19
Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi risiko. Banyaknya jenis obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors). Menurut Institute of Medicine (1999), medical error didefinisikan sebagai: The failure of a planned action to be completed as intended (i.e., error of execusion) or the use of a wrong plan to achieve an aim (i.e., error of planning). Artinya kesalahan medis didefinisikan sebagai: suatu kegagalan tindakan medis yang telah direncanakan untuk diselesaikan tidak seperti yang diharapkan (yaitu kesalahan tindakan) atau perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu kesalahan perencanaan). Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD). Near Miss atau Nyaris Cedera (NC) merupakan suatu kejadian akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi, karena keberuntungan (misalnya, pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan), dan peringanan (suatu obat dengan overdosis lethal

Makalah Patient Safety

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah Patient Safety

Citation preview

Page 1: Makalah Patient Safety

Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi risiko. Banyaknya jenis

obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang

cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical

errors). Menurut Institute of Medicine (1999), medical error didefinisikan sebagai:

The failure of a planned action to be completed as intended (i.e., error of execusion)

or the use of a wrong plan to achieve an aim (i.e., error of planning). Artinya

kesalahan medis didefinisikan sebagai: suatu kegagalan tindakan medis yang telah

direncanakan untuk diselesaikan tidak seperti yang diharapkan (yaitu kesalahan

tindakan) atau perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu kesalahan

perencanaan). Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan

mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near

Miss atau Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD).

Near Miss atau Nyaris Cedera (NC) merupakan suatu kejadian akibat

melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang

seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius

tidak terjadi, karena keberuntungan (misalnya, pasien terima suatu obat kontra

indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), pencegahan (suatu obat dengan overdosis

lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat

diberikan), dan peringanan (suatu obat dengan overdosis lethal diberikan, diketahui

secara dini lalu diberikan antidotenya).

Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu

kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu

tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

(omission), dan bukan karena “underlying disease” atau kondisi pasien.

Kesalahan tersebut bisa terjadi dalam tahap diagnostik seperti kesalahan atau

keterlambatan diagnosis, tidak menerapkan pemeriksaan yang sesuai, menggunakan

cara pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau tidak bertindak atas hasil

pemeriksaan atau observasi; tahap pengobatan seperti kesalahan pada prosedur

pengobatan, pelaksanaan terapi, metode penggunaan obat, dan keterlambatan

merespon hasil pemeriksaan asuhan yang tidak layak; tahap preventif seperti tidak

memberikan terapi provilaktik serta monitor dan follow up yang tidak adekuat; atau

pada hal teknis yang lain seperti kegagalan berkomunikasi, kegagalan alat atau sistem

yang lain.

Page 2: Makalah Patient Safety

Mempertimbangkan betapa pentingnya misi rumah sakit untuk mampu

memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik terhadap pasien mengharuskan rumah

sakit untuk berusaha mengurangi medical error sebagai bagian dari penghargaannya

terhadap kemanusiaan, maka dikembangkan sistem Patient Safety yang dirancang

mampu menjawab permasalahan yang ada.

IOM, Keselamatan Pasien (Patient Safety) didefinisikan sebagai freedom from

accidental injury. Accidental injury disebabkan karena error yang meliputikegagalan

suatu perencanaan atau memakai rencana yang salah dalam mencapai tujuan.

Accidental injury juga akibat dari melaksanakan suatu tindakan (commission) atau

tidakmengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission).

Accidental injury dalam prakteknya akan berupa kejadian tidak diinginkan

(KTD = missed = adverse event) atau hampir terjadi kejadian tidak diinginkan (near

miss). Near miss ini dapat disebabkan karena: keberuntungan (misal: pasien terima

suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), pencegahan (suatu obat

dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan

membatalkannya sebelum obat diberikan), atau peringanan (suatu obat dengan over

dosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya).

A. Tujuh Standar Keselamatan Pasien (mengacu pada “Hospital Patient Safety

Standards” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of

Health Organizations, Illinois, USA, tahun 2002), yaitu:

1) Hak pasien

Standarnya adalah pasien & keluarganya mempunyai hak untuk

mendapatkan informasi tentang rencana & hasil pelayanan termasuk

kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan). Kriterianya

adalah sebagai berikut:

a) Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.

b) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana

pelayanan

c) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan

yang jelas dan benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana

Page 3: Makalah Patient Safety

dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien

termasuk kemungkinan terjadinya KTD

2) Mendidik pasien dan keluarga

Standarnya adalah RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang

kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Kriterianya

adalah keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan

keterlibatan pasien adalah partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di

RS harus ada sistim dan mekanisme mendidik pasien & keluarganya

tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan

pendidikan tersebut diharapkan pasien & keluarga dapat:

a) Memberikan info yang benar, jelas, lengkap dan jujur

b) Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab

c) Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti

d) Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan

e) Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS

f) Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa

g) Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati

3) Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

Standarnya adalah RS menjamin kesinambungan pelayanan dan

menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan dengan kriteri

sebagai berikut:

a) Koordinasi pelayanan secara menyeluruh

b) Koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan

sumber daya

c) Koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi

d) Komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan

4) Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan

evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien

Standarnya adalah RS harus mendisain proses baru atau memperbaiki

proses yang ada, memonitor & mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan

data, menganalisis secara intensif KTD, & melakukan perubahan untuk

meningkatkan kinerja serta KP dengan criteria sebagai berikut:

Page 4: Makalah Patient Safety

a) Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design)

yang baik, sesuai dengan”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan

Pasien Rumah Sakit”.

b) Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja

c) Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif

d) Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi

hasil analisis.

2) Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

Standarnya adalah:

a) Pimpinan dorong & jamin implementasi program KP melalui

penerapan “7 Langkah Menuju KP RS”.

b) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi

risiko KP & program mengurangi KTD.

c) Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar

unit & individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang

KP

d) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk

mengukur, mengkaji, & meningkatkan kinerja RS serta tingkatkan

KP.

e) Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas kontribusinya dalam

meningkatkan kinerja RS & KP, dengan criteria sebagai berikut:

(1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program

keselamatan pasien.

(2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan

dan program meminimalkan insiden,

(3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua

komponen dari rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi

(4) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk

asuhan kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko

pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar dan

jelas untuk keperluan analisis.

(5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan

dengan insiden,

Page 5: Makalah Patient Safety

(6) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden

(7) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela

antar unit dan antar pengelola pelayanan

(8) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan

(9) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi

menggunakan kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas

perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien.

3) Mendidik staf tentang keselamatan pasien

Standarnya adalah:

a) RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk setiap

jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas.

b) RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan

untuk meningkatkan & memelihara kompetensi staf serta

mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien,

dengan kriteria sebagai berikut:

(1) Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang

memuat topik keselamatan pasien

(2) Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap

kegiatan inservice training dan memberi pedoman yang jelas

tentang pelaporan insiden.

(3) Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok

(teamwork) guna mendukung pendekatan interdisiplin dan

kolaboratif dalam rangka melayani pasien.

4) Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan

pasien.

Standarnya adalah:

a) RS merencanakan & mendesain proses manajemen informasi KP

untuk memenuhi kebutuhan informasi internal & eksternal.

b) Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat, dengan

criteria sebagai berikut:

(1) Disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain

proses manajemen untuk memperoleh data dan informasi

tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.

Page 6: Makalah Patient Safety

(2) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala

komunikasi untuk merevisi manajemen informasi yang ada.

B. Tujuh langkah menuju keselamatan pasien RS (berdasarkan KKP-RS No.001-

VIII-2005) sebagai panduan bagi staf Rumah Sakit

1) Bangun kesadaran akan nilai keselamatan Pasien, “ciptakan kepemimpinan

& budaya yang terbuka dan adil”

Bagi Rumah sakit:

a) Kebijakan: tindakan staf segera setelah insiden, langkah kumpul

fakta, dukungan kepada staf, pasien, keluarga

b) Kebijakan: peran & akuntabilitas individual pada insiden

c) Tumbuhkan budaya pelaporan & belajar dari insiden

d) Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian KP

Bagi Tim:

a) Anggota mampu berbicara, peduli & berani lapor bila ada insiden

b) Laporan terbuka & terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan

tindakan/solusi yang tepat

2) Pimpin dan dukung staf anda, “bangunlah komitmen & focus yang kuat &

jelas tentang KP di RS anda”

Bagi Rumah Sakit:

a) Ada anggota Direksi yang bertanggung jawab atas KP

b) Di bagian-bagian ada orang yang dapat menjadi “Penggerak”

(champion) KP

c) Prioritaskan KP dalam agenda rapat Direksi/Manajemen

d) Masukkan KP dalam semua program latihan staf

Bagi Tim:

a) Ada “penggerak” dalam tim untuk memimpin Gerakan KP

b) Jelaskan relevansi & pentingnya, serta manfaat gerakan KP

c) Tumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan insiden

3) Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko, “kembangkan sistem & proses

pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi & asesmen hal yang potensial

bermasalah”

Bagi Rumah Sakit:

Page 7: Makalah Patient Safety

a) Struktur & proses menjamin risiko klinis & non klinis, mencakup

KP

b) Kembangkan indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko

c) Gunakan informasi dari sistem pelaporan insiden & asesmen risiko

& tingkatkan kepedulian terhadap pasien

Bagi Tim:

a) Diskusi isu KP dalam forum-forum, untuk umpan balik kepada

manajemen terkait

b) Penilaian risiko pada individu pasien

c) Proses asesmen risiko teratur, tentukan akseptabilitas tiap risiko, &

langkah memperkecil risiko tsb.

4) Kembangkan sistem pelaporan, “pastikan staf Anda agar dengan mudah

dapat melaporkan kejadian/insiden serta RS mengatur pelaporan kepada

KKP-RS”

Bagi Rumah Sakit:

a) Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden, ke dalam

maupun ke luar yang harus dilaporkan ke KKPRS – PERSI

Bagi Tim:

a) Dorong anggota untuk melaporkan setiap insiden & insiden yang

telah dicegah tetapi tetap terjadi juga, sebagai bahan pelajaran yang

penting

5) Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien, “kembangkan cara-cara

komunikasi yang terbuka dengan pasien”

Bagi Rumah Sakit:

a) Kebijakan : komunikasi terbuka tentang insiden dengan pasien &

keluarga

b) Pasien & keluarga mendapat informasi bila terjadi insiden

c) Dukungan, pelatihan & dorongan semangat kepada staf agar selalu

terbuka kepada pasien & keluarga (dalam seluruh proses asuhan

pasien)

Bagi Tim:

a) Hargai & dukung keterlibatan pasien & keluarga bila telah terjadi

insiden

Page 8: Makalah Patient Safety

b) Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien & keluarga bila terjadi

insiden

c) Segera setelah kejadian, tunjukkan empati kepada pasien &

keluarga.

6) Belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan pasien, “dorong staf

anda untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana &

mengapa kejadian itu timbul”

Bagi Rumah Sakit:

a) Staf terlatih mengkaji insiden secara tepat, mengidentifikasi sebab

b) Kebijakan: kriteria pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root

Cause Analysis/RCA) atau Failure Modes & Effects Analysis

(FMEA) atau metoda analisis lain, mencakup semua insiden &

minimum 1 x per tahun untuk proses risiko tinggi

Bagi Tim:

a) Diskusikan dalam tim pengalaman dari hasil analisis insiden

b) Identifikasi bagian lain yang mungkin terkena dampak & bagi

pengalaman tersebut

7) Cegah cedera melalui implementasi sistem Keselamatan pasien, “Gunakan

informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan perubahan

pada sistem pelayanan”

Bagi Rumah Sakit:

a) Tentukan solusi dengan informasi dari sistem pelaporan, asesmen

risiko, kajian insiden, audit serta analisis

b) Solusi mencakup penjabaran ulang sistem, penyesuaian pelatihan

staf & kegiatan klinis, penggunaan instrumen yang menjamin KP

c) Asesmen risiko untuk setiap perubahan

d) Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKPRS-PERSI

e) Umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas

insiden

Bagi Tim:

a) Kembangkan asuhan pasien menjadi lebih baik & lebih aman

b) Telaah perubahan yang dibuat tim & pastikan pelaksanaannya

c) Umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang insiden yang

dilaporkan

Page 9: Makalah Patient Safety

2.1.1 Sembilan SolusiLife-SavingKeselamatanPasienRumahSakit

WHO Collaborating Centre for Patient Safety pada tanggal 2 Mei 2007 resmi

menerbitkan “Nine Life Saving Patient Safety Solutions” (“Sembilan Solusi Life-

Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit”). Panduan ini mulai disusun sejak tahun

2005 oleh pakar keselamatan pasien dan lebih 100 negara, dengan

mengidentifikasi dan mempelajari berbagai masalah keselamatan pasien.

Sebenarnya petugas kesehatan tidak bermaksud menyebabkan cedera pasien,

tetapi fakta tampak bahwa di bumi ini setiap hari ada pasien yang mengalami

KTD (Kejadian Tidak Diharapkan). KTD, baik yang tidak dapat dicegah (non

error) mau pun yang dapat dicegah (error), berasal dari berbagai proses asuhan

pasien.

Solusi keselamatan pasien adalah sistem atau intervensi yang dibuat, mampu

mencegah atau mengurangi cedera pasien yang berasal dari proses pelayanan

kesehatan. Sembilan Solusi ini merupakan panduan yang sangat bermanfaat

membantu RS, memperbaiki proses asuhan pasien, guna menghindari cedera

maupun kematian yang dapat dicegah.

Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) mendorong RS-RS di

Indonesia untuk menerapkan Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien

Rumah Sakit, atau 9 Solusi, langsung atau bertahap, sesuai dengan kemampuan

dan kondisi RS masing-masing.

a. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound-Alike

Medication Names).

Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM),yang membingungkan staf

pelaksana adalah salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat

(medication error) dan ini merupakan suatu keprihatinan di seluruh dunia.

Dengan puluhan ribu obat yang ada saat ini di pasar, maka sangat signifikan

potensi terjadinya kesalahan akibat bingung terhadap nama merek atau generik

serta kemasan. Solusi NORUM ditekankan pada penggunaan protokol untuk

pengurangan risiko dan memastikan terbacanya resep, label, atau penggunaan

perintah yang dicetak lebih dulu, maupun pembuatan resep secara elektronik.

b. Pastikan Identifikasi Pasien.

Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi pasien

secara benar sering mengarah kepada kesalahan pengobatan, transfusi maupun

Page 10: Makalah Patient Safety

pemeriksaan; pelaksanaan prosedur yang keliru orang; penyerahan bayi

kepada bukan keluarganya, dsb. Rekomendasi ditekankan pada metode untuk

verifikasi terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan pasien dalam proses

ini; standardisasi dalam metode identifikasi di semua rumah sakit dalam suatu

sistem layanan kesehatan; dan partisipasi pasien dalam konfirmasi ini; serta

penggunaan protokol untuk membedakan identifikasi pasien dengan nama

yang sama.

c. Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima/Pengoperan Pasien.

Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/ pengoperan pasien

antara unit-unit pelayanan, dan didalam serta antar tim pelayanan, bisa

mengakibatkan terputusnya kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak

tepat, dan potensial dapat mengakibatkan cedera terhadap pasien.

Rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki pola serah terima pasien termasuk

penggunaan protokol untuk mengkomunikasikan informasi yang bersifat

kritis; memberikan kesempatan bagi para praktisi untuk bertanya dan

menyampaikan pertanyaan-pertanyaan pada saat serah terima,dan melibatkan

para pasien serta keluarga dalam proses serah terima.

d. Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar.

Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat dicegah. Kasus-

kasus dengan pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi tubuh

yang salah sebagian besar adalah akibat dan miskomunikasi dan tidak adanya

informasi atau informasinya tidak benar. Faktor yang paling banyak

kontribusinya terhadap kesalahan-kesalahan macam ini adalah tidak ada atau

kurangnya proses pra-bedah yang distandardisasi. Rekomendasinya adalah

untuk mencegah jenis-jenis kekeliruan yang tergantung pada pelaksanaan

proses verifikasi prapembedahan; pemberian tanda pada sisi yang akan

dibedah oleh petugas yang akan melaksanakan prosedur; dan adanya tim yang

terlibat dalam prosedur Time out sesaat sebelum memulai prosedur untuk

mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan sisi yang akan dibedah.

e. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (concentrated).

Sementara semua obat-obatan, biologics, vaksin dan media kontras

memiliki profil risiko, cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi

khususnya adalah berbahaya. Rekomendasinya adalah membuat standardisasi

Page 11: Makalah Patient Safety

dari dosis, unit ukuran dan istilah; dan pencegahan atas campur aduk/bingung

tentang cairan elektrolit pekat yang spesifik.

f. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan.

Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi/pengalihan.

Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang

didesain untuk mencegah salah obat (medication errors) pada titik-titik

transisi pasien. Rekomendasinya adalah menciptakan suatu daftar yang paling

lengkap dan akurat dan seluruh medikasi yang sedang diterima pasien juga

disebut sebagai “home medication list”, sebagai perbandingan dengan daftar

saat admisi, penyerahan dan/atau perintah pemulangan bilamana menuliskan

perintah medikasi; dan komunikasikan daftar tsb kepada petugas layanan yang

berikut dimana pasien akan ditransfer atau dilepaskan.

g. Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube).

Slang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus didesain

sedemikian rupa agar mencegah kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian

Tidak Diharapkan) yang bisa menyebabkan cedera atas pasien melalui

penyambungan spuit dan slang yang salah, serta memberikan medikasi atau

cairan melalui jalur yang keliru. Rekomendasinya adalah menganjurkan

perlunya perhatian atas medikasi secara detail/rinci bila sedang mengenjakan

pemberian medikasi serta pemberian makan (misalnya slang yang benar), dan

bilamana menyambung alat-alat kepada pasien (misalnya menggunakan

sambungan & slang yang benar).

h. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai.

Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran dan HIV, HBV,

dan HCV yang diakibatkan oleh pakai ulang (reuse) dari jarum suntik.

Rekomendasinya adalah penlunya melarang pakai ulang jarum di fasilitas

layanan kesehatan; pelatihan periodik para petugas di lembaga-lembaga

layanan kesehatan khususnya tentang prinsip-pninsip pengendalian

infeksi,edukasi terhadap pasien dan keluarga mereka mengenai penularan

infeksi melalui darah;dan praktek jarum sekali pakai yang aman.

i. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk Pencegahan lnfeksi

Nosokomial.

Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di seluruh

dunia menderita infeksi yang diperoleh di rumah-rumah sakit. Kebersihan

Page 12: Makalah Patient Safety

Tangan yang efektif adalah ukuran preventif yang pimer untuk menghindarkan

masalah ini. Rekomendasinya adalah mendorong implementasi penggunaan

cairan “alcohol-based hand-rubs” tersedia pada titik-titik pelayan tersedianya

sumber air pada semua kran, pendidikan staf mengenai teknik kebarsihan

taangan yang benar mengingatkan penggunaan tangan bersih ditempat kerja;

dan pengukuran kepatuhan penerapan kebersihan tangan melalui

pemantauan/observasi dan tehnik-tehnik yang lain.