17
Indonesian Timber { Ulin (Eusideroxylon zwageri), Kamper (Dryobalanops spp.), dan Meranti Merah (Shorea spp.)} Hilma Dianti Marham (3425110175) Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Jakarta Abstrak Indonesian timber adalah jenis-jenis kayu yang ada di Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk bangunan (terutama untuk membangun rumah, jembatan dan kapal) dan memiliki ukuran yang relatif besar. Berdasarkan studi pustaka, pohon-pohon yang berasal dari Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk timber contohnya seperti Ulin (Eusideroxylon zwageri), Kamper (Dryobalanops spp.), dan Meranti Merah (Shorea spp.). Pohon tersebut banyak dibudidayakan di Indonesia, seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan,Sulawesi. Kayu-kayu tersebut memiliki ciri masing-masing dan dapat digolongkan berdasarkan tingkat keawetan dan kekuatan, sehingga dalam pemanfaatannya pun perbeda. Pemanfaatan dari katu-kayu tersebut seperti untuk bahan bangunan, furniture, mebel, alat- alat perkapalan, kertas dan sebagainya. Kata Kunci: timber, kayu ulin, kayu kamper, kayu meranti merah

Makalah Indonesian Timber

Embed Size (px)

DESCRIPTION

timber

Citation preview

Page 1: Makalah Indonesian Timber

Indonesian Timber { Ulin (Eusideroxylon zwageri), Kamper

(Dryobalanops spp.), dan Meranti Merah (Shorea spp.)}

Hilma Dianti Marham (3425110175)

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam,

Universitas Negeri Jakarta

Abstrak

Indonesian timber adalah jenis-jenis kayu yang ada di Indonesia yang dapat

dimanfaatkan untuk bangunan (terutama untuk membangun rumah, jembatan dan

kapal) dan memiliki ukuran yang relatif besar. Berdasarkan studi pustaka, pohon-

pohon yang berasal dari Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk timber

contohnya seperti Ulin (Eusideroxylon zwageri), Kamper (Dryobalanops spp.),

dan Meranti Merah (Shorea spp.). Pohon tersebut banyak dibudidayakan di

Indonesia, seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan,Sulawesi. Kayu-kayu tersebut

memiliki ciri masing-masing dan dapat digolongkan berdasarkan tingkat keawetan

dan kekuatan, sehingga dalam pemanfaatannya pun perbeda. Pemanfaatan dari

katu-kayu tersebut seperti untuk bahan bangunan, furniture, mebel, alat-alat

perkapalan, kertas dan sebagainya.

Kata Kunci: timber, kayu ulin, kayu kamper, kayu meranti merah

PENDAHULUAN

Kayu adalah bagian batang atau

cabang serta ranting tumbuhan yang

mengeras karena mengalami

lignifikasi (pengayuan). Kayu

digunakan untuk berbagai keperluan,

mulai dari memasak, membuat

perabot (meja, kursi), bahan

bangunan (pintu, jendela, rangka

atap), bahan kertas, dan banyak lagi.

Kayu juga dapat dimanfaatkan

sebagai hiasan-hiasan rumah tangga

dan sebagainya. Penyebab

terbentuknya kayu adalah akibat

akumulasi selulosa dan lignin pada

dinding sel berbagai jaringan di

batang. Kayu dibedakan menjadi 2

katagori, yaitu: Kayu keras

(Hardwood), unsur yang terdapat

pada hardwood diantaranya serat,

parenkima, pori-pori, mata kayu.

Page 2: Makalah Indonesian Timber

Umumnya hardwood tergolong pada

tanaman angiospermae. Kayu lunak

(Softwood), unsur yang terdapat pada

softwood biasanya tracheid,

parenkima, dan pipa damar.

Umumnya softwood tergolong pada

tanaman gymnospermae.

Batang pohon yang dipotong

melintang akan memperlihatkan

bagian-bagian kayu, yang kerap kali

berbeda warna. Bagian terluar

adalah kulit luar (outer bark), yaitu

bagian yang telah mati yang

tugasnya melindungi bagian-bagian

disebelah dalamnya, kulit dalam

(inner bark), yaitu bagian yang

masih hidup, yang gunanya untuk

mengangkut atau menghantarkan

makanan yang dibuat di daun.

Disebelah dalam dari lapisan

kambium terdapat bagian kayu yang

lunak, yang warnanya keputih-

putihan disebut sapwood, Disebelah

dalam sapwood terdapat lapisan yang

lebih tebal dan warnanya agak lebih

tua daripada sapwood disebut

heartwood.

Indonesian timber adalah jenis-

jenis kayu yang ada di Indonesia

yang dapat dimanfaatkan untuk

bangunan (terutama untuk

membangun rumah, jembatan dan

kapal) dan memiliki ukuran yang

relatif besar.

Kayu dapat dikelompokkan

berdasarkan tingkat keawetan dan

kekuatan. Keawetan adalah daya

tahan kayu terhadap serangan hama

yaitu serangga dan jamur. Kekuatan

adalah daya tahan kayu terhadap

kekuatan mekanis dari luar, antara

lain : daya dukung, daya tarik, daya

tahan dan sebagainya. Tingkatan

awet dan kuat sangat menentukan

kualitas kayu. Kelas Awet adalah

tingkat kekuatan alami sesuatu jenis

kayu terhadap serangan hama

dinyatakan dalam kelas awet I, II, III,

IV dan V. Makin besar angka

kelasnya makin rendah keawetannya.

Kelas Kuat adalah tingkat ketahanan

alami suatu jenis kayu terhadap

kekuatan mekanis (beban)

dinyatakan dalam Kelas Kuat I, II,

III, IV dan V. Makin besar angka

kelasnya makin rendah kekuatannya.

Indonesia terdapat 4000 spesies

pohon yang menghasilkan kayu, 400

spesies punya nilai ekonomi, 260

spesies yang diperjual belikan.

Malaysia, Brunei, Indonesia

didominasi oleh suku

Page 3: Makalah Indonesian Timber

Dipterocarpaceae (Borneo 67%

Shorea). Timber merupakan

komoditas yang sangat penting di

Asia Tenggara. Pengekspor terbesar

yaitu Malaysia (3571 million US$)

dan Indonesia (3371 million US$) .

Produk timber terbesar di Indonesia

ialah Sawn Timber. Pada tahun 70-

80 an, ekspor kayu log diperoleh

devisa negara Indonesia sebesar US$

1,8 milyar setiap tahunnya, pada

tahun 80-90 an, dari industri

kehutanan ini, Indonesia memperoleh

devisa negara sebesar US$ 4 milyar.

Pada puncak momentum dari industri

kehutanan dan ekspor kayu, sektor

kehutanan mampu memberikan

kontribusi devisa negara sebesar US$

7-8 milyar.

PEMBAHASAN

Kayu Ulin

Kayu ulin adalah kayu yang

berasal dari pohon ulin yang

memiliki nama ilmiah Eusideroxylon

zwageri dan termasuk dalam suku

Lauraceae. Kayu ulin memiliki berat

jenis rata-rata 1,04 gr/cm3.

Termasuk kelas awet I , serta kelas

kuat I. permukaan kayu agak licin

dan mengkilat, tekstur kasar dengan

serat lurus, termasuk kayu sangat

keras karena daya kembang susutnya

kecil dan banyak mengandung zat

ekstraktif.

Tinggi pohon bisa mencapai 50

m dengan tinggi batang bebas cabang

5 - 20 m, diameter sampai 100 cm.

Tinggi banir mencapai 4 m, lebar 10

m dan tebal 15 - 40 cm. Batang

utama lurus, kadang kala berlekuk di

bagian pangkal. Ranting-ranting

licin, tidak bergetah. Daun

merupakan daun tunggal, helai daun

ellips memanjang, ujung meruncing,

permukaan gundul, pangkal

membulat dan tidak mempunyai

daun penumpu. Bunga terletak pada

ketiak daun, berkelamin dua, dan biji

dilindungi batok yang keras. Buah

berupa buah batu pada gagang yang

tebal, jorong hingga bulat telur atau

bulat, hitam mengkilap bila berisi

satu biji. Biji sangat besar, kulit biji

sangat keras, beralur. Warna buah

mula-mula hijau dan menjadi

kecoklatan setelah masak. Buah

berupa buah batu, jorong hingga

bulat telur atau bulat, hitam

mengkilap bila berisi satu biji.

Pohon ulin umumnya tumbuh

pada daerah beriklim A dan B

dengan curah hujan antara 2.500 –

Page 4: Makalah Indonesian Timber

4.000 mm / tahun. Jenis ini termasuk

jenis dari hutan dataran rendah,

dengan ketinggian tempat tumbuh

mulai dari tepi pantai sampai

ketinggian lebih kurang 400 m dpl.

Pohon belian tumbuh dalam hutan

primer pada tanah-tanah berpasir dan

liat daripada endapan-endapan batu

pasir, pada lapangan-lapangan yang

datar maupun miring pada

ketinggian 5 – 400 m dpl. Hutan ulin

merupakan ciri khusus tipe hutan

dalam hutan Dipterocarpaceae

dataran rendah, tetapi komposisi

formasi ini dapat bervariasi dari satu

tempat ke tempat yang lain dan dari

satu pulau ke pulau lain. Pohon ulin

tersebar luas dan umum terdapat di

hutan Dipterocarpaceae di

Kalimantan Timur.

Di dunia industri kayu ulin dapat

dimanfaatkan sebagai Konstruksi

berat, konstruksi di laut, jembatan,

bantalan rel kereta api, perkapalan

,dan perabot di luar rumah. Nilai

ekonomis kayu ini sangat tinggi

akibat tingginya permintaan. Di

pasaran internasional sekitar tahun

2003, satu meter kubik ulin harganya

mencapai USD 1000. Sabah

merupakan pengekspor ulin utama

dunia. Di tahun 1987 negara bagian

Malaysia ini mengekspor 3.836.070

meter kubik ulin.

Kayu Kamper

Kayu kamper berasal dari pohon

kamper dengan nama ilmiah

Dryobalanops spp dari suku

Dipterocarpaceae. Trade Groups :

D.aromatica, D.fusca, D.lanceolata,

D.oocarpa, dan D.rappa. Kayu ini

umumnya memiliki berat jenis 0,7-

0,9 gr/cm3, termasuk dalam kelas

awet III dan kelas kuat I dan II.

Pohon kapur mempunyai ukuran

yang besar dan tinggi. Diameter

batangnya mencapai 70 cm bahkan

150 meter dengan tinggi pohon

mencapai 60 meter. Kulit pohon

berwarna coklat dan coklat

kemerahan di daerah dalam. Pada

batangnya akan mengeluarkan aroma

kapur bila dipotong. Daun tunggal

dan berseling, memiliki stipula di sisi

ketiak, dengan permukaan daun

memngkilap, dan tulang daun

sekunder menyirip sangat rapat

dengan stipula berbentuk garis dan

sangat mudah luruh. Bunga

berukuran sedang, kelopak

mempunyai ukuran sama besar,

mempunyai mahkota bunga elips,

mekar, putih berlilin, dan memiliki

Page 5: Makalah Indonesian Timber

30 benang sari. Pohon Kapur

memiliki buah agak besar,

mengkilap, dan bersayap sebanyak 5

helai.

Pohon kamper (Dryobalanops

spp.) tumbuh di hutan dipterocarp

campuran hingga ketinggian 300

meter dpl. Umumnya tumbuh di

tanah yang kering. Persebaran

tumbuhan langka ini mulai dari

Indonesia (pulau Sumatera dan

Kalimantan) dan Malaysia

(Semenanjung Malaysia, Sabah, dan

Serawak).

Kayu D. aromatica dapat dipakai

untuk balok, tiang rusuk dan papan

pada bangunan perumahan dan

jembatan, serta dapat juga dipakai

untuk perkapalan peti (koper), mebel

dan juga peti mati. Kayu

D.lanceolata dan D. beccarii dipakai

untuk perahu balok, tiang dan

konstruksi atap pada bangunan

perumahan, juga untuk mebel dan

peti (koper). Di sabah kayu kapur

dipakai untuk kayu lapis, konstruksi

berat di tempat yang tidak ada

serangan rayap yang hebat, mebel

murah, dan papan kapal, sirap yang

digergaji. Meskipun memiliki ciri-

ciri yang hampir sama antara kayu

kamper dan kayu mahoni, tapi soal

harga, harga kayu kamper jauh lebih

mahal jika dibandingkan dengan

kayu mahoni. Saat ini, harga per

meter kubik (m³) kayu kamper di

pasaran (khususnya harga di Jawa)

mencapai angka 8 jutaan (harga

untuk kayu yang sudah diproses atau

bukan kayu lognya).

Kayu Meranti Merah

Kayu meranti (Shorea spp.) ini

memiliki berat jenis 0,5 – 0,8 gr/cm3,

termasuk kelas awet IV , serta kelas

kuat III. Termasuk suku dari

Dioterocarpaceae. Kayu ini tidak

begitu tahan terhadap pengaruh

cuaca, sehingga tidak dianjurkan

untuk penggunaan di luar ruangan

dan yang bersentuhan dengan tanah.

Tekstur kayu agak kasar sampai

kasar dan merata, lebih kasar dari

meranti putih dan kuning. Arah serat

kayunya agak berpadu, kadang-

kadang hampir lurus, bergelombang

atau sangat berpadu. Permukaan

kayu licin atau agak licin dan

kebanyakan agak mengkilap. Three

major species : S.singkawang, S.

leprosula, S. eximis.

Tanaman Meranti Merah

merupakan pohon, seringkali

Page 6: Makalah Indonesian Timber

berukuran besar. Daun tunggal,

berseling, berstipula, tepi rata. Bunga

dalam malai, biseksual, aktinomorf;

sepal 5, bebas atau berlekatan; petal

5, terpuntir, bebas atau pangkalnya

berlekatan; benang sari 10 - banyak,

bebas; bakal buah beruang 3 dengan

2 – banyak bakal biji setiap ruang,

plasentasi aksial, pangkal style

melebar (stylopodium). Buah

longkah bersayap (samara) yang

berasal dari 2,3 atau 5 sepal yang

melebar, biji tanpa endosperma.

Dapat tumbuh baik pada

berbagai jenis tanah kecuali tanah

liat yang berat. Tumbuh pada

ketinggian 0-800 m dpl. Dengan tipe

iklim A– D. Tetapi umumnya

tanaman ini tumbuh pada tipe iklim

A-B yaitu hutan hujan tropis. Shorea

menyebar terutama di Asia

Tenggara; ke barat hingga Srilanka

dan India utara, dan ke timur hingga

Filipina dan Maluku. Marga ini tidak

ditemukan di Nusa Tenggara, akan

tetapi fosil kayunya didapati di sana.

(Soerianegara, I. dan RHMJ.

Lemmens (2002) diacu dalam

Wikipedia).

Kayu ini lazim dipakai sebagai

kayu konstruksi, panil kayu untuk

dinding, loteng, sekat ruangan, bahan

mebel dan perabot rumah tangga,

mainan, peti mati dan lain-lain. 

Meranti merah baik pula untuk

membuat kayu olahan seperti papan

partikel, harbor, dan venir untuk

kayu lapis. Selain itu, kayu ini cocok

untuk dijadikan bubur kayu, bahan

pembuatan kertas. Di samping

menghasilkan kayu, hampir semua

meranti merah menghasilkan damar,

yakni sejenis resin yang keluar dari

batang atau pepagan yang

dilukai. Damar keluar dalam bentuk

cairan kental berwarna kelabu, yang

pada akhirnya akan mengeras dalam

warna kekuningan, kemerahan atau

kecoklatan, atau lebih gelap.

S. leprosula adalah salah satu

jenis kayu komersial terpenting

di Asia Tenggara. (Soerianegara, I.

dan RHMJ. Lemmens (2002) diacu

dalam Wikipedia) dan sedang

mengalami penurunan populasi yang

disebabkan penebangan, dan menurut

daftar IUCN tergolong langka (Joker

2002).

PROSES PENGOLAHAN KAYU

Kayu hasil penebangan biasa

disebut kayu gelondongan (log). Log

Page 7: Makalah Indonesian Timber

didistribusikan ke pabrik atau pusat

penggergajian menggunakan

angkutan khusus baik di darat

maupun melalui sungai. Beberapa

perusahaan mengupas kulit log agar

bisa lebih cepat kering selama

perjalanan. Untuk menghindari

kerusakan dan retak, penampang log

diberi 'paku cacing (paku2an) '

sebagai pengaman.

Kemudian log dibelah sesuai

dengan ukuran yang dibutuhkan.

Standar ketebalan papan pada saat

pembelahan log adalah 3, 5, 7, 10,

12, dan 15 cm. Di area penggergajian

kayu, papan-papan hasil pembelahan

dipisahkan sesuai ketebalan dan jenis

kayu sehingga memudahkan

pengaturan di dalam kiln dry.

Untuk pabrik yang memiliki

kapasitas produksi besar, memiliki

sawmill akan membantu efisiensi

produksi baik dalam segi pemakaian

bahan maupun kecepatan produksi.

Sebelum masuk ke ruang

pengeringan, papan dan balok

disimpan dahulu di luar ruangan

dengan tujuan agar kandungan air

juga akan menguap karena suhu dan

temperature udara di luar ruangan.

Hal ini biasanya hanya dilakukan

pada saat musim panas. Agar kualitas

kayu terjaga paling lama adalah 1

minggu setelah penggergajian, kayu

harus segera dikeringkan. Semakin

cepat kayu diproses akan lebih baik

sehingga tidak ada waktu bagi jamur

dan serangga untuk menyerang kayu.

Jenis kayu apapun harus melalui

proses pengeringan. Adapun yang

perlu diperhatikan adalah ukuran

ketebalan papan, cara penumpukkan

dan metode pengeringan. Kayu yang

lunak cenderung mudah pecah

apabila proses pengeringan terlalu

cepat. Pengeringan kayu

membutuhkan waktu antara 2 hingga

4 minggu, dipengaruhi oleh jenis

kayu, ketebalan papan dan kapasitas

pengering.

Cara pengeringan yang baik

adalah dengan menggunakan

peralatan yang benar. Pada beberapa

industri kayu kecil biasanya untuk

mengeringkan kayu cukup dengan

disandarkan pada dinding atau tiang

dan mengandalkan sinar matahari.

Namun cara ini tidak bisa

menghasilkan level yang ideal untuk

kayu. Sawn Timber yang kering

harus disimpan di tempat yang

bersih, kering dan berventilasi baik,

Page 8: Makalah Indonesian Timber

aman dari panas dan hujan agar

kekeringan kayu bisa terjaga dengan

baik.

Kayu dipotong dan dibelah sesuai

dengan ukuran produk yang

dikerjakan Untuk mendapatkan

ukuran ini tukang kayu akan

mengambil lembaran-lembaran

papan kering dengan ketebalan

45mm untuk dibelah di mesin gergaji

atau ripsaw menjadi ukuran lebar

45mm. Dari proses tersebut akan

diperoleh batangan/balok kayu

ukuran 45x45mm.

Setelah itu balok tersebut dibawa

ke mesin cutting saw untuk dipotong

dengan ukuran panjang 720mm.

Balok-balok pendek tersebut

kemudian dikirim ke mesin serut

(planner, thicknesser atau lainnya

yang sejenis) untuk mendapatkan

ukuran jadi dengan permukaan yang

halus tanpa garis gergaji. Selesai

diserut (tergantung jenis produk

juga), komponen tersebut

dipindahkan ke mesin bor, atau

mesin pen (tenoner & mortiser)

untuk membuat konstruksi. Jika pada

dasarnya proses konstruksi tersebut

selesai, semua komponen akan

berakhir di mesin amplas sebelum

dilakukan perakitan.

PROSES PENGOLAHAN

KERTAS

Kayu yang diperoleh dari hutan

di potong lalu didiamkan ditempat

penampungan yang telah disiapkan

selama beberapa bulan untuk

menjaga kelembaban Log kayu.

Setelah dikeluarkan dari tempat

penampungan, kulit kayu di kupas

dengan mesin. Proses ini disebut juga

dengan De Barker, setelah itu bagian

kayu di belah – belah menjadi ukuran

yang lebih kecil menggunakan mesin

chipping.

Setelah kayu dipotong menjadi

bagian yang kecil – kecil, proses

selanjutnya adalah memasak kayu

chip tersebut dengan mesin gester

dengan tujuan untuk memilah serat

kayu dengan lignin. Serat kayu ini

yang dijadikan bahan utama untuk

pembuatan kertas.

Terdapat 2 macam proses

pemasakan kertas, yaitu: Chemical

Process & Mechanical Pulping

Process. Pengertian Pulp ( Pulping )

adalah proses pemasakan kertas

kedalam mesin getser. Proses pulp

Page 9: Makalah Indonesian Timber

ini dapat dijelaskan secara sederhana

sebagai proses ‘pembuburan’ kertas

dikarenakan pemasakan serbuk ini

menyerupai bentuk bubur.

Setelah melalui proses pulping,

pulp diolah kembali pada bagian

stock preparation untuk ‘meramu’

kertas dengan penambahan bahan –

bahan kimia lainnya seperti zat

warna kertas (standar warna putih),

zat retensi, zat filler (zat untuk

memadatkan pori – pori diantara

serat kayu), air dll. Setelah

menyelesaikan tahap ini, proses

dilanjutkan ke areal paper machine

(mesin kertas)

Dari tahap stock preparation,

bahan yang telah diramu tersebut

dibersihkan terlebih dahulu

menggunakan cleaner / pembersih,

barulah kemudian dimasukkan ke

headbox untuk membentuk ukuran

lembaran kertas yang diletakkan

diatas fourdinier table (cetakan). Alat

ini berfungsi untuk menguras zat air

yang masih didalam stock

preparation  (dewatering) untuk

menghasilkan kertas basah yang

memiliki kadar padat sekitar 20

persen.

Setelah itu kadar kepadatan

kertas ditingkatkan menjadi 50%

menggunakan mesin Press dengan

membuang kadar air yang tersisa.

Adapun proses yang dilalui oleh

press part adalah memasukkan kertas

diantara dua buah roll besar yang

berputar yang diberi tekanan

sehingga air yang tersisa dibuang

keluar.

Proses berikutnya dilanjutkan

ke bagian pengeringan (dryer). Dryer

berfungsi untuk mengeringkan lagi

kadar air yang terseisa agar hanya

mencapai 6 % saja. Hasilnya bahan

yang telah melalui finishing tersebut

dapat dikatakan sebagai kertas jadi,

yang kemudian di gulung ke dalam

sebuah alat penggulung raksasa ( pop

reel ) hingga membentuk paper roll.

Paper roll (gulungan kertas) raksasa

inilah yang merupakan bahan kertas

jadi yang kemudian dijual kepada

produsen, pabrikan yang

menggunakan kertas sebagai bahan

dasar mereka seperti; pabrik buku,

surat kabar, dll.

KESIMPULAN

Banyak sekali manfaat yang

diperoleh dari tumbuhan, terutama

Page 10: Makalah Indonesian Timber

tumbuhan berkayu seperti ulin,

kamper dan meanti merah. Bagian

yang dapat dimanfaatkan adalah

kayunya. Dengan melihat tingkat

keawetan dan kekuatan dari jenis

kayu kita dapat mengetahui kayu

tersebut memiliki manfaat yang

berbeda beda seperti bahan

bangunan, mebel, kertas dan

sebagainya. Di Indonesia sudah

banyak pembudidayaan jenis-jenis

pohon tersebut yang nantinya akan

dimanfaatkan untuk meningkatkan

perekonomian.

DAFTAR PUSTAKA

Fajri, M. 2008. Pengenalan Umum

Dipterocarpaceae, Kelompok

Jenis Bernilai Ekonomi Tinggi .

Info Teknis Dipterokarpa Vol.2

No.1

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna

Indonesia, jil. 1. Yay. Sarana

Wana Jaya, Jakarta

Hill, Albert. F. 1951. Economic

Botany. New Delhi: Tata Mc

Graw Hill

Joker, D. 2002. Informasi Singkat

Benih: Shorea leprosula Miq.

Direktorat Perbenihan Tanaman

Kehutanan. Jakarta: Departemen

Kehutanan Republik Indonesia

Prawira, S. A. dan I. G. M. Tantra.

1973. Pengenalan Jenis-Jenis

Pohon Penting. Lembaga

Penelitian Hutan. Departemen

Pertanian. Bogor

Soerianegara, I. dan A. Indrawan.

1982. Ekologi hutan Indonesia.

Departemen Manajemen Hutan.

Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.

Soerianegara I, Lemmens RHMJ.

1994. Plant Resources of South-

East Asia No. 5(1). Timber trees:

Major Commercial Timber.

Prosea Publisher, Bogor

Indonesia

Sutisna, U., T. Kalima, dan

Purnadjaja. 1998. Pedoman

Pengenalan Pohon Hutan di

Indonesia. Yayasan Prosea.

Bogor.