31
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan Sumber Daya Manusia. Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan suatu negara. Walaupun belum ada survey nasional, sejalan dengan perubahan gaya hidup termasuk pola makan masyarakat Indonesia diperkirakan penderita DM ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa keatas pada seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan penyakit DM belum menempati skala prioritas utama dalam pelayanan kesehatan, walaupun diketahui dampak negatif yang ditimbulkannya cukup besar antara lain komplikasi kronik pada penyakit jantung kronis, hipertensi, otak, system saraf, hati, mata dan ginjal. Pengobatan DM terdiri dari terapi hormon (insulin) dan terapi obat antidiabetika oral. Terapi hormone diberikan pada pasien DM tipe 1 yaitu DM yang tergantung pada insulin sedangkan terapi antidiabetika oral diberikan pada pasien DM tipe 2. Glimepirid adalah salah satu obat yang termasuk antidiabetika oral. Termasuk ke dalam golongan sulfonilurea yang bekerja merangsang sekresi insulin di kelenjar pankreas. 1

MAKALAH Tablet Glimepirid

Embed Size (px)

DESCRIPTION

MAKALAH Tablet Glimepirid

Citation preview

Page 1: MAKALAH Tablet Glimepirid

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak pada

produktivitas dan dapat menurunkan Sumber Daya Manusia. Penyakit ini tidak hanya

berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan suatu negara. Walaupun belum ada survey

nasional, sejalan dengan perubahan gaya hidup termasuk pola makan masyarakat Indonesia

diperkirakan penderita DM ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa

keatas pada seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan penyakit DM belum

menempati skala prioritas utama dalam pelayanan kesehatan, walaupun diketahui dampak

negatif yang ditimbulkannya cukup besar antara lain komplikasi kronik pada penyakit jantung

kronis, hipertensi, otak, system saraf, hati, mata dan ginjal.

Pengobatan DM terdiri dari terapi hormon (insulin) dan terapi obat antidiabetika oral.

Terapi hormone diberikan pada pasien DM tipe 1 yaitu DM yang tergantung pada insulin

sedangkan terapi antidiabetika oral diberikan pada pasien DM tipe 2.

Glimepirid adalah salah satu obat yang termasuk antidiabetika oral. Termasuk ke dalam

golongan sulfonilurea yang bekerja merangsang sekresi insulin di kelenjar pankreas.

Dalam makalah ini akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan penyakit DM dan

mengenai formulasi sediaan glimepirid.

1.2 Tujuan

Memberikan informasi mengenai formulasi sediaan glimepirid sebagai obat antidiabetika

oral.

1

Page 2: MAKALAH Tablet Glimepirid

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Patofisiologi Diabetes Melitus

2.1.1 Definisi Diabetes Melitus

Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronis dengan gangguan metabolisme yang

ditandai terjadinya hiperglikemia dan tidak normalnya metabolisme karbohidrat, lemak, dan

protein. Disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin atau disebabkan oleh

kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin. Diabetes melitus merupakan penyakit

degeneratif dan cenderung akan mengalami peningkatan sebagai dampak adanya pergeseran

perilaku pola konsumsi gizi makanan.

2.1.2 Klasifikasi Diabetes Melitus

a) Diabetes Melitus Tipe 1 (IDDM):

Destruksi sel β umumnya menjurus ke arah defisiensi insulin absolute atau melalui

proses imunologik (Otoimunologik).

b) Diabetes Melitus Tipe 2 (NIDDM):

Bervariasi, mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin

relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin.

c) Diabetes Melitus Gestasional

Diabetes mellitus yang muncul pada masa kehamilan, umumnya bersifat sementara,

tetapi merupakan faktor risiko untuk DM Tipe 2. Dan hal ini diakibatkan pembentukan

beberapa hormon pada ibu hamil yang menyebabkan resistensi insulin

d) Diabetes yang lain

Ada pula diabetes yang tidak termasuk kedalam kelompok di atas, yaitu diabetes

sekunder atau akibat dari penyakit lain, yang mengganggu produksi insulin atau

mempengaruhi kerja insulin.

Penyebab diabetes semacam ini adalah:

2

Page 3: MAKALAH Tablet Glimepirid

a) Radang pankreas (pankreatin)

b) Gangguan kelenjar adrenal atau hipofisis

c) Penggunaan hormon kortikosteroid

d) Pemakaian beberapa obat antihipertensi atau antikolestrol

e) Malnutrisi

2.1.3 Manifestasi Klinik

Seringkali tanpa gejala, namun Gejala tipikal yang sering dirasakan penderita

diabetes antara lain :

• Poliuria (sering buang air kecil),

• Polidipsia (sering haus),

• Polifagia (banyak makan/mudah lapar).

Gejala lain yang mungkin timbul

• Berat badan turun

• Mata kabur

• Mudah terkena infeksi

• Rasa Semutan, paling sering terdapat pada DM tipe 2

3

Page 4: MAKALAH Tablet Glimepirid

Gambar 1. Bagan Manifestasi Penyakit DM

2.1.4 Pengobatan

Terapi DM dapat dilakukan terapi secara nonfarmakologi dan terapi farmakologi.

Terapi non farmakologi meliputi

Diet

Aktivitas fisik : Glukosa akan dipakai atau dibakar untuk energi à glukosa

darah turun

Berhenti merokok : nikotin pada rokok dapat mempengaruhi secara buruk

penyerapan glukosa oleh sel

Hindari Stress atau Depresi

Berdoa

Pendidikan dan Penyuluhan Kesehatan

Sedangkan terapi secara farmakologi terdiri dari 2 jenis pengobatan yaitu, terapi

hormon dan pemberian obat antidiabetika oral.

Terapi hormon

Insulin tidak dapat digunakan peroral karna terurai oleh pepsin lambung, diberikan

sebagai injeksi s.c, dirombak dengan cepat terutama di hati, ginjal dan otot, Kerjanya

singkat, lebih kurang 40 menit.

Obat antidiabetika oral

Antidiabetika oral terdiri dari beberapa golongan, yaitu :

Tabel 1. Golongan Obat Antidiabetika Oral

4

Page 5: MAKALAH Tablet Glimepirid

2.2 Glimepirid

2.2.1 Deskripsi

A. Nama & Struktur Kimia :

1-p-[2-(3-ethyl-4-methyl-2-oxo-3-pyrroline-1carboxamido)ethylphenyl]sulfonyl]-3-(trans-4-

methylcyclohexyl)urea.

Gambar 2. Struktur Kimia Glimepirid

B. Sifat Fisikokimia : Glimepirid merupakan serbuk kristal putih atau putih kekuningan,

tak berbau, praktis tidak larut dalam air dan methanol, sedikit larut dalam etanol dan

metilen klorida. BM 490,62

2.2.2 Dosis

Terapi OHO selalu dimulai dari dosis rendah 1 kali pemberian per hari, setelah itu dosis

dapat dinaikkan sesuai dengan respons terhadap obat  Dosis rendah dapat diberikan 1 kali

sehari, sebelum atau bersama sarapan, dosis tinggi diberikan dalam dosis terbagi. Glimepirid

dapat diberikan bersama metformin atau insulin.

5

Page 6: MAKALAH Tablet Glimepirid

Dosis awal 1-2 mg sekali sehari, pada saat sarapan pagi. Bagi penderita yang lebih sensitif

dosis dimulai dengan 1 mg sekali sehari. Sesuai dengan respon pasien, dosis dapat ditingkatkan

sampai 4 mg sekali sehari.

Dosis maksimum yang dianjurkan 8 mg per hari. Menaikkan dosis setelah 2 mg per hari

harus dilakukan secara bertahap, tidak boleh lebih dari 2 mg per interval waktu 1-2 minggu.

2.2.3 Indikasi

Diabetes Melitus Tipe II  yang tidak dapat dikendalikan hanya dengan diet dan olahraga.

2.2.4 Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap glimepirid atau senyawa OHO golongan sulfonilurea

lainnya

Gangguan fungsi hati dan ginjal yang cukup berat

Ketoasidosis atau riwayat ketoasidosis

Diabetik pra koma atau koma

Kehamilan

Menyusui

Glimepirid merangsang produksi insulin oleh sel-sel. Beta-Langerhans kelenjar pankreas

dan meningkatkan sensitivitas sel-sel. Beta-Langerhans terhadap stimulus glukosa fisiologis.

Glimepirid juga memiliki efek ekstrapankreatik walaupun terbatas, yaitu mereduksi produksi

glukosa hepatic basal meningkatkan sensitivitas sel-sel tubuh terhadap insulin.

2.2.5 Farmakodinamik

Mekanisme kerja utama glimepirid adalah merangsang sekresi insulin dari sel-sel beta-

Langerhans kelanjar pancreas yang masih berfungsi. Oleh sebab itu masih adanya sel-sel-

Langerhans yang masih berfungsi merupakan persyaratan terapi dengan glimepirid. Glimepirid

juga meningkatkan sensitivitas sel-sel beta-Langerhans terhadap stimulus glukosa fisiologis,

menyebabkan sekresi insulin seirama dengan waktu makan. Disamping itu, glimepirid juga

6

Page 7: MAKALAH Tablet Glimepirid

memiliki efek ekstrapankreatik walaupun terbatas, yaitu mereduksi produksi glukosa hepatic

basal, dan meningkatkan sensitivitas jaringan perifer terhadap insulin dan uptake glukosa.Pada

pasien DM yang tidak puasa, efek hipoglikemik glimepirid dosis tunggal dapat bertahan

selama 24 jam. Pada percobaan in vitro ataupun percobaan pada hewan ditemukan bahwa

pemberian glimepirid dapat menurunkan kadar glukagon, yang akan memperpanjang masa

penurunan kadar glukosa darah tanpa peningkatan kadar insulin endogen. Namun, signifikasi

klinik dari penemuan ini masih harus diteliti. Glimepirid dapat diberikan untuk pasien yang

berisiko tinggi, yaitu pasien usia lanjut, pasien dengan gangguan ginjal atau yang melakukan

aktivitas berat. Dibandingkan dengan glibenklamid, glimepirid lebih jarang menimbulkan efek

hipoglikemik pada awal pengobatan.

2.2.6 Farmakokinetik

Memiliki waktu mula kerja yang pendek dan waktu kerja yang lama, sehingga umum

diberikan dengan cara pemberian dosis tunggal. Absorpsi glimepirid melalui usus sangat baik

sehingga dapat diberikan per oral. Hampir seluruh glimepirid diserap ke dalam darah setelah

pemberian per oral. Konsentrasi serum puncak (Cmax) tercapai dalam waktu 2,5 jam. Terdapat

hubungan langsung antara dosis dan Cmax. Makanan umumnya tidak mempengaruhi absorpsi

glimepirid. Setelah absorpsi, obat ini tersebar ke seluruh cairan ekstra sel. Volume distribusi

setelah pemberian intra vena pada subyek normal lebih kurang 8,8 liter (113 ml/kg). Hampir

seluruh glimepirid yang dikonsumsi terikat pada protein plasma (> 99%). Glimepirid tidak

diakumulasi di dalam tubuh. Waktu paruh eliminasi glimepirid lebih kurang 5 – 8 jam

setelah pemberian per oral. Namun, semakin tinggi dosis maka waktu paruh juga akan semakin

panjang. Glimepirid dimetabolisme secara sempurna melalui biotransformasi oksidatif

terutama oleh enzim sitokrom P450 2C9. Metabolit utama glimepirid adalah turunan

sikloheksil hidroksi metil (M1) dan turunan karboksil (M2). M1 masih memiliki efek

farmakologis glimepirid sebesar 40%. M1 dapat langsung diekskresi melalui urin atau

dimetabolisme lebih dahulu menjadi M2 oleh beberapa enzim sitosolik. Waktu paruh eliminasi

terminal dari M1 adalah 3 – 6 jam setelah pemberian per oral, sedangkan waktu paruh

eliminasi terminal M2 sekitar 5 – 6 jam. Setelah pemberian per oral, 58% glimepirid atau

metabolitnya diekskresikan melalui urin dan 35% melalui faeses.

7

Page 8: MAKALAH Tablet Glimepirid

2.2.7 Efek Samping

Efek samping utama yang harus diwaspadai adalah hipoglikemia. Gambaran klinis

hipoglikemik yang parah menyerupai stroke. Disamping itu dapat juga terjadi efek samping

lain, berupa gangguan saluran cerna dan gangguan susunan syaraf pusat seperti: sakit kepala,

pusing, lapar, tubuh lemas, lelah, mual, muntah, mengantuk, tidur terganggu, daya konsentrasi

dan kewaspadaan menurun, depresi, bingung, gangguan bicara, gangguan penglihatan, tremor,

gangguan syaraf sensoris, dan lain-lain. Kemungkinan dapat pula terjadi gejala-gejala kounter-

regulasi adrenergik, seperti berkeringat, kulit lembab, cemas, takhikardia, hipertensi, palpitasi,

dan lain-lain. Gejala hematologik termasuk leukopenia, trombositopenia, agranulosistosis dan

anemia aplastik dapat terjadi walau jarang sekali. Golongan sulfonilurea cenderung

meningkatkan berat badan.

2.2.8 Interaksi

a) Dengan obat lain :  

Karena glimepirid terutama dimetabolisme oleh sitokrom P450 2C9, maka

semua senyawa yang dapat menginduksi atau menghambat sitokrom P450 2C9

akan berinteraksi dengan glimepirid, seperti misalnya rifampisin, flukonazol,

amiodaron, tolbutamid, diklofenak, ibuprofen, naproxen.

Obat-obat yang dapat meningkatkan efek hipoglikemik glimepirid, antara lain:

ACE inhibitor, analgetika (azapropazon, fenilbutazon, dan lain-lain), antibakteri

(kloramfenikol, kotrimoksasol, 4-kuinolon, sulfonamide, tetrasiklin dan

trimetoprim), asam aminosalisilat, asam para amino salisilat, hormon-hormon

anabolik, azapropazon, klofibrat, turunan kumarin, siklofosfamida,

disopiramida, fenfluramin, feniramidol, senyawa-senyawa fibrat, flukonazol,

fluoksetin, guanetidin, ifosfamid, antidepresan MAO-inhibitor, mikonazol,

oksifenbutazon, fenilbutazon, probenesid, quinolon, salisilat, sulfinfirazon,

tritoqualin, trofosfamid.

Obat-obat yang dapat mengurangi atau memperlemah efek hipoglikemik

glimepirid, antara lain: asetazolamid, barbiturat, calcium channel blocker,

kortikosteroid, diazoksida, diuretika, glukagon, isoniazid, asam nikotinat (dosis

8

Page 9: MAKALAH Tablet Glimepirid

tinggi), hormon estrogen dan progesteron, fenotiazin, fenitoin, progestogen,

rifampisin, senyawa-senyawa simpatomimetik, hormone tiroid.

Alkohol: dapat menambah atau mengurangi efek hipoglikemik

Antagonis kalsium: misalnya nifedipin kadang-kadang mengganggu toleransi

glukosa

Antagonis Hormon: aminoglutetimid dapat mempercepat metabolisme OHO;

oktreotid dapat menurunkan kebutuhan insulin dan OHO

Antihipertensi diazoksid: melawan efek hipoglikemik

Antijamur: flukonazol dan mikonazol menaikkan kadar plasma sulfonilurea

Anti ulkus: simetidin meningkatkan efek hipoglikemik sulfonilurea

Klofibrat: dapat memperbaiki toleransi glukosa dan mempunyai efek aditif

terhadap OHO

Penyekat adrenoreseptor beta : meningkatkan efek hipoglikemik dan menutupi

gejala peringatan, misalnya tremor

Urikosurik: sulfinpirazona meningkatkan efek sulfonilurea

b) Dengan makanan :

Makanan umumnya tidak mempengaruhi absorpsi glimepirid

2.2.9 Bentuk Sediaan

Tablet 1 mg, 2 mg dan 4 mg

2.2.10 Stabilitas Penyimpanan

Stabil jika disimpan dalam wadah tertutup rapat, jauh dari lembab, panas dan cahaya

matahari langsung. Shelf life lebih kurang 36 bulan, jika disimpan dalam kondisi yang sesuai

antara lain pada suhu < 25°C

9

Page 10: MAKALAH Tablet Glimepirid

2.2.11 Sediaan Glimepirid

2.3 Tablet

2.3.1 Definisi

Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung substansi obat dengan atau tanpa

bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya, dapat diklasifikasikan sebagai tablet atau

tablet kompresi .(USP 26, Hal 2406)

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.

Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. (FI

IV, Hal 4)

2.3.2 Kriteria Tablet

Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan;

2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil;

3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik;

4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan;

5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan;

6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan;

7. Bebas dari kerusakan fisik;

10

Page 11: MAKALAH Tablet Glimepirid

8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan;

9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu;

10. Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku.

2.3.3 Keuntungan Sediaan Tablet

Sediaan tablet banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan, yaitu :

1. Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih;

2. Tablet memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis;

3. Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil sehingga

memudahkan proses pembuatan, pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan;

4. Bebas dari air, sehingga potensi adanya hidrolisis dapat dicegah/diperkecil.

Dibandingkan dengan bentuk sediaan lain, sediaan tablet mempunyai keuntungan,

antara lain :

1. Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat (merupakan bentuk sediaan

oral yang paling ringan dan paling kompak), memudahkan pengemasan,

penyimpanan, dan pengangkutan;

2. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh (mengandung dosis zat aktif yang

tepat/teliti) dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan

oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah;

3. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang kecil;

4. Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil;

5. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air;

6. Zat aktif yang rasanya tidak enak akan berkurang rasanya dalam tablet;

7. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah; tidak

memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan

pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul;

11

Page 12: MAKALAH Tablet Glimepirid

8. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di

tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya

tablet tidak segera terjadi;

9. Pelepasan zat aktif dapat diatur (tablet lepas tunda, lepas lambat, lepas

terkendali);

10. Tablet dapat disalut untuk melindungi zat aktif, menutupi rasa dan bau yang

tidak enak, dan untuk terapi lokal (salut enterik);

11. Dapat diproduksi besar-besaran, sederhana, cepat, sehingga biaya produksinya

lebih rendah;

12. Pemakaian oleh penderita lebih mudah;

13. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia,

mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.

(The Theory & Practice of Industrial Pharmacy, Lachman Hal 294 dan Proceeding Seminar Validasi, Hal 26)

2.3.4 Kerugian Sediaan Tablet

Di samping keuntungan di atas, sediaan tablet juga mempunya beberapa kerugian,

antara lain :

1.  Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan tidak

sadar/pingsan);

2.   Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :

Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena sifat

amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis;

Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya cukup

besar atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna, atau

kombinasi dari sifat tersebut, akan sulit untuk diformulasi (harus diformulasi

sedemikian rupa);

Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak disenangi, atau

zat aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer, dan kelembaban udara,

memerlukan enkapsulasi sebelum dikempa. Dalam hal ini sediaan kapsul

12

Page 13: MAKALAH Tablet Glimepirid

menjadi lebih baik daripada tablet. (The Theory & Practice of Industrial

Pharmacy, Lachman Hal 294)

 Tetapi jika dibandingkan dengan keuntungannya, kerugian sediaan tablet jauh

lebih sedikit sehingga sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak dijumpai di

perdagangan.

2.3.5 Masalah-Masalah Dalam Pembuatan Tablet

Permasalahan yang mungkin timbul adalah berkenaan dengan bagaimana cara membuat

sediaan yang baik dan sesuai dengan tujuan penggunaannya.

Untuk membuat sediaan yang baik diperlukan data preformulasi yang meliputi stabilitas,

organoleptik, sifat fisikokimia, dan data-data lain yang menunjang sehingga dapat diperkirakan

bahan baku yang cocok untuk terbentuknya suatu sediaan yang baik dan tercapainya tujuan

penggunaan.

Adapun masalah-masalah yang mungkin terjadi :

1.  OTT zat aktif (meleleh, berubah warna, terurai, dan sebagainya).

2.  Stabilitas zat aktif :

a. Untuk zat yang rusak oleh adanya air, dibuat dengan metode pembuatan

tablet yang tidak menggunakan air dan perlu diperhatikan pelarut yang

digunakan untuk granulasi.

b.   Untuk  zat yang mudah teroksidasi dengan pemanasan dan sinar UV,

digunakan metode pembuatan tablet yang tidak memakai pemanasan dan

sinar UV dalam prosesnya.

c. Untuk zat yang higroskopis, jangan menggunakan metode granulasi basah

memakai mucilago amyli karena massa cetak yang terjadi sulit untuk

dikeringkan. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan adsorben seperti

Aerosol < 3%.

d. Untuk zat yang tidak tahan air dan pemanasan dapat digunakan metode

pembuatan tablet dengan cara kempa langsung atau granulasi kering

· Untuk zat dengan jumlah kecil (jumlah fines <30%) dapat dibuat dengan KL

13

Page 14: MAKALAH Tablet Glimepirid

· Untuk zat dengan jumlah besar (jumlah fines >30%) dapat dibuat dengan

GK.

3.   Pemilihan bahan pembantu yang cocok

Untuk penentuan eksipien perlu diperhatikan OTT dengan zat aktif. Di

samping itu, bahan pembantu yang digunakan harus mempunyai titik leleh

yang cukup tinggi sehingga pada pencetakan tidak meleleh.

4.   Jumlah fines total

Jumlah fines yang ditambahkan pada masa cetak maksimal 30%, idealnya

15%. Jika lebih besar akan menyusahkan pada pencetakan tablet.

5.   Perbandingan bobot jenis zat aktif dengan pembawa (jika terlalu jauh

hendaknya jumlah fine sesedikit mungkin)

6.    Konsentrasi Mg stearat sebagai lubrikan maksimal 2%. Jika terlalu besar akan

terjadi laminating.

7. Penggunaan mucilago amyli sebagai pengikat pada proses pembuatan tablet

akan mempersulit disolusi zat aktif dari dalam granul karena mucilago amyli

yang sudah kering sulit ditembus air. Untuk mengatasinya, perlu ditambah

pembasah (Tween 80 0.05%-0.15%) sehingga tablet mempunyai waktu hancur

lebih baik.

8.   Pada penggunaan PVP sebagai pengikat, PVP sebaiknya dilarutkan dalam

alkohol 95%. Tetapi pada tahap awal, volume alkohol yang digunakan tidak

diketahui sehingga dapat diberikan sebagai serbuk.

9. Penggunaan amylum yang terlalu banyak (maksimal 30%) menyebabkan tablet

tidak dapat dicetak karena kompresibilitasnya sangat jelek.

10. Amylum yang digunakan sebagai penghancur luar haruslah amylum kering

karena dengan adanya air akan menurunkan kemampuannya sebagai

penghancur. Pengeringan amylum dilakukan pada suhu 70 °C karena pada

suhu ini tidak terjadi gelatinasi dari amylum.

11.  Pada pembuatan tablet dengan metode KL, sebagai pembawa dapat digunakan

kombinasi Avicel dengan Primogel atau Avicel dan Starch 1500 dengan

14

Page 15: MAKALAH Tablet Glimepirid

perbandingan 7:3 (penelitan Aliyah) atau 3:1. Karena Avicel memiliki

kompresibilitas yang baik tapi alirannya kurang baik, maka untuk memperbaiki

alirannya dapat digunakan Primogel atau Starch 1500.

12.  Untuk mengatasi kekeringan granul akibat pengeringan yang tidak terkontrol

maka perlu penambahan humektan yaitu gliserin atau propilen glikol 1 – 4%

dihitung terhadap mucilago.                    

Gliserin ditambahkan pada mucilago (pengikat) untuk mempermudah homogenitas

gliserin pada tablet, sama halnya dengan penambahan Tween untuk zat aktif hidrofob pada

mucilago.

Penambahan gliserin dan Tween adalah untuk tujuan:

Gliserin : dikhawatirkan  pada waktu pengeringan air hilang/menguap semua

Tween  : dikhawatirkan komposisi yang digunakan menolak air, sehingga perlu

penambahan Tween agar tablet tidak pecah.

Jumlah Tween yang tepat tergantung pada:

o Jumlah zat aktif

o Jumlah bahan pembantu yang digunakan

13. Jumlah aerosil yang ditambahkan tidak boleh lebih dari 3% karena aerosil

bersifat voluminous dan menyerap air sehingga tablet dapat membatu yang

menyebabkan waktu hancur lebih lama.

14. Bila bobot tablet terlalu tinggi dan bervariasi

Kemungkinan disebabkan oleh:

Distribusi pada hoover yang disebabkan proses getaran. Sehingga yang kecil terdesak,

granul yang besar akan keluar lebih dahulu, karena ada proses pemampatan. Oleh karena itu

perlu diusahakan ukuran granul yang seragam.

o Aliran granul yang kurang baik

o Distribusi partikel tidak normal, karena bobot jenis berbeda jauh, sehingga aliran jelek.

o Lubrikan kurang sehingga alirannya jelek.

15

Page 16: MAKALAH Tablet Glimepirid

15. Jika zat aktif larut air:

o Jangan menggranulasi dengan air

o Sebagai pengikat, gunakan pelarut yang tidak melarutkan massa tablet.

Ketentuan : misalkan digunakan pelarut X, boleh saja ada zat yang larut dalam pelarut

X yang digunakan sebagai pelarut pengikat, tetapi maksimal 30%.

2.3.6 Permasalahan Dalam Pencetakan Tablet

Masalah-masalah yang dapat muncul selama proses pencetakan tablet secara

umum, seperti :

Capping : pemisahan sebagian atau keseluruhan bagian atas/bawah tablet dari

badan tablet

Laminasi : pemisahan tablet menjadi dua bagian atau lebih

Chipping : keadaan dimana bagian bawah tablet terpotong

Cracking : keadaan dimana tablet pecah, lebih sering di bagian atas-tengah

Picking : perpidahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada

permukaan punch

Sticking : keadaan dimana granul menempel pada dinding die (ada adhesi)

Mottling : keadaan dimana distribusi zat warna pada permukaan tablet tidak

merata

2.3.7 Evaluasi Tablet

Untuk memeriksa apakah tablet memenuhi persyaratan resmi (Farmakope) atau

non resmi (Non Farmakope) atau tidak. Evaluasi tablet meliputi:

a) Pemeriksaan penampilan

Meliputi pemeriksaan visual yaitu bebas dari kerusakkan, dari kontaminasi  bahan

baku atau dari pengotoran saat proses pembuatan.

b) Keseragaman ukuran  

20 tablet diambil secara acak, Setiap tablet diukur diameter dan tebalnya dengan

jangka sorong. Diameter tablet tidak boleh lebih dari tiga kali dan tidak kurang

dari  1 1/3 tebal tablet.

16

Page 17: MAKALAH Tablet Glimepirid

c) Keseragaman bobot

Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan

dengan menimbang 20 tablet satu persatu dan dihitung bobot rata-rata tablet. Jika

ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing

bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang

ditetapkan pada kolom A dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang

dari bobot rata-ratanya lebih dari hanya yang ditetapkan kolom B. (FI ed III hlm

7).

d) Kekerasan tablet

20 tablet diambil secara acak, kemudian diukur kekerasannya dengan alat Stokes

Mensato. Tekanan yang diperlukan untuk memecahkan tablet terukur pada alat

dengan satuan Kg/cm2. Kekerasan yang ideal 10 Kg/cm2.

e) Friabilitas

1. Bersihkan 20 tablet dari debu kemudian ditimbang (Wo). Masukkan tablet ke

dalam alat, kemudian jalankan selama 4 menit dengan kecepatan 25 rpm.

2. Setelah 4 menit, hentikan alat, tablet dikeluarkan, lalu dibersihkan dari debu dan

timbang (W1).

3. Indeks friabilitas (f) = (Wo -W1)/Wo X 100%

f) Friksibilitas

20 tablet diambil secara acak, bersihkan dari debu, kemudian ditimbang (Wo),

kemudian dimasukkan ke dalam friksibilator. Alat diputar 25 rpm selama 4  menit,

kemudian tablet dibersihkan dari debu dan ditimbang (W1).  

Friksibilitas = (Wo – W1)/W1 X 100 %

g) Uji Disolusi

a. Masukkan sejumlah volume media disolusi sesuai monografi, alat dipasang dan

biarkan media hingga mencapai suhu 370 + 0,50C. Masukkan 1 tablet kedalam

alat, hilangkan gelembung udara dari permukaan sediaan, dan jalankan alat pada

laju kecepatan seperti yang tercantum pada monografi. Dalam interval waktu

yang ditetapkan, ambil cuplikan pada daerah pertengahan antara media disolusi

dan bagian atas keranjang atau dayung, tidak kurang dari 1 cm dari dinding

wadah. Lakukan penetapan kadar sesuai monografi.

17

Page 18: MAKALAH Tablet Glimepirid

2.4 Formulasi Tablet Glimepirid

2.4.1 Preformulasi

a. Zat aktif

Glimepirid

Merupakan serbuk putih atau putih kekuningan, tak berbau, praktis tidak larut

dalam air dan metanol sedikit larut dalam etanol dan metilen klorida.

b. Zat tambahan

Avicel PH 102

Warna putih, tidak berbau, tidak berasa, serbuk Kristal. Khasiat sebagai bahan

penghancur (Wade,Weller).

Magnesium stearate

Serbuk halus, putih dan voluminous, bau lemah khas, mudah melekat di kulit, bebas

dari butiran. Tidak larut dalam air, dalam etanol dan dalameter. Khasiat sebagai

bahan pelicin (Anonim,1995).

Amilum

Khasiat sebagai pengikat.

2.4.2 Formulasi Tablet Glimepirid

Tablet glimepirid dibuat dengan menggunakan metode granulasi kering dengan cara

kempa langsung.

Formula bobot tablet 300 mg, 1 batch 700 tablet

R/ Glimepirid 2 mg ( ZA )

Avicel PH 102 215 mg ( pengisi )

Magnesium stearate 5 mg (lubrikan)

Perhitungan bahan

Di buat , 1 batch 700 tablet, bobot tablet 300 mg

Zat aktif Glimepirid 80 x 700 = 56.000 mg

18

Page 19: MAKALAH Tablet Glimepirid

Avicel PH 102 215 x 700 = 150.500 mg

Magnesium stearate 5 x 700 = 3500 mg

Prosedur Pembuatan

Penimbangan bahan

Pencampuran bahan-bahan obat dan bahan tambahan

(pengisi, pengikat, pelicin, penghancur)

Pengempaan (dengantekananbesar)

Slug atau lempengan

Penghancuran

Pengayakan

Penimbangan

Pencampuran (denganpelicindanpenghancur)

Pengempaan tablet

Pada metode granulasi kering diperlukan tekanan yang besar pada waktu pengempaan

masa menjadi slug (tablet dengan diameter besar) atau menjadi lempengan-lempengan. Hal ini

bertujuan supaya granul yang dihasilkan cukup keras/tidak rapuh.

19

Page 20: MAKALAH Tablet Glimepirid

Cara kerja

Campur semua bahan dengan pencampuran “tumbling” selama 5 menit

Kempa menjadi slug dengan tekanan yang cukup keras

Hancurkan slug kemudian ayak dengan ayakan no. 16

Kempa menjadi tablet dengan bobot 300 mg + 5% (285 – 315 mg) tiap tablet

2.5 Merk Dagang Tablet Glimepirid

Amaryl®

20

Page 21: MAKALAH Tablet Glimepirid

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Glimepirid adalah salah satu obat antidiabetika oral golongan sulfonilurea. Glimepirid

dapat dibuat dalam bentuk sediaan tablet. Pembuatan tablet glimepirid adalah dengan

menggunakan metode granulasi kering secara kempa langsung. Menggunakan metode tersebut

karena dilihat dari sifat glimepirid yang tidak larut air sehingga tidak cock bila digunakan

metode granulasi basah. Selain itu agar zat aktif glimepirid akan tetap homogen meskipun

dalam jumlah yang kecil.

21

Page 22: MAKALAH Tablet Glimepirid

DAFTAR PUSTAKA

Andayana, Nutwuri, 2009, Pembuatan Tablet (Teori Sediaan Tablet), Artikel, diakses

tanggal 5 November 2011

Sarif, 2011, Makalah Diabetes Melitus, diakses tanggal 5 November 2011

Anonim, 2011, http://medicatherapy.com/index.php/content/printversion/110, diakses

tanggal 5 November 2011

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Rowe, Raymond C, 2006, Handbook of Pharmaceutical Excipients Fifth Edition, Royal

Pharmaceutical Society of Great Britain London, UK, Hal. 132-136

22