Upload
sofiani-twin-azizah
View
110
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/27/2018 Makalah Munakahat (Nikah)
1/30
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangSecara garis besar hukum syariat terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Hukum Itiqad, yaitu segala hukum yang berkaitan denganpembinaan aqidah yang benar, penanaman keimanan kepada Allah
SWT, keimanan kepada hari akhir, dan segala berita ghaib. Semua
itu disampaikan kepada kita melalui wahyu Tuhan dan kitab-kitab
yang diturunkan-Nya kepada para Nabi dan Rasul.
2. Hukum syara atau hukum amaliah menurut tradisi ualama fiqh,yaitu hukum yang berkaitan dengan perbuatan mukallaf dan segala
tindakannya, tidak dalam ibadah maupun muamalat. Hukum inidimaksudkan dilakukan oleh manusia dalam perbuatan praktis dan
dipedomani dalam segala urusan agama dan dunia secara bersama-
sama. Hukum ini dibagi dua macam dan masing-masing
mempunyai karakter khusus, yaitu sebagai berikut.
a. Hukum ibadah, yaitu hukum yang mengatur interaksi antaramanusia dan Tuhan. Jika seorang manusia melaksanakan
hukum-hukum ibadah dengan baik dan mematuhi perintah-
peritnah Allah, maka bertambah pula kedekatan kepada-Nya. Ia
juga akan selalu mengikuti segala apa yang diwajibkan Allah
kepada para hambanya, seperti shalat, zakat, puasa dan haji.
Hukum ibadah ini adalah hukum asasi yang sudah dimaklumikepastiannya dalam agama.
b. Hukum mualmalat, adalah hukum yang berlaku antara sesamemanusia. Hukum muamalat mengatur segala interaksi dan
komunikasi antar individu satu dengan yang lain, antar
masyarakat terhadap umat dan bangsa lain, seperti jual beli,
sewa-menyewa, gadai, transaksi perjanjian, dan lain-lain.
Hukum ini berarti meliputi segala aktivitas manusia dan segala
tindakannya.
Dari sini tampak bahwa muamalat dalam fiqh Islam dapat dipahami
secara umum menyangkut segala permasalahan yang akan dipelajariseperti pernikahan, talak, persusunan, nafkah, pemberian/hibah, wasiat,
wakaf, dan harta warisan. Semua itu tidak lepas dari sisi hukum yang
mengatur hubungan interaksi hubungan antarindividu dan masyarakat.
Bagian ini ditetapkan ulama ahli fiqh (fuqaha) dalam Islam.
Pada masa kontemporer ini timbul pembagian baru bahwa
hukum0hukum yang berkaitan dengan pernikahan, talak, nafkah,
keturunan, dan lain-lain disebut al-ahwal asy-syakhshiyah (hukum
keluarga, perorangan, dan harta waris) sebagai perbandinagn hukum
madaniyah (mengatur hubungan manusia dalam bidang kekayaan dan
pembelanjaan) dan hukum jinayah (criminal) dengan segala macamnya, di
antaranya berkaitan dengan jiwa, kehormatan, harta, dan agama.
5/27/2018 Makalah Munakahat (Nikah)
2/30
2
Pembandingan baru ini sebagai produk perkembangan ilmu-ilmu
dan bidang-bidangnya, perkembangan pembahasan, studi fiqh, dan
perundang-undangan di era modern yang disebut dengan era berbagi idangilmu dan berbagai jurusan.
Dengan demikian, al-ahwal asy-syakhshiyah dimaksud adalah
segala sesuatu yang berkaitan denagn seseorang sebagai pribadi, seperti
pernikahan. Pernikahan ini sesungguhnya bersifat pribadi, tidak ada
hubungan dengan harta, tidak ada hubungan dengan permusuhan dan tidak
ada hubungand engan Negara, dan seterusnya. Diantaranya adalah hal
yang berkaitan dengan inikah. Talak, masa menunggu (iddah), kembali
nikah (ruju), dan sesamanya.
Termasuk pemahaman al-ahwal asy-syakhsyiyah adalah nasab
(keturunan) dan ahli waris. Misalnya, seseorang berstatus sebagai bapak,
anak, saudara, dan lain-lain. Seseorang berstatus sebagai ahli waris yangberhak menerima harta warisan atau terhalang (mahjub) tidak mendapat
harta warisan. Adapun pemberian (hibah) dan wasiat tidak tampak banyak
masuk dalam al-ahwal asy-syakhshiyah. Keduanya hanya dipersamakan
dengannya karena keduanya tergolong tindakan mandiri dalam harta.
Atau dapat dikatakan bahwa wasiat dan waris adalah sari satu jenis,
karena masing-masing memiliki tambahan serta kematian. Hibah transaksi
kebaikan seeprti wasiat dimaksdukan seperti wasiat dimasukkan ke dalam
wilayah al-ahwal asy-syakhshiyah. Namun yang utama, hibah termasuk
kategori muamalat seperti utang piutang dan pinjam-meminjam.1
B.
Rumusan Masalah1. Apa pengertian nikah ?2. Apa syarat, rukun, dan hukum nikah ?3. Bagaimana cara dan bentuk pernikahan ?4. Apa syarat dan rukun talak ?5. Apa macam-macam dan proses perceraian ?6. Apa saja masalah-masalah perkawinan yang berkembang di
masyarakat ?
C. Tujuan PembahasanTujuan pembahasan dari makalah ini:1. Untuk mengetahui pengertian dari nikah.2. Untuk mengetahui apa saja syarat dan rukun dari nikah dan talak.3. Untuk mengetahui bagaimana cara dan bentuk dari pernikahan.4. Untuk mengetahui apa saja macam-macam dan proses perceraian.5. Untuk mengetahui apa saja masalah-masalah perkawinan yang
berkembang di masyarakat.
1Syaikh Abd. Rahman Taj, Ahkam Al-Ahwal Asy-Syakhshiyah
5/27/2018 Makalah Munakahat (Nikah)
3/30
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian NikahNikah diambil dari bahasa arab yang artinya bisa mengumpulkan,
menggabungkan, menjodohkan, atau bersenggama ( wath'i ). Sedangkan
nikah menurut akad merupakan pengertian yang bersifat majazy,
sementara Imam Safi'i berpendapat nikah hakiki adalah akad. Tarif
pernikahan ialah akadyang menghalalkan pergaulan dan membatasi hak
dan kewajiban serta tolong-menolong antara seorang laki-laki dan seorang
perempuan yang bukan mahram.
Dan arti nikah menurut terminologi (istilah) didefinisikan sebagai
ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri,dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Karena nikah
merupakan sendi pokok pergaulan manusia.
Firman Allah Swt: (
4) Artinya:maka nikahilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi dua,
tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat
berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja. (An-Nisa: 3)Nikah adalah salah satu asa pokok hidup yang paling utama dalam
pergaulan atau masyarakat yang sempurna. Penikahan itu bukan saja
merupakan satu jalan yang amat mulia untuk mengatur kehidupan rumah
tangga dan keturunan, tetapi juga dapat dipandang sebagai satu jalan
menuju pintu perkenalan antara suatu kaum dengan kaum lain, dan
perkenalan itu akan menjadi jalan untuk menyampaikan pertolongan
antara satu dengan lainnya.
Sebenarnya pertalian nikah adalah pertalian yang seteguh-teguhnya
dalam hidup dan kehidupan manusia, bukan saja antara suami istri dan
keturunannya, melainkan antara dua keluarga. Betapa tidak ? dari baiknya
pergaulan antara si istri dengan suaminya, kasih-mengasihi, akanberpindahlah kebaikan itu kepada semua keluarga dari kedua belah
pihaknya, sehingga mereka menjadi satu dalam segala urusan bertolong-
tolongan sesamanya dalam menjalankan kebaikan dan mencegah segala
kejahatan. Selain itu, dengan pernikahan seseorang akan terpelihara dari
kebinasaan hawa nafsunya.
Pernikahan bisa disebut juga sebagai tiang keluarga yang teguh dan
kokoh. Di dalamnya terdapat hak-hak dan kewajiban yang sakral dan
religius. Seseorang merasa adanya tali ikatan suci yang membuat tinggi
sifat kemanusiaannya, yaitu ikatan ruhani dan jiwa yang membuat
ketinggian derajat manusia dan menjadi mulia daripada tingkat
kebinatangan yang hanya menjalin cinta syahwat antara jantan dan betina.
5/27/2018 Makalah Munakahat (Nikah)
4/30
4
Bahkan hubungan pasangan suami istri sesungguhnya adalah ketenangan
jiwa, kasih sayang, dan memandang.
Ghazali menjelaskan beberapa faedah nikah, di antaranya: nikahdapat menyegarkan jiwa, hati menjadi tenang, dan memperkuat ibadahnya.
Jiwa itu bersifat pembosan dan lari dari kebenaran jika bertentangan
dengan karakternya. Bahkan ia menjadi durhaka dan melawan, jika selalu
dibebani secara paksa yang menyalahinya. Akan tetapi, jika ia
disenangkan dengan kenikmatan dan kelezatan disebagian waktu, ia
menjadi kuat dan semangat. Kasih sayang dan bersenang-senang dengan
istri akan menghilangkan rasa sedih dan menghibur hati. Demikian
disampaikan bagi orang yang bertakwa, jiwanya dapat merasakan
kesenangan dengan perbuatan mubah ini (nikah) sebagaimana firman
Allah: Agar ia tenang kepadanya. (QS. Ar-Rum (30): 21)
Demikianlah maksud pernikahan yang sejati dalam islam.
Singkatnya, untuk kemaslahatan dalam rumah tangga dan keturunan, juga
untuk kemaslahatan masyarakat. Oleh sebab itu, syariat islam mengadakan
beberapa peraturan untuk menjaga keselamatan pernikahan ini. Tetapi
belum menerangkan syarat-syarat dan rukunnya, begitu juga kewajiban
dan hak masing-masing antara suami istri, terlebih dahulu akan diuraikan
tujuan pernikahan dalam anggapan yang berlaku dalam kehedak manusia.
Telah berlaku anggapan kebanyakan pemuda dari dahulu sampai sekarang,mereka ingin menikah karena beberapa sebab, di antaranya:
1. Karena mengharapkan harta benda.2. Karena mengharapkan kebangSawanannya.3. Karena ingin melihat kecantikannya.4. Karena agama dan busi pekertinya yang baik.Yang pertama karena harta. Kehendak ini datang baik dari pihak
laki-laki maupun dari pihak perempuan. Misalnya ingin menikah dengan
seorang hartawan, sekalipun dia tahu bahwa pernikahan itu tidak akan
sesuai dengan keadaan dirinya dan kehendak masyarakat, orang yang
mementingkan pernikahan disebabkan harta benda yang diharap-harapnya
atau yang akan dipungutnya. Pandangan ini bukanlah pandangan yangsehat, lebih-lebih kalau hal ini terjadi dari pihak laki-laki, sebab hal itu
sudah tentu akan menjatuhkan dirinya di bawah pengaruh perempuan dari
hartanya. Hal yang demikian adalah berlawanan dengan sunnah alam dan
titah Allah yang menjadikan manusia. Allah telah menerangkan dalam
AL-Quran cara yang sebaik-baiknya bagi aturan kehidupan manusia, yaitu
sebagai berikut:
Firman Allah SWT. :
(
45) Artinya: Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita. (An-
Nisa:34)
5/27/2018 Makalah Munakahat (Nikah)
5/30
5
Yang kedua, karena mengharap kebangSawanannya, berarti
mengharapkan gelar atau pangkat. Ini juga tidak akan memberi faedah
sebagaimana yang diharapkannya, bahkan dia akan bertambah hina dandihinakan, karena kebangSawanan salah seorang di antara suami istri itu
tidak akan berpindah kepada orang lain.
Sabda Rasulullah Saw:
. Artinya: Barang siapa menikahi seorang perempuan karena
kebangSawanannya, niscaya Allah tidak akan menambah
kecuali kehinaan.
Yang ketiga, karena kecantikannya. Menikah karena hal ini sedikit
lebih baik dibandingkan dengan karena harta dan kebangSawanannya,
sebab harta dapat lenyap dengan cepat, tetapi kecantikan seseorang dapatbertahan sampai tua, asal dia jangan bersifat bangga dan sombong karena
kecantikannya itu.
Yang keempat, karena agama dan budi pekerti. Inilah yang patut
dan baik menjadi ukuran untuk pergaulan yang akan kekal, serta dapat
menjadi dasar kerukunan dan kemaslahatan rumah tangga serta semua
keluarga.
Firman Allah SWT.:
( 45) Artinya: Sebab itu maka wanita yang saleh ialah yang taat kepada Allah
lagi memelihara diri sepeninggal suaminya karena Allah telahmemelihara (mereka). (An-Nisa : 34)
Jadi jelaslah bahwa hendaknya agama dan budi pekerti itulah yang
menjadi pokok yang utama untuk pemilihan dalam pernikahan. Dari
keterangan-keterangan di atas, hendaklah wali-wali anak jangan
sembarangan menjodohkan anaknya, sebab kalau tidak kebetulan di jalan
yang benar, sudah tentu dia seolah-olah menghukum atau merusak akhlak
dan jiwa anaknya yang tidak bersalah itu. Pertimbangkanlah lebih dahulu
dengan sedalam-dalamnya antara manfaat dan mudaratnya yang bakal
terjadi di hari kemudian, sebelum mempertalikan suatu pernikahan.
B. Hukum NikahKata hukum memiliki dua makna, yang dimaksud di sini adalah:
Pertama, sifat syara pada sesuatu seperti wajib, haram, makruh dan
sunnah, dan mubbah.
Kedua, buah dan pengaruh yang ditimbulkan sesuatu menurut
syara, seperti jual beli adalah memindahkan pemilikan barang terjual
kepada pembeli dan hukum sewa-menyewa (ijarah) adalah pemilikan
penyewa pada manfaat barang yang disewakan. Demikian juga hukum
perkawinan atau pernikahan berarti penghalalan masing-masing dari
sepasang suami istri untuk bersenang-senang kepada yang lain, kewajiban
suami terhadap mahar dan nafkah terhadap istri, kewajiban istri untuk taat
terhadap suami dan pergaulan yang baik.
5/27/2018 Makalah Munakahat (Nikah)
6/30
6
Dalam tulisan ini dimaksudkan hukum makna yang pertama, yaitu
sifat syara. Maksudnya hukum yang ditetapkan syara apakah ditutut
mengerjakan atau tidak, itulah yang disebut dengan hukum taklifi (hukumpembebanan) menurut ulama ushul fiqh. Menurut ulama Hanafiyah,
hukum nikah itu adakalanya mubah, mandub, wajib, fardu, makruh, dan
haram. Sedangkan ulama mazhab-mazhab lain tidak membedakan antara
wajib dan fardu.
Secara personal hukum nikah berbeda di sebabkan perbedaan
kondisi mukallaf, baik dari segi karakter kemanusiaannya maupun dari
segi kemampuan hartanya. Hukum nikah tidak hanya satu yang berlaku
bagi seluruh mukallaf. Masing-masing mukallaf mempunyai hukum
tersendiri yang spesifik sesuai dengan kondisinya yang spesifik pula, baik
persyaratan harta, fisik, dan atau akhlak.
1. FarduHukum nikah fardu, pada kondisi seseorang yang
mampu biaya wajib nikah, yakni biaya nafkah dan mahar dan
adanya percaya diri bahwa ia mampu menegakkan keadilan
dalam pergaulan dengan istri yakni pergaulan dengan baik.
demikian juga, ia yakin bahwa jika tidak menikah pasti akan
terjadi perbuatan zina, sedangkan puasa yang dianjurkan Nabi
tidak akan mampu menghindarkan dari perbuatan tersebut.
Nabi bersabda:
Artinya: Wahai para pemuda barang siapa di antara
kalian ada kemampuan biaya nikah, maka nikahlah. Barang
siapa yang tidak mamapu hendaknya berpuasalah,
sesungguhnya ia sebagai perisai baginya.
Pada saat seperti di atas,seorang dihukumi fardu untuk
menikah, berdosa meninggalkannya dan maksiat serta
melanggar keharaman. Meninggalkan zina adalah fardu dan
caranya yaitu menikah dengan tidak mengurangi hak seseorang
maka ia menjadi wajib. Menurut kaidah ulama ushul: Sesuatu
yang tidak fardu kecuali dengan mengerjakannya, maka ia
hukumnya fardu juga. Fardu wajib dikerjakan dan haram
ditinggalkan.2. Wajib
Hukum nikah menjadi wajib bagi seseorang yang
memiliki kemampuan biaya nikah, mampu menegakkan
keadilan dalam pergaulan yang baik dengan istri yang
dinikahinya, dan ia mempunyai dugaan kuat akan melakukan
perzinahan apabila tidak menikah. Keadaan seseorang seperti di
atas wajib untuk menikah, tetapi tidak sama dengan kewajiban
pada fardu di atas. Karena dalam fardu, dalilnya pasti atau
yakin (qathi) sebab-sebabnya pun juga pasti. Sedangkan dalam
wajib nikah, dalil dan seba-sebabnya adalah atas dugaan kuat
(zhanni), maka produk hukumnya pun tidak qathi tetapi
5/27/2018 Makalah Munakahat (Nikah)
7/30
7
zhanni.2 Dalam wajib nikah hanya ada unggulan dugaan kuat
(zhann) dan dalilnya wajib bersifat syubhat atau samar. Jadi,
kewajiban nikah pada bagian ini adalah khawatir melakukanzina jika tidak menikah, tetapi tidak sampai ke tingkat yakin.
3. HaramHukum nikah haram bagi seseorang yang tidak
memiliki kemampuan nafkah danyakin akan terjadi
penganiayaan jika menikah. Keharaman nikah ini karena nikah
dijadikan alat mencapai yang haram secara pasti, sesuatu yang
menyampaikan kepada yang haram secara pasti, maka ia
haram juga. Jika sesorang menikahi wanita pasti akan terjadi
penganiayaan dan menyakiti sebab kenakalan laki-laki itu,
seperti melarang hak-hak istri, berkelahi dan menahannya untuk
disakiti, maka menikahnya menjadi haram.Sesungguhnya keharaman nikah pada kondisi tersebut,
karena nikah disyariatkan dalam Islam untuk mencapai
kemaslahatan dunia dan akhirat. Hikmah kemaslahatan ini tidak
tercapai jika tidak tercapai jika nikah dijadikan sarana mencapai
bahaya, kerusakan, dan penganiayaan. Nikah orang tersebut
wajib ditinggalkan dan tidak memasukinya, dengan maksud
melarang perbuatan haram dan inilah alternatif yang paling
utama, yakni harapan meninggalakan nikah.3
4. MakruhNikah makruh bagi seseorang yang dalam kondisi
campuran. Seseorang mempunyai kemampuan harta biaya
nikah dan tidak dikhawatirkan terjadi maksiat zina, tetapi
dikhawatirkan terjadi penganiayaan istri yang tidak sampai ke
tingkat yakin.
Terkadang orang tersebut mempunyai dua kondisi yang
kontradiktif, yakni antara tuntutan dan larangan. Seperti
seseorang dalam kodisi yakin atau diduga kuat akan terjadi
perzinahan jika tidak menikah, berarti ia antara kondisi fardu
dan wajib nikah. Di sisi lain, ia juga diyakini atau diduga kuat
melakukan penganiayaan atau menyakiti istrinya jika ia
menikah. Dalam hal ini, apa yang dilakukan terhadap orangtersebut? Apakah sisi keharaman nikah yang lebih kuat atau sisi
fardu dan wajib nikah?
Pada kondisi seperti di atas, orang tersebut tidak
diperbolehkan menikah agar tidak terjadi penganiayaan dan
kenakalan, karena mempergauli istri dengan buruk tergolong
maksiat yang berkaitan dengan hak hamba. Sedangkan khawatir
atau yakin akan terjadi perbuatan zina tergolong maksiat yang
berkaitan dengan hak hamba. Sedangkan khawatir atau yakin
2
Abi Zahrah, Al-Ahwal Asy-Syakhshiyah, Qismu Az-Zawaj, hlm. 21.3M. Anis Ubadah, Nizham Al-Usrah fi Asy-Syariah Al-Islamiyah, hlm. 45
5/27/2018 Makalah Munakahat (Nikah)
8/30
8
akan terjadi perbuatan zina tergolong maksiat yang berkaitan
dengan hak Allah. Hak hamba di dahulukan jika bertentangan
dengan hak Allah murni. Kami maksdukan di sini, bahwa jikaseseorang dikhawatirkan berselingkuh atau bermaksiat dengan
berzina jika tidak menikah dan di sisi lain dikhawatirkan
mempergauli istri dengan buruk jika menikah. Di sini terdapat
dua kekhawatiran yang sama, maka yang uatam adalah lebih
baik tidak menikah4 karena khawatir terjadi maksiat
penganiayaan terhadap istri.
Analisis di atas lebih kuat karena maksiat penganiayaan
tidak ada obat atau jalan untuk mencari keselamatan.
Sedangkan meyakini akan terjadinya perselingkuhan dan hanya
merasa khawatir, ada tetapi yang mengobatinya seperti
petunjuk Nabi SAW dalam haditsnya tentang perintah menikagbagi orang yang ada kemampuan biaya nikah. Jika tidak ada
kemampuan, diperintahkan berpuasa. Dalam kondisi seperti ini,
seseorang diperintahkan berpuasa agar menjadi tetapi baginya,
di mana berpuasa dapat mematahkan syahwat. Dikarenakan
dengan lapar ini keringat menjadi kering, darah menjadi minim,
dan kecintaan seksual menjadi berkurang, Nabi SAW bersabda:
Sesungguhnya setan berjalan bersama aliran darah diseluruh
urat anak Adam, maka persempitlah tempat alirannya dengan
lapar.5 Tidak ada asumsi bahwa diperbolehkan berzina bagi
seseorang dalam kondisi seperti di atas dan hal ini tidak
mungkin pernah terlintas dalam hati seorang ahli syariah. Hal
tersebut dimaksudkan mencegah kejahatannya terhadap istri
dan melemahkannya agar memelihara dirinya dengan cara
berpuasa sebagaimana sabda Nabi SAW bahwa berpuasa itu
sebagai perisai baginya dan lain-lain.
5. Fardu, Mandub, dan MubahSeseorang dalam kondisi normal, artinya memiliki
harta, tidak khawatir dirinya melakukan maksiat zina sekalipun
membujang lama dan tidak dikhawatirkan berbuat jahat
terhadap istri. Para ulama dalam hal ini berbeda pendapat
tentang hukum nikahnya:Pendapat pertama, fardu menurut kaum Zhahriyah,
dengan alasan:
Pertama, zhahirnya teks-teks ayat maupun hadis
mengenai perintah nikah seperti firman Allah SWT.: ( 43)
4
M. Muhyi Ad-Din Abd Al-Hamid, Bitasharruf min Al-Ahwal Asy-Syakhshirah, hlm. 395Nizham Al-Authar, juz 6, hlm 7
5/27/2018 Makalah Munakahat (Nikah)
9/30
9
Artinya: Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu,
dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba
sahayamu yang lelaki san hamba-hamba sahayamu yangperempuan. (QS. An-Nur (24): 32)
Dan hadis Nabi SAW: Wahai para pemuda, siapa yang
mampu di antara kalian akan biaya nikah, hendaklah
menikah
Allah dan Rasul-Nya memerintahkan menikah dan lahirnya
perintah menunjukkan wajib. Pendapat ini diperkuat dengan praktik Nabi
SAW dan para sahabat yang melakukannya dan tidak ada yang
memutuskannya. Andaikata mandub atau sunnah tentu ada yang
meninggalkannya.6
Kedua, Nabi SAW melarang beberapa sahabat yang membujang
dan tidak menikah secara berlebih-lebihan. Sebagaimana dalam hadisshahih Al-Bukhari dan Muslim. Bahwa ada tiga golongan datang ke rumah
para istri Nabi SAW seraya bertanya tentang ibadah mereka. mereka
berkata: Di mana posisi kita dari Nabi SAW padahal beliau telah
diampuni segala dosa yang telah lalu maupun yang akan datang? Salah
satu di antara mereka berkata: Adapun aku sungguh akan melaksanakan
shalat malam selamanya. Berkata yang lain: Saya akan berpuasa
sepanjang masa dan tidak berbuka. Dan berkata yang lain: Saya akan
menjauhi wanita dan tidak akan menikah selamanya. Datanglah
Rasulullah SAW dan bersabda:
Artinya: Kalian yang berkata begini dan begini. Demi Allah
sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut di antara
kalian kepada Allah dan yang paling taqwa kepada-Nya, tetapi
aku berpuasa dan berbuka, shalat, tidur dan mengawini beberapa
istri. Barangsiapa yang benci sunnahku maka tidak tergolong
mengikuti petunjukku.
Dalam hadis di atas Rasulullah SAW menolak kemauan sebagai
sahabat dengan penolakan yang kuat sampai beliau lepas tenggung jawab.
Hal ini menunjukkan bahwa Nabi SAW melarang membujang. Larangan
membujang menunjukkan haram karena meninggalkan yang wajib
(menikah). Dalil inilah yang menunjukkan kewajiban menikah.Ketiga, seseorang, walaupun dalam keadaan normal atau tidak akan
melakukan maksiat zina. Akan tetapi yang menjadi wajib adalah berhati-
hati terhadap dirinya dan memeliharanya dengan menikah. Nikah ini
dituntu dengan tuntutan yang kuat seperti melihat aurat wanita lain
hukumnya haram, karena terkadang mendatangkan perbuatan zina dan
mendorong nafsu untuk mencarinya. Dalam hal ini hukumnya sama, yaitu
fardu atau wajib.7
6
Abi Zahrah, Al-Ahwal Asy-Syakhsiyah, Qismu Az-Zawaj, hlm. 237Abi Zahrah, Al-Ahwal Asy-Syakhshiyah, Qism Az-Zawaj, hlm 23
5/27/2018 Makalah Munakahat (Nikah)
10/30
10
C. Rukun NikahRukun adalah bagian dari hakikat sesuatu. Rukun termasuk dalam
substansinya. Adanya sesuatu itu karena adanya rukun dan tidak adanyakerena tidak ada rukun.
Rukun nikah di antaranya :
1. Sigat (akad), yaitu perkataan dari pihak wali perempuan ataugabungan ijab salah satu dari dua pembicara seta penerimaan
yang lain. Ijab dan qabul yang mempunyai keterkaitan satu
dengan yang lain. Keduanya mempunyai arti membantu
maksud berdua dan menunjukkan tercapainya ridha secara
batin.8 Maksud ijab dalam akad nikah seperti ijab dalam
berbagai transaksi lain, yaitu pernyataan yang keluar dari salah
satu pihak yang mengadakan akad atau transaksi, baik berupa
kata-kata, tulisan, atau isyarat yang mengungkapkan adanyakeinginan terjadinya akad, baik salah satunya dari pihak suami
atau dari pihak istri. Sedangkan qabuladalah pernyataan yang
datang dari pihak kedua baik berupa kata-kata, tulisan, atau
isyarat yang mengungkapkan persetujuan dan ridhanya. Seperti
kata wali, Saya nikahkan engkau dengan anak saya
bernama9 Jawab mempelai laki-laki, saya terima
menikahi10 boleh juga didahului oleh perkataan dari pihak
mempelai, seperti: Nikahkanlah saya dengan anakmu. Jawab
wali, Saya nikahkan engkau dengan anak saya karena
maksudnya sama. Tidak sah nikah kecuali dengan lafadz nikah,
tazwij, atau terjemahan dari keduanya.
Sabda Rasulullah Saw.:
Artinya: Takutlah kepada Allah dalam urusan perempuan.
Sesungguhnya kamu ambil mereka dengan kepercayaan Allah,
dan kamu halalkan kehormatan mereka dengan kalimat Allah.
(Riwayat Muslim)
Yang dimaksud dengan kalimat Allah dalam hadits ialah Al-
Quran, dan dalam Al-Quran tidak disebutkan selain dua kalimat
itu (nikah dan tazwij), maka harus dituruti agar tidak salah.
Pendapat yang lain mengatakan bahwa akad sah dengan lafadztersebut, karena asal lafadz akad tersebut maqul makna, tidak
semata-mata taabudi.
2. Calon suami, syarat-syaratnya ialah: beragama islam, laki-laki,jelas orangnya, dapat memberi persetujuan, dan tidak terdapat
halangan perkawinan.
3. Calon istri. Syaratnya ialah: Beragama islam, perempuan, jelasorangnya, dapat dimintaik persetujuannya, tidak terdapat
halangan perkawinan.
8Abd Ar-Rahman Taj, Ahkam Al-Ahwal Asy-Syakhsiyah, hlm 16
9
Hedaklah disebutkan nama pengantin perempuan itu.10Hedaklah disebutkan nama pengantin perempuan itu.
5/27/2018 Makalah Munakahat (Nikah)
11/30
11
4. Wali nikah. Syaratnya ialah: Laki-laki, dewasa, mempunyai hakperwakilan, dan tidak terdapat halangan perkawinan.
5. Saksi nikah. Syaratnya ialah: minimal dua orang laki-laki, hadirdalam ijab kabul, dapat mengerti maksud akad, islam dan
dewasa.
Sabda Nabi Muhammad Saw:
Artinya: Tidak sah pernikahan kecuali dengan hadirnya
wali(pihak wanita) dan dua saksi serta mahar (mas kawin)
sedikit maupun banyak. (HR.At Thabrani).11
a. Cara dan Bentuk PernikahanMenurut hukum Islam, praktik Nikah ada tiga perkara:
1. Nikah yang sah ialah: pelaksanaan akad nikah secara benarmenurut tata cara yang diatur dalam kitab fiqih penikahan, danmengetahui ilmunya. Nikahnya seperti ini mendapat pahal dari
Allah SWT.
2. Nikah yang sah tetapi haram ialah: pelaksanaan akad nikahsecara benar sesuai tata cara yang diatur dalam kitab fiqih
pernikahan tetapi tidak mengetahui ilmunya. Praktik nikah
seperti ini jelas berdosa.
3. Nikah yang tidak sah dan haram ialah: pelaksanaan akad nikahyang tidak sesuai tata cara yang diatur dalam kitab fiqih
pernikahan, karena tidak mengetahui ilmunya dan praktiknya
juga salah. Selain tidak benar praktik nikah seperti ini
mengakibatkan berdosa.12
b. Nikahnya Orang BisuOrang yang bisu ketika hendak menikahkan putrinya dapat
membuat pernyataan tertulis yang isinya mewakilkan akad nikah (ijab)
kepada wali hakim atau wali yang agak jauh untuk menikahkan
putrinya.Apabila orang bisu yang mau menikah maka kabulnya dengan
isyarat yang bisa dipahami secara pasti oleh wali dan saksi serta
menandatangani pernyataan tertulis tentang kabulnya tersebut.
Aturannya sama dengan akad jual beli, bahkan jual-beli orang bisu
dianggap sah apabila dapat dimengerti dengan pasti oleh mitra
bisnisnya.Orang bisu juga bisa mewakilkan kabulnya itu kepada prialain yang dapat dipercaya dengan cara tertulis.13
c. Suami-Istri Non Muslim Masuk IslamMenurut contoh yang terjadi mapa zaman Rasulullah SAW,
dimana para sahabat nabi yang sebelum islam telah bersuami-istri, pada
waktu mereka sudah menjadi muslim tidak ada yang diulangi nikahnya.
Artinya, suami-istri nonmuslim yang bersama-sama masuk islam tidak
perlu dinikahkan lagi. Demikian juga suami-istrimuslim yang murtad
dan kemudian masuk islam lagi.
11Ensiklopedi Walimah, M.Mufti Mubarak,hlm 18.
12
Syaikh min ahli as-Syariah wa at-Thariqah wa al Haqiqah, Tabyin al Ishlah li Muridi an-Nikah13Drs.K.H.Miftah Faridul, 150 masalah nikah dan keluarga,hlm,32
5/27/2018 Makalah Munakahat (Nikah)
12/30
12
Yang perlu dilakukan oleh mereka adalah tobatan-nasuhah,
yaitu bertobat dengan sungguh-sungguh kembali ke jalan yang hak,
berhenti dari perbuatan-perbuatan yang melanggar aturan Allah SWT,menyesal atas pebuatan-perbuatan dosa yang telah dilakukan, berjanji
untuk tidak mengulangi lagi dosa-dosa tersebut, serta memperbanyak
amal kebajikan.14
D. Talak , , ,, , , , 15
Sesuatu yang tidak ada keraguan, bahwa Islam mengatur kehidupan
keluarga. Rumah dipandang sebagai tempat tinggal. Didalamnya di dalam
naunagannya segala jiwa bertemu yang didasari kecintaan, kasih sayang,
menutup kekurangan, keindahan, pemeliharaan, dan kesucian. Dalam
pertahanannyalah anak-anak hidup dan berkembang menjadi remaja dan
dewasa. Dari situlah kekal keterpaduan kasinh sayang dan tanggungjawab.
Dalam buku lain dikatakan bahwa talak ialah Talak berasal darikata ithalaq yang berarti melepaskan atau meninggalakan. Dalam istilah
agama, talak berarti melepaskan ikatan perkawinan atau bubarnya
hubungan perkawinan. 16
1. Talak merupakan perbuatan makruhLanggengnya kehidupan perkawinan merupakan suatu tujuan
yang sangat diinginkan oleh islam. Akad nikah bertujuan untuk
selamanya dan seterusnya hingga meninggal dunia agar suami istri
bersama-sama dapat mewujudkan rumah tangga tempat berlindung,
menikmati naungan kasih sayang, dan dapat memelihara anak-
anaknya dalam pertumbuhan yang baik. Karena itu, dikatakan
bahwa ikatan antara suami istri adalah ikatan paling suci dan palingkokoh. Tidak ada suatu dalil yang lebih jelas menunjukkan tentang
sifat kesuciannya yang demikian agung itu selain dari Allah sendiri
yang menamakan ikatan perjanjian antara suami istri dengan
mitsaqun ghalizhun (perjanjian yang kokoh).
14Ibid, hlm 80
15
, , 16Fiqih sannah,jilid 3, pengantar imam hasan al-banna
5/27/2018 Makalah Munakahat (Nikah)
13/30
13
Allah berfirman:
( 32)
...Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu
perjanjian yang kuat. (An-Nisa [4] : (21)
Jika ikatan suami dan istri sedemikian itu kuatnya, tidak
sepatutnya dirusak dan disepelekan. Setiap usaha untuk
menyepelekan hubungan perkawinan dan mengabaikannya sangat
dibenci oleh islam karena ia merusak kebaikan dan menghilangkan
kemaslahatan antara suami istri.
) ) Artinya:Perbuatan halal yang sangat dibenci Allah Azza wajalla ialah talak. (HR. Abu Dawud dan hakim yang disohihkan
olehnya).
Siapa saja yang mau merusak hubungan suami istri, islam
memandangnya keluar dari islam dan tidak mempunyai tempat
terhormat dalam islam.
Rasulullah SAW bersabda: : Artinya:Tidak termasuk golongan kami orang yang merusak
hubungan seorang perempuan dari suaminya.
Istri yang meminta cerai tanpa sebab dan alasan yang benar,
diharamkan baginya mencium bau surga. : ))
Artinya:Tsauban berkata bahwa rasulullah SAW bersabda,
perempuan mana saja yang meminta cerai kepada suaminya tanpa
suatu sebab maka haram baginya mencium bau surga. (HR.
Ashhabus Sunan dan di sahkan oleh Tirmidzi)17Islam mengatur keluarga dengan segala perlindungan dan
pertanggungan syariatnya. Islam juga mengatur hubungan lain jenis
yang didasarkan pada perasaan yang tinggi, yakni pertemuan dua
tubuh, dua jiwa, dua hati, dan dua ruh. Dalam bahasa umum,
pertemuan dua insan yang diikat dengan kehidupan bersama dan
masa depan bersama untuk menggapai keturunan yang tinggi dan
menyongsong generasi baru. Tugas ini hanya dapat dilakukan oleh
dua orangtua secara bersama yang tidak dapat dipisahkan.
17Fiqih Sunnah jilid 3 Imam Hasan Al-Banna, hlm 136
5/27/2018 Makalah Munakahat (Nikah)
14/30
14
Yang pokok dalam hubungan keluarga itu adalah
ketengangan, ketentraman dan konstinuitas. Islam mengatur
hubungan ini dengan segala perlindungannya yang menjaminketentraman dan kontinuitas tersebut sehingga mencapai tigkatan
taat yang tinggi. Untuk mencapai tujuan ini Islam membantu uang
negara yang diberikan kepada fakir miskin. Islam mewajibkan adab
yang melarang pamer perhiasan dan fitnah, agar hati menjadi
tenang dan tidak tergoyahkan oleh fitnah dan perhiasan di pasar-
pasar. Islam juga mewajibkan hukum bagi yang berzina dan
penuduh zina. Islam menjadikan rumah sebagai tempat kehormatan
dengan meminta izin antara penghuninya. Islam mengatur
hubungan antara suami istri dengan syariat terbatas dan
menegakkan peraturan rumah tangga atas kepemimpinan salah
satunya, yakni suami. Karena ialah yang lebih mampu memimpin,mampu melerai dari segala keguncangan didasarkan pada
bimbingan kasih sayang dan takwa kepada Allah.
Akan tetapi, realita kehidupan manusia membuktikan banyak
hal yang menjadikan rumah tngga hancur (broken home) sekalipun
banyak pengarahan dan bimbingan, yakni kepada kondisi yang
harus dihadapi secara praktis. Suatu kenyataan yang harus diakui
dan tidak dapat diingkari ketika terjadi kehancuran rumah tangga
dan mempertahankannya pun suatu perbuatan yang sia-sia dant
idak berdasar. Islam tidak segera mendamaikan hubungan ini, tidak
membiarkannya begitu saja tanpa ada usaha.
Islam membisikkan kepada kaum laki-laki, Allah SWT.
berfirman:
( (2 Artinya: Dan hendaklah pergauli mereka dengan cara yang
baik, jik engkau tidak menyukai mereka maka boleh jadi engkau
tidak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan kebaikan yangbanyak padanya. (QS. An-Nisa (4): 19)
Islam mengarahkan mereka agar tetap bertahan dan sabar
sampai dalam keadaan yang tidak ia sukai dan Allah membukakan
bagi mereka jendela yang tidak jelas tersebut, yang ditegaskan
dalam firman-Nya, yakni Boleh jadi engkau membenci sesuatu
padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya.
Mereka tidak bahwa pada wanita yang tidak disukai tersebut
terdapat kebaikan dan Allah menyimpan kebaikan ini bagi mereka,
maka tidak boleh melalaikannya. Bahkan lebih dalam daripada ini,
yakni dalam menghidupkan perasaan kasih sayang dan
menundukkan perasaan kecil serta mematikan kejahatan.
5/27/2018 Makalah Munakahat (Nikah)
15/30
15
Jikalau permasalahan cinta dan tidak cinta sudah dipindahkan
kepada pembangkangan dan lari menjauh, langkah awal yang
ditunjukkan Islam bukan talak. Akant etapi, harus ada langkahusaha yang dilakukan pihak lain dan pertolongan yang dilakukan
oleh orang baik-baik. Sebagaimana firman Allah SWT: (
(46 Artinya: Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan
antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-
laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang
hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah
memberi taufik kepada suami-istri itu. Sesungguhnya Allah MahaMengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. An-Nisa (4): 35)
( 231)
Artinya: Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau
sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi
keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan
perdamaian itu lebih baik (bagi mereka). (QS. An-Nisa (4): 128)Jika jalan penengah ini tidak didapatkan hasil,
permasalahannya menjadi sangat kritis, kehidupan rumah tangga
sudah tidak normal, tidak ada ketenangan dan ketentraman, dan
mempertahankan rumah tangga seperti ini sia-sia. Pelajaran yang
diterima adalah mengakhiri kehidupan rumah tangga sekalipun
dibenci Islam, yakni talak; Sesungguhnya halal yang paling dibenci
Allah adalah talak.18
Jika seseorang menghendaki talak, tidak boleh disembarang
waktu. Sunnahnya talak dijatuhkan dalam keadaan suci dan ketika
tidak dipergauli dahulu. Dengan ditangguhkannya, ia dapat
melepas kebuntuan sejenak setelah emosi dan marah. Ditengah-
tengah masa ini terkadang terjadi perubahan jiwa serta ketengan
hati dan Allah mendamaikan antara dua manusia yang berseteru
sehingga tidak terjadi talak.
Setelah itu ada lagi masa Iddah tiga kali suci bagi yang
menstruasi, tiga bulan bagi yang menopause (tidak menstruasi lagi)
dan masa kehamilan bagi yang hamil. Ditengah-tengah masa ini
ada kesempatan introspeksi, jika tumbuh cinta dan kasih sayang di
hati, tali pernikahan tidak akan terputus.
18Prof. Dr. Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Muhakahat, hlm. 253
5/27/2018 Makalah Munakahat (Nikah)
16/30
16
Akan tetapi, semua usaha ini tidak berarti melenyapkan
bahwa di sana tidak terjadi pemisahan. Ada kondisi-kondisi yang
harus dihadapi syariat secara praktis dan realistis. Syriat mengaturdan menertibkan posisinya serta memberikan tetapi pengaruh-
pangaruhnya. Hukum fiqh Islam secara terperinci menunjukkan
realita agam Islam dalam memberikan terapi atas problema hidup
dan memberikan motivasi untuk maju dan meninggikan
kehidupannya.
Tidak halal bagi laki-laki meminta kembali mahar atau
nafkah yangtelah diberikan kepada sang istri di tengah-tengah
kehidupan rumah tangga sebagai konsesi terhadap pelepasan istri
yang tidak layak hidup bersama. Kecuali jika sang istri yang tidak
menyukai suami atau tidak mampu bergaul dengan baik karena
sebab khusus yang dirasakannya secara pribadi. Istri tidak sukaatau lari dari suami yang menggiringnya untuk melakukan
pelanggaran-pelanggaran hukum Allah, istri tidak dapat bergaul
baik dengan suami, tidak dapat memelihara dirinya dan tidak dapat
memelihara etika. Dalam kondisi ini boleh memohon cerai kepada
suami dan mengganti penghancuran rumah tangga yang tanpa
sebab, yang disengaja ini dengan mengembalikan mahar dan
nafkah secara keseluruhan atau sebagian untuk memelihara dirinya
dari maksiat, pelanggaran hukum-hukum Allah, dan menganiaya
diri sendiri. Demikian Islam memelihara segala kondisi yang
terjadi dan tidak membiarkan istri dalam kehidupan yang merana,
satu didi segala yang dikorbankan suami tidak disia-siakan tanpa
sengaja dengan cara khulu, di mana wanita membeli kebebasan
dirinya dengan memberikan tebusan.
Tarif talak menurut bahasa Arab adalah melepaskan
ikatan. Yang dimaksud di sini ialah melepaskan atau
membebaskan ikatan pernikahan.19 Misalnya, naqah thaliq (unta
yang terlepas tanpa ikatan). Menurut syara, melepas tali nikah
dengan lafal talak atau sesamanya. Menurut Imam Nawawi dalam
bukunya Tadzhib, talak adalah tindakan orang terkuasai terhadap
suami yang terjadi tanpa sebab kemudian memutuskan nikah.
Definisi pertama lebih baik, karena secara lahir ada relevansi antaramakna secara etimologi dan syari sedangkan definisi kedua
relevansinya jauh.20
Lafal talak telah ada sejak zaman Jahiliah. Syara datang
untuk menguatkannya bukan secara spesifik atas umat ini.21
Penduduk Jahiliah menggunakannya ketika melepas tanggungan,
tetapi dibatasi tiga kali. Hadits diriwayatkan dari Urwah bin Zubair
ra. berkata: Dulunya menusia menalak istrinya tanpa batas dan
bilangan. Seseorang yang menalak istri, ketika mendekati habis
19H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, hlm. 401
20
Prof. Dr. Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Munakahat, hlm. 25521Prof. Dr. Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Muhakahat, hlm. 255
5/27/2018 Makalah Munakahat (Nikah)
17/30
17
masa menunggu, ia kembali kemudian menalak lagi begitu
seterusnya, kemudian kembali lagi dengan maksud menyakiti
wanita, maka turunlah ayat:
( 33) Artinya: Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. (QS. Al-
Baqarah (2): 229)
Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki pada zaman Jahiliah
menalak istrinya kemudian kembali sebelum habis masa
menunggu. Andaikata wanita ditalak seribu kali kekuasaan suami
untuk kembali masih tetap ada. Maka datanglah seorang wanita
kepada Aisyah ra. mengadu bahwa suamiya menalaknya dan
kembali tetapi kemudian menyakitinya. Aisyah melaporkan hal
tersebut kepada Rasulullah SAW, maka turunlah firman Allah:
( 33) Artinya: (yang dapat dirujuki) dua kali (QS. Al-Baqarah (2):
229)
Dari uraian-uraian yang lalu telah dijelaskan bahwa tujuan
pernikah itu ialah:
1. Untuk hidup dalam pergaulan yang sempurna.2. Suatu jalan yang amat mulia untuk mengatur rumah tangga dan
keturunan.
3. Sebagai suatu tali yang amat teguh guna memperkokoh talipersaudaraan antara kaum kerabat laki-laki (suami) dengan
kaum kerabat perempuan (istri) sehingga pertalian itu akan
menjadi suatu jalan yang membawa satu kaum (golongan)
untuk tolong menolong dengan kaum yang lainnya.
Apabila pergaulan kedua suami istri tidak dapat mencapai
tujuan-tujuan tersebut, maka hal itu akan mengakibatkan
berpiahnya dua keluarga. Karena tidak adanya kesepakatan suami
istri, maka dengan keadilan Allah SWT. dibukakan-Nya suatu jalan
keluar dari segala kesuakaran itu, yaitu pintu perceraian. Mudah-
mudahan dengan adanya jalan itu terjadilah ketertiban dan
ketentraman antara kedua belah pihak, dan supaya masing-masingdapat mencari pasangan yang cocok yang dapat mencapai apa yang
di cita-citakan.
Apalagi bila perselisihan suami istri itu menimbulkan
permusuhan, menanam bibit kebencian antara keduanya atau
terhadap kaum kerabat mereka, sehingga tidak ada jalan lain,
sedangkan ikhtiyar untuk perdamaian tidak dapat disambung lagi,
maka talak (perceraian) itulah jalan satu-satunya yang menjadi
pemisah antara mereka; sebab menurut asalnya hukum talak itu
makruh adanya, berdasarkan hadits Nabi Muhammad Saw berikut
ini:
5/27/2018 Makalah Munakahat (Nikah)
18/30
18
Artinya: Dari Ibnu Umar. Ia berkata bahwa Rasulullah Saw
telah bersabda bahwa, sesuatu yang halal yang amat dibenci Allah
ialah talak. (Riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah)Oleh karena itu, itu menilik kemaslahatan atau
kemudaratannya, maka hukum talak ada empat:
1. Wajib. Apabila terjadi perselisihan antara suami istri,sedangkan dua hakim yang mengurus perkara keduanya sudah
memandang perlu supaya keduanya bercerai.
2. Sunnat. Apabila suami tidak samnggup lagi membayar danmencukupi kewajibannya (nafkahnya), atau perempuan tidak
menjaga kehormatan dirinya.
Artinya: Seorang laki-laki telah datang kepada Nabi Saw Dia
berkata, Istriku tidak menolak tangan orang yangmenyentuhnya. Jawab Rasulullah Saw,Hendaklah engkau
ceraikan saja perempuan itu. (Muhazzab, Juz II hlm.78)
3. Haram (bidah) dalam dua keadaan. Pertama, menjatuhkantalak sewaktu si istri dalam keadaan haid. Kedua,menjatuhkan
talak sewaktu talak yang telah dicampurinya dalam waktu suci
itu. Sabda Rasulullah SAW:
Artinya: Suruhlah olehmu anakmu supaya dia rujuk(kembali)
kepada istrinya itu, kemudian hendaklah dia teruskan
pernikahan itu sehingga ia suci dari haid, kemudian ia haid
kembali, kemudian suci pula dari haid yang kedua itu.
Kemudian jika menghendaki, boleh ia teruskan pernikahn
sebagaimana yang lalu; atau jika menghendaki ceraikan ia
sebelum dicampuri. Demikian iddah yang diperintahkan Allah
supaya perempuan ditalak ketika itu. (Riwayat sepakat ahli
hadits)
4. Makruh,yaitu hukum asal dari talak yang tersebut di atas.E. Syarat Talak
Kita mulai pembicaraan rukun pertama, yaitu perceraian (suami
yang menceraikan). Perceraian merupakan tindakan kehendak yang
berpengaruh dalam hukum syara. Oelh karena itu, pencerai dapat diterimaapabila memenuhi beberapa persyaratan, yaitu sebagaimana berikut.
1. MukallafUlama sepakat bahwa suami yang diperbolehkan
menceraikan istrinya dan talknya diterima apabila ia berakal,
baligh (minimal sampai usia belasan tahun), dan berdasarkan
pilihan sendiri.
Maksudnya mukallaf adalah berakal dan baligh. Tidak
sah talak seorang suami yang masih kecil, gila, mabuk dan
tidur, baik talak menggunakan kalimat yang tegas maupun
bergantung. Seperti perkataan anak kecil: Jika aku baligh
istriku tercerai, atau orang gila berkata: Jika aku sadar engkau
5/27/2018 Makalah Munakahat (Nikah)
19/30
19
tercerai. Perceraian tidak terjadi sekalipun anak kecil menjadi
baligh dan yang gila sudah sadar. Jika talk mereka diterima atau
dianggap sah maka kita menerima perkataan mereka yang samasekali tidak sah. Adapun talaknya orang bodoh dan orang sakit
sah sekalipun bercanda. Sedangkan talaknya orang minum obat
atau dipaksa minum khamr tidak sah hukumnya.
Ringkasnya, sesungguhya talak diterima manakala
dilakukan oleh ahli talak, yaitu berakal, baligh, dan pilihan
sendiri sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Ashhab As-
Sunnahdari Ali ra. dari Nabi Saw bersabda:
Artinya: Terangkat pena dari tiga orang: Orang tidur
sehingga bangun, anak kecil sampai bermimpi keluar air
sperma (baligh), dan orang gila sampai berakal. (HR. At-Tirmidzi)
Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi Saw. bersabda:
Artinya: Setiap talak itu boleh kecuali talanya orang
yang kurang akalnya. (HR. At-Tirmidzi dan Al-Bukhari secara
mauquf)
Ibnu Abbas berkata kepada orang bakhil tercela yang
membencikan kemudian dicerai, maka tidak apa-apa. (HR. Al-
Bukhari)
Ada selain mukallaf yang dikecualikan, yaitu seorang
pemabuk dengan sengaja, seperti seorang peminum khamr
padahal ia mengerti bahwa yang diminum itu khamr dan
mengetahui bahwa khamr itu memabukkan, maka talknya
terjadi sekalipun ia bukan mukallaf sebagaimana disebutkan
dalam berbagai kitab Ushul. Hukum ini dimaksudkan untuk
memberatkan hukuman, karena kesalahannya dengan sengaja
menghilangkan akal maka ia dijadikan seperti berakal. Hukum
yang digunakan adalah hukum wadhi, yakni penetapan hukum
yang berkaitan dengan sebab.
Mereka menolak pendapat Imam Al-Juwaini, bahwa
pemabuk itu mukallaf, berdasarkan firman Allah SWT.:( 54)
Dan janganlah engkau mendekati shalat sedang engkau
dalam keadaan mabuk. (QS. An-Nisa (4): 43)
Maksdunya mabuk di sini pada permulaan mabuk yang
masih ada akalnya. Oleh karena itu, sah segala perkataan dan
perbuatannya yang menyangkut orang lain, seperti jual beli dan
sewa-menyewa atau lari dari agama seperti Islam dan talak.
Mabuk dengan sengaja berarti mengecualikan mabuk yang
tidak sengaja, seperti dipaksa minum khamr atau tidak tahu
bahwa yang diminum itu khamr atau minum obat yang
5/27/2018 Makalah Munakahat (Nikah)
20/30
20
membuat kita tidak sadar karena hajat. Untuk kemabukan
seseorang dikembalikan kepada uruf (pandangan umum).
Sebagian pendapat mengatakan ukuran minimal mabukmanakala sudah mengacau pembicaraannya dan menyingkap
rahasia yang seharusnya disembunyikan. Banyak ungkapan
Imam Asy-Syafii dalam hal ini sekalipun tidak dijadikan
ukuran minimal mabuk.22
Jikalau pemabuk setelah sadar mengatakan bahwa aku
minum khamr karena terpaksa atau disertai dengan bukti atau ia
megatakan, Aku tidak tahu kalau apa yang aku minum ini
memabukkan, pengakuan ini dibenarkan jika disertai sumpah.
Seseorang yang makan atau minum sesuatu yang
menghilangkan akal karena hajat seperti untuk berobat,
hukumnya seperti orang gila sebagaimana yang dijelaskandalam kitab Al-Wajiz, Al-Muhadzdzab, dan Ashl Ar-Raudhah.
Nanti akan ditambah penjelasannya.
2. Pilihan SendiriTidak sah talaknya orang yang dipaksa tanpa
didasarkan kebenaran, dengan alasan karena sabda Nabi Saw.:
Artinya: Terangkat dari umatku kesalahan lupa, dan
dipaksa.
Paksaan adalah ungkapan yang tidak benar, serupa
dengan ungkapan kufur:
Sabda Nabi Saw:
Artinya: Tidak ada talak sah pada orang yang
tertutup.
Maksudnya tertutup di sini orang yang terpaksa, nama
itu diberikan karena orang yang terpaksa itu tertutup segala
pintu, tidak dapat keluar melainkan harus talak.23seperti kondisi
keharusan talak yang dipaksa oleh hakim, hukumnya sah
karena paksaan ini dibenarkan. Selanjutnya, akan dijelaskan
lebih terperinci.
3. Talak itu dijatuhkan sesudah menikah yang sah. Tidak adaartinya menceraikan perempuan yang belum dinikahi.Menurut Syariat islam seorang suami yang menjatuhkan talak
terhadap istrinya, sah talaknya apabila menurut syarat-syarat sebagai
berikut: tidak dipaksa, sehat akal, dan tidak dalam keadaan mabuk.24Tiap-
tiap orang yang merdeka berhak menalak istrinya dari talak satu sampai
talak tiga. Talak satu atau dua masih boleh rujuk(kembali) sebelum
iddahnya, dan boleh menikah kembali sesudah iddah.25
22Mughni Al-Muhtaj, 3:279, Al-Baijarami ala Al-Khatib, juz 3: 416
23Hasyiyah Al-Baijarami, juz 3: 413
24
Tinjauan Umum Tentang Perkawinan Islam di Indonesia, Dr Mardani, 2825H. Sulaiman Rasjid,fiqih islam, hlm 403
5/27/2018 Makalah Munakahat (Nikah)
21/30
21
Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi
dengan cara yang makruf atau menceraikan dengan cara yang baik.(Al-
Baqoroh:229)
Adapun talak tiga tidak boleh rujukatau kawin kembali, kecuali
apabila si perempuan telah menikah dengan orang lain dan telah ditalak
pula oleh suaminya yang kedua itu.
Firman Allah SWT: Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak
ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan istri) untuk menikah
kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-
hukum Allah.(Al-Baqoroh:230)Memang perempuan itu boleh menikah kembali dangan suaminya
yang pertama jika perempuan itu sudah menikah dengan laki-laki lain,
serta sudah campur dan sudah pula diceraikan oleh suaminya yang kedua
itu, dan sudah habis pula iddahnya dari perceraian yang kedua.Tetapi perlu
kita in gat, hendaklah pernikahan yang kedua itu dengan benar-benar
menurut kemauan laki-laki yang kedua, dan benar-benar dengan kesukaan
perempuan, bukan karena kehendak suami yang pertama. Tegasnya, bukan
dengan maksud supaya ia dapat menikah kembali dengan suami yang
pertama, memang betul-betul dengan niat akan kekal, tetapi untung dan
masib tidak mengizinkan pernikahan yang kedua ini kekal. Adapun kalau
disengaja supaya dia dapat kembali kepada suami yang pertama, perbuatnseperti ini tidak diizinkan oleh agama islam, bahkan dimurkai. (
) Rasulallah SAW. Mengutuk Almuhallil (suami lain yang
menghalalkan suami pertama untuk menikahi bekas istrinya yang telah
dicerai 3 kali) dan muhallal-lah (suami pertama).(Riwayat Ahmad,
Nasai, dan Turmuzi).26
F. Rukun Talak1. Kata-kata talak muthlak Jumhurul fuqoha' telah sepakat bahwa kata
talak itu ada dua macam yaitu:a. kata sharih ( jelas)
kata talak sharih artinya lafadz yang digunakan itu jelas
menyatakan peneraian misalnya: suami berkata kepda istri "engkau
ku ceraikan" atau "menjatuhkan talak padamu". Imam malik
berpendapat bahwa kata talak hanyalah kalimat thalak ( ) saja.Imam syafi'i menyatakan bahwa kata-kata talak sharih itu ada tiga
macam:
a) Thalak () ceraib) Firoq () pisah
26Ibid, hlm 404
5/27/2018 Makalah Munakahat (Nikah)
22/30
22
c) Saroh () lepasb. kata kinayah ( samaran / sindiran )
Sindiran artinya lafadz yang tidak ditetapkan untuk penceraiantetapi bisa berarti talak dan lainnya, misalnya: " engkau terpisah "
maka, yang selain kata shorih termasuk sindiran.
2. Orang ( suami ) yang menjatuhkan talakSyaratnya menurut fuqoha :
a. berakal sehat, maka tidak sah talaknya anak kecil atau orang gilab. dewasa merdekac. tidak dipaksad. tidak sedang mabuke. tidak mai-main atau bergurauf. tidak pelupag. tidak dalam keadaan bingungh. masih ada hak untuk mentalaki. Istri yang dapat dijatuhi talakMengenai ini fuqoha sependapat bahwa mereka harus :
a. perempuan yang dinikahi dengan sahb. peremupuan yang masih dalam ikatn nikah yang sahc. belum habis masa iddahnya, pada talak raj'id. tidak sedang haid atau suci yang dicampuri.
G. Pendapat-pendapat Tentang Talak TigaTalak tiga itu meliputi beberapa cara, seperti tersebut dibawah ini:
a. Menjatuhkan talak tiga kali pada masa berlainan. Misalnya seorangsuami menalakn istrinya talak satu, pada masa iddah ditalak lagi talak
satu, pada masa iddah kedua ini ditalak lagi talak satu.
b. Seorang suami menalak istrinya dengan talak satu, sesudah habisiddahnya dinikahinya lagi, kemudian ditalak lagi, setelah habis
iddahnya dinikahi lagi, kemudian ditalak lagi ketiga kalinya.
Dalam kedua cara tersebut, para ulama sepakat bahwa talak itu jatuh
menjadi talak tiga, dan berlaku hukum talak tiga seperti yang telah
dijelaskan diatas.
c. Suami menalak istrinya dengan ucapan,Saya talak engkau talaktiga,atau Saya talak engkau, saya talak engkau, saya talak
engkau, diulang- ulangnya kalimat talak itu tiga kali berturut-turutDalam cara yang ketiga ini ulam berbeda-beda pendapatnya, yaitu
sebagaimana dibawah ini:
Pendapat pertama, jatuh talak tiga, berlaku segala hukum talak tiga
seperti diatas.
Sabda Rasulullah SAW:
5/27/2018 Makalah Munakahat (Nikah)
23/30
23
.) .)
Dari Hasan. Ia berkata,Abdullah bin Umar telah bercerita
kepada kami bahwa ia telah menalak istrinya dengan talak satu ketika
istrinya sedang haid, kemudian Abdullah bermaksud menjatuhkan dua
talak lagi pada masa iddah. Ketika perkara Abdullah itu disampaikan
orang pada Rasulullah SAW, beliau bersabda, Hai Ibnu Umar, tidaklah
begitu perintah Allah.Sesungguhnya engkau telah menyalahi sunnah, yang
sebaiknya ditalak waktu suci. Maka Abdullah berkata, Rasulullah
menyuruh saya rujuk kepadanya, maka saya rujuk iistri saya. Kemudian
Rasulullah bersabda, Apabila ia suci, talaklah diwaktu itu, atau
teruskanlah pernikahanmu dengan baik.Abdullah bertanya, Bagaimana,ya Rasulullah, kalau saya talak istri saya dengan talak tiga? Apakah boleh
saya rujuk kepadanya?Jawab Rasulullah SAW, Tidak boleh, ia sudah
bain, dan engkau berbuat maksiat (melanggar hukum).(Riwayat
Daruqutni).
Pendapat kedua, tidak jatuh sama sekali, artinya istrinya itu belum
ditalak.
Sabda Rasulullah SAW:
) (. Barang siapa mengerjakan suatu pekerjaan yang tidak sesuai
dengan perintah kami, maka pekerjaan itu ditolak.(Riwayat Muslim).Talak tiga bukan perintah Rasulullah SAW, bahkan dilarang oleh
beliau. Talak tiga ditolak, berarti tidak sah.
Pendapat ketiga, jatuh talak satu. Dalam hal ini berlaku hukum
talak satu seperti di atas, dan suami masih boleh rujuk kembali kepada
istrinya.
Sabda Rasulullah SAW: ) (
Dari Ibnu Abbas, Sesungguhnya Rakanah telah menalak istrinya
dengan talak tiga pada satu waktu, kemudian ia merasa sangat sedih atas
perceraian itu. Maka Nabi SAW, bertanya kepadanya, Bagaimana
caramu menalaknya? jawab Rakanah,Talak tiga pada suatu ketika
(sekaligus). Rasulullah bersabda,Sesungguhnya talak yang demikian itu
talak satu. Rujuklah engkau kepadanya.(Riwayat Ahmad dan Abu
Yala. Kata Abu Yala hadis ini sahih).
5/27/2018 Makalah Munakahat (Nikah)
24/30
24
. (,
Dari Ibnu Abbas. Dia bercerita,Pada masa Rasulullah, masa Abu
Bakar, dan dua tahun pada masa Khalifah Umar talak tiga itu satu. Maka
berkata Umar, Manusia suka terburu-buru pada urusan mereka yang telah
mereka putuskan. Kalau kita teruskan kehendak mereka, akan teruslah
merugikan mereka.(Riwayat Ahmad dan Muslim).
Firman Allah SWT: . Talaklah (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk
lagi dengan cara yang makruf atau menceraikannya dengan cara yang
baik.(Al-Baqarah:229)
Dalam riwayat tersebut jelaslah bahwa talak itu dua kali, berarti
terpisah antara yang satu dengan yang lain, tidak dapat diucapkan dalam
satu perkataan unt HikmahnyaIbnu Sina berkata dalam kitab asy-Syifa,Seharusnyajalan untuk
cerai itu diberikan dan jangan ditutup sama sekali karena menutup mati
jalan perceraian akan mengakibatkan beberapa bahaya dan kerusaka.Di
antaranya karena tabiat suami istri satu sama lain sudah tidak Saling
berkasih sayang lagi.Jika terus menerus dipaksakan untuk tetap bersatu,
justru akan tambah tidak baik, pecah, dan kehidupannya menjadi kalut.Diantaranya juga ada yang mendapatkan suami tidak sepadan, pergaulannya
tidak baik, atau mempunyai sifat-sifat yang dibenci.Bisa jadi pula karena
istri senang kepada lelaki lain karena sudah menjadi naluri birahi dalam
hal demikian. Barangkali pula ketidak senangan terhadap sifat-sifat
pasangannya menyebabkan macam-macam bahaya. Bisa jadi karena suami
istri tidak beroleh keturunan dan jika masing-masing ganti dengan yang
lain, barangkali bisa mempunyai anak. Karena itu, hendaknya
perceraianny itu diberi jalan, tetapi jalannya wajib dipersulit.1. Talak Dalam Agama Yahudi
Talak bagi kaum yahudi adalah boleh walaupun tanpa
alasan, seperti suami ingin menikah dengan wanita lain yang
lebih cantik dari istrinya. Akan tetapi talak tanpa alasan ini
dipandang tidak baik. Adapun alasan-alasan talak menurut
mereka adalah sebagai berikut:
a. Cacat badan: rabun, juling, napasnya bau busuk,bungkuk,pincang, dan mandul.
b. Cacat akhlak :kurang rasa malu, banyak bicara, jorok, kikir,bandel, serakah, rakus, suka jajan di warung, dan bebal.
Menurut mereka zina adalah alasan yang paling kuat,
sekalipun baru kabar-kabar saja dan belum ada buktinya. Akan
tetapi, Nabi Isa as tidak mengakui semua alasan talak tersebut
5/27/2018 Makalah Munakahat (Nikah)
25/30
25
kecuali zina saja. Adapun bagi perempuan, dia tidak berhak
meminta cerai walau bagaimanapun cacat suaminya, bahkan
sekalipun terbukti berzina.272. Talak di Zaman Jahiliah
Aisyah Ummul Muminin berkata: ) ( ( )
Laki-laki sesuka hatinya saja mencerai istrinya. Perempuantadi masih tetap jadi istrinya kalau dirujuk di waktu iddahnya,
sekalipun sudah diceraikannya seratus kali atau lebih. Sampai-
sampai seorang laki-laki ada yang berkata kepada
istrinya,Demi Allah aku akan menceraikan kamu dengan arti
betul-betulengkau lepas dariku dan akupun tidak akan tidur
bersamamu selama-lamanya. Lalu ia bertanya,Bagaimana bisabegitu ? jawabnya,Aku ceraikan kamu.Kalau iddahmu sudah
hampir habis, aku rujuk lagi. Begitulah seterusnya.
Selanjutnya, perempuan itu datang ke rumah Aisyah lalu
masuk. Lalu ia menceritakan kepadanya, tetapi Aisyah diam
saja sampai Rasulullah saw datang. Hal ini lalu dikabarkan
kepad beliau. Nabi diam saja sampai turunlah ayat,Talak(yang
dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan
cara yang makruf atau menceraikan dengan cara yang
baik....(Al-Baqarah [2]:229)Aisyah berkata dikemudian hari,
orang-orang bersikap hati-hati dalam urusan talak. Ada
diantaranya yang bercerai dan ada yang tidakbercerai.(HR.Tirmidzi).
3. Orang yang Sah TalaknyaPara ulama sepakat bahwa suami yang berakal, baligh,
dan bebas memilih, dialah yang boleh menjatuhkan talak dan
talaknya di pandang sah. Jika suaminya gila atau masih anak-
anak atau dalam keadaan terpaksa (force mayoor), talaknya
dipandang sia-sia, sekalipun timbul dari keputusan dirinya.
Karena talak tergolong tindakan yang mempunyai akibat dan
pengaruh dalam kehidupan suami istri, mau tidak mau yang
27Nidailil jinsil Lathif, 97
5/27/2018 Makalah Munakahat (Nikah)
26/30
26
menjatuhkan talak harus sempurna sehingga tindakan-
tindakannya dipandang sah secara hukum.
Sempurnanya kemampuan adalah adanya akal yangsehat, kedewasaan, dan kebebasan memilih. Abu Hurairah
berkata bahwa Nabi saw bersabda, :) (
Semua talak boleh kecuali oleh orang yang tidak sehat
akalnya.(HR.Tirmidzi dan Bukhori, tetapi hadisnya mauquf). () Ibnu Abbas berkata tentang orang yang dipaksa olehpencuri untuk bercerai lalu bercerai, maka cerainya tidak sah.
(HR Bukhari).
Para ulama berbeda pendapat tentang masalah-masalah
di bawah ini:
1. Talak karena paksaan2. Talak ketika mabuk3. Talak main-main4. Talak waktu marah5. Talak waktu lalai dan lupa6. Talak ketika ia tak sadarkan diri.
H. Macam-Macam dan Proses BerceraiPerceraian dapat terjadi dengan segala cara yang menunjukkanberakhirnya hubungan suami istri, baik dinyatakan dengan kata-kata,
dengan surat kepada istrinya, dengan isyarat oleh orang yang bisu, maupun
dengan mengirimkan seorang utusan.
1. Talak dengan Kata-KataAdakalanya kata-kata yang digunakan itu terus terang,
tetapi adakalanya dengan sindiran. Yang dengan kata terus
terang yaitu kata-kata yang mudah dipahami artinya waktu
diucapkan, seperti, Engkau tertalak, atau dengan segala
kata-kata yang diambil dari kata dasar talak.
Syafii berkata, Kata-kata talak yang terus terangartinya ada tiga: talak firaq dan siraah, dan kata-kata inilah
yang tercantum dalam Al-Quran.
a. Kata-kata SindiranKinayah (sindiran), yaitu kalimat yang masih ragu-
ragu, boleh diartikan untuk perceraian nikah atau yang lain,
sepertu kata suami, Pulanglah engkau ke rumah
keluargamu,atau Pergilah dari sini, dan sebagainya.
Kalimat sindiran ini bergantung pada niat, artinya kalau
tidak diniatkan untuk perceraian nikah, tidaklah jatuh talak.
Kalau diniatkan untuk menjatuhkan talak barulah menjadi
talak.
5/27/2018 Makalah Munakahat (Nikah)
27/30
27
Adakalanya digunakan kata-kata sindiran yang bisa
berarti talak dan yang lainnya, seperti,Engkau terpisah.
Kalimat ini bisa berarti terpisah dengan suami dan bisadiartikan berpisah (terjatuh) dari kesejahteraan.Contoh lain,
Perkaramu ada ditanganmu sendiri. Kata-kata ini bisa
berarti istri bertanggung jawab atas dirinya sendiri, terlepas
dari suaminya dan bisa berarti istri berhak membelanjakan
hartanya.
Adapun cerai dengan kata-kata sindiran tidak
dianggap sah kecuali dengan niat. Sekalipun yang
mengucapkan tadi berkata dengan latafadz yang jelas, tetapi
maksudnya bukan untuk menalak, melainkan hanya pada
makna yang lain, maka tidak benar jika diputuskan telah
jatuh talak.Jadi yang dapat menjelaskan makna dari kata-kata sindiran adalah niat dan tujuan orang yang
mengucapkan. Demikianlah pendapat golongan Malik dan
Safii berdasarkan hadis Aisyah dalam kitab Bukhari dan
lain-lainnya.
Sesungguhnya anak perempuan Jaun ketika
dimasukkan kerumah Rasulullah mendekatinya, berkatalah
perempuan itu,Aku berlindung kepada Allah dari
gangguanmu. Rasulullah lalu bersabda kepadanya Engkau
berlindung dengan menyebut Nama yang Maha Agung.
Karena itu, pulanglah engkau pada keluargamu.
Adapun praktik yang berjalan di Mesir tertuang
dalam Undang-undang No.25 Pasal 4 berbunyi ,Talak
dengan sindiran, yaitu kata-kata yang bisa berarti talak atau
berarti lain dan untuk sahnya menunjukkan kepada arti
talak, hanyalah tergantung kepada maksudnya.
b. Sarih (terang), yaitu kalimat yang tidak ragu-ragu lagibahwa yang dimaksud adalah memutuskan ikatan
perkawinan, seperti kata si suami,Engkau tertalak, atau
saya ceraikan engkau. Klimat yang sarih ini tidak perlu
dengan niat. Berarti apabila dikatakan oleh suami, berniat
atau tidak, keduanya terus bercerai asal perkataannya itubukan berupa hikayat.
2. Talak dengan SuratDengan surat, talak dapat dijatuhkan, sekalipun yang
menulisnya manpu berkata-kata. Karena suami dapat menalak
istrinya dengan lafadz(ucapan), ia pun berhak menalaknya
melalui surat. Dalam hal ini, para ahli fiqih mensyaratkan:
hendaknya suratnya itu jelas dan terang. Yang dimaksud
dengan jelas disini ialah dapat dibaca atau tertulis di atas
lembaran kertas dan sebagainya. Yang dimaksudkan terang di
sini ialah tertulis kepada alamat istri dengan jelas,
misalnya,Wahai, Fulanah! Engkau tertalak. Jika surat itu
5/27/2018 Makalah Munakahat (Nikah)
28/30
28
tidak tertuju jelas kepadanya, misal di atas kertas tertulis,
Engkau tertalak, atau, Istriku tertalak, yang seperti ini
dianggap tidak sah talaknya kecuali dengan niat. Hal ini karenabisa jadi surat seperti ini ditulis dengan tidak sengaja
dimaksudkan untuk menalak, tetapi sekedar berlatih menulis
indah.
3. Talak Isyarat Orang BisuIsyarat orang bisu merupakan alat menjelaskan maksud
hatinya kepada orang lain. Karena itu, isyarat seperti ini
dipandang sama nilainya dengan kata-kta yang diucapkan
dalam menjatuhkan talak, apabila orang bisu memberikan
isyarat yang maksudnya mengakhiri hubungan suami istri.
Sebagian ahli fiqih mensyaratkan bahwa isyarat orang bisu itu
dibolehkan apabila ia tidak dapat menulis dan tidak tahumenulis. Jika dia tahu dan dapat menulis, isyaratnya tidak
diperhitungkan sebab tulisan lebih jelas maksudnya daripada
isyarat tidak boleh digunakan kecuali kalau benar-benar sudah
tidak mampu melakukan cara lain.
4. Mengirimkan Seorang UtusanTalak dianggap sah dengan mengirim seorang utusan
untuk menyampaikan kepada istrinya yang berada di tempat
lain bahwa ia telah ditalak. Dalam hal ini, utusan tadi bertindak
selaku orang yang menalak. Karena itu, talaknya sah.
I.
Adapun Termasuk Talak, Mengharamkan Berkumpul Dengan IstriSeorang suami yang mengharamkan dirinya berkumpul dengan
istrinya maka haramnya itu bisa jadi ditujukan dengan arti haram biasa
ataupun dengan arti bercerai, tetapi ia tidak mau menggunakan kata-kata
cerai dan (talak) dengan terus terang. Dalam hal yang pertama tidak
menunjukkan terjadinya talak, sebagaimana Tirmidzi pernah
meriwayatkan.
Aisyah berkata, :.) )
Rasulullah pernah bersumpah karena sebagian istri-istrinya.
Beliau lalu mengharamkan apa yang tadinya halal kemudian beliau
membayar kafarat atas sumpahnya ini.
Dalam riwayat Muslim bahwa Ibnu Abbas, berkata, : .)) () Apabila seseorang mengharamkan berkumpul dengan istrinya
berarti merupakan sumpah yang wajib dibayar kafaratnyaSelanjutnya,
ia berkata,Sesungguhnya, pada diri Rasulullah terdapat teladan yang
baik.
5/27/2018 Makalah Munakahat (Nikah)
29/30
29
Adapun dalam keadaan yang kedua (haram dengan arti sebagai
kata sindiran yang berarti talak), jatuhlah talaknya karena lafadz haram
disini digunakan sebagai kata sindiran seperti kata-kata sindiran lainnya.J. Bersumpah menurut sumpah orang islam
Barang siapa bersumpah menurut sumpah-sumpah orang islam
kemudian ia menyesalinya (mencabut kembali), menurut golonga Syafii,
ia wajib membayar kafarat dan tidak jatuh talak atau lain-lainnya. Tetapi
dalam hal ini, Imam Malik diketahui tidak menyatakan pendapatnya.
Hanya golongan Maliki belakangan yang diketahui berbeda-beda
pendapatnya. Di antaranya ada yang berpendapat ia wajib istighfar saja,
tetapi pendapat yang masyhur dikalangan mereka mengatakan ia wajib
melakukan tiap-tiap keharusan menebus sumpah sebagaimana yang
dilakukan oleh orang-orang islam.
5/27/2018 Makalah Munakahat (Nikah)
30/30
30
BAB III
PENUTUPA. Kesimpulan
Nikah adalah salah satu asas pokok hidup yang paling utama dalam
pergaulan atau masyarakat yang sempurna. Pernikahan itu bukan saja
merupakan satu jalan yang amat mulia untuk mengatur kehidupan rumah
tangga dan keturunan, tetapi juga dapat dipandang sebagai satu jalan
menuju pintu perkenalan antara suatu kaum dengan kaum lain, dan
perkenalan itu akan menjadi jalan untuk menyampaikan pertolongan
antara satu dengan yang lainnya.
1. Hukum nikaha. Jaiz (diperbolehkan), ini asal hukumnya.
b. Sunah, bagi orang yang berkehendak serta mampu memberinafkah dan lain-lainnya.c. Wajib, bagi orang yang mampu memberi nafkah dan dia
takut akan tergoda pada kejahatan (zina).
d. Makruh, bagi orang yang tidak mampu memberi nafkah.e. Haram, bagi orang yang berniat akan menyakiti perempuan
yang dinikahinya.
2. Rukun nikaha. Sigat (akad), yaitu perkataan dari pihak wali perempuan.
b. Wali (si wali perempuan).Talak menurut bahasa Arab adalah melepaskan ikatan. Yang
disebut di sinin adalah melepaskan ikatan pernikahan.1. Hukum talak
a. Wajib. Apabila terjadi perselisihan antara suami dan istrib. Sunah. Apabila suami tidak sanggup menafkahi
keluarganya, atau perempuan yang tidak menjaga
kehormatannya.
c. Haram (bidah).d. Makruh.
2. Syarat talaka. Mukallaf
b. Pilihan sendiric. Talak dijatuhkan setelah menikah yang sah
3. Rukun talaka. kata sharih ( jelas)
b. kata kinayah ( samaran / sindiran )Cara dan bentuk pernikahan
1. Nikah yang sah.2. Nikah yang sah tetapi haram.3. Nikah yang tidak sah dan haram.