Upload
bella-dinaa
View
1.262
Download
16
Embed Size (px)
Citation preview
MANAJEMEN TALENTA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah PSDM dengan dosen pengampu:
Harlina Nurtjahjanti, S. Psi, M. Si
Disusun Oleh :
Sakina Belladina M2A009085
Terendienta Pinem 15010110120004
Devi Triana P.S 15010110120015
Mahsunah Ariyanti 15010110120025
Dewi Innayatun 15010110130098
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Manajemen Talenta”.
Makalah ini disusun secara khusus sebagai tugas mata kuliah Psikologi Konseling.
Penulis menyadari makalah ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan berbagai
pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam proses pembuatan makalah ini hingga dapat selesai dengan baik.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna baik segi materi maupun penulisannya. Walaupun penulis telah berupaya untuk
membuat makalah ini dengan sebaik-baiknya. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan kita.
Semarang, 18 Maret 2013
Tim Penulis
DAFTAR ISI
Judul ........................................................................ i
Kata Pengantar ........................................................................ ii
Daftar Isi ……................................................................ iii
BAB I : PENDAHULUAN ……………………………………………… 1
A. Latar Belakang ............................................................ 1
B. Rumusan Masalah ............................................................ 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................ 2
BAB II : PEMBAHASAN ……………………………………………… 3
A. Definisi manajemen talenta ……………………………… 3
B. Sejarah dari manajemen talenta ……………………………… 4
C. Karakteristik dari manajemen talenta ……………………… 7
D. Manfaat dari Manajemen Talenta ……………………… 8
E. Tahap-tahap dalam manajemen talenta ……………………… 9
BAB III : PEMBAHASAN ……………………………………………… 11
BAB IV : PENUTUP …………………………………………….... 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 17
LAMPIRAN ................................................................................................ 18
A. Kasus .................................................................................... 19
B. Analisis Kasus ........................................................................ 23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak jarang manajemen puncak merasa kecewa ketika beberapa manajer
yang diangkatnya ternyata baru diketahui termasuk kurang memiliki kemampuan
yang diharapkan. Kinerja mereka tidak jarang di bawah standar yang ditetapkan
perusahaan. Kalau begitu manajer itu bukanlah orang tepat, dengan jabatan dan waktu
yang tidak tepat yang ditempatkan manajemen puncak. Dengan kata lain manajer
tersebut kurang memiliki talenta (bakat ; kualitas yang diinginkan dan bernilai) dalam
mengemban tugas dan tanggung jawabnya. Berarti pula ada hal yang keliru dalam
penerapan sistem manajemen talenta. Yakni suatu sistem strategis yang terstruktur
dan terencana dengan terpadu dimulai dari proses rekrutmen, memelihara sampai
mengembangkan karyawan yang bertalenta atau proses perekrutan, pengembangan
dan retensi pada karyawan secara terpadu dalam jangka panjang.
Berbagai penelitian membuktian bahwa dari 80% keberhasilan bisnis
sebanyak 20% disumbangkan oleh karyawannya. Karyawan adalah aset dan unsur
investasi efektif perusahaan. Dengan demikian talenta mereka seharusnya dikelola
dan dikembangkan. Lewat sistem manajemen talenta, perusahaan akan mampu
mengurangi biaya kesalahan-kesalahan karena rekrutmen dan pengembangan
sumberdaya manusia yang tidak tepat, menghemat waktu, dan mengurangi deviasi
kinerja. Dengan kata lain diperolehnya karyawan yang memiliki kemampuan
melaksanakan tugasnya dengan baik. Selain itu SMT berarti adanya perbaikan proses
pekerjaan yang dicerminkan dengan perbaikan sistem informasi manajemen dan
penerapan pengembangan SDM yang efektif. Dalam hal ini karyawan akan siap
dengan menerima tanggung jawab yang lebih besar. Dan manfaat berikutnya yakni
adanya terobosan talenta dan bisnis berupa pemberdayaan tugas-tugas baru yang lebih
menantang. Karyawan akan siap untuk menerima wewenang baru tersebut.
Dalam prakteknya, keberhasilan suatu perusahaan tidak selalu datang dari
sistem sumberdaya manusia. Perusahaan harus secara lebih spesifik menerapkan SMT
agar berpengaruh terhdap performa bisnis yang maksimum. Karena itu dalam sistem
ini perusahaan perlu melakukan pealtihan, manajemen kinerja berbasis
pengembangan, prekrutan karyawan berbasis kompetensi stratejik, perencanaan
ketenagaakerjaan berbasis kompetensi dan ketrampilan, pengembangan
kepemimpinan, dan menciptakan tujuan perusahaan dan karyawan sesuai dengan
tujuan bisnis stratejik.
Dalam keadaan pasar yang sangat kental dengan ciri-ciri persaingan maka
SMT tak bisa ditawar-tawar lagi. Dengan SMT manajemen puncak harus tetap fokus
pada pengembangan produktifitas manajer dan karyawan. Sistem ini seharusnya
mampu mengidentifikasi dan mengembangkan SDM manajer dan karyawan,
mengenali dan memelihara pemimpin masa depan, dan mengidentifikasi mengapa ada
manajer dan karyawan yang keluar dari perusahaan.
Managemen talenta merupakan sesuatu yang penting karena menyangkut
kontinuitas perkembangan perusahaan di masa mendatang. Organisasi yang ingin
sukses hendaknya mengetahui persis talenta seperti apa yang dibutuhkan untuk posisi-
posisi penting dalam sebuah perusahaan.
Salah satu hal yang penting untuk diperhatikan adalah kesejahteraan
karyawan. Untuk mencegah terjadinya tindakan karyawan yang tidak diinginkan,
adalah tugas manajemen perusahaan untuk memenuhi tuntutan karyawan dengan
memberikan kesejahteraan yang adil dan bijaksana. Hal tersebut dilakukan demi
mencapai kesejahteraan karyawan dan perusahaan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dari manajemen talenta?
2. Bagaimana sejarah dari manajemen talenta?
3. Apa saja karakteristik dari manajemen talenta?
4. Apa manfaat dari manajemen talenta?
5. Bagaimana tahap-tahap dalam manajemen talenta?
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun untuk mengetahui :
1. Definisi manajemen talenta
2. Sejarah dari manajemen talenta
3. Karakteristik dari manajemen talenta
4. Manfaat dari Manajemen Talenta
5. Tahap-tahap dalam manajemen talenta
BAB II
TEORI
A. Definisi Manajemen Talenta
Manajemen talenta telah didefinisikan dengan berbagai uraian dalam beberapa
versi. Di antaranya adalah sebagai berikut:
1. “Identifikasi, pengembangan dan manajemen talenta – yaitu jumlah, tipe dan
kualitas para karyawan yang akan mencapai sasaran operasional strategis
perusahaan secara efektif. Fokusnya adalah pada pentingnya melakukan
identifikasi terhadap portfolio talenta yang optimal, dengan menghitung
dampak investasi pada kemampuan perusahaan untuk mencapai sasaran
strategik dan operasional yang sesuai atau melebihi dari yang diharapkan.
(Ruse, dkk dalam Berger, dkk 2004, 231)”.
2. “An integrated set of corporate initiatives aimed at improving the calibre, availability and flexible utilization of exceptionally capable (high potential) employee who can have a disproportionate impact on business performance (Smilansky, 2006)”.
Kedua definisi di atas menyatakan bahwa manajemen talenta pada dasarnya
adalah gabungan inisiatif yang dilakukan perusahaan untuk menciptakan keunggulan
bisnisnya dengan mengoptimalisasikan karyawan bertalentanya. Kuncinya adalah
pada proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan mempertahankan karyawan
bertalentanya untuk dapat terus menciptakan keunggulan bisnis bagi perusahaan,
(Hyacintha Susanti Yahya, 2009).
Istilah manajemen talenta bermaksud memaksimalkan kinerja sumber daya
manusia dan organisasi dalam pencapaian potensi terbaiknya menghadapi tantangan
bisnis. (Amy, 2007; Parminder, 2009; Boudreau dan Peter., 2007; Berger and Berger;
2003; Michaels et al. 2001; Bill and Marcus, 2007; Sparrow et.al. 2004).
Strategi manajemen talenta pada perusahaan seharusnya disesuaikan dengan visi,
tujuan, dan strategi perusahaan, agar SDM perusahaan dapat secara dinamis pula
menyesuaikan strategi bersaing menghadapi perubahan lingkungan bisnis. (Carol,
2004; Jyotsna, 2007). Saat ini perkembangan manajemen talenta sendiri meningkat
pesat.
Konsep Talent Based Human Resouce Management (TBHRM) perlahan tapi pasti
dinilai banyak praktisi sebagai konsep yang lebih lengkap dan menyeluruh.
Manajemen talenta dapat meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja karyawan
dalam mencapai business performance yang diharapkan (Taleo, 2006; Michiel and
Jan, 2005; Ian, 2007; Rakesh and Jyotsna, 2009).
B. Sejarah Manajemen Talenta
Manajemen talenta pertama kali diperkenalkan oleh McKinsey and Company
pada pertengahan 1990-an. Lorenzo (2005) menjelaskan manajemen talenta adalah
pengelolaan sumber daya manusia dengan menarik, mengembangkan dan
mempertahankan SDM secara terintegrasi sehingga dapat memastikan bahwa the
right people with the right skills are in the right place dalam proses pencapaian
kinerja organisasi (Michaels et al. 2001; Berger and Berger, 2003; Sparrow et al.
2004; Bouderau and Ramstad, 2007; Bill and Marcus, 2007). Menurutnya faktor yang
mempengaruhi manajemen talenta :
1. Strategi mempertahankan SDM
Salah satu contoh strategi mempertahankan Sumber Daya Manusia adalah
dengan mengandalkan teori-teori motivasi. Teori pertama yang bisa dijadikan
acuan adalah teori ‘motivator-hygiene’ (M-H) nya Frederick Herzberg. Teori M-H
sebenarnya berujung pada kepuasan kerja, namun penelitian menunjukkan
hubungan yang positif antara kepuasan kerja dan turnover SDM serta antara
kepuasan kerja dan komitmen SDM. Pada intinya, teori M-H justru kurang
sependapat dengan pemberian balas jasa tinggi macam strategi golden handcuff
karena balas jasa tinggi hanya mampu menghilangkan ketidakpuasan kerja dan
tidak mampu mendatangkan kepuasan kerja (balas jasa hanyalah faktor hygiene,
bukan motivator).
Untuk mendatangkan kepuasan kerja, Herzberg menyarankan agar perusahaan
melakukan job enrichment, yaitu suatu upaya menciptakan pekerjaan dengan
tantangan, tanggung jawab dan otonomi yang lebih besar. Itulah yang dilakukan
oleh Bill Gates yang mendelegasikan sebagian kekuasaannya ke Ballmer agar
Ballmer tidak kabur (di samping balas jasa yang menggiurkan), hal ini yang
disebut dengan nilai kepercayaan sebagai bagian dari komitmen. Seperti kita
ketahui akhirnya Ballmer terbukti tetap bertahan di Microsoft dan bahkan
kemudian dipromosikan menggantikan Gates.
Teori kedua adalah teori Scientific Management (SM) nya Frederick Taylor.
Banyak yang mengatakan bahwa teori tersebut sudah usang karena menyarankan
spesialisasi pekerjaan. Tapi kenyataannya teori SM masih mampu mencegah
eksodus para pengemudi truk pengirim paketnya UPS. Para pengemudi ini dapat
dikatakan merupakan ujung tombak UPS sebab merekalah yang mengambil dan
mengantarkan paket dari/ke tangan konsumen. Mempersiapkan individu untuk
menjadi pengemudi yang handal (menguasai rute-rute pengiriman paket)
membutuhkan waktu berbulan-bulan lamanya.
Turnover pengemudi yang relatif tinggi jelas merugikan UPS sehingga
memaksa manajemen perusahaan untuk meneliti sebab musabab hengkangya
mereka. Dari situ diketahui bahwa ternyata beban kerja pengemudi terlalu besar
karena mencakup bongkar muat paket di terminal/depo. Kegiatan bongkar muat
ini yang kemudian dialihkan ke sekelompok karyawan lain. Dengan kata lain,
UPS mempersempit cakupan (men-spesialisasi) kerja para pengemudi menjadi
hanya mengemudi dan mengambil/mengantar paket yang memang merupakan
fungsi pokok mereka. Hasilnya, semakin sedikit pengemudi UPS yang pindah ke
perusahaan lain.
2. Strategi Pemeliharaan SDM
Saat ini banyak perusahaan yang memiliki banyak karyawan namun mereka
tidak memiliki kemampuan untuk bekerja sesuai dengan pekerjaannya. Hal ini
karena perusahaan salah dalam memilih atau merekrut karyawan. Pihak
perusahaan hanya asal-asalan saja dalam merekrut karyawan padahal perusahaan
perlu SDM yang baik agar bisa berkembang. Disinilah peran manajemen talenta
dibutuhkan untuk menyiapkan karyawan yang sesuai dengan tujuan perusahaan
(the right people with the right skills are in the right place). Sehingga perlu bagi
perusahaan untuk memilih karyawan yang bertalenta sesuai dengan kebutuhan
perusahaan untuk dapat dikembangkan secara optimal oleh perusahaan.
David (2007) mengatakan bahwa dewasa ini organisasi menghadapi
kompleksitas pengelolaan SDM dalam membangun organisasi global yang efektif.
Satu alternative adalah dengan menyediakan SDM dengan kemampuan strategis,
memiliki wawasan dan pengalaman global dan keterampilan yang dibutuhkan
untuk menjadi strategic partner dan efektif untuk bisnis masa dating, (Sharon,
2007; Fiona, 2007; Don et al. 2007; Kathy, 2006; Anonymous, 2006; John, 2005;
Margaret, 2001).
3. Strategis Pelatihan
Salah satu fungsi manajemen talenta adalah training and development
artinya bahwa untuk mendapatkan tenaga kerja yang bersumber daya manusia
yang baik dan tepat sangat perlu pelatihan dan pengembangan. Hal ini sebagai
upaya untuk mempersiapkan para tenaga kerja untuk menghadapi tugas pekerjaan
jabatan yang dianggap belum menguasainya. Management thought yang
dikemukakan Taylor, bahwa tenaga kerja membutuhkan latihan kerja yang tepat.
Teori ini sangat tepat untuk rnenghindari kemungkinan terburuk dalam
kemampuan dan tanggung jawab bekerja, sehingga dalam menyelesaikan tugas
jabatan lebih efektif dan efisien sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
Karena itu sangat penting untuk kita kaji mengenai tentang pengembangan sumber
daya manusia melalui latihan dan pengembangan.
4. Keberadaan SDM dalam Organisasi
Keberadaan sumber daya manusia dalam suatu organisasi merupakan aset
yang berharga bagi organisasi itu sendiri. Keberhasilan suatu organisasi
ditentukan dari kualitas orang-orang yang berada di dalamnya. SDM akan bekerja
secara optimal jika organisasi dapat mendukung kemajuan karir mereka dengan
melihat apa sebenarnya kompetensi mereka. Manajemen talenta sangat penting
bagi perusahaan yang memposisikan karyawannya sebagai asset perusahaan.
Karyawan berusaha bekerja untuk atasan terbaik sedangkan organisasi berusaha
untuk menjadi perusahaan terbaik untuk tempat bekerja. Untuk mewujudkan
tujuan ini, penting memperoleh, memotivasi, terlibat dan mengembangkan talenta
terbaik.
5. Keinginan SDM untuk Tetap Bekerja di Organisasi
Perpindahan karyawan yang tinggi akan menimbulkan dampak negatif
bagi perusahaan, seperti menciptakan ketidakstabilan kondisi tenaga kerja dan
peningkatan biaya sumber daya manusia. Hal ini dapat menjadikan organisasi
tidak efektif karena perusahaan dapat kehilangan karyawan yang berpengalaman
dan akan memerlukan waktu untuk dapat melatih karyawan baru. Tingkat
perpindahan karyawan yang tinggi memberikan dampak negative bagi suatu
organisasi atau perusahaan. Sehingga manajemen talenta disini berfungsi untuk
mempertahankan karyawan yang sudah ada untuk tetap berada di perusahaan
dengan mengembangkan potensi dan memperhatikan kepuasan kerja karyawan.
6. Penerimaan kinerja organisasi.
Konsep kinerja (Performance) dapat didefinisikan sebagai sebuah pencapaian
hasil atau degree of accomplishtment (Rue dan byars, 1981 dalam Keban 1995).
Hal ini berarti bahwa, kinerja suatu organisasi itu dapat dilihat dari tingkatan
sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan yang didasarkan pada tujuan yang
sudah ditetapkan sebelumnya. Dalam hal ini manajemen talenta akan dipandang
berhasil apabila hasil evaluasi menunjukkan bahwa kinerja organisasi suatu
perusahaan dapat mencapai tujuan yang sebelumnya ditetapkan oleh perusahaan.
Sehingga optimalisasi kinerja organisasi disini dapat mencapai tujuan dan
memberikan keuntungan perusahaan
C. Karakteristik
Beberapa karakteristik perusahaan yang berhasil mengelola talenta adalah :
1. Memiliki development mindset. Perusahaan yang berhasil mengelola program
manajemen talenta mengembangkan pola pikir pengembangan. Yaitu suatu pola
pikir yang mengutamakan pengembangan pribadi-pribadi pegawai yang ada di
dalam perusahaan.
2. Mengimplentasikan performance culture. Perusahaan yang berhasil mengelola
program manajemen talenta memiliki, menghayati, dan mengimplentasikan
budaya kinerja tinggi (high performance culture). Ini adalah suatu situasi ketika
perusahaan senantiasa berusaha menemukan indikator kinerja setiap posisi,
menjadikannya sebagai dasar untuk menilai keberhasilan seseorang serta sebagai
alat ukur dalam memberikan kompensasi pada setiap orang.
3. Memiliki executive sponsorship. Perusahaan yang berhasil mengelola manajemen
talenta selalu memiliki executive puncak, board of director, atau pemimpin senior
yang menjadi sponsor atau pendukung utama pengembangan pegawai-pegawai
berpotensi tertinggi.
4. Menerapkan Good HR Information System. Perusahaan yang berhasil mengelola
manajemen talenta ditandai dengan adanya infrastruktur, investasi, dan sistem
informasi SDM yang akurat.
D. Manfaat
Dari berbagai penelitian terbukti dari 80% keberhasilan bisnis sebanyak 20%
disumbangkan oleh karyawannya. Karyawan adalah aset dan unsur investasi efektif
perusahaan. Dengan demikian talenta mereka seharusnya dikelola dan dikembangkan.
Lewat sistem manajemen talenta, perusahaan akan mampu mengurangi biaya
kesalahan-kesalahan karena rekrutmen dan pengembangan sumberdaya manusia yang
tidak tepat, menghemat waktu, dan mengurangi deviasi kinerja. Dengan kata lain
diperolehnya karyawan yang memiliki kemampuan melaksanakan tugasnya dengan
baik. Selain itu, manajemen talenta berarti adanya perbaikan proses pekerjaan yang
dicerminkan dengan perbaikan sistem informasi manajemen dan penerapan
pengembangan SDM yang efektif. Dalam hal ini karyawan akan siap dengan
menerima tanggung jawab yang lebih besar. Dan manfaat berikutnya yakni adanya
terobosan talenta dan bisnis berupa pemberdayaan tugas-tugas baru yang lebih
menantang. Karyawan akan siap untuk menerima wewenang baru tersebut,
(Mangkuprawira, 2011).
Dalam prakteknya, keberhasilan suatu perusahaan tidak selalu datang dari
sistem sumberdaya manusia. Perusahaan harus secara lebih spesifik menerapkan
manajemen talenta agar berpengaruh terhdap performa bisnis yang maksimum.
Karena itu dalam sistem ini perusahaan perlu melakukan pealtihan, manajemen
kinerja berbasis pengembangan, prekrutan karyawan berbasis kompetensi stratejik,
perencanaan ketenagaakerjaan berbasis kompetensi dan ketrampilan, pengembangan
kepemimpinan, dan menciptakan tujuan perusahaan dan karyawan sesuai dengan
tujuan bisnis stratejik, (Mangkuprawira, 2011).
E. Tahap-tahap dalam Manajemen Talenta
Talent management biasanya meliputi tiga proses :
1. Proses pengembangan dan penguatan kompetensi karyawan baru pada saat awal
masuk ke perusahaan.
Talent management pada tahapan ini meliputi meliputi seleksi sumber daya
dari perusahaan, bagaimana cara-cara kreatif yang bisa dilakukan untuk dapat
menampung sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki kompetensi di
banyak hal. Proses pengembangan juga bisa dibantu langsung oleh pihak
perusahaan melalui berbagai kegiatan pelatihan dan pembekalan menyangkut
kompetensi sumber daya manusia yang baru diterima di perusahaan. Penyaringan
sumber daya manusia yang berkualitas dari awal bisa dilakukan salah satunya
dengan cara memberikan iming-iming imbalan gaji yang besar. Dengan cara ini
diharapkan mampu menarik perhatian pihak-pihak sumber daya manusia yang
lebih berkompeten.
2. Upaya memelihara serta mengembangkan sumber daya manusia yang memang
sudah ada di perusahaan.
Sumber daya manusia yang sudah ada di perusahan perlu terus dikembangkan
dan diarahkan agar mampu terus meningkat kualitasnya. Pengembangan sumber
daya manusia perusahaan menjadi salah satu tanggung jawab perusahaan. Banyak
cara yang bisa terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
yang sudah ada, diantaranya dengan memberi pembekalan pelatihan, melakukan
evaluasi kinerja dan arah dan cara-cara kreatif lain yang biasanya dilakukan oleh
pihak perusahaan.
3. Upaya mencari dan menarik sumber daya manusia yang memiliki kompetensi
yang baik, komitmen serta karakter kerja yang baik bagi perusahaan.
Untuk menjaga kualitas sumber daya manusia sebuah perusahaan, maka perlu
dilakukan upaya untuk mencari, meningkatkan atau juga merekrut karyawan baru
yang memiliki kompetensi terbaik untuk bisa bekerja di sebuah perusahaan.
Komitmen dan karakter kerja yang baik dari seorang karyawan biasanya bisa
diperoleh dari stok sumber daya manusia atau karyawan lama perusahaan yang
biasanya sudah cukup paham dengan kondisi perusahaan.
Salah satu tujuan dari Talent Management (TM) adalah untuk membangun
blok bangunan sehingga manajer dan sumber daya manusia dapat menemukan talenta
individu dan menempatkan mereka di mana bisnis dan individu akan lebih bermanfaat
(Alstom, 2009).
Manajemen karir berusaha untuk membuat pertandingan terbaik antara
aspirasi pribadi dan tujuan karyawan dan kebutuhan bisnis dan kelompok. Karyawan,
manajer, dan profesional HR didorong untuk bekerja sama untuk mengidentifikasi
karir bergerak baik ke atas maupun lateral dengan keterampilan mengevaluasi,
kebutuhan pribadi dan profesional, serta kebutuhan bisnis.
Filosofi di balik siklus manajemen pengembangan karir adalah (Alstom dalam
Mihelic dan Plankar, 2010) :
1. Alur kinerja individu untuk departemen / unit usaha / wilayah / fungsi tujuan agar
setiap individu memahami dengan jelas sumbangan khusus yang di buat bagi
keberhasilan perusahaan secara keseluruhan.
2. Pastikan bahwa Individu memiliki kesempatan untuk mengembangkan talenta dan
kemajuan dalam karir mereka untuk yang terbaik dari kemampuan mereka dan
sesuai dengan aspirasi mereka.
3. Pastikan penghargaan mengenali kinerja individu dan tingkat kontribusi.
Siklus tersebut dapat kita lihat pada gambar di bawah ini :
BAB III
PEMBAHASAN
Manajemen sumber daya manusia (human resources management) adalah rangkaian
aktifitas organisasi yang diarahkan untuk menarik, mengembangkan, dan mempertahankan
tenaga kerja yang efektif. Manajemen sumber daya manusia diperlukan dalam konteks
lingkungan yang kompleks dan terus berubah, (Griffin, 2002).
Human resources management menganggap bahwa manusia sebagai sumber daya
(yang dapat terhabiskan), sedangkan talent management justru menganggap manusia sebagai
suatu aset yang perlu dikelola agar terus berkembang. Perbedaan cara pandang ini amat
mendasar sehingga akan mempengaruhi bagaimana suatu organisasi mengelola manusianya
(Lance, 2009).
Dahulu, sumber daya manusia berpusat pada manajemen kompetensi. Kompetensi
didefinisikan (Mitrani et.al, 1992; Spencer and Spencer, 1993; dalam buku Pfeffer, 2002)
sebagai karakteristik yang mendasari seseorang dan berkaitan dengan efektivitas kinerja
individu dalam pekerjaannya (an underlying characteristic’s of an individual which is
causally related to criterion-referenced effective and or superior performance in a job or
situation).
Lynne Morton (Morton, 2004), seorang thought leader, memberi makna talent yaitu
individuals who have the capability to make a siginificant difference to the current and future
performance of the organization. Kata kuncinya adalah memiliki kapabilitas untuk
meningkatkan kinerja organisasi. Dengan demikian sebuah organisasi perlu mampu
mengidentifikasi individu yang sesuai dengan makna tersebut. Apakah seluruh individu
memiliki kapabilitas, mungkin saja, namun individu yang mampu menggunakan
kapabilitasnya untuk meningkatkan kinerja organisasi secara signifikan tentunya tidak
seluruhnya. Dengan menggunakan pareto law, kita dapat mengatakan bahwa terdapat sekitar
20 persen dari seluruh individu yang mampu meningkatkan 80 persen kinerja organisasi
secara signifikan.
Dave Ulrich (1997), seorang Guru di bidang HR, memaknai talent dengan suatu
persamaan yaitu talent = competence x commitment x contribution. Masing-masing faktor
merupakan pengali dan bukan merupakan substitusi. Ulrich mempertajam makna talent yang
disampaikan oleh Lynne Morton. Seorang individu dapat dikatakan sebagai talent apabila
kapabel melaksanakan suatu tugas, mau mengerjakan tugas tersebut dan juga menghasilkan
sesuatu dari pelaksanaan tugas tersebut. Hal ini yang sedikit membedakan pemahaman talent
oleh Ulrich dengan Lynne (Morton, 2004).
Dalam pengelolaan talenta, umumnya organisasi menggunakan prinsip hire, develop
and retain the best people. Untuk itu, dengan menggunakan formula Ulrich, organisasi harus
memahami kompetensi yang perlu dimiliki oleh organisasi untuk memastikan pelaksanaan
tugas dapat dilakukan dengan lancar. Untuk itu organisasi perlu memiliki profil kompetensi
dari keseluruhan individu. Berdasarkan profil tersebut, organisasi dapat memutuskan perlu
tidaknya melakukan pengembangan dari individu yang dimilikinya, atau perlu melakukan
rekrutmen (secara permanen atau temporer) agar kebutuhan kompetensi terpenuhi. Di sisi
lain, organisasi juga perlu berani mengganti individu yang dinilai kurang kompeten, dengan
yang lebih kompeten. Hal terakhir yang perlu dilakukan oleh organisasi adalah memelihara
dan mempertahankan individu yang dimiliki agar kebutuhan kompetensi untuk mendukung
pelaksanaan tugas terpenuhi (Morton, 2004).
Problematika pengelolaan talenta tentunya tidak berhenti pada proses di atas saja,
tetapi seperti yang dijelaskan dalam formula Ulrich, organisasi perlu memastikan individu ini
memiliki komitmen dan memberikan kontrbusi kepada pelaksanaan tugas. Untuk memastikan
individu lebih berkomitmen, umumnya hal-hal yang perlu diperhatikan oleh organisasi adalah
mewujudkan :
1. Kejelasan visi organisasi, yang akan memberikan arahan kepada individu mengenai
destinasi pelaksanaan tugas.
2. Kesempatan, baik kesempatan untuk berkembang mau belajar.
3. Pemberian insentif, yakni pemberian penghargaan yang adil dan kompetitif atas tugas
yang telah diselesaikan.
4. Kesempatan melihat hasil kerja atau dampak dari pelaksanaan tugas yang dilakukan.
5. Lingkungan kerja yang kondusif baik dari rekan kerja maupun pimpinan.
6. Saluran komunikasi yang memberikan informasi mengenai apa yang sedang berlangsung
dan mengapa.
7. Fleksibilitas untuk menyampaikan dan memilih tugas yang akan dilaksanakan.
Perwujudan hal di atas akan meningkatkan engagement dari talenta yang dimiliki oleh
organisasi yang berdampak pada produktivitas individu dan kinerja organisasi secara
keseluruhan, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Hal terakhir dalam formula adalah memastikan kontribusi individu pada organisasi
(Morton, 2004). Seorang individu dapat saja memiliki kompetensi yang cukup, dan memiliki
komitmen yang kuat namun kemudian tetap merasa tidak puas dan meninggalkan suatu
organisasi karena merasa kebutuhan untuk berkontribusinya tidak terpenuhi. Hal penting
yang perlu dilakukan organisasi justru berupaya memahami kebutuhan untuk berkontribusi
dan kemudian memberikan kesempatan kepada individu untuk melaksanakan tugas tertentu
sehingga dapat berkontribusi kepada organisasi “sesuai dengan harapannya”. Berdasarkan
riset yang dilakukan oleh Ulrich dan istrinya Wendy, seorang psikolog terkemuka,
menjelaskan bahwa terdapat tujuh pertanyaan yang perlu diketahui oleh organisasi yang
biasanya mempengaruhi tingkat kontribusi individu, yaitu:
1. Siapakah saya? Apakah identitas saya sudah sesuai dengan reputasi organisasi?
2. Kemana arah perjalanan karir saya dan mengapa? Bagaimana organisasi akan membantu
individu mencapai tujuan karirnya?
3. Dengan siapakah saya bekerja? Apakah organisasi membangun lingkungan kerja yang
kondusif sehingga seorang individu merasa nyaman?
4. Berapa banyak saya mempraktekkan disiplin dan spiritual? Bagaimana organisasi
menghargai hal-hal seperti kerendahan hati, pemberian penghargaan, ruang untuk
melakukan kesalahan, dan lain-lain?
5. Tantangan seperti apa yang saya inginkan? Bagaimana organisasi membantu individu
untuk memperoleh tugas yang menantang, namun mudah dan enjoy untuk dilaksanakan?
6. Sejauh mana fasilitas yang saya dapatkan? Bagaimana organisasi membantu individu
untuk menjaga kesehatan, mendapatkan ruang kerja yang memadai dan memenuhi
kebutuhan finansial?
7. Apa yang menjadi sumber kebahagiaan saya? Bagaimana organisasi membantu individu
untuk menikmati pelaksanaan tugas.
Apabila organisasi melalui pimpinan membantu individu untuk menjawab pertanyaan
di atas melalui pelaksanaan tugasnya, maka individu tersebut akan merasa terpenuhi dan akan
berkontribusi secara optimal. Dimensi dari pengelolan manusia pada suatu organisasi tidak
berhenti pada masalah kompetensi dan komitmen saja, tetapi organisasi juga perlu
memberikan “ruang” kepada setiap individu untuk berkontribusi dalam pelaksanaan
tugasnya. Hal mendasar yang penting dalam pengelolaan talenta adalah kemampuan
organisasi untuk memiliki profil kompetensi dan kemudian memenuhi kebutuhan kompetensi
tersebut, memberikan infrastruktur pelaksanaan tugas yang meningkatkan komitmen individu
dan yang terakhir
BAB IV
PENUTUP
Manajemen talenta bermanfaat bagi perusahaan agar mampu mengurangi biaya
kesalahan-kesalahan karena rekrutmen dan pengembangan sumberdaya manusia yang tidak
tepat, menghemat waktu, dan mengurangi deviasi kinerja. Dengan kata lain adalah untuk
memperoleh karyawan yang memiliki kemampuan melaksanakan tugasnya dengan baik.
Selain itu managemen talenta berarti adanya perbaikan proses pekerjaan yang dicerminkan
dengan perbaikan sistem informasi manajemen dan penerapan pengembangan SDM yang
efektif (Mangkuprawira, 2010).
Manfaat berikutnya yakni adanya terobosan talenta dan bisnis berupa pemberdayaan
tugas-tugas baru yang lebih menantang. Karyawan akan siap untuk menerima wewenang baru
tersebut. Dalam prakteknya, keberhasilan suatu perusahaan tidak selalu datang dari sistem
sumberdaya manusia. Perusahaan harus secara lebih spesifik menerapkan managemen talenta
agar berpengaruh terhadap performa bisnis yang maksimum. Perusahaan perlu melakukan
pelatihan, manajemen kinerja berbasis pengembangan, perekrutan karyawan berbasis
kompetensi strategik, perencanaan ketenagakerjaan berbasis kompetensi dan ketrampilan,
pengembangan kepemimpinan, dan menciptakan tujuan perusahaan dan karyawan sesuai
dengan tujuan bisnis strategic (Mangkuprawira, 2001).
Manajemen talenta sangat penting bagi perusahaan yang memposisikan karyawannya
sebagai aset perusahaan. Karyawan berusaha bekerja untuk atasan terbaik sedangkan
organisasi berusaha untuk menjadi perusahaan terbaik untuk tempat bekerja. Untuk
mewujudkan tujuan ini, penting memperoleh, memotivasi, terlibat dan mengembangkan
talenta terbaik.
Manajemen talenta karyawan di perusahaan harus berjalan secara efektif, di mana
salah satu hal yang penting untuk diperhatikan adalah kesejahteraan karyawan. Karyawan
adalah modal utama bagi setiap perusahaan. Tanpa adanya sumber daya manusia, perusahaan
tidak akan bisa berjalan. Demikian juga karyawan tidak dapat menunjang kesejahteraan
hidupnya tanpa adanya perusahaan sebagai tempat mencari nafkah sekaligus implementasi
dari disiplin ilmu yang mereka miliki.
Pemberian kesejahteraan karyawan sangat berarti dan bermanfaat bagi perusahaan
dan karyawan. Program kesejahteraan karyawan sangat penting demi terwujudnya tujuan
perusahaan, tetapi program kesejahteraan karyawan harus disusun berdasarkan peraturan
yang ada, berdasarkan asas keadilan dan kelayakan, dan berpedoman pada kemampuan
perusahaan. Hal tersebut bertujuan untuk mendorong produktifitas serta ketenangan kerja
pada perusahaan. Dorongan semangat kerja salah satunya adalah kesejahteraan bagi
karyawan, dan pada akhirnya tujuan dan harapan dari perusahaan dapat terwujud.
Orang ingin bekerja untuk perusahaan yang membayar kompensasi yang adil, hidup
dan kerja dengan dukungan program keseimbangan, memberikan kesempatan untuk belajar
dan tumbuh, memberi mereka perasaan afiliasi dengan perusahaan dan menawarkan mereka
pekerjaan yang berarti.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Tengku. (2012). Manajemen Talenta dan Pelatihan Keberagaman SDM Perusahaan. http://amirtengku.wordpress.com/2012/06/11/manajemen-talenta-dan-pelatihan-keberagaman-sdm-perusahaan/. (Diunduh pada tanggal 9 April 2013)
Desiningrum, D. R. (2012). Artikel Dipublikasikan di Proceeding. http://dinieratridesiningrum.blogspot.com/2012/02/artikel-dipublikasikan-di-proceeding.html. (Di unduh pada tanggal 9 April 2013)
Griffin, R. W. 2002. Manajemen Jilid 1 – Edisi 7. Jakarta : Erlangga
Mangkuprawira, S. (2011). Sistem Manajemen Talenta. http://ronawajah.wordpress.com/2011/07/03/sistem-manajemen-talenta-3/. (Diunduh pada tanggal 11 Maret 2013).
Pela, D. A. & Afifah I. 2011. Talent Manajemen – Mengembangkan SDM untuk Mencapai Perubahan dan Kinerja Prima. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Pfeffer, Jeffrey. dkk. 2002. Paradigma Baru Manajemen Sumber Daya Manusia – Edisi ke 2. Yogyakarta : Amara Books.
Ramly, A. T. (2012). Peran Profesional SDM Sebagai Agen Perubahan Organisasi Dalam Proses Pembelajaran Kolaboratif. http://amirtengku.wordpress.com/. (Diunduh pada tanggal 10 Maret 2012).
Wajah, Rona. (2010). Sistem Manajemen Talenta. http://ronawajah.wordpress.com/2010/12/26/sistem-manajemen-talenta-2/. (Diunduh pada tanggal 9 April 2013)
Yahya, H. S. (2009). Tinjauan Terhadap Sistem dan Praktek Implementasi Pengembangan Eksekutif Bertalenta - Studi Kasus pada Jenjang Direktur PT X. Jurnal FE UI.
LAMPIRAN
Didemo Karyawan Sendiri, Apa Kata Manajemen Indosat?Achmad Rouzni Noor II - detikinetKamis, 18/10/2012 14:18 WIBBrowser anda tidak mendukung iFrame
Suasana demo karyawan Indosat (rou/inet)Jakarta - Manajemen Indosat memberikan tanggapan terkait aksi demo ratusan karyawannya yang memenuhi pelataran kantor pusat Indosat di Jl. Medan Merdeka Barat, Jakarta, Kamis (18/10/2012).
Tanggapan manajemen disampaikan langsung oleh Division Head of Public Relation Indosat, Adrian Prasanto, yang ditemui detikINET di tempat kejadian demo berlangsung.
"Terkait dengan kegiatan aksi yang dilakukan karyawan anggota serikat pekerja indosat pada hari ini, kami menghargai masukan dan aspirasi yang disampaikan," kata dia.
"Kami juga mengajak seluruh karyawan Indosat untuk terus berkontribusi dan berkarya untuk kemajuan perusahaan," lanjut pria yang akrab disapa Pras tersebut.
Dari orasi yang disampaikan, Serikat Pekerja menyatakan keprihatinannya akibat sistem rekrutmen yang tidak transparan, banyaknya karyawan asing yang masuk tanpa dilihat kompetensinya, termasuk juga sistem remunerasi yang dianggap tidak fair.
Dari demo itu juga disampaikan, orang lama Indosat dengan orang baru punya standar yang berbeda. Banyaknya konsultan asing yang dipakai juga dikeluhkan sebagai pemborosan.
"Orang-orang asing ini hanya mendikte kita. Mereka harus tahu kalau orang lokal juga mampu dan punya power," kata Ketua Serikat Pekerja Indosat Yoan Hardi dalam orasinya.
Menanggapi aspirasi yang disampaikan oleh karyawan anggota serikat pekerja Indosat, Pras mengaku menghargai serta menghormati sepenuhnya masukan dan aspirasi yang disampaikan.
"Indosat telah menerapkan sistem rekrutmen dan penempatan karyawan yang memberikan kesempatan bagi personal yang memiliki kompetensi dan mendukung kebutuhan perusahaan," pungkasnya.
Ratusan karyawan yang menggunakan atribut serikat pekerja Indosat menggunakan topi berwarna kuning, turun memenuhi halaman gedung kantor pusat Indosat.
Mereka bersatu menyuarakan keprihatinannya akan sejumlah masalah di tubuh perusahaan telekomunikasi BUMN yang mayoritas sahamnya kini dikuasai Qatar Telecom tersebut.
Menurut pantauan detikINET dari halaman gedung kantor pusat Indosat, ada sekitar 300 karyawan pria dan wanita yang mengelilingi gedung untuk mendengarkan orasi dari Serikat Pekerja Indosat.
Demo yang berlangsung sejak pukul 12.30 siang ini berlangsung tertib dan damai. Hingga pukul 14.00, demo masih terus berlangsung di halaman gedung Indosat.
http://inet.detik.com/read/2012/10/18/140957/2066043/328/didemo-karyawan-sendiri-apa-kata-manajemen-indosat
Dirut Baru Indosat Turun Tangan Tenangkan Karyawan yang DemoAchmad Rouzni Noor II - detikinetKamis, 18/10/2012 14:53 WIBBrowser anda tidak mendukung iFrame
Alexander Rusli di tengah demo (rou/inet)Jakarta - Demonstrasi yang dilakukan ratusan karyawan Indosat 'sukses' membuat sang Dirut & CEO baru Alexander Rusli turun tangan. Alex pun sampai menyampaikan 'orasi' tandingan untuk menenangkan massa.
Dengan berbatik coklat tangan panjang Alex terlihat menyampaikan pemikirannya di hadapan sekitar 300 karyawan Indosat yang demo. Tak lupa, ia juga mengenakan topi seperti yang dipakai peserta demo.
"Saya janji akan memperjuangkan orang lokal lebih baik lagi. Fight kita bukan di sini, fight kita di luar," ujar Alex, di tengah demo yang berlangsung di halaman gedung kantor pusat Indosat di Jl. Medan Merdeka Barat, Jakarta, Kamis (18/10/2012).
Alex sendiri sejatinya baru efektif memegang pucuk pimpinan di Indosat per 1 November 2012, setelah menggantikan Harry Sasongko. Keputusan pergantian nakhoda ini telah diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang dipimpin oleh Seikh Abdulah Mohammed Al-Thani, Komisaris Utama Indosat dari Qatar Telecom, pada 17 September 2012 lalu.
Alex bukan orang baru di Indosat, sebelumnya ia menjabat sebagai Komisaris Independen Indosat sejak 2010. Ia juga pernah menjadi Komisaris di sejumlah perusahaan setelah menjabat sebagai staf ahli di era Sofyan Djalil menjabat sebagai Menkominfo dan Menteri Negara BUMN.
Selain perubahan posisi Dirut, susunan Dewan Komisaris juga terjadi sedikit penambahan dengan masuknya Rudiantara sebagai Komisaris Independen, efektif per 1 November 2012. Rudiantara sendiri bukan orang baru di dunia telekomunikasi. Ia telah lama malang melintang menempati posisi puncak di Telkomsel dan XL.
( ash / ash )
Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!
http://inet.detik.com/read/2012/10/18/144749/2066098/328/dirut-baru-indosat-turun-tangan-tenangkan-karyawan-yang-demo
ANALISIS KASUS
Pada kasus di atas, karyawan Indosat melakukan demo karena keprihatinan mereka
atas sistem rekruitmen yang tidak transparan, banyaknya karyawan asing yang masuk tanpa
dilihat kompetensinya, serta sistem remunerasi yang tidak fair. Selain itu, terdapat perbedaan
standar antara karyawan lama dengan karyawan baru. Banyaknya konsultan asing juga
dianggap sebagai pemborosan, di mana pihak asing dianggap mendikte karyawan lokal.
Apalagi sebagian besar saham Indosat saat ini dikuasai oleh Qatar Telecom.
Hal tersebut menunjukkan bahwa Indosat belum menerapkan prinsip manajemen
talenta dengan baik. Manajemen talenta pada dasarnya adalah gabungan inisiatif yang
dilakukan perusahaan untuk menciptakan keunggulan bisnisnya dengan mengoptimalisasikan
karyawan bertalentanya. Kuncinya adalah pada proses mengidentifikasi, mengembangkan,
dan mempertahankan karyawan bertalentanya untuk dapat terus menciptakan keunggulan
bisnis bagi perusahaan, (Hyacintha Susanti Yahya, 2009). Manajemen talenta dapat
meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja karyawan dalam mencapai business
performance yang diharapkan (Taleo, 2006; Michiel and Jan, 2005; Ian, 2007; Rakesh and
Jyotsna, 2009). Namun tidak demikian halnya dengan kasus yang terjadi pada Indosat. Telah
disebutkan di atas bahwa terdapat perbedaan standar antara karyawan lama dengan karyawan
baru, selain itu juga adanya perekrutan karyawan dan konsultan asing yang dianggap sebagai
pemborosan tanpa dilihat kompetensinya.
Hal tersebut menunjukkan bahwa Indosat tidak mengoptimalisasikan karyawan
bertalentanya, maupun mengembangkan talenta karyawannya untuk dapat terus menciptakan
keunggulan bagi perusahaan. hal ini mengakibatkan ketidakpuasan kerja pada karyawan,
sehingga mereka melakukan demo.
Selain itu, terdapat beberapa kriteria perusahaan yang berhasil mengelola talenta, di
mana hal tersebut belum mampu dicapai oleh Indosat. Kriteria tersebut antara lain sebagai
berikut:
1. Memiliki development mindset. Perusahaan yang berhasil mengelola program
manajemen talenta mengembangkan pola pikir pengembangan. Yaitu suatu pola
pikir yang mengutamakan pengembangan pribadi-pribadi pegawai yang ada di
dalam perusahaan. Namun berdasarkan kasus di atas, Indosat lebih memilih untuk
merekrut karyawan dan konsultan asing tanpa mengembangkan talenta dan
potensi yang dimiliki oleh karyawan lokal.
2. Mengimplentasikan performance culture. Perusahaan yang berhasil mengelola
program manajemen talenta memiliki, menghayati, dan mengimplentasikan
budaya kinerja tinggi (high performance culture). Ini adalah suatu situasi ketika
perusahaan senantiasa berusaha menemukan indikator kinerja setiap posisi,
menjadikannya sebagai dasar untuk menilai keberhasilan seseorang serta sebagai
alat ukur dalam memberikan kompensasi pada setiap orang. Namun menurut
Ketua Serikat Pekerja dalam kasus di atas, terdapat perbedaan standar antara
karyawan asing dengan karyawan lokal. Artinya tidak ada indikator yang jelas
dalam menilai kinerja maupun memberikan kompensasi pada setiap orang. Selain
itu, terdapat sistem remunerasi yang tidak adil.
3. Menerapkan Good HR Information System. Perusahaan yang berhasil mengelola
manajemen talenta ditandai dengan adanya infrastruktur, investasi, dan sistem
informasi SDM yang akurat. Hal tersebut tidak dijumpai pada sistem rekruitmen
Indosat, yang dianggap tidak transparan.