37
1 MAKALAH SISTEM MUSKULOSKELETAL KELOMPOK 7 SEMESTER VI OSTEOMYELITIS Nama: 1. Christiyanto Aji Nugroho 1002019 2. Bayu Agung Kusuma 1002009 3. Damian De Veuster Mokalu 1002022 4. Fransisca Winandari 1002047 5. Riski Wulandari 1002088 6. Monica Tunjung Riastuti 1002073 7. Anastasia Viani Tomo L 1002004 8. Yoanna Febrianita Ruslim 1002214 9. Yustina Kurniawati 1002124 10. Florinda Da Crus 1002046 PRODI S-1 ILMU KEPERAWATAN STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA

Makalah Osteomielitis Sgd Klp 7.Smt6.1mar13.Monic

  • Upload
    wmonic

  • View
    219

  • Download
    19

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Osteomielitis Sgd Klp 7.Smt6.1mar13.Monic

1

MAKALAH SISTEM MUSKULOSKELETAL

KELOMPOK 7 SEMESTER VI

OSTEOMYELITIS

Nama:

1. Christiyanto Aji Nugroho 1002019

2. Bayu Agung Kusuma 1002009

3. Damian De Veuster Mokalu 1002022

4. Fransisca Winandari 1002047

5. Riski Wulandari 1002088

6. Monica Tunjung Riastuti 1002073

7. Anastasia Viani Tomo L 1002004

8. Yoanna Febrianita Ruslim 1002214

9. Yustina Kurniawati 1002124

10. Florinda Da Crus 1002046

PRODI S-1 ILMU KEPERAWATAN STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA

TA 2013/2014

Page 2: Makalah Osteomielitis Sgd Klp 7.Smt6.1mar13.Monic

2

DAFTAR ISI

Daftar isi: hal:

1. Cover 1

2. Daftar Isi 2

3. Pengertian 3

4. Anatomi Fisiologi 3

5. Epidemiologi 8

6. Etiologi 8

7. Klasifikasi 9

8. Patofisiologi 10

9. Manifestasi klinik 11

10. Pemeriksaan diagnostic 12

11. Komplikasi 12

12. Penatalaksanaan 13

13. Prognosis 14

14. Pencegahan 15

15. Asuhan Keperawatan 15

16. Satuan Acara Penyuluhan 19

17. Aspek Legal Etik perawat 21

18. Peran advokat perawat 23

19. Jurnal 24

20. Daftar Pustaka 25

Page 3: Makalah Osteomielitis Sgd Klp 7.Smt6.1mar13.Monic

3

OSTEOMYELITIS

I. DEFINISI

Osteomylitis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan beberapa

infeksi pada tulang.(Donna D. Igna tavicius 1995: 1430).

Osteomylitis adalah infeksi jaringan tulang.yang dapat timbul akut atau kronik.

(Sylvia A. P. loraince M. W 1995:1200).

Osteomielitis didefinisikan sebagai infeksi pada tulang yang disebabkan oleh

mikroorganisme (Luca Lazzarini, 2004).

II. ANATOMI DAN FISIOLOGI

TULANG

Page 4: Makalah Osteomielitis Sgd Klp 7.Smt6.1mar13.Monic

4

A.    Fungsi

Menurut Phipps, et al (1991), tulang mempunyai tiga fungsi mekanik yaitu :

mendukung jaringan tubuh, melindungi organ tubuh seperti tulang tengkorak

melindungi otak dan pergerakan dimana dipengaruhi oleh kontraksi otot-otot pada

tulang memungkinkan untuk bergerak. Tulang juga mempunyai dua fungsi

tambahan yaitu menyimpan kalsium dan sumsum tulangnya menghasilkan sel

darah merah (hematopoiesis).

B.     Komposisi dan perkembangan

Tulang terdiri dari sel-sel hidup (living cells) dan material intraseluler tidak hidup.

Sel –sel hidup yaitu osteoblast yang merupakan sel pembentuk tulang, osteoclast

yang merupakan sel penghancur tulang dengan menyerap kembali sel tulang yang

rusak maupun yang sudah tua dan osteosit yaitu osteoblas yang berada pada

matriks. Material intraseluler tidak hidup atau matriks tulang terdiri dari

mukopolisakarida dan kolagen. Tulang berasal dari kartilago hialin embrionik

yang prosesnya dikenal sebagai osteogenesis atau osifikasi endokondrial. Proses

ini selesai melalui sintesis mukopolisakarida dan kolagen oleh osteoblas (sel

pembentuk tulang). Garam kalsium disimpan di matriks tulang, memberikan

kekuatan pada tulang.

C.     Tipe, struktur dan pertumbuhan tulang

Tulang terdiri atas empat type, tergantung pada ukurannya :

1.      Tulang panjang (femur, humerus).

2.      Tulang pendek (karpal)

3.      Tulang pipih (tengkorak)

4.      Tulang tidak teratur (vertebrae).

Setiap tulang tersusun atas tulang kankelous (spongy) dan compact (dense). Pada

tulang panjang bagian kankelous ditemukan pada ujung tulang dan compact pada

bagian tengah. Pada tulang pendek dan tidak teratur mempunyai suatu inti bagian

Page 5: Makalah Osteomielitis Sgd Klp 7.Smt6.1mar13.Monic

5

dalam pada kankelous dan suatu lapisan luar pada compact. Tulang datar

mempunyai dua lapisan luar tulang compact dengan satu lapisan bagian dalam

pada kankelous.

Tulang kankelous dan tulang compact dibedakan dari yang lainnya dengan adanya

susunan lamelae yaitu lapisan silindris kosentrik yang terletak di antaranya. Pada

pusat susunan cincin kosentrik ini ada suatu saluran yang disebut saluran

haversian. Saluran ini mengandung suatu pembuluh darah kapiler. Beberapa

saluran juga mengandung arteriola, venula dan limfatik. Ruang kecil antara

cincing lamelae disebut lakuna yang diisi oleh sel tulang (osteosit). Lacuna

dihubungkan dengan saluran haversian dan selanjutnya zat gizi disuplay oleh

saluran yang sangat kecil yang disebut kanalikuli. Lamellae dengan saluran

haversian, lacuna dan kanalikuli disebut unit haversian. Unit haversian merapat

secara bersamaan pada tulang compact. Pada tulang kankelous banyak ruang yang

terbuka yang kokoh diantara penghubung tulang yang disebut trabekulae.

Salah satu type tulang panjang adalah dibungkus/dilapisi kecuali pada permukaan

artikular oleh suatu membrane fibrous warna putih yang disebut

periosteum. Permukaan artikular dibungkus/dilapisi dengan kartilago hialin.

Periosteum memberikan tempat bagi serat-serat otot dan lapisan bagian dalamnya

mengandung osteoblast. Karena adanya osteoblast periosteum maka periosteum

bertanggung jawab untuk  pertumbuhan dan perbaikan. Endosteum membran juga

mengandung beberapa osteoblast, batas rongga medulary yang berisikan sumsum

tulang dan saluran haversian. Ujung tulang disebut epifisis dan bagian batang

disebut diafisis.

Pertumbuhan longitudinal tulang panjang berasal dari kartilago epifisial yang

terlektak diantara diafisial dan pusat epifisial osifikasi. Kartilago epifisial tebal

karena proliferasi yang cepat dari sel kartilago. Pertumbuhan pada diameter tulang

dilakukan oleh osteklast (sel yang merusakan tulang) yang membesar pada rongga

medulary selama osteoblast pada periosteum yang menghasilkan tulang baru pada

bagian luarnya (osifikasi membran). Pada orang yang lebih tua dan inaktif,

degenerasi dan reabsorbsi tulang terjadi lebih cepat daripada pertumbuhan tulang

Page 6: Makalah Osteomielitis Sgd Klp 7.Smt6.1mar13.Monic

6

baru. Hal ini menyebabkan osteoporosis yaitu suatu kondisi dimana tulang

keropos dan fragil.

Tulang mempunyai kemampuan untuk remodel atau membentuk kembali

ukurannya sendiri dengan berespon pada terganggunya fungsi mekaniknya.

Respon ini sesuai dengan hukum Wolff (Julius Wolff, ahli anatomi Jerman) yaitu

setiap perubahan pada bentuk dan fungsi tulang atau hanya fungsinya diikuti

dengan perubahan yang nyata pada konfigurasi eksternalnya sesuai dengan hukum

matematika (Phips, et al, 1991). Atau hukum Wolff yaitu tulang akan

mengembangkan struktur yang paling cocok untuk menahan gaya yang bekerja

padanya (Dorland, 1997). Trabekula pada tulang berkembang dan membangun

dirinya sendiri dan akan terjadi osteogenesis sesuai stres yang ada. Jika tulang

tidak ditekan makan terjadi resorbsi tulang. Dengan demikian individu yang

memulai program berlari dapat memperoleh hipertropi (meningkatnya massa

tulang) pada tulang ekstremitas bawah, mengingat individu yang menetap akan

terjadi atropi (kehilangan substansi tulang).

D.    Suplay sirkulasi dan inervasi

Sirkulasi darah yang cukup pada tulang perlu untuk suplay oksigen dan zat gizi.

Darah disuplai ke tulang melalui tiga jalur, yaitu (Phips, et al, 1991).

1.      Arteriola pada saluran haversian.

2.      Pembuluh darah yang berada pada periosteum dimana masuk ke tulang

melalui struktur yang dikenal saluran Volkmann

3.      Pembuluh darah pada sumsum tulang dan ujung tulang.

Untuk itu jika ada gangguan pada arteri, periosteum atau tulang sendiri maka

mengakibatkan suplay darah akan terganggu juga. Selanjutnya tulang disediakan

dengan ujung saraf sensori pada periosteum yang menghubungkan dengan sistem

saraf pusat. Konsekuensinya, nyeri akan dirasakan jika tulang terganggu misalnya

fraktur, infeksi atau lesi lainnya.

Page 7: Makalah Osteomielitis Sgd Klp 7.Smt6.1mar13.Monic

7

E.     Fisiologi penyembuhan tulang

 Penyembuhan tulang melalui suatu proses yang dikenal dengan pembentukan

kalus (callus formation). Pertumbuhan tulang baru disebut kalus. Pembentukan

kalus melalui lima tahap umum, yaitu (Phipps, et al, 1991)

1.      Hematom formation (pembentukan hematom).

Karena tulang vaskularisasi tinggi, perdarahan bisa terjadi pada ujung kedua

tulang yang mengalami fraktur. Permiabilitas kapiler meningkat menyebabkan

ekstravasasi darah ke dalam area yang injury. Darah berkumpul pada periosteal

atau jaringan sekitarnya.

2.      Fibrin meshwork formation

Fibroblast (sel jaringan ikat) dirusak oleh hematom, menyebabkan fibroblast

terorganisir ke dalam fibrin meshwork (jaringan fibrin). Dinding sel darah putih

rusak, maka terjadi peradangan local. Sel darah membentuk fibrin dan

berlangsung selama 24 – 48 jam dan perdarahan akan berhenti (Black, J. M, et al,

1993 dan Apley, A. G, 1993).

3.      Invasion by osteoblast

Osteoblast invasi ke fibrous (serabut sel) menyebabkan fibrous lembek/lunak,

pembuluh darah berkembang dari ujung-ujung kapiler, dengan demikian

membentuk suatu sumber suplay bagi zat gizi untuk membentuk kolagen.

Kolagen menjadi lebih panjang dan terjadi penumpukan kalsium.  

4.      Callus formation

Osteoblast secara terus menerus membentuk tulang sedangkan osteoklast

menghancurkan tulang yang mati dan membantu mensintesa tulang baru.

Kekuatan kolagen bertambah dan lebih padat dengan kalsium. Berlangsung dari 4

minggu hingga beberapa bulan hingga tulang mampu membawa beban yang

normal.

Page 8: Makalah Osteomielitis Sgd Klp 7.Smt6.1mar13.Monic

8

5.      Remodeling

Kalus yang berlebihan direabsorbsi dan tulang trabekula menutupi garis sepanjang

stres atau fraktur sesuai dengan hukum Wolff. Lamellae yang tebal menempati

tekanan yang lebih tinggi, dinding yang tidak dikehendaki dibuang, dibentuk

rongga sumsum tulang dan akhirnya dibentuk struktur yang mirip dengan

normalnya (Black, J. M, et al, 1993 dan Apley, A. G, 1993).

Factor yang menghambat pembentukan callus yang baik adalah (1) tidak

adekuatnya reduksi fraktur, (2) edema yang berlebihan pada tempat fraktur yang

menghambat suplay zat gizi ke area, (3) terlalu banyak tulang yang hilang pada

waktu terjadinya injury, (4) imobilisasi yang tidak efektif, (5) infeksi pada tempat

injury, (6) nekrosis tulang, (7) anemia atau kondisi sistemik lainnya, (8) tidak

seimbangnya endokrin dan (9) intake diet yang kurang. Jika pembentukan kalus

tidak terjadi secara normal dan efisien mengakibatkan kurangnya perbaikan yang

disebut fraktur non union atau ununited.

III. EPIDEMIOLOGI

Osteomyelitis ini cenderung terjadi pada anak dan remaja namun demikian

seluruh usia bisa saja beresiko untuk terjadinya osteomyelitis pada umumnya

kasus ini banyak terjadi laki-laki dengan perbandingan 2 : 1.

IV. ETIOLOGI

Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus

infeksi di tempat lain (mis. Tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi

saluran nafas atas). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi

ditempat di mana terdapat trauma dimana terdapat resistensi rendah kemungkinan

akibat trauma subklinis (tak jelas).

Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (mis.

Ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung

tulang (mis, fraktur ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang (mis.

Fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, pembedahan tulang.

Page 9: Makalah Osteomielitis Sgd Klp 7.Smt6.1mar13.Monic

9

Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang

nutrisinya buruk, lansia, kegemukan atau penderita diabetes. Selain itu, pasien

yang menderita artritis reumatoid, telah di rawat lama dirumah sakit, mendapat

terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum

operasi sekarang atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani

pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus,

mengalami nekrosis insisi marginal atau dehisensi luka, atau memerlukan

evakuasi hematoma pascaoperasi.

V. KLASIFIKASI

Menurut kejadiannya osteomyelitis ada 2 yaitu :

1. Osteomyelitis Primer adalah Kuman-kuman mencapai tulang secara

langsung melalui luka.

2. Osteomyelitis Sekunder adalah kuman-kuman mencapai tulang melalui

aliran darah dari suatu focus primer ditempat lain (misalnya infeksi

saluran nafas, genitourinaria furunkel).

Sedangkan osteomyelitis menurut perlangsungannya dibedakan atas :

1. Steomyelitis akut

a. Nyeri daerah lesi

b. Demam, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional

c. Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka

d. Pembengkakan lokal

e. Kemerahan

f. Suhu raba hangat

g. Gangguan fungsi

h. Lab = anemia, leukositosis

2. Osteomyelitis kronis

a. Ada luka, bernanah, berbau busuk, nyeri

b. Gejala-gejala umum tidak ada

c. Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur

d. Lab = LED meningkat

Page 10: Makalah Osteomielitis Sgd Klp 7.Smt6.1mar13.Monic

10

Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang

paling sering :

1. Staphylococcus (orang dewasa)

2. Streplococcus (anak-anak)

3. Pneumococcus dan Gonococcus

VI. PATOFISIOLOGI

Staphylococcus aurens merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang.

Organisme patogenik lainnya sering dujumpai pada osteomielitis meliputi

Proteus, Pseudomonas dan Ecerichia coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi

resisten penisilin, nosokomial, gram negatif dan anaerobik.

Awitan osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan

pertama (akut fulminan stadium I) dan sering berhubungan dengan penumpukan

hematoma atau infeksi superfisial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara

4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3)

biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah

pembedahan.

Respons inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan

Vaskularisas dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis pada pembuluh darah

terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang

sehubungan dengan peningkatan dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi

di sekitarnya, kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan

terbentuk abses tulang.

Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan; namun yang lebih sering

harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam

dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga abses pada

umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum) tidak mudah mencair dan mengalir

keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada

jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi

sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun

Page 11: Makalah Osteomielitis Sgd Klp 7.Smt6.1mar13.Monic

11

sequestrum infeksius kronis yang tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan

sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.

VII. PATHWAY

VIII. MANIFESTASI KLINIS

Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi

dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi, denyut nadi

cepat dan malaise umum). Gejala sismetik pada awalnya dapat menutupi gejala

lokal secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks

Page 12: Makalah Osteomielitis Sgd Klp 7.Smt6.1mar13.Monic

12

tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang

terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan

nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan gerakan dan

berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.

Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau

kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi

membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.

Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir

keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi,

pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat menjadi pada

jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.

IX. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Darah

Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan

laju endapan darah.

2. Titer antibody – anti staphylococcus, pemeriksaan kultur darah untuk

bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas.

3. Biopsi tulang.

4. Ultra sound

Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.

5. Radiologis

Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan

kelainan radiologik, setelah dua minggu akan terlihat berupa refraksi

tulang yang bersifat difus.

6. Sinar X

Akan terlihat kavitas ireguler, peningkatan periosteum, sequestra atau

pembentukan tulang.

X. KOMPLIKASI

Komplikasi yang sering terjadi adalah berlangsungnya infeksi dengan eksaserbasi

yang terus menerus akan menyebabkan amioloidiosis, anemia, penurunan

Page 13: Makalah Osteomielitis Sgd Klp 7.Smt6.1mar13.Monic

13

kelemahan. Selain itu juga dapat terjadi abses tulang, meregangnya implant

prosethic, selolitis pada jaringan lunak sekitar, abses otak pada osteomyelitis di

daerah cranium dan kematian.

XI. PENATALAKSANAAN

Daerah yang terkana harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan

mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20

menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran daerah.

Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi, Kultur

darah dan swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan

memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu

patogen.

Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika

intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka

terhadap penisilin semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengentrol

infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut menurun akibat terjadinya

trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu sangat penting

untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus menerus tinggi.

Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang diberikan bila

telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol,

antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk

meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan.

Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang yang

terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan

daerah itu diiringi secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Tetapi

antibitika dianjurkan.

Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuvan terhadap debridemen

bedah. Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya

ahli bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan

tulang untuk memajankan rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal

Page 14: Makalah Osteomielitis Sgd Klp 7.Smt6.1mar13.Monic

14

(saucerization). Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat

supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen.

Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang

tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting

dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpengisap untuk mengontrol

hematoma dan mebuang debris. Dapat diberikan irigasi larutan salin normal

selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan pemberian irigasi

ini.

Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk

merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi

dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot

diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh).

Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah; perbaikan asupan darah

kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi.

Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan

penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian

memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat

penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.

XII. PROGNOSIS

Prognosis bevariasi, tergantung pada kecepatan dalam mendiagnosa dan

melakukan penanganan.

Keberhasilan dari penatalaksanaan penyakit ini bergantung pada :

1. Jarak waktu antara infeksi yang terjadi dan pemberian terapi :< 3 hari : dapat mencegah terjadinya kerusakan tulang dan pembentukan tulang baru3 – 7 hari : tidak mencegah kerusakan tulang, tapi dapat mencegah penyebaran infeksi 7 hari : dapat mencegah terjadinya penyebaran infeksi melalui darah

(septikemia), tapi proses patologi lokal sudah lanjut2. Efektifitas antibiotik yang diberikan3. Dosis antibiotik yang diberikan biasanya dibutuhkan dosis yang lebih

tinggi

Page 15: Makalah Osteomielitis Sgd Klp 7.Smt6.1mar13.Monic

15

4. Durasi pemberian antibiotic harus diberikan sekitar 3-4 minggu untuk mencegah terjadinya osteomielitis kronik

XIII. PENCEGAHAN

Sasaran utamanya adalah Pencegahan osteomielitis. Penanganan infeksi lokal

dapat menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan

lunak pada mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatian

terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan insiden

osteomielitis pascaoperasi.

Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai

saat pembedahan dan selama 24 jam sampai 48 jam setelah operasi akan sangat

membantu. Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptik akan menurunkan insiden

infeksi superfisial dan potensial terjadinya osteomielitis.

XIV. ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Pasien yang datang dengan awitan gejala akut (mis. Nyeri lokal,

pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhan keluarnya pus

dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam sedang.

2. kaji adanya faktor risiko (mis. Lansia, diabetes, terapi

kortikosteroid jangka panjang) dan cedera, infeksi atau bedah

ortopedi sebelumnya.

3. Pasien selalu menghindar dari tekanan didaerah tersebut dan

melakukan gerakan perlindungan.

4. Pada osteomielitis akut, pasien akan mengalami kelemahan umum

akibat reaksi sistemik infeksi.

5. Pemeriksaan fisik memperlihatkan adanya daerah inflamasi,

pembengkakan nyata, hangat yang nyeri tekan. Cairan purulen

dapat terlihat. Pasien akan mengalami kelemahan umum akibat

reaksi sistemik infeksi.

Page 16: Makalah Osteomielitis Sgd Klp 7.Smt6.1mar13.Monic

16

6. Pasien akan mengalami peningkatan suhu tubuh.

7. Pada osteomielitis kronik, peningkatan suhu mungkin minimal,

yang terjadi pada sore dan malam hari.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN dan RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Nyeri akut berhubungan dengan: Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis), kerusakan jaringan

DS:- Laporan secara verbal

DO:- Posisi untuk menahan nyeri - Tingkah laku berhati-hati- Gangguan tidur (mata sayu, tampak

capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai)

- Terfokus pada diri sendiri - Fokus menyempit (penurunan

persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)

- Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)

- Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)

- Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)

- Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)

- Perubahan dalam nafsu makan dan minum

NOC : Pain Level, pain control, comfort levelSetelah dilakukan tinfakan keperawatan selama …. Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil: Mampu mengontrol nyeri (tahu

penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)

Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Tanda vital dalam rentang normal Tidak mengalami gangguan tidur

NIC : Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan

menemukan dukungan Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri

seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan Kurangi faktor presipitasi nyeri Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan

intervensi Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala,

relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……... Tingkatkan istirahat Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab

nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur

Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Page 17: Makalah Osteomielitis Sgd Klp 7.Smt6.1mar13.Monic

17

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhBerhubungan dengan : Ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi oleh karena faktor biologis, psikologis atau ekonomi. DS:

- Nyeri abdomen- Muntah- Kejang perut- Rasa penuh tiba-tiba setelah makan

DO:- Diare- Rontok rambut yang berlebih- Kurang nafsu makan- Bising usus berlebih- Konjungtiva pucat- Denyut nadi lemah

NOC:a. Nutritional status: Adequacy of

nutrientb. Nutritional Status : food and Fluid

Intakec. Weight ControlSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama….nutrisi kurang teratasi dengan indikator:

Albumin serum Pre albumin serum Hematokrit Hemoglobin Total iron binding capacity Jumlah limfosit

Kaji adanya alergi makanan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah

kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat

untuk mencegah konstipasi Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan

makanan harian. Monitor adanya penurunan BB dan gula darah Monitor lingkungan selama makan Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama

jam makan Monitor turgor kulit Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb

dan kadar Ht Monitor mual dan muntah Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan

konjungtiva Monitor intake nuntrisi Informasikan pada klien dan keluarga tentang

manfaat nutrisi Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan

suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan.

Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan

Kelola pemberan anti emetik:..... Anjurkan banyak minum Pertahankan terapi IV line Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila

lidah dan cavitas ovalDiagnosa Keperawatan/ Masalah

KolaborasiRencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Gangguan mobilitas fisik

Berhubungan dengan : - Gangguan metabolisme sel- Keterlembatan perkembangan- Pengobatan - Kurang support lingkungan- Keterbatasan ketahan kardiovaskuler- Kehilangan integritas struktur tulang- Terapi pembatasan gerak - Kurang pengetahuan tentang

kegunaan pergerakan fisik - Indeks massa tubuh diatas 75 tahun

percentil sesuai dengan usia - Kerusakan persepsi sensori - Tidak nyaman, nyeri - Kerusakan muskuloskeletal dan

neuromuskuler - Intoleransi aktivitas/penurunan

kekuatan dan stamina- Depresi mood atau cemas - Kerusakan kognitif - Penurunan kekuatan otot, kontrol dan

atau masa - Keengganan untuk memulai gerak - Gaya hidup yang menetap, tidak

digunakan, deconditioning - Malnutrisi selektif atau umum DO:- Penurunan waktu reaksi- Kesulitan merubah posisi- Perubahan gerakan (penurunan untuk

NOC : Joint Movement : Active Mobility Level Self care : ADLs Transfer performanceSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama….gangguan mobilitas fisik teratasi dengan kriteria hasil: Klien meningkat dalam aktivitas

fisik Mengerti tujuan dari peningkatan

mobilitas Memverbalisasikan perasaan

dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah

Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi (walker)

NIC :

Exercise therapy : ambulation

Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan

Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan

Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera

Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi

Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs

secara mandiri sesuai kemampuan Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan

bantu penuhi kebutuhan ADLs ps. Berikan alat Bantu jika klien memerlukan. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan

berikan bantuan jika diperlukan

Page 18: Makalah Osteomielitis Sgd Klp 7.Smt6.1mar13.Monic

18

berjalan, kecepatan, kesulitan memulai langkah pendek)

- Keterbatasan motorik kasar dan halus- Keterbatasan ROM- Gerakan disertai nafas pendek atau

tremor- Ketidak stabilan posisi selama

melakukan ADL- Gerakan sangat lambat dan tidak

terkoordinasi

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan:Gangguan sirkulasi, iritasi kimia (ekskresi dan sekresi tubuh, medikasi), defisit cairan, kerusakan mobilitas fisik, keterbatasan pengetahuan, faktor mekanik (tekanan, gesekan),kurangnya nutrisi, radiasi, faktor suhu (suhu yang ekstrim)DO :- Kerusakan jaringan (membran

mukosa, integumen, subkutan)

NOC: Tissue integrity : skin and mucous

membranes Wound healing : primary and

secondary intentionSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. kerusakan integritas jaringan pasien teratasi dengan kriteria hasil: Perfusi jaringan normal Tidak ada tanda-tanda infeksi Ketebalan dan tekstur jaringan

normal Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cidera berulang

Menunjukkan terjadinya proses penyembuhan luka

NIC :

Pressure ulcer preventionWound care

- Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar

- Jaga kulit agar tetap bersih dan kering- Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua

jam sekali- Monitor kulit akan adanya kemerahan - Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah

yang tertekan - Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien- Monitor status nutrisi pasien- Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat - Kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan

tekanan- Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka,

karakteristik,warna cairan, granulasi, jaringan nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal, formasi traktus

- Ajarkan pada keluarga tentang luka dan perawatan luka

- Kolaborasi ahli gizi pemberian diet TKTP, vitamin- Cegah kontaminasi feses dan urin- Lakukan tehnik perawatan luka dengan steril- Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada

luka- Hindari kerutan pada tempat tidur

XV. PENDIDIKAN KESEHATAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Tema   : Osteomielitis

Page 19: Makalah Osteomielitis Sgd Klp 7.Smt6.1mar13.Monic

19

Sub Tema  : Pencegahan Osteomielitis

Waktu Pertemuan  : 60 menit

Hari, Tanggal : Kamis, 8 Maret 2013

Pukul   : 08.00 WIB- 09.00 WIB

Sasaran   : Ny .Toni

Tempat   : Kediaman Ny. Toni

I. Tujuan Instruksional Umum :

Setelah malakukan penyuluhan diharapkan Ny.Toni dapat mengerti tentang Osteomielitis

II.                 Tujuan Instruksional Khusus :

a. Ny.Toni mengetahui definisi Osteomielitis dengan benar

b. Ny.Toni jelas terhadap penyebab Osteomielitis dengan benar

c. Ny.Toni dapat memahami tanda dan  gejala Osteomielitis dengan benar

d. Ny.Toni dapat mengetahui cara pencegahan Osteomielitis dengan benar

III.               Pokok materi

a. Definisi Osteomielitis

b. Penyebab Osteomielitis

c. Tanda dan  gejala Osteomielitis

d. Pencegahan Osteomielitis

IV.               Metode      : Ceramah dan tanya jawab

V.              Kegiatan penyuluhan:

Kegiatan Penyuluh Audience waktu

Pendahuluan dan Apresiasi

Memperkenalkan diri dan memberikan kesempatan audience memberikan pendapatnya

Memberikan pendapat yang diketahuinya

10 Menit

Page 20: Makalah Osteomielitis Sgd Klp 7.Smt6.1mar13.Monic

20

Isi Materi tentang Osteomielitis:a. Definisi Osteomielitis

b. Penyebab Osteomielitis

c. Tanda dan  gejala

Osteomielitis

d. Pencegahan Osteomielitis

Mendengarkan 35 Menit

Penutup Evaluasi kesimpulan pemberian pesan dan mengucapkan salam penutup/tahapan terminasi

Mendengarkan dan bertanya

15    menit

 

VI.            Media                    : Power Point

VII.              Evaluasi            : Memberikan pertanyaan kepada Ny.Toni secara lisan.

- Bagaimana pencegahan penyakit Osteomielitis?

Yogyakarta, 02 Maret 2012Pembimbing Penyuluh

Natar Fitri S. Kep . Ns Monica Tunjung R

XVI. ASPEK LEGAL ETIK

1. Accountability

Page 21: Makalah Osteomielitis Sgd Klp 7.Smt6.1mar13.Monic

21

Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap segala tindakan

yangdilakukan. Pada kasus semua kasus, perawat bertanggung jawab atas mulai

dari prosespengkajian, membuat diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan

hingga segalainformasi mengenai asuhan keperawatan yang di lakukan, baik

sebelum, saatdan pascaintervensi yaitu evaluasi. Tanggung jawab mengacu pada

pelaksanaan tugas yang dikaitkan dengan peran tertentu perawat. sebagai contoh,

ketika memberikan medikasi,perawat bertanggung jawab dalam mengkaji

kebutuhan klien terhadap obat-obatan,memberikannya dengan benar dan dalam

dosis yang aman serta mengevaluasi responnya.seseorang perawat yang bertindak

secara bertanggung jawab akan meningkatkan rasapercaya klien. Seorang perawat

yang bertanggung jawab akan tetap kompeten dalam pengetahuan dan

kemampuan, serta menunjukkan keinginan untuk bertindak menurutpanduan etik

profesi.Tanggung gugat artinya dapat memberikan alasan atas

tindakannya.seorang perawatbertanggung gugat atas dirinya sendiri, klien, profesi,

atasan, dan masyarakat.jika dosismedikasi salah di berikan, perawat bertanggung

gugat pada klien yang menerimamedikasi tersebut. Untuk melakukan tanggung

gugat, perawat harus bertindak menurutkode etik professional. Jika suatu

kesalahan terjadi, perawat melaporkannya dan memulaiperawatan untuk

mencegah trauma lebih lanjut. Tanggung jawab memicu evaluasiefektivitas

perawat dalam praktik. Tanggung gugat professional memiliki tujuan

sebagaiberikut:

a. Untuk mengevaluasi praktisi professional baru dan mengkaji ulang yang telah

ada

b. Untuk mempertahankan standar perawatan kesehatan

c. Untuk memudahkan refleksi pribadi, pemikiran etis, dan pertumbuhan pribadi

pada pihak professional perawatan kesehatan

d. Untuk memberikan dasar pengambilan keputusan etis

2. Confidentiality

Prinsip etika dasar yang menjamin kemandirian klien. Perawat

menghindaripembicaraan mengenai kondisi klien dengan siapapun yang tidak

Page 22: Makalah Osteomielitis Sgd Klp 7.Smt6.1mar13.Monic

22

secara langsung terlibatdalam perawatan klien. Perawat selelu menjaga

kerahasiaan info yang berkaitan dengankesehatan pasien termasuk info yang

tertulis, verbal dsb. Jika anggota keluarganyamenanggung perawatan klien

perawat mungkin merasa bahwa mereka memiliki hak untuk di beri tau.

3. Respect for autonomi( penentuan pilihan)

Perawat yang mengikuti prinsip autonomi menghargai hak klien untuk

mengambilkeputusan sendiri. Dengan menghargai hak autonomi berarti perawat

menyadari keunikaninduvidu secara holistik Setiap individu harus memiliki

kebebasan untuk memilih rencana mereka sendiri. Sebagai contoh, perawat

memberikan inform consen tentangasuhan yang akan diberikan, tujuan , manfaat

dan prosedur tindakan. Sehingga, perawatsemestinya tidak marah saat keluarga

menanyakan status kesehatan klien, karena itumerupakan kebebasan keluarga

untuk mengetahui semua tindakan yang akan dilakukan.Inform consent dilakukan

saat pengkajian, sebelum pengobatan, saat akan di obati dansetelah

pengobatan.Penting bagi perawat juga untuk memberikan health education dalam

mendukung prosespenyembuhan klien.

4. Beneficience( do good)

Beneficence berarti melakukan yang baik. Perawat memiliki kewajiban

untuk melakukan dengan baik, yaitu, mengimplemtasikan tindakan yang

mengutungkan kliendan keluarga Meningkatkan kesejahteraan klien dengan cara

melindungi hk-hak klien.Dalam kasus, perawat dapat berkolaborasi dengan tim

kesehatan lainnya untuk menentukan terapi farmakologik, nutrisi yang diberikan

baik sebelum pengobatanmaupun setelah pengobatan.

5. Non-malefisience( do no harm/tidak membahayakan klien)

Non Maleficence berarti tugas yang dilakukan perawat tidak menyebabkanbahaya

bagi kliennya. Prinsip ini adalah prinsip dasar sebagaian besar kode

etik keperawatan. Bahaya dapat berarti dengan sengaja membahayakan,

resikomembahayakan, dan bahaya yang tidak disengaja. Kewajiban bagi perawat

untuk tidak menimbulkan injury pada klien. Dalam kasus, perawat perlu

Page 23: Makalah Osteomielitis Sgd Klp 7.Smt6.1mar13.Monic

23

melakukan pengkajian fisik,terapi farmakologik yang benar, nutrisi dan segala

tindakan selama proses pengobatanhingga setelah pengobatan

6. Justice ( perlakuan adil)

Prinsip keadilan menuntut perlakuan terhadap orang lain yang adil

danmemberikan apa yang menjadi kebutuhanan mereka. Ketika ada sumber untuk

di berikandalam perawatan, perawat dapat mengalokasikan dalam cara pembagian

yang adil umtuk setiap penerima atau bagaimana supaya kebutuhan paling besar

dari apa yang merekabutuhkan untuk bertahan hidup. Perawat sering mengambil

keputusan denganmenggunakan rasa keadilan. Pada kasus, perawat tidak boleh

membeda-bedakanpengobatan antara klien yang satu dengan yang lain, namun

disesuaikan dengan kondisiklien saat ini.

7. Fidelity (Setia)

Prinsip kesetiaan menyatakan bahwa perawat harus memegang janji yang

dibuatnya kepada klien. Jadi, ketika seseorang jujur dan memegang janji yang di

buatnya,rasa percaya yang sangat penting dalam hubungan perawat-klien akan

terbentuk. Fidelityberarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang

dimikili oleh seseorangperawat. Pada kasus , perawat harus memegang janji yang

telah di bicarakan sebelumnyakepada klien.

8. Veracity (Kebenaran)

Veracity mengacu pada mengatakan kebenaran. Prinsip mengatakan yangsebenarnya mengarahkan praktisi untuk menghindari melakukan kebohongan pada klien atau menipu merekan. Pada kasus, perawat harus berkata jujur.

XVII. PERAN ADVOKASI PERAWAT

1. Membina hubungan saling percaya antara perawat dengan klien . supaya

dapat membantu melancarkan prosedur-prosedur dan tindakan

keperawatan.

2. Memahami klien sewaktu-waktu untuk menguatkan pasien terhadap

penyakitnya.

Page 24: Makalah Osteomielitis Sgd Klp 7.Smt6.1mar13.Monic

24

3. Mendorong pasien untuk mengungkapkan rasa takut dan cemasnya

menghadapi proses penyakitnya agar dapat membantu pasien menyadari

keadaan dirinya.

XVIII. JURNAL

Chronic recurrent osteomyelitis with clavicular involvement in children:

diagnostic value of different imaging techniques and therapy with non-

steroidal anti-inflammatory drugs

Girschick, H J; Krauspe, R; Tschammler, A; Huppertz, H I. European Journal of

Pediatrics 157.   1 (Dec 1997): 28-33.

URL Dokumen

http://e-resources.pnri.go.id:2058/docview/221919779?accountid=25704

Abstrak (ringkasan)

Chronic recurrent, uni- or multifocal osteomyelitis (CRMO), an inflammatory

disorder of unknown origin, involves mk:/night/arul/4310946m.3dultiple osseous

sites and may affect the clavicle. We report on 6 children with clavicular

involvement out of 11 children suffering from CRMO. The major clinical

symptoms were local swelling and pain. Five children had hyperostosis of the

clavicle and synovitis of adjacent joints. Histology showed chronic osteomyelitis

with a predominance of lymphocytes in the inflammatory infiltrates. Cultures of

biopsy tissue specimens were sterile. The patients were followed for at least 3.5

years. Three patients had up to six relapses. The most effective diagnostic tools to

define CRMO were standard X-ray and bone scan in combination with biopsy and

cultures. In our patients CT and MRI were misleading as they suggested the

presence of malignancy. However, the sensitivity of MRI to detect involvement of

bone, adjacent joints and soft tissues were better in comparison to X-ray or bone

scan. Non-steroidal anti-inflammatory drugs were effective in reducing pain,

swelling and limitation of motion. Reconstructive surgery was not indicated in

Page 25: Makalah Osteomielitis Sgd Klp 7.Smt6.1mar13.Monic

25

any case. The long-term outcome of growth and function of affected bones was

excellent.

Conclusion Diagnosis of chronic osteomyelitis of the clavicle should be made by

history and physical examination and be confirmed by standard X-ray, bone scan

and open biopsy. In contrast MRI and CT can provide data on the involvement of

adjacent joints, soft tissue and muscles especially in the early process of disease,

but do not add information relevant to the patient's management. Treatment with

non-steroidal anti-inflammatory drugs is rapidly beneficial in most patients.

[PUBLICATION ABSTRACT]

XIX. DAFTAR PUSTAKA

1. Doenges Marlyn, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta

2. Lynda Juall Carpenito, (1997), Diagnosa Keperawatan Edisi 6, EGC, Jakarta

3. Ngastiyah, (1997), Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta

4. Posted on Maret 14, 2008 by harnawatiaj

5. Anonim. 2004. Osteomielitis.

http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php?

id=&iddtl=554&idktg=3&idobat=&UID=20081103094023124.195.53.98. (3

Maret 2013)

6. Luca Lazzarini, Jon Mader, dan Jason Calhoun. 2004. Journal Osteomyelitis

in Long Bones. http://www.ejbjs.org/cgi/reprint/86/10/2305.pdf. (3 Maret

2013)

7. Sjamsuhidajat.R; De Jong.W, Editor. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi,

Cetakan Pertama, Penerbit EGC; Jakarta.1997. 1058-1064.