26
TEKNIK PENARIKAN SAMPEL Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Statistik Pendidikan Fisika OLEH: KELOMPOK III NOVA IRWAN RIKARDO MARPAUNG TRI ASTUTI MARDIANA JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS PROGRAM PASCA SARJANA

Makalah Teknik Penarikan Sampel Kel III

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Teknik Penarikan Sampel Kel III

TEKNIK PENARIKAN SAMPEL

Disusun Sebagai Tugas

Mata Kuliah Statistik Pendidikan Fisika

OLEH: KELOMPOK III

NOVA IRWAN

RIKARDO MARPAUNG

TRI ASTUTI MARDIANA

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN2013

Page 2: Makalah Teknik Penarikan Sampel Kel III

BAB I

PENDAHULUAN

SUMBER DATA

Pengertian sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana

data diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara

dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu

orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik

pertanyaan tertulis ataupun lisan.

Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber

datanya bisa berupa benda, gerak atau proses sesuatu. Peneliti yang

mengamati tumbuhnya padi, maka sumber datanya adalah padi,

sedangkan objek penelitiannya adalah pertumbuhan jagung. Apabila

peneliti menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatan yang

menjadi sumber data, sedangkan isi catatan adalah objek penelitian atau

variable penelitian.

Untuk mempermudah mengidentifikasi sumber data, maka

digunakan klasifikasi sumber data yang disingkat dengan 3 P, yaitu:

1. Person:

Jika sumber data berupa orang. Person yaitu sumber data yang bias

memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban

tertulis melalui angket.

2. Place:

Jika sumber data berupa tempat. Place yaitu sumber data yang menyajikan

tampilan berupa keadaan diam dan bergerak.

Diam, misalnya ruangan, kelengkapan alat, wujud benda , warna dan lain-

lain.

Bergerak, misalnya: aktivitas, kinerja, laju kendaraan dan lain-lain. Pada

umumnya tampilan diam dan gerak merupakan objek untuk penggunaan

metode observasi.

Page 3: Makalah Teknik Penarikan Sampel Kel III

3. Paper:

Jika sumber data berupa symbol. Paper merupakan sumber data yang

menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar, atau symbol symbol

lain. Pengertian paper bukan terbatas hanya pada kertas, tapi juga dapat

berwujud batu, kayu, tulang, daun lontar dan sebagainya, yang cocok untuk

penggunaan metode dokumentasi.

Page 4: Makalah Teknik Penarikan Sampel Kel III

BAB II

PEMBAHASAN

Konsep-konsep Dasar Sampling

Salah satu hal yang menakjubkan dalam penelitian ialah kenyataan bahwa

kita dapat menduga sifat-sifat suatu kumpulan objek penelitian hanya dengan

mempelajari dan mengamati sebagian dart kumpulan itu. Bagian yang diamati itu

disebut sampel, sedangkan kumpulan objek penelitian disebut populasi. Objek

penelitian dapat berupa orang, umpi, organisasi, kelompok, lembaga, buku, kata-

kata, surat kabar dan lainlain. Dalam penelitian, objek penelitian ini disebut satuan

analisis (units of analysis) atau unsur-unsur populasi. Bila kita meneliti seluruh

unsur populasi, kita melakukan sensus. Sensus mudah dilakukan bila jumlah

populasi terbatas. Pimpinan fakultas ingin mengetahui reaksi mahasiswa di

fakultasnya terhadap kurikulum yang baru. Ia dapat mewawancarai semua

mahasiswa, tanpa kecuali. Tentu saja, ada kemungkinan beberapa orang tidak

sempat diwawancarai karena sakit, tidak pernah muncul di fakultas, atau

menghindari penelitian. Sensus, memang, tidak selamanya sempurna. Hasil

sensus, yang mengungkapkan karakteristik populasi (seperti rata-rata, ragam,

modus, atau range), disebut parameter.

Bila jumlah unsur populasi itu terlalu banyak, padahal kita ingin

menghemat biaya dan waktu, kita harus puas dengan sampel. Karakteristik sampel

disebut statistik. Kita sebetulnya tidak tertarik pada statistik. Kita ingin menduga

secara cermat parameter dart statistik. Metode pendugaan inilah yang dikenal

sebagai teori sampling. Ini berarti sampel harus mencerminkan semua unsur

dalam populasi secara proporsional. Sampel seperti itu dikatakan sampel tak bias

(unibased sample) atau sampel yang representatif. Sebaliknya sampel bias adalah

sampel yang tidak memberikan kesempatan yang sama pada semua unsur populasi

untuk dipilih. Memang, sampel mungkin menunjukkan karakteristik yang

menyimpang dari karakteristik populasi. Penyimpangan dari karakteristik populasi

disebut galat sampling (sampling error). Jadi, galat sampling adalah perbedaan

antara hasil yang diperoleh dari sampel dengan hasil yang didapat dari sensus

(Neter, Wasserman, Whitmore, 1979: 195). Statistik dapat membantu kita

Page 5: Makalah Teknik Penarikan Sampel Kel III

menentukan sampling error hanya bila kita menggunakan sampel tak bias. Sampel

tak bias adalah sampel yang ditarik berdasarkan probabilitas (probability

sampling). Dalam sampel probabilitas, setiap unsur populasi mempunyai nilai

kemungkinan tertentu untuk dipilih.

Karena sampel ini mengasumsikan kerandoman (randomness), maka

sampel probabilitas lazim juga disebut sebagai sampel random. Bila kita

mengambil sampel tertentu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, kita

memperoleh sampel pertimbangan (judgemental sampling), disebut juga sampel

non-probabilitas. Untuk kedua jenis sampling ini, ada beberapa alternatif teknik

penelitian sampel. Teknik penarikan sampel sering disebut rencana sampling atau

rancangan sampling (sampling design).

Teknik-teknik pengambilan sampel

Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu, sampel

acak atau random sampling / probability sampling, dan sampel tidak acak atau

nonrandom samping/nonprobability sampling. Yang dimaksud dengan random

sampling adalah cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang

sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Artinya jika elemen

populasinya ada 100 dan yang akan dijadikan sampel adalah 25, maka setiap

elemen tersebut mempunyai kemungkinan 25/100 untuk bisa dipilih menjadi

sampel. Sedangkan yang dimaksud dengan nonrandom sampling atau

nonprobability sampling, setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan

yang sama untuk dijadikan sampel. Lima elemen populasi dipilih sebagai sampel

karena letaknya dekat dengan rumah peneliti, sedangkan yang lainnya, karena

jauh, tidak dipilih; artinya kemungkinannya 0 (nol).

Dua jenis teknik pengambilan sampel di atas mempunyai tujuan yang

berbeda. Jika peneliti ingin hasil penelitiannya bisa dijadikan ukuran untuk

mengestimasikan populasi, atau istilahnya adalah melakukan generalisasi maka

seharusnya sampel representatif dan diambil secara acak. Namun jika peneliti

tidak mempunyai kemauan melakukan generalisasi hasil penelitian maka sampel

Page 6: Makalah Teknik Penarikan Sampel Kel III

bisa diambil secara tidak acak. Sampel tidak acak biasanya juga diambil jika

peneliti tidak mempunyai data pasti tentang ukuran populasi dan informasi

lengkap tentang setiap elemen populasi. Contohnya, jika yang diteliti populasinya

adalah konsumen teh botol, kemungkinan besar peneliti tidak mengetahui dengan

pasti berapa jumlah konsumennya, dan juga karakteristik konsumen. Karena dia

tidak mengetahui ukuran pupulasi yang tepat, bisakah dia mengatakan bahwa 200

konsumen sebagai sampel dikatakan “representatif”?. Kemudian, bisakah peneliti

memilih sampel secara acak, jika tidak ada informasi yang cukup lengkap tentang

diri konsumen?. Dalam situasi yang demikian, pengambilan sampel dengan cara

acak tidak dimungkinkan, maka tidak ada pilihan lain kecuali sampel diambil

dengan cara tidak acak atau nonprobability sampling, namun dengan konsekuensi

hasil penelitiannya tersebut tidak bisa digeneralisasikan. Jika ternyata dari 200

konsumen teh botol tadi merasa kurang puas, maka peneliti tidak bisa mengatakan

bahwa sebagian besar konsumen teh botol merasa kurang puas terhadap the botol.

Di setiap jenis teknik pemilihan tersebut, terdapat beberapa teknik yang

lebih spesifik lagi. Pada sampel acak (random sampling) dikenal dengan istilah

simple random sampling, stratified random sampling, cluster sampling,

systematic sampling, dan area sampling. Pada nonprobability sampling dikenal

beberapa teknik, antara lain adalah convenience sampling, purposive sampling,

quota sampling, snowball sampling

Penentuan sampel merupakan langkah penting dalam penelitian

kuantitatif, konsep dasar dari penentuan sampel adalah bahwa agregasi dari orang,

rumah tangga atau organisasi yang sangat besar dapat dikaji secara efektif dan

efisien serta akurat melalui pengkajian yang terinci dan hati-hati pada sebagian

agregasi yang terpilih. Agregasi (Keseluruhan) disebut populasi atau universe

yang terdiri dari unit total informasi yang ingin diketahui. Dari populasi yang

ingin dikaji kemudian ditentukan sampelnya, melalui prosedur sampling yang

sesuai dengan karakteristik populasinya.

Page 7: Makalah Teknik Penarikan Sampel Kel III

Penelitian bidang sosial dan Pendidikan banyak dilakukan dengan

menggunakan sampel (Sampling Methods), hal ini tidak hanya karena alasan biaya

dan waktu, tapi juga untuk menghindari kekeliruan akibat pengumpulan,

pemrosesan dan penganalisaan data dari agregasi yang sangat besar. Dengan

penarikan sampel maka estimasi dapat dilakukan serta hipotesis dapat diuji yang

hasilnya dapat berlaku terhadap populasi darimana sampel itu diambil. Pengkajian

terhadap sampel pada dasarnya dimaksudkan untuk menemukan generalisasi atas

populasi atau karakteristik populasi (Parameter), sehingga dapat dilakukan

penyimpulan (inferensi) tentang universe, oleh karena itu penarikan sampel

jangan sampai bias dan harus menggambarkan seluruh unsur dalam populasi

secara proporsional, hal ini bisa dilakukan dengan cara memberikan kesempatan

yang sama pada seluruh elmen dalam populasi.

Adapun langkah-langkah dalam penentuan sampel adalah :

a. Mendefinisikan populasi yang akan dijadikan obyek penelitian

b. Menentukan prosedur sampling

c. Menentukan besarnya sampel

pendefinisian populasi merupakan langkah pertama yang sangat penting, dari sini

dapat tergambar bagaimana keadaan populasi, sub-sub unit populasi, karakteristik

umum populasi serta keluasan dari populasi tersebut. Dalam hubungan ini perlu

dibedakan antara populasi target (Target/actual population) dan populasi

terjangkau (Accessible population), populasi target adalah populasi yang ingin

digeneralisasi oleh peneliti, sedangkan populasi terjangkau adalah populasi yang

dapat digeneralisasi oleh peneliti, target populasi merupakan pilihan ideal dan

populasi terjangkau merupakan pilihan yang realistis. Sesudah diperoleh

gambaran tersebut kemudian ditentukan prosedur apa yang akan diambil dalam

penentuan sampel, sesudah langkah ini baru kemudian ditentukan besarnya

sampel yang akan dijadikan obyek penelitian. Sebagai Contoh akan dikemukakan

berikut ini:

Page 8: Makalah Teknik Penarikan Sampel Kel III

Masalah penelitian yang akan dikaji : Akibat pemanfaatan media elektronik terhadap prestasi belajar Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Kuningan.

Populasi Target : Seluruh Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Kuningan

Populasi Terjangkau : Seluruh Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Kuningan Kabupaten Kuningan

Kerangka Sampel : Daftar Nama siswa yang tercatat pada Dinas Pendidikan Kecamatan Kuningan

Sampel : Lima belas persen Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Kuningan Kabupaten Kuningan

Masalah penelitian yang akan dikaji : Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Kinerja Guru di Kabupaten Kuningan.

Populasi Target : Seluruh Guru di Kabupaten KuninganPopulasi Terjangkau : Seluruh Guru SMU di Kabupaten Kuningan

Kerangka Sampel : Daftar Guru SMU yang tercatat pada Dinas Pendidikan Kabupaten Kuningan

Sampel : Dua puluh persen Guru SMU di Kabupaten Kuningan

Penentuan prosedur sampling (Sampling Method) yang akan dipergunakan

pada dasarnya sebagian besar tergantung pada ada tidaknya kerangka sampel

(Sampling Frame : daftar unit-unit analisis dari populasi yang akan diambil

sampelnya)) yang lengkap dan akurat, jika tidak demikian maka diperlukan

pembaruan daftar tersebut agar sampel dapat benar-benar menjadi representasi

dari populasi

Hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel adalah bahwa

semakin sempit (sedikit) peneliti mendefinisikan (membatasi) populasi semakin

efisien dalam waktu dan dana, namun semakin terbatas kemampuan melakukan

generalisasi, untuk itu peneliti harus mencari jalan yang efisien dalam waktu dan

dana serta kemampuan generalisasi yang lebih luas, dan untuk menghindari

kekeliruan pembaca, maka peneliti perlu menggambarkan populasi dan sampel

secara rinci, sehingga orang yang membaca hasil penelitian dapat menentukan

daya terap (Aplicability) penemuan hasil penelitian terhadap situasi yang berbeda.

Page 9: Makalah Teknik Penarikan Sampel Kel III

Sebagaimana diketahui bahwa terdapat banyak metode pengambilan

sampel yang dapat dilakukan dengan caranya sendiri-sendiri, namun dalam

prakteknya cara pengambilan sampel campuran (Multistage sampling) banyak

juga dipergunakan dalam penelitian, karena masing-masing cara terkadang

diperlukan dalam tahap-tahap tertentu. Untuk tujuan-tujuan penyimpulan

(inference) persyaratan yang paling penting adalah perlunya sampel diambil

secara random (Probability samples), dimana setiap elemen populasi punya

kesempatan yang sama (Fair Chance) untuk terpilih menjadi sampel (Nonzero

probability of selection), sifat random bermakna penggunaan metode probabilitas

yang tidak bias dalam memilih sampel.

Simple Random Sampling

Pengambilan sampel acak sederhana adalah cara pengambilan sampel

dimana setiap unsur yang membentuk populasi diberi kesempatan yang sama

untuk terpilih menjadi sampel, cara ini akan sangat mudah apabila telah terdapat

daptar lengkap unsur-unsur populasi. Prosedur yang cukup akurat untuk

pengambilan sampel secara acak adalah dengan menggunakan tabel angka acak

(Table of random numbers), disamping itu dapat pula dilakukan dengan cara

mengundi.

Pengambilan sampel acak yang dilakukan sesuai prosedur sama sekali

bukan jaminan bahwa suatu sampel akan menjadi representasi sempurna dari

populasi, karena bisa saja terjadi pengambilan sampel secara random dalam

kenyataannya menghasilkan suatu sampel yang unik, akan tetapi perlunya

pengambilan sampel secara acak harus dipahami dalam konteks proses

kemungkinan, apabila sampel acak diambil dari suatu populasi secara berulang-

ulang, maka secara umum seluruh sampel tersebut akan mampu memberikan

estimasi yang lebih akurat terhadap populasi, demikian juga variabilitas atau

kekeliruan dapat diestimasi dan uji signifikansi statistik juga menunjukan

probabilitas hasil dengan mempertimbangkan kekeliruan pengambilan sampel

(Sampling Error).

Page 10: Makalah Teknik Penarikan Sampel Kel III

Pengambilan Sampel secara Sistimatis

Systematic Sampling merupakan Alternatif lain pengambilan sampel yang

sangat bermanfaat untuk pengambilan sampel dari populasi yang sangat besar.

Pengambilan sampel secara sistematis adalah suatu metode dimana hanya unsur

pertama dari sampel yang dipilih secara acak, sedang unsur-unsur selanjutnya

dipilih secara sistematis menurut suatu pola tertentu. Sebagai contoh Kepala Dinas

Pendidikan ingin mengetahui bagaimana Motivasi Kerja Kepala Sekolah di

Kabupaten Kuningan yang berjumlah 1000 orang dan akan mengambil sempel

100 orang Kepala sekolah, kemudian Nama-nama Kepala Sekolah disusun secara

alpabetis, lalu dipilih sampel per sepuluh Kepala Sekolah, untuk itu disusun

nomor dari 1 sampai 10, lalu diundi untuk memilih satu angka, jika angka lima

yang keluar, maka sampelnya adalah nomor 5, 15, 25, 35, dan seterusnya sampai

diperoleh jumlah sampel yang dikehendaki.

Dalam pengambilan sampel secara sistematis dikenal dua istilah yaitu

interval pengambilan sampel (Sampling intervals), yaitu perbandingan antara

populasi dengan sampel yang diinginkan, dan proporsi pengambilan sampel

(sampling Fraction/Sampling Ratio) yaitu perbandingan antara ukuran sampel

dengan populasi. Dari contoh di atas Sampling intervalnya adalah 1000 : 100 =

10, dan sampling rationya adalah 100 : 1000 = 0,1. Contoh tersebut juga dapat

disebut sebagai Systematic Sampling with random start, dimana awal penentuan

sampel dilakukan secara acak, baru sesudah itu dilakukan langkah-langkah

sistematis sesuai dengan prosedurnya. Cara pengambilan sampel seperti ini

menurut Jack R. Fraenkel dan Norman E Wallen bisa dikategorikan sebagai

random sampling jika daftar populasi disusun secara random dan sampel diambil

dari daftar tersebut.

Pengambilan Sampel berstrata (Stratified Sampling)

Pengambilan sampel berstrata merupakan teknik pengambilan sampel

dimana populasi dikelompokan dalam strata tertentu, kemudian diambil sampel

secara random dengan proporsi yang seimbang sesuai dengan posisinya dalam

populasi. Sebagai contoh : seorang Kepala Sekolah ingin mengetahui tanggapan

Page 11: Makalah Teknik Penarikan Sampel Kel III

Siswa tentang pelaksanaan program Keterampilan. Jumlah Siswa sebanyak 2000

orang dengan komposisi kelas 3 sebanyak 600 siswa, kelas 2 sebanyak 400 siswa

dan kelas 1 sebanyak 1000 siswa, besarnya sampel yang akan diambil adalah 200

orang, jika stratanya berdasarkan Kelas maka langkah yang harus dilakukan

adalah :

a. Tetapkan proporsi strata dari populasi hasilnya kelas 3 sebesar 30%,

Kelas 2 sebesar 20% dan kelas 1 sebesar 50%.

b. Hitung besarnya sampel untuk masing-masing strata, hasilnya kelas 3

sebanyak 60 siswa, kelas 2 sebanyak 40 siswa dan kelas 1 sebanyak 100

siswa

c. Kemudian pilih anggota sampel untuk masing-masing strata secara acak

(random sample).

Cara lain penentuan sampel berstrata adalah menentukan dulu proporsi sampel

atas populasi, dalam kasus di atas proporsinya adalah 10 % kemudian proporsi ini

dikalikan jumlah siswa pada tiap strata dan hasilnya akan sama dengan cara

diatas. Sesudah langkah tersebut dilakukan baru instrumen penelitian disebarkan

kepada anggota sampel yang sudah terpilih. Apabila jumlah sampel disamakan

untuk tiap strata, cara itu disebut penarikan sampel strata tidak proporsional

(Disproportional Stratified Sampling), sedangkan jika disesuaikan dengan

proporsi strata dalam populasi disebut pengambilan sampel strata proporsional

(Proportional Stratified Sampling)

Pengambilan sampel Kelompok (Cluster Sampling)

Cluster Sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana pemilihannya

mengacu pada kelompok bukan pada individu. Cara seperti ini baik sekali untuk

dilakukan apabila tidak terdapat atau sulit menentukan/menemukan kerangka

sampel, meski dapat juga dilakukan pada populasi yang kerangka sampelnya

sudah ada.

Sebagai contoh : Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kuningan ingin

mengetahui bagaimana Sikap Guru SLTP terhadap Kebijakan Manajemen

Berbasis Sekolah (MBS), besarnya sampel adalah 300 orang, kemudian

Page 12: Makalah Teknik Penarikan Sampel Kel III

ditentukan Clusternya, misalnya sekolah, Jumlah SLTP sebanyak 66 Sekolah

dengan rata-rata jumlah Guru 50 orang, maka jumlah cluster yang diambil adalah

300 : 50 = 6, kemudian dipilih secara acak enam Sekolah dan dari enam sekolah

ini dipilih secara acak 50 orang Guru sebagai anggota sampel.

Pengambilan sampel dengan cara yang sudah disebutkan di atas umumnya

dilakukan pada populasi yang bersifat terbatas (Finit), sementara itu untuk

Populasi yang jumlah dan identitas anggota populasinya tidak diketahui (Infinit)

pengambilan sampel biasanya dilakukan secara tidak acak (Non random

Sampling). Adapun yang termasuk pada cara ini adalah :

1. Quota Sampling : yaitu penarikan sampel yang hanya menekankan

pada jumlah sampel yang harus dipenuhi.

2. Purposive Sampling : pengambilan sampel hanya pada individu yang

didasarkan pada pertimbangan dan karakteristik tertentu.

3. Accidental Sampling : pengambilan sampel dengan jalan mengambil

individu siapa saja yang dapat dijangkau atau ditemui.

Menentukan Besarnya Sampel (Sample Size)

Besarnya sampel sebaiknya sebanyak mungkin; semakin besar sampel

yang diambil umumnya akan semakin representatif dari populasinya dan hasil

penelitian lebih dapat digeneralisasikan. Masalah besarnya sampel merupakan hal

yang sulit untuk dijawab sebab terkadang dipengaruhi oleh dana yang tersedia

untuk melakukan penelitian. Namun demikian hal yang penting untuk

diperhatikan adalah terdapatnya alasan yang logis untuk pemilihan teknik

sampling serta besarnya sampel dilihat dari sudut metodologi Penelitian.

Dilihat dari substansi tujuan penarikan sampel yakni untuk memperoleh

representasi populasi yang tepat, maka besarnya sampel yang akan diambil perlu

mempertimbangkan karakteristik populasi serta kemampuan estimasi.

Pertimbangan karakteristik populasi akan menentukan teknik pengambilan

sampel, ini dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan bias, sementara

kemampuan estimasi berkaitan dengan presisi dalam mengestimasi populasi dari

Page 13: Makalah Teknik Penarikan Sampel Kel III

sampel serta bagaimana sampel dapat digeneralisasikan atas populasinya, upaya

untuk mencapai presisi yang lebih baik memerlukan penambahan sampel,

seberapa besar sampel serta penambahannya akan tergantung pada variasi dalam

kelompok, tingkat kesalahan yang ditoleransi serta tingkat kepercayaan.

Menurut Pamela L. Alreck dan Robert B. Seetle dalam bukunya The

Survey Research Handbook untuk Populasi yang besar, sampel minimum kira-kira

100 responden dan sampel maksimumnya adalah 1000 responden atau 10%

dengan kisaran angka minimum dan maksimum, secara lebih rinci Jack E.

Fraenkel dan Norman E. Wallen menyatakan (meskipun bukan ketentuan mutlak)

bahwa minimum sampel adalah 100 untuk studi deskriptif, 50 untuk studi

korelasional, 30 per kelompok untuk studi kausal komparatif. L.R Gay dalam

bukunya Educational Research menyatakan bahwa untuk riset deskriptif besarnya

sampel 10% dari populasi, riset korelasi 30 subjek, riset kausal komparatif 30

subjek per kelompok, dan riset eksperimental 50 subjek per kelompok. Sementara

itu Krejcie dan Morgan menyusun ukuran besarnya sampel dalam bentuk tabel

sebagai berikut :

Tabel 2.1Besarnya Sampel menurut besarnya Populasi

Populasi Sampel Populasi Sampel Populasi Sampel

5 5 220 140 1200 291

10 10 230 144 1300 297

15 14 240 148 1400 302

20 19 250 152 1500 306

25 24 260 155 1600 310

30 28 270 159 1700 313

35 32 280 162 1800 317

40 36 290 165 1900 320

45 40 300 169 2000 322

Page 14: Makalah Teknik Penarikan Sampel Kel III

50 44 320 175 2200 327

55 48 340 181 2400 331

60 52 360 186 2600 335

65 56 380 191 2800 338

70 59 400 192 3000 341

75 63 420 196 3500 346

80 66 440 201 4000 351

85 70 460 205 4500 354

90 73 480 210 5000 357

95 76 484 214 6000 361

100 80 500 217 7000 364

110 86 550 226 8000 367

120 92 600 234 9000 368

130 97 650 242 10000 370

140 103 700 248 15000 375

150 108 750 254 20000 377

160 113 800 260 30000 379

170 118 850 265 40000 380

180 123 900 269 50000 381

190 127 950 274 75000 382

200 132 1000 278 100000 382

210 136 1100 285 1000000 384

Dikutif dari Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Sumanto 1995)

Page 15: Makalah Teknik Penarikan Sampel Kel III

Kesalahan Pengambilan Sampel (Sampling Error)

Secara umum peneliti harus dapat memperoleh besarnya sampel minimum

yang diperlukan agar dapat merepresentasikan populasi secara akurat, namun

disadari bahwa sampel bukanlah populasi sehingga kemungkinan melakukan

kesalahan dapat saja terjadi. Oleh karena itu peneliti harus memandang hasil dari

sampel bukanlah hasil yang pasti, tapi sebatas estimasi. Kesalahan pengambilan

sampel terjadi apabila sampel yang diproleh tidak/kurang akurat dalam

merepresentasikan populasi, masalahnya berapa besar kesalahan sampling yang

ditoleransi agar generalisasi dari suatu penelitian sampel dapat diandalkan

Sebagaimana telah diketahui bahwa besarnya sampel yang diperlukan agar

dapat merepresentasikan populasi tidak hanya tergantung pada ukuran besarnya

populasi tapi juga pada heterogenitas variansi variabel dalam populasi. Semakin

besar populasi, semakin besar sampel yang diperlukan, demikian juga semakin

heterogen variabel dalam populasi semakin besar sampel yang diperlukan dalam

penelitian.

Teori pengambilan sampel (Sampling Theory) menyatakan bahwa jika

banyak sampel (dengan jumlah tertentu) diambil dari suatu populasi, maka

sebagian besar Mean sampel akan berada dekat dengan Mean populasi , dan

hanya sedikit saja yang berada jauh dari mean populasi , hal ini berarti bahwa jika

sampel diambil secara tepat, maka penyimpulan atas sampel akan mendekati

(akibat sampling error) penyimpulan atas populasi.

Dari suatu populasi dapat digambarkan suatu distribusi sampel Mean

(Sampling distribution), dan menurut Teorema batas pusat (Central limit

Theorem) mean-mean dari sampel akan berdistribusi normal diseputar mean

populasi serta mean dari mean semua sampel akan sama dengan nilai mean

populasi. Namun demikian kemungkinan melakukan kekeliruan tetap saja ada,

dan untuk menghitung/mengetahui kekeliruan tersebut pertama-tama perlu dilihat

dulu bagaimana variasi dalam suatu populasi, akan tetapi karena variasi populasi

secara empirik tidak diketahui, maka yang dapat digunakan adalah nilai variasi

Page 16: Makalah Teknik Penarikan Sampel Kel III

sampel, adapun ukuran-ukuran untuk mengetahui variasi suatu data penelitian

yang biasa dipergunakan adalah Mean Deviasi (X –X ), Varians (X – X )2/N),

dan Standar Deviasi yaitu akar pangkat dua dari Variance ( (X – X )2 / N ).

Sebelum mengetahui nilai kesalahan pengambilan sampel terlebih dahulu

perlu diketahui Standard Error, dan ukuran variasi Standard Deviasi merupakan

ukuran yang baik untuk mengetahui rata-rata penyimpangan, adapun rumus

perhitungan Standard Error adalah Standar Deviasi dibagi akar pangkat dua

jumlah sampel ( SD : N (jumlah sampel) ),standar deviasi (SD) yang digunakan

dalam rumus tersebut mestinya SD populasi, tapi karena yang diteliti adalah

sampel, maka SD sampel yang dipergunakan dengan asumsi SD sampel sama

dengan SD populasi. Standar Error merupakan estimasi terbaik bagi Sampling

Error; semakin kecil Standar deviasi,dan semakin besar jumlah sampel maka

semakin kecil Standard Error, yang berarti semakin kecil Sampling error, karena

Kesalahan penarikan sampel merupakan perkalian antara Standard error dengan

nilai z pada tingkat kepercayaan tertentu ( 95% = 1,96; 99% = 2,58).

Page 17: Makalah Teknik Penarikan Sampel Kel III

BAB III

KESIMPULAN

random sampling adalah cara pengambilan sampel yang memberikan

kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi.

Artinya jika elemen populasinya ada 100 dan yang akan dijadikan sampel

adalah 25, maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan 25/100

untuk bisa dipilih menjadi sampel.kumpulan objek penelitian disebut

populasi.

nonrandom sampling atau nonprobability sampling, setiap elemen

populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan

sampel. Lima elemen populasi dipilih sebagai sampel karena letaknya

dekat dengan rumah peneliti, sedangkan yang lainnya, karena jauh, tidak

dipilih; artinya kemungkinannya 0 (nol).

Pada sampel acak (random sampling) dikenal dengan istilah simple

random sampling, stratified random sampling, cluster sampling,

systematic sampling, dan area sampling.

Pada non probability sampling dikenal beberapa teknik, antara lain adalah

convenience sampling, purposive sampling, quota sampling, snowball

sampling

DAFTAR PUSTAKA

Page 18: Makalah Teknik Penarikan Sampel Kel III

Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Statistik Pendidikan. Rajawali Pers : Jakarta

Sudjana. 2005. Metoda StatistikEdisi Ke 6. Tarsito : Bandung

Sugiyonno,DR. 2002. Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta: Bandung

Agung, I Gusti Ngurah. 1998. Metode Penelitian Sosial 1 & 2. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama

Cochran, William. G. 1991. Teknik Pengambilan Sampel-Edisi Ketiga. Jakarta:

UI Press.

Fuchran, Arief. A. 2007. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Malang:

Pustaka Pelajar