan komponen imun protektif utama terhadap bakteri eksraseluler

yang berfungsi untuk menyingkirkan mikroba dan menetralkan toksinnya melalu

berbagai mekanisme. Th2 memproduksi sitokin yang merangsang respon sel B,

aktivasi makrofag dan inflamasi.

b. Sitokin

Respon utama pejamu terhadap bakteri ekstraseluler adalah produksi sitokin oleh

makrofag yang diaktifkan yang menimbulkan inflamasi dan syok septik.4

B. Bakteri intraseluler

Bakteri intraseluler dapat hidup dan bahkan berkembang biak dalam fagosit. Mikroba

tersebut mendapat tempat bersembunyi yang tidak dapat ditemukan ole antibodi dalam

sirkulasi, sehingga untuk eliminasi memerlukan mekanisme imun selular.

1. Imunitas non spesifik

Efektor imunitas non spesifik utama terhadap bakteri intraseluler adalah fagosit dan

sel NK. Fagosit menelan dan mencoba menghancurkan mikroba tersebut, namun

mikroba dapat resisten terhadap efek degradasi fagosit. Bakteri intraseluler dapat

mengaktifkan sel NK secara direk atau melalui ativasi makrofag yang memproduksi

IL-12, sitokin poten yang mengaktifkan sel NK. Sel NK memproduksi IFN-γ yang

kembali mengaktifkan makrofag dan meningkatkan daya membunuh bakteri dan

memakan bakteri. Jadi sel NK memberikan respon dini, dan terjadi interaksi antara

sel NK dan makrofag.

2. Imnuitas spesifik

Respon imun spesifik uama pada bakeri intrseluler berupa imunitas seluler. Imunitas

seluler terdiri atas 2 tipe reaksi, yaitu sel CD4+b Th1 yang mengaktifkan makrofag

yang memproduksi IFN-γdan sel CD8+/ CTL, yang memicu membunuh mikroba serta

lisis sel yang terinfeksi. Bakteri intraseluler dimakan makrofag dan dapat hidup dalam

fagosom dan masuk dalam sitoplasma. CD4+ memberikan respon terhadap peptida

antigen MHC-II asal bakteri intravesikuler, memproduksi IFN-γyang mengaktifkan

makrofag untuk menghancurkan mikroba dalam fagosom. Sel CD4+ naif dapat

13

Page 14: makalah tk1

berdiferensiasi menjadi sel Th1 yang mengaktifkan fagosit untuk membunuh mikroba

yang dimakan dan sel Th2 yang mencegah aktivasi makrofag.

Respon imun antibakterial meliputi lisis melalui antibodi dan komplemen,

opsonisasi, fagositosis yang diaktifkan dengan elminasi bakteri di hati, limpa dan sel-

sel dari sistem fagosit makrofag. Yang berperan pada opsonin dan fagositosis bakteri

gram negatif adalah IgG dan IgM atau komplen komplen C3b. Aktivasi komplemen

melalui jalur alternatif dapat dirangsang secara non spesifik oleh endotoksin

lipopolisakarida atau oleh polisakarida dari kapsul bakteri gram negatif dan gram

positif yang mengaktifkan C3. Jalur alternatif ini melepaskan molekul kemotaktik

C3a, C5a dan opsonin C3b.4

4.4 Syarat – syarat imunisasi

Ada beberapa penyakit yang dianggap berbahaya bagi anak, yang pencegahannya

dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi dalam bentuk vaksin. Dapat dipahami bahwa

imunisasi hanya diberikan pada tubuh yang sehat. Berikut ini keadaan yang tidak boleh

menerima imunisasi yaitu: anak sakit keras, keadaan fisik lemah, sedang dalam pengobatan

yang menggunakan obat imunosupresif dan dalam masa tunas suatu penyakit.

Dalam pemberian imunisasi terdapat beberapa syarat yang harus diperhatian, yaitu:

diberikan kepada bayi atau anak yang sehat, vaksin yang diberikan harus baik, disimpan di

dalam lemari es dan belum lewat masa berlakunya, pemberian imunisasi dengan teknik yang

tepat, mengetahui jadwal imunisasi dengan mengetahui umur dan jenis imunisasi yang telah

diterima, meneliti jenis vaksin yang diberikan, memberikan dosis yang akan diberikan,

memberikan informed consent kepada orangtua atau keluarga sebelum melakukan tindakan

imunisasi yang sebelumnya telah dijelaskan kepada orangtuanya tentang manfaat dan efek

samping atau kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang dapat timbul setelah pemberian

imunisasi.

Jenis Lokasi Dosis Efek samping

Kontra indikasi

KIPI

DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)

- paha tengah luar

- intramuscular / subcutan dalam

0,5 ml (3x suntikan)

(gejala sementara) lemas, demam, kemerahan pada tempat suntikan

- Anak yang sakit parah

- Menderita penyakit kejang demam kompleks

- Menderita

- Lokal: bengkak, kemerahan dan nyeri daerah suntikan

- Demam

14

Page 15: makalah tk1

gangguan kekebalan

dan gelisah (nangis terus-menerus)

- Reaksi anafilaktik

Campak - pada lengan kiri

- subcutan

0,5 ml (sangat jarang)

- sakit parah- penderita TBC

tanpa pengobatan

- malnutrisi- gangguan

kekebalan- penyakit

keganasan

- Demam > 39,5 C (berlangsung selama dua hari, pd hari 5-6)

- Ruam (timbul selama 2-3 hari pada hari 7-10)

MMR 0,5 ml (intramuscular / subkutan)

- anak dengan peny. Keganasan atau gangguan imunitas, yang mendapat pengobatan imunosupresif.

- Alergi berat (bengkak pada mulut/tenggorokan, sulit bernapas, hipotensi dan syok) terhadap gelatin atau neomisin

- Anak dengan demam akut

- Defisiensi imun bawaan dan didapat

15

Page 16: makalah tk1

HIB I.M 0,5 ml Sakit, bengkak,Kemerahan ditempat suntikan1-3hari

Anak dengan sindrom Guillain-Barre atau neuritis brakialis setelah dosis tetanus sebelumnya

Gejala klinis infeksi HIB, komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian

Tetanus I.M 0,5 ml Sakit, bengkak,Kemerahan ditempat suntikan1-3hari

Gejala berat karna dosis pertama TT, terinfeksi HIV tanpa maupun dengan gejala

Syok anafilaksis, neuritis brakial

Hepatitis B I.M 0,5 ml Sakit, bengkak, kemerahan, eritema ditempat suntikan

Ibu hamil, demam tinggi, alergi komponen vaksin

Syok anafilaksis, sakit pada tulang dan sendi

Polio Oral 2 tetes (4mg), 3x pemberian interval waktu 4 minggu

kelumpuhan anggota gerak seperti polio sebenarnya

-diare berat

-sakit parah

-gangguan kekebalan

-diare ringan

-pusing

-sakit otot (namun

jarang terjadi)

BCG Intradermal lengan kanan atas atau paha

0,05ml dengan pelarut 4ml, 1x pemberian

pembengkakan kelenjar getah bening

-tbc

-penyakit kulit berat/menahun

-timbul indurasi dan eritema di bekas suntikan pustule pecah ulkus-tidak nyeri dan tidak panas-sembuh sendiri dan meninggalkan jaringan parut

4.5 Mispersepsi

Ada beberapa keadaan yang salah ditanggapi sebagai kontra indikasi untuk imunisasi, seperti:

1. Keadaan atopi : asma, eczema, dan rinitis.

2. Kondisi neurologis yang stabil : Sindroma Down, Cerebral Palsy.

3. Prematuritas.

4. Sedang mendapat terapi antibiotik atau steroid topikal.

5. Steroid replacement therapy.

16

Page 17: makalah tk1

6. Pernah menderita infeksi pertusis, campak, mumps, atau rubela.

7. Neonatal jaundice.

8. Baru mengalami pembedahan.

9. Underweight.

10. Usia melewati jadwal yang direkomendasikan.

11. Sedang mendapat ASI.

12. Ibu sedang hamil.

13. Thimerosal, suatu pengawet vaksin yang mengandung etil merkuri disinyalir dapat

menimbulkan gangguan perkembangan anak; dalam penelitian hal tersebut tidak

terbukti.

14. Vaksin campak dalam MMR diduga menyebabkan autisme dan infammatory bowel

disease; ternyata dalam penelitian tidak terbukti.1

Gambar 4.1 Jadwal Imunisasi.5

BAB V

17

Page 18: makalah tk1

DAFTAR PUSTAKA

1. Danny Wiradharma, Karin Wiradarma, Ige Rusli. Konsep Dasar Vaksinasi. In: Karin Wiradarma, editor. Jakarta: Sagung Seto. 2012.

2. Depkes R.I. Modul Pelatihan Tenaga Pelaksana Imunisasi Puskesmas. Jakarta: Depkes RI.2006.

3. Depkes RI. Penyelenggaraan Imunisasi. Available at http://pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/92_PMK%20No.%2042%20ttg%20Penyelenggaraan%20Imunisasi.pdf. Accessed 16th September 2014.

4. Baratawidjaja G K, Rengganis I. Imunologi Dasar Imunisasi.10th ed.Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. 2010. P: 557

5. IDAI. Jadwal imunisasi 2014. Available at http://idai.or.id/public-articles/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-idai-2014.html. accessed 16th September 2014.

18