Upload
venieffendi
View
54
Download
11
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan mempunyai peranan sangat penting dalam keseluruhan aspek
kehidupan manusia.Hal tersebut disebabkan pendidikan berpengaruh langsung terhadap
perkembangan manusia, perkembangan seluruh aspek kepribadian manusia.Kalau bidang-
bidang lain seperti ekonomi, pertanian, arsitektur, dan sebagainya berperan menciptakan
sarana dan prasarana bagi kepentingan manusia, pendidikan berkaitan langsung dengan
pembentukan manusia. Pendidikan menentukan model manusia yang akan dihasilkan.
Dalam penyelenggaraan pendidikan formal, kurikulum disusun untuk
pengkondisian iklim belajar yang sistematis. Kurikulum didefinisikan bukan sekedar
daftar matakuliah, tetapi desain pendidikan guna menjamin ketercapaian mutu yang
diinginkan. Jadi dalam kurikulum harus tergambar mutu pendidikan yang diinginkan dan
bagaimana pola pendidikan menjamin ketercapaian mutu tersebut.
Kurikulum dipergunakan sebagai proses yang harus ditempuh oleh peserta didik
melalui proses belajar mengajar pada suatu pendidikan formal di bidang studi tertentu.
Suatu kurikulum dirancang berorientasi pada harapan masyarakat dalam bentuk kegiatan
proses belajar (kegiatan dan pengalaman yang diberikan) dan produk belajar (dampak
dari kegiatan dan pengalaman yang diberikan).
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang cukup
sentral dalam seluruh kegiatan pendidikan, menentukan proses pelaksanaan dan hasil
pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam
perkembangan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dikerjakan
secara sembarangan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis memandang perlu suatu penentuan
isiKurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (KPTK) mendatang dengan
memperhatikan pendekatan-pendekatan sebagai alur pikir bagaimana menentukan isi
kurikulum tersebut.
1
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi masalah yaitu
sebagai berikut :
1. Penentuan isi kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan.
2. Ketidaksesuaian kurikulum dengan kondisi iklim belajar.
C. Batasan Masalah
Agar masalah yang dibahas lebih fokus maka pokok permasalahan dibatasi,
yaitu:“Penentuan isi Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (KPTK)”
D. Rumusan Masalah.
Dari batasan masalah maka dapat dirumuskan permasalahan, yaitu :
Bagaimana menentukan isi kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan?
E. Tujuan Penulisan
a. Memenuhi tugas yang diberikan pada mata kuliah Kurikulum pendidikan
teknologi dan kejuruan di jurusan teknik elektronika fakultas teknik.
b. Sebagai bentuk perhatian Mahasiswa terhadap kurikulum pendidikan teknologi
dan kejuruandi Indonesia.
F. Manfaat Penulisan
Berikut ini kan dijabarkan mengenai manfaat-manfaat yang dapat diambil dari
penulisan makalah ini.
a. Membangun kualitas kurikulum kearah yang lebih baik.
b.Menelaah masalah-masalah kurikulum PTK yang dihadapi.
c. Merancangkurikulum pendidikan agar lebih efektif.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Beberapa strategi yang banyak dimanfaatkan oleh para perancang kurikulum untuk
menentukan isi kurikulum, yaitu:
A. Pendekatan Filosofis
Pemikiran para ahli filsafat pernah menjadi factor dominan dalam penentuan isi
kurikulum pendidikan. Bahkan di masyarakat yang belum menemukan strategi yang lebih
sistematis dan obyektif, pendapat yang bukan ahli filsafatpun dapat mendominasi
penentuan isi kurikulum. Secara praktis dapat dikatakan bahwa filosofi adalah seperangkat
keyakinan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang kemudian mendasari segenap
sikap dan perbuatannya.
Dengan demikian perencanaan isi kurikulum dengan berdasarkan filosofi ini salah
satu kelemahannya adalah sulitnya menemukan consensus atau kesepakatan antara para
ahli atau perencana kurikulum tentang pemikiran – pemikiran mereka yang berkenaan
dengan “apa yang seharusnya diajarkan di sekolah kejuruan”?
Di lain pihak, apabila pendidikan kejuruan diyakini sebagai pendidikan yang
menyiapkan anak didik untuk dapat memasuki beberapa lapangan kerja sejenis
(occupational clusters), maka dapat diharapkan isi kurikulumnya akan banyak mencakup
aspek-aspek kemampuan dasar teknis yang relative umum dan dapat digeneralisasikan ke
beberapa lapangan pekerjaan yang sejenis. Kemampuan seperti itu dapat diperoleh lewat
mata pelajaran seperti matematika, sains, komunikasi dan dasar-dasar keteknikan.
Contoh lain yang senada adalah adanya keyakinan filosofis bahwa pendidikan
kejuruan pada dasarnya adalah bukan pendidikan terminal tetapi salah satu mata rantai
saja dari serangkaian upaya pendidikan yang bersifat developmental. Ini akan membawa
konsekuensi langsung dalam menentukan mata pelajaran yang menjadi isi kurikulumnya.
Akan kontradiktif misalnya jika filosofi ini kemudian dijabarkan menjadi kurikulum yang
isinya tidak memungkinkan samasekali bagi lulusan sekolah kejuruan untuk melanjutkan
belajar ke tingkat yang lebih tinggi.
Sifat developmental yang terkandung dalam rumusan filosfis diatas yang
menghendaki adanya komponen kurikulum yang membekali anak didik bukan saja untuk
3
melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi tetapi bahkan lebih luas lagi ke kemampuan
yang menjamin terus tumbuhnya aspirasi, kemauan untuk terus belajar baik melalui jalur
pendidikan yang lain di luar sekolah formal, seperti misalnya konsep belajar sambil
bekerja.
Sifat komperehensif dituntut jika diinginkan kurikulum yang merupakan suatu
kebulatan integral, tidak terpotong-potong sehingga membuka kemungkinan kontradiksi
antara maksud dan tujuan mata pelajaran yang satu dengan lainnya.
B. Pendekatan Introspektif
Pendekatan introspektif mendasarkan penentuan isi kurikulum pada hasil
pemikiran perorangan atau kelompok, tetapi difokuskan pada pemikiran dan perasaan dari
mereka yang terlibat langsung dalam penyelenggaraan pendidikan teknologi dan kejuruan
seperti misalnya para guru dan administrator yang sehari-harinya bekerja di lingkungan
sekolah kejuruan.
Meskipun cara pendekatan ini sudah lebih baik dari pada pendekatan filosofis
dalam arti lebih dekat dengan situasi persekolahan yang akan digarap, namun karena yang
terlibat dalam proses tersebut terbatas dari kalangan dalam, biasanya tidak dapat dijamin
bahwa isi kurikulum yang dihasilkan akan dapat valid dalam arti memenuhi apa yang
dibutuhkan oleh calon pemakai.
C. Pendekatan DACUM
Variasi lain dari pendekatan introspektif adalah apa yang dikembangkan oleh
para ahli kurikulum di Canada dalm penentuan isi kurikulum, yaitu yang disebut
DACUM (Developing A Curriculum). Proyek pengembangannya berawal dari usaha
bersama antara Departemen Tenaga Kerja dan Imigrasi dengan General Learning
Corporation di Canada, tetapi kemudian diseminasinya dilaksanakan di banyak lembaga
pendidikan kejuruan.
Keunikan lain dari proses identifikasi isi kurikulum dengan pendekatan DACUM
ini ialah urutan dan intensitas partisipasi peserta yang harus di targetkan sedemikian rupa
sehingga yang dihasilkan selama proses tersebut bukan terbatas hanya pada inventarisasi
skill atau pengetahuan spesifik yang akan menjadi kerangka isi kurikulum, tetapi juga
sampai pada tingkat kemahiran atau kompetensi sesuai dengan apa yang diperlukan
dalam situasi kerja yang nyata. Urutan prosesnya secara garis besar dapat diuraikan
sebagai berikut:
4
A A-1A B-1-2
A-3 A-4 A-6A-5
B B-1 B-2 B-3 B-4 B-5
1. Orientasi bagi anggota komisi atau peserta tentang program yang akan
direncanakan kurikulumnya dan apa yang diharapkan dari mereka.
2. Mengkaji/mereview deskripsi pekerjaan dan tugas atau tanggung pekerjaan
tersebut dalam situasi tempat kerja yang riel.
3. Mengidentifikasi kategorisasi kompetensi umum dalam bidang kerja yang
dimaksud, yang biasanya merupakan ranah kompetensi yang nanti akan dapat
dijabarkan lebih lanjut ke dalam kompetensi-kompetensi yang lebih spesifik.
4. Mengidentifikasi seperangkat kompetensi khusus dalam tiap kategori kompetensi
umum, baik itu berwujud skill, pengetahuan atau keterampilan tertentu.
5. Mengorganisir kompetensi-kompetensi tersebut dalam urutan atau struktur yang
memungkinkannya untuk dijabarkan menjadi urutan belajar yang sesuai dengan
prinsip dan psikologi belajar.
6. Menentukan tingkat kecepatan atau “level of competence” untuk masing-masing
kompetensi sebagai acuan proses penilaian hasil belajar anak didik.
Keuntungan dari proses perencanaan isi kurikulum pendidikan teknologi dan
kejuruan menggunakan pendekatan DACUM ini adalah:
1. Biaya pengembangan yang relative murah, apalagi kalau dari pihak industry dan
dunia usaha bersedia “meminjamkan” ahlinya dengan cuma-cuma sebagai akibat
baiknya hubungan yang sudah terjalin sebelumnya.
2. Waktu yang relative singkat dengan hasil yang langsung bisa dipakai, karena
biasanya sikap kerja efisien dan konsentrasi yang tinggi yang dimiliki oleh orang-
orang dari industry dan dunia usaha tersebut terbawa pada waktu mereka bekerja
sebagai anggota komisi DACUM.
3. Peluang untuk menghasilkan kurikulum yang tinggi relevansinya dengan
kebutuhan dunia kerja karena minimalnya intervensi dari kalangan akademik.
Berikut ini adalah format profile pendekatan DACUM:
5
C C-1 C-2 C-3 C-4 C-5 C-6
D D-9D-8D-7D-6D-5D-3 D-4D-2D-1
E E-6 E-7 E-10E-3 E-5E-4E-2 E-9E-8E-1
D. Pendekatan Fungsional
Dalam pendekatan fungsional yang akan diuraikan ini maka yang akan terjadi
adalah fungsional yang akan diuraikan ini maka yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu
penentuan isi kurikulum yang dilakukan dengan cara yang lebih obyektif .Pendekatan ini
didasari oleh asumsi bahwa anak didik yang belajar melalui pendidikan teknologi dan
kejuruan harus mempelajari fungsi-fungsi apa yang harus ada untuk menjamin
kelangsungan kerja suatu industry atau dunia usaha tertentu, dan kemudian dijabarkan
menjadi penampilan-penampilan (performance) yang terkait dengan fungsi atau tugas
tertentu untuk dijadikan masukan bagi perencana kurikulum.
Sebagai contoh identifikasi fungsi yang berkaitan dengan bidang kerja pertanian
atau peternakan mungkin akan menghasilkan inventarisasi fungsi seperti:
Menjual hasil produksi langsung di pasaran bebas
Mengenal tanda-tanda dini gangguan kesehatan binatang ternak
Merencanakan sistem pemberian makanan ternak yang efisien dan memenuhi
syarat kesehatan serta kebersihan lingkungan
Mengelola kebun pembibitan sayur mayor tropis
E. Pendekatan Analisis Tugas (task analysis)
Pendekatan analisis tugas (task analysis) adalah yang paling banyak diterapkan
untuk pendidikan teknologi dan kejuruan di Negara yang sudah maju.Untuk keperluan
analisis tugas ini akan dibedakan antara istilah pekerjaan (job), kewajiban (duties), tugas
(task), kegiatan (activity), pengoperasian (operations) dan langkah-langkah (step), dari
yang paling umum atau yang paling utuh ke bagian terkecil, istilah di atas dapat
digambarkan dibawah:
6
Hirarki Analisis Pekerjaan untuk Analisis Tugas
Menggunakan diagram dalam gambar diatas untuk menganalisis suatu pekerjaan,
kalau suatu tugas tertentu dapat mewakili dengan representatif suatu kewajiaban (duty)
tertentu, maka hendaknya dapat dimengerti kalau dalam kasus tersebut kewajiban dan
tugas menjadi satu pengertian dan istilahnya dipakai atau dipertukarkan satu sama lain.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan analisis tugas adalah bahwa
analisis dilaksanakan terhadap pekerja yang sudah benar-benar menduduki jabatan atau
pekerjaan di tempat kerja (job incumbent).
7
pekerjaan
Kewajiban
(Duty 1)
Kewajiban
(Duty 2)
Kewajiban
(Duty 3)
Kewajiban
(Duty 4)
Tugas 1 Tugas 2 Tugas 3 Tugas 4 Tugas 5
Kegiatan 1
Kegiatan 2
Kegiatan 3
Operasi B
Operasi A
Operasi D
Operasi C
Step (a)
Step (b)
Step (c)
Step (d)
Dst.
Hal lain yang mempengaruhi keberhasilan pendekatan analisis tugas ini tetapi yang
sangat sulit dipenuhi adalah sistimatika dan ketelitian atau kecermatan dalam inventarisasi
data dan pengolahannya nanti.
Dalam melakukan analisis tugas, perlu diperhatikan pula langkah-langkah atau
urutan prosesnya, yang menurut Finch dan Crunkilton (1979) mencakup hal-hal sebagai
berikut:
1. Melakukan kajian literature dan informasi yang relevan
2. Mengembangkan inventori pekerjaan atau jabatan
3. Memilih sampel atau contoh pekerja sebagai sumber data
4. Melaksanakan survey atau penelitian di lapangan
5. Menganalisis hasil survey untuk dijabarkan menjadi kurikulum dan kegiatan
belajar di sekolah
Pelaksanaan Survei Analisis Tugas
Aspek pertama yang dikerjakan dalam pelaksanaan analisis tugas adalah
mengidentifikasi dari sekian banyak jabatan dalam suatu lapangan kerja tertentu, mana
saja atau pekerjaan jenis apa saja yang akan dipilih untuk dikembangkan pendidikan dan
latihannya dengan menggunakan analisis tugas ini. Pertimbangan untuk ini adalah bahwa
jangka waktu proses pengembangan dan pertumbuhan kesempatan kerja harus berada
dalam titik seimbang, ada pertimbangan lainnya seperti kelancaran penempatan lulusan,
daerah penempatan (local, regional atau nasional), biaya investasi permulaan dan biaya
penyelenggaraan selanjutnya.
8
Tabel 8 :INSTRUMEN MATRIKS ANALISIS PENENTUAN PRIORITAS
PENGEMBANGAN
Jenis
jabatan/pekerjaan
Kebut.
Lapangan
PKK Prospek
Penempatan
Biaya
Investasi
Biaya
Implementasi
Skor
Total
Rangking
1. Sekretaris
2. Kapster salon
3. Pemrogram
4. Analisis kimia
5. Operator
computer
6. Teknisi alat berat
7. Teknisi mesin
industri
8. Teknisi listrik
9. Operator diesel
10. Asisten apoteker
5
3
4
5
5
4
5
5
4
4
5
4
4
3
5
3
5
4
4
4
4
3
2
2
3
3
4
5
4
5
5
2
3
3
3
3
4
4
5
3
5
3
4
3
4
4
5
4
3
2
24
15
17
16
20
17
23
22
20
18
1
8
6,5
7
3,5
6,5
2
3
3,5
5
Keterangan: PKK = Pertumbuhan kesempatan kerja
Skor berkisar antara 5 = sangat layak dikembangkan
1 = sangat tidak layak dikembangkan
Kelayakan masing-masing factor ada kriteria tersendiri
Dalam matriks yang dipaparkan di Tabel di atas Nampak bahwa jabatan
sekretaris, operator computer, teknisi listrik dan teknisi mesin industry menduduki
urutan prioritas atau rangking yang tinggi diantara jabatan-jabatan lain yang
disurvei.Ini kemudian dapat dipakai sebagai indicator untuk menentukan jabatan atau
pekerjaan mana yang harus dikembangkan lebih lanjut analisis tugasnya sehingga
dapat disusun kurikulum pendidikan atau latihannya.
Tabel 9 :INSTRUMEN INVENTARISASI TUGAS (TASK INVENTORY)
9
SAMPLE n = 65
PENGATUR RAWAT GIGI
No Rincian Tugas Frekuensi Dilakukan Urgensi Dilaksanakan
0 1 2 3 0 1 2 3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Membersihkan/sterilisasi alat
Menyimpan dan membungkus
alat
Menyiapkan sterilisasi kimia
Menyiapkan alat bedah
Mensucihamakan ruang
operasi
Mencampur oksida seng untuk
base dan gigi palsu sementara
Mencampur amalgam untuk
pekerjaan restorasi
Mencampur silikat untuk
pekerjaan restorasi
Menambal gigi dengan bahan
tambal sementara
Mengelola kartu pasien
3 3 3 56
4 4 6 51
0 4 9 52
2 6 8 49
0 2 4 59
1 1 8 55
3 1 2 59
6 7 844
12 10830
7 10 939
5 0 654
6 0 554
3 1 457
5 4 10 46
0 2 7 56
3 1 754
4 1 654
8 1 645
21 81234
20 18 720
Keterangan: FREKUENSI URGENSI
0 = tidak pernah mengerjakan 0 = sama sekali tidak penting
1 = jarang mengerjakan 1 = sedikit penting
2 = sering mengerjakan 2 = penting
3 = selalu mengerjakan 3 = sangat penting
Dari skor frekuensi masing-masing pilihan jawaban kemudian dihitung
indeks frekuensi dan indeks urgensi untuk mencari urutan tugas.
Tingkat dan jenis skill dalam masing-masing tugas, karena ada yang sifatnya
keterampilan teknis da nada pula yang sifatnya manipulative, sebagaimana dibedakan oleh
10
Milton Larson (1972). Ahli pendidikan kejuruan ini membedakan kebutuhan skill untuk
mengerjakan suatu tugas menjadi skill manipulative dan skill teknis, yang masing-masing
kemudian dibedakan lebih lanjut menjadi empat tingkatan seperti dalam contoh Instrument
Analisis Kegiatan dan Tingkat Keterampilan ( AKTK) dibawah.
Tabel 10
INSTRUMEN ANALISIS KEGIATAN DAN TINGKAT KETERAMPILAN ( A K T K)
MEKANIK OTOMOTIF
No Unit Pekerjaan (operations) Tingkat Skill
Manipulative
Tingkat Skill
Teknis
Keterangan lain
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
A. PEMASANGAN
KEPALA SILINDER
Membongkar gasket
Menyekor klep dan
dudukan klep
Memperbaiki mekanik klep
Mendiagnosis kerusakan
mekanik klep
Menyetel saat
pembukaan/penutupan
B. BONGKAR PASANG
BLOK SILINDER
Menyetel ring, torak, dan
pentorak
dst.dst
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
Keterangan:
Manipulative: Teknis:
11
1 = perlu kecepatan, sedikit keterampilan 1 = dapat mengerjakan dengan instruksi lisan
2 = kecepatan sedang, keterampilan sedang 2 = dapat mengerkjakan dibawah bimbingan
3 = kecepatan sedang, keterampilan tinggi 3=dapat mengerjakan sendiri dengan bantuan
4 = kecepatan tinggi dan keterampilan tinggi 4 = mampu memperbaiki kerusakan sendiri
Penjabaran Hasil survei menjadi Kurikulum
Dari hasil survey analisis tugas yang diutarakan diatas, kemudian harus diorganisir
dan diolah sehingga menjadi bahan acuan dalam penyusunan isi kurikulum.Hal ini
dilaksanakan dengan melakukan analisis zone (zone analysis) dan analisis isi (content
analysis).Yang pertama-tama melukiskan gambaran menyeluruh isi kurikulum berdasarkan
kelompok mata pelajaran yang dibagi menjadi kelompok spesialisasi, kelompok penunjang,
dan kelompok dasar, masing-masing dengan proprosi yang harus dipikirkan masak-
masak.Yang kedua menyangkut penjabaran rincian hasil analisis tugas menjadi materi
belajar atau unit belajar yang nanti dilanjutkan dengan desain kegiatan instruksional dan
pengadaan materi instruksionalnya, baik yang berupa lembar informasi, lembar kerja,
lembar tugas, dan lembar pengamatan.
Dari kelima pendekatan untuk menentukan isi kurikulum yang sudah diuraikan
diatas tidak dapat dikatakan dengan tegas mana yang paling baik, karena banyak factor
yang terkait dengan kelayakan pemakaian masing-masing pendekatan. Ditinjau dari segi
falsafah pendidikan teknologi dan kejuruan, cara kelima (task analysis) mungkin yang
paling mendekati idealism tentang kurikulum yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja.
Tetapi ditinjau dari peranan pendidikan teknologi dan kejuruan sebagai sarana
pengembangan sumber daya manusia, ada pertimbangan tertentu yang menyebabkan
pendekatan yang terlalu didikte oleh kebutuhan industry ini tidak begitu popular di negara
yang sedang berkembang.
Dengan kata lain masing-masing pendekatan mempunyai segi untung rugi dan
kelemahan serta kelebihan. Menjadi kewajiban para perencana kurikulum untuk dapat
mencari sendiri paradigm pendidikan kejuruan yang paling sesuai dengan konteks
masyarakat dan kemudian mencari pendekatan yang khusus dikembangkan untuk mengisi
paradigm tersebut dengan pelaksanaan operasional.
BAB III
12
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan-kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Dalam merancang sebuah Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (KPTK)
perlu adanya strategi pendekatan, antara lain yaitu pendekatan filosofis, introspektif,
DACUM, Fungsional, dan Pendekatan Analisis Tugas.
2. Pendekatan Introspektif mendasarkan penentuan isi kurikulum pada hasil pemikiran
perorangan atau kelompok, tetapi difokuskan pada pemikiran dan perasaan dari
mereka yang terlibat langsung dalam penyelenggaraan pendidikan teknologi dan
kejuruan
3. Pendekatan Fungsional didasari oleh asumsi bahwa anak didik yang belajar melalui
pendidikan teknologi dan kejuruan harus mempelajari fungsi-fungsi apa yang harus
ada untuk menjamin kelangsungan kerja suatu industry atau dunia usaha tertentu,
dan kemudian dijabarkan menjadi penampilan-penampilan (performance) yang
terkait dengan fungsi atau tugas tertentu untuk dijadikan masukan bagi perencana
kurikulum.
B. Saran
Adapun saran-saran dalam makalah ini yaitu
Perlu dilakukan tinjauan yang lebih mengarah pada kurikulum PTK, serta lebih
adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan Dan teknologi, serta kebutuhan
masyarakat pada saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
13
Sukanto , 1988. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum PTK , Jakarta : Dirjen
Pendidikan Tinggi
14