Upload
linta-isna
View
99
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah
Citation preview
BAB IPendahuluan
Kece l akaan meru juk pada ke j ad i an yang t e r j ad i s eca r a t i dak
s enga j a . Kece l akaan b i s a d i s ebabkan o l eh kece l akaan l a l u l i n t a s /
massca sua l t y , pe rke l ah i an / t awuran , keke ra san ( j ambre t , r ampok ,
dan l a i n - l a i n ) , o l ah r aga , dan pen ingka t an ba t a s u s i a l an ju t ka r ena
f ak to r j a t uh l eb ih s e r i ng t e r j ad i . T rauma hampi r mendeka t i ben tuk
penyak i t ep idemi . Menduduk i t i ngka t IV sebaga i penyebab kema t i an ,
ke lumpuhan , keh i l angan masa p roduks i . Kece l akaan merupakan s a l ah
s a tu keadaan yang pa l i ng s e r i ng d ihadap i s eo rang dok t e r , maka
s eo rang dok t e r ha rus c akap dan t e r amp i l da l am penanggu l angan
t r auma / l uka .
Sebaga i ak iba t da r i t r auma pa s i en , dapa t d ibag i men j ad i pa s i en
dengan cede ra fungs i f i s i o log i s v i t a l ( obs t ruks i s a lu r an na fa s ka r ena
hema to t o r ak , pneumo to r ak , dan pe rda rahan dae rah t o r ak a t au
abdomen) , pa s i en -pa s i en yang membu tuhkan t i ndakan bedah da l am
wak tu 1 -2 j am se t e l ah d id i agnosa (b i a sanya ak iba t c ede ra t umpu l ,
dan cede ra t embus ) , dan pa s i en -pa s i en yang menga l ami cede ra be r a t
t e t ap i pada pemer ik saan pe r t ama t i dak t e rde t eks i .
1
BAB IILaporan Kasus
Seorang p r i a be rnama RD be rumur 35 t ahun d ibawa ke ruang
UGD t empa t anda be r t ugas dengan ke luhan menga l ami kece l akaan
mengenda ra i s epeda mo to r . Sepeda mo to rnya be r t ab rakan dengan
mob i l Me t ro Min i . Tuan RD j a tuh da r i mo to rnya dan t e rban t i ng
kea rah t r o toa r . D i a menga l ami l uka - luka d i l engan s ebe l ah kanan
dan d i kak i k i r i menga l ami l uka l e ce t yang cukup l eba r . Muka dan
l engan s ebe l ah k i r i bengkak dan be rwa rna b i ru keh i t aman . Luka d i
l engan kanan pan j angnya k i r a -k i r a 5 cm dan banyak menge lua rkan
da rah . Tuan RD wak tu i t u mas ih s ada r . Se l a in menge luh s ak i t pada
l uka - luka dan mukanya d i a j uga menge luh mera sa s ak i t pada pe ru t
s ebe l ah k i r i a t a s dan t uan RD t e r l i ha t mukanya puca t .
Pada pemer ik saan f i s i k d idapa tkan :
Keadaan Umum : Sada r , t ampak ke sak i t an
Tanda V i t a l : TD 110 /70 , Nad i : 95x /men i t , RR:18x /men i t ,
Suhu : 37 ,2 °C
Muka dan l engan k i r i : Bengkak
Kon jung t i va : Puca t
Nye r i t ekan pe ru t k i r i a t a s .
Eks t r emi t a s a t a s : b i s a d ige r akan , t ampak l uka t e rbuka pada
l engan kanan .
Eks t r emi t a s bawah : b i s a d ige r akan , t ampak l uka l e ce t pada kak i
k i r i .
2
Pe r t anyaan :
1 . Apa masa l ah pada pa s i en i n i ?
2 . J e l a skan de f i n i s i l uka dan f ak to r penyebab l uka .
3 . Sebu tkan j en i s - j en i s l uka dan baga imana ge j a l a k l i n iknya .
4 . Pada l uka s aya t ka l au pembu luh da rah t e rpo tong t egak l u ru s
pe rda rahannya suka r be rhen t i . J e l a skan !
5 . Kenapa l uka g ig i t o l eh manus i a l eb ih be rbahaya da r i l uka d ig ig i t
b ina t ang?
6 . Apa t anda - t anda syok ak iba t pe rda rahan . Baga imana ca r a
menga t a s inya .
7 . j e l a skan t en t ang Crush synd rome . Sebu tkan ge j a l a -ge j a l a dan
baga imana menga t a s inya .
8 . J e l a skan t en t ang j en i s - j en i s pe rda rahan dan baga imana ca r a
menga t a s inya
9 . Apab i l a t e r j ad i pe rda rahan baga imana mekan i sme t ubuh un tuk
menghen t i kan pe rda rahan i t u .
10 . Baga imana un tuk menge t ahu i kemungk inan sudah t e r j ad i
pe rda rahan i n t e rna .
11 . Apa p r i n s ip u t ama da l am penge lo l aan l uka t e rbuk . J e l a skan .
12 . Apa yang d imaksud dengan ”go lden pe r i od” dan apa t u juannya .
13 . Apa s a j a macam p rose s penyembuhan l uka . J e l a skan .
14 . Penyembuhan l uka t e r j ad i da l am bebe rapa f a se . J e l a skan f a se -
f a se t e r s ebu t .
15 . J e l a skan f ak to r - f ak to r umum yang menghamba t penyembuhan
l uka .
16 . Apa k r i t e r i a sua tu l uka sudah menga l ami i n f eks i dan apa s a j a
macam-macam in f eks i pada l uka
17 . Ka l au pa s i en t uan RD d ipe rk i r akan menga l ami pe rda rahan
i n t e rna . Apa nama j en i s ope ra s i yang d i l akukan .
3
18 . Apa r eg io pada abdomen d imana t uan RD menge luh r a sa s ak i t .
Apa s a j a o rgan yang t e rdapa t pada r eg io t e r s ebu t . Gambarkan
r eg io - r eg io pada abdomen .
19 . Apa pe r s i apan yang d i l akukan pada pa s i en i n i s ebe lum
d i l akukan ope ra s i .
20 . Sebu tkan s eca ra r i nc i d i agnos i s pada t uan RD.
4
BAB IIIPembahasan
Masalah yang ditemukan pada pasien yaitu pasien mengalami luka-luka di lengan
sebelah kanan dan di kaki kiri mengalami luka lecet yang cukup lebar, muka dan lengan
sebelah kiri bengkak dan berwarna biru kehitaman, luka di lengan kanan panjangnya
kira-kira 5 cm dan banyak mengeluarkan darah. Pasien mengeluh merasa sakit pada perut
sebelah kiri atas dan pasien terlihat pucat. Berdasarkan pemeriksaan fisik, pasien tampak
kesakitan, tensi darah menurun, muka dan lengan kiri bengkak, konjungtiva pucat, nyeri
tekan perut kiri atas, tampak luka terbuka pada lengan kanan atas, dan tampak luka lecet
pada kaki kiri.
Luka adalah adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis kulit normal akibat
proses patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ
tertentu1.
Luka umumnya disebabkan oleh trauma, antara lain:
Trauma Mekanik
Trauma Termis
Trauma Bahan Kimia
Trauma Listrik
Trauma Radiasi
Luka dibedakan berdasarkan :
1) Berdasarkan penyebab
a) Ekskoriasi atau luka lecet
b) Vulnus scisum atau luka sayat
c) Vulnus laseratum atau luka robek
d) Vulnus punctum atau luka tusuk
e) Vulnus morsum atau luka karena gigitan binatang
f) Vulnus combotio atau luka bakar
5
2) Berdasarkan ada/tidaknya kehilangan jaringan
a) Ekskoriasi
b) Skin avulsion
c) Skin loss
3) Berdasarkan derajat kontaminasi
a) Luka bersih
a) Luka sayat elektif
b) Steril, potensial terinfeksi
c) Tidak ada kontak dengan orofaring, traktus respiratorius,traktus
elimentarius, traktus genitourinarius.
b) Luka bersih terkontaminasi
a) Luka sayat elektif
b) Potensi terinfeksi : spillage minimal, flora normal
c) Kontak dengan orofaring, respiratorius, elimentarius dan genitourinarius
d) Proses penyembuhan lebih lama
c) Luka terkontaminasi
a) Potensi terinfeksi: spillage dari traktus elimentarius, kandung empedu,
traktus genito urinarius, urine
b) Luka trauma baru : laserasi, fraktur terbuka, luka penetrasi.
d) Luka kotor
a) Akibat proses pembedahan yang sangat terkontaminasi
b) Perforasi visera, abses, trauma lama.
6
Gejala klinik luka dibagi menjadi dua yaitu tanda-tanda umum terdiri dari syok dan
crushing síndrome sedangkan tanda-tanda lokal yang terdiri dari rasa nyeri dan
perdarahan 1.
Tanda-tanda umum
Syok, merupakan akibat dari kegagalan sirkulasi perifer. Tanda-tanda
seseorang mengalami syok yaitu: tekanan darah turun, nadi kecil hingga tak
berarah, keringat dingin dan lemah, serta kesadaran menurun hingga tak sadar.
Penyebab syok yaitu rasa nyeri dan perdarahan.
Crushing syndrome, terjadi dikarenakan banyaknya daerah yang hancur.
Tanda-tanda dari crushing syndrome yaitu urin berwarna merah, oliguria
sampai anuria, dan ureum darah meningkat. Crushing syndrome dapat
nenyebabkan kelainan lower nephron nephrosis yaitu menumpuknya
mioglobin yang hancur di ginjal, dikarenakan oleh banyaknya daerah yang
hancur.
Tanda-tanda lokal
1. Rasa nyeri, pasien yang memiliki luka umumnya merasakan nyeri hal
tersebut diakibatkan oleh lesi pada saraf. Namun luka-luka yang besar
sering tidak terasa nyeri dikarenakan gangguan sensibilitas akibat syok
setempat (lokal) pada jaringan tersebut.
2. Perdarahan, banyaknya perdarahan tergantung atas vaskularisasi daerah
luka dan banyaknya pembuluh darah yang terpotong/rusak. Terdapat tiga
jenis perdarahan:
Perdarahan parenkimatosa
Perdarahan venosa
Perdarahan arterial
Pada luka sayat jika pembuluh darah terpotong tegak lurus perdarahannya sukar
berhenti disebabkan karena pembuluh darah terpotong sehingga cincin trombosis sukar
terbentuk dan luka tidak sejajar dengan garis lipatan kulit.
7
Etiologi infeksi sesudah gigitan mamalia adalah pilomikroba yang terdiri dari
campuran bakteri anaerob dan aerob. Pada suatu penelitian, rata-rata tiga spesies bakteri
yang berbeda telah diisolasi dari gigitan anjing yang terinfeksi, sedangkan lima spesies
bakteri yang berbeda diteukan dari gigitan manusia. Pada umumnya bakteri anaerob
ditemukan dari separuh semua korban gigitan dengan luka yang terinfeksi. Pasteurella
mulocida adalah patogen yang biasa ditemukan pada gigitan anjing dan kucing yang
terinfeksi, sedangkan Streptococcus viridian, Staphylococcus aureus dan Bacteriodes
mungkin ditemukan pada gigitan manusia yang terinfeksi.
Syok adalah menifestasi klinik yang penting, syok harus segera dikendalikan dan
didiagnosis penyebabnya harus langsung ditegakkan langsung secara adekuat. Defenisi
syok adalah tidak cukupnya perfusi pada organ-organ vital. Bisa menimbulkan
manifestasi tidak spesifik seperti malaise, pusing, pingsan, atau tidak sadar atau dengan
gejala dari penyebab yang mendasar. Etiologi tersering adalah hipovolemia ( misalnya
akibat perdarahan gastrointestinal ), syok kardiogenik (akibat MI), emboli paru,
anafilaksis, cedera intraabdomen (misalnya perforasi usus, pankreasitis, usus iskemik)
dan septikema.
Tanda-tanda syok:
- Denyut nadi : takikardi atau bradikardi
- Tekanan darah : menurun dengan perubahan posisi yang tidak hipotensif
- Warna kulit : pucat
- Keluaran urin berkurang.
Crush syndrome (syndrome remuk) terjadi akibat kegagalan sirkulasi perifer dengan
tanda-tanda , yaitu:
1. Tekanan darah turun hingga tak teratur
2. Nadi kecil hingga tidak teraba
3. Pengisian kapiler terlambat (lebih dari 2 detik) (Capilarry filling test).
4. Kesadaran menurun hingga tidak sadar.
8
Syok dapat disebabkan oleh rasa nyeri atau perdarahan , terjadi akibat darah yang
hancur, misalnya otot-otot pada daerah luka sehingga mioglobin turut hancur dan
menumpuk di ginjal yang mengakibatkan kelainan yang disebut Lower Nepron
Nephrosis. Tanda-tandanya yaitu urin darah berwarna merah, oliguri hingga anuri, ureum
darah meningkat.
Cara menanganinya dengan terapi segera:
Berikan oksigen
Pasang jalur vena dengan selang berdiameter besar
Berikan cairan intravena langsung dengan pemantauan yang ketat
Ambil darah untuk cross match
Perdarahan tergantung atas vaskularisasi daerah luka banyak pembuluh darah
yang terpotong atau rusak. Perdarahan terhenti bila terjadi retraksi atau kontraksi
pembuluh darah dan telah terbentuk cincin thrombosis. Pada vulnus contussum,
perdarahan terhenti karena terbentuknya hematoma.
Jenis perdarahan ada tiga, yaitu:
(1) Perdarahan parinkematosa, yaitu perdarahan yang berasal dari kapiler, tidak
berbahaya kecuali bila terjadi pada organ-organ visera. Misalnya pada limpa yang harus
menjalani splenektomi (pengangkatan limpa).
(2) Perdarahan venosa, yaitu perdarahan berasal dari vena, tidak berbahaya,
kecuali pada daerah yang mengandung banyak varises.
(3) Perdarahan arterial yaitu perdarahan berasal dari arteri, sifatnya
perdarahnnya memancar dan seirama dengan denyut nadi penderita. Bila tidak cepat
diatasi, ia dapat mengakibatkan syok hingga kematian.
Keadaan dimana seseorang mengalami cidera pada kecelakaan lalu lintas dan
untuk menutupi luka tersebut tubuh mempunyai sistem pembekuan darah dan
pembentukan trombosit yang dimana trombosit dalam keadaan normal bersikulasi ke
seluruh tubuh melalui aliran darah tanpa menempel di sel-sel endotel tetapi jika ada
cidera pada pembuluh darah trombosit langsung bereaksi dengan melekat ke protein dan
mengeluarkan beberapa zat kimia termasuk serotonin dan adenosin difosfat (ADP).
Dimana serotonin mampu membantu penurunan aliran darah dengan adanya
9
vasokontriksi. Yang dimana pembentukan trombosit dalam menyeimbangkannya agar
tidak terjadi trombosit aktif di area cedera sekaligus mencegah agregasi trombosit yang
berlebihan dan mencegah sumbat trombosit pada daerah lain yang tidak terkena cidera,
trombosit mengeluarkan zat utama yang dilepas sel-sel endotel yaitu prostaglandin I2.
Pada reaksi koagulasi adanya faktor X yang mengubah protrombin protein plasma
menjadi trombin. Ada dua jalur pada reaksi ini yaitu jalur intrinsik dan ekstrinsik. Pada
jalur intrinsik awal aktivasi faktor koagulasi ketika terjadinya cidera adalah faktor XII
(faktor Hageman) yang protombin menjadi trombin.Yang dalam faktor XI,IX,V,VIII
merupakan kofaktor penting dalam pengaktivan koagulasi.
Pada jalur ekstrinsik adalah pelepasan faktor III ke sirkulasi sehingga pada
faktorVII yang disebut faktor pengonversi protombin serum yang akhirnya menghasilkan
faktor X sehingga jalur ekstrinsik mengaktivasu jalur intrisik melalui aktivasi faktor IX
yang akhirnya protombin menjadi trombin dan fibrinogen menjadi fibrin sehingga
menjadi gumpalan padat.
10
Prinsip utama dalam menangani luka terbuka yang telah terkontaminasi adalah
harus cepat dibersihkan dengan melihat keadaan luar luka tersebut seperti volume luka,
melihat perkiraan pada kedalaman luka tersebut, melihat ada atau tidak adanya organ
bawah yang terpotong seperti tendon, otot, ataupun pembuluh darah.
Untuk mengetahui adanya pembuluh darah interna yang terkena perdarahan
kita bisa memeriksa hemoglobin,hematokrit,dan lekosit dengan tes von slany jika tes ini
positif segera dilakukan eksplorasi laparatomi untuk mencari sumber perdarahan. Tanda-
tanda dari perdarahan interna yaitu hemoglobin menurun, hematokrit meningkat, lekosit
meningkat.
Golden Period adalah saat luka masih dapat ditangani dengan sempurna. Golden
period ini adalah 6 jam dan lukanya masih dapat dijahit secara primer.
Faktor mempengaruhi penanganan luka:
1. Lama luka
Golden period saat dimana luka masih dapat ditangani dengan sempurna adalah 6
jam tapi masih bisa di jait secara primer yang tidak menyisakan jaringan parut. Pada
kepala dan wajah golden period ini adalah 8 jam karena di dalam kepala dan muka
banyak vaskularisasi sehingga penyembuhan cepat.
2. Bentuk luka antomi
Luka sederhana cukup dibersihkan dan diberi obat pada luka luka parah harus
debridemen.
3. Bersih tidaknya luka
Luka kotor harus di cuci bersih dan jangan ada benda asing yang menempel pada
luka agar tidak jadi infeksi.
4. Lokalisasi luka
Luka di daerah torak dan abdomen lebih sulit di bandingkan di daerah lain karena
harus di pastikan luka tidak menembus rongga darah tersebut. Sedangkan luka pada muka
dan kepala apabila ada pendarahan harus secepat mungkin harus di tangani. Luka pada
sendi harus di tangani secara benar supaya tidak timbul kecacatan sesudah penyembuhan.
11
Fase - fase penyembuhan luka
1. Fase perlekatan luka : dimana adanya fibrinogen dan limfosit pada 24 jam
pertama.
2. Fase peradangan aseptif : adanya tanda radang kalor dolor rubor tomor.
3. Fase pembersihan : terdapat edema dan leukosit banyak keluar untuk
memfagisitosis dan membersihkan jaringan mati.
4. Fase proliferasi : pada hari ketiga fibroblas mengorganisir diri dan
merangsang terbentuknya kolagen sehingga terbentuknya
pembuluh darah baru.
5. Fase maturasi : proses pemulihan kembali bekas luka menjadi sedia kala
Faktor umum yang menghamba t penyembuhan l uka :
1. Usia pasien pada anak dan orang muda lebih cepat sembuh.
2. Keadaan gizi pada pasien yang kurang gizi akan menghambat penyembuhan luka.
3. Penyakit yang menyertai pada pasien sehingga hambat penyembuhan.
4. Obat - obatan kortikosteroid terutama pada tiga hari pertama vitamin A dapat
menghilangkan pengaruh kortikostroid ini.
Luka yang mengalami infeksi adalah apabila pada luka terdapat 100.000 koloni
bakteri pada suatu gram jaringan. Jenis- jenis pada infeksi luka adalah
Infeksi primer yaitu infeksi segera setelah luka terjadi kontaminasi kuman oleh
mikroorganisme yang bersifat patogen.
Infeksi sekunder timbul beberapa waktu setelah luka di sebabkan oleh kuman
yang di sebabkan dari luar luka.
Macam macam infeksi, yaitu:
1. Infeksi piogenik atau bernanah adalah infeksi disebabkan kuman streptokokus.
2. Infeksi putridae adalah infeksi spesifik karena baunya yang busuk karena kuman coli.
3. Infeksi anaerob adalah infeksi oleh kuman spesies clostridia.
4. Infeksi spesifik adalah infeksi sebabkan oleh kuman sifilis.
12
Tuan RD merasa nyeri pada regio hipokondrium sinistra abdomen (bagian kiri
atas perut) di mana terdapat beberapa organ superfisial yakni sebagian gaster dan colon.1
Organ-organ lain di lokasi tersebut yakni limpa (lien), lobus sinistra hepar, caudal
pancreas, renal sinistra dan glandula suprarenalis.2
Tindakan operatif yang dapat dilakukan untuk memastikan lokasi perdarahan di
dalam abdomen adalah dengan laparotomi eksploratif. Laparotomi eksploratif dapat
berlanjut menjadi prosedur terapi, dapat juga berfungsi sebagai sarana untuk
mengkonfirmasi suatu diagnosis ketika metode pemeriksaan diagnostik klinis tidak
adekuat. Dewasa ini, ketersediaan laparoskopi sebagai metode minimal invasif
pemeriksaan abdomen telah banyak mengurangi pengaplikasian laparotomi. Namun,
pentingnya laparotomi eksploratif sebagai alat yang rapid and cost-effective dalam
mengelola abdomen akut dan trauma tidak dapat disingkirkan.3,4
13
Prosedur yang dilakukan untuk laparotomi yakni sebagai berikut5:
Laparotomi dimulai dengan anestesi umum.
Setelah anestesi, kulit perut diolesi cairan antibakteri untuk mencegah infeksi di
lokasi bedah.
Dokter bedah akan membuat sayatan. Sayatan akan ditempatkan di daerah yang
terasa sakit.
Dua sayatan yang paling umum adalah insisi garis tengah, yang merupakan
sayatan vertikal yang ditempatkan di antara tulang kemaluan dan di bawah tulang
dada, dan sayatan melintang, yang ditempatkan secara mendatar. Dalam beberapa
kasus, sayatan mungkin kecil pada awal operasi dan kemudian diperbesar yang
diperlukan untuk menyelesaikan prosedur setelah diagnosis dibuat.
Setelah irisan dibuat, organ dan jaringan akan diperiksa untuk melihat tanda-tanda
penyakit, infeksi, atau peradangan. Setelah organ-organ dan jaringan perut telah
diperiksa, laparotomi selesai. Namun dalam banyak kasus prosedur tambahan
akan dilakukan. Laparotomi dilakukan untuk menemukan sumber sakit, misalkan
jika ditemukan ruptur limpa pada area hipokondrium sinistra, sebuah prosedur
ruptur limpa kemudian akan dikombinasikan dengan laparotomi.
Sayatan bisa ditutup dalam berbagai cara. Sayatan yang lebih besar biasanya
ditutup dengan jahitan atau staples, yang lebih kecil dapat ditutup dengan pita
perekat disebut steri-strip atau lem bedah. Sayatan ini kemudian ditutup dengan
steril perban bedah.
Selesai operasi, pasien dibawa ke ruang pemulihan.
14
Diagnosis pada pasien Tn. RD meliputi trauma pada wajah, abdomen dan
ekstremitas. Pada wajah ditemukan luka memar (vulnus contussum), pada ekstremitas
atas terdapat luka memar dan luka sayat (vulnus scissum), ekstremitas bawah terdapat
luka lecet cukup lebar (vulnus excoratio), pada abdomen terdapat perdarahan interna.
Perdarahan tersebut perlu dicari sumbernya dengan melakukan prosedur laparotomi.
15
BAB IVPenutup
Seperti yang telah kita ketahui luka merupakan rusaknya struktur dan fungsi
anatomi kulit normal akibat proses patologis yang berasal dari internal maupun eksternal.
Trauma merupakan penyebab utama dari luka, salah satunya juga karena kecelakaan.
Pada kasus ini, pasien mengalami luka memar (vulnus constussum) pada bagian wajah
dan lengan kiri, luka sayat (vulnus scissum) pada kaki kiri, dan luka potong (vulnus
laceratum) pada bagian lengan kanan. Didapat juga kondisi anemia pada pasien karena
konjugtivanya yang anemis. Hal ini dapat dikaitkan dengan nyeri tekan yang dialami oleh
pasien pada kuadran kiri atas bagian perut pasien. Pada kuadran kiri atas pasien, kita
dapat menemukan beberapa organ superfisial yakni sebagian gaster dan colon. Organ-
organ lain di lokasi tersebut yakni limpa (lien), lobus sinistra hepar, caudal pancreas,
renal sinistra dan glandula suprarenalis. Untuk dapat mengetahui dan memastikan lokasi
perdarahan abdomen adalah dengan menggunakan laparotomi eksploratif. Laparotomi
eksploratif juga dapat dijadikan sebagai prosedur terapi. Pentingnya laparotomi
eksploratif sebagai alat yang rapid and cost-effective dalam mengelola abdomen akut dan
trauma tidak dapat disingkirkan.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer.Arif, dkk. Eds.2000.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
2. Karakata, Sumardi dan Bachsinar, Bob. Bedah Minor.—Ed.2--. Jakarta: Hipokrates, 1995,
p21.
3. Karakata.Sumiardi, Bachsinar.Bob. 1996. Bedah Minor. Jakarta : Hipokrates.4. Corwin Elizabeth J,Buku Saku Patofisiologi.ed.3.Jakarta:EGC,2009.
5. Morison Moya J.Manajemen Luka.Jakarta:EGC,2009.
6. UN Panda (Editor). Current Medical Diagnosis and Treatment. 3rd Edition. p71.
2002. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher, Ltd.
7. Betty Davis Jones. Comprehensive Medical Terminology. 3rd Edition. p61. 2008.
USA: Thomson Delmar Learning
8. Jennifer Heisler. What Is an Exploratory Laparotomy Surgery?. November 03,
2011. Available at:
http://surgery.about.com/od/proceduresaz/ss/LaparotomySurge_6.htm
9. Vikram Kate, MBBS, MS, PhD, FRCS, FRCS(Edin), FRCS(Glasg), MAMS,
FIMSA, MASCRS, FACS, FACG; Chief Editor: Kurt E Roberts, MD.
Exploratory Laparotomy. July 29, 2011. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/1829835-overview
10. World Health Organization. Essential Health Technologies. Clinical Procedures.
PDF format.
17