26
makalah kualitas pendidikan yang islami BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Memasuki abad XXI atau millennium ketiga ini dunia pendidikan di hadapkan kepada berbagai masalah pelik yang apabila tidak segera diatasi secara cepat,tidak mustahil dunia pendidikan akan ditinggal oleh zaman. Kesadaran akan tampilnya dunia pendidikan dalam memecahkan dan merespon berbagai tantangan baru yang timbul pada setiap zaman adalah suatu hal yang logis bahkan suatu keharusan .Hal yang demikian dapat dimengerti mengingat dunia pendidikan merupakan salah satu pranata yang terlibat langsung dalam merpersiapkan masa depan umat manusia. Pendidikan saat ini pada umumnya amat dipengaruhi oleh pandangan hidup barat yang brcorak ateistik, sekularistik, materialistic, rasionalistik, empiris dan skeptic. Sebagai akibat dari pandangan filosofis yang demikian itu, maka lulusan dunia pendidikan saat ini cenderung berubah orientasi dan pola hidupnya kearah yang bercorak materialistic, hedonistic, sekularistik, dan individualitik yang gejala-gejalanya antara lain kurang menghargai nilai-nilai agama/pola hidup yang permissive, yakni serba membolehkan apa saja, seperti pergaulan bebas, hidup bersama tanpa nikah, menyalahgunakan obat-obat terlarang dan lain sebagainya. Pandangan filosofis yang melandasi dunia pendidikan yang demikian itu harus segera kita ganti dengan pandangan hidup islami yang disesuaikan dengan nilia-nilai luhur budaya bangsa Indonesia.

Makalah Kualitas Pendidikan Yang Islami

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Kualitas Pendidikan Yang Islami

makalah kualitas pendidikan yang islami

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Memasuki abad XXI atau millennium ketiga ini dunia pendidikan di hadapkan

kepada berbagai masalah pelik yang apabila tidak segera diatasi secara

cepat,tidak mustahil dunia pendidikan akan ditinggal oleh zaman. Kesadaran

akan tampilnya dunia pendidikan dalam memecahkan dan merespon berbagai

tantangan baru yang timbul pada setiap zaman adalah suatu hal yang logis

bahkan suatu keharusan .Hal yang demikian dapat dimengerti mengingat dunia

pendidikan merupakan salah satu pranata yang terlibat langsung dalam

merpersiapkan masa depan umat manusia.

Pendidikan saat ini pada umumnya amat dipengaruhi oleh pandangan hidup

barat yang brcorak ateistik, sekularistik, materialistic, rasionalistik, empiris dan

skeptic. Sebagai akibat dari pandangan filosofis yang demikian itu, maka lulusan

dunia pendidikan saat ini cenderung berubah orientasi dan pola hidupnya kearah

yang bercorak materialistic, hedonistic, sekularistik, dan individualitik yang

gejala-gejalanya antara lain kurang menghargai nilai-nilai agama/pola hidup

yang permissive, yakni serba membolehkan apa saja, seperti pergaulan bebas,

hidup bersama tanpa nikah, menyalahgunakan obat-obat terlarang dan lain

sebagainya. Pandangan filosofis yang melandasi dunia pendidikan yang

demikian itu harus segera kita ganti dengan pandangan hidup islami yang

disesuaikan dengan nilia-nilai luhur budaya bangsa Indonesia.

B. Rumusan masalah

A. Apa yang dimaksud dengan Pengertian Pendidikan Islam?

B. Bagaimana pendidikan yang islami?

C. Apa-apa Metode pendidikan yang islami?

D. Tujuan penulisan

Page 2: Makalah Kualitas Pendidikan Yang Islami

A. Mahasiswa mampu mengetahui Pengertian Pendidikan Islam

B. Mengetahui pendidikan yang islami

C. Memahami Metode pendidikan yang islami

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN ISLAM

Secara sederhana pendidikan islam dapat diartikan sebagai pendidikan yang

didasarkan pada nilai-nilai ajaran islam sebagaimana yang tercantu dalam al-

Quran dan al-hadist serta dalam pemikiran para ulama dan dalam praktek

sejarah umat islam.Berbagai komponen dalam pendidikan mulai dari

tujuan,kurikulum,guru,metode,pola hubungan guru murid,evaluasi,sarana

prasarana,lingkungan ,dan evaluasi pendidikan harus didasarkan pada nilai-

nilaiajaran islam.Jika berbagai komponen tersebut satu dan lainnya membentuk

suatu system yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran islam maka system

tersebut selanjutnya dapat disebut sebagai system pendidikan islam.

Dalam bidang social,islam mencita-citakan suatu masyarakat yang egaliter,yaitu

system social yang didasarkan atas kesetaraan dan kesedarajatan sebagai

makhluk tuhan.Atas dasar ini,kedudukan dan kehormatan manusia dihadapan

Tuhan dan manusia lainnya bukan didasarkan atas perbedaan suku

bangsa,golongan, bahasa,warna kulit,pangkat,keturunan,harta benda,tempat

tinggal,dan lain sebagainya melihat didasarkan atas ketakwaannya kepada

Tuhan dan dharma baktinya terhadap masalah-masalah kemanusiaan.

Sementara itu dalam bidang hubungan social antara ummat islam dan ummat

yang bragama lainnya.Islam mencita-citakan suatu keadaan masyarakat yang

didasarkan pada ukhuwah yang kokoh yakni ukhuwah islamiyah yang

memungkinkan terjadinya hubungn yang harmonis dan saling membantu antara

sesama manusia baik seagama maupun berbeda agama dan sesame makhluk

Tuhan lainnya.

Cuta-cita islam dalam berbagai bidang kehidupan yang demikian ideal itu,selain

itu harus disosialisasikan kepada masyarakat melalui jalur pendidikan juga

Page 3: Makalah Kualitas Pendidikan Yang Islami

sekaligus harus menjadi dasar atau prinsip dalam penyelenggaraan pendidikan

islam.Dengan demikian posisi dan tugas pendidikan islam adalah

memasyarakatkan secara efektif dan efisisen cita-cita ajaran islam tersebut dan

dalam waktu yang bersamaan cita-cita tersebut menjadi dasar atau prinsip

penyelenggaraan pendidikan islam.

B. PRIORITAS KEGIATAN PENDIDIKAN ISLAM

Sejalan dengan cita-cita Islam yang menjadi dasar pendidikan Islam

sebagaimana disebutkan diatas maka prioritas kegiatan pendidikan islam harus

diarahkan untuk mencapai tujuan yaitu menghasilkan para lulusan yang memiliki

pandangan ajaran islam yang luas,menyeluruh dan holistic serta mampu

mengaplikasikannya sesuai dengan tingkat usia anak didik dan perkembangan

zaman.Untuk itu apa yang dikemukakan H.Bustanul Arifin,SH.,selaku Ketua

Badan Pendiri yayasan Anakku yang mengatakan : kami menginginkan sekolah

yang melahirkan kader pemimpin dan intelektual islam dengan wawasan

luas.tampak sejalan dengan cita-cita ajaran islam.Yaitu bahwa yang dimaksud

dengan wawasan luas disini adalah suatu wawasan yang melihat agama islam

sebagai pembawa misi kedamaian dan kesejahteraan dalam berbagai aspek bagi

seluruh umat manusia,tanpa membedakan latar belakang agama,suku bangsa

dan sebagainya.Dengan wawasan yang demikian itu,maka para siswa yang

dihasilkan perguruan ini adalah para siswa yang dapat berinteraksi dengan

siapapun yang membawa kepada nilai-nilai kebenaran dan kedamaian ,dan

berupaya mewujudkan nilai-nilai keislaman tersebut ditengah-tengah kehidupan.

Sejalan dengan pemikiran diatas,akan prioritas kegiatan pendidikan islam harus

diarahkan kepada empat hal sebagai berikut :

Pertama,pendidikan islam bukanlah hanya untuk mewariskan paham atau pola

keagamaan hasil internalisasi generasi tertentu kepada anak didik.Pendidikan

islam jangan memperlakukan anak didik sebagai konsumen dari sebuah paham

atau gugusan ilmu –ilmu tertentu, melainkan harus mampu memberikan fasilitas

yang memungkinkan dia menjadi produsen ilmu dan membentuk pemahaman

agama dalam dirinya yang kondusif dengan zaman.

Kedua,Pendidikan hendaknya menghindari kebiasaan menggunakan andaian-

andaian model yang idealisir yang seringkali membuat kita terjebak dalam

romantisme yang berlebih-lebihan.Hal itu,dalam manifestasinya seperti

Page 4: Makalah Kualitas Pendidikan Yang Islami

kerinduan kita agar anak dapat mengulangi mengulangi pengalaman dan

pengetahuan yang pernah kita peroleh.

Ketiga,Bahan-bahan pengajaran agama hendaknya selalu mengintegrasikan

problematic empiric sekitarnya,agar anak didik memperoleh bentuk pemahaman

keagamaan yang bersifat parsial dan segmentatif.

Kelima,jika visi pendidikan agama seperti diutarakan diatas harus diterjemahkan

dalam ruang lingkup atau lingkungan pendidikan,sebaiknya hal-hal yang bersifat

menanamkan keharusan emosional keagamaan,berprilaku yang baik(akhlak),dan

memiliki sifat terpuji(muruah),mungkin lebih tepat ditekankan dalam program

pendidikan agama dilingkungan keluarga.

C. PELUANG PENDIDIKAN ISLAM UNTUK PERSIAPAN MASA DEPAN

Masa depan umat manusia diabad 21 atau millennium ketiga sangat ditentukan

oleh seberapa jauh ia mampu eksis secara fungsional ditengah-tengah

kehidupan global yang amat kompetitif.Dalam situasi tersebut,manusia yang

akan survive adalah yang dapat merubah tantangan menjadi peluang,dan dapat

mengisi peluang tersebut secara produktif.Sementara itu factor kepribadian atau

moralitas yang baik akan menjadi salah satu daya tarikdalam berkomunikasi

dengan sesame manusia.Masa depan membutuhkan manusia-manusia yang

kreatif,inovatif,dinamis,terbuka,bermoral baik,mandiri atau percaya

diri,menghargai waktu,mampu berkomunikasi dan memanfaatkan peluang serta

menjadikan orang lain sebagai mitra.

Hal ini mereka pertaruhkan harapannya pada lembaga-lembaga pendidikan

islam yang berkualitas yang cirri-ciri serta pendekatannya telah disebutkan

diatas.Untuk itu sekolah-sekolah unggulan yang bernuansa islami akan menjadi

alternative pilihan masyarakat dimasa depan.

D. STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS DAN CARA MENGUKURNYA

Agar sekolah-sekolah unggulan yang bernuansa islam tatep bertahan dan

mampu merespon kebutuhan masyarakat setiap zaman,maka harus memiliki

strategi peningkatan kualitas dan pengukurannya yang efektif.Strategi tersebut

pada dasarnya tertumpu pada kemampuan memperbaiki dan merumuskan

visinya setiap zaman yang dituangkan dalam rumusan tujuan pendidikannya

yang jelas.Tujuan tersebut selanjutnya dirumuskan dalam program pendidikan

yang aplikable,metode dan pendekatan yang parsipatif,guru yang

Page 5: Makalah Kualitas Pendidikan Yang Islami

berkualitas,lingkungan pendidikan yang konduktif,serta sarana dan prasarana

yang relevan dengan pencapai tujuan pendidikan.Inti dari strategi tersebut

bertolak dari pandangan terhadap pendidikan sebagai alat untuk membantu

atau menolong masyarakat agar eksis secara fungsional ditengah-tengah

masyarakat sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam.

Untuk mengukur berhasil tidaknya strategi tersebut dapat dilihat melalui

berbagai indicator sebagai berikut:

Secara akademik, lulusan pendidikan tersebut dapat melanjutkan kejenjang

pendidikan yang lebih tinggi.

Secara moral,lulusan tersebut dapat menunjukkan tanggung jawab dan

kepeduliannya kepada masyarakat sekitarnya.

Secara individual,lulusan pendidikan tersebut semakin meningkat

ketakwaannya,yaitu manusia yang melaksanakan segala perintah Allah dan

menjauhi larangan-Nya.

Secara social,lulusan pendidikan tersebut dapat berinteraksi dan bersosialisasi

dengan masyarakat sekitarnya,dan

Secara cultural,ia mampu menginterpretasikan ajaran agamanya sesuai

dengan lingkungan sosialnya.

Dengan kata lain,dimensi kognitif intelektual,afektif –emosional,dan

psikomotorik-praktis cultural dapat terbina secara seimbang.

E. PELAKSANAAN SEHARI-HARI LINGKUNGAN PIIPL

Dalam pelaksanaan sehari-hari dilingkungan PIIPL,lembaga pendidikan Al-Azhar

harus menentukan perkembangan dan tuntutan zaman.Visi,misi,tujuan yang

sudah dipilih lembaga pendidikan Al-Azhar sebagai mana dituangkan dalam buku

hijau saya nilai sudah tepat dan masih relevan untuk menjawab tantangan abad

ke-21 sebagaimana disinggung tadi.Namun visi,misi,,dan tujuan tersebut dalam

pelaksanaannya harus dibedakan tingkatannya sesuai dengan tingkat jenjang

pendidikannya.Untuk tingkat taman kanak-kanak dan sekolah dasar misalnya

lebih ditekankan pada contoh keteladanan dan praktek,pada tingkat sekolah

menengah pertama(SMP)selain melalui praktek juga sudah harus disertai dalil-

dalil al-quran dan hadist,dan pada tingkatan sekolah menengah

Page 6: Makalah Kualitas Pendidikan Yang Islami

umum(SMU)ditambah lagi dengan dalil-dalil akal dan perbandingan.dan pada

tingkat perguruan tinggi ditambah lagi dengan pendalaman dan analisis.Dengan

demikian jika benar –benar ingin menghasilkan kader pemimpin danintelektual

islam dengan wawasan luas,sebaiknya lembaga pendidikan Al-Azhar membuka

program strata 1(S1),strata 2(S2),sampai dengan strata 3(S3) sambil melibatkan

mereka dalam pemecahan masalah dimasyarakat.

Ini harus diambil agar tidak menimbulkan kekacauan dalam arah yang akan

ditempuh serta tidak membingungkan para siswa.Para guru dan pengelola

pendidikan diminta bersiakap arif,berbesar jiwa,dan toleransi yang tinggi yaitu

sikap yang menganggap bahwa apa yang ditetapkan sebagai pilihan oleh

lembaga adalah memiliki kebenaran disamping kesalahan ,sebagai mana juga

sikap dan pandangan yang dimiliki secara individual oleh para guru atau

pengelola juga memiliki kebenaran dan kesalahan.

Hubungan Islam Dengan Masalah Pendidikan

Islam sebagai agama dan pandangan hidup yang diyakini mutlak kebenarannya

akan memberikan arah dan landasan etis serta moral pendidikan.Dalam kaitan

ini Malik Fajar mengatakan bahwa hubungan antara islam dan dengan

pendidikan bagikan dua sisi sekeping mata uang.Artinya,Islam dan pendidikan

mempunyai hubungan filosofis yang sangat mendasar baik secara

ontologism,epistimologis,maupun aksiologis.

F. CIRI-CIRI PENDIDIKAN YANG ISLAMI

Ciri khas yang membedakan antara pendidikan yang islami dan pendidikan yang

tidak islam telah dijelaskan diatas.Lebih jauh lagi berbagai komponen yang

terdapat dalam ajaran islam ini dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Dasar Pendidikan Yang Islami

Dalam struktur ajaran islam,tauhid merupakan hal yang amat fundamental dan

mendasari segala aspek kehidupan para penganutnya,tak terkecualinya aspek

pendidikan.Dalam kaitan ini seluruh pakar sependapat bahwa dasar pendidikan

islam adalah tauhid.Melalui dasar ini dapat dirumuskan hal-hal sebagai berikut:

Pertama,kesatuan kehidupan.Bagi manusia ini berarti bahwa kehidupan

duniawi menyatu dengan kehidupan ukhrawinya.Sukses atau kegagalan ukhrawi

ditentukan oleh amal duniawinya.

Page 7: Makalah Kualitas Pendidikan Yang Islami

Kedua,kesatuan ilmu.Tidak ada pemisahan antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-

ilmu umum,karena semuanya bersumber dari satu sumber yatu Allah Swt.

Ketiga,kesatuan iman dan rasio.Karena masing-masingdibutuhkan damn

masing-masing mempunyai wilayahnya sehingga harus saling melengkapi.

Keempat,kesatuan agama.Agama yang dibawa oleh para nabi,kesemuanya

bersumber dari Allah Swt.Prinsip-prinsip pokoknya menyangkut

akidah,syari’ah,dan akhlak tetap sama dari zaman dahulu sampai zaman

sekarang.

Kelima,kesatuan kepribadian manusia.Mereka semua diciptakan dari tanah dan

Ruh Ilahi.

Keenam,kesatuan individu dan masyarakat.Masing-masing harus saling

menunjang.

Dengan dasar tauhud ini,maka pendidikan yang dikembangkan oleh islam ini

tidak akan mengarah kepada kesatuan dengan Tuhan ,manusia,(masyarakat)dan

alam semesta.Wawasan tentang ketuhanan akan menumbuhkan

ideology,idealisme,cita-cita dan perjuangan.Wawasan tentang manusia akan

menumbuhkan

kearifan,kebijaksanaan,kebersamaan,demokrasi,egalitarian,menjunjung tinggi

nilai kemanusiaan dan sebaliknya menentang anarkisme dan kesewenang-

wenagan.

Sementara itu wawasan tentang alam akan melahirkan semangat dan sikap

ilmiah sehingga melahirkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta kesadaran

yang mendalam untuk melestarikannya,karena alam bukan semata-mata

sebagai obyek yang harus diexploitasi seenaknya melainkan sebagai mitra dan

sahabat yang ikut menentukan corak kehidupan.

Ketiga wawasan yang dibangun dari dasar tauhid tersebut diharapkan dapat

melahirkan kebudayaan yang berkualitas(amal shalih),sebagaimana yang

dikehendaki oleh hati nurani manusia.Bukan kebudayaan yang justru

menumbuhkan ketakutan,kekejaman,dan menurunkan derajat kemanusiaan.

I. Fungsi dan tujuan pendidikan yang islami

Page 8: Makalah Kualitas Pendidikan Yang Islami

Sejalan dengan dasar pendidikan sebagaimana tersebut diatas,mak a fungsi

pendidikan yang islami harus berfungsi sebagai penyiapan kader-kader khalifah

dalam rangka membangun kerajaan dunia yang makmur,dinamis,harmonis,dan

lestari sebagaimana yang di isyaratkan oleh Allah.

Dengan demikian,pendidikan yang islami mengemban misi melahirkan manusia

yang tidak hanya memanfaatkan persediaan alam,tetapi juga manusia yang mau

bersyukur kepada yang membuat alam dan manusia,memperlakukan manusia

sebagai khalifah dan memprlakukan alam tidak hanya sebagai obyek penderita

semata tetapi juga sebagai komponen integral dari system kehidupan.

3. METODE PENDIDIKAN YANG ISLAMI

Berdasarkan pandangan terhadap manusia yang demikian itu,maka pendidikan

yang islam akan memperlakukan sasaran didiknya secara

adil,bijaksana,demokratis,sabar,pemaaf,dan seterusnya.Dengan pandangan

yang demikian ,maka pendidikan yang dialami akan menerapkan metode

pendidikan yang manusiawi,menyenangkan dan memenggairahkan anak

didik.Namun sayangnya kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa metode

pendidikan yang diterapakan oleh guru dikelas-kelas belum dapat

menumbuhkan bakat,potensi,dan gairah anak didik secara optimal.Hal ini

menunjukkan bahwa nilai-nilai islami yang seharusnya diterapkan dalam proses

belajar mengajarbelum terwujud sebagaimana yang diharapkan.

Dalam kaitan ini,dirasakan tentang perlunya dikembangkan wawasan emansi-

patoris dalam proses belajar mengajar.Sehingga bagi anak didik cukup

memperoleh kesempatan berpartisipasi dalam rangka memiliki kemampuan

metodologis untuk mempelajari materi atau subtansi ajaran islam.

4. KURIKULUM PENDIDIKAN YANG ISLAMI

Sebagaimana fungsi dan metode pendidikan yang islami tersebut diatas,maka

kurikulum pendidikan yang islami juga harus dirancang berdasarkan konsep

tauhid dalam hubungannya dengan pengembangan ilmu pengetahuan.Dengan

prinsip ini,maka berbagai pengetahuan yakni pengetahuan agama,pengetahuan

social, pengetahuan alam(sains),pengetahuan filsafat dan pengetahua khusus

yang langsung diperoleh manusia dari Tuhan melalui proses penyucian diri

(tazkiyah al-nafs),pada dasarnya adalah berasal dari Tuhan .Dengan dasar

Page 9: Makalah Kualitas Pendidikan Yang Islami

ini,maka akan terjadi integrasi antara berbagai pengetahuan tersebut dan

seluruhnya diarahkan untuk semakin mendekatkan diri kepada Tuhan.

Peran Pendidikan Yang Islami Menghadapi Tantangan Masa Depan

Tidak ada kekhawatiran manusia yang paling puncak diabad mutakhir ini,kecuali

hancurnya rasa kemanusiaan manusia dan hilangnya semangat religious dalam

segala aktivitas kehidupan manusia.Pesatnya perkembangan sains dan

tekhnologi disatu sisi memang telah menghantarkan manusia untuk

meningkatkan kesejahteraan materialnya.Tetapi disisi lain,paradigm sains dan

tekhnologi modern dengan berbagai pendekatan non-metafisik dan netral etik

telah menyeret manusia pada kegersangan dan kebutaan dimensi-dimensi

spiritual.

Dalam pada itu terminology budaya sebagai manifestasi empiric dari interaksi

hidup manusia,baik dengan sesama maupun alam lingkungannya yang

seyogyanya didasarkan pada nilai-nilai normative ilahiyah,semakin lama

semakin tampak mengalami pergeseran yang sangat berarti.Nilai-nilai

altruistic(cinta kasih)segera akan kita lihat berganti menjadi nilai-nilai

individualistic.Hal ini akan memacu tumbuhnya kompetisi hidup yang amat

tajam.

Permasalahan kemanusiaan yang dihadapinpada masa depan tersebut dapat

diatasi melalui pelaksanaan pendidikan islam yang cirri-cirinya telah disebutkan

diatas,yaitu pendidikan yang merupakan manifestasi dari tugas kekhalifahan

umat manusia dimuka bumi yang didasarkan pada pandangan bahwa kesatuan

alam dan manusia sebagai totalitas ciptaan Allah dimana manusia diberi otoritas

relative untuk mendayagunakan alam dan tidak terlepas dari sifat ar

Rahman,dan ar Rahim Allah yang termasuk sifat keRubiyahan-Nya.

Page 10: Makalah Kualitas Pendidikan Yang Islami

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian tersebut,dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang islami

adalah pendidikan yang mendasarkan konsepsinya pada ajaran tauhid.Dengan

dasar ini,maka orientasi pendidikan islam diarahkan pada upaya mensucikan diri

dan memberikan penerangan jiwa sehingga setiap diri manusia mampu

meningkatkan dirinya dari tingkatan iman ketingkat ihsan yang melandasi

seluruh bentuk kerja kemanusiaannya(amal shalih).

Dengan demikian pendidikan yang islami tidak lain adalah upaya mengefektifkan

aplikasi nilai-nilai agama yang dapat menimbulkan transformasi nilai dan

pengetahuan secara utuh kepada manusia,masyarakat dan dunia pada

umumnya.Pendidikan yang islami sebagaimana diuraikan diatas akan tetap

diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah kemanusiaan yang dihadapi pada

masyarakat modern saat ini dan masa mendatang.

B. Kritik dan Saran

Dengan adanya makalah ini kami mengharapkan adanya perubahan dalam

proses belajar mengajar dimana perubahan itu dapat sangat bermanfaat bagi

para pelajar. Dalam pembuatan makalah ini, tidak terlepas dari kesalahan-

kesalahan yang tidak kami sengaja maka olehnya itu, kritik maupun saran yang

bersifat membangun akan selalu kami nanti demi pembuatan makalah kami

selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Prof Dr H.Abuddin Nata, M.A,”Manajemen pendidikan” Mengatasi Kelemahan

Pendidikan Islamdi Indonesia,(Jakarta,Kencana 2003) cet I

Jumbolati, Al,Ali, Perbandingan Pendidikan Islam, (ter) H. M. Arifin M.ed(Jakarta

Rineka cipta 1994) cet I

Page 11: Makalah Kualitas Pendidikan Yang Islami

Sulaiman , Fathiyah Hasan, System Pendidikan Versi Alghozai (Bandung: Al-

Ma’arif 1986) cet X

Fadjar, a Malik. Reorentasi Pendidikan Islam (Jakarta. Gema Insana: Press, 1995)

cet I

Azra, azyumardi, Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu 1999) cet I

Page 12: Makalah Kualitas Pendidikan Yang Islami

Meningkatkan Kualitas Pendidikan Islam,

DITULIS OLEH ARIES MUSNANDAR   RABU, 16 NOVEMBER 2011 10:57

*) Aries Musnandar Dosen FEB UB Malang, Mhs PPs UIN Maliki Malang

Paling tidak terdapat empat hal yang perlu menjadi perhatian bersama guna meningkatkan kualitas pendidikan Islam di Indonesia, keempat hal tersebut sebagai berikut:

1. Peran Masyarakat dalam Peningkatan Kualitas Madrasah

Pada artikel tentang problematika pendidikan Islam telah dipaparkan sejumlah fenomena penyelenggaraan pendidikan Islam dengan berbagai problematika yang melingkupinya. Namun hal ini bukan tanpa peluang dan potensi yang memungkinkan penyelenggaraan pendidikan bisa lebih bermutu. Prof. Hargraves (dalam Tilaar, Kebijakan Pendidikan, 2009) menyatakan bahwa ilmu pendidikan mandeg dan tidak berkembang karena tidak mendapatkan input dari praktik pendidikan. Oleh sebab itulah ilmu pendidikan termasuk pendidikan Islam hanya berada pada tataran idealistik belaka tanpa teruji di lapangan. Dengan sendirinya banyak kebijakan pendidikan di Indonesia bukan ditentukan oleh data dan informasi di lapangan, tetapi berdasarkan subyektivitas karena menggunakan epistema-epistema ilmu lainnya yang tidak relevan dengan kebutuhan peserta didik.

Sejarah berdirinya madrasah seperti diketahui adalah lembaga pendidikan yang lahir dari masyarakat. Inisiatif dan kemandirian disatu pihak, kebersamaan dan partisipasi masyarakat dilain pihak merupakan ciri khas munculnya madrasah. Pengakuan pemerintah atas munculnya madrasah diejawantahkan dengan menegerikan madrasah. Sebenarnya dengan masuknya Pemerintah sebagai "pemilik" madrasah negeri justeru dapat "mengekang" prakarsa dan keterlibatan masyarakat. Madrasah  yang pada awalnya lahir  didasarkan pada kepemilikan lingkungan di "akuisisi" pemerintah. Sesuatu yang muncul atas prakarsa masyarakat (community based education) tidak perlu diambil alih Pemerintah. Hal ini sejalan dengan pandangan  Tilaar dalam "Membenahi Pendidikan Nasional" (2009) bahwa pola manajemen tunggal dengan menegerikan madrasah terkesan hanya berdasar gengsi dan keinginan memperoleh subsidi semata. Sebaiknya, manajemen tunggal diganti menjadi pola sembiotik yakni mengakui adanya pendidikan Islam yang dikelola masyarakat, punya  hak hidup dan saling kerjasama, disisi lain harus ada otonomi pendidikan (school based management). Sesuai dengan jiwa desentralisasi yang menyerap aspirasi dan partisipasai masyarakat dalam pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan, masyarakat dituntut untuk memiliki kepedulian yang tinggi memperhatikan lembaga pendidikan yang berada di lingkungan setempat. Hal ini dapat menumbuhkan sikap kepemilikan yang tinggi dengan memberikan kontribusi baik dalam bidang material, kontrol manajemen, pembinaan, serta bentuk partisipasi lain dalam rangka meningkatkan eksistensi

Page 13: Makalah Kualitas Pendidikan Yang Islami

madrasah yang selanjutnya menjadi kebanggaan lingkungan setempat melalui peningkatan kualitas penyelenggaraannya.

2.    Penguatan Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah dan Guru

Pentingnya setiap lembaga pendidikan memiliki guru dan kepala sekolah yang berkualitas seharusnya sudah menjadi kesadaran kita bersama. Jika tujuan sistem pendidikan yang dirancang dan diarahkan untuk menciptakan siswa (lulusan) yang berkualitas dan berprestasi tinggi (higher student achievement), kita dengan dibantu data pendidikan tersedia seharusnya sudah dapat mengidentifikasi unsur-unsur yang mampu mendukung/menopang pencapaian tujuan tersebut. Perdebatan di kalangan masyarakat yang peduli pendidikan tentang pentingnya guru yang efektif dalam menopang pencapaian tujuan pendidikan sudah lama berlangsung, dan bahkan sejumlah penelitian juga sudah banyak yang mengungkapkan tentang pengaruh guru berkualitas terhadap keberhasilan pembelajaran siswa. Hanushek (1992), misalnya, menemukan, "That students whose teachers are at the top of the effectiveness range achieve as much as an additional year of growth in student learning over those with teachers near the bottom of the range - a gain of 1.5 years of academic growth as opposed to 0.5 years of growth in a single year."  Meskipun banyak hasil studi yang mengungkapkan peran sentral guru dalam menunjang pencapaian tujuan pendidikan (educational attainment), perhatian para petinggi/pengelola kebijakan pendidikan pada tingkat pusat dan daerah terhadap pembangunan kapasitas guru masih setengah hati. Oleh karena itu, pemerintah sudah harus punya kebijakan tentang guru dan kepala sekolah yang lebih komprehensif, jelas (clear), dan terukur ke depan. Killion (2010) mengemukakan, "If there are strong policies in place that set clear expectations, then there will be improved practice.

Standar kompetensi guru terdiri dari kompetensi pedagogik, kepribadian, professional dan sosial. Dalam disiplin ilmu psikologi kompetensi kepribadian dan sosial termasuk dalam kategori kompetensi emosional.   Kompetensi emosional mengarah pada kecakapan antar individu (personal skills) dan kecakapan sosial (social skills) yang dapat mendukung kearah unjuk kerja terbaik. Kecerdasan emosional adalah "engine" dari kompetensi emosional yang membuat individu mampu mengenali secara akurat perasaan orang lain guna mengembangkan kecakapan mempengaruhi (influence) dan berprestasi (Achievement drive). Oleh karena itu untuk memprediksi unjuk kerja individu kita perlu mengenal dan mengukur kompetensi emosional yang merupakan fondasi dari kompetensi sosial, kepribadian termasuk soft skills.

3.    Peningkatan Soft Skills Kepala Sekolah/Madrasah dan Guru

Penemuan/penelitian Daniel Goleman menghasilkan sebuah teori Emotional Intelligenceatau kecerdasan emosional yang dikaitkan dengan keberhasilan unjuk kerja individu (Daniel Goleman, 1995, 1998, 2000). Penelitian berkaitan dengan sejumlah penelitian sebelumnya dan

Page 14: Makalah Kualitas Pendidikan Yang Islami

merupakan kelanjutan penelitian yang dilakukan oleh Bar-On, Mayer. Salovey & Carusso (Aries, 2006).  Konsep kecerdasan emosional diwujud nyatakan dalam bentuk kompetensi emosional yang merupakan "engine" bagi pengembangan program-program pelatihan bersifat soft skills (SS). Kepiawaian seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain di tempat kerja di ejahwantahkan dalam bentuk kerjasama yang efektif dan produktif. Sebagai kepala sekolah dan guru kepiawaian berinteraksi sangat penting, oleh karena itu pengembangan tenaga pendidikan kedepannya mesti mengkaitkan programnya dengan hal ini.

Kecakapan pendukung  atau SS tidak semata-mata berwujud kemampuan berkomunikasi secara langsung (verbal dan non verbal) dengan orang lain, namun juga berupa kemampuan menampilkan diri secara maksimal yang kemudian dapat "menular" kepada rekan sejawat, serta memberi kesan positif  kepada  orang lain yang berinteraksi kerja dengannya.  Bahkan kekuatan SS niscaya bisa diperluas tidak hanya bermanfaat untuk dunia usaha, tetapi juga bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara termasuk di dalam mengelola dan menjalankan roda pemerintahan. Dengan demikian dapat dipahami bahwa beragam pekerjaan yang berhubungan dengan orang lain sesungguhnya membutuhkan keterlibatan SS (T. Raka Joni, 2005: The Hard Case 4 Soft Skills Penguasaan SS ini paling tidak dapat dilihat dari kepiawaian seseorang  menangani pekerjaan yang mengandung tiga unsur kecakapan. Penampilan  yang terlihat dari unsur  pertama yakni: senantiasa melakukan prakarsa (initiative), berkemauan keras untuk meraih prestasi (achievement drive), dan mudah untuk beradaptasi (adaptability). Semakin kuat tampilan ketiga unsur kecakapan tersebut dimiliki utuh oleh seseorang, semakin besar pula porsi keberhasilan unjuk kerjanya. Memang tuntutan terhadap penguasaan SS berbeda-beda bergantung pada jenis dan lingkungan pekerjaannya. Namun, tentunya hampir semua pekerjaan dan tugas-tugas yang berhubungan dengan orang banyak sangat membutuhkan kehadiran SS. Berbagai jabatan mulai dari guru, kepala sekolah, dosen, kepala daerah, wakil rakyat, menteri hingga presiden sekalipun adalah jabatan yang memiliki tuntutan penguasaan softskills yang tinggi. SS juga penting bagi siswa, mahasiswa.

4. Penilaian Baku Kinerja Kepala Sekolah/Madrasah dan Guru

Hal lain adalah sistem penilaian unjuk kerja (performance appraisal system) untuk guru dan kepala sekolah perlu diberlakukan dengan kaidah SMART (sepesific, measurable, achieveable dan time bounded). Kepiawaian guru dalam mengelola kelas dan kepala sekolah dalam mengelola sumber-sumber daya pendiidkan baru dapat dikatakan sukses apabila KPI atau indikator unjuk kerja kunci tersusun secara SMART. jelas, transparan, terbuka dan fair. Tiadanya alat dan tolok ukur yang pasti dan disepakati bersama atas keberhasilan unjuk kerja (KPI= Key Performance Indicator) membuat kesimpangsiuran atas tepat tidaknya proses (the how) dan hasil (the what) unjuk kerja guru dan kepala sekolah. Sasaran kerja dibuat bersama diawal tahun ajaran akademik

Page 15: Makalah Kualitas Pendidikan Yang Islami

oleh pengawas (Atasan langsung). Contoh sasaran pencapaian yakni peningkatan penguasaan materi pelajaran (content knowledge) bahasa Inggris para guru madrasah dengan menggunakan TOEIC (test of english for international communication) dari  semula dibawah skor 245 (setara elementary) menjadi diatas skor 245 (intermediate). Sasaran dibuat secara individu dan terdiri dari sejulah sasaran tujuan yang dispekati bersama.

Penilaian kinerja semacam ini akan mengukur dan menilai tingkat keberhasilan kegiatan guru/kepala sekolah tidak hanya dari sisi hasil (the what) tetapi juga cara (the how) memperoleh hasil yang diperoleh, dibuat di lembaran-lembaran terpisah (what & how). Proses dalam mencapai tujuan yang ditetapkan berkaitan dengan nilai-nilai etika dan moralitas sebagai tenaga pendidikan dalam meraih sasaran tujuan. Melalui sistem penilaian unjuk kerja guru dan kepala sekolah paling tidak kita akan mampu menilai seoramg guru atau kepala sekolah itu efektif, berhasil atau tidak, dapat diterima secara lebih obyektif, karena memiliki patokan yang disepakati bersama. Dengan demikian diharapkan guru/kepala sekolah akan bekerja keras berdasarkan acuan sistem penilaian unjuk kerja yang baku. Dengan begitu kerja guru dan kepala sekolah akan lebih terpantau dengan baik.

Kepala sekolah dan jajarannya dituntut untuk bekerja dengan "smart" melalui sasaran yang telah disepakati.  Kepala sekolah sukses adalah ia yang mampu merubah potensi sumber daya yang dimiliki sekolah/madrasah menjadikannya sebagai suatu kenyataan agar tercapai tujuan yang ditetapkan bersama. Setiap individu pemangku kepentingan di sekolah/madrasah akan mengacu pada pemberlakuan penilaian kinerja yang memiliki sasaran SMART terbuka, jelas dan transparan. Melalui sistem penilaian seperti ini subyektivitas dapat diminimalkan.

KESIMPULAN

KدMغO MفQسWW مTاقMدTمMتQ ل MنظWرQ ن Qت TقWوا اللهM وMل Wوا ات TذOينM ءMامMن kهMا ال يM Mاأ ي

MونWلMمQعM OمMا ت OيرWW ب ب Mخ Mالله TنO TقWوا اللهM إ وMات

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (Al Qur'an Surat Al Hasyr: 18).

Kandungan hikmah dan makna yang dapat kita peroleh dari ayat 18 Surat Al Hasyr itu agar umat Islam sebagai kaum yanmg beriman sungguh-sungguh meningkatkan kualitas karya dan kerjanya dalam mengisi kehidupan di dunia ini. Dari waktu-ke waktu unjuk kerja umat Islam mesti semakin baik dengan terus meningkatkan nilai takwa kepa sang Pencipta Allah SWT. Apa yang kita kerjakan bahkan sekecil apapun Allah akan mengetahuinya dan apabila kerja dan karya kita diyakini sebagai bentuk

Page 16: Makalah Kualitas Pendidikan Yang Islami

amal ibadah niscaya akan sangat bermanfaat bagi upaya meraih kebahagiaan di akherat kelak.Islam mengajarkan kita sebagai umat beriman untuk melaksanakan kehidupan yang di anugerahkan Allah ini dengan penuh kredibilitas dan tangguing jawab. Setiap pekerjaan yang dilakukan di dunia ini semestinya mengandung unsur-unsur kebajikan yang bermanfaat tidak hanya bagi diri kita sendiri tetapi juga bagi manusia dan lingkungannya. Salah satu kegiatan kebajikan yang memiliki nilai-nilai kebajikan luhur itu adalah penyelenggaraan pendidikan.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukandirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Pasal 1 UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003). Untaian kata-kata dalam definisi pendidikan yang dicatumkan dalam UU RI ini cukup mengindikasikan peran serta umat Islam dalam menformulasikan makna dari pendidikan itu di Negara kita ini. Sehingga, jika mengacu pada pengertian pendidikan diatas, maka semestinya pendidikan diselenggarakan dengan memerhatikan nilai-nilai keagamaan yang diejawanthkan dalam perilaku akhlak yang mulia.

Akhirnya, ikhtisar yang dapat disusun dari ulasan pada makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Pendidikan Islam diarahkan pada sikap dan tingkah laku individu dengan menanamkan nilai-nilai Islam dalam proses pertumbuhannya menuju terbentuknya kepribadian yang berakhlak mulia, Dimana akhlak yang mulia adalah merupakan hasil pelaksanaan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana yang sudah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Oleh sebab itu individu yang memiliki akhlak mulia menjadi sangat penting keberadaannya sebagai cerminan dari terlaksananya pendidikan Islam.2. Sumbangsih dunia Islam terhadap perkembangan ilmu pengetahuan tidak diragukan lagi3. Kelemahan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah umum akut dan faktual Fenomena keterbatasan penyelenggaraan pendidikan Islam bersifat filosofis dan teknis praktis metodologis yang saling kait mengkait. Contoh persoalan dikotomi yang masih merebak. Secara praksis misalnya adalah alokasi waktu yang kurang memadai dan isi kurikulum yang terlalu syarat. Di samping itu, sarana dan lingkungan sekolah sering tidak menunjang pelaksanaan pendidikan agama. 4. Program-program pengembangan profesionalisme dan penguatan kompetensi guru dan kepala sekolah perlu terus menerus di disain dan dikembangkan dengan menaruh perhatian tidak hanya metode dan penguasaan materi ajar tetapi dilengkapi program pengembangan kecerdasan emosional para tenaga pendidikan tersebut. Softskills sebagai kecakapan penting bagi kesuksesan unjuk kerja guru, kepala sekolah bahkan juga bagi siswa/mahasiswa perlu didisain dan ditumbuh

Page 17: Makalah Kualitas Pendidikan Yang Islami

kembangkan secara sistemik dan terarah dalam program-program pengembangannya5. Kebijakan Pemerintah kerapkali tidak sejalan dengan berbagai konsep dan teori kebijakan pendidikan itu sendiri. Menegerikan madrasah merupakan contoh mementahkan konsep pendekatan pola manajemen sembiotik menjadi pola manajemen tunggal. Padahal, madrasah lahir dari prakarsa dan peran serta masyarakat sebagai pemangku kepentingan. 6. Sistem penilaian kinerja guru dan kepala sekolah/madrasah (tenaga pendidikan) perlu dibakukan dengan mengikuti kaidah SMART yang jelas, transparan, terbuka dan fair.7. Pengelolaan dana pendidikan yang senantiasa mengacu pada cost effectiveness dan sinergi antara efektivitas dan efisiensi perlu terus ditnama-suburkan dilingkung sekolah sebagaimana juga dalam upaya mengubah paradigma komersialisasi di dunia pendidikan menuju entrepreneurial characters perlu diejawantahkan secara nyata didudkung SS.

Lihat Samsir Alam, artikel Guru dan Kualitas Pembelajaran Siswa, Media Indonesia, edisi 1 November 2010

Lihat Aries Musnandar (2006) Proposal Disertasi Psikologi Pendidikan, PPs Universitas Negeri Malang

Lihat Aries Musnandar, Kembangkan Softskills Cetak Prestasi, Rubrik Opini, Bisnis Indonesia, edisi 14 Maret 2010.

Lihat lebih jauh pada Aries Musnandar (2010), Perlunya Pembakuan Penilaian Kinerja Presiden,  Rubrik Opini, Bisnis Indonesia, edisi 12-12-2010

Page 18: Makalah Kualitas Pendidikan Yang Islami

Pengertian Kualitas Pendidikan

Arti dasar dari kata kualitas menurut Dahlan Al-Barry dalam Kamus Modern

Bahasa Indonesia adalah “kualitet”: “mutu”; baik buruknya barang” [1] seperti

halnya yang dikutip oleh Quraish Shihab yang mengartikan kualitas sebagai

tingkat baik buruk sesuatu atau mutu sesuatu.[2]

Sedangkan kalau diperhatikan secara etimologi, mutu atau kualitas diartikan

dengan kenaikan tingkatan menuju suatu perbaikan atau kemapanan. Sebab

kualitas mengandung makna bobot atau tinggi rendahnya sesuatu. Jadi dalam

hal ini kualitas pendidikan adalah pelaksanaan pendidikan disuatu lembaga,

sampai dimana pendidikan di lembaga tersebut telah mencapai suatu

keberhasilan.[3]

Menurut Supranta kualitas adalah sebuah kata yang bagi penyedia jasa

merupakan sesuatu yang harus dikerjakan dengan baik.[4] Sebagaimana yang

telah dipaparkan oleh Guets dan Davis dalam bukunya Tjiptono menyatakan

kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,

jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.

[5]

Begitupula orang seringkali berbicara tentang kualitas pendidikan, tetapi yang

sebenarnya adalah masih dirasakan kurang jelas pengertian soal itu. Kualitas

atau mutu (produk) adalah sesuatu yang dibuat secara sempurna tanpa kecuali.

Produk yang bermutu memiliki nilai dan prestise bagi pemiliknya. Mutu

bersinonim dengan kualitas tinggi atau kualitas puncak. Kualitas ini dapat

diberikan pada suatu produk atau layanan yang memilki spesifikasi tertentu.[6]

Page 19: Makalah Kualitas Pendidikan Yang Islami

Kualitas pendidikan menurut Ace Suryadi dan H.A.R Tilaar merupakan

kemampuan lembaga pendidikan dalam mendayagunakan sumber-sumber

pendidikan untuk meningkatkan kemampuan belajar seoptimal mungkin.[7]

Di dalam konteks pendidikan, pengertian kualitas atau mutu dalam hal ini

mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan.

Dari konteks “proses” pendidikan yang berkualitas terlibat berbagai input

(seperti bahan ajar: kognitif, afektif dan, psikomotorik), metodologi (yang

bervariasi sesuai dengan kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan

administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan

suasana yang kondusif.

Dengan adanya manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi mensingkronkan

berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam interaksi

(proses) belajar mengajar, baik antara guru, siswa dan sarana pendukung di

kelas atau di luar kelas, baik dalam konteks kurikuler maupun ekstra-kurikuler,

baik dalam lingkungan substansi yang akademis maupun yang non akademis

dalam suasana yang mendukung proses belajar pembelajaran.

Kualitas dalam konteks “hasil” pendidikan mengacu pada hasil atau prestasi

yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu (apakah tiap akhir

cawu, akhir tahun, 2 tahun atau 5 tahun, bahkan 10 tahun). Prestasi yang

dicapai atau hasil pendidikan (student achievement) dapat berupa hasil test

kemampuan akademis, misalnya ulangan umum, EBTA atau UAN. Dapat pula

prestasi dibidang lain seperti di suatu cabang olah raga, seni atau keterampilan

tambahan tertentu. Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak

dapat dipegang (intangible) seperti suasana disiplin, keakraban, saling

menghormati, kebersihan dan sebagainya. [8]

Page 20: Makalah Kualitas Pendidikan Yang Islami

Selain itu kualitas pendidikan merupakan kemampuan sistem pendidikan dasar,

baik dari segi pengelolaan maupun dari segi proses pendidikan, yang diarahkan

secara efektif untuk meningkatkan nilai tambah dan factor-faktor input agar

menghasilkan output yang setinggi-tingginya.

Jadi pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang dapat menghasilkan

lulusan yang memiliki kemampuan dasar untuk belajar, sehingga dapat

mengikuti bahkan menjadi pelopor dalam pembaharuan dan perubahan dengan

cara memberdayakan sumber-sumber pendidikan secara optimal melalui

pembelajaran yang baik dan kondusif.

Pendidikan atau sekolah yang berkualitas disebut juga sekolah yang berprestasi,

sekolah yang baik atau sekolah yang sukses, sekolah yang efektif dan sekolah

yang unggul.

Sekolah yang unggul dan bermutu itu adalah sekolah yang mampu bersaing

dengan siswa di luar sekolah. Juga memiliki akar budaya serta nilai-nilai etika

moral (akhlak) yang baik dan kuat.[9] Pendidikan yang berkualitas adalah

pendidikan yang mampu menjawab berbagai tantangan dan permasalahan yang

akan dihadapi sekarang dan masa yang akandatang.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa kualitas atau mutu pendidikan adalah

kemampuan lembaga dan sistem pendidikan dalam memberdayakan sumber-

sumber pendidikan untuk meningkatkan kualitas yang sesuai dengan harapan

atau tujuan pendidikan melalui proses pendidikan yang efektif.

Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang dapat menghasilkan lulusan

yang berkualitas, yaitu lulusan yang memilki prestasi akademik dan non-

akademik yang mampu menjadi pelopor pembaruan dan perubahan sehingga

mampu menjawab berbagai tantangan dan permasalahan yang dihadapinya,

baik di masa sekarang atau di masa yang akan datang (harapan bangsa).

Page 21: Makalah Kualitas Pendidikan Yang Islami