29
Makalah Potensi Pemberian Trichoderma sp dan Pengguaan Yellow Trap Untuk mengurangi Intensitas Serangan penyakit Phytopthora infestans dan hama kutu kebul pada tanaman tomat Varietas Zamrud Disusun oleh: Kelas D PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Makalah Juara

Embed Size (px)

DESCRIPTION

..................

Citation preview

Page 1: Makalah Juara

Makalah

Potensi Pemberian Trichoderma sp dan Pengguaan Yellow Trap Untuk mengurangi Intensitas Serangan penyakit Phytopthora infestans dan hama kutu kebul pada tanaman tomat Varietas

Zamrud

Disusun oleh:

Kelas D

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2013

Page 2: Makalah Juara

KATA PENGANTAR

Page 3: Makalah Juara

DAFTAR ISI

Page 4: Makalah Juara

DAFTAR GAMBAR

Page 5: Makalah Juara

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tomat adalah salah satu komoditas sayuran yang diusahakan oleh petani di

Indonesia. Badan Pusat Statistik (2011), melaporkan nilai produksi dan produktivitas

nasional tomat tahun 2006-2010, nilai produksinya tahun 2006 sebesar 629.744 ton, tahun

2007 sebesar 635.474 ton, tahun 2008 sebesar 725.973 ton, tahun 2009 sebesar 853.061

ton, dan tahun 2010 sebesar 891.616 ton. Sedangkan untuk nilai produktivitas tomat

nasional pada tahun 2006 sebesar 11.77 ton/ha, tahun 2007 sebesar 12.33 ton/ha, tahun

2008 sebesar 13.66 ton/ha, tahun 2009 sebesar 15.27 ton/ha, dan tahun 2010 sebesar

14.58 ton/ha.

Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi (2010) menyatakan bahwa varietas

tomat yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian sampai tahun 2006 sebanyak 54 varietas

dan pada masa depan varietas yang sudah dilepas tersebut merupakan varietas anjuran.

Varietas tomat yang telah dilepas tersebut diantaranya adalah Intan, Ratna, Berlian,

Mutiara, Kaliurang, Zamrud, Opal, Arthaloka, dan Permata.

Buah tomat menjadi salah satu komoditas hortikultura yang bernilai ekonomi

tinggi dan masih memerlukan penanganan serius, terutama dalam hal peningkatan

hasilnya dan kualitas buahnya. Indonesia sebagai salah satu Negara beriklim tropis

mempunyai potensi dan kesempatan yang cukup besar untuk memanfaatkan peluang

usaha dibidang hortikultura, khususnya tomat (Hanindita, 2008).

Salah satu kendala dalam peningkatan produksi tomat di Indonesia adalah

pengendalian OPT, terutama penyakit busuk daun (Phytophthora infestans). Penyakit

busuk daun merupakan penyakit utama pertanaman tomat di dataran tinggi dan

pertanaman tomat di Indonesia tersebar terutama di daerah dataran tinggi, sehingga

penyakit ini menjadi salah satu kendala berat bagi petani tomat Indonesia. Sampai saat ini

semua varietas tomat yang dibudidayakan rentan terhadap penyakit busuk daun (Gareth,

et al., 1995; Nelson, 2008; Anonim, 2012). Penyakit busuk daun dapat menyebabkan

penurunan produksi pada lahan hingga gagal panen apabila tidak ditangani dengan tepat.

Penyakit busuk daun dapat berkembang dengan cepat pada kondisi yang ideal dan

menyebabkan kematian tanaman tomat pada lahan dalam waktu dua minggu (Cerkauskas,

2005).

Kerusakan oleh penyakit Fusarium dapat mengakibatkan penurunan hasil antara

10-100%. Di Belarusia (1999), Phytophthora infestans dapat menyerang daun-daun

Page 6: Makalah Juara

tanaman bagian atas (daun muda) pada awal periode pertumbuhan vegetatif tanaman

dengan tingkat kerusakan daun mencapai 80-100% pada varietas yang berumur genjah,

dan 70-80% pada varietas yang berumur sedang dan dalam. Hasil penelitian Sengooba

dan Hakiza (1999), menunjukkan bahwa kehilangan hasil dapat melebihi 90%, jika

patogen menyerang kultivar yang rentan pada awal pertanaman. Penelitian yang

dilakukan di Ethiopia, Kenya, Rwanda, Uganda, dan Burundi menunjukkan bahwa

kehilangan hasil dapat mencapai 40-70%, dan besarnya kehilangan hasil sangat

tergantung baik pada kerentanan varietas maupun pada kondisi lingkungan tempat

tumbuh.

P. infestans datang dengan isyarat bercak cokelat kehitaman di permukaan daun

muda. Bercak lalu melebar membentuk area nekrosis berwarna cokelat keputihan. Umbi

kentang yang terserang menjadi melekuk dan berair. Ketika kita membelah umbi tampak

warna cokelat busuk. Perkembangbiakannya begitu cepat sebabnya P. infestans patogen

yang memiliki patogenisitas beragam. Patogen ini mampu berkembangbiak secara

aseksual. Mempunyai zoospora yang bisa berkecambah langsung. P. infestans bersifat

heterotalik yaitu berkembang biak secara seksual dengan memiliki oospora. Perantara

penyebaran paling utama adalah benih yang berpotensi mengandung patogen. Angin juga

berperan menyebarkan spora dari satu tanaman ke tanaman lain, bahkan dari satu daerah

ke daerah lain (Salma dan Guntoro, 1999)

Memasuki pasar global persyaratan produk-produk pertanian ramah lingkungan

akan menjadi primadona. Persyaratan kualitas produk pertanian akan menjadi lebih ketat

kaitannya dengan pemakaian pestisida sintetik. Salah satu alternatif upaya peningkatan

kuantitas dan kualitas produk pertanian khususnya kentang dapat dilakukan dengan

pemanfaatan agen hayati (biopestisida) sebagai pengganti pestisida sintetik yang selama

ini telah diketahui banyak berdampak negatif dalam mengendalikan penyakit-penyakit

tanaman. Seperti terbunuhnya mikroorganisme bukan sasaran, membahayakan kesehatan

dan lingkungan (Samways,1983). Berdasarkan keadaan ini maka eksplorasi dan skrining

agen hayati pada keanekaragaman hayati yang kita punya harus dilakukan dalam rangka

untuk menemukan sumberdaya genetik baru yang berpotensi sebagai agen pengendalian

hayati penyakit tanaman yang ramah lingkungan.

Trichoderma sp. adalah jamur saprofit tanah yang secara alami merupakan parasit

yang menyerang banyak jenis jamur penyebab penyakit tanaman (spektrum pengendalian

luas). Jamur Trichoderma spp. dapat menjadi hiperparasit pada beberapa jenis jamur

penyebab penyakit tanaman, pertumbuhannya sangat cepat dan tidak menjadi penyakit

Page 7: Makalah Juara

untuk tanaman tingkat tinggi. Mekanisme antagonis yang dilakukan adalah berupa

persaingan hidup, parasitisme, antibiosis dan lisis (Tsao, 1983). Menurut Rukmana, 1997,

jenis Trichoderma yang umum dijumpai di Indonesia adalah: T. piluliferum, T.

polysporum, T. hamatum, T. koningii, T. aureoviride, T. harzianum, T. longibrachiatum.

T. psudokoningii, dan T. viride.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa Trichoderma spp. dapat

mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh jamur Rhizoctonia solani. Hasil penelitian

Susanna, 2000 dalam (Tsao, 1983), menunjukkan bahwa Trichoderma spp. isolat

Lampung mampu menekan pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum pada tanaman

pisang. Menurut Nuryani dkk, 2003 bahwa pemakaian Trichoderma sp. dapat

mengendalikan penyakit layu bakteri Ralstonia solanacearum. Kaji terap yang

dilaksanakan pada Laboratorium PHPT Semarang menunjukkan bahwa Trichoderma sp.

cukup efektif untuk mengendalikan penyakit Alternaria sp pada bawang merah. Selain itu

untuk mengurangi intensitas serangan hama kutu kebul juga digunakan yellow trap.

Yellow trap atau Perangkap warna kuning efektif untuk mengendalikan populasi

hama L. huidobrensis (Pamuji dan Nurrahman, 2013). Sehingga dari hasil penelitian

tersebut akan diaplikasikan pada tanaman tomat untuk mengurangi intensitas serangan

kutu kebul yang dapat menurunkan produksi 20%-100%. Aplikasi ini kami terapkan

dengan pemodifikasian penggunaan cahaya kuning atau Yellow Trap untuk hama Kutu

Kebul (Bemicia tabaci) pada tanaman tomat. Diharapkan dengan metode penelitian ini

intensitas serangan hama Kutu Kebul berkurang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah dengan pemberian jamur Trichoderma spp dapat mengurangi intensitas

serangan jamur patogen Phytopthoran infestans pada tanaman tomat varietas

Zamrud?

2. Apakah dengan penggunaan Yellow Trap dapat mengurangi intensitas serangan hama

kutu kebul (Bemisia tabaci) pada tanaman tomat varietas Zamrud?

3. Apakah dengan pemberian jamur Trichoderma spp dan penggunaan Yellow Trap

dapat meningkatkan nilai kuantitas dan kualitas hasil produksi tomat varietas

Zamrud?

1.3 Tujuan

Page 8: Makalah Juara

1. Untuk mengetahui berkurangnya intensitas serangan jamur patogen Phytopthoran

infestans pada tanaman tomat varietas Zamrud dengan pemberian jamur Trichoderma

spp.

2. Untuk mengetahui berkurangnya intensitas serangan hama kebul (Bemisia tabaci)

pada tanaman tomat varietas Zamrud dengan penggunaan Yellow Trap.

3. Untuk mengetahui peningkatan nilai kuantitas dan kualitas hasil produksi tomat

Zamrud dengan pemberian jamur Trichoderma spp dan penggunaan Yellow Trap

Page 9: Makalah Juara

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Singkat Tanaman Tomat Varietas Zamrud

Buah tomat varietas zamrud berbentuk bulat. Setelah masak, buah berwarna

merah dan rasanya manis agak asam, cocok untuk dimakan segar atau untuk bumbu

masakan. Daya tahan simpan buah selama 8 hari. Varietas ini tergolong tahan terhadap

penyakit bakteri layu dan mulai dapat dipanen pada umur 59-61 hst. Potensi

produksinya sekitar 30-45 ton/ha dan cocok ditanam di daerah dataran rendah. Pemulia

dari varietas ini adalah Etti Purwati, Budi Jaya, Anggoro H. Permadi, Hanudin. Varietas

ini juga telah dikomersialisasikan dengan UD Riawan Tani (Tugiyono, 1985).

Gambar 1. Tomat varietas Zamrud

2.2 Penyakit Busuk Daun (Phytopthora infestans) dan Pengendaliannya Pada

Tanaman Tomat

Penyakit busuk tanaman tomat adalah Phytopthora infestans (Mont.) de bary.

Penyakit ini dapat menggagalkan budidaya tomat karena menyerang semua bagian

tanaman. Batang terserang ditandai bercak coklat kehitaman dan kebasah-basahan.

Serangan serius menyebabkan tanaman tomat layu. Daun tomat terserang seperti

tersiram air panas. Buah terserang ditandai bercak kebasah-basahan yang menjadi

coklat kehitaman dan lunak(Nasa, 2012).

Gejala pertama tanaman yang terserang adalah pada daun tua terdapat bercak

yang bentuknya tidak beraturan, berwarna hitam kehijauan. Bercak tersebut cepat sekali

meluas bila keadaan lingkungan cukup lembab, Cendawan berkembang di permukaan

bawah daun, membentuk konidia dan konidiofor yang berwarna putih. Serangan pada

Page 10: Makalah Juara

batang gejalanya sama seperti pada daun. Bila keadaan lingkungan lembab dan udara

cukup panas, infeksi meluas secera cepat, seluruh daun tanaman terserang dan tanaman

tampak seperti tertimpa hujan(Doolittle, et al, 1961).

Infeksi pada buah biasanya terjadi pada tiap tahap pertumbuhan, umumnya

infeksi terjadi pada bagian atas buah (setengah dari bagian buah), tetapi dapat juga

terjadi pada seluruh permukaan buah. Gejala pertama yang terlihat pada buah adalah

terdapatnya bercak hijau keabu-abuan yang meluas hingga menutupi setengah bagian

dari permukaan buah. Bercak kemudian menjadi coklat, keras dan permukaannya

mengkerut. Pada keadaan yang lembab tumbuh bulu-bulu putih pada permukaan

buah(Doolittle, et al, 1961).

Bila cuaca sangat lembab cendawan menghasilkan spora banyak sekali di

bawah permukaan daun dan buah yang terinfeksi. Spora tersebut dapat terbawa oleh

angin dan hujan sehingga dapat menginfeksi tanaman lhin. Cendawan Phytophthora

berkecambah pada suhu 3°-26°C dan mempunyai dua macam bentuk spora yaitu

zoospora (aseksual) dan oospora (seksual). P.infestans dapat bertahan lama di dalam

tanah secara saprofit dengan miseliumnya (Walker, 1969).

Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif

yang bisa digunakan adalah metalaksil, propamokarb hidrokloroda, simoksanil atau

dimetomorf dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah

tembaga, mankozeb, propineb, ziram, atau tiram. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk

pada kemasan (Kurnianti, 2012)

Selain itu, ada beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain tanaman yang

telah terserang segera dicabut dan dibakar; tanaman yang sakit tidak boleh dipendam di

areal pertanaman tomat; menanam varietas tomat yang resisten; melakukan rotasi

tanaman; dan tanah yang telah dicangkul dibiarkan beberapa waktu agar terkena sinar

matahari (Kurnianti, 2012)

2.3 Hama Kutu Kebul (Bemisia tabaci) dan Pengendaliannya Pada Tanaman Tomat

Kutu kebul tanaman tomat adalah Bemisia tabaci. Hama berwarna putih,

bersayap dan tubuhnya diselimuti serbuk putih seperti lilin. Kutu kebul menyerang dan

menghisap cairan sel daun tanaman tomat sehingga sel-sel dan jaringan daun rusak.

Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif abamektin,

tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin.

Dosis sesuai petunjuk pada kemasan (Nasa, 2012)

Page 11: Makalah Juara

Hama kutu putih (pseudococus sp) berbentuk bulat berwarna kehijauan dan

tubuhnya diselimuti oleh lapisan lilin berwarna keputihan. Kutu putih menyerang

tanaman tomat dengan cara mengisap cairan daun. Hama ini juga membawa penyakit

embun jelaga. Kotorannya yang terasa manis juga mengundang semut. Akibatnya

serangan kutu putih daun menjadi keriting dan bunga atau buahnya mengalami

kerontokan. Pemberantasan kutu putih juga harus diikuti dengan peberantasan semut

yang menjadi media penyebaran hama kutu putih dan embun jelaga(Bernandius, 2002).

Ciri-ciri dari kutu kebul antara lain panjang kutu putih dewasa hanya ± 1 mm

berwarna putih kekuning-kuningan, tertutup tepung seperti lilin putih, memiliki 2

pasang sayap berwarna putih dengan bentangan ± 2 mm, dan bermata merah. Lalat

putih betina berukuran lebih besar daripada lalat jantan. Telur berbentuk elips

sepanjang antara 0,2-0,3 mm. Panjang pulpa ± 0,7 mm, berbentuk oval serta datar dan

badannya seperti sisik pada daun.

Gambar 2. Kutu Kebul

Gejala tanaman tomat yang terserang seperti diselimuti tepung putih yang bila

dipegang akan berterbangan. Serangan mengakibatkan pertumbuhan tanaman

terhambat/kerdil, daun mengecil, dan menggulung ke atas(Maulana, 2011).

Menurut Maulana (2011) Pengendalian yang dapat dilakukan pada kutu kebul

antara lain :

1. digunakan musuh alami hama, misalnya beberapa jenis tabuhan yang merupakan

parasit lalat putih dan beberapa jenis lembing guna memakan telur lalat putih;

2. gulma di sekitar tanaman tomat harus dibersihkan supaya tidak menjadi inang lalat

putih;

3. tanaman tomat terserang virus harus segera dicabut dan dibakar;

4. menggunakan ‘yellow sticky trap’.

Page 12: Makalah Juara

2.4 Deskripsi ‘Yellow Trap’

Menurut Trubus, prinsip dasar jebakan adalah menjebak hama menggunakan

pemikat tertentu. Beberapa jenis kutu tertarik pada warna kuning yang mencolok

sehingga dibuat jebakan dari kertas atau plastik kuning yang dilumuri lem. Ngengat dan

serangga nokturnal—aktif di malam hari—tertarik pada nyala api atau lampu, makanya

dibuatkan perangkap obor atau lampu. Perangkap kuning, jebakan ini didasari sifat

serangga yang menyukai warna kuning mencolok. Sebabnya warna itu mirip warna

kelopak bunga yang sedang mekar sempuna. Permukaanya dilumuri lem sehingga

serangga yang hinggap akan lengket sampai serangga itu mati. Perangkap kuning

ampuh memikat hama golongan aphid, kutu, dan tungau. Itu juga dijadikan indikator

populasi hama di sekitarnya.

Page 13: Makalah Juara

BAB III

METODOLOGI

3.1 Bahan dan Alat Percobaan

3.1.1 Jamur Trichoderma sp.

Bahan percobaan yang digunakan antara lain: Potato Dextrose Agar  (PDA),

Alkohol 70%, jagung, benih tomat kultivar zamrud, biakan jamur Trichoderma sp pada

media jagung, isolat Phytopthoran infestans, tanaman tomat, tanah dan pupuk kompos

yang sterilisasi.

Alat percobaan yang digunakan adalah: autoclave, laminar air flow (box isolasi);

mikroskop, botol media, borgabus, polybag ukuran 3 kg, bak persemaian, jarum ose, cawan

petri, alat semprot.

3.1.2 Yellow Trap

Bahan yang digunakan dalam pembuatan Yellow Trap ini antara lain: Seng plat

(200 x 100 cm2); cat yellow fluorescent merek Diton; cat dasar putih merek Diton;

lem tikus merek “ultra super”; plastic transparan Yashica; klip 105; tonggak kayu

setinggi 3 m; dan paku 1 inchi.

Alat yang digunakan dalam pembuatan Yellow Trap ini antara lain:

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Jamur Trichoderma sp.

Metode penelitian yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK) , terdiri

atas 7 perlakuan dan 3 ulangan. Variasi perlakuan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

A = Tanpa introduksi Trichoderma sp.

B = 10 gram Trichoderma sp.

C = 20 gram Trichoderma sp.

D = 30 gram Trichoderma sp.

E = 40 gram Trichoderma sp.

F = 50 gram Trichoderma sp.

G = Introduksi 50 gram Trichoderma sp. tanpa Phytopthoran infestans

Analisis data menggunakan tabel ANNOVA, apabila terjadi perbedaan akan

dilanjukkan dengan uji beda nyata (BNT) taraf 5%.

3.2.2 Yellow Trap

Page 14: Makalah Juara

3.3 Pelaksanaan Percobaan

3.3.1 Jamur Trichoderma sp.

a. Pencarian Spesimen

Pemilihan sample spesimen dilakukan dengan mencari tanaman tomat yang terserang

jamur patogen Phytopthoran infestans. Dengan melihat gejala seperti:

1. Bercak hitam kecoklatan atau keunguan pada helai daun, tangkai atau batang,

pada bercak yang berkembang dengan cepat, bagian yang paling luar berwarna

kuning pucat dan menjalar ke bagian daun luar yang masih berwarna hijau.

2. Sisi bawah daun tampak adanya pembentukan organ pengembangbiakan jamur

(spora) yang berwarna putih seperti beludru pada daerah peralihan antara pucat

dan ungu.

3. Pada buah tomat, bercak berwarna hijau kelabu kebasah–basahan. Pada buah

hijau bercak berwarna coklat tua, agak keras dan berkerut.

b. Pembuatan Medium PDA

Serbuk Potato Dextrose Agar (PDA) yang sudah siap pakai sebanyak 39 gram

dilarutkan dalam 1 liter aquades, kemudian dipanaskan sampai mendidih sambil diaduk

sampai homogen. Larutan dimasukkan dalam erlemeyer ditutup dengan kapas dan

alumunium foil lalu disterilkan pada autoclave suhu 121º C selama 30 menit. Medium PDA

dikeluarkan dan dituangkan pada petridish steril masing-masing 10 ml dan dibiarkan

membeku.

c. Pembuatan Kultur Phytopthoran infestans

Spesimen diperoleh dari lapang kemudian bagian batang dibersihkan dengan alkohol

70%, dipotong tipis selanjutnya diisolasikan pada media PDA diinkubasikan pada suhu

kamar selama 3 – 5 hari. Setelah tumbuh dilakukan identifikasi di bawah mikroskop. Bila

sudah diperoleh Phytopthoran infestans dilakukan pemurnian dengan cara mengambil

jamur bagian ujung dengan menggunakan jarum ose, selanjutnya diisolasikan pada media

PDA baru yang sudah steril. Dilakukan di dalam box isolasi secara aseptis kemudian

diinkubasikan. Pemurnian dilakukan 2-3 kali sampai diperoleh isolate murni.

d. Penyediaan Trichoderma sp.

Jamur Trichoderma sp yang digunakan adalah jamur Trichoderma sp hasil

perbanyakan yang dikembangkan pada media beras jagung.

e. Persiapan Media Tanaman Tomat

Page 15: Makalah Juara

Media tanamberupa campuran tanah dan kompos dengan perbandingan 3 : 1.

Kemudian sterilisasi dengan uap panas selama 3 jam. Setiap polybag diisi dengan 3 kg media

tanam dan ditanami 1 bibit tanaman tomat yang berumur 7 hari.

f. Pemberian Trichoderma sp.

Pemberian jamur Trichoderma sp dilakukan pada saat pindah tanam, sesuai dengan

dosis yang diuji dengan cara menaburkan inokulum jamur pada permukaan media tanam

sesaat sebelum ditanami bibit tomat.

g. Inokulasi penyakit Phytopthora infestans.

Inokulasi Phytopthora infestans dilakukan bersamaan dengan pemberian inokulum

jamur Trichoderma sp. Pada setiap polybag disiramkan suspense spora Phytopthoran

infestans sebanyak 100 ml dengan konsentrasi 1 % (10 gram/liter air).

h. Pengamatan

Objek yang diamati meliputi:

1. Persentase Serangan Penyakit Busuk Daun, dengan menggunakan rumus:

n

P = ------------------------ x 100 %

N

Keterangan:

P = Persentase serangan penyakit busuk daun

n = Jumlah tangkai daun yang menunjukkan gejala busuk daun

N = Jumlah tangkai daun seluruhnya (Hidayat Natawigena, 1998).

Pengamatan dilakukan setiap 1 minggu.

2. Pertumbuhan vegetative tanaman tomat seminggu sekali sampai dengan 10 minggu setelahtanam

(MST), terdiri dari: pertumbuhan tinggi tanaman dan pertumbuhan jumlah tangkai daun.

3. Pertumbuhan genaratif dan hasil tanaman tomat yang terdiri dari: pertumbuhan jumlah bunga, mulai 8

MST s/d 16 MST. Pertumbuhan jumlah bunga, mulai 12 MST s/d 18 MST. Jumlah bobot buat mulai

16 MST s/d 18 MST.

i. Yellow Trap

1. Pemasangan yellow fluorescent sticky trap pada tiap-tiap tanaman sebanyak 4 buah.

Tinggi tonggak untuk pemasangan yellow flourescent stiky trap adalah 3 meter dan

dipasang kira-kira 30 cm di sebelah luar kanopi tanaman.

2. Yellow sticky trap dibuat dari seng yang dibentuk menyerupai silinder dengan diameter

9,5 cm, tinggi 22 cm. Kemudian silinder seng dicat dengan warna kuning kehijau

(fluorescent color/Diton brand/yellow 8005 atau fluorescent color/RJ/yellow 1005)

Page 16: Makalah Juara

seperti tunas daun tanaman manggis, namun demikian agar warna cat tahan lama

sebaiknya silinder seng diberi car dasar warna putih (Diton brand/white 840 atau RJ

brand/white B 400) terlebih dahulu

3. Memaku silinder seng yang sudah dicat pada tonggak kayu setinggi 3 meter

4. Menyiapkan plastik tansparan (OHP-plastic) dengan mengolesi secara merata plastik

tersebut menggunakan lem tikus bening (merk ”ultra super”)

5. Menempelkan plastik ber-lem pada silinder seng berwarna hijau kekuningan dengan

menggunakan klip. Bagian plastik yang telah diolesi dengan lem berada pada sebelah

luar silinder seng.

6. Yellow fluorescent sticky trap berplastik dengan lem pada bagian luarnya serta

bertonggak siap ditancapkan di sekitar kanopi

Pengaruh Introduksi Jamur (Trichoderma sp.) terhadap Perkembangan Penyakit Layu

Fusarium (Fusarium oxysporum), Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat

Oleh : Pasetriyani Eddy T, dan Y.Wahyu

Page 17: Makalah Juara

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Pemberian Jamur Trichoderma spp dalam Mengurangi Intensitas Serangan

Jamur Patogen Phytopthoran infestans pada Tanaman Tomat Varietas Zamrud

4.2 Pengaruh Penggunaan Yellow Trap dalam Mengurangi Intensitas Serangan Hama

Kutu Kebul (Bemisia tabaci) pada Tanaman Tomat Varietas Zamrud

4.3 Pengaruh Pemberian Jamur Trichoderma spp dan Penggunaan Yellow Trap Dalam

Meningkatkan Nilai Kuantitas dan Kualitas Hasil Produksi Tomat Varietas Zamrud

Page 18: Makalah Juara

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

4.2 SARAN

Page 19: Makalah Juara

DAFTAR PUSTAKA

Bernandius, T. Wahyu Wiryanta. 2002. Bertanam Tomat. Jakarta : PT. Agromedia Pustaka

BPS. 2011. Produksi Tomat Nasional. (online) www.BPS.go.id. Diakses tanggal 28 Mei 2013

Cerkauskas, Ray. 2005. Tomato. Diseases : Late Blight. AVRDC publication. pp. 05-633.

Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi . 2010. Pelepasan Varietas Tomat. www. Direktorat

Perbenihan.com, diakses tanggal 28 Mei 2013

Doolittle, S.P, A.L. Taylor, L.L. Danielson. 1961. Tomato Diseases and Their Control. Agriculture Research.United States Departement of Agriculture. 86p.

Gareth w. Griffith, Rebecca Snell & David s. Shaw. 1995. Late blight (Phytophthora infestans)

on tomato in the tropics. Micologist 9 (2). 3 p.

Hanindita, Nisa . 2008. 'Analisis Ekspor Tomat Segar Indonesia', Tesis, Institut. Pertanian

Bogor, Bogor.

Kurnianti, Nofik. 2012. Cara Praktis Budidaya Tomat. (Online). http://petunjukbudidaya. blogspot. com/2012/10/cara-praktis-budidaya-tomat.html. Diakses Tanggal 28 Mei 2013.

Maulana, Rivky, Heru Pamuji.2011. Waspada Ancaman Kutu Kebul. (Online)

http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2011/07/05/waspada-ancaman-kutu-kebul-

376599.html. Diakses Tanggal 28 Mei 2013

Nasa, 2012. Hama Dan Penyakit Tanaman Tomat. (Online). http://nasa88.wordpress.com /2012/05/21/hama-dan-penyakit-tanaman-tomat/. Diakses Tanggal 28 Mei 2013.

Nuryani, Wakiah, Hanudin, I Djatnika, Evi Silvia dan Muhidin. 2003. Pengendalian Hayati Layu

Fusarium pada Anyelir dengan Formulasi Pseudomonas fluorescens,

Gliocladium

sp.,dan Trichoderma harzianum. Jurnal Fitopatologi Indonesia (Vol 7) No. 2: 71-

75 pp.

Pamuji dan Nurrahman. 2013. Penerapan Yellow Trap. (online) http://heryantos.blogspot.com.

Diakses tanggal 28 Mei 2013

Rukmana, Rachmad dan Saputra. 1997. Penyakitpenyakit tanaman Hortikultura dan Teknik

Pengendalian. Yogyakarta:Kanisius.

Salma, S dan L. Gunarto. 1999. Enzim Selulase dari Trichoderma spp. BuletinSamways, M.

J.1981. Biological Control of Pest and Weeds. Bangalore. India: Mac.Millan.

Sengooba, T. and J.J. Hakiza. 1999. The current status of late blight caused by Phytophthora

Page 20: Makalah Juara

infestans in Africa with empasis on Eastern and Southern Africa. In Late Blight a

Threat

to Global Food Initiative on Late Blight Conference,March 16- 19, 1999. Quito Equador.

Susanna, 2000;Tsao, 1983. Factors Affecting Isolation & Quantitation of Phytophthora

from soil. In D.C. Erwin, S.B. Garcia dan P.H. Tsao. Phytophthora its Biology,

Taxonomy and Ecology. The American Phytopatological Society. St. Paul. Hal. 219-236.

Trubus, ___. Hama Dan Penyakit Tanaman. Trubus info kit. www.trubus-online.co.id

Tsao, P.H. 1983. Factors Affecting Isolation & Quantitation of Phytophthora from soil. In D.C.

Erwin, S.B. Garcia dan P.H. Tsao. Phytophthora its Biology, Taxonomy and

Ecology.

The American Phytopatological Society. St. Paul. Hal. 219-236.

Tugiyono, Hery. 1985. Bertanam Tomat. Depok : Penebar Swadaya.

Walker, J.C. 1969. Plant Pathology. Mc Graw Hill Book Company. New York: 819p.