Upload
hilma-dianti-marham
View
53
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
timber
Citation preview
Indonesian Timber { Ulin (Eusideroxylon zwageri), Kamper
(Dryobalanops spp.), dan Meranti Merah (Shorea spp.)}
Hilma Dianti Marham (3425110175)
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Jakarta
Abstrak
Indonesian timber adalah jenis-jenis kayu yang ada di Indonesia yang dapat
dimanfaatkan untuk bangunan (terutama untuk membangun rumah, jembatan dan
kapal) dan memiliki ukuran yang relatif besar. Berdasarkan studi pustaka, pohon-
pohon yang berasal dari Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk timber
contohnya seperti Ulin (Eusideroxylon zwageri), Kamper (Dryobalanops spp.),
dan Meranti Merah (Shorea spp.). Pohon tersebut banyak dibudidayakan di
Indonesia, seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan,Sulawesi. Kayu-kayu tersebut
memiliki ciri masing-masing dan dapat digolongkan berdasarkan tingkat keawetan
dan kekuatan, sehingga dalam pemanfaatannya pun perbeda. Pemanfaatan dari
katu-kayu tersebut seperti untuk bahan bangunan, furniture, mebel, alat-alat
perkapalan, kertas dan sebagainya.
Kata Kunci: timber, kayu ulin, kayu kamper, kayu meranti merah
PENDAHULUAN
Kayu adalah bagian batang atau
cabang serta ranting tumbuhan yang
mengeras karena mengalami
lignifikasi (pengayuan). Kayu
digunakan untuk berbagai keperluan,
mulai dari memasak, membuat
perabot (meja, kursi), bahan
bangunan (pintu, jendela, rangka
atap), bahan kertas, dan banyak lagi.
Kayu juga dapat dimanfaatkan
sebagai hiasan-hiasan rumah tangga
dan sebagainya. Penyebab
terbentuknya kayu adalah akibat
akumulasi selulosa dan lignin pada
dinding sel berbagai jaringan di
batang. Kayu dibedakan menjadi 2
katagori, yaitu: Kayu keras
(Hardwood), unsur yang terdapat
pada hardwood diantaranya serat,
parenkima, pori-pori, mata kayu.
Umumnya hardwood tergolong pada
tanaman angiospermae. Kayu lunak
(Softwood), unsur yang terdapat pada
softwood biasanya tracheid,
parenkima, dan pipa damar.
Umumnya softwood tergolong pada
tanaman gymnospermae.
Batang pohon yang dipotong
melintang akan memperlihatkan
bagian-bagian kayu, yang kerap kali
berbeda warna. Bagian terluar
adalah kulit luar (outer bark), yaitu
bagian yang telah mati yang
tugasnya melindungi bagian-bagian
disebelah dalamnya, kulit dalam
(inner bark), yaitu bagian yang
masih hidup, yang gunanya untuk
mengangkut atau menghantarkan
makanan yang dibuat di daun.
Disebelah dalam dari lapisan
kambium terdapat bagian kayu yang
lunak, yang warnanya keputih-
putihan disebut sapwood, Disebelah
dalam sapwood terdapat lapisan yang
lebih tebal dan warnanya agak lebih
tua daripada sapwood disebut
heartwood.
Indonesian timber adalah jenis-
jenis kayu yang ada di Indonesia
yang dapat dimanfaatkan untuk
bangunan (terutama untuk
membangun rumah, jembatan dan
kapal) dan memiliki ukuran yang
relatif besar.
Kayu dapat dikelompokkan
berdasarkan tingkat keawetan dan
kekuatan. Keawetan adalah daya
tahan kayu terhadap serangan hama
yaitu serangga dan jamur. Kekuatan
adalah daya tahan kayu terhadap
kekuatan mekanis dari luar, antara
lain : daya dukung, daya tarik, daya
tahan dan sebagainya. Tingkatan
awet dan kuat sangat menentukan
kualitas kayu. Kelas Awet adalah
tingkat kekuatan alami sesuatu jenis
kayu terhadap serangan hama
dinyatakan dalam kelas awet I, II, III,
IV dan V. Makin besar angka
kelasnya makin rendah keawetannya.
Kelas Kuat adalah tingkat ketahanan
alami suatu jenis kayu terhadap
kekuatan mekanis (beban)
dinyatakan dalam Kelas Kuat I, II,
III, IV dan V. Makin besar angka
kelasnya makin rendah kekuatannya.
Indonesia terdapat 4000 spesies
pohon yang menghasilkan kayu, 400
spesies punya nilai ekonomi, 260
spesies yang diperjual belikan.
Malaysia, Brunei, Indonesia
didominasi oleh suku
Dipterocarpaceae (Borneo 67%
Shorea). Timber merupakan
komoditas yang sangat penting di
Asia Tenggara. Pengekspor terbesar
yaitu Malaysia (3571 million US$)
dan Indonesia (3371 million US$) .
Produk timber terbesar di Indonesia
ialah Sawn Timber. Pada tahun 70-
80 an, ekspor kayu log diperoleh
devisa negara Indonesia sebesar US$
1,8 milyar setiap tahunnya, pada
tahun 80-90 an, dari industri
kehutanan ini, Indonesia memperoleh
devisa negara sebesar US$ 4 milyar.
Pada puncak momentum dari industri
kehutanan dan ekspor kayu, sektor
kehutanan mampu memberikan
kontribusi devisa negara sebesar US$
7-8 milyar.
PEMBAHASAN
Kayu Ulin
Kayu ulin adalah kayu yang
berasal dari pohon ulin yang
memiliki nama ilmiah Eusideroxylon
zwageri dan termasuk dalam suku
Lauraceae. Kayu ulin memiliki berat
jenis rata-rata 1,04 gr/cm3.
Termasuk kelas awet I , serta kelas
kuat I. permukaan kayu agak licin
dan mengkilat, tekstur kasar dengan
serat lurus, termasuk kayu sangat
keras karena daya kembang susutnya
kecil dan banyak mengandung zat
ekstraktif.
Tinggi pohon bisa mencapai 50
m dengan tinggi batang bebas cabang
5 - 20 m, diameter sampai 100 cm.
Tinggi banir mencapai 4 m, lebar 10
m dan tebal 15 - 40 cm. Batang
utama lurus, kadang kala berlekuk di
bagian pangkal. Ranting-ranting
licin, tidak bergetah. Daun
merupakan daun tunggal, helai daun
ellips memanjang, ujung meruncing,
permukaan gundul, pangkal
membulat dan tidak mempunyai
daun penumpu. Bunga terletak pada
ketiak daun, berkelamin dua, dan biji
dilindungi batok yang keras. Buah
berupa buah batu pada gagang yang
tebal, jorong hingga bulat telur atau
bulat, hitam mengkilap bila berisi
satu biji. Biji sangat besar, kulit biji
sangat keras, beralur. Warna buah
mula-mula hijau dan menjadi
kecoklatan setelah masak. Buah
berupa buah batu, jorong hingga
bulat telur atau bulat, hitam
mengkilap bila berisi satu biji.
Pohon ulin umumnya tumbuh
pada daerah beriklim A dan B
dengan curah hujan antara 2.500 –
4.000 mm / tahun. Jenis ini termasuk
jenis dari hutan dataran rendah,
dengan ketinggian tempat tumbuh
mulai dari tepi pantai sampai
ketinggian lebih kurang 400 m dpl.
Pohon belian tumbuh dalam hutan
primer pada tanah-tanah berpasir dan
liat daripada endapan-endapan batu
pasir, pada lapangan-lapangan yang
datar maupun miring pada
ketinggian 5 – 400 m dpl. Hutan ulin
merupakan ciri khusus tipe hutan
dalam hutan Dipterocarpaceae
dataran rendah, tetapi komposisi
formasi ini dapat bervariasi dari satu
tempat ke tempat yang lain dan dari
satu pulau ke pulau lain. Pohon ulin
tersebar luas dan umum terdapat di
hutan Dipterocarpaceae di
Kalimantan Timur.
Di dunia industri kayu ulin dapat
dimanfaatkan sebagai Konstruksi
berat, konstruksi di laut, jembatan,
bantalan rel kereta api, perkapalan
,dan perabot di luar rumah. Nilai
ekonomis kayu ini sangat tinggi
akibat tingginya permintaan. Di
pasaran internasional sekitar tahun
2003, satu meter kubik ulin harganya
mencapai USD 1000. Sabah
merupakan pengekspor ulin utama
dunia. Di tahun 1987 negara bagian
Malaysia ini mengekspor 3.836.070
meter kubik ulin.
Kayu Kamper
Kayu kamper berasal dari pohon
kamper dengan nama ilmiah
Dryobalanops spp dari suku
Dipterocarpaceae. Trade Groups :
D.aromatica, D.fusca, D.lanceolata,
D.oocarpa, dan D.rappa. Kayu ini
umumnya memiliki berat jenis 0,7-
0,9 gr/cm3, termasuk dalam kelas
awet III dan kelas kuat I dan II.
Pohon kapur mempunyai ukuran
yang besar dan tinggi. Diameter
batangnya mencapai 70 cm bahkan
150 meter dengan tinggi pohon
mencapai 60 meter. Kulit pohon
berwarna coklat dan coklat
kemerahan di daerah dalam. Pada
batangnya akan mengeluarkan aroma
kapur bila dipotong. Daun tunggal
dan berseling, memiliki stipula di sisi
ketiak, dengan permukaan daun
memngkilap, dan tulang daun
sekunder menyirip sangat rapat
dengan stipula berbentuk garis dan
sangat mudah luruh. Bunga
berukuran sedang, kelopak
mempunyai ukuran sama besar,
mempunyai mahkota bunga elips,
mekar, putih berlilin, dan memiliki
30 benang sari. Pohon Kapur
memiliki buah agak besar,
mengkilap, dan bersayap sebanyak 5
helai.
Pohon kamper (Dryobalanops
spp.) tumbuh di hutan dipterocarp
campuran hingga ketinggian 300
meter dpl. Umumnya tumbuh di
tanah yang kering. Persebaran
tumbuhan langka ini mulai dari
Indonesia (pulau Sumatera dan
Kalimantan) dan Malaysia
(Semenanjung Malaysia, Sabah, dan
Serawak).
Kayu D. aromatica dapat dipakai
untuk balok, tiang rusuk dan papan
pada bangunan perumahan dan
jembatan, serta dapat juga dipakai
untuk perkapalan peti (koper), mebel
dan juga peti mati. Kayu
D.lanceolata dan D. beccarii dipakai
untuk perahu balok, tiang dan
konstruksi atap pada bangunan
perumahan, juga untuk mebel dan
peti (koper). Di sabah kayu kapur
dipakai untuk kayu lapis, konstruksi
berat di tempat yang tidak ada
serangan rayap yang hebat, mebel
murah, dan papan kapal, sirap yang
digergaji. Meskipun memiliki ciri-
ciri yang hampir sama antara kayu
kamper dan kayu mahoni, tapi soal
harga, harga kayu kamper jauh lebih
mahal jika dibandingkan dengan
kayu mahoni. Saat ini, harga per
meter kubik (m³) kayu kamper di
pasaran (khususnya harga di Jawa)
mencapai angka 8 jutaan (harga
untuk kayu yang sudah diproses atau
bukan kayu lognya).
Kayu Meranti Merah
Kayu meranti (Shorea spp.) ini
memiliki berat jenis 0,5 – 0,8 gr/cm3,
termasuk kelas awet IV , serta kelas
kuat III. Termasuk suku dari
Dioterocarpaceae. Kayu ini tidak
begitu tahan terhadap pengaruh
cuaca, sehingga tidak dianjurkan
untuk penggunaan di luar ruangan
dan yang bersentuhan dengan tanah.
Tekstur kayu agak kasar sampai
kasar dan merata, lebih kasar dari
meranti putih dan kuning. Arah serat
kayunya agak berpadu, kadang-
kadang hampir lurus, bergelombang
atau sangat berpadu. Permukaan
kayu licin atau agak licin dan
kebanyakan agak mengkilap. Three
major species : S.singkawang, S.
leprosula, S. eximis.
Tanaman Meranti Merah
merupakan pohon, seringkali
berukuran besar. Daun tunggal,
berseling, berstipula, tepi rata. Bunga
dalam malai, biseksual, aktinomorf;
sepal 5, bebas atau berlekatan; petal
5, terpuntir, bebas atau pangkalnya
berlekatan; benang sari 10 - banyak,
bebas; bakal buah beruang 3 dengan
2 – banyak bakal biji setiap ruang,
plasentasi aksial, pangkal style
melebar (stylopodium). Buah
longkah bersayap (samara) yang
berasal dari 2,3 atau 5 sepal yang
melebar, biji tanpa endosperma.
Dapat tumbuh baik pada
berbagai jenis tanah kecuali tanah
liat yang berat. Tumbuh pada
ketinggian 0-800 m dpl. Dengan tipe
iklim A– D. Tetapi umumnya
tanaman ini tumbuh pada tipe iklim
A-B yaitu hutan hujan tropis. Shorea
menyebar terutama di Asia
Tenggara; ke barat hingga Srilanka
dan India utara, dan ke timur hingga
Filipina dan Maluku. Marga ini tidak
ditemukan di Nusa Tenggara, akan
tetapi fosil kayunya didapati di sana.
(Soerianegara, I. dan RHMJ.
Lemmens (2002) diacu dalam
Wikipedia).
Kayu ini lazim dipakai sebagai
kayu konstruksi, panil kayu untuk
dinding, loteng, sekat ruangan, bahan
mebel dan perabot rumah tangga,
mainan, peti mati dan lain-lain.
Meranti merah baik pula untuk
membuat kayu olahan seperti papan
partikel, harbor, dan venir untuk
kayu lapis. Selain itu, kayu ini cocok
untuk dijadikan bubur kayu, bahan
pembuatan kertas. Di samping
menghasilkan kayu, hampir semua
meranti merah menghasilkan damar,
yakni sejenis resin yang keluar dari
batang atau pepagan yang
dilukai. Damar keluar dalam bentuk
cairan kental berwarna kelabu, yang
pada akhirnya akan mengeras dalam
warna kekuningan, kemerahan atau
kecoklatan, atau lebih gelap.
S. leprosula adalah salah satu
jenis kayu komersial terpenting
di Asia Tenggara. (Soerianegara, I.
dan RHMJ. Lemmens (2002) diacu
dalam Wikipedia) dan sedang
mengalami penurunan populasi yang
disebabkan penebangan, dan menurut
daftar IUCN tergolong langka (Joker
2002).
PROSES PENGOLAHAN KAYU
Kayu hasil penebangan biasa
disebut kayu gelondongan (log). Log
didistribusikan ke pabrik atau pusat
penggergajian menggunakan
angkutan khusus baik di darat
maupun melalui sungai. Beberapa
perusahaan mengupas kulit log agar
bisa lebih cepat kering selama
perjalanan. Untuk menghindari
kerusakan dan retak, penampang log
diberi 'paku cacing (paku2an) '
sebagai pengaman.
Kemudian log dibelah sesuai
dengan ukuran yang dibutuhkan.
Standar ketebalan papan pada saat
pembelahan log adalah 3, 5, 7, 10,
12, dan 15 cm. Di area penggergajian
kayu, papan-papan hasil pembelahan
dipisahkan sesuai ketebalan dan jenis
kayu sehingga memudahkan
pengaturan di dalam kiln dry.
Untuk pabrik yang memiliki
kapasitas produksi besar, memiliki
sawmill akan membantu efisiensi
produksi baik dalam segi pemakaian
bahan maupun kecepatan produksi.
Sebelum masuk ke ruang
pengeringan, papan dan balok
disimpan dahulu di luar ruangan
dengan tujuan agar kandungan air
juga akan menguap karena suhu dan
temperature udara di luar ruangan.
Hal ini biasanya hanya dilakukan
pada saat musim panas. Agar kualitas
kayu terjaga paling lama adalah 1
minggu setelah penggergajian, kayu
harus segera dikeringkan. Semakin
cepat kayu diproses akan lebih baik
sehingga tidak ada waktu bagi jamur
dan serangga untuk menyerang kayu.
Jenis kayu apapun harus melalui
proses pengeringan. Adapun yang
perlu diperhatikan adalah ukuran
ketebalan papan, cara penumpukkan
dan metode pengeringan. Kayu yang
lunak cenderung mudah pecah
apabila proses pengeringan terlalu
cepat. Pengeringan kayu
membutuhkan waktu antara 2 hingga
4 minggu, dipengaruhi oleh jenis
kayu, ketebalan papan dan kapasitas
pengering.
Cara pengeringan yang baik
adalah dengan menggunakan
peralatan yang benar. Pada beberapa
industri kayu kecil biasanya untuk
mengeringkan kayu cukup dengan
disandarkan pada dinding atau tiang
dan mengandalkan sinar matahari.
Namun cara ini tidak bisa
menghasilkan level yang ideal untuk
kayu. Sawn Timber yang kering
harus disimpan di tempat yang
bersih, kering dan berventilasi baik,
aman dari panas dan hujan agar
kekeringan kayu bisa terjaga dengan
baik.
Kayu dipotong dan dibelah sesuai
dengan ukuran produk yang
dikerjakan Untuk mendapatkan
ukuran ini tukang kayu akan
mengambil lembaran-lembaran
papan kering dengan ketebalan
45mm untuk dibelah di mesin gergaji
atau ripsaw menjadi ukuran lebar
45mm. Dari proses tersebut akan
diperoleh batangan/balok kayu
ukuran 45x45mm.
Setelah itu balok tersebut dibawa
ke mesin cutting saw untuk dipotong
dengan ukuran panjang 720mm.
Balok-balok pendek tersebut
kemudian dikirim ke mesin serut
(planner, thicknesser atau lainnya
yang sejenis) untuk mendapatkan
ukuran jadi dengan permukaan yang
halus tanpa garis gergaji. Selesai
diserut (tergantung jenis produk
juga), komponen tersebut
dipindahkan ke mesin bor, atau
mesin pen (tenoner & mortiser)
untuk membuat konstruksi. Jika pada
dasarnya proses konstruksi tersebut
selesai, semua komponen akan
berakhir di mesin amplas sebelum
dilakukan perakitan.
PROSES PENGOLAHAN
KERTAS
Kayu yang diperoleh dari hutan
di potong lalu didiamkan ditempat
penampungan yang telah disiapkan
selama beberapa bulan untuk
menjaga kelembaban Log kayu.
Setelah dikeluarkan dari tempat
penampungan, kulit kayu di kupas
dengan mesin. Proses ini disebut juga
dengan De Barker, setelah itu bagian
kayu di belah – belah menjadi ukuran
yang lebih kecil menggunakan mesin
chipping.
Setelah kayu dipotong menjadi
bagian yang kecil – kecil, proses
selanjutnya adalah memasak kayu
chip tersebut dengan mesin gester
dengan tujuan untuk memilah serat
kayu dengan lignin. Serat kayu ini
yang dijadikan bahan utama untuk
pembuatan kertas.
Terdapat 2 macam proses
pemasakan kertas, yaitu: Chemical
Process & Mechanical Pulping
Process. Pengertian Pulp ( Pulping )
adalah proses pemasakan kertas
kedalam mesin getser. Proses pulp
ini dapat dijelaskan secara sederhana
sebagai proses ‘pembuburan’ kertas
dikarenakan pemasakan serbuk ini
menyerupai bentuk bubur.
Setelah melalui proses pulping,
pulp diolah kembali pada bagian
stock preparation untuk ‘meramu’
kertas dengan penambahan bahan –
bahan kimia lainnya seperti zat
warna kertas (standar warna putih),
zat retensi, zat filler (zat untuk
memadatkan pori – pori diantara
serat kayu), air dll. Setelah
menyelesaikan tahap ini, proses
dilanjutkan ke areal paper machine
(mesin kertas)
Dari tahap stock preparation,
bahan yang telah diramu tersebut
dibersihkan terlebih dahulu
menggunakan cleaner / pembersih,
barulah kemudian dimasukkan ke
headbox untuk membentuk ukuran
lembaran kertas yang diletakkan
diatas fourdinier table (cetakan). Alat
ini berfungsi untuk menguras zat air
yang masih didalam stock
preparation (dewatering) untuk
menghasilkan kertas basah yang
memiliki kadar padat sekitar 20
persen.
Setelah itu kadar kepadatan
kertas ditingkatkan menjadi 50%
menggunakan mesin Press dengan
membuang kadar air yang tersisa.
Adapun proses yang dilalui oleh
press part adalah memasukkan kertas
diantara dua buah roll besar yang
berputar yang diberi tekanan
sehingga air yang tersisa dibuang
keluar.
Proses berikutnya dilanjutkan
ke bagian pengeringan (dryer). Dryer
berfungsi untuk mengeringkan lagi
kadar air yang terseisa agar hanya
mencapai 6 % saja. Hasilnya bahan
yang telah melalui finishing tersebut
dapat dikatakan sebagai kertas jadi,
yang kemudian di gulung ke dalam
sebuah alat penggulung raksasa ( pop
reel ) hingga membentuk paper roll.
Paper roll (gulungan kertas) raksasa
inilah yang merupakan bahan kertas
jadi yang kemudian dijual kepada
produsen, pabrikan yang
menggunakan kertas sebagai bahan
dasar mereka seperti; pabrik buku,
surat kabar, dll.
KESIMPULAN
Banyak sekali manfaat yang
diperoleh dari tumbuhan, terutama
tumbuhan berkayu seperti ulin,
kamper dan meanti merah. Bagian
yang dapat dimanfaatkan adalah
kayunya. Dengan melihat tingkat
keawetan dan kekuatan dari jenis
kayu kita dapat mengetahui kayu
tersebut memiliki manfaat yang
berbeda beda seperti bahan
bangunan, mebel, kertas dan
sebagainya. Di Indonesia sudah
banyak pembudidayaan jenis-jenis
pohon tersebut yang nantinya akan
dimanfaatkan untuk meningkatkan
perekonomian.
DAFTAR PUSTAKA
Fajri, M. 2008. Pengenalan Umum
Dipterocarpaceae, Kelompok
Jenis Bernilai Ekonomi Tinggi .
Info Teknis Dipterokarpa Vol.2
No.1
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna
Indonesia, jil. 1. Yay. Sarana
Wana Jaya, Jakarta
Hill, Albert. F. 1951. Economic
Botany. New Delhi: Tata Mc
Graw Hill
Joker, D. 2002. Informasi Singkat
Benih: Shorea leprosula Miq.
Direktorat Perbenihan Tanaman
Kehutanan. Jakarta: Departemen
Kehutanan Republik Indonesia
Prawira, S. A. dan I. G. M. Tantra.
1973. Pengenalan Jenis-Jenis
Pohon Penting. Lembaga
Penelitian Hutan. Departemen
Pertanian. Bogor
Soerianegara, I. dan A. Indrawan.
1982. Ekologi hutan Indonesia.
Departemen Manajemen Hutan.
Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.
Soerianegara I, Lemmens RHMJ.
1994. Plant Resources of South-
East Asia No. 5(1). Timber trees:
Major Commercial Timber.
Prosea Publisher, Bogor
Indonesia
Sutisna, U., T. Kalima, dan
Purnadjaja. 1998. Pedoman
Pengenalan Pohon Hutan di
Indonesia. Yayasan Prosea.
Bogor.