Upload
trisna-ulandari
View
485
Download
21
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ubiquinone
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hal yang paling penting dalam kehidupan manusia adalah meningkatkan
perhatian terhadap kesehatan guna mencegah terjadinya malnutrisi (Gizi salah) dan
resiko untuk menjadi gizi kurang. Status gizi menjadi penting karena merupakan
salah satu faktor resiko untuk terjadi kesakitan atau kematian. Status gizi adalah suatu
keadaan keseimbangan antara konsumsi makanan, penyerapan gizi, dan penggunaan
zat-zat gizi tersebut atau keadaan fisiologis akibat adanya ketersediaan zat gizi dalam
tubuh. Status gizi yang baik pada seseorang akan berkontribusi terhadap
kesehatannya dan juga terhadap kemampuan dalam proses pemulihan (Supariasa,
2002).
Salah satu cara untuk menentukan status gizi dapat menggunakan dua metode,
metode secara langsung dan tidak langsung. Metode langsung antara lain melalui
pengukuran anthropometri, biokimia, klinis, dan biofisik. Sedangkan metode tidak
langsung antara lain survey konsumsi makan, statistic vital, dan keadaan ekologi.
Metode yang paling sering digunakan untuk menentukan status gizi adalah
pengukuran anthropometri. Antropometri berasal dari kata anthropos yang berarti
tubuh dan metros bermakna ukuran. Jadi, antropometri adalah ukuran dari tubuh.
Pengertian antropometri dari sudut pandang gizi telah banyak diungkapkan oleh para
ahli, salah satunya adalah Jelliffe (1996) mengungkapkan bahwa: “Nutritional
anthtropometry is measurement of the variations of the physical dimensions and the
gross composition of the human body at different age levels and degree of nutrition”.
Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa antropometri gizi adalah
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi
tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri sangat umum
1
digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan
protein dan energi.
Untuk menjelaskan Body composition atau komposisi tubuh dapat digunakan
dua metode. Metode yang pertama yaitu metode 2 compartement yang dilihat dari
keberadaan lemak dalam tubuh, yakni melihat massa lemak dan non lemak .
Sedangkan pada metode kedua yaitu metode 4 compartement, masa non lemak
dibagi lagi menjadi 3 bagian yaitu protein, total air tubuh, dan tulang. Namun diantara
dua metode tersebut yang paling sering digunakan adalah metode 2 compartment
karena lebih mudah dilakukan dan biayanya cukup terjangkau. Metode 4
compartement dinilai lebih rumit dan biaya yang dikeluarkan cukup mahal karena
mencakup beberapa tes laboratorium.
Seperti yang kita ketahui, tahapan nutritional assessment ada 3 tahapan yaitu
pengumpulan data, evaluasi, dan mengintrepetasikan data. Pada makalah ini akan
dibahas mengenai cara untuk mengevaluasi body composition dan cara
menginterpretasikan hasil dari pengukuran body composition dalam menilai status
gizi seseorang.
B. Rumusan masalah
1. Metode apa sajakah yang dapat digunakan untuk mengukur body
composition?
2. Bagaimana cara mengevaluasi data yang diperoleh dari pengukuran body
composition ?
3. Bagaimana menginterpretasikan data-data yang telah diperoleh dari hasil
pengukuran body composition?
4. Bagaimana hubungan data yang diperoleh dari pengukuran dengan risiko
terkena penyakit?
2
C. Tujuan
Pembuatan makalah ini diharapkan dapat memenuhi tujuan untuk :
1. Mengetahui metode yang digunakan untuk mengukur body composition
2. Mengetahui cara mengevaluasi data yang diperoleh dari pengukuran body
composition
3. Mengetahui cara menginterpretasikan data-data yang telah diperoleh dari
hasil pengukuran body composition.
4. Mengetahui hubungan data yang diperoleh dari pengukuran body
composition dengan risiko terkena penyakit
D. Manfaat
Penulis berharap pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Bagi
mahasiswa khususnya untuk :
1. Mengetahui cara melakukan evaluasi dan interpretasi dari data- data yang
diperoleh dengan antropometri komposisi tubuh.
2. Dengan mengetahui cara evaluasi yang benar, selanjutnya dapat ditentukan
status gizi seseorang.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Komposisi Tubuh
Menurut Gilbert B.Forber (1994) komposisi tubuh adalah jumlah seluruh
dari bagian tubuh. Bagian tubuh terdiri dari adiposa dan massa jaringan bebas
lemak. Adiposa adalah jaringan yang terdiri dari simpanan lemak dalam bentuk
trigliserida. Walaupun kurang aktif dalam proses metabolisme, adiposa
mempunyai peran yang penting dalam metabolisme hormone seperti sintesis
estrogen sete;ah menoupase pada wanita. Simpanan lemak yang utama terdapat
pada lemak bawah kulit dan dalam perut. Jumlah lemak dapat juga
diperhitungkan pada otot dan sekitar organ tertentu, seperti hati dan ginjal.
Sedangkan massa bebas lemak adalah sangat heterogen yaitu terdiri dari tulang,
otot, air ekstra seluler, jaringan syaraf dan semua sel selain adiposa. Willet
(1990) menjelaskan komposisi tubuh manusia seperti dalam tabel berikut ini :
Adiposa
( lemak )
Lean body mass (bebas lemak)
Muscle (otot) Bone (tulang) Cairan ekstra
seluler, dll.
Sumber: Willet W., 1990. Nutritional Epidemiology, Oxford University Press,
hlm.22
Rekomendasi dari komposisi tubuh manusia menurut J. Brochek, et.al adalah
air (62,4%), protein (16,4%), mineral (5,9%), lemak (15,3%), dan massa lemak
bebas (84,7%)
Tubuh terdiri dari dua bagian yang terpisah secara kimiawi yaitu:
lemak tubuh dan massa lemak tubuh bebas. Kemudian juga dikenal sebagai
massa sel tubuh yang terdiri dari otot, bukan otot, jaringan tanpa lemak, dan
rangka. Teknik antropometri secara tidak langsung dapat menilai lemak tubuh
4
dan massa non lemak tubuh dan variasi jumlah serta proporsi yang dapat
digunakan sebagai indeks dari status penilaian gizi (Supariasa 2001).
Lemak t ubuh be r i s i be rbaga i komponen yang be r s i f a t
va r i abe l , yang berbeda untuk setiap individu dari jenis kelamin, tinggi, dan
berat tubuh. Secara rata-rata, lemak tubuh wanita lebih tinggi
dibandingkan pria, yaitu mewakili 26,9% dari total berat badan
dibandingkan 14,7% lemak tubuh pria. Untuk mengetahui body
composition, ada dua pengukuran body composition yaitu:
a. Fat free mass yang terdiri dari pengukuran : Mid-upper-arm circumference,
mid-upper-arm muscle circumference, dan mid-upper-arm muscle area
b. Fat mass yang terdiri dari pengukuran : skinfold thickness, waist-hip
circumference ratio, waist circumference, dan limb fat area.
Tiga metode evaluasi antropometri yang digunakan untuk menaksir komposisi
tubuh antara lain :
1. Two Compartment Model
Two compartment model merupakan metode evaluasi komposisi tubuh yang
penghitungannya berdasarkan jumlah massa lemak (fat mass) dan jumlah massa
non lemak (fat free mass), sehingga dapat dituliskan:
Keterangan : BW = Body Weight atau berat badan (kg)
FM = Fat Mass atau masa lemak (kg)
FFM = Fat Free Mass atau masa non lemak (kg)
2. Three Compartment Model
Three compartment model merupakan metode evaluasi komposisi tubuh yang
menggabungkan 2 Unsur FFM menjadi 1 komponen. Misalnya jika tulang dan
protein digabung, maka:
5
BW = FM + FFM
BW = FM + TBW + S
Keterangan : BW = Body Weight atau Berat Badan (kg)
FM = Fat Mass atau Massa Lemak (kg)
S = Solids (nonaqueous) atau gabungan tulang dan protein
(kg)
3. Four Compartment Model
Four Compartment Model merupakan metode evaluasi komposisi tubuh yang
berdasarkan pada jumlah air (water), tulang (bone), lemak (fat), otot (protein),
dan glikogen yang jumlahnya sangat sedikit, sehingga beratnya dapat diabaian.
Keterangan : BW = Body Weight atau berat badan (kg)
FM = Fat Mass atau masa lemak (kg)
TBW = Total Body Water atau jumlah air (kg)
Protein, bone, glikogen (kg)
Dari ketiga metode tersebut, Two Compartement Model merupakan metode yang
paling sering digunakan karena metode tersebut tidak membutuhkan banyak
variabel untuk menentukan komposisi tubuh seseorang, sehingga perhitungannya
menjadi lebih cepat, mudah, dan relatif murah karena tidak memerlukan tes
laboratorium.
B. Evaluasi Pengukuran Komposisi Tubuh
1. Lingkar Lengan Atas ( LLA ) / Mid Upper Arm Circumference
Lingkar lengan atas merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi,
karena mudah, murah dan cepat. Tidak memerlukan data umur yang terkadang
susah diperoleh. Pengukuran LLA memberikan gambaran tentang keadaan
jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. Perkembangan LILA menurut
Jellife, 1996 adalah sebagai berikut :
6
BW = FM + TBW + Protein + Bone + Glikogen
a. Pada tahun pertama kehidupan : 5,4 cm
b. Pada umur 2-5 tahun : <1,5 cm
Tabel 1: Ambang Batas Pengukuran LLA:
Klasifikasi Batas Ukur
Wanita Usia Subur
KEK < 23,5 cm
Normal 23,5 cm
Bayi Usia 0-30 hari
KEP < 9,5 cm
Normal 9,5 cm
Balita
KEP < 12,5 cm
Normal 12,5 cm
Sumber: Sirajuddin, 2012.
Tabel 2 : Status Gizi Berdasarkan Warna pada Pita Shakir untuk Balita :
Warna pada pita shakir Batas ukur Status gizi
Merah 7,5 - 12,5 cm Malnutrisi tingkat tinggi
Orange 12,6 – 13,5 cm Malnutrisi tingkat sedang
Kuning 13,5 – 17,5 cm Resiko Malnutrisi
Hijau > 17,5 cm Gizi Baik
7
Bila umur tidak diketahui, status gizi dinilai dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan : LLA standar = LLA baku (28,5)
Tabel 3 : Status Gizi Berdasarkan Rumus
Batas Ukur ( % SG ) Status Gizi
> 85% Gizi Baik
70,1 – 85% Gizi Kurang
≤ 70% Gizi Buruk
Sumber : dalam buku Aplication of Clinical Nutrition
Contoh soal :
Ika mempunyai panjang LLA sebesar 26 cm. Tapi umur Ika tidak ada yang
mengetahui. Bagaimanakah status gizi Ika ?
Jawab :
% SG = LLA yang diukur / LLA standar × 100 %
= 26 / 28,5 × 100%
= 26 / 28,5 × 100%
=91,23%
Dari perhitungan tersebut dihasilkan % status gizi sebesar 91,23% sehingga
data diinterpretasikan status gizi Ika adalah gizi baik.
8
% SG = LLA yang diukur / LLA standar × 100 %
Tabel 4 : Standar Baku Lingkar Lengan Atas (LLA) Menurut Umur
Sumber: Pedoman Ringkas Pengukuran Antropometri, hlm. 18
Untuk mengukur LLA digunakan rumus persentil :
Tabel 5 : Nilai standar LLA berdasarkan persentil
9
% median = 100 × observed arm circumference
Median arm circ. for age and sex
Tabel 6 : Kategori Status Kegemukan
Kategori Persentil Status Kegemukan
I
II
III
IV
V
0.0 – 5.0
5.0 – 15.0
15.0 – 85.0
85.0 – 90.0
90.0 – 100.0
Kurus sekali
D bawah normal
Normal
Di atas normal
Kelebihan lemak
Contoh Soal :
Nina berusia 19 tahun. Panjang LLA-nya 200 mm. Bagaimanakah status gizi
Nina berdasarkan rumus persentil ?
Jawab :
% median = 100 × observed arm circumference
Median arm circ. for age and sex
= 100 × 200 / 268
= 20000/268 = 74,62 %
Dari perhitungan tersebut didapat % median Nina sebesar 74,62% sehingga
dapat diinterpretasikan status gizi Nina adalah normal.
10
Grafik LLA untuk Balita berdasarkan Z-score
Interpretasi dari grafik di atas :
Gizi Buruk : < - 3 SD
Gizi Kurang : < -2 SD s/d ≥ -3 SD
Gizi Baik : ≥ -2 SD s/d ≤ +2SD
Overweight : > +2SD s/d ≤ +3SD
Obesitas : > +3SD
11
Selain cara di atas, untuk menentukan LLA bisa juga menggunakan software
yang bernama WHO Antro 2005. Software ini dibuat oleh WHO untuk
memudahkan kita dalam menentukan status gizi seseorang. WHO Antro ini
sekarang digunakan sebagai baku rujukan di Indonesia. Seperti berikut
tampilannya :
Pada umumnya, Pengukuran LILA dilakukan pada kelompok Wanita Usia
Subur (WUS). Menurut Depkes RI (1994) Pengukuran LILA pada kelompok
Wanita Usia Subur (WUS) adalah salah satu cara deteksi dini yang mudah dan
12
dapat dilaksanakan oleh masyarakat awam, untuk mengetahui kelompok
berisiko Kekurangan Energi Kronis (KEK). Wanita usia subur adalah wanita
usia 15-45 tahun. Ambang batas LLA WUS dengan resiko KEK di Indonesia
adalah 23,5 cm. Apabila ukuran LLA kurang 23,5 cm atau dibagian pita LLA
artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK. Pengukuran LILA tidak
dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek
(Supariasa, 2001:48-49).
Pengukuran LLA juga dilakukan pada ibu hamil untuk mengetahui apakah
menderita KEK atau tidak. Bila ukuran Lingkar Lengan Atas (LLA) kurang
dari 23,5 cm maka ibu hamil tersebut dikatakan KEK atau kurang gizi dan
berisiko melahirkan bayi dengan BBLR. Data menunjukkan bahwa sepertiga
(35,65 %) Wanita Usia Subur (WUS) menderita KEK, masalah ini
mengakibatkan pada saat hamil akan menghambat pertumbuhan janin
sehingga menimbulkan resiko pada bayi dengan BBLR (Depkes RI 2002).
Kelebihan pengukuran LLA :
a. Indikator yang baik untuk menilai KEP berat
b. Alat ukur murah, sederhana, sangat ringan, dapat dibuat sendiri, kader
posyandu dapat melakukannya
c. Dapat digunakan oleh orang yang tidak membaca tulis, dengan memberi
kode warna untuk menentukan tingkat keadaan gizi
Kekurangan:
a. Hanya dapat mengidentifikasi anak dengan KEP berat
b. Sulit menemukan ambang batas
c. Sulit untuk melihat pertumbuhan anak 2-5 tahun.
13
2. Lingkar Kepala
Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara
praktis, biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau
peningkatan ukuran kepala. Contoh: hidrosefalus dan mikrosefalus.
Lingkar kepala dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak.
Ukuran otak meningkat secara cepat selama tahun pertama, tetapi besar
lingkar kepala tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi.
Bagaimanapun ukuran otak dan lapisan tulang kepala dan tengkorak dapat
bervariasi sesuai dengan keadaan gizi. Dalam antropometri gizi rasio lingkar
kepala dan lingkar dada cukup berarti dan menentukan KEP pada anak.
Lingkar kepala juga digunakan sebagai informasi tambahan dalam
pengukuran umur.
Pertumbuhan lingkar kepala yang paling pesat adalah pada 6 bulan pertama
kehidupan, yaitu dari 34 cm pada waktu lahir menjadi 44 cm pada umur 6
bulan. Sedangkan pada umur setahun 47 cm, 2 tahun 49 cm, dan dewasa 54
cm. Oleh karena itu, manfaat pengukuran Lingkar Kepala terbatas pada 6
bulan pertama sampai umur 2 tahun karena saat-saat itu pertumbuhan otak
yang pesat.
14
Interpretasi :
Di atas normal = ≥ +2 SD
Normal = > - 2SD s/d + 2 SD
Di bawah normal = ≤ -2 SD
3. Lingkar Perut
Cara lain yang biasa dilakukan untuk memantau resiko kegemukan adalah
dengan mengukur lingkar perut. Ukuran lingkar perut yang baik yaitu tidak
lebih dari 90 cm untuk laki-laki dan tidak lebih dari 80 cm untuk perempuan
(Hartono, 2006).
Pengukuran lingkar perut lebih memberikan arti dibandingkan IMT dalam
menentukan timbunan lemak di dalam rongga perut (obesitas sentral) karena
peningkatan timbunan lemak di perut tercermin dari meningkatnya lingkar
perut.
Pengukuran lingkar perut dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obesitas
abdominal atau sentral. Jenis obesitas ini sangat berpengaruh terhadap kejadian
penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus. Semakin besar lingkar perut
seseorang, resiko terjadinya penyakit jantung pada orang tersebut lebih besar.
Tabel 5: Standar Obesitas sentral berdasarkan Lingkar Perut.
Klasifikasi Laki-laki Wanita
WHO 2000 ≥ 94 cm ≥ 80 cm
Eropa ≥ 102 cm ≥ 88 cm
Asia Pasifik ≥ 90 cm ≥ 80 cm
Sumber: WHO
4. Lingkar Pinggang
Lingkar pinggang adalah antropometri yang digunakan untuk menentukan
obesitas sentral, dan kriteria untuk Asia Pasifik yaitu ≥ 90 cm untuk pria, dan ≥
80 cm untuk wanita. Lingkar pinggang dikatakan sebagai indeks yang berguna
15
untuk menentukan obesitas sentral dan komplikasi metabolic yang terkait.
Lingkar pinggang berkolaborasi kuat dengan obesitas sentral dan risiko
kardiovaskular. Lingkar pinggang terbukti dapat mendeteksi obesitas sentral
dan sindroma metabolik dengan ketepatan yang cukup tinggi dibandingkan
indeks massa tubuh (IMT) dan lingkar panggul. Bila lingkar pinggang dan
kadar trigliserida untuk mendeteksi sindroma metabolic, ditemukan lingkar
pinggang ≥ 90 cm dikombinasikan dengan kadar trigliserida plasma puasa lebih
dari 150 mg/dl dapat mendeteksi sindroma metabolik. Hal ini membuktikan
bahwa pemeriksaan lingkar pinggang dapat digunakan sebagai pemeriksaan uji
saring yang mudah, murah, dan berguna untuk mendeteksi sindroma metabolik.
Selain itu, seorang peneliti dari Swedia menemukan bahwa lingkar pinggang
dapat digunakan untuk mengukur resistensi insulin, dan dapat menjadi indikator
yang baik untuk melihat apakah seseorang beresiko terkena diabetes (Karina,
2010).
Tabel 6 : Pembagian kategori lingkar pinggang mengikuti NHANES
(National Health Assesment and Nutritional Examination Survey)
Jenis kelamin Batas persentil Status Gizi
Laki-laki dewasa ≤ persentil 90 Normal
Perempuan dewasa ≤ persentil 80 Normal
E Remaja ≤ persentil 90 Normal
Remaja ≥ persentil 90 Obesitas
Perempuan dewasa ≥ persentil 80 Obesitas
Laki-laki dewasa ≥ persentl 90 Obesitas
5. WHR (Waist-Hip Ratio) / Rasio Lingkar Pinggang-Pinggul
WHR adalah suatu metode sederhana untuk mengetahui obesitas sentral pada
orang dewasa dengan mengukur distribusi jaringan lemak pada tubuh terutama
bagian pinggang dengan membandingkan antara ukuran lingkar pinggang
16
dibanding dengan lingkar perut. Obesitas sentral dianggap sebagai faktor risiko
yang erat kaitannya dengan penyakit degenerative (Sirajuddin, 2011).
WHR digunakan untuk mengkaji distribusi lemak tubuh dan membantu
mengidentifikasi dua tipe distribusi lemak tubuh yaitu upper body (android/tipe
pada laki-laki) dan lower body (gynoid/ tipe pada wanita). Ambang batas (cut-
off) resiko terhadap penyakit untuk laki-laki (WHR) 1 sedangkan untuk wanita
(WHR) 0,85. WHR digunakan sebagai pengukuran obesitas, yang merupakan
indikator kemungkinan lain kondisi kesehatan yang lebih serius.
Ketika hanya menggunakan lingkar pinggang sebagai pemantau, WHO (1998)
menyarankan agar ambang batas untuk perempuan di Eropa 80 cm dan untuk
laki-laki 94 cm, sedangkan di Asia batas bawah 90 cm pada laki-laki harus
digunakan. Dapat dikatakan kelebihan lemak perut apabila memenuhi :
Jenis Kelamin Ras Kaukasia Ras Asia
Laki – Laki ³ 102 cm > 90 cm
Perempuan ³ 88 cm > 80 cm
Rumus menghitung WHR :
Setelah menghitung nilai dari WHR, guna mengetahui besarnya resiko
seseorang terkena penyakit dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 7 : Resiko Penyakit Berdasarkan Waist-Hip circumference Ratio
(WHR) bagi laki-laki dan wanita
Jenis
Kelamin
Umur Resiko
Rendah Sedang Tinggi Sangat
Tinggi
Laki-laki 20-29 < 0,83 0,83 – 0,88 0,89 – 0,94 > 0,94
17
WHR = Waist or Abdominal Circumference (cm)
Hip Circumference (cm)
30-39
40-49
50-59
60-69
< 0,84
< 0,88
< 0,90
< 0,91
0,84 – 0,91
0,88 – 0,95
0,90 – 0,96
0,91 – 0,98
0,92 – 0,96
0,96 – 0,10
0,97 – 1,02
0,98 – 1,03
> 0,96
> 0,10
> 1,02
> 1,03
Perempuan 20-29
30-39
40-49
50-59
60-69
< 0,71
< 0,72
< 0,73
< 0,74
< 0,76
0,71 – 0,77
0,72 – 0,78
0,73 – 0,79
0,74 – 0,81
0,76 – 0,83
0,78 – 0,82
0,79 – 0,84
0,80 – 0,87
0,82 – 0,88
0,84 – 0,90
> 0,82
> 0,84
> 0,87
> 0,88
> 0,90
Sumber : Sarajuddin 2012
Contoh Soal :
Fania wanita berumur 29 tahun memiliki lingkar pinggang 66 cm, dan lingkar
pinggulnya 77 cm. Bagaimana status gizi wanita tersebut?
Jawab :
WHR = lingkar pingganglingkar pinggul
= 6677
= 0.857
Maka Fania memiliki resiko yang sangat tinggi untuk menderita penyakit
degeneratif.
6. Tebal Lemak Bawah Kulit
a. Menafsirkan Lemak Tubuh pada Area Tunggal
1) Pengukuran Triseps
Triceps merupakan otot besar yang berada di lengan atas pada bagian
belakang. Trisep skinfold merupakan pengukuran lemak pada titik tengah
bagian belakang lengan atas tangan yang jarang digunakan. Tebal lemak
pada triseps ini merupakan suatu area yang sering digunakan untuk
mengestimasi secara tidak langsung ukuran dari tempat penyimpanan lemak
subkutan karena pada area ini dianggap yang paling memprosentasikan
18
lemak tubuh. Anggapan ini sebenarnya tidaklah benar, karena distribusi
lemak subkutan tidak seragam pada seluruh tubuh dan bervariasi pada setiap
jenis kelamin, ras, dan usia. Namun, pengukuran triseps sering digunakan
karena mudah, sopan, dan sesuai dengan etika yang ada di Indonesia.
Berikut persamaan yang digunakan untuk mencari median lemak tubuh
seseorang:
Tabel 8 : Nilai Standar Ketebalan Lipatan Kulit Trisep
Apabila persentil telah diketahui dari tabel di atas, hasilnya dapat
dievaluasi dari tabel klasifikasi antropometri dan evaluasi dari status
kegemukan. Berikut tabelnya :
Tabel 9 : Kategori Status Kegemukan
Category Percentile Fat Status
I
II
0.0 – 5.0
5.0 – 15.0
Kurus sekali
Di bawah normal
19
%median = 100 x ketebalan trisep
medianketebalan trisep berdasarkanumur dan jenis kelamin
III
IV
V
15.0 – 85.0
85.0 – 90.0
90.0 – 100.0
Normal
Di atas normal
Obesitas
Contoh soal :
Danang adalah seorang laki-laki berumur 32 tahun, memiliki tebal trisep 7
mm . Bagaimana status gizi Danu berdasarkan perhitungan trisep tersebut ?
Jawab :
%median = 100 x ketebalan trisep
medianketebalan trisep berdasarkanumur dan jenis kelamin
% median = 100 x 7
12
= 58,33 %
Dari perhitungan tersebut, % median trisep Danang adalah 58,33 %. Maka
apabila diinterpretasikan pada tabel status kegemukan, status gizi Danang
termasuk dalam golongan normal.
2) Pengukuran Subskapular
Scapula merupakan otot di depan tulang belikat menuju taju kecil tulang
pangkal lengan. Pengukuran skinfold subskapular dilakukan di atas sudut
bawah (inferior) scapula kanan. Untuk menghitung perbedaan distribusi
dari lemak subkutan, lemak pada subskapular sering pula digunakan untuk
meningkatkan hasil penaksiran total lemak tubuh dan menyediakan
informasi atas penyebaran lemak tubuh yang nantinya dapat diketahui
hubungan dalam resiko penyakit yang terpapar. Pengukuran subskapular
juga menggunakan rumus yang didasarkan pada persentase median, yaitu:
20
%median = 100 xketebalan supcapular
medianketebalan supcapular berdasarkanumur dan jeniskelamin
Berikut adalah persentil untuk pengukuran subskapular berdasarkan usia pada orang
Amerika :
Setelah mengetahui persentil dari tabel di atas, hasilnya dapat dievaluasi dari tabel
klasifikasi antropometri dan evaluasi dari status kegemukan (Tabel 6).
Contoh Soal :
Ibu Anis berumur 30 tahun memiliki tebal supkapular 15 mm. Bagaimana kita dapat
mengetahui status gizi dari Ibu Anis ?
Jawab :
% median = 100 x ketebalansubskapular
medianketebalan subskapularberdasarkanumur dan jenis ke lamin
= 100 x 15
16
= 93,75 %
Dari hasil perhitungan diketahui bahwa Ibu Anis memiliki persentasi lemak
sebanyak 93,75 % sehingga dapat dinterpretasikan Ibu Anis mengalami obesitas.
21
b. Menafsirkan Lemak Tubuh pada Dua Area
Kombinasi pengukuran skinfold untuk beberapa area yang paling optimal
belum diketahui jelas karena tidak ada satu pun area tubuh yang memiliki
jumlah lemak subkutan yang secara konsisten dapat merepresentasikan
jumlah lemak pada seluruh tubuh. Pada umumnya, dalam studi pada anak-
anak dan dewasa, direkomendasikan untuk mengambil satu hasil
pengukuran lemak di anggota gerak (misalnya triseps) dan satu hasil
pengukuran lemak tubuh (misalnya subskapula).
1) Triseps dan Subskapula
Multiple measurement skinfold yang menggunakan pengukuran
jumlah lemak triseps dan subskapular dengan persamaan persentase
median:
22
% median=100 x (triseps+subskapular)
median triseps+subskapularberdasarkanumur dan jeniskelamin
Setelah mendapatkan hasil dari penghitungan di atas, hasilnya dapat dievaluasi
ke dalam tabel berikut :
Contoh Soal :
Ibu Dian berumur 35 tahun memiliki tebal lemak trisep 15 mm dan subskapular
12 mm. Bagaimana status gizi ibu Dian?
Jawab :
% median=100 x (triseps+subskapular)
median triseps+subskapularberdasarkanumur dan jeniskelamin
% median = 100 x (15+12)
42 = 64.28 %
Ibu Dian tersebut memiliki persentasi lemak 64.28% sehingga dapat di
interpresentasikan Ibu Siska berstatus gizi normal.
Selain itu, untuk menghitung lemak tubuh di dua area, dapat digunakan rumus
sebagai berikut
23
a. Pada Laki-laki 18-27 tahun
b. Pada Wanita 18-23 tahun
Tabel 7: Klasifikasi Standar Pengukuran Tebal Lemak Bawah Kulit:
Klasifikasi Laki-laki Wanita
Kurang < 8 % < 13 %
Optimal 8 – 15 % 14 – 23 %
Tingkat Rendah 16 – 20 % 24 – 27 %
Gemuk 21 – 24 % 28 – 32 %
Sangat gemuk ≥ 25 % ≥ 33 %
Sumber: Sirajudin 2012.
Contoh Soal :
Ali berumur 23 tahun memiliki tebal trisep sebesar 21 mm dan tebal supkapular
sebesar 23 mm. Bagaimanakah status gizi Tuan Ali?
Jawab :
% BF = [(4,97/Db) – 4,52] x 100
Db = 1,0913 – 0,00116 (trisep + scapula)
= 1,0913−¿ 0,00116 (21 + 23)
= 1,0913 – 0,00116 (44)
= 1,0913 – 0,05104
= 1,04026
% BF = [(4,97 / 1,04026) – 4,52] x 100
= [4,77 – 4,52] x 100
24
Db = 1,0913 – 0,00116 (trisep + scapula)
% BF = [(4,97/Db) – 4,52] x 100
Db = 1,0897 – 0,00133 (trisep + scapula)
% BF = [(4,76/Db) – 4,28] x 100
= 0,25× 100
= 25 %
Dari perhitungan diatas diperoleh % BF = 25%. Berdasarkan klasifikasi % BF,
maka Ali termasuk dalam kategori sangat gemuk.
c. Menghitung Lemak Tubuh di Empat Area
Prosedur perhitungan Body Fat dari Pengukuran Skinfold menggunakan persamaan Durnin dan Womersley (Angraeni, 2012) :a. Pilih lalu ukur satu atau empat bagian skinfold. Jika mengukur lebih dari
empat bagian, hasilnya harus dijumlahkan.
b. Menghitung Body Density (D) dengan menggunakan pendekatan
persamaan regresi berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin.
Terdapat di Tabel Equation for Estimating Body Density from the Sum of
Four Skinfold Measurement.
c. Menghitung persentase Body Fat :
% Body Fat = (4,95
D−4,5) x 100
d. Menghitung Total Body Fat yang hasilnya dapat dilihat pada Standar
Total lemak Tubuh
Total body fat (%) = BB (kg ) x % Body Fat
100
e. Menghitung Massa Lemak Bebas
Massa Lemak Bebas = Berat badan (kg) – Body fat (kg)
Tabel 8 : Equation for Estimating Body Density from the Sum of Four Skinfold Measurement.
Age
RangeEqualition for Men
Age
RangeEqualition for Women
17– 19 D = 1,1620 – 0,0630 x (log∑) 17– 19 D = 1,1549 – 0,0678 x (log∑)
20 – 29 D = 1,1631 – 0,0632 x (log∑) 20 – 29 D = 1,1599 – 0,0717 x (log∑)
30 – 39 D = 1,1422 – 0,0544 x (log∑) 30 – 39 D = 1,1423 – 0,0632 x (log∑)
40 – 49 D = 1,1620 – 0,0700 x (log∑) 40 – 49 D = 1,1333 – 0,0612 x (log∑)
25
50 + D = 1,1715 – 0,0779 x (log∑) 50 + D = 1,1339 – 0,0645 x (log∑)
Tabel 9 : Standar Total Lemak Tubuh
Standar Laki - Laki Perempuan
Normal <5 % <8%
Resiko Rendah 6 – 14% 9 - 22%
Resiko Sedang 15% 23%
Resiko Atas Rata – Rata 16 – 24% 24 - 31%
Sangat Resiko >25% >32%
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan :
1. Metode yang digunakan untuk mengukur body composition antara lain single
skinfold measurement, multiple skinfold measurement, WHR, total body fat, dan
limb fat measurement.
2. Cara mengevaluasi data yang diperoleh dari pengukuran body composition
adalah dengan cara menggunakan rumus yang telah di tetapkan.
3. Cara menginterpretasikan hasil yang telah diperoleh dari perhitungan evaluasi
dengan melihat cut off maupun tabel klasifikasi yang telah ditetapkan oleh WHO
ataupun para ahli yang lain, sehingga akan memudahkan kita dalam
menginterpretasikan data.
4. Dari interpretasi yang telah kita peroleh, dapat kita ketahui bagaimana risiko
terhadap penyakit dengan pemeriksaan lebih lanjut.
B. Saran
1. Perlu diberikan pelatihan bagi petugas tentang cara mengevaluasi dan
menginterpretasikan data agar tidak terjadi bias.
2. Perlu perhatian lagi dalam pengambilan data karena jika data yang kita ambil
salah, maka hasil evaluasi dan interpretasi kita juga akan salah.
3. Sebaiknya menggunakan baku rujukan terbaru dalam mengevaluasi dan
menginterpretasikan data, yaitu WHO Antro 2005.
27
Daftar Pustaka
Gibson R.S. 2005. Principles Nutritional Assessment . New Zealand: University
Of Otago.
Supariasa, I Dewa N.; Bakri, Bachyar; Fajar, Ibnu. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Michael J. Gibney, dkk. Gizi kesehatan Masyarakat.jakarta : EGC.
Notoatmodjo, Prof. Dr. Soekidjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta.
Sirajuddin, Saifuddin. 2011. Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi Secara
Biokimia dan Antropometri. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Jelliffe, D. B, 1989. Community Nutritional Asessment. New York: Oxford
University Press.
IK Martha, M. ZenRahfiludin, Wulansari, Ronny Aruben. Vol2No.lTh.2005.
Gambaran Komposisi Tubuh pada Anak Usia 2 - 5 Tahun.
Http://Jurnal.unimus.ac.id
Rospond, Raylene M. 2008. Penilaian Status Nutrisi.
Azrul, Prof. Dr. dr. Azwar MPH. Tubuh Sehat Ideal dari Segi Kesehatan.
Disampaikan pada Seminar Kesehatan Obesitas, Senat Mahasiswa Fakultas
Kesehatan Masyarakat UI, Sabtu, 15 Februari, 2004 di Kampus UI Depok.
Budiman, Iwan. 2008. Validitas Pengukuran Lemak Tubuh yang Menggunakan Skinfold Caliper 2,3,4,7 tempat terhadap Cara Bod Pod. (Online) majour.maranatha.edu/index.php/jurnal-kedokteran/article/.../pdf. Diakses 14 Maret 2013.
WHO. 2008. Waist Circumference and Waist/Hip Circumference. (Online) http://whqlibdoc.who.int/publications/2011/9789241501491_eng.pdf. Diakses 15 Maret 2013.
28
Whoindonesia.healthrepository.org/beatstream/123456789/647/1/The National
Nutrition Strategy for children 0-18 Years (INO CAH 002 SE-04-227524).pdf
Gizi, depkes. 2012. Tubuh ideal sehat.
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/Tubuh-ideal-se.hatpdf.
Diakses tanggal 15 Maret 2013.
dr. Soetjiningsih, SpAK. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Buku Kedokteran EGC :
Jakarta
29