26
i MAKALAH KIMIA INDUSTRI INDUSTRI GAS LPG PT.Media Karya Sentosa, GRESIK Oleh Nama : Muhammad Fadli Nim/Bp : 1301782/2013 Prodi : Kimia Dosen Pembimbing : Ananda Putra,S.si, M.si, Ph.D : Umar Kalmar S.Si, M.Si, Ph.D JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2015

makalah kimia industri, mengenai pengolahan minyak bumi menjadi gas lpg

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pada makalah ini menjelaskan bagaimana proses pembuatan gas lpg, dimulai dari pembuatan, cara mengolah limbah dan jga hasil dari produk gas lpg tersebut. pada makalah ini jga ada standarisasi indonesia jika suatu perusahaan ingin membuka perusahan dibidang gas lpg..pada makalah ini jga ada bagaimana cara mendapatkan hasil gas lpg itu dengan baik.

Citation preview

MAKALAH KIMIA INDUSTRI

INDUSTRI GAS LPG

PT.Media Karya Sentosa, GRESIK

Oleh

Nama: Muhammad Fadli

Nim/Bp : 1301782/2013

Prodi : Kimia

Dosen Pembimbing : Ananda Putra,S.si, M.si, Ph.D

: Umar Kalmar S.Si, M.Si, Ph.D

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2015

i

18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kelimpahan rahmat beserta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah kimia industri yang berjudul Proses produksi LPG di PT. Media Karya Sentosa . Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Industri yang merupakan mata kuliah wajib untuk mahasiswa program studi Kimia.

Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada bapak Ananda Putra S.Si, M.si, Ph.D dan bapak Umar Kalmar S.Si, M.Si, Ph.D sebagai dosen pembimbing. Selanjutnya penulis juga mengucapkan terimakasih kepada orang tua atas doa restu dalam menulis makalah ini. Begitupun rekan rekan yang telah memberikan dukungan terhadap lancarnya penulisan makalah ini.

Penulis sudah mengupayakan sedemikian rupa agar makalah ini sempurna dengan berpedoman kepada beberapa buku sumber., Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat dijadikan acuan atau pedoman untuk penulisan makalah lanjutan.

Padang, Maret 2015

Penulis

BAB IPENDAHULUANA. PROFIL PERUSAHAAN

PT. Media Karya Sentosa (MKS) merupakan salah satu perusahaan gas nasional yang pabriknya bertempat di Gresik Jawa Timur. Pabrik ini didesain untuk memproses natural gas dari pipeline yang berasal dari PT. PHE-WMO (Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore) yang berlokasi di Gresik Jawa Timur pula. Setiap harinya PT. Media Karya Sentosa memproses 100 MMSCFD (118400 STDm3/jam) gas alam. Fasilitas pengolahan gas alam yang ada pada PT. MKS ini terbagi atas inlet separation, inlet compression, molecular sieve dehydration, cryogenic liquids recovery, depropanizer unit, debutanizer unit, a hot oil system, associated utilities, PLC-based process control and safety, dan shutdown system.

B. LATAR BELAKANG

Indonesia juga merupakan salah satu negara yang kaya akan gas bumi. Gas bumi sebagai sumber energi dan suber bahan baku memiliki peran penting di Indonesia saat ini dan masa mendatang. Menurut DitJen Migas cadangan total cadangan gas alam Indonesia per tahun 2012 adalah sebesar 152,89 TCF

Gambar 1.1 Cadangan Gas Alam Indonesia

Komposisi umum dari natural gas adalah 75% methane (CH4), 15% ethane (C2H6), 10% Hidrokarbon yang lain seperti Propane (C3H8), Buthane (C4H10), dan (C5H12). Umunya komponen metana dan etana diproduksi sebagai LNG (Liquefied Natural Gas) ataupun sebagai sale gas, sedangkan komponen propan dan butan diproduksi sebagai LPG (Liquefied Petroleum Gas). Di Indonesia ELPIJI adalah brand PERTAMINA untuk LPG (Liquefied Petroleum Gas). LPG merupakan gas hidrokarbon produksi dari kilang minyak dan kilang gas dengan komponen utama gas propana (C3H8) dan butana (C4H10). Pada tekanan atmosfir, LPG berbentuk gas, tetapi untuk kemudahan distribusinya, LPG diubah fasanya menjadi cair dengan memberi tekanan. Dalam bentuk cair, LPG mudah didistribusikan dalam t abung ataupun tanki. Di Indonesia, LPG digunakan terutama sebagai bahan bakar untuk memasak. Konsumen LPG bervariasi, mulai dari rumah tangga, kalangan komersial (restoran, hotel) hingga industri. Di kalangan industri, LPG digunakan sebagai bahan bakar pada industri makanan, keramik, gelas serta bahan bakar forklift. Dibandingkan dengan bahan bakar lain, penggunaan LPG lebih menguntungkan dikarenakan kebersihannya, stabil, ramah lingkungan serta fleksibel

Menurut data kementrian ESDM dibawah ini dapat dilihat bahwa konsumsi LPG di Indonesia mengalami kenaikan sejak tahun 2000 2011. Hal ini mengindikasikan bahwa LPG merupakan salah satu BBM yang diminati konsumen.

Tabel 1.1 Kenaikan Konsumsi LPG Indonesia

Menurut data resmi Direktorat Jendral Minyak dan Gas Bumi bahwa pengguna LPG yang paling dominan adalah dari sektor rumah tangga yakni mencapai 70%.

BAB IIBAHAN BAKU

A. Gas AlamGas alam sering juga disebut sebagai gas Bumi atau gas rawa, adalah bahan bakar fosil berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana CH4. Ia dapat ditemukan di ladang minyak, ladang gas Bumi dan juga tambang batu bara. Ketika gas yang kaya dengan metana diproduksi melalui pembusukan oleh bakteri anaerobik dari bahan-bahan organik selain dari fosil, maka ia disebut biogas. Sumber biogas dapat ditemukan di rawa-rawa, tempat pembuangan akhir sampah, serta penampungan kotoran manusia dan hewan.

Komponen utama dalam gas alam adalah metana (CH4), yang merupakan molekul hidrokarbon rantai terpendek dan teringan. Gas alam juga mengandung molekul-molekul hidrokarbon yang lebih berat seperti etana (C2H6), propana (C3H8) dan butana (C4H10), selain juga gas-gas yang mengandung sulfur (belerang). Gas alam juga merupakan sumber utama untuk sumber gas helium.

Metana adalah gas rumah kaca yang dapat menciptakan pemanasan global ketika terlepas ke atmosfer, dan umumnya dianggap sebagai polutan ketimbang sumber energi yang berguna. Meskipun begitu, metana di atmosfer bereaksi dengan ozon, memproduksi karbon dioksida dan air, sehingga efek rumah kaca dari metana yang terlepas ke udara relatif hanya berlangsung sesaat. Sumber metana yang berasal dari makhluk hidup kebanyakan berasal dari rayap, ternak (mamalia) dan pertanian (diperkirakan kadar emisinya sekitar 15, 75 dan 100 juta ton per tahun secara berturut-turut).

Komponen

%

Metana (CH4)

80-95

Etana (C2H6)

5-15

Propana (C3H8) and Butana (C4H10)

< 5

Nitrogen, helium, karbon dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), dan air dapat juga terkandung di dalam gas alam. Merkuri dapat juga terkandung dalam jumlah kecil. Komposisi gas alam bervariasi sesuai dengan sumber ladang gasnya.

Campuran organosulfur dan hidrogen sulfida adalah kontaminan (pengotor) utama dari gas yang harus dipisahkan . Gas dengan jumlah pengotor sulfur yang signifikan dinamakan sour gas dan sering disebut juga sebagai "acid gas (gas asam)". Gas alam yang telah diproses dan akan dijual bersifat tidak berasa dan tidak berbau. Akan tetapi, sebelum gas tersebut didistribusikan ke pengguna akhir, biasanya gas tersebut diberi bau dengan menambahkan thiol, agar dapat terdeteksi bila terjadi kebocoran gas. Gas alam yang telah diproses itu sendiri sebenarnya tidak berbahaya, akan tetapi gas alam tanpa proses dapat menyebabkan tercekiknya pernapasan karena ia dapat mengurangi kandungan oksigen di udara pada level yang dapat membahayakan.

Gas alam dapat berbahaya karena sifatnya yang sangat mudah terbakar dan menimbulkan ledakan. Gas alam lebih ringan dari udara, sehingga cenderung mudah tersebar di atmosfer. Akan tetapi bila ia berada dalam ruang tertutup, seperti dalam rumah, konsentrasi gas dapat mencapai titik campuran yang mudah meledak, yang jika tersulut api, dapat menyebabkan ledakan yang dapat menghancurkan bangunan. Kandungan metana yang berbahaya di udara adalah antara 5% hingga 15%.

Ledakan untuk gas alam terkompresi di kendaraan, umumnya tidak mengkhawatirkan karena sifatnya yang lebih ringan, dan konsentrasi yang di luar rentang 5 - 15% yang dapat menimbulkan ledakan.

BAB IIIPROSES PENOLAHAN

A. TAHAP-TAHAP PENGOLAHANPencairan gas alam menjadi LNG/LPG bertujuan untuk memudahkan dalam penyimpanan dan transportasi. Gas alam yang diolah di kilang LNG/LPG.PROCESS TRAIN Process Train adalah unit pengolahan gas alam hingga menjadi LNG serta produk-produk lainnya (pencairan fraksi berat dari gas alam).Dalam pengolahan gas alam di process train dilakukan proses pemurnian, pemisahan H2O dan Hg, serta pendinginan dan penurunan tekanan secara bertahap hingga hasil akhir proses berupa LPG. Terdiri beberapa tahapan yaitu: PLANT 1 - GAS PURIFICATION Proses di Plant 1 adalah pemurnian gas dengan pemisahan kandungan CO2 (Carbon Dioksida) dari gas alam. Kandungan CO2tersebut harus dipisahkan agar tidak mengganggu proses selanjutnya. Pemisahan CO2dilakukan dengan proses absorbsi larutan Mono Ethanol Amine (MEA), yang sekarang diganti dengan Methyl De Ethanol Amine (MDEA) produksi Ucarsol. Proses ini dapat mengurangi CO2sampai di bawah 50 ppm dari aliran gas alam. Batas maksimum kandungan CO2pada proses selanjutnya adalah 50 ppm. PLANT 2 - GAS DEHYDRATION AND MERCURY REMOVALSelain CO2, gas alam juga mengandung uap air (H2O) dan Mercury (Hg) yang akan menghambat proses pencairan pada suhu rendah. Pada Plant 2, kandungan H2O dan Hg dipisahkan dari gas alam. Kandungan H2O pada gas alam tersebut akan menjadi padat dan akan menghambat pada proses pendinginan gas alam selanjutnya. Pemisahan kandungan H2O (Gas Dehydration) dilakukan dengan cara absorbsi menggunakan molecullar sieve hingga kandungan H2O maksimum 0,5 ppm. Kandungan mercury (Hg) pada gas alam tersebut jika terkena peralatan yang terbuat dari aluminium akan terbentuk amalgam. Sedangkan tube pada Main Heat Exchanger 5E-1 yang merupakan alat pendingin dan pencairan utama untuk memproduksi LPG adalah terbuat dari aluminium. Pemisahan kandungan Hg (Mercury Removal) dilakukan dengan cara absorbsi menggunakan adsorben .Bed Mercury Removalyang berisiSulfur Impregnated Activated Charcoaldimana merkuri akan bereaksi membentuk senyawa HgS, hingga kandungan Hg maksimum 0,1 ppm. PLANT 3 - FRACTINATION Sebelum gas alam didinginkan dan dicairkan pada Main Heat Exchanger 5E-1 pada suhu yang sangat rendah hingga menjadi LPG, proses pemisahan (fractination) gas alam dari fraksi-fraksi berat (C2, C3, ..., dst) perlu dilakukan. Proses fraksinasi tersebut dilakukan di Plant 3. Pemisahan gas alam dari fraksi beratnya dilakukan pada Scrub Column 3C-1. Setelah dipisahkan dari fraksi beratnya, gas alam didinginkan terlebih dahulu hingga temperatur sekitar -50C dan selanjutnya diproses di Plant berikutnya untuk didinginkan lebih lanjut dan dicairkan. Sedangkan fraksi beratnya dipisahkan lagi sesuai dengan titik didihnya dengan beberapa alat (Deethanizer, Deprophanizer dan Debuthanizer) untuk mendapatkan prophane, buthane dan condensate. Pemisahan LPG dengan Pendinginan Kriojenik

Pada proses ini, fraksi LPG dipisahkan dengan cara pendinginan, yang dihasilkan oleh efek penurunan temperatur gas karena penurunan tekanan secara mendadak. Penurunan tekanan gas umpan ini dapat diperoleh dengan cara mengalirkan gas umpan bertekanan tinggi melalui katup ekspansi Joule-Thompson (J-T valve), atau melalui unit turboexpander. Ekspansi gas secara mendadak ini dapat menghasilkan temperatur sangat rendah, yakni sekitar -100 hingga -150 oF. Temperatur ini jauh lebih rendah daripada yang dapat dicapai pada proses refrijerasi.

Dalam proses ini, gas umpan bertekanan tinggi (sekitar 1000 psi) mula-mula dikurangi kadar airnya melalui kontak dengan glikol di unit dehidrator. Gas umpan yang telah kering kemudian didinginkan oleh gas keluaran dari unit turboexpander utama atau unit J-T valve. Pendinginan ini terjadi di bawah temperatur pengembunan C3-C4, sehingga terjadi pemisahan komponen komponen LPG tersebut ke dalam fasa cair. Fasa cair LPG ini dipisahkan dari aliran sisa gas yang tidak mengembun dalam unit Cold Separator.

Sisa gas dari Cold Separator diumpankan ke J-T valve atau Turboexpander sehingga mengalami penurunan temperatur secara drastis. Fraksi cair dari Cold Separator diumpankan ke kolom De-Methanizer, yang berfungsi menghilangkan gas-gas ringan (komponen C1-C2) dari fraksi C3-C4 cair melalui proses pemanasan dan distilasi. Produk LPG dikeluarkan dari bagian dasar kolom De-Methanizer, sedangkan gas ringan dari bagian puncak kolom digunakan untuk mendinginkan gas umpan.

Proses kriojenik ini memungkinkan temperatur pemisahan yang lebih rendah daripada

proses-proses pemisahan LPG lainnya, sehingga memberikan efisiensi pemisahan yang tertinggi. Persentase pemisahan yang dapat dicapai oleh proses kriojenik adalah sekitar 60% untuk komponen C2 (yang tidak dapat dipisahkan oleh proses-proses lainnya), 90% untuk C3, dan hampir 100% untuk komponen C4+. Proses kriojenik merupakan proses pemisahan LPG yang paling banyak digunakan di dunia, yang disebabkan oleh efisiensi pemisahan yang tertinggi dibandingkan dengan proses-proses lainnya.

Pemilihan proses produksi LPG seringkali mempertimbangkan kondisi umpan gas yang

akan diproses, selain itu posisi produk LPG sebagai produk samping menjadikan pemilihan proses LPG juga tergantung oleh proses induknya. Hampir semua proses produksi LPG mempunyai parameter proses yang sama untuk meninjau peformansi proses tersebut (kecuali proses produksi LPG yang melalui reaksi bukan pemisahan).

BAB IVPRODUK DAN APLIKASI PRODUKA.PRODUK LPG 3Kg LPG 12 Kg LPG 50 Kg B. APLIKASI PRODUK

Aplikasi produk hasil pengolahan gas elpiji oleh PT Media Karya Sentosa adalah sebagai berikut :

Gas elpiji dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan bakar untuk kendaraan bermotor seperti sepeda motor

Gas elpiji digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak.

BAB V

PENGENDALIAN MUTUA. PENGENDALIAN MUTU KUALITAS STANDARDSpesifikasi Elpiji mengikuti Keputusan Dirjen Migas No. 25 K/36/DDJM/1990 tanggal 14 Mei 1990 tentang Spesifikasi Bahan Bakar Gas Elpiji untuk Keperluan Dalam Negeri.

TEST

MIN

MAX

METHOD

Spesilic Gravity at 60/60 F

to be reported

to be reported

ASTM D-1657

Vapour Pressure 100 F, psig

-

120

ASTM D-1267

Weathering Test 36 F,%vol

95

-

ASTM D-1837

Copper Corrosion 1 hr, 100 F

-

No. 1

ASTM D-1838

Total Sulfur. grains/100 cuft

15

ASTM D-2784

Water Content

No

Free Water

No Free Water

Visual

Composition:

ASTM D-2163

-

0.2

97.5

-

-

2.0

Ethyl or Buthyl mercaptan added, ml/100 AG

50

50

B. PENGENDALIAN MUTU KUALITAS

Parameter-parameter proses yang harus diperhatikan agar mendapatkan hasil yang maksimal diantaranya adalah:

Efisiensi pemisahan LPG dari gas umpan.

Semakin besar recovery level sebuah proses, semakin bagus performansinya. Recovery level biasanya berbanding lurus dengan energi yang diperlukan proses, semakin besar recovery level sebuah proses, maka energi yang diperlukan akan bertambah juga.

Tekanan masuk umpan,

Tekanan yang tinggi (sekitar 500 700 psig) akan mempermudah proses pemisahan C3+ sebagai komponen utama LPG. Oleh karena itu, tekanan masuk umpan gas yang rendah akan menambah biaya operasi untuk mencapai kondisi operasi yang akan dicapai agar dapat dilakukan pemisahan C3+.

Refrijerasi,

Dalam proses pemisahan C3+ diperlukan temperatur yang sangat rendah, sehingga diperlukan media untuk penurunan temperatur, semua proses produksi LPG menggunakan refrijerasi untuk menurunkan temperatur proses. Refrijerasi dapat digunakan sebagai fine tune sebuah proses produksi LPG, karena proses pendinginan adalah inti dari semua proses produksi LPG yang membutuhkan energi yang paling besar.

BAB VI

PENGOLAHAN DAN PENGENDALIAN LIMBAH

PT. MKS dalam proses produksinya menghasilkan limbah cair, limbah gas. Pencegahan dan penanggulangan air buangan industri gas alam cair dapat dilakukan baik di dalam proses maupun setelah proses produksi. Penanggulangan di dalam proses misalnya dengan melakukan penigkatan kebersihan pabrik, mengganti bahan kimia dengan bahan yang lebih rendah tingkat pencemarannya. Pencemaran yang dilakukan setelah proses produksi adalah dengan membangun instalasi pengolahan air limbah ( IPAL ).

Pengolahan dan Pengendalian Limbahcair

1. Bak ekualisasi ( diversion box ), sebagai penampung limbah cair yang berasal dari proses produksi, yang disalurkan melalui suatu saluran tertutup, dengan limbah air yang dihasilkan berupa limbah air berminyak, air sanitari serta air pencuci dan pembilasan.

2. . Bak aerasi ( aeration basin ), menampung air buangan dari bak ekualisasi dan oil catcher ( plant 34 lama ) yang telah dipisahkan minyalnya. Bak ini dilengkapi dengan blower untuk mensuplai oksigen agar kebutuhan mikroorganisme terhadap oksigen dapat dipenuhi dan sebagaI penyeragaman campuran air buangan.

3. Bak pemisah ( clarifer ) Dari proses aerasi, substrak diendapkan di clarifer. Clarifer digunakan untuk memisahkan activated sludge secara gravitasi dan mengumpulkan clarified water untuk kemudian dibuang ke outfall canal.

4. Bak pemisah minyak ( oily CPI separator ), berfungsi memisahkan air buangan yang mengandung minyak.

5. Bak penampung minyak ( oil desposat pit ) Minyak yang ditampung di bak ini adalah minyak yang dihasilkan setelah pemisahan dii oil water diversion box yang dilakukan di CPI separator. Pada bak ini dilakukan penyedotan berkala untukmembuang minyak yang dihasilkan dari pengolahan dengan cara menyedotnya menggunakan vacuum truck yang kemudian dibawa ke incenerator untuk dibakar.

6. Bak penampung sludge ( dried sludge pit ), digunakan untuk menampung buangan lumpur yang berlebihan dari clarifer.

Pengolahan dan pengendalian limbah gas

1. Mengontrol Emisi Gas Buang

Gas-gas buang seperti sulfur oksida, nitrogen oksida, karbon monoksida, dan hidrokarbon dapat dikontrol pengeluarannya melalui beberapa metode. Gas sulfur oksida dapat dihilangkan dari udara hasil pembakaran bahan bakar dengan caradesulfurisasimenggunakan filter basah (wet scrubber)

2. Menghilangkan Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan

a. Filter Udara

Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong atau stack, agar tidak ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara bersih yang saja yang keluar dari cerobong. Filter udara yang dipasang ini harus secara tetap diamati (dikontrol), kalau sudah jenuh (sudah penuh dengan abu/ debu) harus segera diganti dengan yang baru.

Jenis filter udara yang digunakan tergantung pada sifat gas buangan yang keluar dari proses industri, apakah berdebu banyak, apakah bersifat asam, atau bersifat alkalis dan lain sebagainya

b. Pengendap Siklon

Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu / abu yang ikut dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang berdebu. Prinsip kerja pengendap siklon adalah pemanfaatan gaya sentrifugal dari udara / gas buangan yang sengaja dihembuskan melalui tepi dinding tabung siklon sehingga partikel yang relatif berat akan jatuh ke bawah.

Ukuran partikel / debu / abu yang bisa diendapkan oleh siklon adalah antara 5 u 40 u. Makin besar ukuran debu makin cepat partikel tersebut diendapkan.

c. Filter Basah

Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau Wet Collectors. Prinsip kerja filter basah adalah membersihkan udara yang kotor dengan cara menyemprotkan air dari bagian atas alt, sedangkan udara yang kotor dari bagian bawah alat. Pada saat udara yang berdebu kontak dengan air, maka debu akan ikut semprotkan air turun ke bawah.

Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat juga prinsip kerja pengendap siklon dan filter basah digabungkan menjadi satu. Penggabungan kedua macam prinsip kerja tersebut menghasilkan suatu alat penangkap debu yang dinamakan.

d. Pegendap Sistem Gravitasi

Alat pengendap ini hanya digunakan untuk membersihkan udara kotor yang ukuran partikelnya relatif cukup besar, sekitar 50 atau lebih. Cara kerja alat ini sederhana sekali, yaitu dengan mengalirkan udara yang kotor ke dalam alat yang dibuat sedemikian rupa sehingga pada waktu terjadi perubahan kecepatan secara tiba-tiba (speed drop), zarah akan jatuh terkumpul di bawah akibat gaya beratnya sendiri (gravitasi). Kecepatan pengendapan tergantung pada dimensi alatnya.

e. Pengendap Elektrostatik

Alat pengendap elektrostatik digunakan untuk membersihkan udara yang kotor dalam jumlah (volume) yang relatif besar dan pengotor udaranya adalah aerosol atau uap air. Alat ini dapat membersihkan udara secara cepat dan udara yang keluar dari alat ini sudah relatif bersih.

Alat pengendap elektrostatik ini menggunakan arus searah (DC) yang mempunyai tegangan antara 25 100 kv. Alat pengendap ini berupa tabung silinder di mana dindingnya diberi muatan positif, sedangkan di tengah ada sebuah kawat yang merupakan pusat silinder, sejajar dinding tabung, diberi muatan negatif. Adanya perbedaan tegangan yang cukup besar akan menimbulkan corona discharga di daerah sekitar pusat silinder. Hal ini menyebabkan udara kotor seolah olah mengalami ionisasi. Kotoran udara menjadi ion negatif sedangkan udara bersih menjadi ion positif dan masing-masing akan menuju ke elektroda yang sesuai. Kotoran yang menjadi ion negatif akan ditarik oleh dinding tabung sedangkan udara bersih akan berada di tengah-tengah silinder dan kemudian terhembus keluar.

BAB VII

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Gas LPG dibuat dari bahan berupa gas alam yaitu dari Propana ( C3H8)

2. Gas LPG banyak digunakan atau dimanfaat sebagai bahan bakar rumah tangga, dan juga sebagai bahan bakar kendaraan bermotor

3. Gas LPG memiliki berat yang berbeda dari yang 3 Kg, 12 Kg , dan 50 Kg.

4. Proses pembuatan gas LPG dimulai dari beberapa tahap

a. Process Train

b. Gas dehydration and mercure removal

c. Fractionation

d. Pemisahan LPG dengan pendinginan krojenik

B. SARANPabrik pengelolaan gas LPG dalam hal ini harus mempunyai tugas untuk membuat penampungan limbah sendiri agar tidak langsung masuk lingkungan dan berdampak merusak pada lingkungan sekitar. Tetap menjaga kebersihan lingkungan agar tidak mencemari air di lingkungan.

KEPUSTAKAAN

ASTM D 2163-07 Standard Test Method for Determination of Hydrocarbons in Liquefi ed Petroleum (LP) Gases and Propane/Propene Mixtures by Gas Chromatography

ASTM D 1267-02 (reapproved 2007) Standard Test Method for gage Vapor Pressure of Liquefied petroleum (LP) Gases

ASTM D 1838-03 Standard Test Method for Copper Strip Corrosion by Liquefi ed Petroleum (LP) Gases

ASTM D 1142-95 (reapproved 2006) Standard Test Method for Water Vapor Content of Gaseous Fuels by Measurement of Dew-Point Temperature ISO 19739 Natural Gas-Determination of sulphur compounds using gas chromatography

E.Wibowo and Y.K Caryana, 2007, Gas Quality Challenges to Support Developping of Natural Gas as Fuel for Vehicles in Indonesia, the 5th ASIAN Petroleum Technology Symposium, Jakarta.

F.J.M Schrauwen, 2003, Shell Middle Distillate Synthesis (SDMS) Process, PP 15-40, Hanbook of Petroleum Re!ning Process 3rd edition, Mc Graw Hill, New York

International Gas Union, International Institute of Referigeration, Institute of Gas Technology, 1995, Conference Proceeding, Eleventh International Conference on Liquefied Natural Gas, Birmingham United Kingdom

Lewis F. Hatch and Smi Matter, 1981, From Hydrocarbons to Petrochemicals, Gulf Publishing Co, Paris.

Nawawi, Harun. 1955. Minyak Bum; dan Hasil Minyak Bumi, Penggalian, Pengerjaan

dan Pemakaiannya. Penerbit Buku Teknik: Jakarta.

Soedomo M. 1998. Pengelolaan Limbah Gas dan Partikulat Lingkungan Perkotaan (Sumber Bergerak). Pelatihan Pengelolaan dan Teknologi Limbah, ITB, Bandung.