Upload
muhammad-fiqhi
View
58
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Makalah tentang wirausaha peternakan
Citation preview
MAKALAH INDIVIDUKEWIRAUSAHAAN PETERNAKAN
REVOLUSI HIJAU, GREEN ENTERPRENEUR DAN BLUE ENTERPRENEUR
OLEH:MUHAMMAD FIQHI
I111 12 316
FAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang
Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul entrepreneur (revolusi hijau,
green enterpreneur dan blue enterpreneur).
Selesainya penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya
menyampaikan teima kasih dan penghargaan kepada Ayah dan Ibu tercinta yang
telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada
penulis, baik selama mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan
makalah ini. Teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan motivasi baik
berupa sharing pendapat, dan hal-hal lainnya dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah praktikum ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang berkompeten dan Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.
Makassar, 26 Mei 2015
Irmayanti
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Wirausaha (entrepreneur) yaitu sumber daya manusia yang memiliki
kemampuan yang kreatif, inovatif, dinamis, dan proaktif terhadap tantangan yang
ada. Sosok wirausaha sangat dibutuhkan oleh negara, dinanti oleh setiap instansi,
dan diperlukan oleh setiap perusahaan. Dengan banyaknya wirausaha, maka dua
indikator penting dalam suatu negara secara ekonomi dapat terpenuhi, yaitu
rendahnya angka pengangguran dan tingginya devisa terutama dari hasil barang-
barang ekspor yang dihasilkan.
Revolusi Hijau (Green Revolution) adalah perubahan secara cepat dalam
memproduksi bahan makanan. Asumsinya berangkat dari hipotesa produksi bahan
makanan tidak akan mencukupi yang dibutuhkan manusia jika hanya
mengandalkan cara berproduksi tradisional. Green entrepreneur berorientasi
kepada kepedulian lingkungan dan secara berkelanjutan meneruskan aksi mereka
untuk menciptakan ekonomi yang hijau di masa yang akan datang. Blue
entrepreneur adalah wirausaha yang bersedia untuk melakukan hal yang besar
untuk menarik minat pelanggan. Wirausaha yang telah menerapkan konsep blue
adalah wirausaha yang tidak bersaing di pasar yang sama dari siklus
konvensional. Akan tetapi mereka berfokus pada pelanggan lain seperti orang
dewasa dan klien korporasi, dan oleh konsekuensi disebabkan perspektif yang
berbeda tentang harga dan motivasi/kemampuan untuk membayar untuk
pengalaman yang berbeda.
Beberapa konsep entrepreneur diatas dapat dijadikan suatu acuar dalam
menjalankan suatu usaha untuk menjadi seorang wirausahaan yang handal. Hal
yang harus dperhatikan mengingat pengaruh yang ditimbulkan dari perkembangan
konsep tersebut yang meliputi pengaruh positif dan pengaruh negatif yang
ditimbulkan. Hal inilah yang melatar belakangi penulisan mengenai entrepreneur
yang meliputi revolusi hijau, green entrepreneur, dan blue entrepreneur.
b. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
peranan revolusi hijau ,green entrepreneur dan blue revolution dalam dunia usaha
dan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan daripada perkembangan revolusi
hijau, green entrepreneur dan blue entrepreneur.
C. Ruang lingkup
Ruang lingkup yang akan dibahas dalam makalah ini adalah mencakup apa
dan bagaimana peranan revolusi, green entrepreneur dan blue revolution dalam
dunia usaha dan dampak yang ditimbulkan dalam perkembangannya dalam dunia
usaha.
PEMBAHASAN
a. Revolusi Hijau
Penduduk dunia terus bertambah, terutama di negara-negara
berkembang.Keadaan tersebut harus diiringi/didukung oleh peningkatan
kebutuhan akan pangan. Menurut apa yang dinyatakan Thomas Robert Malthus,
bahwa perkembangan manusia akan selalu lebih cepat dibandingkan dengen
kecepatan produksi bahan makanan. Oleh karena itu, kata Maltus, pada suatu
waktu akan tiba saatnya, manusia kekurangan bahan makanan, jika tidak
diimbangi oleh kemampuan mengatasinya. Kemampuan sumber daya alam
sebagai penghasil pangan adalah sangat terbatas. Untuk itu perlu diupayakan
pengembangan sumber daya alam yang pada akhirnya ditujukan bagi
pengembangan produksi pangan.
Secara harafiah Revolusi Hijau (Green Revolution) adalah perubahan
secara cepat dalam memproduksi bahan makanan. Asumsinya berangkat dari
hipotesa produksi bahan makanan tidak akan mencukupi yang dibutuhkan
manusia jika hanya mengandalkan cara berproduksi tradisional.
Revolusi hijau merupakan usaha pengembangan teknologi pertanian untuk
meningkatkan produksi pangan. Peningkatan tersebut dengan cara mengubah dari
pertanian tradisional menjadi pertanian modern, yakni pertanian dengan
memanfaatkan atau menggunakan teknologi lebih maju dari waktu sebelumnya.
Jadi revolusi hijau terletak pada pemanfaatan hasil penemuan teknologi up to date.
Revolusi Hijau menggambarkan perubahan fundamental dalam pemakaian
teknologi budidaya pertanian yang dimulai pada tahun 1950-an hingga 1980-an di
banyak negara berkembang, terutama di Asia. Hasil yang nyata adalah tercapainya
swasembada (kecukupan penyediaan) sejumlah bahan pangan di beberapa negara
yang sebelumnya selalu kekurangan persediaan pangan (pokok), seperti India,
Bangladesh, Tiongkok, Vietnam, Thailand, termasuk Indonesia. Orang yang
dipandang sebagai konseptor utama gerakan ini adalah Norman Borlaug,
penerima penghargaan Nobel Perdamaian 1970. Revolusi Hijau menitikberatkan
pada empat pilar penting, yaitu : penyediaan air melalui sistem irigasi, pemakaian
pupuk kimia, penerapan pestisida kimia untuk mengatasi serangan organisme
pengganggu, dan penggunaan varietas unggul sebagai bahan tanam berkualitas.
Revolusi Hijau menandai berdirinya pabrik-pabrik pupuk dan pestisida
kimia skala makro di berbagai negara. Revolusi Hijau menjadikan tanah sebagai
media. Artinya tanah bersifat pasif, menerima segala input (kimia) yang
dimasukkan ke dalamnya. Pemberian input yang seringkali over dan tidak
bijaksana, lambat laun memberikan dampak negatif untuk kesuburan tanah
tersebut. Pada akhirnya Revolusi Hijau mendapat kritik sejalan dengan
meningkatnya kesadaran akan kelestarian lingkungan karena mengakibatkan
kerusakan lingkungan yang parah.
Di Indonesia sendiri setelah sekian lama menerapkan teknologi pertanian
ini, dampak negatif yang ditimbulkan sangat dirasakan oleh petani di hampir
seluruh wilayah pertanian. Berkurangnya kesuburan tanah yang ditandai dengan
kian mengikisnya bahan organik tanah, tingginya tingkat serangan hama
pengganggu, merosotnya produktifitas pertanian, makin tidak terjangkaunya harga
pupuk dan pestisida kimia, melambungnya harga bibit unggul dan timbulnya
problem lingkungan dan kesehatan manusia (Jayakesumah, 2011).
Revolusi Hijau merupakan bagian dari perubahan-perubahan yang terjadi
dalam sistem pertanian pada abad sekarang ini. Revolusi Hijau pada dasarnya
adalah suatu perubahan cara bercocok tanam dari cara tradisional ke cara modern.
Revolusi Hijau mulai mendapat perhatian setelah Thomas Robert Malthus (1766–
1834) mulai melakukan penelitian dan memaparkan hasilnya. Malthus
menyatakan bahwa kemiskinan adalah masalah yang tidak bisa dihindari oleh
manusia. Revolusi Hijau adalah proses keberhasilan para teknologi pertanian
dalam melakukan persilangan (breeding) antar jenis tanaman tertentu sehingga
menghasilkan jenis tanaman unggul untuk meningkatkan produksi bahan pangan.
Menurut Sambas, (2011) bahwa keuntungan Revolusi Hijau bagi umat
manusia, antara lain sebagai berikut.
a. Revolusi Hijau menyebabkan munculnya tanaman jenis unggul berumur
pendek sehingga intensitas penanaman per tahun menjadi bertambah (dari
satu kali menjadi dua kali atau tiga kali per dua tahun). Akibatnya, tenaga
kerja yang dibutuhkan lebih banyak. Demikian juga keharusan
pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit akan menambah
kebutuhan tenaga kerja.
b. Revolusi Hijau dapat meningkatkan pendapatan petani. Dengan paket
teknologi, biaya produksi memang bertambah. Namun, tingkat produksi
yang dihasilkannya akan memberikan sisa keuntungan jauh lebih besar
daripada usaha pertanian tradisional.
c. Revolusi Hijau dapat merangsang kesadaran petani dan masyarakat pada
umumnya akan pentingnya teknologi. Dalam hal ini, terkandung
pandangan atau harapan bahwa dengan masuknya petani ke dalam arus
utama kehidupan ekonomi, petani, dan masyarakat pada umumnya akan
menjadi sejahtera.
d. Revolusi Hijau merangsang dinamika ekonomi masyarakat karena dengan
hasil melimpah akan melahirkan pertumbuhan ekonomi yang meningkat
pula di masyarakat.
Revolusi hijau telah memainkan peranan yang sangat vital dalam
mengatasi kelaparan di berbagai negara berkembang, termasuk Indonesia. Dalam
dekade awal, revolusi hijau mengalami perkembangan yang pesat dan dapat
mencukupi kebutuhan pangan sesuai laju pertambahan penduduk dunia. Tidak
terkecuali, negara kita juga menerapkan revolusi hijau yang menjadi prioritas
program pemerintah pada masa Orde Baru. Segala upaya dan banyak dana
disediakan untuk mendukung program ini sehingga pada tahun 1984, Indonesia
pernah mencapai swadaya beras. Petani tidak banyak mempunyai pilihan didalam
memilih jenis padi yang akan ditanam karena sudah ditentukan oleh pemerintah.
Revolusi hijau diterapkan diseluruh Indonesia terlebih pada daerah-daerah yang
dikenal sebagai sentra produksi pangan (Suwantoro, 2008).
Akan tetapi, terdapat dampak negatif dari revolusi hijau, antara lain:
a. Penurunan produksi protein, dikarenakan pengembangan serealia (sebagai
sumber karbohidrat) tidak diimbangi pengembangan pangan sumber
protein dan lahan peternakan diubah menjadi sawah.
b. Penurunan keanekaragaman hayati. Penggunaan pupuk terus menerus
menyebabkan ketergantungan lahan dan tanaman pada pupuk. Penggunaan
peptisida menyebabkan munculnya hama strain baru yang resisten.
Penggunaan pupuk buatan dan pestisida secara berlebihan akan
mengakibatkan lahan pertanian menjadi tidak subur lagi. Berkurangnya
keanekaragaman genetik jenis tanaman tertentu yang disebabkan oleh
penyeragaman jenis tanaman tertentu yang dikembangkan. Adanya
mekanisme pertanian mengakibatkan cara bertani tradisional menjadi
terpinggirkan.
c. Harga tanah yang tinggi tidak terjangkau oleh kemampuan ekonomi petani
lapisan bawah sehingga petani kaya mempunyai peluang sangat besar
untuk menambah luas tanah.
d. Menyebabkan tingkat pendapatan pun akan berbeda. Muncul kesenjangan
yang terlihat dari perbedaan gaya bangunan maupun gaya berpakaian
penduduk yang menjadi lambang identitas suatu lapisan sosial. Mulai ada
upaya para petani untuk beralih pekerjaan ke jenis yang lain seiring
perkembagan teknologi.
b. Green Entrepreneur
Green entrepreneur terdiri dari kata green dan entrepreneur. Green adalah
Hijau yang menggambarkan sebuah produk, layanan, atau proses yang baik
dengan memanfaatkan lingkungan atau mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan yang ada. Dan entrepreneur adalah seseorang yang bersedia untuk
memulai usaha baru atau perusahaan dan menerima tanggung jawab penuh untuk
hasilnya. Green entrepreneur adalah seseorang yang memulai bisnis untuk
membuat atau menawarkan produk, layanan, atau proses yang menguntungkan
lingkungan.
Green entrepreneur berorientasi kepada kepedulian lingkungan dan secara
berkelanjutan meneruskan aksi mereka untuk menciptakan ekonomi yang hijau di
masa yang akan datang.
Prinsip dasar untuk green entrepreneur sama dengan wirausaha pada
umumnya. Mereka para green entrepreneur muda yang handal adalah sesorang
yang memanfaatkan kesempatan bisnis yang ada (seek for business opportunity)
dan mendapatkan keuntungan dari bisnis tersebut (profitability), serta di dukung
dengan kegiatan yang menanggulangi permasalahan pada lingkungan dan sosial
(socio-environmental).
Green entrepreneur atau biasa disebut dengan Ecopreneur, juga
menciptakan lapangan pekerjaan dengan skala besar untuk banyak orang disekitar
mereka, dengan memberikan kesempatan kepada banyak orang untuk ikut
melestarikan lingkungan dalam bisnis mereka. Lingkungan disini, tidak hanya
alam saja lho! para pekerja (labour) dan masyarakat (society) juga merupakan
bagian dari lingkungan yang perlu kita perhatikan hak-hak nya.
Terdapat tiga dimensi green entrepreneur meliputi clean-growth business
(kegiatan usaha yang tumbuh berkembang tanpa melakukan pencemaran),
socially-aware business (kegiatan usaha yang memiliki kepedulian pada aspek
sosial), dan environmentally-save business (kegiatan usaha yang aman terhadap
lingkungan). Ketiga dimensi tersebut menjadi perhatian dalam aktivitas usaha
mulai dari input, proses, dan output, bahkan hingga outcome yang timbul sebagai
eksternalitas dari kegiatan usaha. Kesatuan dari ketiga dimensi tersebut
merupakan hal penting untuk keberlanjutan, tidak hanya untuk keberlangsungan
usaha tersebut, namun juga perhatian terhadap penjagaan dan penyelamatan
lingkungan dalam perspektif luas, serta perhatian terhadap lingkungan sosial
sekitarnya (Djatmiko, 2012).
Tiga dimensi dari green entrepreneurs, yaitu clean-growth business,
socially-aware business, dan environmentally-save business memiliki makna
tersendiri. Dimensi pertama memiliki makna bahwa usaha yang dilakukan
haruslah tumbuh berkembang tanpa menyebabkan pencemaran, dimensi kedua
bermakna bahwa kegiatan usaha memiliki kepedulian terhadap aspek-aspek
sosial, dan dimensi ketiga memiliki makna bahwa kegiatan usaha yang
dilakukan haruslah aman terhadap lingkungan (Djatmiko, 2012).
Menurit Fahrezi (2012) beberapa contoh bisnis untuk menjadi green
entrepreneur muda yang handal yakni sebagai berikut:
1. Bisnis Makanan Sehat
Dengan meningkatnya kebutuhan konsumen terhadap makanan yang aman
untuk dikonsumsi dan pengaruh buruk dari makanan yang menyebabkan
obesitas, kekhawatiran ini menciptakan kesempatan untuk kalian
menawarkan bisnis makanan yang sehat, tanpa menggunakan bahan kimia
dan pestisida yang dapat merusak kesehatan manusia dan lingkungan.
Potensi peluang bisnis: Membuat kedai kopi (coffee shop) sederhana dan
menarik yang menggunakan biji kopi organik.
2. Menciptakan Inovasi Melalui Produk Ramah Lingkungan
Dewasa ini konsumen menjadi lebih sadar akan dampak kesehatan dan
lingkungan dari produk yang mereka gunakan setiap hari. Permintaan
untuk produk yang aman,efektif, tidak beracun dan tidak merusak
lingkungan terus meningkat. Ini merupakan peluang bagi kalian green
entrepreneur muda yang inovatif untuk memenuhi permintaan ini dengan
memulai bisnis rumahan (home-based business).
Potensi peluang bisnis: Merancang dan memproduksi pakaian organik
yang menggunakan bahan dasar yang ramah lingkungan seperti kapas
organik dan pewarna alam.
3. Menjadi Bagian dari ReUse Revolution
Recycling atau daur ulang merupakan alternatif untuk kalian
memanfaatkan limbah produk tidak dibuang begitu saja, melainkan
menggunakannya kembali untuk sesuatu hal yang lebih berguna dan
bermanfaat. Membuat barang-barang konsumen baru dari bahan daur
ulang dapat membantu untuk mengurangi limbah, menjaga ruang di
tempat pembuangan sampah tidak meluap dan mengurangi panas global.
Memperbaharui barang konsumen (atau juga biasa disebut dengan
upcycling) ialah memanfaatkan peluang untuk para green entrepreneur
dalam menemukan cara pembuatan pakaian dan furniture dari bahan daur
ulang.
c. Blue Etrepreneur
Blue entrepreneur adalah wirausaha yang bersedia untuk melakukan hal
yang besar untuk menarik minat pelanggan. Wirausaha yang telah menerapkan
konsep blue adalah wirausaha yang tidak bersaing di pasar yang sama dari siklus
konvensional. Akan tetapi mereka berfokus pada pelanggan lain seperti orang
dewasa dan klien korporasi, dan oleh konsekuensi disebabkan perspektif yang
berbeda tentang harga dan motivasi/kemampuan untuk membayar untuk
pengalaman yang berbeda.
Peranan konsep blue bagi seorang wirausaha diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Dengan tahap teknologi saat ini, produktivitas pada tingkat tinggi,
pasokan melebihi permintaan, sehingga harga jatuh, globalisasi
menambahkan komponen yang memfasilitasi pendatang baru dan biaya
produksi yang rendah. Jadi untuk menciptakan pasar baru dan
mengembangkan fokus pada non-pelanggan untuk menciptakan
permintaan, strategi biru/ blue akan menjadi pendekatan fundamental,
selain aspek lainnya.
b. Salah satu titik kunci dari blue adalah bagaimana menciptakan nilai dan
bagaimana membuat pelanggan nyaman dan bersedia membayar untuk
itu. Inovasi memiliki peran kunci dalam hal ini, tapi harus selaras dengan
utilitas, harga dan biaya.
Adapun prinsip blue entrepreneur adalah sebagai berikut:
a. Merekonstruksi batas-batas pasar, perusahaan tidak harus menerima
batas-batas yang menentukan bagaimana mereka bersaing. Mereka harus
melihat industri-industri alternatif, melihat kelompok-kelompok strategis
dalam industry terlihat di seluruh rantai pembeli. Hal ini akan
memberikan beberapa wawasan untuk merekonstruksi pasar dan
membuka konsep blue.
b. Fokus pada hal yang besar , melalui perencanaan strategis konvensional
cenderung mendorong perusahaan. Sebuah perencanaan strategis yang
khas dimulai dengan kondisi industri saat ini dan analisis pesaing. Lalu
berfikir bagaimana meningkatkan pangsa pasar, segmen baru atau
memotong biaya, yang disertai oleh tujuan dan tindakan.
PENUTUP
a. Kesimpulan
Revolusi Hijau (Green Revolution) adalah perubahan secara cepat dalam
memproduksi bahan makanan. Asumsinya berangkat dari hipotesa
produksi bahan makanan tidak akan mencukupi yang dibutuhkan manusia
jika hanya mengandalkan cara berproduksi tradisional. Revolusi hijau
merupakan usaha pengembangan teknologi pertanian untuk meningkatkan
produksi pangan, yakni pertanian dengan memanfaatkan atau
menggunakan teknologi lebih maju dari waktu sebelumnya.
Green entrepreneur berorientasi kepada kepedulian lingkungan dan secara
berkelanjutan meneruskan aksi mereka untuk menciptakan ekonomi yang
hijau di masa yang akan datang. Prinsip dasar untuk green entrepreneur
sama dengan wirausaha pada umumnya. Mereka para green entrepreneur
muda yang handal adalah sesorang yang memanfaatkan kesempatan bisnis
yang ada (seek for business opportunity) dan mendapatkan keuntungan
dari bisnis tersebut (profitability), serta di dukung dengan kegiatan yang
menanggulangi permasalahan pada lingkungan dan sosial (socio-
environmental).
Blue entrepreneur adalah wirausaha yang bersedia untuk melakukan hal
yang besar untuk menarik minat pelanggan. Wirausaha yang telah
menerapkan konsep blue adalah wirausaha yang tidak bersaing di pasar
yang sama dari siklus konvensional. Akan tetapi mereka berfokus pada
pelanggan lain seperti orang dewasa dan klien korporasi, dan oleh
konsekuensi disebabkan perspektif yang berbeda tentang harga dan
motivasi/kemampuan untuk membayar untuk pengalaman yang berbeda.
b. Rekomendasi
Penerapan konsep revolusi hijau, green entrepreneur dan blue
entrepreneur dalam dunia usaha. Untuk menjadi seorang wirausahawan penerapan
konsep entrepreneur tersebut harus dengan ide yang cemerlang dan kemampuan
yang baik dan sesuai dengan konsep entrepreneur. Entrepreneur yang baik harus
mampu melihat suatu peluang dalam membangun suatu usaha.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2013.https://globalentrepreneurship.wordpress.com/management/strategy/blue-ocean-strategy/. Diakses tanggal 25 mei 2015.
Djatmika, E.T. 2012. Mempersiapkan Green Entrepreneurs untuk pembangunan berkelanjutan. Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Malang Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas Negeri Malang.
Fahrezi, F. 2012. Green Entrepreneur. http://fajrinfahrezi.blogspot.com/ 2012/08/green-entrepreneur.html. Diakses pada tanggal 26 Mei 2015.
Jayakesumah. 2011. Paradigma Revolusi Hijau. http://evagrowtiens.wordpress.com/pradigmarevolusi-hijau/. Diakses pada tanggal 26 Mei 2015.
Sambas, S.A. 2011. Revolusi Hijau Pada Masa Orde Baru. http://id.shvoong.com/2139165-revolusi-hijau-pada-masa-orde/. Diakses pada tanggal 26 Mei 2015.
Suwantoro, A. 2008. Analisis Pengembangan Pertanian Organik di Kabupaten Magelang, http://eprints.undip.ac.id/.../Andreas_Avelinus_Suwantoro, Diakses pada tanggal 26 Mei 2015.