Upload
mafni-yuli
View
260
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Gizi Fix
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Istilah gizi berasal dari bahasa Arab giza yang berarti zat makanan, dalam
bahasa Inggris dikenal dengan istilah nutrition yang berarti bahan makanan atau
zat gizi atau sering diartikan sebagai ilmu gizi. Pengertian lebih luas bahwa gizi
diartikan sebagai proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan,
metabolisme, dan pengeluaran zat gizi untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal organ tubuh serta untuk menghasilkan tenaga.
(Djoko Pekik Irianto, 2006:2).
Usia dewasa merupakan usia produktif dimana pola pertumbuhan beralih
ketingkat hemostatis (tidak berubah atau stabil) namun kebutuhan gizi juga
berubah sesuai dengan kebutuhan usia tersebut. Peranan gizi pada usia dewasa
terutama untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit terutama
penyakit degeneratif (Almatsier dkk, 2011). Hasil analisa data risiko Osteoporosis
pada tahun 2005 oleh menggunakan alat diagnostic clinical bone sonometer,
menunjukan angka prevalensi osteopenia (Osteoporosis Dini) sebesar 41,7% dan
prevalensi osteoporosis sebesar 10,3% (Depkes, 2005).
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, yang menjadi fokus pembahasan dari penulisan
makalah ini adalah bagaimana penjelasan mengenai gizi untuk kesehatan tulang,
sendi, dan otot pada dewasa, yang meliputi:
a) Pengertian Gizi
b) Gizi Bagi Kesehatan Tulang, Sendi Dan Otot Pada Kelompok Usia
Dewasa
1. Kalsium
2. Vitamin B
3. Vitamin C
4. Vitamin D
5. Vitamin E
6. Fosfor
7. Protein
8. Zat besi
9. Karbohidrat
10. Lemak
11. pr
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Gizi
Istilah gizi berasal dari bahasa Arab giza yang berarti zat makanan,
dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah nutrition yang berarti bahan
makanan atau zat gizi atau sering diartikan sebagai ilmu gizi. Pengertian lebih
luas bahwa gizi diartikan sebagai proses organisme menggunakan makanan
yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, penyerapan,
transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat gizi untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ tubuh
serta untuk menghasilkan tenaga. (Djoko Pekik Irianto, 2006:2).
Menurut Sunita Almatsier, (2009: 3) Zat Gizi adalah ikatan kimia yang
diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya yaitu menghasilkan energi,
membangun, memelihara jaringan serta mengatur proses-proses jaringan. Gizi
merupakan bagian penting yang dibutuhkan oleh tubuh guna perkembangan
dan pertumbuhan dalam bentuk dan untuk memperoleh energi, agar manusia
dapat melaksanakan kegiatan fisiknya sehari-hari.
Asupan nutrisi yang baik seperti cukupnya vitamin A, vitamin D,
kalsium, vitamin C, fosfor, magnesium, dll dapat membantu pertumbuhan
dan pembentukan tulang yang kuat dan sempurna (Brunner and Suddarth,
2002; Supariasa, 2002; Amitabh, 2007 dalam ).
B. Gizi Bagi Kesehatan Tulang, Sendi Dan Otot Pada Kelompok Usia
Dewasa
1. Kalsium
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat dalam
tubuh. Sekitar 99 persen total kalsium dalam tubuh ditemukan dalam
jaringan keras yaitu tulang dan gigi terutama dalam bentuk hidroksiapatit,
hanya sebagian kecil dalam plasma cairan eskstravaskuler (Syafiq, 2007).
Fosfor merupakan mineral kedua terbanyak di dalam tubuh.
Sebagian besar terdapat dalam bentuk kalsium fosfat yaitu bagian dari
kristal hidroksiapatit di dalam tulang dan gigi yang tidak larut. Proses ini
diawali dengan kalsium membentuk hidroksiapatit yang memberikan
kekuatan dan kekakuan pada tulang (Waluyo, 2009).
Hasil penelitian Meikawati (2009) yang dilakukan pada remaja
membuktikan bahwa asupan fosfor berhubungan dengan kepadatan
tulang. Tubuh memerlukan kalsium karena setiap hari tubuh kehilangan
mineral tersebut melalui pengelupasan kulit, kuku, rambut, dan juga
melalui urine dan feses. Kehilangan kalsium harus diganti melalui
makanan yang dikonsumsi oleh tubuh. Jika jumlah kalsium yang
dibutuhkan oleh tubuh tidak sesuai maka dapat menimbulkan penyakit
yang disebut dengan osteoporesis. Osteoporosis adalah suatu penyakit
yang ditandai dengan tulang menjadi keropos lalu terkelupas. Karena
kekurangan kalsium, tulang menjadi rapuh (Sumarianto, 1985). Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian Rahmawati (2006), yang membuktikan
pada mahasiswi bahwa ada hubungan bermakna antara intake kalsium
dengan status osteoporosis.
Untuk menunjang kesehatan tulang dan aktivitas tubuh yang lain
setiap individu tidak memiliki kebutuhan yang sama. Usia dan kondisi
kesehatan menjadi faktor yang menentukan (Tagliaferri, 2007). Cara yang
paling efektif adalah dengan menyesuaikan kebutuhan sehari-hari
kalsium. Anjuran kalsium bervariasi tergantung pada umur dan kebutuhan
khusus (Pho, 2004). Angka kecukupan kalsium menurut Angka
Kecukupan Gizi tahun 2004 dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1. Angka Kecukupan Konsumsi Kalsium
Tubuh yang sehat akan selalu mempertahankan kalsium pada
batas normal. Inilah yang disebut “homeostatis kalsium”. Jika dari pola
makan unsur kalsium tidak mencukupi, maka tubuh mempunyai cara-
cara untuk menjaga agar kalsium darah tidak menurun, yaitu dengan
mengandalkan peran hormon kalsitonin, hormon anak gondok, dan
vitamin D (Waluyo, 2009).
Homeostatis kalsium negatif disebabkan oleh kurangnya asupan
makanan, penyerapan yang lemah atau pengeluaran yang berlebihan yang
Kelompok Umur Jumlah (mg/hari)
Laki-laki
10-12 tahun
13-15 tahun
16-28 tahun
19-20 tahun
30-49 tahun
50-64 tahun
1000
1000
1000
800
800
800
Wanita
10-12 tahun
13-15 tahun
16-28 tahun
19-29 tahun
30-49 tahun
50-64 tahun
60+ tahun
1000
1000
1000
800
800
800
800
Hamil (+an) Trimester 1
Trimester 2
Trimester 3
+150
+150
+150
Menyusui (+an) 6 bulan pertama
6 buan kedua
+150
+150
mengakibatkan kehilangan kalsium dari tulang dan selanjutnya dapat
meningkatkan kejadian patah tulang (Ariswan, 2010).
Kelompok Bahan Makanan Bahan Makanan Mg Ca / 100
gram bahan
Susu dan produknya Susu sapi
Susu kambing
ASI
Keju
Yoghurt
Susu pabrik (kalsium)
116
129
33
90-1180
150
1450-2000
Ikan Teri kering
Rebon
Teri segar
Sarden kaleng (dengan tulang)
1200
769
500
354
Sayuran Daun pepaya
Bayam
Sawi
Brokoli
353
267
220
110
Kacang-kacangan dan hasil
olahannya
Kacang panjang
Susu kedelai (250 ml)
Tempe
Tahu
347
250
129
124
Serealia Jali
Havermut
213
53
1) Sumber Kalsium
Sumber kalsium terbagi dua, yaitu hewani dan nabati. Akan
tetapi, jika bahan hewani dikonsumsi berlebihan, bisa menghambat
penyerapan kalsium, karena kadar proteinnya tinggi. Kandungan
proteinnya yang tinggi akan meningkatkan keasaman (pH) darah.
Guna menjaga agar keasaman darah tetap normal, tubuh terpaksa
menarik deposit kalsium (yang bersifat basa) dari tulang, sehingga
kepadatan tulang berkurang. Karena itu, sekalipun kaya kalsium,
makanan hewani harus dikonsumsi secukupnya saja. Jika
berlebihan, justru dapat menggerogoti tabungan kalsium dan
mempermudah terjadinya keropos tulang (Ariesi, 2007). Hal ini
sejalan dengan penelitian Feskanich (1997) yang membuktikan
pada wanita bahwa protein dapat meningkatkan pengeluaran
kalsium dari urin.
Sekitar 70% kalsium dalam makanan berasal dari susu dan
hasil-hasilnya terutama keju pada orang dewasa. Hanya sedikit
sayuran hijau dan buah-buahan kering merupakan sumber kalsium
yang baik (16% dari asupan) dan air minum, termasuk air mineral,
menyediakan 6% sampai 7% (Gueguen, 2000). Berikut akan
disajikan dalam bentuk tabel beberapa jenis makanan yang
mengandung kalsium tinggi.
Tabel 2.1 Daftar Kandungan Kalsium per 100 gr
Tersedianya kalsium di dalam tubuh berasal dari beberapa
bahan makanan yang dikonsumsi yang menjadi sumbernya.
Selanjutnya unsur kalsium ini disimpan dalam jaringan spons
tulang. Adapun dalam penggunaannya diatur oleh kelenjar anak
gondok (Kartasapoetra, 1995). Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Rahmawati (2006), yang membuktikan pada mahasiswi
bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel status
osteoporosis dengan pola konsumsi susu, tempe dan telur ayam
yang merupakan bahan makanan sumber kalsium.
Dari tempat penyimpanannya, kalsium dapat diambil dan
disimpan kembali tergantung dari kebutuhan. Kebutuhan kalsium
akan meningkat pada masa pertumbuhan, kehamilan, selama
menyusui, dan setelah menopause (Dalimartha, 2002).
Selain itu, hasil penelitian Suryono dkk (2007) juga
menyimpulkan bahwa pemberian susu kalsium tinggi berpengaruh
pada peningkatan kepadatan tulang pinggang, semakin tinggi
volume susu kalsium tinggi dikonsumsi, maka makin tinggi
kepadatan tulang pinggang.
2) Absorpsi Kalsium
Absorbsi kalsium dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk
umur, jumlah yang dibutuhkan dan makanan apa saja yang
dimakan pada waktu yang sama. Umumnya, kalsium dari sumber-
sumber makanan diabsorbsi lebih baik daripada yang berasal dari
suplemen. Persentase kalsium yang diabsorbsi dan dicerna anak-
anak lebih tinggi daripada dewasa karena kebutuhan mereka
selama dorongan pertumbuhan mungkin dua atau tiga kali lebih
besar per berat badan daripada dewasa (Harding, 2006).
Ada beberapa faktor yang menghambat absorpsi kalsium
menurut Waluyo (2009), konsumsi serat yang berlebihan, hal ini
akan mengurangi penyerapan kalsium dalam usus karena serat
menyebabkan waktu transit makanan di dalam saluran pencernaan
menjadi lebih sedikit sehingga waktu yang tersedia untuk proses
penyerapan juga menjadi hanya sebentar
Penggunaan garam yang berlebihan, garam akan memaksa
kalsium keluar dari tubuh, terbuang melalui urine. Konsumsi
makanan dan minuman berkadar tinggi fosfor, kadar fosfor
melebihi 1.500 mg per hari akan berpengaruh buruk terhadap
keseimbangan kalsium tubuh. Contoh bahan makanan berkadar
fosfor tinggi dan rendah kalsium : daging merah, ikan tuna,
minuman ringan, dan lain-lain.
Perbandingan kalsium dan fosfor berpengaruh erat dalam
proses absorpsi kalsium. Untuk absorpsi kalsium yang baik
diperlukan perbandingan Ca : P di dalam rongga usus (dalam
hidangan) adalah 1 : 1 sampai 1 : 3. Perbandingan Ca : P yang
lebih besar dari 1 : 3 akan menghambat penyerapan Ca sehingga
akan menimbulkan defisiensi kalsium (Syafiq, 2007). J.J Groen
dkk (1970) melakukan pemeriksaan histologist 4 spesimen mayat
dan menyimpulkan bahwa defisiensi kalsium dan kelebihan fosfor
yang menyebabkan resorpsi tulang paling berpengaruh pada tulang
rahang, diikuti tulang rusuk, tulang belakang dan tulang panjang.
Bersama-sama dengan kalsium, fosfor adalah komponen utama
dalam tulang. Jika fosfor dalam makanan melebihi kalsium, massa
tulang dapat berkurang. Fosfor dapat meningkatkan
hormon parathyroid (yang mengeluarkan kalsium dari tulang) dan
menyebabkan kalsium dikeluarkan melalui urine (Lane, 1999).
3) Fungsi Kalsium
Tersedianya kalsium dalam tubuh adalah penting
sehubungan dengan peranan-peranannya menurut Marsetyo (1995)
dalam pembentukan tulang dan gigi, pada berbagai proses
fisiologik dan biokimiawi di dalam tubuh (pada pembekuan darah,
eksitabilitas, syaraf otot, kerekatan seluler, transmisi impul-impul
syaraf, memelihara dan meningkatkan fungsi membran sel, dan
mengaktifkan reaksi enzim dan pengeluaran hormon).
Sehubungan dengan peranan-peranannya itu, maka fungsi
zat kapur (Ca) dalam tubuh dapat diringkaskan yaitu bersama fofor
membentuk matriks tulang, pembentukan ini dipengaruhi pula oleh
vitamin D, membantu proses penggumpalan darah dan
mempengaruhi penerimaan rangsang pada otot dan syaraf.
4) Kekurangan Kalsium
Menurut Marsetyo (1995), kekurangan unsur kalsium dalam
persediannya di dalam tubuh dapat menimbulkan karies dentis atau
kerusakan pada gigi, pertumbuhan tulang menjadi tidak sempurna
dan dapat menimbulkan rakhitis, apabila bagian tubuh terluka
maka darah akan sukar membeku sehingga pengeluaran darah
bertambah, dan terjadinya kekejangan pada otot.
2. Vitamin B
Dengan mengkonsumsi makanan mengandung vitamin B sebanyak
50 mg per hari, akan membantu tubuh untuk memperbaiki fungsi-fungsi
selnya, terutama tulang dan saraf halus. Daging, telur, hati, ikan, susu dan
kacang-kacangan adalah produk makanan yang mengandung vitamin B
(Santosa 2014).
3. Vitamin C
Selian vitamin D, vitamin C juga cukup mempunyai peranan dalam
pembentukan tulang. Fungsi vitamin C antara lain adalah sebagai
antioksidan yang larut dalam air dan juga berperan dalam berbagai reaksi
hidroksilasi yang dibutuhkan untuk sintesis kolagen, karnitin dan seronin.
Dengan demikian vitamin C bermanfaat untuk meingkatkan aktivitas
tubuh (Keith, 1994). Selain itu, fungsi vitamin C pada tubuh juga sebagai
anti radang gusi (scurvy), antioksidan, pertahanan tubuh dan
penyembuhan luka. Sumber utama dapat diperoleh dari buah dan sayuran
segar (Setiawan dan Rahayu 2004).
Pada proses pembentukan tulang, vitamin C berfungsi untuk stabilitas
kolagen dan pembentukan tulang. Defisiensi vitamin C dihubungkan
dengan terganggunya hubungan antar jaringan tubuh (Peterkofsky 1991).
Serum asam askorbat (vitamin C) pada pria berhubungan nyata dengan
kepadatan tulang . Pada wanita pasca menopause dengan sejarah merokok
dan penggunaan esterogen, peningkatan 1 standar deviasi (SD) kadar
serum asam askorbat dapat dihubungkan dengan penurunan prevalensi
patah tulang sebesar 45%. Akan tetapi, pada wanita dengan sejarah tidak
merokok dan tidak menggunakan esterogen, kadar serum asam askorbat
tidak tampak berhubungan dengan rendahnya kepadatan tulang (Tucker
2003).
4. Vitamin D
Vitamin secara umum merupakan senyawa organik yang selalu
dibutuhkan tubuh yang berfungsi untuk metabolisme sel secara normal,
pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh (Keith 1994). Salah
satu vitamin yang terkait dengan pembentukan jaringan tulang adalah
vitamin D.
Vitamin D merupakan salah satu vitamin yang fungsinya di
dalam tubuh cukup unik karena mirip dengan fungsi hormon. Fungsi
biologis utama dari vitamin D adalah mempertahankan konsentrasi
kalsium dan fosfor serum dalam kisaran normal dengan meningkatkan
efisiensi usus halus untuk menyerap mineral-mineral tersebut dari
makanan. Sumber utama vitamin D terutama diperoleh dari susu serta
berbagai produk olahannya (Muhilal dan Sulaeman 2004).
Status vitamin D yang rendah banyak terjadi pada lansia yang
kurang terkena sinar matahari dan vitamin D plasma yang rendah,
dihubungkan dengan peningkatan risiko patah tulang panggul ( Lips
2001). Suatu penelitian di Boston menunjukkan bahwa keragaman
kepadatan tulang terkait dengan perubahan musim, yang dihubungkan
dengan pemaparan dengan sinar matahari dan status vitamin D (Krall
dan Dawson-Hughes,1999).
Suatu penelitian klinis yang mengombinasikan enggunaan
vitamin D dan kalsium menghasilkan penurunan secara nyata kejadian
patah tulang dibandingkan dengan kelompok plasebo (Dawson-Hughes
et al. 1997). Penelitian yang dilakukan pada wanita kelompok Nurse’s
Health Study yang mengonsumsi vitamin D > 12,5 μg memiliki risiko
patah tulang panggul 75% lebih rendah dibandingkan dengan
kelompok yang mengonsumsi < 3,5μg per hari (Feskanich et al. 2003).
Vitamin D memiliki peran penting dalam membantu penyerapan
kalsium oleh tulang. Dengan mengkonsumsi makanan yang
mengandung Vitamin D dapat membantu meningkatkan penyerapan
kalsium 2,5 kali. Kebutuhan kalsium per hari mencapai 200 IU sampai
400 IU. Untuk mendapatkan Vitamin D tersebut, bisa dengan
mengkonsumsi makanan seperti kerang, keju, kuning telur, sereal, roti
gandum, ikan salmon, butter dan margarin (Santosa 2014).
5. Vitamin E
Vitamin E dapat diperoleh dengan mengkonsumsi kacang-
kacangan, kecambah, pisang, strawberry, mentega dan asparagus. Vitamin
yang satu ini akan membantu meningkatkan oksigen ke otot dengan
meningkatkan kemampuan gerak otot dan tulang. Sebanyak 400 IU per
hari sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan vitamin E (Santosa 2014).
6. Asam folat
Asam folat memiliki peran dalam proses sintesis DNA. Kebutuhan
hariannya mencapai 400 mg sampai 600 mg dan dapat ditemukan pada
bayam dan brokoli. Asam folat membantu meregenerasi pembentukan
tulang dan mempercepat penyembuhan tulang yang patah (Santosa 2014).
7. Fosfor
Sebagai suatu bahan anorganik, jumlah fosfor dalam tubuh
manusia terbanyak kedua setelah kalsium, di mana 85% fosfor ini
terikat dalam kerangka. Fosfor dapat diperoleh dari berbagai bahan
pangan, seperti daging, unggas, ikan, telur, susu dan produk olahannya,
kacang-kacangan, biji-bijian dan sayur-sayuran. Tujuan utama
mengonsumsi fosfor adalah untuk menunjang pertumbuhan dan
sebagai pengganti fosfor yang hilang dari tubuh. Konsumsi fosfor telah
meningkat 10% hingga 15% lebih dari 20 tahun terakhir karena
peningkatan penggunaan garam fosfat sebagai bahan pangan tambahan
(food additives) dan pada minuman berkarbonat (Ilich dan Kerstetter
2000).
Hal yang perlu dicatat adalah bahwa database zat gizi belum
mencerminkan perubahan ini dan masih di bawah perkiraan asupan
fosfor secara nyata (Calvo dan Park 1996).
Asupan makanan mengandung fosfor pada orang dewasa di
Amerika Serikat berkisar antara 1000 hingga 1500 mg/hari, suatu
tingkatan yang berada di atas asupan yang dianjurkan yaitu sekitar 700
mg/hari (Ilich dan Kerstetter 2000).
Walaupun fosfor adalah zat gizi yang penting, perlu
dipertimbangkan bahwa jumlah yang berlebihan dapat merusak tulang.
Sebagai contoh, suatu peningkatan konsumsi makanan yang
mengandung fosfor akan meningkatkan konsentrasi fosfor serum, akan
menghasilkan suatu penurunan sementara kalsium terionisasi dalam
serum mengakibatkan peningkatan sekresi hormon paratiroid yang
potensial menyerap tulang.
Fungsi utama hormon paratiroid adalah untuk mencegah
hipokalsemia dengan meningkatkan penyerapan kalsium pada tulang.
Hipotesis bahwa asupan fosfor yang berlebihan adalah berbahaya pada
tulang telah dicobakan pada orang dewasa yang secara terkontrol
mengonsumsi makanan yang mengandung 1660 mg fosfor dan 420 mg
kalsium. Setelah 24 jam, makanan yang dikonsumsi menghasilkan
peningkatan indeks aktivitas hormon paratiroid (Calvo et al. 1988).
Penelitian lain menenemukan bahwa konsumsi pangan yang banyak
mengandung fosfor tinggi seperti minuman berkarbonat mempunyai
pengaruh yang tidak menguntungkan bagi tubuh. Beberapa studi telah
menunjukkan adanya penurunan massa tulang dan peningkatan
kejadian patah tulang akibat konsumsi minuman berkarbonat (Wyshak
et al.1989 ; Petridou et al. 1997.) Akan tetapi hasil penelitian Whitting
et al. (2002) menunjukkan tidak terdapat hubungan nyata antara
asupan fosfor dengan kepadatan tulang.
Fosfor sangat membantu dalam pembentukan tulang dan gigi.
Kebutuhan harian fosfor mencapai 500 gr per hari. Fosfor dapat
dipenuhi dengan mengkonsumsi telur dan ikan (Santosa 2014).
8. Flouride
Fluoride merupakan unsur yang penting dalam pembentukan gigi
dan tulang.Kekerasan gigi dan tulang ditentukan oleh kadar senyawa-
senyawa kalsium yangtinggi di dalam tulang. Fluoride adalah mineral
yang secara alamiah terdapat disemua sumber air termasuk laut. Fluoride
tidak pernah ditemukan dalam bentukbebas dialam. Ia bergabung dengan
unsur lain membentuk senyawa fluoride.Sumber utama dari Fluoride
adalah air, terutama air dari sumur-sumur yang dalam.Pada tahun 1802
telah ditemukan pertama kali Fluoride dalam fosil gigi gajah.Selain
terdapat dalam gigi, Fluoride juga dijumpai dalam tulang (Amnur 2014).
Mungkin di pasta gigi. Flouride ini membantu untuk memperkuat
tulang dan gigi. Kandungan flouride ternyata terkandung juga pada air
putih dan ikan laut (Santosa 2014).
9. Protein
Asupan protein harian seseorang seimbang dengan nitrogen
yang dikeluarkan tubuh untuk menjaga keseimbangan energi pada
tingkat aktivitas sedang. Sumber utama protein adalah susu, ikan, telur,
daging dan kacang-kacangan (Hardinsyah dan Tampubolon 2004).
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa asupan protein yang
tinggi terkait erat dengan keluarnya kalsium melalui urin. Hal ini
karena adanya peningkatan muatan asam yang bertindak sebagai buffer
kalsium tulang, asupan protein yang lebih tinggi diperkirakan dapat
dihubungkan dengan lebih rendahnya kepadatan tulang. Secara umum
juga diasumsikan bahwa kandungan belerang yang relatif tinggi pada
daging menyebabkan adanya muatan asam endogenus yang
menyebabkan berkurangnya kepadatan tulang (Tucker 2003). Heaney
(2001) menyatakan bahwa asam dari protein hewani tidak lebih tinggi
daripada protein nabati. Sebastian et al. (2001) menegaskan bahwa
produk asam bikarbonat zat non-protein dari tumbuhan dapat
menetralisir asam belerang, karena sumber protein tumbuhan lebih
banyak dikonsumsi daripada sumber proten hewani. Suatu penelitian
membuktikan bahwa asupan kalsium yang tinggi tidak dapat mencegah
keseimbangan kalsium yang negatif dan berkurangnya kepadatan
tulang yang disebabkan asupan tinggi protein (Allen et al. 1979).
Penelitian lain menunjukkan bahwa tidak terdapat keterkaitan yang
nyata antara asupan protein dengan kepadatan tulang (Whitting et al.
2002).
Pada umumnya penelitian yang memperlihatkan konsumsi
protein yang tinggi berpengaruh negatif pada kepadatan tulang hanya
dilakukan pada waktu yang singkat dan tidak dilakukan dalam waktu
yang lebih lama. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada
masyarakat yang hidup bebas, kekurangan asupan protein
berkontribusi pada keseimbangan kalsium yang negatif dan juga
dihubungkan dengan peningkatan risiko patah tulang pada saat usia
lanjut (Patterson et al. 1996 ; Bastow et al. 1983). Penelitian yang
dilakukan oleh Iowa Women’s Health Study (Munger et al. 1999)
menunjukkan bahwa asupan protein hewani yang lebih tinggi sebesar
70% berhubungan dengan pengurangan kejadian patah tulang panggul.
Penelitian penggunaan suplementasi protein pada wanita lansia setelah
kejadian patah tulang panggul, menunjukkan adanya pengaruh
menguntungkan pada kepadatan tulang dan kekuatan tubuh. Dari
penelitian-penelitian ini menunjukan bahwa kekurangan protein,
khususnya saat lansia, berkontribusi pada terjadinya osteoporosis.
Protein tidak memiliki dampak besar terhadap energi, tetapi diet
atlet harus cukup protein yang diperlukan untuk penyembuhan dan
pertumbuhan otot, jika kurang akan merugikan kegiatan otot. Jumlah
protein yang dianjurkan pada atlet untuk membentuk kekuatan otot dan
kecepatan sebesar 1,2 – 1,7 g/kgBB/hari, untuk endurance/ketahanan
dianjurkan 1,2 –1,4 g/ kg BB/hari. Pada latihan intensitas rendah
protein diperlukan 1,4 - 2 g /kg BB, latihan berat sebesar 2 g/ kg bb
BB/hari. dan saat latihan intensif diperlukan 2,2 - 2,9 gr/kg BB.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa protein hewani dan nabati
harus diberikan dalam jumlah kurang lebih sama (Yessis dan Trubo,
1993).
Menurut Soekarman (1987) otot terdiri dari banyak protein
maka diperlukan banyak sekali protein apabila ingin memperbesar
otot. Kebutuhan protein untuk seseorang sudah cukup dengan 1 gr/kg
berat badan. Jadi kalau beratnya 60kg cukup dengan protein 60 gr
sehari-hainya.
Protein merupakan zat utama untuk membentuk matriks tulang.
Protein memiliki peran seperti rangka yang memberikan struktur,
dukungan dan fleksibilitas. Protein ini dapat ditemukan dalam susu,
ikan, tahu, tempe, dan putih telur. Kebutuhan protein bagi tubuh per
harinya 0,8 gr sampai 1,5 gr per kilogram berat badan (Santosa 2014).
10. Omega-3
Omega-3 juga telah terbukti sangat baik untuk sendi yang sehat.
Asam lemak Omega-3 dapat membentuk senyawa prostaglandin yang
diketahui memiliki sifat anti-peradangan sehingga risiko nyeri sendi dapat
dikurangi. Selain itu omega-3 juga diketahui dapat mempercepat
penyembuhan ligament (jaringan ikat antara tulang dengan tulang).
Makanan yang banyak mengandung omega-3 misalnya salmon, sardine,
herring, kacang-kacangan, dan kedelai (Santosa 2014).
11. Glucosamine & Chondroitin
Kombinasi suplemen glucosamine dan chondroitin dapat
membantu mengurangi nyeri sendi serta mencegah kerusakan persendian,
terutama pada penderita osteoarthritis. Glucosamine merupakan salah satu
komponen penyusun tulang rawan dan minyak synovial (cairan sendi).
Konsumsi glucosamine dapat meningkatkan volume minyak synovial
sehingga dapat mencegah peradangan sendi. Sementara itu, chondroitin
merupakan komponen utama penyusun tulang rawan yang melapisi tulang
dan sendi. Karena itulah, konsumsi chondroitin sangat baik untuk
melapisi sendi sehingga mencegah osteoarthritis.
Kombinasi glucosamine dan chondroitin lebih efektif dalam
mengurangi nyeri sendi dan memperbaiki fungsi sendi dibandingkan
suplementasi hanya dengan glucosamine atau hanya dengan chondroitin.
Karena itu, lebih disarankan menggunakan kombinasi keduanya dalam
mencegah osteoarthritis (Santosa 2014).
12. Zat Besi
Zat besi merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh.
Defisiensi zat besi dapat menyebabkan menurunnya kemampuan untuk
beraktivitas, kelelahan, dan muka pucat. Keberadaan zat besi besi
dalam tubuh dapat dilihat dari keberadaan hemoglobin (Hb), ferritin
dan transferin. Menurut Sauberlich (1999), pengukuran Hb, ferritin dan
transferin selain mudah dilakukan, juga lebih dapat dipercaya untuk
menggambarkan status besi dalam darah. Dari hasil penelitian yang
dilakukan, terdapat hubungan antara massa tulang dengan ferritin
dalam percobaan klinis selama empat tahun melalui pemberian
suplementasi kalsium pada wanita remaja. Terdapat suatu
kecenderungan hubungan yang positif antara kepadatan tulang lengan
bawah dan ferritin serum awal.
Suatu kecenderungan yang sama terjadi antara kepadatan tulang
tubuh total dan kandungan ferritin serum selama empat tahun studi,
tetapi hanya pada kelompok plasebo (Ilich et al. 1998). Studi-studi
berikutnya sangat diperlukan untuk menjelaskan kecenderungan
tersebut, khususnya pada masyarakat yang menderita defisiensi zat
besi (Ilich dan Kerstetter 2000).
Penyerapan zat besi dapat dihambat oleh asupan yang tinggi
mineral lainnya dan trace element, khususnya kalsium. Sejumlah studi
telah menunjukkan adanya pengaruh hambatan dari kalsium pada zat
besi dari berbagai suplemen (garam) atau bahan pangan yang
mengandung kalsium (Gleerup et al. 1995 ; Minihane dan Fairweather-
Tait 1998). Akan tetapi, apabila konsumsi kalsium yang terjadi
terpisah dari makanan yang mengandung zat besi, pengaruhnya tidak
jelas (Turnlund et al. 1990 ; Reddy dan Cook 1997).
Terdapat catatan yang berlawanan, bahwa zat besi yang tinggi
dapat menjadi racun pada sel tulang dan berkontribusi pada terjadinya
osteoporosis atau penyakit tulang lainnya pada masyarakat yang
metabolisme zat besinya buruk dan mengonsumsi zat besi berlebihan
(Schnitzler et al. 1994). Walaupun pada umumnya sarapan pagi
dengan sereal dan terigu telah difortifikasi dengan zat besi, akan tetapi
bioavailabilitas dari bahan tersebut rendah. Zat besi juga ditemukan
pada sayur-sayuran berwarna hijau gelap (dengan bioavailabilitas yang
lebih rendah). Sumber zat besi yang terbaik adalah dari daging merah,
khususnya hati dan organ daging lainnya (Ilich dan Kerstetter 2000).
8. Zinc
Zinc dapat mencegah kerusakan tulang, berperan dalam
pembentukan kolagen untuk pembentukan tulang, serta membantu
jalannya oksigen ke sel darah yang berguna untuk mengatasi
kerusakan pada sendi. Zinc dapat memperoleh pada bayam, kacang-
kacangan, gandunm, daging ayam atau sapi, dan asparagus. Setiap
harinya, dibutuhan zinc sebesar 8-11 mg (Santosa 2014).
9. Karbohidrat
Menurut William (1991) Karbohidrat adalah sumber energi
dasar yang memungkinkan otot tetap bekerja. Menurut Soekarman
(1987) karbohidrat di bagi mencadi 3 macam yaitu: a) Monosakarida
(glukosa dan fruktosa), b) Disakarida (sukrosa dan maltosa), c)
Polysakarida (tepung dan glikogen). Semua macam karbohidrat
sebelum diserap akan dijadkan glukosa.
Beberapa banyak karbohidrat yang dimakan tergantung dari
beratnya latihan. Pada umumnya kebutuhan kalori akan dicukupi oleh
makanan dengan perbandingan sebagi berikut: protein 15%, lemak 30%
dan karbohidrat 55%.
10. Lemak
Lemak didalam tubuh berupa triglikerida, asam lemak (fatty
acid) dan kolesterol. Lemak disimpan berujud trigliserid. Lemak
merupakan sumber energi yang paling efisien, semakin terlatih
seseorang maka semakin banyak lemak yang dimanfaatkan sehingga
glikogen lebih dihemat. Orang yang terlatih biasanya banyak
menggunakan aerob karena hemoglobinya lebih banyak, kapasitas
pernafasnya lebih besar. Lemak hanya bisa dimetaboliser dengan aerob
karena miskin oksigen. Disel otot ada kandungan lemak tapi yg paling
banyak di sel lemak letaknya dibawah kulit dan disekitar organ-organ
dalam (jantung, usus). Sel lemak bisa bertambah dan menjadi besar
kalau sudah terlalu besar maka kemampuan tubuh utk memenuhinya
lebih banyak.
Jumlah lemak dalam makanan yang dibutuhkan seorang atlet
berkisar antara 20– 30% dari total energi. Asam lemak esensial harus
terdapat di dalam diet, sementara lemak jenuh harus direstriksi tidak
lebih dari 10% intake energi. Lemak dalam tubuh berperan sebagai
sumber energi terutama pada olahraga dengan intensitas sedang dalam
waktu lama, misalnya olahraga endurance (Soekarman,1987)
11. Air
Secara umum, air memang sangat diperlukan untuk kebutuhan
fungsional tubuh dan menyusun lebih dari 60% keseluruhan berat
tubuh orang dewasa. Pelumas sendi atau yang dikenal sebagai cairan
synovial sebagian besar terdiri dari air. Konsumsi air yang cukup
sangat baik untuk membantu sistem bantalan sendi dan melumasi
jarak antar sendi sehingga gesekan atau nyeri sendi dapat dihindari.
20% kebutuhan air dapat dipenuhi dari makanan, akan tetapi 80%
tetap diperoleh dari minuman. Untuk itulah perlu konsumsi 8 gelas air
setiap hari untuk sendi yang sehat (Santosa 2014).
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pengertian lebih luas bahwa gizi diartikan sebagai proses organisme
menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses
pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan
pengeluaran zat gizi untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan
fungsi normal organ tubuh serta untuk menghasilkan tenaga. Asupan nutrisi
yang baik seperti cukupnya vitamin A, vitamin D, kalsium, vitamin C, fosfor,
magnesium, dll dapat membantu pertumbuhan dan pembentukan tulang yang
kuat dan sempurna.
Sumber kalsium terbagi dua, yaitu hewani dan nabati. Vitamin secara
umum merupakan senyawa organik yang selalu dibutuhkan tubuh yang
berfungsi untuk metabolisme sel secara normal, pertumbuhan dan
pemeliharaan jaringan tubuh. Selaian vitamin D, vitamin C juga cukup
mempunyai peranan dalam pembentukan tulang. Sebagai suatu bahan
anorganik, jumlah fosfor dalam tubuh manusia terbanyak kedua setelah
kalsium, di mana 85% fosfor ini terikat dalam kerangka. Asupan protein
harian seseorang seimbang dengan nitrogen yang dikeluarkan tubuh untuk
menjaga keseimbangan energi pada tingkat aktivitas sedang. Zat besi
merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Defisiensi zat besi
dapat menyebabkan menurunnya kemampuan untuk beraktivitas,
kelelahan, dan muka pucat. Lemak didalam tubuh berupa triglikerida,
asam lemak (fatty acid) dan kolesterol. Lemak disimpan berujud
trigliserid. Lemak merupakan sumber energi yang paling efisien, semakin
terlatih seseorang maka semakin banyak lemak yang dimanfaatkan sehingga
glikogen lebih dihemat.
B. Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan tentunya sangat penting mempelajari
gizi pada sistem muskuloskeletal. Diharapkan dengan adanya makalah ini
pembaca dan penulis dapat mencari pengetahuan dari sumber-sumber yang
lainnya.