13
PENGEMBANGAN AKUAKULTUR DI PEDESAAN : TINJAUAN HUBUNGAN SOSIAL-EKONOMI DENGAN TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI BUDIDAYA Taufik Budhi Pramono dan Petrus Hary Tjahja Soedibya Program Studi Budidaya Perairan Jurusan Perikanan dan Kelautan Universitas Jenderal Soedirman Jl. Dr. Suparno Karangwangkal Purwokerto ABSTRAK Penelitian dengan tujuan untuk mengetahui tingkat adopsi teknologi pembesaran ikan gurami (Osphronemus gouramy) di kabupaten Purbalingga telah dilakukan. Tingkat adopsi teknologi dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Pengumpulan data menggunakan metode purposive sampling pada pembudidaya ikan yang masih aktif. Data dianalisis secara statistik deskriptif. Hasil riset menunjukkan bahwa tingkat adopsi pembudidaya ikan terhadap paket teknologi termasuk kategori sedang. Kondisi ini mengindikasikan para pembudidaya ikan tidak melakukan semua paket anjuran. Kata Kunci : adopsi, teknologi pembesaran, ikan gurami PENDAHULUAN Pembangunan perikanan budidaya di Indonesia secara umum telah mampu meningkatkan produksi pada berbagai bidang usaha yang dikembangkan. Produksi perikanan dalam periode 2000-2004 mengalami peningkatan rata-rata per tahun sebesar 5.23% yakni dari 5.107 juta ton pada tahun 2000 menjadi 6.231 juta ton pada tahun 2004. Produksi

makalah taufik 2-unair2008

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah deskriptip

Citation preview

Page 1: makalah taufik 2-unair2008

PENGEMBANGAN AKUAKULTUR DI PEDESAAN : TINJAUAN HUBUNGAN SOSIAL-EKONOMI DENGAN

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI BUDIDAYA

Taufik Budhi Pramono dan Petrus Hary Tjahja Soedibya

Program Studi Budidaya PerairanJurusan Perikanan dan Kelautan Universitas Jenderal Soedirman

Jl. Dr. Suparno Karangwangkal Purwokerto

ABSTRAK

Penelitian dengan tujuan untuk mengetahui tingkat adopsi teknologi pembesaran ikan gurami (Osphronemus gouramy) di kabupaten Purbalingga telah dilakukan. Tingkat adopsi teknologi dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Pengumpulan data menggunakan metode purposive sampling pada pembudidaya ikan yang masih aktif. Data dianalisis secara statistik deskriptif. Hasil riset menunjukkan bahwa tingkat adopsi pembudidaya ikan terhadap paket teknologi termasuk kategori sedang. Kondisi ini mengindikasikan para pembudidaya ikan tidak melakukan semua paket anjuran.

Kata Kunci : adopsi, teknologi pembesaran, ikan gurami

PENDAHULUAN

Pembangunan perikanan budidaya di Indonesia secara umum telah mampu

meningkatkan produksi pada berbagai bidang usaha yang dikembangkan. Produksi

perikanan dalam periode 2000-2004 mengalami peningkatan rata-rata per tahun

sebesar 5.23% yakni dari 5.107 juta ton pada tahun 2000 menjadi 6.231 juta ton pada

tahun 2004. Produksi perikanan tersebut masih didominasi oleh usaha penangkapan.

Rendahnya produksi perikanan budidaya antara lain disebabkan oleh masih

rendahnya manajemen budidaya pada sebagian besar pembudidaya ikan

(Mintohardjo, 2003).

Berbagai upaya untuk meningkatkan produksi akuakultur terus dilakukan

oleh Departemen Kelautan dan Perikanan dengan melaksanakan berbagai macam

program diantaranya, program Intensifikasi Budidaya Ikan (INBUDKAN), Budidaya

Ikan di Pedesaan, Budidaya Ikan Terintegrasi dan lain-lain. Melalui program ini,

Page 2: makalah taufik 2-unair2008

teknologi budidaya ikan diintroduksikan dengan tujuan untuk memperbaiki

pelaksanaan budidaya ikan.

Keberhasilan program pengembangan perikanan budidaya sangat dipengaruhi

oleh kesesuaian teknologi yang dianjurkan dengan kebutuhan pembudidaya ikan. Hal

ini disebabkan oleh sifat akuakultur yaitu spesifik lokasi, sehingga teknologi yang

telah diciptakan dengan baik harus diadaptasikan atau dimodifikasi untuk

diaplikasikan di lokasi berbeda guna mengetahui variabilitas ekonominya (Widodo,

2001).

Perkembangan inovasi dan teknologi di bidang perikanan saat ini kian

berkembang cukup pesat, oleh karena itu diperlukan sebuah kegiatan untuk

melakukan perubahan-perubahan kepada masyarakat. Salah satu upaya

melaksanakan perubahan tersebut diperlukan kegiatan penyuluhan (Van Den Ban dan

Hawkins, 1999; Wiramiharja et.al. 2007). Penyuluhan sangat diperlukan dalam

pengembangan masyarakat agar mampu mandiri. Penyuluhan berperan penting untuk

meningkatkan kesejahteraan melalui perubahan perilaku dalam berusaha, berbisnis

dan bermasyarakat (Slamet, 2003).

Pengembangan akuakultur pada lokasi yang berbeda dipengaruhi oleh

sejumlah pembatas diantaranya faktor biologi, ekonomi dan sosial (Widodo, 2001).

Selain itu, faktor lainnya adalah kesediaan pembudidaya ikan untuk mengadopsi

teknologi budidaya ikan yang dianjurkan. Kesediaan untuk melakukan adopsi atau

tidak akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan keluaran program yang

dikembangkan itu sendiri (Kusai, 1996).

Kabupaten Purbalingga merupakan salah satu sentra pembesaran ikan gurami

di kawasan Eks Karesidenan Banyumas. Program pengembangan budidaya ikan

berikut introduksi teknologi pembesaran ikan gurami telah dilakukan sejak lama.

Namun hingga saat ini informasi mengenai tingkat adopsi teknologi belum banyak

diketahui. Oleh karena itu, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk

mendapatkan informasi mengenai tingkat adopsi teknologi pembesaran ikan gurami

yang ada dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini diharapkan dapat

Page 3: makalah taufik 2-unair2008

dipergunakan sebagai bahan masukan bagi pengambil kebijakan untuk

menyempurnakan program-program yang terkait dengan penyediaan paket teknologi.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di dua kecamatan yaitu Kemangkon dan Purbalingga.

Pemilihan kecamatan dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan kriteria

bahwa kabupaten tersebut merupakan sentra pembesaran ikan gurami di Kabupaten

Purbalingga. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga April 2006.

Jenis Data

Data primer yang dikumpulkan mencakup data karakteristik internal dan

eksternal responden (pembudidaya ikan). Karakteristik internal responden mencakup

data umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pendapatan, jumlah

tanggungan, alasan melakukan usaha, frekuensi interaksi dengan penyuluh perikanan

Metode Pengambilan Data

Data primer diperoleh dengan wawancara terhadap responden menggunakan

pertanyaan terstruktur yang bertujuan untuk mengetahui tingkat adopsi teknologi

budidaya ikan dan keeratan hubungan antara karakteristik internal responden dengan

tingkat adopsi. Pengambilan responden ditentukan secara purposive sampling,

dimana kriteria responden adalah “pembudidaya ikan yang masih aktif melakukan

usaha pembesaran ikan gurami”. Jumlah responden adalah sebanyak 35 orang

setiap wilayah. Data sekunder dikumpulkan dari berbagai literatur dan dokumen

yang dimiliki oleh instansi terkait.

Page 4: makalah taufik 2-unair2008

Metode Analisis

Tingkat Adopsi Teknologi Pembesaran Ikan Gurami

Paket teknologi pembesaran ikan gurami yang menjadi acuan adalah Standar

Nasional Indonesia (SNI) tahun 2002 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal

Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan.

Data primer yang dikumpulkan adalah berupa pernyataan-pernyataan

responden yang mencerminkan tingkat penerapannya terhadap teknologi anjuran

pembesaran ikan gurami, yang kemudian ditransformasikan ke dalam bentuk skor.

Skor 1 = tingkat penerapan tidak sesuai dengan anjuran, skor 2 = tingkat penerapan

50% sesuai anjuran dan skor 3 = tingkat adopsi sesuai anjuran. Kesesuaian tingkat

penerapan teknologi yang dianjurkan ini kemudian disebut tingkat adopsi mereka

terhadap teknologi anjuran. Kategori tingkat adopsi teknologi diklasifikasikan

menjadi 3 kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi.

Dari hasil tabulasi, kemudian diperoleh kisaran dari tingkat penerapan

teknologi anjuran untuk setiap lokasi penelitian. Ketentuan yang digunakan untuk

mencari kisaran tingkat adopsi tersebut adalah skor maksimum dikurangi skor

minimum/jumlah kategori dikurangi 1. Penjelasan atas nilai skor tingkat adopsi

perorangan dan kisaran range tingkat adopsi untuk tingkat lokasi riset kemudian

dianalisis secara deskriptif.

Keeratan Hubungan Antara Karakter Internal Pembudidaya Dengan Tingkat Adopsi Teknologi Pembesaran Ikan Gurami

Data primer tentang karakteristik internal responden ditabulasi. Hasilnya

kemudian dianalisis menggunakan uji statistik Koefisien Korelasi Rank Spearman.

Rumus yang digunakan merujuk pada rumus yang dikemukakan Walpole (1993).

Page 5: makalah taufik 2-unair2008

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat Adopsi Teknologi Pembesaran Ikan Gurami

Penentuan tingkat adopsi dijabarkan secara perorangan dan bersama-sama.

Tabel 1 menunjukkan bahwa tingkat adopsi secara perorangan di kedua lokasi

penelitian secara umum masuk dalam kategori sedang. Distribusi responden

pembudidaya ikan di kecamatan Purbalingga sebanyak 1 orang (2.86%) termasuk

kategori tinggi, 28 orang (80%) kategori sedang dan 6 orang (17.14%) kategori

rendah. Sedangkan sebaran responden di Kecamatan Kemangkon adalah 29 orang

(68.57%) termasuk kategori sedang, 5 orang (14.28%) termasuk kategori rendah dan

1 orang (2.86%) termasuk kategori tinggi (Tabel 1).

Hasil penilaian tingkat adopsi secara perorangan ini sangat konsisten dengan

penilaian secara bersama-sama (kolektif), dimana skor total untuk Kecamatan

Purbalingga maupun Kemangkon hampir sama yaitu 2.96. Ini berarti bahwa paket

teknologi anjuran tidak seluruhnya diadopsi oleh pembudidaya ikan di kedua daerah

tersebut.

Tabel 1. Sebaran Responden menurut tingkat Adopsi Teknologi Pembesaran Ikan Gurami

No Tingkat

Adopsi

Jumlah Responden

Purbalingga Kemangkon

Jumlah Responden

Persen Responden

(%)

Jumlah Responden

Persen Responden

(%)1. Rendah 6 17.14 5 14.28

2. Sedang 28 80 29 68.57

3. Tinggi 1 2.86 1 2.86

Jumlah 35 100 35 100

Page 6: makalah taufik 2-unair2008

Hubungan Antara Karakter Internal dan Eksternal Pembudidaya Dengan Tingkat Adopsi Teknologi Pembesaran Ikan Gurami

Hasil analisis menunjukkan bahwa usia responden tidak mempunyai

hubungan nyata dengan tingkat adopsi teknologi pembesaran ikan gurami di kedua

lokasi dengan nilai rs=0.188 untuk Kecamatan Purbalingga dan rs=0.021 untuk

kecamatan Kemangkon yang nilainya lebih kecil dari titik nilai kritis, yaitu 0.325

(taraf signifikan 0.05). Perbedaan usia yang cukup jauh antara umur pembudidaya

yang terendah dengan yang tertinggi tidak berpengaruh terhadap perbedaan tingkat

adopsi mereka terhadap teknologi pembesaran ikan gurami.

Hubungan antara pendidikan formal responden dengan tingkat adopsi

pembesaran ikan gurami terlihat berpengaruh sangat nyata di daerah kecamatan

Purbalingga. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan formal responden, semakin

tinggi pula tingkat adopsinya. Hal ini diduga pembudidaya ikan yang berpendidikan

lebih tinggi relatif lebih cepat melaksanakan adopsi inovasi dan sebaliknya

pembudidaya yang berpendidikan rendah lebih sulit untuk melakukan adopsi inovasi

dengan cepat.

Sedangkan untuk kecamatan Kemangkon pendidikan formal memiliki

hubungan negatif dengan tingkat adopsi. Kecenderungan ini disebabkan di daerah

tersebut usia responden relatif berusia lanjut dan telah melakukan kegiatan

pembesaran ikan gurami cukup lama sehingga merasa bahwa teknologi anjuran tidak

perlu diikuti.

Hubungan antara pendidikan non formal dikedua lokasi mempunyai hubungan

nyata. Adanya pengaruh mengindikasikan bahwa wawasan, pengetahuan dan

keterampilan responden menyangkut teknologi anjuran cukup memadai. Pendidikan

non formal yang pernah diikuti responden mampu mendorong mental untuk

menerima inovasi yang menguntungkan dapat diciptakan.

Sedangkan untuk variabel lain yaitu pendapatan di kecamatan Purbalingga

menunjukkan semakin tinggi tingkat pendapatan maka semakin rendah tingkat

Page 7: makalah taufik 2-unair2008

adopsinya. Berbeda halnya dengan di kecamatan Kemangkon, semakin tinggi

pendapatan maka semakin tinggi pula tingkat adopsinya. Perbedaan pendapatan

pada kedua daerah tersebut dipengaruhi oleh luasan kolam yang dimiliki.

Untuk jumlah tanggungan keluarga mempunyai hubungan yang tidak searah

dengan tingkat adopsi. Artinya ada kecenderungan akan terjadi penurunan tingkat

adopsi teknologi apabila jumlah tanggungan keluarga semakin besar.

Kecenderungan ini diterangkan oleh sebagian besar tanggungan keluarga adalah

masih sekolah sehingga pendapatan responden dari hasil usaha pembesaran ikan

gurami lebih banyak digunakan untuk membiayai kebutuhan rumah tangga dan

sedikit untuk kegiatan perbaikan produksi sehingga adopsinya semakin rendah.

Hubungan antara alasan melakukan usaha dengan tingkat adopsi untuk di

kecamatan Purbalingga dan Kemangkon sangat erat. Artinya semakin kuat alasan

melakukan usahanya maka semakin tinggi tingkat adopsinya. Alasan utama

responden adalah untuk pemenuhan kebutuhan keluarga, sehingga usaha budidaya

ikan merupakan usaha pokok responden.

Frekuensi interaksi dengan penyuluh dengan tingkat adopsi pembesaran ikan

gurami tidak mempunyai hubungan yang nyata. Frekuensi interaksi dengan penyuluh

bukanlah satu-satunya penentu dalam pengambilan keputusan dalam menerapkan

teknologi anjuran, karena menurut responden mereka lebih banyak dipengaruhi oeh

faktor lain seperti manfaat yang diperoleh. Apabila teknologi tersebut memang

menguntungkan bagi responden dan manfaatnya besar dalam perbaikan ekonomi

mereka, maka mereka akan melaksanakan teknologi anjuran tersebut dengan lebih

baik.

Page 8: makalah taufik 2-unair2008

Tabel 2. Nilai koefisien korelasi menurut Rank Spearman dari hubungan karakteristik internal responden dengan tingkat adopsi teknologi

pembesaran ikan guramiNo Karakteristik Internal Responden Nilai rs

Purbalingga Kemangkon1. Umur 0.188 0.0212. Pendidikan formal 0.457 -0.1673. Pendidikan non formal 0.402* -0.422*4. Pendapatan -0.105 0.2735. Jumlah tanggungan keluarga -0.045 -0.2666. Alasan melakukan usaha 0.557* 0.1577. Frekuensi interaksi dengan penyuluh

perikanan0.273 0.118

Keterangan : * = signifikan (nilai kritis adalah 0.325 pada taraf signifikan 0.05. +/- = memiliki hubungan nyata

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat adopsi

teknologi pembesaran ikan gurami tergolong kategori sedang. Karakteristik internal

yang berpengaruh terhadap tingkat adopsi di kecamatan Purbalingga adalah

pendidikan formal dan pendidikan non formal, pendapatan dan alasan melakukan

usaha. Sedangkan hubungan karakteristik internal yang berpengaruh di wilayah

Kemangkon adalah pendapatan.

DAFTAR PUSTAKA

Kusai, 1996. Tingkat Adopsi Pembenih Ikan Terhadap Teknologi Budidaya Ikan Dalam Keramba Jaring Apung : Kasus di Kecamatan Bankinang Barat, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau. Thesis. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. 127 p.

Mintohardjo, K. 2003. Budidaya Ikan di Pedesaan dan Permasalahannya. Makalah pada Pelatihan Tenaga Pendamping Teknologi Budidaya Ikan Di Pedesaan di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. Juni 2003.

Pramono, T.B. Suluh Tak Pernah Padam. Majalah Agrobis Indonesia. Jakarta. Slamet, M. 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Bogor : IPB

Press.

Page 9: makalah taufik 2-unair2008

Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Universitas Indonesia. Jakarta. 26-92 p.

Van den Ban A.W. and H.S Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian. Terjemaahan. Yogyakarta : Yayasan Kanisius.

Walpole, R.E. 1993. Pengantar Statistika. Edisi ketiga. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 151-153.

Widodo, J. 2001. Prinsip Dasar Pengembangan Akuakultur Dengan Contoh Budidaya Kerapu dan Bandeng di Indonesia. Prosiding Seminar Teknologi Budidaya Laut dan Pengembangan Sea Farming di Indonesia. 17-26 p.

Wiramiharja, Y., E. Rahayuni, Y . Adhitomo, I.M.Harahap, W.C. Ashuri dan Y. Niwa. 2007. Penyuluhan pada Perikanan Budidaya Air Tawar untuk Pembudidaya Skala Kecil. Balai Budidaya Air Tawar Jambi-Japan Iternational Cooperation Agency (JICA).