Upload
irwan-nova
View
339
Download
25
Embed Size (px)
Citation preview
TEKNIK PENARIKAN SAMPEL
Disusun Sebagai Tugas
Mata Kuliah Statistik Pendidikan Fisika
OLEH: KELOMPOK III
NOVA IRWAN
RIKARDO MARPAUNG
TRI ASTUTI MARDIANA
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN2013
BAB I
PENDAHULUAN
SUMBER DATA
Pengertian sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana
data diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara
dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu
orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik
pertanyaan tertulis ataupun lisan.
Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber
datanya bisa berupa benda, gerak atau proses sesuatu. Peneliti yang
mengamati tumbuhnya padi, maka sumber datanya adalah padi,
sedangkan objek penelitiannya adalah pertumbuhan jagung. Apabila
peneliti menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatan yang
menjadi sumber data, sedangkan isi catatan adalah objek penelitian atau
variable penelitian.
Untuk mempermudah mengidentifikasi sumber data, maka
digunakan klasifikasi sumber data yang disingkat dengan 3 P, yaitu:
1. Person:
Jika sumber data berupa orang. Person yaitu sumber data yang bias
memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban
tertulis melalui angket.
2. Place:
Jika sumber data berupa tempat. Place yaitu sumber data yang menyajikan
tampilan berupa keadaan diam dan bergerak.
Diam, misalnya ruangan, kelengkapan alat, wujud benda , warna dan lain-
lain.
Bergerak, misalnya: aktivitas, kinerja, laju kendaraan dan lain-lain. Pada
umumnya tampilan diam dan gerak merupakan objek untuk penggunaan
metode observasi.
3. Paper:
Jika sumber data berupa symbol. Paper merupakan sumber data yang
menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar, atau symbol symbol
lain. Pengertian paper bukan terbatas hanya pada kertas, tapi juga dapat
berwujud batu, kayu, tulang, daun lontar dan sebagainya, yang cocok untuk
penggunaan metode dokumentasi.
BAB II
PEMBAHASAN
Konsep-konsep Dasar Sampling
Salah satu hal yang menakjubkan dalam penelitian ialah kenyataan bahwa
kita dapat menduga sifat-sifat suatu kumpulan objek penelitian hanya dengan
mempelajari dan mengamati sebagian dart kumpulan itu. Bagian yang diamati itu
disebut sampel, sedangkan kumpulan objek penelitian disebut populasi. Objek
penelitian dapat berupa orang, umpi, organisasi, kelompok, lembaga, buku, kata-
kata, surat kabar dan lainlain. Dalam penelitian, objek penelitian ini disebut satuan
analisis (units of analysis) atau unsur-unsur populasi. Bila kita meneliti seluruh
unsur populasi, kita melakukan sensus. Sensus mudah dilakukan bila jumlah
populasi terbatas. Pimpinan fakultas ingin mengetahui reaksi mahasiswa di
fakultasnya terhadap kurikulum yang baru. Ia dapat mewawancarai semua
mahasiswa, tanpa kecuali. Tentu saja, ada kemungkinan beberapa orang tidak
sempat diwawancarai karena sakit, tidak pernah muncul di fakultas, atau
menghindari penelitian. Sensus, memang, tidak selamanya sempurna. Hasil
sensus, yang mengungkapkan karakteristik populasi (seperti rata-rata, ragam,
modus, atau range), disebut parameter.
Bila jumlah unsur populasi itu terlalu banyak, padahal kita ingin
menghemat biaya dan waktu, kita harus puas dengan sampel. Karakteristik sampel
disebut statistik. Kita sebetulnya tidak tertarik pada statistik. Kita ingin menduga
secara cermat parameter dart statistik. Metode pendugaan inilah yang dikenal
sebagai teori sampling. Ini berarti sampel harus mencerminkan semua unsur
dalam populasi secara proporsional. Sampel seperti itu dikatakan sampel tak bias
(unibased sample) atau sampel yang representatif. Sebaliknya sampel bias adalah
sampel yang tidak memberikan kesempatan yang sama pada semua unsur populasi
untuk dipilih. Memang, sampel mungkin menunjukkan karakteristik yang
menyimpang dari karakteristik populasi. Penyimpangan dari karakteristik populasi
disebut galat sampling (sampling error). Jadi, galat sampling adalah perbedaan
antara hasil yang diperoleh dari sampel dengan hasil yang didapat dari sensus
(Neter, Wasserman, Whitmore, 1979: 195). Statistik dapat membantu kita
menentukan sampling error hanya bila kita menggunakan sampel tak bias. Sampel
tak bias adalah sampel yang ditarik berdasarkan probabilitas (probability
sampling). Dalam sampel probabilitas, setiap unsur populasi mempunyai nilai
kemungkinan tertentu untuk dipilih.
Karena sampel ini mengasumsikan kerandoman (randomness), maka
sampel probabilitas lazim juga disebut sebagai sampel random. Bila kita
mengambil sampel tertentu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, kita
memperoleh sampel pertimbangan (judgemental sampling), disebut juga sampel
non-probabilitas. Untuk kedua jenis sampling ini, ada beberapa alternatif teknik
penelitian sampel. Teknik penarikan sampel sering disebut rencana sampling atau
rancangan sampling (sampling design).
Teknik-teknik pengambilan sampel
Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu, sampel
acak atau random sampling / probability sampling, dan sampel tidak acak atau
nonrandom samping/nonprobability sampling. Yang dimaksud dengan random
sampling adalah cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang
sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Artinya jika elemen
populasinya ada 100 dan yang akan dijadikan sampel adalah 25, maka setiap
elemen tersebut mempunyai kemungkinan 25/100 untuk bisa dipilih menjadi
sampel. Sedangkan yang dimaksud dengan nonrandom sampling atau
nonprobability sampling, setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan
yang sama untuk dijadikan sampel. Lima elemen populasi dipilih sebagai sampel
karena letaknya dekat dengan rumah peneliti, sedangkan yang lainnya, karena
jauh, tidak dipilih; artinya kemungkinannya 0 (nol).
Dua jenis teknik pengambilan sampel di atas mempunyai tujuan yang
berbeda. Jika peneliti ingin hasil penelitiannya bisa dijadikan ukuran untuk
mengestimasikan populasi, atau istilahnya adalah melakukan generalisasi maka
seharusnya sampel representatif dan diambil secara acak. Namun jika peneliti
tidak mempunyai kemauan melakukan generalisasi hasil penelitian maka sampel
bisa diambil secara tidak acak. Sampel tidak acak biasanya juga diambil jika
peneliti tidak mempunyai data pasti tentang ukuran populasi dan informasi
lengkap tentang setiap elemen populasi. Contohnya, jika yang diteliti populasinya
adalah konsumen teh botol, kemungkinan besar peneliti tidak mengetahui dengan
pasti berapa jumlah konsumennya, dan juga karakteristik konsumen. Karena dia
tidak mengetahui ukuran pupulasi yang tepat, bisakah dia mengatakan bahwa 200
konsumen sebagai sampel dikatakan “representatif”?. Kemudian, bisakah peneliti
memilih sampel secara acak, jika tidak ada informasi yang cukup lengkap tentang
diri konsumen?. Dalam situasi yang demikian, pengambilan sampel dengan cara
acak tidak dimungkinkan, maka tidak ada pilihan lain kecuali sampel diambil
dengan cara tidak acak atau nonprobability sampling, namun dengan konsekuensi
hasil penelitiannya tersebut tidak bisa digeneralisasikan. Jika ternyata dari 200
konsumen teh botol tadi merasa kurang puas, maka peneliti tidak bisa mengatakan
bahwa sebagian besar konsumen teh botol merasa kurang puas terhadap the botol.
Di setiap jenis teknik pemilihan tersebut, terdapat beberapa teknik yang
lebih spesifik lagi. Pada sampel acak (random sampling) dikenal dengan istilah
simple random sampling, stratified random sampling, cluster sampling,
systematic sampling, dan area sampling. Pada nonprobability sampling dikenal
beberapa teknik, antara lain adalah convenience sampling, purposive sampling,
quota sampling, snowball sampling
Penentuan sampel merupakan langkah penting dalam penelitian
kuantitatif, konsep dasar dari penentuan sampel adalah bahwa agregasi dari orang,
rumah tangga atau organisasi yang sangat besar dapat dikaji secara efektif dan
efisien serta akurat melalui pengkajian yang terinci dan hati-hati pada sebagian
agregasi yang terpilih. Agregasi (Keseluruhan) disebut populasi atau universe
yang terdiri dari unit total informasi yang ingin diketahui. Dari populasi yang
ingin dikaji kemudian ditentukan sampelnya, melalui prosedur sampling yang
sesuai dengan karakteristik populasinya.
Penelitian bidang sosial dan Pendidikan banyak dilakukan dengan
menggunakan sampel (Sampling Methods), hal ini tidak hanya karena alasan biaya
dan waktu, tapi juga untuk menghindari kekeliruan akibat pengumpulan,
pemrosesan dan penganalisaan data dari agregasi yang sangat besar. Dengan
penarikan sampel maka estimasi dapat dilakukan serta hipotesis dapat diuji yang
hasilnya dapat berlaku terhadap populasi darimana sampel itu diambil. Pengkajian
terhadap sampel pada dasarnya dimaksudkan untuk menemukan generalisasi atas
populasi atau karakteristik populasi (Parameter), sehingga dapat dilakukan
penyimpulan (inferensi) tentang universe, oleh karena itu penarikan sampel
jangan sampai bias dan harus menggambarkan seluruh unsur dalam populasi
secara proporsional, hal ini bisa dilakukan dengan cara memberikan kesempatan
yang sama pada seluruh elmen dalam populasi.
Adapun langkah-langkah dalam penentuan sampel adalah :
a. Mendefinisikan populasi yang akan dijadikan obyek penelitian
b. Menentukan prosedur sampling
c. Menentukan besarnya sampel
pendefinisian populasi merupakan langkah pertama yang sangat penting, dari sini
dapat tergambar bagaimana keadaan populasi, sub-sub unit populasi, karakteristik
umum populasi serta keluasan dari populasi tersebut. Dalam hubungan ini perlu
dibedakan antara populasi target (Target/actual population) dan populasi
terjangkau (Accessible population), populasi target adalah populasi yang ingin
digeneralisasi oleh peneliti, sedangkan populasi terjangkau adalah populasi yang
dapat digeneralisasi oleh peneliti, target populasi merupakan pilihan ideal dan
populasi terjangkau merupakan pilihan yang realistis. Sesudah diperoleh
gambaran tersebut kemudian ditentukan prosedur apa yang akan diambil dalam
penentuan sampel, sesudah langkah ini baru kemudian ditentukan besarnya
sampel yang akan dijadikan obyek penelitian. Sebagai Contoh akan dikemukakan
berikut ini:
Masalah penelitian yang akan dikaji : Akibat pemanfaatan media elektronik terhadap prestasi belajar Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Kuningan.
Populasi Target : Seluruh Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Kuningan
Populasi Terjangkau : Seluruh Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Kuningan Kabupaten Kuningan
Kerangka Sampel : Daftar Nama siswa yang tercatat pada Dinas Pendidikan Kecamatan Kuningan
Sampel : Lima belas persen Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Kuningan Kabupaten Kuningan
Masalah penelitian yang akan dikaji : Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Kinerja Guru di Kabupaten Kuningan.
Populasi Target : Seluruh Guru di Kabupaten KuninganPopulasi Terjangkau : Seluruh Guru SMU di Kabupaten Kuningan
Kerangka Sampel : Daftar Guru SMU yang tercatat pada Dinas Pendidikan Kabupaten Kuningan
Sampel : Dua puluh persen Guru SMU di Kabupaten Kuningan
Penentuan prosedur sampling (Sampling Method) yang akan dipergunakan
pada dasarnya sebagian besar tergantung pada ada tidaknya kerangka sampel
(Sampling Frame : daftar unit-unit analisis dari populasi yang akan diambil
sampelnya)) yang lengkap dan akurat, jika tidak demikian maka diperlukan
pembaruan daftar tersebut agar sampel dapat benar-benar menjadi representasi
dari populasi
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel adalah bahwa
semakin sempit (sedikit) peneliti mendefinisikan (membatasi) populasi semakin
efisien dalam waktu dan dana, namun semakin terbatas kemampuan melakukan
generalisasi, untuk itu peneliti harus mencari jalan yang efisien dalam waktu dan
dana serta kemampuan generalisasi yang lebih luas, dan untuk menghindari
kekeliruan pembaca, maka peneliti perlu menggambarkan populasi dan sampel
secara rinci, sehingga orang yang membaca hasil penelitian dapat menentukan
daya terap (Aplicability) penemuan hasil penelitian terhadap situasi yang berbeda.
Sebagaimana diketahui bahwa terdapat banyak metode pengambilan
sampel yang dapat dilakukan dengan caranya sendiri-sendiri, namun dalam
prakteknya cara pengambilan sampel campuran (Multistage sampling) banyak
juga dipergunakan dalam penelitian, karena masing-masing cara terkadang
diperlukan dalam tahap-tahap tertentu. Untuk tujuan-tujuan penyimpulan
(inference) persyaratan yang paling penting adalah perlunya sampel diambil
secara random (Probability samples), dimana setiap elemen populasi punya
kesempatan yang sama (Fair Chance) untuk terpilih menjadi sampel (Nonzero
probability of selection), sifat random bermakna penggunaan metode probabilitas
yang tidak bias dalam memilih sampel.
Simple Random Sampling
Pengambilan sampel acak sederhana adalah cara pengambilan sampel
dimana setiap unsur yang membentuk populasi diberi kesempatan yang sama
untuk terpilih menjadi sampel, cara ini akan sangat mudah apabila telah terdapat
daptar lengkap unsur-unsur populasi. Prosedur yang cukup akurat untuk
pengambilan sampel secara acak adalah dengan menggunakan tabel angka acak
(Table of random numbers), disamping itu dapat pula dilakukan dengan cara
mengundi.
Pengambilan sampel acak yang dilakukan sesuai prosedur sama sekali
bukan jaminan bahwa suatu sampel akan menjadi representasi sempurna dari
populasi, karena bisa saja terjadi pengambilan sampel secara random dalam
kenyataannya menghasilkan suatu sampel yang unik, akan tetapi perlunya
pengambilan sampel secara acak harus dipahami dalam konteks proses
kemungkinan, apabila sampel acak diambil dari suatu populasi secara berulang-
ulang, maka secara umum seluruh sampel tersebut akan mampu memberikan
estimasi yang lebih akurat terhadap populasi, demikian juga variabilitas atau
kekeliruan dapat diestimasi dan uji signifikansi statistik juga menunjukan
probabilitas hasil dengan mempertimbangkan kekeliruan pengambilan sampel
(Sampling Error).
Pengambilan Sampel secara Sistimatis
Systematic Sampling merupakan Alternatif lain pengambilan sampel yang
sangat bermanfaat untuk pengambilan sampel dari populasi yang sangat besar.
Pengambilan sampel secara sistematis adalah suatu metode dimana hanya unsur
pertama dari sampel yang dipilih secara acak, sedang unsur-unsur selanjutnya
dipilih secara sistematis menurut suatu pola tertentu. Sebagai contoh Kepala Dinas
Pendidikan ingin mengetahui bagaimana Motivasi Kerja Kepala Sekolah di
Kabupaten Kuningan yang berjumlah 1000 orang dan akan mengambil sempel
100 orang Kepala sekolah, kemudian Nama-nama Kepala Sekolah disusun secara
alpabetis, lalu dipilih sampel per sepuluh Kepala Sekolah, untuk itu disusun
nomor dari 1 sampai 10, lalu diundi untuk memilih satu angka, jika angka lima
yang keluar, maka sampelnya adalah nomor 5, 15, 25, 35, dan seterusnya sampai
diperoleh jumlah sampel yang dikehendaki.
Dalam pengambilan sampel secara sistematis dikenal dua istilah yaitu
interval pengambilan sampel (Sampling intervals), yaitu perbandingan antara
populasi dengan sampel yang diinginkan, dan proporsi pengambilan sampel
(sampling Fraction/Sampling Ratio) yaitu perbandingan antara ukuran sampel
dengan populasi. Dari contoh di atas Sampling intervalnya adalah 1000 : 100 =
10, dan sampling rationya adalah 100 : 1000 = 0,1. Contoh tersebut juga dapat
disebut sebagai Systematic Sampling with random start, dimana awal penentuan
sampel dilakukan secara acak, baru sesudah itu dilakukan langkah-langkah
sistematis sesuai dengan prosedurnya. Cara pengambilan sampel seperti ini
menurut Jack R. Fraenkel dan Norman E Wallen bisa dikategorikan sebagai
random sampling jika daftar populasi disusun secara random dan sampel diambil
dari daftar tersebut.
Pengambilan Sampel berstrata (Stratified Sampling)
Pengambilan sampel berstrata merupakan teknik pengambilan sampel
dimana populasi dikelompokan dalam strata tertentu, kemudian diambil sampel
secara random dengan proporsi yang seimbang sesuai dengan posisinya dalam
populasi. Sebagai contoh : seorang Kepala Sekolah ingin mengetahui tanggapan
Siswa tentang pelaksanaan program Keterampilan. Jumlah Siswa sebanyak 2000
orang dengan komposisi kelas 3 sebanyak 600 siswa, kelas 2 sebanyak 400 siswa
dan kelas 1 sebanyak 1000 siswa, besarnya sampel yang akan diambil adalah 200
orang, jika stratanya berdasarkan Kelas maka langkah yang harus dilakukan
adalah :
a. Tetapkan proporsi strata dari populasi hasilnya kelas 3 sebesar 30%,
Kelas 2 sebesar 20% dan kelas 1 sebesar 50%.
b. Hitung besarnya sampel untuk masing-masing strata, hasilnya kelas 3
sebanyak 60 siswa, kelas 2 sebanyak 40 siswa dan kelas 1 sebanyak 100
siswa
c. Kemudian pilih anggota sampel untuk masing-masing strata secara acak
(random sample).
Cara lain penentuan sampel berstrata adalah menentukan dulu proporsi sampel
atas populasi, dalam kasus di atas proporsinya adalah 10 % kemudian proporsi ini
dikalikan jumlah siswa pada tiap strata dan hasilnya akan sama dengan cara
diatas. Sesudah langkah tersebut dilakukan baru instrumen penelitian disebarkan
kepada anggota sampel yang sudah terpilih. Apabila jumlah sampel disamakan
untuk tiap strata, cara itu disebut penarikan sampel strata tidak proporsional
(Disproportional Stratified Sampling), sedangkan jika disesuaikan dengan
proporsi strata dalam populasi disebut pengambilan sampel strata proporsional
(Proportional Stratified Sampling)
Pengambilan sampel Kelompok (Cluster Sampling)
Cluster Sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana pemilihannya
mengacu pada kelompok bukan pada individu. Cara seperti ini baik sekali untuk
dilakukan apabila tidak terdapat atau sulit menentukan/menemukan kerangka
sampel, meski dapat juga dilakukan pada populasi yang kerangka sampelnya
sudah ada.
Sebagai contoh : Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kuningan ingin
mengetahui bagaimana Sikap Guru SLTP terhadap Kebijakan Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS), besarnya sampel adalah 300 orang, kemudian
ditentukan Clusternya, misalnya sekolah, Jumlah SLTP sebanyak 66 Sekolah
dengan rata-rata jumlah Guru 50 orang, maka jumlah cluster yang diambil adalah
300 : 50 = 6, kemudian dipilih secara acak enam Sekolah dan dari enam sekolah
ini dipilih secara acak 50 orang Guru sebagai anggota sampel.
Pengambilan sampel dengan cara yang sudah disebutkan di atas umumnya
dilakukan pada populasi yang bersifat terbatas (Finit), sementara itu untuk
Populasi yang jumlah dan identitas anggota populasinya tidak diketahui (Infinit)
pengambilan sampel biasanya dilakukan secara tidak acak (Non random
Sampling). Adapun yang termasuk pada cara ini adalah :
1. Quota Sampling : yaitu penarikan sampel yang hanya menekankan
pada jumlah sampel yang harus dipenuhi.
2. Purposive Sampling : pengambilan sampel hanya pada individu yang
didasarkan pada pertimbangan dan karakteristik tertentu.
3. Accidental Sampling : pengambilan sampel dengan jalan mengambil
individu siapa saja yang dapat dijangkau atau ditemui.
Menentukan Besarnya Sampel (Sample Size)
Besarnya sampel sebaiknya sebanyak mungkin; semakin besar sampel
yang diambil umumnya akan semakin representatif dari populasinya dan hasil
penelitian lebih dapat digeneralisasikan. Masalah besarnya sampel merupakan hal
yang sulit untuk dijawab sebab terkadang dipengaruhi oleh dana yang tersedia
untuk melakukan penelitian. Namun demikian hal yang penting untuk
diperhatikan adalah terdapatnya alasan yang logis untuk pemilihan teknik
sampling serta besarnya sampel dilihat dari sudut metodologi Penelitian.
Dilihat dari substansi tujuan penarikan sampel yakni untuk memperoleh
representasi populasi yang tepat, maka besarnya sampel yang akan diambil perlu
mempertimbangkan karakteristik populasi serta kemampuan estimasi.
Pertimbangan karakteristik populasi akan menentukan teknik pengambilan
sampel, ini dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan bias, sementara
kemampuan estimasi berkaitan dengan presisi dalam mengestimasi populasi dari
sampel serta bagaimana sampel dapat digeneralisasikan atas populasinya, upaya
untuk mencapai presisi yang lebih baik memerlukan penambahan sampel,
seberapa besar sampel serta penambahannya akan tergantung pada variasi dalam
kelompok, tingkat kesalahan yang ditoleransi serta tingkat kepercayaan.
Menurut Pamela L. Alreck dan Robert B. Seetle dalam bukunya The
Survey Research Handbook untuk Populasi yang besar, sampel minimum kira-kira
100 responden dan sampel maksimumnya adalah 1000 responden atau 10%
dengan kisaran angka minimum dan maksimum, secara lebih rinci Jack E.
Fraenkel dan Norman E. Wallen menyatakan (meskipun bukan ketentuan mutlak)
bahwa minimum sampel adalah 100 untuk studi deskriptif, 50 untuk studi
korelasional, 30 per kelompok untuk studi kausal komparatif. L.R Gay dalam
bukunya Educational Research menyatakan bahwa untuk riset deskriptif besarnya
sampel 10% dari populasi, riset korelasi 30 subjek, riset kausal komparatif 30
subjek per kelompok, dan riset eksperimental 50 subjek per kelompok. Sementara
itu Krejcie dan Morgan menyusun ukuran besarnya sampel dalam bentuk tabel
sebagai berikut :
Tabel 2.1Besarnya Sampel menurut besarnya Populasi
Populasi Sampel Populasi Sampel Populasi Sampel
5 5 220 140 1200 291
10 10 230 144 1300 297
15 14 240 148 1400 302
20 19 250 152 1500 306
25 24 260 155 1600 310
30 28 270 159 1700 313
35 32 280 162 1800 317
40 36 290 165 1900 320
45 40 300 169 2000 322
50 44 320 175 2200 327
55 48 340 181 2400 331
60 52 360 186 2600 335
65 56 380 191 2800 338
70 59 400 192 3000 341
75 63 420 196 3500 346
80 66 440 201 4000 351
85 70 460 205 4500 354
90 73 480 210 5000 357
95 76 484 214 6000 361
100 80 500 217 7000 364
110 86 550 226 8000 367
120 92 600 234 9000 368
130 97 650 242 10000 370
140 103 700 248 15000 375
150 108 750 254 20000 377
160 113 800 260 30000 379
170 118 850 265 40000 380
180 123 900 269 50000 381
190 127 950 274 75000 382
200 132 1000 278 100000 382
210 136 1100 285 1000000 384
Dikutif dari Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Sumanto 1995)
Kesalahan Pengambilan Sampel (Sampling Error)
Secara umum peneliti harus dapat memperoleh besarnya sampel minimum
yang diperlukan agar dapat merepresentasikan populasi secara akurat, namun
disadari bahwa sampel bukanlah populasi sehingga kemungkinan melakukan
kesalahan dapat saja terjadi. Oleh karena itu peneliti harus memandang hasil dari
sampel bukanlah hasil yang pasti, tapi sebatas estimasi. Kesalahan pengambilan
sampel terjadi apabila sampel yang diproleh tidak/kurang akurat dalam
merepresentasikan populasi, masalahnya berapa besar kesalahan sampling yang
ditoleransi agar generalisasi dari suatu penelitian sampel dapat diandalkan
Sebagaimana telah diketahui bahwa besarnya sampel yang diperlukan agar
dapat merepresentasikan populasi tidak hanya tergantung pada ukuran besarnya
populasi tapi juga pada heterogenitas variansi variabel dalam populasi. Semakin
besar populasi, semakin besar sampel yang diperlukan, demikian juga semakin
heterogen variabel dalam populasi semakin besar sampel yang diperlukan dalam
penelitian.
Teori pengambilan sampel (Sampling Theory) menyatakan bahwa jika
banyak sampel (dengan jumlah tertentu) diambil dari suatu populasi, maka
sebagian besar Mean sampel akan berada dekat dengan Mean populasi , dan
hanya sedikit saja yang berada jauh dari mean populasi , hal ini berarti bahwa jika
sampel diambil secara tepat, maka penyimpulan atas sampel akan mendekati
(akibat sampling error) penyimpulan atas populasi.
Dari suatu populasi dapat digambarkan suatu distribusi sampel Mean
(Sampling distribution), dan menurut Teorema batas pusat (Central limit
Theorem) mean-mean dari sampel akan berdistribusi normal diseputar mean
populasi serta mean dari mean semua sampel akan sama dengan nilai mean
populasi. Namun demikian kemungkinan melakukan kekeliruan tetap saja ada,
dan untuk menghitung/mengetahui kekeliruan tersebut pertama-tama perlu dilihat
dulu bagaimana variasi dalam suatu populasi, akan tetapi karena variasi populasi
secara empirik tidak diketahui, maka yang dapat digunakan adalah nilai variasi
sampel, adapun ukuran-ukuran untuk mengetahui variasi suatu data penelitian
yang biasa dipergunakan adalah Mean Deviasi (X –X ), Varians (X – X )2/N),
dan Standar Deviasi yaitu akar pangkat dua dari Variance ( (X – X )2 / N ).
Sebelum mengetahui nilai kesalahan pengambilan sampel terlebih dahulu
perlu diketahui Standard Error, dan ukuran variasi Standard Deviasi merupakan
ukuran yang baik untuk mengetahui rata-rata penyimpangan, adapun rumus
perhitungan Standard Error adalah Standar Deviasi dibagi akar pangkat dua
jumlah sampel ( SD : N (jumlah sampel) ),standar deviasi (SD) yang digunakan
dalam rumus tersebut mestinya SD populasi, tapi karena yang diteliti adalah
sampel, maka SD sampel yang dipergunakan dengan asumsi SD sampel sama
dengan SD populasi. Standar Error merupakan estimasi terbaik bagi Sampling
Error; semakin kecil Standar deviasi,dan semakin besar jumlah sampel maka
semakin kecil Standard Error, yang berarti semakin kecil Sampling error, karena
Kesalahan penarikan sampel merupakan perkalian antara Standard error dengan
nilai z pada tingkat kepercayaan tertentu ( 95% = 1,96; 99% = 2,58).
BAB III
KESIMPULAN
random sampling adalah cara pengambilan sampel yang memberikan
kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi.
Artinya jika elemen populasinya ada 100 dan yang akan dijadikan sampel
adalah 25, maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan 25/100
untuk bisa dipilih menjadi sampel.kumpulan objek penelitian disebut
populasi.
nonrandom sampling atau nonprobability sampling, setiap elemen
populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan
sampel. Lima elemen populasi dipilih sebagai sampel karena letaknya
dekat dengan rumah peneliti, sedangkan yang lainnya, karena jauh, tidak
dipilih; artinya kemungkinannya 0 (nol).
Pada sampel acak (random sampling) dikenal dengan istilah simple
random sampling, stratified random sampling, cluster sampling,
systematic sampling, dan area sampling.
Pada non probability sampling dikenal beberapa teknik, antara lain adalah
convenience sampling, purposive sampling, quota sampling, snowball
sampling
DAFTAR PUSTAKA
Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Statistik Pendidikan. Rajawali Pers : Jakarta
Sudjana. 2005. Metoda StatistikEdisi Ke 6. Tarsito : Bandung
Sugiyonno,DR. 2002. Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta: Bandung
Agung, I Gusti Ngurah. 1998. Metode Penelitian Sosial 1 & 2. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
Cochran, William. G. 1991. Teknik Pengambilan Sampel-Edisi Ketiga. Jakarta:
UI Press.
Fuchran, Arief. A. 2007. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Malang:
Pustaka Pelajar